PERMISIVITAS PRIA TERHADAP KEPERAWANAN WANITA LAJANG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA

  PERMISIVITAS PRIA TERHADAP KEPERAWANAN WANITA LAJANG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Oleh: Ancilla Aisha Johanna NIM: 079114138 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

HALAMAN MOTTO

  “No matter how many mistakes you make or how slow you progress, you are still way ahead of anyone who is not even trying.”

  • – Maria Christine Anggraeni Sadipun

  Virginity is such a personal thing. You can't judge anyone on it. A lot of young women feel they want to save themselves for the man who they think they'll love forever.

  • – Joyce Brothers

  “People  with lost personalities will suffer a great deal more than those with  lost  virginities.”  

  ― Melina Marchetta, Saving Francesca

   

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Skripsi ini saya persembahkan untuk: Semua wanita yang cantik, pintar, dan kuat di seluruh dunia, terutama yang paling saya cintai, yaitu mama saya, Kiki Maria, yang sepenuhnya mendukung saya untuk meraih segala cita-cita dan selalu ada untuk saya dalam suka dan duka.

  

PERMISIVITAS PRIA TERHADAP KEPERAWANAN WANITA LAJANG

DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA

Ancilla Aisha Johanna

  

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang memiliki korelasi signifikan

dengan permisivitas pria terhadap keperawanan wanita lajang. Permisivitas pria terhadap

keperawanan wanita lajang adalah suatu sikap atau kecenderungan pria untuk lebih terbuka dan

membebaskan wanita untuk kehilangan keperawanannya sebelum ikatan pernikahan. Penelitian ini

dilatarbelakangi oleh banyaknya fenomena terkait dengan keperawanan wanita lajang yang

membuat wanita, khususnya yang sudah tidak perawan, merasa tidak nyaman dengan status

keperawanannya sendiri. Penulis pun menjadi tertarik untuk meneliti apa yang sebenarnya ada

dalam pikiran masyarakat mengenai keperawanan wanita lajang, kemudian secara khusus meneliti

apa saja yang diduga berhubungan dengan toleransi pria terhadap hal tersebut. Jumlah subjek

dalam penelitian ini adalah 110 orang untuk Kuesioner I dan 200 orang untuk Kuesioner II.

Kuesioner I melibatkan subjek campur yaitu pria dan wanita, sedangkan Kuesioner II hanya

ditujukan bagi subjek pria yang berusia minimal 19 tahun. Kedua kuesioner online tersebut

disebarkan ke subjek dari berbagai daerah di Indonesia menggunakan link dari program

GoogleDocs melalui promosi di Facebook, Twitter, dan Kaskus. Data penelitian dari Kuesioner I

dianalisis menggunakan teknik Paired Comparison. Sedangkan untuk Kuesioner II, menggunakan

analisis regresi, uji-T, dan analisis varians, dibantu dengan program SPSS 16.0 for Windows. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang akhirnya ditemukan memang berkorelasi signifikan

dengan permisivitas pria adalah standar ganda (b = 0,158; p = 0,001), religiusitas (b = 0,120; p =

0,001), dan keperjakaan (p = 0,005). Kata kunci: permisivitas, keperawanan, wanita lajang

  

MEN’S PERMISSIVENESS TOWARDS THE VIRGINITY OF

UNMARRIED WOMEN AND THE FACTORS RELATED TO IT

Ancilla Aisha Johanna

  

ABSTRACT

The aim of this study is to investigate the factors that have significant correlation with

men’s permissiveness towards the virginity of unmarried women. Men’s permissiveness towards

virginity of unmarried women is an attitude or a tendency of men to be more open and liberating

for the women to lose their virginity before marriage. This research was motivated by a number of

phenomena associated with the virginity of unmarried women which caused women, especially

who are no longer virgins, to feel uncomfortable about their own virginity status. The Researcher

became interested in studying what is actually inside the mind of the people in general about such

thing, and then specifically in studying the factors that were assumed to be related to the tolerance

of men towards the unmarried women’s virginity. The number of subjects of this study is 110 for

Questionnaire I and 200 for Questionnaire II. Questionnaire I involved mixed subjects, men and

women, whereas Questionnaire II was intended only for male subjects with 19 years old as the

minimum age. Both online questionnaires were distributed to the subjects from various regions of

Indonesia by using the link from GoogleDocs program through promotion on Facebook, Twitter,

and Kaskus. The data from Questionnaire I was analyzed by using Paired Comparison technique,

as for Questionnaire II, the data was analyzed by using regression analysis, T-test, and variance

analysis, assisted by the program of SPSS 16.0 for Windows. The results of this research indicated

the factors that are ultimately found to correlate significantly with men’s permissiveness are

double standard (b = 0,158; p = 0,001), religiosity (b = 0,120; p = 0,001), and male virginity (p =

0,005). Key words: permissiveness, virginity, unmarried women

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat-Nya yang senantiasa menyertai saya sehingga akhirnya saya berhasil menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

  Dalam proses panjang selama satu tahun merampungkan skripsi ini, Penulis telah melibatkan banyak pihak. Oleh karena itu, Penulis hendak mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan kepada:

  1. Dr. Christina Siwi Handayani, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

  2. Bapak Cornelius Siswa Widyatmoko, M.Psi., selaku dosen pembimbing skripsi saya. “Terima kasih sudah sabar menghadapi dan membimbing saya dengan segala ide saya yang sebelumnya tidak terarah, dan juga untuk semua

  snack yang Bapak sediakan selama sesi bimbingan. Two words, YOU ROCK .”

  3. Para dosen penguji saya: Bapak Cornelius Siswa Widyatmoko, M.Psi; Bapak Agung Santoso, S.Psi., M.A.; dan Ibu Monica Eviandaru Madyaningrum, M.App.Psych.

  4. Bapak Agung Santoso, S.Psi., M.A., atas bantuannya dalam menjelaskan statistik hasil penelitian saya.

  5. Mbak Elisabeth Haksi Mayawati, atas bantuannya dalam meng-input data ke dalam program SPSS 16.0 for Windows dan penjelasannya mengenai bagaimana menulis pembahasan penelitian yang baik.

  6. Segenap dosen dan karyawan di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, khususnya Mas Gandung, Pak Gik, Mbak Nanik, Mas Doni, Mas Muji, yang telah membantu kelancaran administrasi skripsi saya.

  7. Orang tua saya, Mama Kiki, Papa Abri, Ayah Bobby, dan Ibu Rani, yang telah membesarkan saya dan mencintai saya setulus hati. “I love you all.

  8. Ketiga adik saya, Ignatz, Abby, dan Bia, yang telah membuat saya merasa bahwa saya adalah seorang kakak yang beruntung. “I love you, bros and sis!

  9. Nenek saya, Mama Uzie, yang telah menjadi salah satu bagian terbesar dalam hidup saya. “I will always love and miss you.

  10. Semua anggota keluarga besar yang telah mewarnai hidup saya.

  11. Isabella Floriana, teman terbaik saya selama menjalani perkuliahan di kampus tercinta ini. “Thanks buat semua suka-duka yang kita lewati bareng! Semua pasti ada hikmahnya, beb. Always remember that we are beautiful, smart, and

  strong at the same time .”

  12. Brigitta Santa dan Fransiska Maharani, dua teman seangkatan saya yang sudah mengajari saya program SPSS 16.0 for Windows.

  13. Semua teman di Fakultas Psikologi angkatan 2007, atas segala kenangan yang tidak akan pernah saya lupakan seumur hidup saya.

  14. Maria Christine Anggraeni Sadipun dan Andre Wijaya Binarto, kedua sahabat terbaik saya yang paling mengerti dan menerima saya luar-dalam. “Thanks

  for all the good and bad times we spent together, and for the support and the spirit you guys always gave me. I love you both.

  15. Joaquin Angel Oliveras Vega, yang telah memotivasi saya untuk memulai skripsi ini dan senantiasa mendukung saya selama proses penyelesaiannya.

  “Gracias por tu apoyo, tu cuidado, tu paciencia... y sobre todo, tu amor.

  Tuvimos nuestros momentos buenos y malos... pero la razón porque te amo es todo lo que hemos pasado juntos...

  16. Teman-teman dari Facebook, Twitter, dan Kaskus yang telah bersedia menjadi subjek penelitian saya. “Guys, without you, my research is nothing.

  Thanks a lot!

  17. Teman-teman yang sudah ikut membantu menyebarkan kuesioner online saya, khususnya Mas Felix, Bang Tama, dan Adit.

  18. Teman-teman dari Seems Today yang sabar menunggu saya menyelesaikan skripsi.

  19. Semua pihak terkait yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.

  Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini, namun kiranya skripsi ini dapat memberikan manfaat dan sumbangan bagi penelitian selanjutnya dan pihak-pihak yang memerlukan.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ................................ ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii HALAMAN MOTTO ...................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................... vi ABSTRAK ....................................................................................................... vii ABSTRACT ..................................................................................................... viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................... ix KATA PENGANTAR ..................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ............................................................................................ xviii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xx BAB I. PENDAHULUAN ...............................................................................

  1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................

  1 B. Rumusan Masalah .........................................................................

  9 C. Tujuan Penelitian ..........................................................................

  9 D. Manfaat Penelitian ........................................................................

  10 BAB II. LANDASAN TEORI .........................................................................

  11 A. Keperawanan .................................................................................

  11

  1. Pengertian keperawanan ...........................................................

  11 a. Keperawanan secara fisik ....................................................

  12 b. Keperawanan secara psikologis ...........................................

  14 2. Permisivitas pria terhadap keperawanan wanita lajang ............

  14

  a. Pengertian permisivitas terhadap keperawanan wanita lajang ....................................................................................

  14

  b. Faktor-faktor dari jurnal ilmiah yang diduga berhubungan dengan permisivitas pria terhadap keperawanan wanita lajang ..................................................

  15

  c. Faktor-faktor dari biro jodoh yang diduga berhubungan dengan permisivitas pria terhadap keperawanan wanita lajang ....................................................................................

  22 B. Pria Dewasa Awal .........................................................................

  23 1. Pengertian .................................................................................

  23 a. Perkembangan fisik pada masa dewasa awal ......................

  24 b. Perkembangan kognitif pada masa dewasa awal .................

  25

  c. Perkembangan sosio-emosional pada masa dewasa awal ......................................................................................

  27 2. Batasan .....................................................................................

  28 C. Hipotesis ........................................................................................

  28 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .......................................................

  30 A. Jenis Penelitian ..............................................................................

  30

  B. Identifikasi Variabel ......................................................................

  35 9. Keadaan tinggal ........................................................................

  38 D. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel ..................................

  38 17. Permisivitas pria terhadap keperawanan wanita lajang ............

  37 16. Sifat setia ..................................................................................

  37 15. Sifat jujur ..................................................................................

  37 14. Sifat sabar .................................................................................

  36 13. Sifat humoris ............................................................................

  36 12. Usia ...........................................................................................

  36 11. Status pernikahan......................................................................

  35 10. Kebiasaan merokok ..................................................................

  35 8. Agama / kepercayaan ...............................................................

  31 1. Variabel bebas (independent) ...................................................

  34 7. Keperjakaan ..............................................................................

  34 6. Ras / suku / etnis .......................................................................

  33 5. Pengetahuan tentang hal-hal seputar seks ................................

  33 4. Religiusitas ...............................................................................

  32 3. Status sosio-ekonomi ................................................................

  31 2. Daerah asal ...............................................................................

  31 1. Standar ganda ...........................................................................

  31 C. Definisi Operasional ......................................................................

  31 2. Variabel tergantung (dependent) ..............................................

  39

  1. Populasi ....................................................................................

  39 2. Sampel ......................................................................................

  39 E. Metode Pengumpulan Data ...........................................................

  40 1. Survei Awal ..............................................................................

  40 2. Kuesioner I: Nilai Keperawanan Wanita Lajang ......................

  40

  3. Kuesioner II: Pandangan Pria Terhadap Keperawanan Wanita Lajang ..........................................................................

  41 F. Validitas Alat Ukur .......................................................................

  42 G. Teknik Analisis .............................................................................

  43 1. Survei Awal ..............................................................................

  43 2. Kuesioner I: Nilai Keperawanan Wanita Lajang ......................

  43

  3. Kuesioner II: Pandangan Pria Terhadap Keperawanan Wanita Lajang ..........................................................................

  44 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................

  46 A. Pelaksanaan Penelitian ..................................................................

  46 B. Hasil Penelitian .............................................................................

  47 1. Hasil penelitian dari Survei Awal .............................................

  47 2. Hasil penelitian dari Kuesioner I ..............................................

  49 3. Hasil penelitian dari Kuesioner II .............................................

  50 a. Variabel tergantung .............................................................

  50 b. Variabel bebas .....................................................................

  52 C. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................

  66

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................

  75 A. Kesimpulan ...................................................................................

  75 B. Saran ..............................................................................................

  76 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

  78 LAMPIRAN .....................................................................................................

  83

  

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Nilai / bobot jenis-jenis keperawanan wanita lajang .........................

  57 Tabel 11 Uji normalitas variabel sifat jujur ....................................................

  60 Tabel 17 Uji normalitas variabel ras / suku / etnis (1 = Jawa; 2 =

Sunda; 3 = Batak; 4 = Chinese / Tiong Hoa; 5 = Lainnya) ..................

  60 Tabel 16 Analisis varians variabel daerah asal ..............................................

  59 Tabel 15 Uji normalitas variabel daerah asal (1 = Perkotaan; 2 =

Pinggiran kota; 3 = Pedesaan / perkampungan) ...................................

  59 Tabel 14 Uji-T variabel sifat setia ...................................................................

  58 Tabel 13 Uji normalitas variabel sifat setia ....................................................

  58 Tabel 12 Uji-T variabel sifat jujur ...................................................................

  57 Tabel 10 Uji-T variabel sifat sabar ..................................................................

  49 Tabel 2 Permisivitas pria pada wanita lajang untuk dijadikan istri

berdasarkan jenis keperawanannya .......................................................

  56 Tabel 9 Uji normalitas variabel sifat sabar .....................................................

  56 Tabel 8 Uji-T variabel sifat humoris ................................................................

  55 Tabel 7 Uji normalitas variabel sifat humoris .................................................

  55 Tabel 6 Uji-T variabel keperjakaan .................................................................

  53 Tabel 5 Uji normalitas variabel keperjakaan ..................................................

  53 Tabel 4 Analisis regresi untuk 6 variabel dengan data interval ......................

  51 Tabel 3 Uji normalitas untuk 6 variabel dengan data interval ........................

  61

  Tabel 18 Analisis varians variabel ras / suku / etnis .......................................

  62 Tabel 19 Uji normalitas variabel agama / kepercayaan (1 = Islam;

  2 = Kristen Protestan; 3 = Kristen Katolik; 4 = Hindu; 5 = Buddha; 6 = Kong Hu Cu; 7 = Tidak menganut agama /

kepercayaan apapun; 8 = Lainnya) .......................................................

  62 Tabel 20 Analisis varians variabel agama / kepercayaan ...............................

  63 Tabel 21 Uji normalitas variabel keadaan tinggal (1 = Tinggal di rumah

  sendiri; 2 = Tinggal dengan orang tua; 3 = Tinggal di kos; 4 =

Tinggal bersama keluarga lain; 5 = Lainnya) .......................................

  64 Tabel 22 Analisis varians variabel keadaan tinggal .......................................

  64 Tabel 23 Uji normalitas variabel status pernikahan (1 = Belum menikah;

2 = Menikah; 3 = Duda) ........................................................................

  65 Tabel 24 Analisis varians variabel status pernikahan .....................................

  65

  DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Kuesioner I: Nilai Keperawanan Wanita Lajang .........................

  84 Lampiran 2: Kuesioner II: Pandangan Pria Terhadap Keperawanan Wanita Lajang .....................................................................................................

  97 Lampiran 3: Data Kuesioner I .......................................................................... 110 Lampiran 4: Data Kuesioner II ........................................................................ 118

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika seseorang di Indonesia masih berada dalam status lajang atau

  belum pernah menikah, saat itulah keperawanan sering kali dipertanyakan. Di negeri ini, keperawanan pada wanita seringkali dilambangkan sebagai “mahkota” atau “harta yang paling berharga” atau “tanda kesucian” atau “tanda kesetiaan pada suami” (Sarwono, 1989). Karena itu, hubungan seks sering juga disebut sebagai hubungan suami-istri. Selain itu, Indonesia adalah negara yang mengakui enam agama, salah satunya adalah Islam. Agama ini dipeluk oleh mayoritas penduduk Indonesia (85,2%), dan ajarannya mengatakan bahwa hubungan seks hanya dibenarkan jika dilakukan oleh pasangan suami-istri yang sah (http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia, http://id.wikipedia.org/wiki/Hubungan_seksual). Keadaan ini menciptakan pemikiran bahwa hubungan seks adalah hal yang seharusnya dilakukan oleh pasangan yang sudah menikah.

  Namun, pada kenyataannya, tidak semua orang di Indonesia yang telah melakukan hubungan seks sudah terikat dalam pernikahan. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Komisi Nasional Perlindungan Anak (KomNas PA) di 12 kota besar di Indonesia pada tahun 2007, sebesar 93,7% remaja yang duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) terdata sudah

       

    pernah melakukan ciuman, petting, dan oral sex. Sementara itu, 62,7% sudah tidak perawan, dalam arti pernah melakukan sexual intercourse (http://berita.liputan6.com/read/302884/Komnas.PA.212.Persen.Remaja.Pern ah.Aborsi). Persentase ini didapat dari para remaja SMP yang usianya berkisar antara 11-15 tahun. Rentang usia tersebut belum dianggap legal untuk menikah berdasarkan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 pasal 7 ayat 1 yang menyatakan bahwa usia minimal untuk menikah adalah 19 tahun bagi laki-laki dan 16 tahun bagi perempuan. Selain itu, survei yang dilakukan Asia-Pacific Council on Contraception dan PT Bayer Indonesia pada Juli 2011 menunjukkan bahwa hampir 60% remaja merasa saling mencintai adalah alasan cukup untuk berhubungan seks. Survei ini dilakukan di sembilan negara yaitu Indonesia, China, Korea Selatan, Thailand, Singapura, India, Pakistan, Taiwan, dan Malaysia. Jumlah responden adalah 100 orang pria dan 100 orang wanita (http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/10/08/lsr5tr- astaghfirullahsebagian-besar-remaja-perkotaan-pernah-berhubungan-seks).

  Oleh karena itu, hal ini mengindikasikan bahwa di Indonesia hubungan seks juga sudah cukup akrab dengan kehidupan sehari-hari orang yang belum menikah.

  Sementara itu, Dr. Boyke Dian Nugraha, SpOG MARS pernah mengadakan survei tentang harapan pria Indonesia terhadap wanita yang akan menjadi istri mereka. Hasilnya menunjukkan bahwa setidaknya 70-80% pria

       

    mereka (http://teknologi.kompasiana.com/internet/2010/02/06/kembali- perawan-setelah-punya-anak/). Selain itu, hasil polling www.hanyalelaki.com menunjukan 54,79% dari 303 responden menganggap keperawanan penting sekali (http://www.seksualitas.net/2-cara-mengembalikan-keperawanan.htm).

  Sebuah survei dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang dilakukan dalam kurun waktu 2010 memperoleh data mengenai persentase remaja perempuan lajang di Indonesia yang sudah tidak perawan karena melakukan hubungan seks pra-nikah. Berdasarkan survei tersebut, 51 dari 100 remaja perempuan yang tinggal di wilayah Jabodetabek telah kehilangan keperawanannya. Selain di Jabodetabek, diperoleh juga data di kota-kota besar lain, seperti Surabaya (54%), Medan (52%), Bandung (47%), dan Yogyakarta (37%) (http://megapolitan.kompas.com/read/2010/11/28/1353182/Separuh.Gadis.Ja bodetabek.Tidak.Perawan).

  Setelah mengetahui data-data tersebut, tampak adanya ketidakseimbangan antara harapan pria mengenai keperawanan wanita dengan situasi keperawanan para wanita itu sendiri di Indonesia. Hal ini menjelaskan mengapa beberapa kasus di bawah ini cukup marak di Indonesia.

  Yang pertama adalah fenomena operasi keperawanan atau dalam bahasa kedokteran disebut dengan Laser Vaginal Rejuvenation (LVR). LVR terbagi menjadi 3 jenis, yaitu hymenoplasty (operasi selaput dara), labioplasty (rekonstruksi labia mayora dan minora untuk estetika), dan perinioplasty

       

    (http://homecarejogja.com/operasi-keperawanan-atau-laser-vaginal- rejuvenation/). Tidak ada cara untuk mengetahui apakah seorang wanita sudah pernah melakukan hubungan seks atau belum, kecuali wanita itu sendiri mengakuinya dengan jujur. Meskipun begitu, banyak orang yang masih beranggapan bahwa satu-satunya cara untuk mengetahui hal tersebut adalah dengan melihat apakah sang wanita mengalami pendarahan di saat melakukan hubungan seks (http://kesehatan.kompas.com/read/2010/01/28/07383455/Duh.Ragu.Menikah .karena.Tak.Perawan.Lagi). Pendarahan yang dimaksud di sini adalah robeknya selaput dara atau hymen dalam vagina perempuan yang kemudian menimbulkan keluarnya darah dari lubang senggama. Walau sesungguhnya, di saat seorang wanita mencapai usia pubertas, selaput dara menjadi elastis.

  Hanya 43% wanita melaporkan pendarahan ketika mereka pertama kali melakukan senggama (http://id.wikipedia.org/wiki/Selaput_dara). Menurut Dr. Budi ML, SpOG, dari Rumah Sakit Ibu dan Anak Jatisampurna, selaput dara kondisinya berbeda antara satu wanita dengan lainnya. Ada selaput dara yang tipis sehingga lebih mudah robek. Ada pula selaput dara yang sangat kuat atau liat sehingga tidak mudah robek. Bukan hanya senggama yang dapat menyebabkan robeknya selaput dara. Aktivitas olahraga seperti senam, benturan karena jatuh, penggunaan tampon saat menstruasi, dan lainnya juga bisa menyebabkan selaput dara robek (http://kesehatan.kompas.com/read/2010/07/03/10244121/Selaput.Dara.Buka

       

   

  hymenoplasty yang merupakan jenis LVR yang diminati para wanita di

  Indonesia karena dapat mengembalikan selaput dara yang telah robek sebelumnya.

  Menurut seksolog Dr. Wimpie Pangkahila, SpAnd, sekarang ini memang banyak wanita ingin melakukan hymenoplasty dengan alasan yang beragam, salah satunya adalah supaya dianggap masih perawan ketika menikah. Hal ini dibenarkan oleh Dr. Boyke yang juga membuka praktek

  hymenoplasty . Beliau mengatakan bahwa persepsi kebanyakan pria yang

  sangat mementingkan keperawanan calon istrinya sebelum pernikahan membuat para wanita di Indonesia yang sudah tidak perawan menjadi khawatir. Tidak heran jika kemudian banyak wanita memilih untuk menjalani

  hymenoplasty . Dengan hymenoplasty, otot-otot keperawanan menjadi kembali

  seperti semula: kencang dan bisa mengeluarkan darah layaknya hubungan seks pertama, sehingga para suami itu akan percaya bahwa para wanita itu mempertahankan keperawanannya sampai pernikahan. Menurut Dr. Boyke, pasien yang diterimanya kebanyakan remaja yang jadi korban pemerkosaan atau remaja yang ingin bertobat dari pergaulan seks bebas yang kemudian ingin menikah. Beliau juga menjelaskan, para dokter yang menangani

  hymenoplasty di Indonesia sepakat tidak mau melayani pasien yang tidak

  didampingi orangtua (http://teknologi.kompasiana.com/internet/2010/02/06/kembali-perawan- setelah-punya-anak/).

       

   

  

Hymenoplasty juga memiliki beberapa efek samping, antara lain dapat

  mengakibatkan pembengkakan dan rasa sakit pada vagina, serta bisa menyebabkan demam, infeksi, dan gangguan saraf pada alat vital wanita tersebut (http://www.whereismydoctor.com/guides/plastic-surgery/genital- surgery/hymenoplasty_revirginization; http://www.onlinesurgery.com/article/potential-side-effects-of- hymenoplasty.html). Selain itu, biaya operasi ini yang juga tidak termasuk murah. Sebagai contoh, biaya hymenoplasty di Rumah Sakit Happyland Yogyakarta berkisar antara Rp 8.500.000,- sampai Rp 10.000.000,-.

  Selain hymenoplasty, ternyata ada lagi cara lain untuk bisa menjadi perawan, yaitu dengan cara menggunakan selaput dara palsu. Alat ini belakangan marak digunakan di Eropa, Asia, hingga ke Timur Tengah. Salah satu merek selaput dara palsu itu adalah Gigimo. Selaput dara palsu buatan China tersebut diyakini bisa membuat vagina wanita layaknya perawan dan bisa mengeluarkan cairan seperti darah perawan. Alat itu sudah masuk ke Indonesia dengan cara diselundupkan (http://teknologi.kompasiana.com/internet/2010/02/06/kembali-perawan- setelah-punya-anak/).

  Masalah hilangnya keperawanan wanita ini juga menimbulkan perasaan depresi bagi banyak wanita. Pusat Pelatihan Hypnosis & Hypnotherapy, Indonesian Hypnosis Association di Jepara, Jawa Tengah, menyebutkan dalam website-nya bahwa mereka banyak mendapat klien

       

    (http://www.hypnosis45.com/tidak_perawan.htm). Wanita memang memiliki rasa takut yang lebih besar dibandingkan laki-laki dalam mengungkapkan bahwa keperawanannya telah hilang. Hal ini dianggap dapat menuai opini negatif dari publik dan berpengaruh buruk terhadap pernikahan mereka di masa depan (Papalia & Olds, 1986).

  Sebuah percakapan personal juga pernah dilakukan Penulis dengan seorang teman perempuan, sebut saja Dominique. Dominique bercerita bahwa ia pernah berada dalam sebuah hubungan cinta yang destruktif dengan seorang pria ketika ia berumur 20 tahun. Dikatakan destruktif karena pacar Dominique ini sering melakukan pelecehan terhadap dirinya, baik secara seksual, fisik, psikis, maupun ekonomi. Lelaki ini juga ternyata diam-diam memiliki pacar lain selain Dominique, yang menunjukkan bahwa lelaki ini tidak setia dan tidak bisa dipercaya. Namun, walau sudah menyadari keburukan hubungannya dengan laki-laki ini, Dominique sempat mengalami masa-masa di mana dia tetap bertahan dengannya karena mempertimbangkan keperawanannya yang sudah diberikannya terhadap sang pacar. Dominique berpikir bahwa tidak akan ada laki-laki lain yang mau menjadi pacar, apalagi suaminya, jika ia putus dengan pacarnya saat itu. Hal ini disebabkan Dominique yakin pria-pria lain tidak akan mau menerima dirinya yang sudah tidak perawan, sehingga akhirnya ia merasa harus bertahan dengan pacarnya itu.

  Segala isu itu membuat para wanita lajang tetapi sudah tidak perawan

       

    khususnya dari laki-laki yang akan menjadi pendamping hidup mereka.

  Tentunya hal itu tidak benar karena ada sejumlah pria yang tidak menuntut keperawanan calon istri mereka berdasarkan survei yang dilakukan Dr. Boyke (http://teknologi.kompasiana.com/internet/2010/02/06/kembali-perawan- setelah-punya-anak/). Setiap individu memiliki permisivitas yang berbeda- beda terhadap segala hal, tergantung oleh berbagai faktor yang berhubungan dengan diri masing-masing individu tersebut. Oleh karena itu, Penulis ingin meneliti faktor-faktor yang diduga berkorelasi dengan permisivitas pria terhadap keperawanan wanita lajang.

  Penelitian yang serupa pernah dilakukan cukup banyak peneliti lain. Namun, sejauh yang Penulis temukan, belum ada yang benar-benar fokus meneliti faktor apa saja pada pria yang berkorelasi dengan permisivitasnya terhadap keperawanan wanita lajang, khususnya di Indonesia. Penulis akan menjadikan beberapa penelitian lain tersebut sebagai referensi dalam menentukan faktor apa saja yang diduga berkorelasi dengan permisivitas pria terhadap keperawanan wanita lajang. Faktor-faktor itu adalah standar ganda, daerah asal, status sosio-ekonomi, religiusitas, pengetahuan tentang hal-hal seputar seks, ras / suku / etnis, dan keperjakaan.

  Selain dari penelitian-penelitian ilmiah, Penulis juga akan menguji beberapa faktor yang diambil dari data diri yang sering muncul di biro jodoh koran maupun online. Rubrik atau situs semacam ini cukup laris bagi kalangan masyarakat Indonesia yang ingin mencari pasangan, dilihat dari

       

    yang memiliki 5752 anggota pria dan 3052 anggota wanita (http://birojodohkristen.com/). Itu baru jumlah pengguna satu situs saja dari sekian banyak situs biro jodoh yang muncul di Google. Maka itu, Penulis ingin meneliti permisivitas terhadap keperawanan wanita lajang yang dimiliki pria ditinjau dari hal-hal yang sering dicantumkan pada profil biro jodoh. Hal ini diharapkan akan memudahkan para wanita yang sedang mencari calon pendamping hidup untuk melihat secara implisit harapan pria terhadap keperawanan mereka dari membaca karakteristik-karakteristik diri yang mereka cantumkan itu. Dari data beberapa biro jodoh yang Penulis teliti, disimpulkan bahwa karakteristik yang paling sering muncul pada profil pria dalam biro jodoh adalah agama / kepercayaan, keadaan tinggal, kebiasaan merokok, status pernikahan, usia, serta deskripsi diri. Untuk deskripsi diri, yang sering muncul adalah sifat humoris, sabar, jujur, dan setia.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah yang ingin diteliti, yaitu faktor apa sajakah yang memiliki korelasi signifikan dengan permisivitas pria terhadap keperawanan wanita lajang?

  C. Tujuan Penelitian

  Dalam setiap penelitian, baik penelitian ilmiah maupun non ilmiah pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Dalam penelitian ini, tujuan yang

       

    ingin dicapai adalah untuk mengetahui faktor apa saja yang memiliki korelasi signifikan dengan permisivitas pria terhadap keperawanan wanita lajang.

D. Manfaat Penelitian

  Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, manfaat yang diharapkan adalah:

  1. Manfaat Teoritis

  a. Memberikan informasi mengenai faktor yang berkorelasi signifikan dengan permisivitas pria terhadap keperawanan wanita lajang.

  b. Menambah khasanah dalam ilmu pengetahuan, khususnya bidang psikologi sosial.

  2. Manfaat Praktis

  a. Bagi masyarakat pada umumnya, penelitian ini dapat berguna untuk membantu mereka mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan permisivitas pria terhadap keperawanan wanita.

  b. Secara khusus, bagi wanita lajang, dapat memperkirakan pria mana yang memandang keperawanan sebagai hal yang mutlak perlu dipertahankan sebelum pernikahan dan mana yang tidak dengan melihat faktor yang berkorelasi dengan permisivitas mereka, sehingga dapat lebih terarah dalam mencari pasangan yang sesuai kondisi serta keinginan wanita itu sendiri.

  c. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan dan wawasan sehingga

BAB II LANDASAN TEORI A. Keperawanan

1. Pengertian keperawanan

  Secara arti kata, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998), keperawanan adalah perihal perawan, kesucian atau kemurnian seorang gadis, dan kegadisan. Sedangkan perawan, sebagai kata dasarnya, diartikan sebagai anak perempuan yang belum pernah bersetubuh dengan laki-laki.

  Cortese (1996, dalam Sari, 2003) mengungkapkan bahwa mendefinisikan keperawanan bukanlah hal yang mudah. Salah satu hal yang menyulitkan pendefinisian tersebut adalah bila hal tersebut terkait dengan homoseksualitas, di mana aktivitas seksual tidak dilakukan dengan cara yang umum seperti dalam pola heteroseksual.

  Sementara dalam penelitian yang dilakukan Silva, Scensul, dan Ratnayake (2000, dalam Widiarto, 2005) di Sri Lanka, keperawanan cenderung diartikan secara fisiologis sebagai keutuhan selaput dara atau pada saat hubungan seks pertama kali terjadi, dan pada wanita hal

  hymen

  ini diyakini harus terjadi pada saat pernikahan. Dalam penelitian tersebut, Silva dkk. melakukan wawancara terhadap para responden dan meminta mereka mendefinisikan keperawanan. Dari wawancara tersebut, terangkum definisi mengenai keperawanan berdasarkan tiga aspek, yaitu aspek sosial,

    aspek biologis, dan aspek perilaku. Aspek sosial mengacu pada keperawanan sebagai alat untuk mengukur kesucian seorang wanita.

  Aspek biologis mengarah pada hal-hal yang bersifat fisik, misalnya bagian keperawanan diukur dari keutuhan selaput dara dan pendarahan sebagai pertanda hilangnya keperawanan. Aspek perilaku lebih memandang keperawanan dari segi perilaku menjaga dan mempertahankan selaput dara dengan tidak melakukan hubungan seksual.

  Dari survei awal yang dilakukan Penulis dengan para responden melalui personal message Facebook, ditemukan juga beragam definisi dari keperawanan. Dari semua jawaban yang terkumpul, disimpulkan bahwa ada dua macam keperawanan, yaitu perawan secara fisik dan perawan secara psikologis. Perawan secara fisik adalah wanita yang masih memiliki selaput dara, sementara perawan secara psikologis adalah wanita yang tidak pernah melakukan aktivitas seksual yang meliputi sexual intercourse, oral sex , anal sex, dan petting.

  Dari berbagai definisi di atas, Penulis menyimpulkan bahwa secara garis besar keperawanan memang dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu keperawanan secara fisik dan keperawanan secara psikologis.

a. Keperawanan secara fisik

  Keperawanan secara fisik adalah keperawanan yang ditandai dengan masih adanya selaput dara atau hymen yang utuh dan belum

    Selaput dara atau hymen adalah suatu lipatan selaput lendir yang menutupi pintu liang senggama (introitus vagina), bentuknya biasanya bulat sebagaimana bentuk liang vagina, tetapi ada juga yang seperti bulan sabit (bentuk semilunar), bahkan ada yang mempunyai Septum (pemisah). Konsistensi selaput dara pun berbeda-beda, ada yang kaku sampai yang lunak sekali, letaknya hanya sekitas 1-2 cm dari bibir vagina. Lubang selaput dara yang masih utuh umumnya hanya bisa dilalui oleh jari kelingking.

  Umumnya selaput dara robek ditandai dengan keluarnya darah. Tapi sebagian kecil wanita justru tidak mengeluarkan darah, ini disebabkan karena sesungguhnya selaput dara itu sangat sedikit mengandung pembuluh darah. Biasanya semakin tipis selaput dara, darah yang keluar juga sangat sedikit sehingga tidak kelihatan.

  Beberapa selaput dara cukup elastis untuk mengizinkan penis masuk tanpa merobek, atau hanya merobek sebagian kecil dari selaput dara. Ini biasanya memang benar jika perobekan pertama terjadi secara bertahap dengan jari tangan atau obyek lainnya selama periode tertentu.

  Sisa dari selaput dara biasanya masih ada sampai seorang wanita melahirkan bayinya secara normal (http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=978&tbl=biaswani ta).

    b.

   Keperawanan secara psikologis

  Keperawanan secara psikologis adalah keperawanan yang ditandai dengan belum pernahnya seorang wanita melakukan hubungan seks yang meliputi sexual intercourse, oral sex, anal sex, dan petting.

  Sexual intercourse biasanya mengacu pada tindakan di mana

  penis laki-laki memasuki vagina wanita untuk tujuan kenikmatan seksual atau reproduksi (http://en.wikipedia.org/wiki/Sexual_intercourse).

  Oral sex adalah aktivitas seksual yang melibatkan stimulasi dari

  alat kelamin pasangan seks dengan menggunakan mulut, lidah, gigi, atau tenggorokan (http://en.wikipedia.org/wiki/Oral_sex).

  Anal sex adalah tindakan seks di mana penis dimasukkan ke dalam anus pasangan seksual (http://en.wikipedia.org/wiki/Anal_sex).

  Petting , atau juga dikenal sebagai outercourse, adalah hubungan

  seks tanpa penetrasi vagina, anal, atau oral (http://en.wikipedia.org/wiki/Non-penetrative_sex).

2. Permisivitas pria terhadap keperawanan wanita lajang

a. Pengertian permisivitas terhadap keperawanan wanita lajang

  Hilangnya keperawanan wanita, baik secara fisik maupun psikologis, yang belum pernah menikah sering memicu terjadinya berbagai problema, seperti yang sudah dicontohkan pada bab

    dengan permisivitas terhadap keperawanan wanita lajang. Dalam penelitian ini, khususnya permisivitas kaum pria.

  Kata permisif memiliki idiom dengan kata serba boleh (Sarwono, 1989). Permisivitas sendiri adalah suatu sikap atau karakteristik seseorang yang cenderung liberal dan memperbolehkan kebebasan perilaku dan sikap kepada orang lain yang ia punyai wewenang (Reber, 1995).

  Dari definisi permisivitas tersebut, maka permisivitas terhadap keperawanan wanita lajang dapat disimpulkan sebagai suatu sikap atau kecenderungan untuk lebih terbuka dan membebaskan wanita untuk kehilangan keperawanannya sebelum ikatan pernikahan.

b. Faktor-faktor dari jurnal ilmiah yang diduga berhubungan dengan permisivitas pria terhadap keperawanan wanita lajang

  Dari berbagai jurnal ilmiah yang Penulis jadikan referensi penelitian ini, diduga ada bermacam-macam faktor yang berhubungan dengan permisivitas pria terhadap keperawanan wanita lajang. Faktor yang pertama adalah faktor standar ganda. Gonzáles-López (2004) mengatakan bahwa persepsi seorang ayah berkebangsaan Meksiko terhadap keperawanan anak perempuannya diwarnai/dipengaruhi budaya maskulin dan patriarki di daerah asalnya. Sementara menurut Berggren, Ahmed, Hernlund, Johansson, Habbani, & Edberg (2006),

    mereka yang mengharuskan mereka selalu menunjukkan maskulinitas dalam kehidupan seksual mereka, sementara para wanita disosialisasikan untuk tidak mengekspresikan hasrat seksual mereka.

  Isu standar ganda seperti ini juga dinyatakan dalam penelitian Muehlenhard & Cook (1988), bahwa standar ganda di Amerika Serikat menuntut wanita untuk tidak kehilangan keperawanannya sebelum pernikahan, sementara pria bukan hanya diperbolehkan melakukannya, tapi bahkan dituntut untuk kehilangan keperjakaannya sebelum menikah. Namun, penelitian Damanik (2006) mengatakan hal yang lain, bahwa sebagian besar responden yang notabene adalah orang Indonesia telah menyadari bahwa tuntutan untuk tidak berhubungan seks sebelum menikah seharusnya diberlakukan seimbang untuk laki-laki dan perempuan. Terbukti, bahwa persentase responden yang menganggap perempuan harus perawan hingga saatnya menikah (82,58%) hampir seimbang dengan responden yang merasakan laki-laki juga mesti perjaka sebelum menikah (76,35%). Sedangkan Topan (1995) mengungkapkan bahwa walau sesungguhnya pria dan wanita di komunitas Swahili di Afrika sama-sama diharapkan untuk menghindari seks sebelum pernikahan, tetap saja budaya ini terfokus pada keperawanan wanitanya.

  Sementara itu, Sa’ar (2004) menemukan bahwa wanita Israel- Palestina dituntut untuk menjaga keperawanannya secara fisik maupun