Daya antiinflamasi ekstrak etanolik jahe merah (Zingiber officinale Roxb) dan kencur (kaempferia galanga L.) pada mencit putih jantan - USD Repository

  DAYA ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOLIK JAHE MERAH (Zingiber officinale Roxb.) DAN

  KENCUR (Kaempferia galanga L.) PADA MENCIT PUTIH JANTAN SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

  Program Studi Ilmu Farmasi Oleh :

  Stephani Puspita Dewi NIM : 068114098

  FAKULTAS FARMASI

  Jika ingin sukses milikilah mental juara. Seperti apa mental juara itu? Seorang juara sejati akan terus berusaha meraih kemenangan hingga peluit tanda pertandingan berakhir dibunyikan. Sebelum peluit berbunyi, seorang juara sejati akan tetap memiliki pengharapan kuat untuk keluar sebagai pemenang, bahkan di saat kelihatannya hal tersebut sangat mustahil.

  Karya ini kupersembahkan kepada:

  Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria Alm. Papi Eddy Elyada Sutadi

  Mami Jeanne Ratna Juniawati Cece dan Koko

  Semua yang mencintaiku Teman dan Almamaterku tercinta

  Tidak ada yang tidak mungkin jika kita mau berusaha dengan keras

  PRAKATA

  Puji Syukur dan terima kasih kepada Allah Bapa di Surga atas berkat, rahmat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Daya Antiinflamasi Ekstrak Etanolik Jahe Merah (Zingiber officinale Roxb.) dan Kencur (Kaempferia galanga L.) pada Mencit Putih Jantan” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.).

  Dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat banyak bantuan dan dukungan baik moril maupun spiritual dari berbagai pihak yang berupa bimbingan, dorongan, pengarahan, saran maupun sarana. Maka dari itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

  1. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku dosen pembimbing atas bimbingan, saran, dan pengarahannya selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

  3. Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. Selaku dosen penguji yang telah memberikan pendampingan, dukungan, saran, dan kritik yang membangun.

  4. Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan pendampingan, dukungan, saran, dan kritik yang membangun.

  5. C.M. Ratna Rini Nastiti, S.Si, M.Pharm.,Apt., selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan pendampingan, dukungan, saran selama melakukan studi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  6. Alm. Papi Eddy Elyada Sutadi yang selalu mendoakan dan melindungi penulis

  7. Mami Jeanne, Ce Lisa, Ce Ippi, Ce Lia, Ko Yongki, Ko Denny, Ko Afuk, saudara-saudara penulis yang telah memberikan dukungan, perhatian dan doa yang senantiasa menyertai penulis.

  8. Om Chandra, Tante Angela dan Ko Leo yang selalu mendukung melalui doa, perhatian, nasehat dan kasih sayang kepada penulis.

  9. Teman-teman kost Providentia, Reni, Ivin, Erin, Lina, Putri, M’Olive, Afni, Dudun, Devi, M’Tere, Iyu.

  10. Teman-teman seperjuanganku selama di Laboratorium, geng Kunyit, geng Temulawak, Pius, Wiwit, Eka, Micell, Tony, Boim, Angel, Dani, Ricky, Jefry, Felix, Dewi.

  11. Segenap staf laboran yang telah memberikan masukan, bantuan, kebersamaan dan kerjasamanya selama penelitian.

  12. Semua pihak dan teman-teman yang telah memberi dukungan yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

  Penulis menyadari bahwa dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan.

  Yogyakarta, Mei 2010 Penulis

  INTISARI

  Jahe merah dan kencur merupakan obat tradisonal untuk mengatasi penyakit inflamasi. Adanya kandungan gingerol pada jahe merah dan ethyl p-

  

methoxycinnamate pada kencur maka dapat menghambat aktivitas

  siklooksigenase dan lipoksigenase dalam asam arakhidonat sehingga menyebabkan penurunan jumlah prostaglandin dan leukotrin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar daya antiinflamasi dan hubungan linieritas masing-masing dosis rimpang dalam meningkatkan % daya antiinflamasi serta mengetahui adanya kandungan gingerol pada jahe merah dan ethyl p- methoxycinnamate pada kencur.

  Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola satu arah. Metode yang digunakan adalah metode Langford, et al., yang telah dimodifikasi. Pengukuran tebal udema kaki mencit menggunakan jangka sorong digital. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji Kolmorogorof-Smirnov, dilanjutkan analisis ANOVA satu arah taraf kepercayaan 95% dan uji Scheffe. Kemudian dilanjutkan lagi dengan uji Regresi Linier serta uji KLT-Densitometri.

  Hasil daya antiinflamasi berturut-turut untuk ekstrak etanolik jahe merah dosis 107,5; 215; 430 mg/Kg sebesar 62,62%; 65,95%; 80,95%, sedangkan untuk ekstrak etanolik kencur dosis 112,84; 225,68; 451,36 mg/Kg sebesar 5,71%;

  ®

  22,86%; 53,33%, serta Cataflam D-50 sebesar 77,86%. Berdasarkan uji Regresi Linier semakin meningkatnya dosis masing-masing ekstrak etanolik maka dapat meningkatkan % daya antiinflamasi. Uji KLT ekstrak etanolik jahe merah diduga adanya kandungan gingerol dan uji KLT-Densitometri ekstrak etanolik kencur terbukti adanya ethyl p-methoxycinnamate pada kencur.

  Kata kunci : Jahe merah, kencur, antiinflamasi, metode Langford yang dimodifikasi.

  

ABSTRACT

Red ginger and galingal a traditional medicine for inflammatory diseases.

  That it contains gingerol in ginger and ethyl p-methoxycinnamate in galangal it can inhibit the activity of cyclooxygenase and lipoxygenase arachidonic acid resulting in a decrease of prostaglandins and leukotrienes. This study aimed to find out how much is antiinflammatory effect and linearity of the relationship of each dose of rhizomes in the % antiinflammatory effect and know that it contains gingerol in ginger and ethyl p-methoxycinnamate in galangal.

  This research includes pure experimental studies of completely randomized one-way pattern design. The method used is the method of Langford, et al., which has been modified. Measurement of feet thick udema mice using the digital caliper. The data obtained were analyzed by Kolmorogorof-Smirnov test, one-way ANOVA analysis followed by level of 95% and the Scheffe test. Then proceed again with Linear Regression and TLC-densitometric testing.

  The results showed that red ginger ethanolic extract at a dose of 107.5; 215; 430 mg /kg BW respectively 62.62%, 65.95%, 80.95%, whereas for the galangal ethanolic extract at a dose of 112.84; 225, 68; 451.36 mg /kg BW respectively 5.71%, 22.86%, 53.33%, and Cataflam ® D-50 is 77.86%. According to the linier regression’s result, the increment of dosage in each extract will cause the increment of anti-inflammatory effect. TLC test red ginger ethanolic extract suspected that it contains gingerol and TLC-densitometric testing galangal ethanolic extract proved the existence ethyl p-methoxycinnamate in galangal.

  

Key word : red ginger, galangal, anti-inflammatory, Langford’s method which

  has been modified

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................... v PRAKATA ...................................................................................................... vi PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... viii

  INTISARI ....................................................................................................... ix

  ABSTRACT ...................................................................................................... x

  DAFTAR ISI ................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviii

  BAB I. PENGANTAR ................................................................................... 1

  2. Keaslian karya ....................................................................... 4

  D. Inflamasi ....................................................................................... 10

  G. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) .................................................. 18

  F. Metode Uji Daya Antiinflamasi .................................................... 16

  D-50 (K-Diklofenak) ................................................... 15

  ®

  E. Cataflam

  3. Mekanisme ............................................................................ 12

  2. Gejala .................................................................................... 11

  1. Definisi .................................................................................. 10

  C. Maserasi ....................................................................................... 9

  3. Manfaat penelitian ................................................................. 5

  3. Kandungan dan khasiat ......................................................... 9

  2. Pertelaan ................................................................................ 9

  1. Keterangan botani ................................................................. 8

  B. Kencur ........................................................................................... 8

  3. Kandungan dan khasiat ......................................................... 8

  2. Pertelaan ................................................................................ 7

  1. Keterangan botani ................................................................. 7

  

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA .......................................................... 7

A. Jahe merah ..................................................................................... 7

  B. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5

  H. Landasan Teori .............................................................................. 19

  

BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................. 20

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ..................................................... 20 B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................................ 20

  4. Penyiapan hewan uji ............................................................... 24

  c. Penentuan dosis rimpang jahe merah ................................ 25

  D-50 ...................................... 25

  ®

  b. Penentuan dosis Cataflam

  a. Penentuan dosis karagenin ................................................ 25

  6. Penetapan dosis ....................................................................... 25

  5. Pembuatan larutan karagenin 1% ............................................ 25

  3. Pengumpulan ekstrak etanolik jahe merah dan kencur ........... 23

  1. Variabel penelitian .................................................................. 20

  2. Determinasi tanaman ............................................................... 23

  1. Pengumpulan, pengeringan, dan penyerbukan rimpang jahe merah dan kencur .................................................................... 23

  D. Tata Cara Penelitian ....................................................................... 23

  2. Alat .......................................................................................... 22

  1. Bahan ...................................................................................... 22

  C. Bahan dan Alat Penelitian .............................................................. 22

  2. Definisi operasional ................................................................ 21

  d. Penentuan dosis rimpang kencur ....................................... 26

  ®

  f. Orientasi waktu pemberian Cataflam D-50 ..................... 26

  g. Orientasi dosis ekstrak etanolik jahe merah dan kencur ... 27

  h. Perlakuan hewan uji .......................................................... 27 i. Uji kualitatif minyak atsiri jahe merah dan kencur secara KLT ........................................................................ 28

  E. Analisis Hasil ................................................................................. 28

  

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 30

A. Hasil Pengumpulan, Pengeringan, dan Penyerbukan Rimpang Jahe merah dan Kencur ................................................................. 30 B. Hasil Determinasi Tanaman Jahe merah dan Kencur ................... 31 C. Hasil Pengumpulan Ekstrak Etanolik Jahe merah dan Kencur ..... 31 D. Uji Pendahuluan ............................................................................ 32

  1. Orientasi rentang waktu pengukuran kaki setelah injeksi karagenin 1% secara subplantar ............................................ 32

  ®

  2. Orientasi rentang waktu pemberian Cataflam D-50 ............ 35

  3. Orientasi dosis ekstrak etanolik jahe merah dan kencur ........ 37

  E. Hasil Uji Daya Antiinflamasi Ekstrak Etanolik Jahe merah dan Kencur .................................................................................... 41 F. Hasil Uji Hubungan Linieritas Ekstrak Etanolik Jahe merah dan

  Kencur terhadap Daya Antiinflamasi ............................................ 54

  G. Hasil Uji Kualitatif dan Kuantitatif Minyak atsiri Ekstrak

  

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 60

A. Kesimpulan ................................................................................... 60 B. Saran ............................................................................................. 60

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 62

LAMPIRAN .................................................................................................... 65

BIOGRAFI PENULIS ................................................................................... 111

  

DAFTAR TABEL

  Tabel I. Hasil determinasi rimpang jahe merah dan kencur oleh CV Merapi Farma Herbal ............................................................. 31

  Tabel II. Perbedaan pengumpulan ekstrak etanolik jahe merah dan kencur ........................................................................................... 31 Tabel III. Rata- rata tebal udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar pada rentang waktu tertentu, beserta hasil uji

  Scheffe .......................................................................................... 34 Tabel IV. Rata- rata tebal udema kaki mencit akibat pemberian

  ®

  Cataflam D-50 dalam waktu pemberian yang berbeda, beserta hasil uji Scheffe ................................................................ 36 Tabel V. Rata- rata tebal udema kaki mencit akibat pemberian ekstrak etanolik jahe merah pada rentang waktu tertentu, beserta hasil uji Scheffe ............................................................................. 40

  Tabel VI. Rata- rata tebal udema kaki mencit akibat pemberian ekstrak etanolik kencur pada rentang waktu tertentu, beserta hasil uji Scheffe ............................................................... 41

  Tabel VII. Hasil tebal udema kaki mencit, persentase daya antiinflamasi, dan uji Scheffe pada perlakuan ekstrak etanolik jahe merah beserta kontrolnya ........................................................................ 47

  Tabel VIII. Hasil tebal udema kaki mencit, persentase daya antiinflamasi, dan uji Scheffe pada perlakuan ekstrak etanolik kencur beserta kontrolnya .................................................................................... 48

  

DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1. Metabolit asam arakhidonat dan pengaruhnya pada respon inflamasi akut ............................................................................. 14

  ®

  Gambar 2. Struktur Cataflam D-50 ............................................................. 15 Gambar 3. Pembagian kelompok hewan uji untuk orientasi dan perlakuan .. 27 Gambar 4. Diagram batang rata-rata tebal udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1 % subplantar pada rentang waktu tertentu .... 33 Gambar 5. Diagram batang rata-rata tebal udema kaki mencit akibat

  ®

  pemberian Cataflam D-50 dalam waktu yang berbeda .............. 35 Gambar 6. Diagram batang rata-rata tebal udema kaki mencit akibat perlakuan jahe merah dan kencur dibanding dengan kontrol positif dan negatif pada rentang waktu tertentu ............................ 39 Gambar 7. Diagram batang rata-rata tebal udema kaki mencit akibat perlakuan jahe merah dan kencur dalam 3 peringkat dosis beseta kontrolnya .......................................................................... 45 Gambar 8. Diagram batang rata-rata persen daya antiinflamasi ekstrak etanolik jahe merah dan kencur dalam 3 peringkat dosis beseta kontrolnya ..................................................................................... 46 Gambar 9. Struktur 6- Gingerol, n=4 ............................................................. 51 Gambar 10.Struktur ethyl p-methoxycinnamate ............................................. 53 Gambar 11.Grafik hubungan linieritas dosis I, II, III ekstrak etanolik jahe merah dengan meningkatnya persen daya antiinflamasi .............. 55 Gambar 12.Grafik hubungan linieritas dosis I, II, III ekstrak etanolik kencur dengan meningkatnya persen daya antiinflamasi ......................... 56 Gambar 13.Hasil kromatogram ekstrak etanolik jahe merah dan kencur ........ 59

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Sertifikat Kalibrasi Digital Caliper merek “Mitutoyo 04023431” ................................................................ 65

  Lampiran 2. Surat Keterangan Pembelian Mencit di LPPT-Universitas Gajah Mada ( UGM ) ................................................................ 67

  Lampiran 3. Surat Pengesahan Identifikasi Tanaman Jahe merah dan kencur ........................................................................................ 68 Lampiran 4. Foto Tanaman Jahe merah dan Kencur ...................................... 69 Lampiran 5. Foto Rimpang basah dan serbuk Jahe merah dan Kencur .......... 70 Lampiran 6. Foto Larutan Stok Ekstrak Etanolik Jahe merah dan Kencur..... 71 Lampiran 7. Hasil Uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ethyl p-methoxy

  cinnamate dari ekstrak etanolik kencur. ..................................... 72

  Lampiran 8. a. Skema kerja orientasi rentang waktu pengukuran kaki mencit setelah diinjeksi karagenin 1%. ................................ 73 b. Perhitungan dosis karagenin 1% .......................................... 73

  ®

  Lampiran 9. a. Skema kerja orientasi pemberian Cataflam D-50 dalam rentang waktu tertentu ........................................................... 74

  ®

  b. Perhitungan dosis Cataflam D-50 ......................................... 74 Lampiran 10. a. Skema kerja orientasi pemberian ekstrak etanolik jahe merah dan kencur ................................................................. 75 b. Perhitungan dosis ekstrak etanolik jahe merah ................... 75

  c. Perhitungan dosis ekstrak etanolik kencur ........................... 77 Lampiran 11. Skema kerja pemberian ekstrak etanolik jahe merah dan kencur dalam tiga peringkat dosis ............................................. 79 Lampiran 12. Data orientasi tebal udema kaki mencit pada rentang

  Lampiran 13. Data orientasi tebal udema kaki mencit akibat

  ®

  perlakuan Cataflam D-50 pada rentang waktu tertentu ...... 81 Lampiran 14. Data orientasi tebal udema kaki mencit akibat pemberian Ekstrak etanolik jahe merah dan kencur .................................. 82 Lampiran 15. Data tebal udema kaki mencit akibat pemberian ekstrak

  Etanolik jahe merah dan kencur dalam tiga peringkat dosis beserta kontrolnya .................................................................... 83 Lampiran 16. Data hasil perhitungan % daya antiinflamasi ekstrak etanolik jahe merah dan kencur dalam tiga peringkat dosis beserta kontrolnya .................................................................... 84

  Lampiran 17. Hasil ANOVA dengan taraf kepercayaan 95% data orientasi rentang waktu pengukuran kaki mencit setelah injeksi karagenin 1% beserta hasil uji ................................................. 85

  Lampiran 18. Hasil ANOVA pola satu arah dengan taraf kepercayaan

  ®

  95% data orientasi pemberian Cataflam D-50 pada rentang waktu tertentu ............................................................ 88 Lampiran 19. Hasil ANOVA pola satu arah dengan taraf kepercayaan

  95% data orientasi pemberian ekstrak etanolik jahe merah dosis 2107,5 mg/Kg BB ; 430 mg/Kg BB dan kencur dosis 112,84 mg/Kg BB ; 451,36 mg/Kg BB beserta kontrolnya ..... 91

  Lampiran 20. Hasil ANOVA pola satu arah dengan taraf kepercayaan 95% dan uji scheffe % DA perlakuan ekstrak etanolik jahe merah dan kencur dalam 3 peringkat dosis beserta kontrolnya 99

  Lampiran 21. Hasil uji linieritas ekstrak etanolik jahe merah dan kencur terhadap peningkatan % daya antiinflamasi ............................ 107

  hidup di sekitar sel-sel atau jaringan tubuh yang cedera atau mati. Inflamasi saat ini telah menjadi masalah utama penanganan sakit di masyarakat. Untuk masyarakat yang jauh dari pusat pelayanan kesehatan terpaksa menggunakan cara tradisional yaitu dengan memarut dan menempelkan ampas serta merebus simplisia atau menyeduh serbuk yang secara turun-temurun berkhasiat dalam menangani inflamasi atau peradangan tersebut. Cara tersebut sangat tidak praktis karena dalam penggunaannya tanaman tersebut memerlukan perlakuan terlebih dahulu dengan memarut, selain itu juga ampas dan simplisia lebih tidak stabil atau tidak tahan lama sehingga mudah rusak.

  Tanaman yang digunakan untuk pengobatan inflamasi tersebut secara tradisional adalah kencur dan jahe merah. Kandungan rimpang kencur yaitu minyak atsiri sebesar 2,5-4% dengan komponen ethyl p-methoxycinnamate (50%), etil sinamat (13-15%), n-pentadekan (9-22%), asam transinamat, p-metoksistiren, asam p-komarik, borneol, kampen (Kardono, Artanti, Dewiyanti, Basuki, 2003), sedangkan untuk kandungan rimpang jahe merah yaitu minyak atsiri sebesar 1-3% dengan komponen zingiberen, seskuipeladren, beta-bisabolon dan oleoresin sebesar 1-2,5% dengan komponen gingerol dan sogaol (Mills dan Bone, 2000). dalam proses inflamasi yaitu penghambatan aktivitas siklooksigenase dan lipoksigenase dalam asam arakhidonat sehingga menyebabkan penurunan jumlah prostaglandin dan leukotrien (Anonim, 2003; Mills dan Bone, 2000)

  Pemanfaatan rimpang jahe merah dan kencur di pasaran pada umumnya berupa serbuk dan simplisia kering, yang dibuat minuman sebagai penghilang bengkak, penghangat tubuh, dapat juga untuk mengatasi masuk angin. Di pasaran kemungkinan belum ada yang memanfaatkan jahe merah dan kencur sebagai obat antiinflamasi dalam bentuk ekstrak etanolik. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk memperluas penggunaan tanaman jahe merah dan kencur sebagai obat antiinflamasi dengan membuat sediaan yang diharapkan lebih praktis dan dapat langsung digunakan masyarakat yaitu ekstrak kental etanolik. Keunggulan ekstrak daripada simplisia, yaitu kandungan kimianya tinggi, lebih mudah distandarisasi, lebih stabil dan ringkas, lebih fleksibel (luwes atau lentur) untuk diolah menjadi bentuk sediaan yang diinginkan.

  Atas dasar kenyataan di atas, adanya kandungan gingerol pada jahe merah dan ethyl p-methoxycinnamate pada kencur yang memiliki daya antiinflamasi, maka jahe merah dan kencur sangat menarik untuk diteliti sebagai alternatif pengobatan antiinflamasi secara oral karena penggunaan secara oral lebih praktis dibanding dengan memarut dan menempel ampas secara langsung.

  Mengingat adanya berbagai macam obat antiinflamasi non-steroid

  ®

  (OAINS) seperti Cataflam D-50 (K-Diklofenak) yang berdasarkan beberapa pencernaan (Anonim, 2009). Maka, peneliti memilih obat tradisional sebagai alternatif yang dapat mengurangi efek samping tersebut.

  Untuk itulah dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui apakah ekstrak etanolik jahe merah dan kencur dapat mengurangi gejala inflamasi sehingga dapat digunakan sebagai alternatif pengganti OAINS seperti

  ®

  Cataflam D-50 dan juga mengetahui seberapa besar kemampuan kedua ekstrak etanolik tersebut dalam mengurangi gejala inflamasi serta mengetahui hubungan linieritas dosis ekstrak etanolik jahe merah dan kencur dalam meningkatkan % daya antiinflamasi.

  Berdasarkan tujuan di atas, kemampuan antiinflamasi ekstrak etanolik dalam mengurangi gejala inflamasi dapat diperoleh dengan mengukur tebal udema menggunakan metode dari Mahmood, Aorahman, Tariq, dan Hussain, (2009) di mana pengukurannya menggunakan jangka sorong digital. Melalui pengukuran tersebut dihitung dengan Metode Langford, et al., (1972) termodifikasi untuk mendapat % daya antiinflamasi, dilanjutkan dengan pengujian secara statistika dengan taraf kepercayaan 95%.

  1. Perumusan masalah

  a. Apakah ekstrak etanolik jahe merah dan kencur mempunyai daya antiinflamasi ? b. Seberapa besar daya antiinflamasi dari ekstrak etanolik jahe merah dan ekstrak etanolik kencur ? d. Apakah gingerol terdapat dalam ekstrak etanolik jahe merah sedangkan

  

ethyl p- methoxycinnamate terdapat dalam ekstrak etanolik kencur ?

  2. Keaslian karya Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan oleh penulis, penelitian

  Daya Antiinflamasi Ekstrak Etanolik Jahe merah (Zingiber officinale Roxb.) dan Kencur (Kaempferia galanga L.) pada Mencit Putih Jantan yang sudah pernah dilakukan antara lain berdasarkan Pumiyuki, Shibuya, Sankawa, (1982) melaporkan ekstrak metanolik jahe memiliki kemampuan penghambatan terhadap biosintesis prostaglandin. Raji, Udoh, Oluwadara, Akinsomisoye, Awobajo, Adeshoga, (2002) melaporkan ekstrak etanolik jahe yang diinjeksikan secara intraperitonial pada dosis 50 dan 100 mg/Kg memiliki kemampuan menghambat mediator inflamasi akibat penginduksian karagenin 1%, sedangkan John, (2006) melaporkan pada dosis 50-800 mg/Kg, akibat penginduksian dengan telur putih yang mengandung albumin di mana kedua penelitian tersebut pengukuran udemanya menggunakan metode penimbangan kaki mencit. Tanasorn, et al., (2007) melaporkan ekstrak metanolik kencur dengan menggunakan fase gerak heksan:etil asetat (70:30) memiliki komponen utama etil sinamat. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan penelitian sebelumnya adalah untuk mengetahui daya antiinflamasi dari ekstrak etanolik jahe merah dan kencur secara oral dan

  ®

  sebagai kontrol positifnya digunakan Cataflam D-50 (K- Diklofenak),

  3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis.

  Untuk menambah informasi tentang kemampuan antiinflamasi rimpang jahe merah dan kencur.

  b. Manfaat metodologis.

  Menambah informasi tentang metode pengukuran tebal udema dengan jangka sorong digital yang dapat digunakan untuk mengetahui daya antiinflamasi antara ekstrak etanolik jahe merah dan kencur.

  c. Manfaat praktis.

  Untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai dosis efektif ekstrak etanolik jahe merah dan kencur secara oral sebagai antiinflamasi dari obat tradisional.

  1. Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk memberikan alternatif pengobatan tradisional secara oral terhadap penyakit inflamasi/radang dengan menggunakan ekstrak etanolik jahe merah (Zingiber officinale Roxb.) dan kencur (Kaempferia galanga L.) yang diduga dapat mengatasi inflamasi atau peradangan.

  2. Tujuan khusus

  a. Mengetahui daya antiinflamasi ekstrak etanolik jahe merah (Zingiber b. Mengetahui seberapa besar daya antiinflamasi ekstrak etanolik jahe merah (Zingiber officinale Roxb.) dan kencur (Kaempferia galanga L.).

  c. Mengetahui hubungan linieritas antara dosis ekstrak etanolik jahe merah (Zingiber officinale Roxb.) dan kencur (Kaempferia galanga L.) dalam meningkatkan % daya antiinflamasi.

  d. Mengetahui adanya kandungan gingerol dalam ekstrak etanolik jahe merah (Zingiber officinale Roxb.) dan ethyl p-methoxycinnamate dalam ekstrak etanolik kencur (Kaempferia galanga L.).

  1. Keterangan botani Jahe merah (Zingiber officinale Roxb.) merupakan anggota famili

  Zingiberaceae, dengan nama ginger (Inggris) dan jahe (Indonesia). Jahe merah mudah tumbuh di tempat yang terbuka sampai tempat yang agak ternaung, misalnya kebun atau pekarangan. Tanaman ini juga dapat tumbuh di tanah yang padat, kering atau gembur dengan ketinggian 0-900 m di atas permukaan laut. Jahe merah banyak dijumpai di negara tropis dan subtropis (Anonim, 1978; Anonim, 1999).

  2. Pertelaan Jahe merah merupakan tanaman herba tegak dengan tinggi 30–60 cm.

  Tanaman ini berbatang semu, beralur, berwarna hijau. Daun tunggal berwarna hijau tua. Helai daun berbentuk lanset, tepi rata, ujung runcing dan pangkalnya tumpul. Panjang daun 20–40 cm dan lebarnya 2–4 cm. Bunga majemuk, berbentuk bulir dengan tangkai sepanjang 25 cm yang berwarna hijau kemerahan. Kelopak bunga berbentuk tabung bergerigi tiga. Mahkota bunga berbentuk corong, panjangnya 2–2,5 cm berwarna ungu. Buah kotak berbentuk bulat sampai bulat panjang berwarna coklat. Biji bulat berwarna hitam. Akar serabut berwarna putih kotor. Rimpangnya bercabang-cabang, merah muda. Rimpang berbau khas dan rasanya pedas menyegarkan (Anonim, 1978).

  3. Kandungan dan khasiat Rimpang jahe merah mengandung minyak atsiri dengan komponen utama zingiberen dan zingiberol, oleoresin dengan komponen utama gingerol

  ± 1-3 %. Oleoresin merupakan campuran homogen antara minyak atsiri dan resin, di mana kemampuannya untuk menguap kurang dibandingkan dengan minyak atsiri murni (Obie, 2009). Gingerol merupakan senyawa fenol yang memiliki khasiat sebagai antiinflamasi (Sudarsono, et al., 1996, Mills dan Bone, 2000).

  1. Keterangan botani Kencur (Kaempferia galangal L.) merupakan anggota famili Zingiberaceae, dengan nama galangal (Inggris) dan kencur (Indonesia).

  Tumbuh subur di daerah tropis, di daerah yang banyak turun hujan, di dataran rendah sampai pegunungan. Tumbuh subur pada tanah yang berwarna hitam dan berpasir, di tempat yang sedikit terlindung. Banyak dibudidayakan di Indonesia, terutama di pulau Jawa (Anonim, 1977).

  2. Pertelaan Terna tahunan, berbatang basal tidak begitu tinggi, lebih kurang 20 panjang 7-15 cm, lebar 2-8 cm, ujung runcing, pangkai berlekuk, dan tepinya rata. Permukaan daun bagian atas tidak berbulu, sedangkan bagian bawah berbulu halus tangkai daun pendek, berukuran 3-10 cm, pelepah terbenam dalam tanah, panjang 1,5-3,5 cm, berwarna putih. Bunga tunggal, bentuk terompet, panjang sekitar 2,5-5 cm. Benang sari panjang sekitar 4 mm, berwarna kuning. Putik berwarna putih atau putih keunguan. Akar serabut berwarna coklat kekuningan. Rimpang pendek berwarna coklat, berbentuk jari dan tumpul. Bagian luarnya seperti bersisik. Daging rimpang tidak keras, rapuh, mudah patah dan bergetah.Berbau harum dengan rasa pedas yang khas (Anonim, 1977).

  3. Kandungan dan khasiat Rimpang kencur mengandung senyawa-senyawa polifenol dan minyak atsiri (2,4-3,9 %) (Kardono, et al., 2003). Ekstrak rimpang kencur berupa cairan jernih, berbau khas kencur. Rimpang kencur dapat digunakan sebagai obat antiinflamasi karena diduga adanya kandungan ethyl p-

  methoxycinnamate sebagai komponen paling utama (Anonim, 2003).

  Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari dengan bantuan penggojogan. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan terlarut dan karena adanya sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan yang di luar sel dan di dalam sel. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol (Anonim, 1987).

  Metode maserasi dipilih karena metode tersebut sangat sederhana di mana serbuk dari masing-masing tanaman direndam dan digojog dengan alat yang disebut dengan maserator sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Selain itu juga metode maserasi dipilih karena tidak membutuhkan panas akibat sifat dari senyawa aktif termasuk oleoresin, di mana tidak memerlukan pemanasan untuk menarik senyawa aktif yang terkandung dalam kedua rimpang. Adapun pelarut yang digunakan disesuaikan dengan senyawa yang diinginkan seperti jahe merah menggunakan etanol 70% sedangkan kencur menggunakan etanol 95%. Pemilihan pelarut ini didasarkan keselektifitasannya dalam menarik senyawa yang diinginkan, mudah diperoleh, bereaksi netral, tidak mudah terbakar, tidak mempengaruhi zat aktif dan juga tingkat keamanan dari pelarut tersebut bilamana ada sisa selama proses penguapan berlangsung.

  D.

Inflamasi

  1. Definisi Inflamasi atau peradangan merupakan suatu respon jaringan luka. Luka ini biasanya disebabkan reaksi kimia, reaksi fisika, infeksi dengan mikroorganisme atau parasit. Hal ini ditandai dengan meningkatnya aliran darah, meningkatnya

  Proses inflamasi merupakan suatu mekanisme pertahanan dimana tubuh berusaha untuk menetralisir dan membasmi agen-agen yang berbahaya pada tempat cedera dan untuk mempersiapkan keadaan perbaikan jaringan, ketika proses inflamasi berlangsung terjadi reaksi vaskuler di mana cairan, elemen- elemen darah, sel darah putih dan mediator kimia berkumpul pada tempat cedera jaringan atau infeksi berbagai mediator kimia dilepaskan selama proses inflamasi (Setyarini, 2009).

  2. Gejala Gejala reaksi radang dapat diamati; pemerahan (rubor), panas meningkat

  (calor), pembengkakan (tumor), nyeri (dolor) dan gangguan fungsi (fungsiolaesa). Gejala-gejala ini merupakan akibat dari gangguan aliran darah yang terjadi akibat kerusakan jaringan dalam pembuluh vaskuler, gangguan keluarnya plasma darah (ekdusasi) ke dalam ruang ekstra sel akibat meningkatnya pembuluh kapiler dan perangsangan reseptor nyeri (Mutschler, 1986). Tanda- tanda utama radang:

  Warna kemerahan (rubor), Jaringan yang mengalami radang akut tampak berwarna merah, seperti pada kulit terkena sengatan matahari, selulitas karena infeksi bakteri atau konjungtivitas akut. Warna kemerahan ini akibat adanya dilatasi pembuluh darah kecil dalam daerah yang mengalami kerusakan (Setyarini, 2009).

  Panas (calor), Peningkatan suhu banyak tampak pada bagian perifer (tepi), mengalirkan darah yang hangat pada daerah tersebut. Demam sistemik sebagai hasil dari beberapa mediator kimiawi, proses radang juga ikut meningkatkan temperatur lokal (Setyarini, 2009).

  Bengkak (tumor), pembengkakan sebagai hasil adanya udema merupakan suatu akumulasi cairan dalam rongga ekstra vaskuler yang merupakan bagian dari cairan eksudat dan dalam jumlah sedikit kelompok sel radang yang masuk dalam darah tersebut (Setyarini, 2009).

  Nyeri (dolor), pada radang akut rasa sakit merupakan salah satu gambaran yang dikenal baik oleh penderita rasa sakit sebagian disebabkan oleh regangan atau distorsi jaringan akibat udema dan terutama karena adanya tekanan di dalam rongga abses. Beberapa mediator kimiawi pada radang akut termasuk, prostaglandin, dan serotonin diketahui juga menyebabkan rasa sakit (Setyarini, 2009).

  Gangguan fungsi (fungsiolaesa), merupakan konsekuensi dari suatu proses radang. Gerakan yang terjadi pada daerah radang, baik dilakukan secara langsung atau reflek akan mengalami hambatan rasa sakit. Pembengkakan yang hebat secara fisik mengakibatkan kurangnya gerak jaringan (Setyarini, 2009).

  3. Mekanisme Kerusakan sel yang menyertai peradangan menyebabkan pelepasan enzim lisosom dari leukosit melalui kerja atas membran sel, kemudian asam arakhidonat dilepaskan dari senyawa precursor oleh fosfolipase. Enzim siklooksigenase mempunyai efek kemotaktik yang kuat pada eosinofil, neutrofil dan makrofag yang mendorong terjadinya bronkokonstriksi dan perubahan permeabilitas vaskuler (Mycek, Harvey, dan Champe, 2001).

  Prostaglandin dan senyawa yang berkaitan (tromboksan, leukotrien, asamhidroksieikosatetraenoat/HETE) diproduksi dalam jumlah kecil oleh semua jaringan. Umumnya bekerja lokal pada jaringan tempat prostaglandin tersebut disintesis, dan cepat dimetabolisme menjadi produk inaktif pada tempat kerjanya (Mycek, et al., 2001).

  2

  b) jalur lipoksigenase

  ). Aspirin dan agen antiinflamasi non steroid (AINS) seperti indometasin menghambat siklooksigenase dan karena itu menghambat sintesis prostaglandin (Chandrasoma dan Taylor, 1995).

  2

  (PGF

  2

  ), prostaglandin F

  2

  (PGE

  2 ) dan Tromboksan (TXA 2 ), prostaglandin D 2 (PGD 2 ), prostaglandin E

  Metabolisme asam arakhidonat berlangsung melalui salah satu dari dua jalur utama, yaitu sesuai dengan enzim yang mencetuskan reaksi :

  (PGI

  2 sendiri sangat tidak stabil, lalu membentuk prostasiklin

  peroksidase. PGH

  2 ), yang kemudian dikonversi menjadi prostaglandin H 2 (PGH 2 ) oleh

  (PGG

  2

  Mula-mula dibentuk suatu endoperoksida siklik prostaglandin G

  a) jalur siklooksigenase (COX)

  Reaksi awal pada jalur ini ialah adanya tambahan gugus hidroperoksi pada posisi karbon 5-, 12-, 15- yang oleh enzim masing-masing membentuk berciri khas. Derivat 5-hidroperoksi asam arakhidonat yang disebut 5- HPETE, sangat tidak stabil dan direduksi sebagai 5-HETE (yang bekerja kemotaksis untuk neutrofil) atau diubah menjadi golongan leukotrien.

  Leukotrien pertama yang dihasilkan dari 5-HPETE disebut leukotrien A

  4

  (LTA

  4 ), kemudian oleh hidrolisis enzim membentuk leukotrien B 4 (LTB 4 )

  atau leukotrien C (LTC ) dengan penambahan glutation. Leukotrien C

  4

  4

  4

  (LTC

  4 ) diubah menjadi leukotrien D 4 (LTD 4 ) dan akhirnya menjadi

  leukotrien E

  4 (LTE 4 ). Leukotrien B 4 merupakan agen kemotaksis kuat dan

  menyebabkan agregasi neutrofil. Leukotrien C

  4 dan LTD 4 menyebabkan

  vasokonstriksi, spasmus bronkus dan meningkatkan permeabilitas vascular ( Chandrasoma dan Taylor, 1995).

  

Gambar 1. Metabolit asam arakhidonat dan pengaruhnya pada respon inflamasi

  akut (Chandrasoma dan Taylor, 1995)

  ®

  E. Cataflam D-50 ( K-Diklofenak )

  ®

  Cataflam D-50 merupakan diklofenak bebas asam 50 mg/tablet dispersibel yang diindikasikan untuk pengobatan jangka pendek inflamasi dan nyeri, oesteroartritis, gout, reumatik artikuler. Dosis awal 2-3 tablet sehari, untuk kasus sedang dan anak diatas 14 tahun 2 tablet sehari (Anonim, 2009).

  Cataflam merupakan turunan dari asam benseasetat dengan nama kimia 2-

  14

  10

  2

  2

  [(2,6-dichlorophenyl)amino] benzeneacetic acid (C H Cl NKO ). Strukturnya yaitu

  

Gambar 2. Struktur Cataflam 2-[(2,6-dichlorophenyl)amino] benzeneacetic acid

®

  Cataflam D-50 merupakan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) yang mampu menghambat antiinflamasi, analgesik dan antipiretik dalam model hewan.

  Mekanisme aksi dari Cataflam seperti OAINS lainnya yaitu menghambat proses pelepasan sintesis prostaglandin (Anonim, 2009).

  F. Metode Uji Daya Antiinflamasi Metoda pengujian aktivitas antiinflamasi suatu bahan calon obat dilakukan berdasarkan pada kemampuan obat uji mengurangi atau menekan derajat udema yang diinduksi pada hewan percobaan. Ada berbagai macam teknik pengujian yang telah diperkenalkan untuk mengevaluasi antiinflamasi. Perbedaan di antara metoda-metoda pengujian tersebut terletak pada cara menginduksi udema pada hewan percobaan yaitu induksi secara kimia (menggunakan berbagai bahan kimia dan berbagai cara pemberian induktor), secara fisika (penyinaran radiasi ultraviolet), secara mekanik dan induksi oleh mikroba (Anonim, 1991). mencit dilakukan dengan cara penyuntikan subplantar pada telapak kaki mencit, suatu senyawa iritan yang dapat menimbulkan radang yaitu karagenin. Bahan uji diberikan 1 jam sebelum penyuntikan suspensi karagenin 1% dalam NaCl fisiologis. Prosentase daya antiinflamasi dapat dihitung dari perubahan bobot kaki hewan uji. Adapun rumus aslinya adalah sebagai berikut :

  −

  Daya antiinflamasi (%) = � � 100 %

  Keterangan : U = harga rata-rata berat kelompok karagenin (kaki kiri) dikurangi rata-rata berat kaki normal (kaki kanan) D = harga rata-rata berat kaki kelompok perlakuan (kaki kiri) dikurangi rata-rata berat kaki normal (kaki kanan) Karena prosentase daya anti-inflamasi dihitung dari pengurangan bobot udema menghasilkan > 100% maka rumus di atas diubah menjadi sebagai berikut:

  −

  Daya antiinflamasi (%) = � � 100 %

  Keterangan: U = rata-rata bobot kaki kelompok karagenin dikurangi rata-rata bobot kaki kelompok normal (tanpa perlakuan) D = rata-rata bobot kaki kelompok perlakuan dikurangi rata-rata bobot kaki kelompok normal (tanpa perlakuan)

  Letak perbedaannya adalah bahwa pada metode Langford,et al., persen (%) daya antiinflamasi kelompok perlakuan merupakan hasil selisih rata-rata berat kaki kelompok karagenin dengan rata-rata berat kaki kelompok perlakuan dibandingkan dengan rata-rata berat kaki kelompok perlakuan, sedangkan pada karagenin dengan rata-rata berat kaki kelompok perlakuan dibandingkan dengan

  

rata-rata berat kaki kelompok karagenin . Kedua cara perhitungan ini sama-sama

  dapat memberikan hasil negatif (-) bila harga U < D. Selain itu juga letak perbedaan pada pengukuran udema untuk mengetahui daya antiinflamasi tidak menggunakan pemotongan kaki dan ditimbang, namun diukur menggunakan jangka sorong digital.

  Pengukuran tebal udema ini mengadopsi dari Mahmood, et al., (2009) di mana pengukurannya terletak pada ketebalan kaki mencit (dari telapak kaki mencit dengan posisi jangka sorong vertikal).

  Adapun metode lain yang dapat digunakan untuk pengukuran tebal kaki mencit yang telah diinduksi dengan zat inflamatogen karagenin yaitu mengukur luas permukaan kaki mencit (panjang x lebar) menggunakan jangka sorong (Tohda, Nakayama, Hatanaka, Komatsu, 2006). Kelemahan dari metode ini adalah tidak dapat diketahuinya tebal udema yang sebenarnya karena hanya diukur melalui telapak kaki mencit saja, padahal udema jelas nampak pada bagian atas permukaan kaki mencit.

  G. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) KLT adalah metoda pemisahan fisikokimia. Lapisan yang memisahkan, yang terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah, pemisahan terjadi selama pengembangan (Stahl, 1985). Fase diam yang umum digunakan adalah silica gel, alumina, selulosa (Sastrohamidjojo, 1991).

  Fase gerak yang digunakan berupa cairan dan pemilihannya tergantung dari tingkat kepolaran senyawa yang akan dipisahkan (Stahl, 1985). Reagen pendeteksi yang dipakai misalnya untuk mengetahui gingerol digunakan vanilin- sulphuric acid reagent (Wagner, 1996).

  H. Landasan Teori Ekstrak etanolik jahe merah mengandung senyawa gingerol sedangkan kencur mengandung ethyl p-methoxycinnamate yang mampu menghambat aktivitas siklooksigenase dan lipoksigenase dalam asam arakhidonat sehingga menyebabkan penurunan jumlah prostaglandin dan leukotrien (Anonim, 2000; Kardono, et al., 2003).

Dokumen yang terkait

Studi in vivo khasiat antiinflamasi ekstrak herba suruhan (Peperomia pellucida[L]) dan campurannya dengan jahe merah (Zingiber officinale Rosc.)

0 4 14

Nation (nanopartikel lotion): lotion antiinflamasi kombinasi ekstrak suruhan (Peperomia pellucida) dan jahe merah (Zingiber officinale)

0 7 15

Pengaruh pemberian campuran madu kelengkeng (Nephelium longata L.) dan ekstrak etanolik jahe emprit (Zingiler officinale Roscoe) terhadap respon hipersensitivitas tipe lambat tikus putih jantan galur wistar.

0 2 93

Pengaruh pemberian campuran madu kelengkeng (Nephelium longata L.) dan ekstrak etanolik jahe emprit (Zingiber officinale Roscoe)terhadap jumlah sel darah putih pada tikus putih jantan galur wistar.

0 6 107

Daya anti-inflamasi ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii hook. F. pada mencit putih betina.

0 1 135

Pengaruh pemberian campuran madu kelengkeng (Nephelium longata L.) dan ekstrak etanolik jahe emprit (Zingiber officinale Roscoe)terhadap jumlah sel darah putih pada tikus putih jantan galur wistar

0 1 105

Efektivitas enhancer menthol dalam patch topikal antiinflamasi ekstrak etanol kencur (Kaempferia galanga L.) terhadap jumlah neutrofil pada mencit - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 13

Pengaruh pemberian beta karoten terhadap daya antiinflamasi natrium diklofenak pada mencit putih jantan - USD Repository

0 0 87

Daya antiinflamasi jus tomat [Solanum lycopersicum L.] pada mencit putih jantan - USD Repository

1 2 113

Daya anti-inflamasi ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii hook. F. pada mencit putih betina - USD Repository

0 0 133