BAB V - DOCRPIJM 4f4dc18089 BAB VBab 5 Keterpaduan Strategi Pengembangan Kota Yogyakarta

BAB V KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOTA YOGYAKARTA

5.1 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

  

RTRW Kota Yogyakarta 2010-2029 menetapkan Kawasan Strategis diarahkan untuk

menetapkan kawasan yang di dalamnya terbentuk Citra Kota sebagai unsur pendukung

kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap tata ruang sekitarnya dan peningkatan

kesejahteraan masyarakat serta dimaksudkan untuk mewadahi sejarah dan masa depan.

  Penetapan Citra Kota

Inti pelestarian Citra Kota terdapat pada 13 lokasi baik bangunan, rumah, taman, jalan

maupun ornamen yang memiliki kekhususan kawasan kota dengan spesifik sebagai berikut:

a. Sumbu Krapyak Kraton Tugu (Jalan DI. Panjaitan, Trikora, Ahmad Yani, Malioboro, Mangkubumi) sebagai jalur kota yang menyiratkan citra filosofis dan peninggalan budaya;

  b. Masjid Besar Kauman, Masjid Mataram Kotagede, Gereja Antonius Kotabaru, Gereja Santo Yusuf Bintaran dan Kelenteng Gondomanan sebagai titik kota yang menyiratkan citra religio-kultural;

  c. Kraton Yogyakarta, Puro Paku Alaman dan Tugu sebagai bangunan tetenger kota yang menyiratkan citra peninggalan sejarah budaya; d. Alun–alun Utara dan Alun-alun Selatan sebagai titik kota yang menyiratkan citra budaya; e. Kota Gede sebagai kawasan kota yang menyiratkan citra budaya;

  f. Monumen Sasana Wiratama Tegalrejo, Musium Jendral Sudirman, Musium Perjuangan, Musium Dewantara Kirtigriya, Monumen Ahmad Dahlan, Benteng Vredeburg, Gedung Agung, Masjid Syuhada dan bangunan lain yang mempunyai kaitan dengan sejarah perjuangan sebagai bangunan tetenger kota yang menyiratkan citra peninggalan sejarah perjuangan;

  g. Jalan Suroto, Cik Ditiro sebagai jalur kota yang menyiratkan citra budaya;

  h. Kotabaru sebagai kawasan kota yang menyiratkan citra perjuangan; i. Jalur Route Gerilya Jenderal Sudirman sebagai jalur kota yang menyiratkan citra sejarah perjuangan; j. Taman Makam Pahlawan Kusumanegara sebagai titik kota yang menyiratkan citra peninggalan sejarah perjuangan; k. Taman Siswa sebagai titik kota yang menyiratkan citra pendidikan; l. Pasar Bringharjo sebagai titik kota yang menyiratkan citra budaya kegiatan ekonomi; m. Alur Sungai Winongo, Code dan Sungai Gajahwong sebagai jalur kota yang menyiratkan citra alami; n. Gembiraloka sebagai titik kota yang menyiratkan citra alami.

  Inti pengembangan citra kota terdapat dilokasi-lokasi sebagai berikut : a. Museum Tegalrejo, Museum Perjuangan, Kawasan Beteng Vredeburg, Museum Dewantara, Museum Biologi, Museum Sonobudoyo dan Kebun plasma nutfah pisang sebagai tetenger kota yang menyiratkan citra kegiatan budaya dan pendidikan aktif dan pasif; b. bangunan-bangunan di dalam kawasan kota baru dengan batas jalan Jenderal Sudirman, jalan DR. Wahidin, rel KA Lempuyangan, Sungai Code yang masuk dalam daftar dilindungi menurut Undang-undang Benda Cagar Budaya, sebagai tetenger yang menyiratkan citra kejuangan serta kegiatan pendidikan aktif dan pasif; c. Jalan Tegalgendu dan jalan Mondorakan, sebagai jalur kota yang menyiratkan citra budaya, pariwisata aktif dan pasif;

d. Mandala Krida sebagai titik kota yang menyiratkan citra pendidikan aktif dan pasif;

  e. Kraton Yogyakarta, Puro Pakualaman dan Kotagede sebagai tetenger kota yang menyiratkan citra kegiatan pariwisata pasif; f. Jalan Mangkubumi, Malioboro, Ahmad Yani, Trikora, jend. Sudirman, pangeran Diponegoro, Ahmad Dahlan dan Panembahan Senopati sebagai jalur kota yang menyiratkan citra kegiatan pariwisata pasif;

  g. Gembira Loka sebagai kawasan da titik kota yang menyiratkan citra kegiatan pendidikan dan pariwisata/rekreasi aktif dan pasif; h. Alun-alun Utara dan Alun-alun Selatan sebagai titik kota yang menyiratkan citra kegiatan pariwisata aktif dan pasif;

i. Kridosono sebagai tetenger dan titik kota yang menyiratkan citra kegiatan pendidikan dan pariwisata/rekreasi aktif dan pasif.

  

Kawasan strategis penyangga citra kota merupakan pembatasan atau penyangga kawasan

yang dapat berupa pembatas fisik maupun non-fisik dari kawasan budaya, pendidikan,

perjuangan dan pariwisata, yang berlokasi sebagai berikut :

  a. Jeron Beteng Kraton dan jalan pembatas kawasan Kraton sebagai kawasan, pembatas dan jalur bercitra budaya dan atau pariwisata; b. sekitar Puro Pakualaman sebagai pembatas bercitra budaya;

c. Kotagede sebagai kawasan, pembatas dan jalur bercitra budaya dan atau pariwisata;

  d. sekitar museum Tegalrejo sebagai pembatas bercitra budaya;

  e. Kawasan Malioboro dengan batas jalan Kyai Mojo, jalan Pangeran Diponegoro, jalan Jenderal Sudirman, Sungai Code, jalan Panembahan Senopati, jalan Ahmad Dahlan, Sungai Winongo sebagai kawasan, pembatas dan jalur bercitra budaya, parisiwata dan atau perjuangan; f. sekitar Alun-alun Utara dan Alun-alun Selatan sebagai pembatas bercitra budaya dan atau pariwisata; g. Kawasan Kotabaru dengan batas jalan Jenderal Sudirman, jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo, rel kereta api, Sungai Code, sebagai kawasan, tetenger, pembatas dan jalur bercitra perjuangan dan atau pendidikan;

  h. sekitar Taman makam pahlawan Kusumanegara sebagai pembatas bercitra perjuangan;

i. koridor Jalan Suroto dan Jalan Cik Di Tiro sebagai kawasan bercitra pendidikan; j. sekitar stadion Mandala Krida sebagai pembatas bercitra alami; k. jalan K.H. Wahid Hasyim, Letjen. S. Parman, Mayjen. MT. Haryono, Mayjen. Sutoyo, Brigjen Katamso, Menteri Supeno, Perintis Kemerdekaan, Kemasan, Sultan Agung, Kusumanegara, Ipda Tut Harsono, Laksda Adi Sucipto, AM. Sangaji, Magelang, Kyai Mojo, HOS. Cokroaminoto, Kapten Piere Tendean, Sugeng Jeroni, Parang Tritis, Menukan dan jalan imogiri sebagai jalur bercitra pariwisata; l. jalan Laksda Adisucipto, jalan Letjen. Urip Somoharjo, Jend. Sudirman, Pangeran Diponegoro, Kyai Mojo, HOS Cokroaminoto sebagai jalur dan pembatas bercitra pariwisata; m. sekitar Gembira Loka sebagai pembatas yang bercitra alami.

  Pengaturan Inti pelestarian Citra Kota meliputi hal-hal sebagai berikut :

  a. Keraton, Puro Paku Alam, Tugu dan tetenger lainnya yang berkaitan dengan sejarah budaya daerah, tidak boleh diubah bentuk fisiknya, dengan memberi jarak minimal setinggi komponen yang dilestarikan dan berwujud daerah bebas pandang yang mengelilingi tetenger; b. Museum Sonobudoyo, Museum Tegalrejo, Museum Perjuangan, Benteng Verdeburg dan Gedung Agung tidak boleh diubah bentuk fisiknya, dengan memberi jarak minimal setinggi komponen yang dilestarikan dan berwujud daerah bebas pandang yang mengelilinginya; c. Kotagede dan Kota Baru dibatasi perubahan tatanan fisik kawasannya, dengan memperhatikan pola keterkaitan bangunan – jalan – ruang terbuka; d. Sumbu Krapyak – Kraton – Tugu (jalan DI Panjaitan, Trikora, Jend. Ahmad Yani, Malioboro,Mangkubumi), tidak boleh diubah geometri dan pandangan bebas dikiri kanan jalan, melalui pembentukan ruang jalan dengan perbandingan antara lebar jalan dengan tinggi bangunan pembatas sebesar 2 : 1 atau tidak melebihi garis imajiner sudut 45 derajat dari sumbu jalan kearah samping. Suasana jalur dibentuk dengan pengaturan tata hijau sebagai pengarah dan pembentuk suasana, estetika dengan tanaman yang mencerminkan tata hijau lingkungan Keraton;

  e. Alun-alun Utara dan Alun-alun Selatan tidak boleh diubah geometri, keterbukaan ruang dan tata hijaunya; f. Taman Makam Pahlawan Kusumanegara tidak boleh diubah kesan kekhidmatan dan keterbukaannya, melalui pemisahan terhadap elemen kota sekelilingnya dengan jalur/ruang memanjang selebar minimal tanaman peneduh terdekat. Pengaturan Inti Pengembangan Citra Kota dilakukan sebagai berikut :

   Tetenger/land mark Keraton dan Puro Pakualaman diatur dan dilengkapi dengan fasilitas kepariwisataan, tanpa harus merubah fisik dan atau menambah kegiatan aktif yang tidak sesuai dengan kegiatan aslinya;  Tetenger/land mark Museum Sonobudoyo, museum Tegalrejo, museum Perjuangan dan benteng Vredeburg dilengkapi dengan fasilitas kepariwisataan, tanpa harus merubah fisik dan menambah kegiatan aktif yang tidak sesuai dengan kegiatan utamanya;  Kawasan Mandala Krida perlu penambahan wadah kegiatan rekreasi aktif

RPI2-JM KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015-2019

  V-4

Gambar 5.1Struktur Ruang Kota Yogyakarta

Sumber: RTRW Kota Yogyakarta 2010 - 2029

RPI2-JM KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015-2019

  V-5

Gambar 5.2Pola Ruang Kawasan Lindung Kota Yogyakarta

Sumber: RTRW Kota Yogyakarta 2010 - 2029

Tabel 5.1 Arahan RTRW Kota Yogyakartauntuk Bidang Cipta Karya

ARAHAN POLA RUANG ARAHAN STRUKTUR RUANG

  a. kawasan lindung Daerah; meliputi:  kawasan perlindungan setempat;  kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;  kawasan rawan bencana;

  b. sistem pusat-pusat pelayanan kota; Sistem pusat-pusat pelayanan kotadirencanakan membentuk pusat kota, subpusat kota, pusat pelayanan lingkungan dan subpusat pelayanan lingkungan Sistem pusat-pusat pelayanan kota berlokasi di Kecamatan Danurejan, Kecamatan Gedongtengen, dan Kecamatan Gondomanan, subpusat kota tersebar di masing- masing kecamatan, sedangkan pusat pelayanan lingkungan tersebar di seluruh kelurahan dan sekitar kawasan permukiman c. fungsi pusat permukman kota

  d. sistem pengelolaan limbah Sitem Jaringan Penerangan Jalan. (1) Sistem jaringan penerangan jalan

  c. sistem penyediaaan air bersih;

  b. sistem persampahan;

  a. sistem drainase;

  Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan;

  Jaringan telekomunikasi dibedakan menjadi jaringan telekomunikasi yang dikelola oleh BUMN/BUMD dan swasta lainnya yang dibedakan menjadi jaringan kabel dan jaringan nir kabel.

  Sistem Jaringan Telekomunikasi;

  Penyediaan sumber daya atau energi listrik yang tersedia untuk pelayanan perumahan, industri dan kegiatan lainnya dilakukan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan beberapa perusahan yang menyediakan secara mandiri (swasta).

  Sistem Jaringan Energi;

  Fungsi pusat permukiman kota tersebar diseluruh Kecamatan

  a. pengembangan struktur ruang kota;  kawasan pusat kota di wilayah Kecamatan Danurejan, Kecamatan Gedongtengen, dan Kecamatan Gondomanan;  kawasan wisata budaya dikembangkan di kecamatan kraton, kecamatan pakualaman dan Kecamatan Kotagede;  Kecamatan Umbulharjo merupakan kawasan prioritas yang harus dikembangkan dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lain yang relatif sudah berkembang.

  b. kawasan budidaya Daerah;  rencana kawasan peruntukan industri mikro, kecil dan menengah; berada di luar kawasan peruntukan industri sepanjang tidak bertentangan sifat dominasi kawasan  rencana kawasan peruntukan pariwisata; mempertahankan dan mengembangkan kualitas ruang dan fasilitas pada kawasan pariwisata terutama pada wilayah pusat kota yang meliputi kawasan Malioboro dan kawasan Kraton; mengembangkan cluster-cluster kawasan pariwisata seperti kompleks Taman Sari, Prawirotaman, Kotagede, Taman Pintar, museum dan lainnya  rencana kawasan peruntukan permukiman; a. pada kawasan terbangun yang sudah ada dengan cara mengoptimalkan fungsi bangunan sekaligus melakukan penataan/peningkatan kualitas ruang;

  Rencana pola ruang wilayah terdiri atas :

  Struktur Ruang Kota Yogyakarta bertujuan untuk mengakomodasi fungsi Pusat Kegiatan Nasional (PKN) sebagaimana telah ditetapkan dalam RTRW Nasional serta melaksanakan pengembangan dan pembangunan Daerah sebagaimana diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Yogyakarta

  dikembangkan dan dikelola dengan cara seperti tersebut pada huruf d, dilakukan pemindahan (relokasi).  rencana kawasan peruntukan perdagangan dan jasa pertumbuhan perdagangan secara linier diarahkan sepanjang jalan arteri sekunder dan kolektor sekunder  rencana kawasan peruntukan fasilitas pelayanan umum lainnya

  e. kawasan kumuh yang tak bisa

  penanganan kawasan kumuh di tengah kota dengan konsep penataan;

  d.

  besar dapat dilakukan dengan konsep konsolidasi lahan;

  c. pengembangan permukiman skala

  peremajaan perumahan di kawasan- kawasan yang padat dan tidak memungkinkan lagi dilakukan pengembangan secara horisontal, antara lain dengan pola pengembangan perumahan secara vertikal (apartemen dan rumah susun);

  b.

  Sistem Perkotaan

ARAHAN POLA RUANG ARAHAN STRUKTUR RUANG

  sebagaimana meliputi penerangan jalan umum, penerangan jalan kampung dan penerangan jalan lingkungan yang dikelola oleh pemerintah daerah. (2) Jaringan penerangan jalan diarahkan mendukung estetika dan Citra Kota

  Sumber : RTRW Kota Yogyakarta 2010 - 2029

Tabel 5.2Identifikasi Kawasan Strategis Kota (KSK) berdasarkan RTRW

LOKASI/ BATAS KAWASAN STRATEGIS SUDUT KEPENTINGAN KAWASAN 1.

  Sumbu Krapyak Kraton Tugu (Jalan DI. Panjaitan, Trikora, Ahmad Yani, Malioboro, Mangkubumi) sebagai jalur kota yang menyiratkan citra filosofis dan peninggalan budaya;

  2. Masjid Besar Kauman,

  Masjid Mataram Kotagede, Gereja Antonius Kotabaru, Gereja Santo Yusuf Bintaran dan Kelenteng Gondomanan sebagai titik kota yang menyiratkan citra religio-kultural; 3. Kraton Yogyakarta, Puro

  Paku Alaman dan Tugu sebagai bangunan tetenger kota yang menyiratkan citra peninggalan sejarah mempunyai pengaruh besar budaya; terhadap tata ruang sekitarnya 4.

  Alun–alun Utara dan Alun- Inti dan peningkatan kesejahteraan

  Kawasan strategis

  alun Selatan sebagai titik masyarakat serta dimaksudkan pelestarian Citra Kota kota yang menyiratkan citra untuk mewadahi sejarah dan budaya; masa depan

  5. Kota Gede sebagai

  kawasan kota yang menyiratkan citra budaya;

  6. Monumen Sasana

  Wiratama Tegalrejo, Musium Jendral Sudirman, Musium Perjuangan, Musium Dewantara Kirtigriya, Monumen Ahmad Dahlan, Benteng Vredeburg, Gedung Agung, Masjid Syuhada dan bangunan lain yang mempunyai kaitan dengan sejarah perjuangan sebagai bangunan tetenger kota yang menyiratkan citra peninggalan sejarah perjuangan;

  7. Jalan Suroto, Cik Ditiro

LOKASI/ BATAS KAWASAN STRATEGIS SUDUT KEPENTINGAN KAWASAN

  sebagai jalur kota yang menyiratkan citra budaya;

  8. Kotabaru sebagai kawasan

  kota yang menyiratkan citra perjuangan;

  9. Jalur Route Gerilya

  Jenderal Sudirman sebagai jalur kota yang menyiratkan citra sejarah perjuangan; 10. Taman Makam Pahlawan

  Kusumanegara sebagai titik kota yang menyiratkan citra peninggalan sejarah perjuangan;

  11. Taman Siswa sebagai titik

  kota yang menyiratkan citra pendidikan;

  12. Pasar Bringharjo sebagai

  titik kota yang menyiratkan citra budaya kegiatan ekonomi; 13. Alur Sungai Winongo, Code dan Sungai Gajahwong sebagai jalur kota yang menyiratkan citra alami;

  14. Gembiraloka sebagai titik

  kota yang menyiratkan citra alami.

  1. Museum Tegalrejo,

  Museum Perjuangan, Kawasan Beteng Vredeburg, Museum Dewantara, Museum Biologi, Museum Sonobudoyo dan Kebun plasma nutfah pisang sebagai tetenger kota yang menyiratkan citra kegiatan budaya dan pendidikan aktif dan pasif; mempunyai pengaruh besar 2. bangunan-bangunan di terhadap tata ruang sekitarnya dalam kawasan kota baru

  Kawasan strategis Inti dan peningkatan kesejahteraan dengan batas jalan

  Jenderal Sudirman, jalan pengembangan citra kota masyarakat serta dimaksudkan DR. Wahidin, rel KA untuk mewadahi sejarah dan Lempuyangan, Sungai Code yang masuk dalam masa depan daftar dilindungi menurut Undang-undang Benda Cagar Budaya, sebagai tetenger yang menyiratkan citra kejuangan serta kegiatan pendidikan aktif dan pasif; 3. Jalan Tegalgendu dan jalan

  Mondorakan, sebagai jalur kota yang menyiratkan citra budaya, pariwisata aktif dan

LOKASI/ BATAS KAWASAN STRATEGIS SUDUT KEPENTINGAN KAWASAN

  pasif; 4. Mandala Krida sebagai titik kota yang menyiratkan citra pendidikan aktif dan pasif; 5. Kraton Yogyakarta, Puro

  Pakualaman dan Kotagede sebagai tetenger kota yang menyiratkan citra kegiatan pariwisata pasif;

  6. Jalan Mangkubumi,

  Malioboro, Ahmad Yani, Trikora, jend. Sudirman, pangeran Diponegoro, Ahmad Dahlan dan Panembahan Senopati sebagai jalur kota yang menyiratkan citra kegiatan pariwisata pasif;

  7. Gembira Loka sebagai

  kawasan da titik kota yang menyiratkan citra kegiatan pendidikan dan pariwisata/rekreasi aktif dan pasif; 8. Alun-alun Utara dan Alun- alun Selatan sebagai titik kota yang menyiratkan citra kegiatan pariwisata aktif dan pasif; 9. Kridosono sebagai tetenger dan titik kota yang menyiratkan citra kegiatan pendidikan dan pariwisata/rekreasi aktif dan pasif.

  1. Jeron Beteng Kraton dan jalan pembatas kawasan Kraton sebagai kawasan, pembatas dan jalur bercitra budaya dan atau pariwisata;

  2. sekitar Puro Pakualaman sebagai pembatas bercitra budaya; mempunyai pengaruh besar

  3. Kotagede sebagai kawasan, pembatas dan terhadap tata ruang sekitarnya jalur bercitra budaya dan

  Kawasan strategis penyangga dan peningkatan kesejahteraan atau pariwisata; citra kota masyarakat serta dimaksudkan

  4. sekitar museum Tegalrejo sebagai pembatas bercitra untuk mewadahi sejarah dan budaya; masa depan

  5. Kawasan Malioboro dengan batas jalan Kyai Mojo, jalan Pangeran Diponegoro, jalan Jenderal Sudirman, Sungai Code, jalan Panembahan Senopati, jalan Ahmad Dahlan, Sungai Winongo sebagai kawasan,

LOKASI/ BATAS KAWASAN STRATEGIS SUDUT KEPENTINGAN KAWASAN

  pembatas dan jalur bercitra budaya, parisiwata dan atau perjuangan;

  6. sekitar Alun-alun Utara dan Alun-alun Selatan sebagai pembatas bercitra budaya dan atau pariwisata;

  7. Kawasan Kotabaru dengan batas jalan Jenderal Sudirman, jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo, rel kereta api, Sungai Code, sebagai kawasan, tetenger, pembatas dan jalur bercitra perjuangan dan atau pendidikan;

  8. sekitar Taman makam pahlawan Kusumanegara sebagai pembatas bercitra perjuangan;

  9. koridor Jalan Suroto dan Jalan Cik Di Tiro sebagai kawasan bercitra pendidikan;

  10. sekitar stadion Mandala Krida sebagai pembatas bercitra alami;

  11. jalan K.H. Wahid Hasyim, Letjen. S. Parman, Mayjen.

  MT. Haryono, Mayjen. Sutoyo, Brigjen Katamso, Menteri Supeno, Perintis Kemerdekaan, Kemasan, Sultan Agung, Kusumanegara, Ipda Tut Harsono, Laksda Adi Sucipto, AM. Sangaji, Magelang, Kyai Mojo, HOS.

  Cokroaminoto, Kapten Piere Tendean, Sugeng Jeroni, Parang Tritis, Menukan dan jalan imogiri sebagai jalur bercitra pariwisata;

  12. jalan Laksda Adisucipto, jalan Letjen. Urip Somoharjo, Jend. Sudirman, Pangeran Diponegoro, Kyai Mojo, HOS Cokroaminoto sebagai jalur dan pembatas bercitra pariwisata;

  13. sekitar Gembira Loka

  sebagai pembatas yang bercitra alami

  Sumber : RTRW Kota Yogyakarta 2010 - 2029

  Tabel 5.3Identifikasi Indikasi Program RTRW Kabupaten/Kota terkait Pembangunan

Infrastruktur Bidang Cipta Karya

N o USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI MERUPAKAN KSK (YA / TIDAK) SUMBER PENDANA AN

INSTANSI PELAKSANA

  Ya APBN, APBD, Investasi Swasta, dan/atau kerja sama pendanaan

  Dinas Pariwisata ,Dinas Kebudayaan

  Seluruh kecamatan Ya APBD Kota, PDAM

  8 Pemantapan Fungsi Kawasan Ruang Terbuka Hijau

  Sungai Code, Gajahwong dan Winongo

  Ya APBN, APBD, kerja sama pendanaan

  BLH, Dinas Kimpraswil Prov,dan Kimpraswil Kota

  9 Pengembangan Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya

  Kecamatan Kotagede, Kraton , Pakualaman

  Ya APBN, APBD, kerja sama pendanaan

  10 Pengembangan, pemanfaatan, dan pengendalian perumahan perkotaan

  7 Pengembangan

  Seluruh kecamatan Ya

  APBN, APBD, kerja sama pendanaan

  Dinas PU/Tata Kota, swasta, masyarakat

  11 Pengembangan, pemanfaatan, dan pengendalian rumah susun

  Kecamatan Ngampilan, Tegalrejo, Mantrijeron dan Mergangsan

  Ya APBN, APBD, kerja sama pendanaan

  Dinas PU/Tata Kota, swasta, masyarakat

  Sumber : RTRW Kota Yogyakarta 2010 - 2029

  Distribusi

  Seluruh kecamatan Ya Kota, APBN PDAM

  DinKimpraswil,BLH, DinHub,DinParbud, DinPerindagkoptan, dan Bappeda

  Dinas Kimpraswil Prov,Bappeda, BLH

  2 Pengembangan/penin gkatan fungsi subpusat Kota

  Seluruh kecamatan Ya

  APBN, APBD, Investasi Swasta, dan/atau kerja sama pendanaan

  DinKimpraswil, BLH, DinHub, DinParbud, DinPerindagkoptan, dan Bappeda

  3 Penambahan Lahan TPA Piyungan Piyungan, Kab.

  Bantul

  Tidak

  APBD Prov,APBD Kota, APBN

  4 Pengadaan sarana Truk sampah

  1 Peningkatan fungsi pusat Kota Danurejan, Gedongtengen dan Gondomanan

  Seluruh kecamatan Ya

  APBD Prov,APBD Kota, APBN

  Dinas Kimpraswil Kota, Dept PU

  5 Pembangunan dan Pemeliharaan saluran air limbah

  Seluruh kecamatan Ya

  APBD Prov,APBD Kota, APBN

  Dinas Kimpraswil Kota

  6 Pengembangan

  Instalasi Air Minum

5.2 Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

  

Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang sesuai dengan amanatUUD

1945, maka pemerintahan daerah diharapkan dapat mengatur dan mengurus sendiriurusan

pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, sebagai upaya

untukmempercepat terwujudnya kesejahteraan rakyat melalui peningkatan

pelayanan,pemberdayaan dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing

daerah dengan

memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan

dankekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam

kerangka besar itulah, visi, misi dan program kerja walikota terpilih untuklima tahun ke depan

merupakan tahap kedua Rencana Pembangunan Jangka PanjangDaerah 2005 – 2025,

diarahkan untuk membawa masyarakat Kota Yogyakarta menujusuatu kehidupan

masyarakat yang sejahtera, berakhlak, bermartabat, berkarakter dan bermakna. Maka visi

pembangunan Kota Yogyakarta tahun 2012 – 2016 adalah :

“Terwujudnya Kota Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan Berkualitas,berkarakter dan

Inklusif, Pariwisata Berbasis Budaya, dan Pusat Pelayanan Jasa,yang Berwawasan

Lingkungandan Ekonomi Kerakyatan”

Visi Pembangunan Kota Yogyakarta Tahun 2012 - 2016 ini menjadi arah cita citabagi

pembangunan yang secara sistematis bagi penyelenggara pemerintahan daerah

dansegenap pemangku kepentingan pembangunan Kota Yogyakarta .

Dalam mewujudkan visi pembangunan Kota Yogyakarta tahun 2012 – 2016tersebut

ditempuh melalui 4 (empat) misi pembangunan beserta pokok pokokpenjelasannya sebagai

berikut :

  1. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih  Memperkuat tata kelola pemerintahan Kota Yogyakarta yang baik, bersih,berkeadilan, demokratis, dan berlandaskan hukum

  2. Mewujudkan pelayanan publik yang berkualitas  Mewujudkan pendidikan untuk semua (inklusif)  Mewujudkan Kota Yogyakarta Sehat  Memperkuat pembangunan sarana dan prasarana yang berkualitas dan aksesibelbagi seluruh warga Yogyakarta termasuk warga yang mempunyai perbedaankemampuan (difabel)

  3. Mewujudkan pemberdayaan masyarakat dengan gerakan Segoro Amarto  Mengembangkan ekonomi kerakyatan  Memperkuat masyarakat Kota Yogyakarta yang toleran, inklusif, bermoral,beretika, beradab dan berbudaya  Memasyarakatkan dan membudayakan gerakan Segoro Amarto

  4. Mewujudkan daya saing daerah yang kuat  Memperkuat Kota Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan yang berkualitas,berkarakter, dan inklusif

   Memperkuat dan mengembangkan keterpaduan Kota Yogyakarta sebagai KotaPariwisata, Kota Budaya dan Kota Perjuangan  Memperkuat daya saing Kota Yogyakarta yang unggul dalam pelayanan jasa  Memperkuat Kota Yogyakarta yang nyaman dan ramah lingkungan  Memperkuat Kota Yogyakarta yang aman, tertib, bersatu dan damai

Berdasarkan pada visi dan misi pembangunan daerah Kota Yogyakarta tahun 2012– 2016

maka disusun tujuan pembangunan selama lima tahun kedepan sebagai

berikutsebagaimana sebagai berikut :

  1. Mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang berkualitas dengan sasaran :  Terwujudnya kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintah daerahyang berkualitas  Terwujudnya pendayagunaan aparatur pemerintah daerahMeningkatkan kualitas pelayanan publik  Terwujudnya pendidikan inklusif untuk semua  Terwujudnya pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau  Terwujudnya sarana dan prasarana perkotaan yang memadai  Terwujudnya pelayanan administrasi publik yang baik

  

2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan gerakan Segoro Amarto dalamrangka

penanggulangan kemiskinan  Terwujudnya peningkatan kualitas ekonomi masyarakat  Terwujudnya peningkatan kualitas sosial masyarakat

  3. Menguatkan daya saing daerah untuk memajukan kota Yogyakarta  Terwujudnya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang unggul  Terwujudnya perekonomian daerah yang kuat  Terwujudnya daya dukung pengembangan usaha

Arah kebijakan RPJMD Kota Yogyakarta terkait Misi Ke Satu untuk mewujudkan sarana dan

prasarana perkotaan yang memadai adalah sebagai berikut ini:  Meningkatkan kualitas sarana danprasarana jalan dan jembatan  Meningkatkan kualitas talud/bronjong dansaluran pengairan  Meningkatkan kualitas sistem jaringandrainase  Meningkatkan kualitas sarana dan prasaranair limbah  Meningkatakan kualitas sarana danprasarana persampahan  Meningkatkan kualitas sarana danprasarana dasar pemukiman berbasiskewilayahan  Meningkatkan pemenuhan kebutuhanbangunan gedung pemerintah sesuaistandar kebutuhan khususnya yang ada diwilayah dan berwawasan inklusif Tabel 5.4Indikasi Rencana Program Untuk Mewujudkan Misi Pembangunan Daerah

  

Terkait Bidang Keciptakaryaan

Sasaran Program SKPD Pengampu *)

  ProgramPeningkatan dan Pemeliharaan Bangunan Gedung Pemerintah

  

Berdasarkan indikasi rencana program maka disusun indikator kinerja daerah sebagiaman

yang disajikan pada table berikut ini.

  Sumber : Rancangan RPJMD Kota Yogyakarta 2012 – 2016

  SKPD Pengampu Kesiapsiagaan dan Penanggulangan Bencana Alam

  ProgramKesiapsiagaan dan Penanggulangan Bencana Alam

  SKPD Pengampu Kesiapsiagaan dan Pengendalian Bahaya Kebakaran

  ProgramKesiapsiagaan dan Pengendalian Bahaya Kebakaran

  Peningkatan pelayanan pengendalian bahaya kebakaran serta penanggulangan bencana

  SKPD Pengampu Peningkatan dan Pemeliharaan Bangunan Gedung Pemerintah

  Meningkatkan pemenuhan kebutuhan bangunan gedung pemerintah sesuai standar kebutuhan khususnya yang ada di wilayah

  Terwujudnya sarana dan prasarana perkotaan yang memadai

  SKPD Pengampu Sarana dan PrasaranaPermukiman

  ProgramPengembangan Sarana dan Prasarana Dasar Permukiman

  SKPD Pengampu Pengelolaan Sampah

  ProgramPengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan

  SKPD Pengampu Air Limbah

  ProgramPengembangan Kinerja Pengelolaan SAL

  SKPD Pengampu Drainase

  ProgramPeningkatan dan Pemeliharaan Drainase

  

Tabel 5.5Indikator Kinerja Daerah Menurut Sasaran Strategis

  Visi :

Terwujudnya Kota Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan Berkualitas, berkarakter

dan Inklusif, Pariwisata Berbasis Budaya, dan Pusat Pelayanan Jasa, yang Berwawasan Lingkungan dan Ekonomi Misi empat : Mewujudkan pelayanan publik yang berkualitas Strategi: a. Peningkatan sarana danprasarana perkotaanyang berkualitas.

  b. Peningkatan pelayananpengendalian bahayakebakaran sertapenanggulanganbencana

  SASARAN

INDIKATOR KINERJA

  Tersedianya sistem jaringan drainase skala kawasan dan skala kota Tidak terjadinya genangan> 2 kali/tahun Tersedianya sistemairlimbah setempat ygmemadai Tersedianya sistemair limbah skalakomunitas/kawasan/kota prosentase penyediaan fasilitas pengurangan sampah di perkotaan Tersedianya sistem penanganan sampah di perkotaan

  Terwujudnya sarana dan prasarana Tersedianya air baku untuk memenuhi kebutuhan

  1 perkotaan yang memadai pokok minimal sehari-hari Tersedianya akses air minumyg aman melalui sistempenyediaan air minumdg jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi dg kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari sangat baik) Cakupan lingkungan yang sehat dan aman yang didukung dengan PSU Meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana dasar permukiman Terbangunnya RTH kawasan sungai

  Peningkatan pelayananpengendalian Kondisi prasarana dan sarana penanggulangan 2 bahayakebakaran bencana baik sertapenanggulanganbencana

  

Indikator kinerja dan capaian kinerja Misi Empat yaitumemantapkan pengelolaan prasarana

dan sarana, sumberdaya alam dan lingkungan hidup dinyatakan dalam tabel berikut ini.

  

Tabel 5.6Indikator Kinerja dan Capaian Kinerja Misi Empat :Memantapkan pengelolaan

prasarana dan sarana, sumberdaya alam dan lingkungan hidup

  Kondisi Capaian Kinerja No Indikator Kinerja Satuan 2009 2011 2012 2013 2014 2015 Kondisi Prasarana dan 3 % 73,17

  74

  75

  76

  77

  78 sarana perhubungan baik Kondisi prasarana dan 5 % 35,69

  37

  38

  39

  40

  41 sarana permukiman baik Kondisi prasarana dan 6 sarana penanggulangan %

  38 40 42,5 45 47,5

  50 bencana baik Kondisi prasarana dan 7 %

  8 10,8 13,5 16,2 19 21,6 sarana perekonomian baik Rata-rata penurunan air

16 cm <40 <40 <40 <40 <40

tanah

  

17 Alih fungsi lahan pertanian % 0,32 0,30 0,27 0,24 0,20 0,17

  18 Tertib pemanfaatan tanah %

  80

  82

  84

  86

  88

  90 Tertib administrasi 19 %

  56

  58

  59

  60

  61

  62 pertanahan

  

20 RTH Perkotaan % >30 >30 >30 >30 >30 >30

  21 Cakupan RDTR % 59,14

  65

  70

  86 91 100 <ambang

  

22 Kualitas Udara < AB < AB < AB < AB < AB < AB

batas Kondisi Capaian Kinerja No Indikator Kinerja Satuan 2009 2011 2012 2013 2014 2015

23 Status Mutu Air Sungai -11s/d-30 -11s/d-30 -11s/d-30 -11s/d-30 -11s/d-30 -11s/d-30

  

24 Kualitas lahan/tanah <ambang < AB < AB < AB < AB < AB < AB

batas

  25 Usaha yang memiliki IPAL % 82,3 83 83,5 84 84,5

  85

  

26 Usaha yang memiliki % 98,71 98,90 99,00 99,10 99,20 99,30

dokumen lingkungan

  

27 Energi terbarukan bh 293 310 320 330 340 350

terbangun

  28 Elektrifikasi % 94 94,50 95,00 95,50 96,00 96,50 Sumber: diolah dari RPJMD Kab. Sleman 2010-2015

5.3 Arahan Peraturan Daerah Bangunan Gedung

  

Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Bangunan Gedung

mengatur fungsi bangunan gedung merupakan ketetapan pemenuhan persyaratan teknis

  

bangunan gedung ditinjau dari segi tata bangunan dan lingkungan maupun keandalan

bangunan gedung. Bangunan gedung yang mempunyai fungsi :

  

a. fungsi hunian mempunyai fungsi utama sebagai tempat tinggal manusia yang meliputi

rumah tinggal tunggal, rumah tinggal deret, rumah tinggal susun, dan rumah tinggal sementara;

  

b. fungsi keagamaan mempunyai fungsi utama sebagai tempat melakukan ibadah yang

meliputi bangunan masjid termasuk musholla, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara dan bangunan kelenteng;

  

c. fungsi usaha mempunyai fungsi utama sebagai tempat melakukan kegiatan usaha yang

meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan/penginapan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan;

d. fungsi sosial dan budaya mempunyai fungsi utama sebagai tempat melakukan kegiatan

sosial dan budaya yang meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan, laboratorium, dan bangunan gedung pelayanan umum;

  

e. fungsi khusus mempunyai fungsi utama sebagai tempat melakukan kegiatan yang

mempunyai tingkat kerahasiaan tinggi atau yang penyelenggaraannya dapat membahayakan masyarakat di sekitarnya dan/atau mempunyai risiko bahaya tinggi yang meliputi bangunan gedung untuk reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenisnya yang ditetapkan oleh Menteri; dan

  

f. fungsi campuran atau ganda adalah bangunan gedung yang memiliki lebih dari satu

fungsi. Prasarana dan Sarana bangunan gedung berfungsi sebagai berikut :

  

a. fungsi sebagai pembatas/penahan/pengaman yang meliputi pagar, tanggul/retaining wall,

Turap batas kavling/persil; b. fungsi sebagai penanda masuk lokasi yang meliputi gapura, gerbang;

  

c. fungsi sebagai perkerasan yang meliputi jalan, lapangan upacara, lapangan olah raga

terbuka; d. fungsi sebagai penghubung yang meliputi jembatan, box culvert;

  

e. fungsi sebagai kolam bawah tanah yang meliputi kolam renang, kolam pengolahan air ,

bak air di bawah tanah, sumur peresapan air hujan, sumur peresapan air limbah, septic tank; f. fungsi sebagai menara yang meliputi menara antena, menara bak air dan cerobong.

  g. fungsi sebagai monumen yang meliputi tugu, patung;

  

h. fungsi sebagai instalasi / gardu yang meliputi instalasi listrik, instalasi telepon/

komunikasi, instalasi pengolahan;

i. fungsi reklame/papan nama yang meliputi billboard, papan iklan, papan nama (berdiri

sendiri atau berupa tembok pagar); dan j. fungsi fasilitas umum.

  

Setiap bangunan gedung wajib memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis

sesuai dengan fungsi bangunan gedung. Persyaratan administratif bangunan gedung

meliputi:

  a. status hak atas tanah, dan atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;

  b. status kepemilikan bangunan gedung; dan c. izin mendirikan bangunan gedung.

Persyaratan teknis bangunan gedung meliputi persyaratan tata bangunan dan persyaratan

keandalan bangunan gedung.Persyaratan keandalan bangunan meliputi persyaratan

keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan.

5.4 Arahan Rencana Induk Sistem PAM Kabupaten/Kota (RISPAM)

  Penyediaan air bersih Kota Yogyakarta meliputi:

  a. sistem air bersih perpipaan yang dikelola Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), dan jaringan yang dikelola oleh swasta dan atau masyarakat; b. sistem air bersih non perpipaan milik perorangan dan berupa sumur di Mandi Cuci

Kakus (MCK) umum dengan menggunakan alat penjernih secara permanen.

Pelayanan sistem penyediaan air bersih diarahkan pada pelayanan individual dan

komunal.Penyediaan air bersih perpipaan dalam rangka peningkatan pelayanannya tersebar

diseluruh Kecamatan secara merata untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kota.

Penyediaan air bersih non perpipaan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

berpenghasilan rendah.Rencana pengembangan jaringan air minum perpipaan Kota

Yogyakarta di jelaskan melalui gambar di bawah ini.

  

Gambar 5.3Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum Perpipaan Kota Yogyakarta

5.5 Arahan Strategi Sanitasi Kota (SSK)

  

Sebagai akselerasi untuk mewujudkan kesinambungan pembangunan dengan

memperhatikan RPJM Nasional, dan mengacu pada RPJPD Kota Yogyakarta dan RPJMD

Kota Yogyakarta, maka dapat dijabarkan visi dan misi sanitasi Kota Yogyakarta sebagai

berikut ini.

  Tabel 5.7 Visi Misi Sanitasi Kota Yogyakarta

  Visi Kota Misi Kota Visi Sanitasi Kota Misi Sanitasi Kota Kota Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan Berkualitas, Pariwisata Berbasis Budaya dan Pusat Pelayanan Jasa, yang Berwawasan Lingkungan”.

  1. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih.

  • Mewujudkan sistem pengelolaan air limbah yang berkelanjutan
  • Meningkatkan kualitas layanan air limbah domestik
  • Mengembangkan cakupan pelayanan air limbah domestik
  • Pemerdayaan masyarakat dalam pengelolaan air limbah domestik

  2. Mewujudkan pelayanan publik yang berkualitas.

  3. Mewujudkan pemberdayaan masyarakat Terwujudnya Sanitasi yang memadai, sehat dan berwawasan lingkungan bagi masyarakat Kota Yogyakarta

  Misi Air Limbah Domestik:

  Misi Persampahan

  Visi Kota Misi Kota Visi Sanitasi Kota Misi Sanitasi Kota 1. dengan Mewujudkan sistem gerakan Segoro pengelolaan sampah yang Amarto. handal untuk meningkatkan

4. Mewujudkan kinerja pengelolaan sampah 2.

  daya saing Memberdayakan masyarakat daerah yang dan meningkatkan peran aktif kuat. dunia usaha/swasta sebagai mitra dalam pelayanan pengelolaan persampahan

  Misi Drainase drainase yang

  • Pengelolaan berkualitas, memadai serta menjamin kelancaran aliran air

  Misi Perilaku Hidup Bersih Sehat

  • Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat dalam pembangunan kesehatan untuk menciptakan perilaku hidup sehat Bidang sanitasi dan kesehatan lingkungan memegang peranan yang sangat vital dalam mewujudkan visi Kota Yogyakarta yang termuat dalam RPJP Kota Yogyakarta 2005-20025 maupun RPJM 2012-2016. Kondisi lingkungan yang bersih, sehat akan menunjang identitas Yogyakarta sebagai kota pelajar, pariwasata, dan budaya.Untuk mendukung dan mewujudkan visi kota Yogyakarta dalam bidang lingkungan tersebut, maka disusunlah visi sanitasi kota Yogyakarta. Visi tersebut merupakan penjabaran dari visi kota yang termuat dalam dua dokumen perencanaan tersebut. Visi sanitasi Kota Yogyakarta disusun oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi berdasarkan hasil kesepakatan antar SKPD yang terkait, antara lain BLH (Badan Lingkungan Hidup), Dinas Kimpraswil (Permukiman dan Prasarana Wilayah), dan Dinkes (Dinas Kesehatan) Kota Yogyakarta. Analisis misi, dan swot yang telah dilakukan kemudian dijadikan sebagai dasar dalam penyusunan tujuan, sasaran, dan strategi sanitasi untuk meningkatkan pegembangan pengelolaan limbah Kota Yogyakarta. Lebih jelasnya tentang tujuan, sasaran dan strategi dapat diperhatikan dalam tabel berikut :

  

Tabel 5.8Tujuan Sasaran dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Air Limbah Domestik

Kota Yogyakarta

Sumber: SSK Yogyakarta, 2012

Dalam pengembangan pengelolaan sanitasi bidang limbah domestik, terdapat 4 tujuan yang

akan dicapai berdasarkan analisis terhadap kondisi dan potensi yang ada. Tujuan pertama

yaitu meningkatkan sistem pengelolaan pengelolaan air limbah yang terhubung di IPAL

Sewon.Indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pencapaian tujuan tersebut

adalah kapasitas SR IPAL Sewon untuk Kota Yogyakarta terpenuhi, yaitu sebanyak 5000

pelanggan atau meningkat dari 63% menjadi 100% di tahun 2014.

Jumlah penduduk yang terus bertambah menyebabkan kebutuhan terhadap sarana

pengolahan off-site terus bertambah. Berdasarkan analisis yang dilakukan, kebutuhan

sambungan rumah untuk sistem off-site di kota yogyakarta adalah sebesar 26.000

sambungan rumah. Hingga saat ini, kapasitas IPLT yang ada baru mampu melayani 5000

pelanggan sehingga dibutuhkan penambahan IPLT baru untuk mencukupi kebutuhan 21.000

pelanggan lainnya. Pembangunan IPLT baru yang mampu memenuhi kebutuhan

masyarakat tersebut kemudian ditetapkan menjadi salah satu tujuan dalam pengembangan

  Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang septik- tank yang aman Kesadaran masyarakat dalam perawatan sarana septik- tank yang aman meningkat Masyarakat meningkatkan perawatan terhadap sarana septik-tank

  Implementasi perda tentang Pengelolaan dan retribusi Pelanggan Implementasi pembangunan

  IPLT terpenuhi tahun 2015-2017 atau melayani 100 kebutuhan SR Kota Yogyakarta

  Jumlah 21000 pelanggan

  IPLT dapat memenuhi kebutuhan SR Kota Yogyakarta

  Peningkatan Kapasitas IPLT Kapasitas

  Pemerdayaan masyarakat dalam pengelolaan air limbah domestik

  Sosialisasi pada masyarakat tentang kesadaran perawatan sarana septik-tank yang aman

  IPAL Mengembang kan cakupan pelayanan air limbah domestik

  Visi Tujuan Sasaran Strategi Pernyataan sasaran Indikator sasaran Mewujudkan sistem pengelolaan air limbah yang berkelanjuta

  IPAL meningkat Sosialisasi pada masyarakat tentang kesadaran perawatan sarana

  IPAL meningkat Partisipasi masyarakat dalam perawatan sarana

  Meningkatka n kualitas layanan air limbah domestik Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam perawatan sarana IPAL Kesadaran masyarakat dalam perawatan sarana

  Optimalisasi IPAL Sewon Implementasi perda tentang Pengelolaan dan retribusi Pelanggan

  Jumlah pelanggan terpenuhi menjadi 5000 pelanggan atau meningkat dari 63 % ke 100 % tahun 2014

  IPAL Sewon untuk Kota Yogyakarta terpenuhi

  Kapasitas SR

  Meningkatkan sistem pengelolaan air limbah yang terhubung di IPAL Sewon

  IPLT dan sistem jaringan Tersedianya alokasi dana APBN

  

sanitasi Kota Yogyakarta. Alokasi dana APBN yang sudah tersedia untuk pembangunan,

merupakan salah satu strategi yang dapat dilaksanakan untuk mewujudkan tujuan tersebut,

selain strategi lainnya yaitu implementasi perda tentang pengelolaan dan retribusi limbah

domestik, dan juga implementasi rencana pembangunan IPLT.

  

Peran serta masyarakat dan jender dalam pengelolaan air limbah domestik sangat

diperlukan untuk mewujudkan pengelolaan sanitasi yang sehat di Kota Yogyakarta.

Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam perawatan sarana IPAL dan perawatan septik-

tank merupakan tujuan pengembangan sanitasi yang melibatkan peran aktif