PERBEDAAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI ANTARA PNS DAN WIRAUSAHAWAN SKRIPSI

PERBEDAAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI ANTARA PNS DAN WIRAUSAHAWAN

  SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  Program Studi Psikologi

  Oleh: BEATRIK NOVIYANTI NIM : 059114046 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

  JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  MOTTO Manusia bisa bahagia bisa tidak adalah tergantung pilihannya sendiri

  (Abraham Lincoln) Kupersembahkan karya sederhana ini untuk: Tuhan Yesus Kristus Papi, Mami, dan Emak yang terkasih

Kristin, Maryke, dan Florentin, Saudaraku tersayang

  Budi Wiryawan Utomo, I Luv Thee

  

ABSTRAK

Beatrik Noviyanti (2009). Perbedaan tingkat kepercayan diri antara PNS dan

wirausahawan. Yogyakarta: Fakultas Psikologi; Jurusan Psikologi;

Universitas Sanata Dharma.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kepercayaan diri antara PNS dan wirausahawan. Kepercayaan diri dipengaruhi oleh pandangan masyarakat terhadap status sosial, status ekonomi dan status pendidikan. Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui perbedaan pandangan masyarakat terhadap PNS dan wirausahawan. Hasil yang diperoleh ialah tidak ada perbedaan pandangan masyarakat terhadap PNS dan wirausahawan. Hal ini menyebabkan hipotesis yang diajukan adalah tidak ada perbedaan tingkat kepercayaan diri antara PNS dan wirausahawan.

  Jumlah sampel dari penelitian ini adalah 120 sampel dengan kriteria bekerja sebagai PNS atau wirausahawan dengan batasan tingkat pendidikan antara SMA hingga S1. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran skala kepercayaan diri. Koefisien reliabilitas dari skala kepercayaan diri adalah 0,899.

  Dari hasil analisis penelitian diperoleh t sebesar 0,616 dan probabilitas diperoleh sebesar 0,539 artinya hipotesis yang menyatakan tidak ada perbedaan tingkat kepercayaan diri antara PNS dan wirausahawan diterima. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat kepercayaan diri yang signifikan antara PNS dan wirausahawan.

  Kata Kunci: Kepercayaan Diri, PNS, Wirausahawan

  

ABSTRACT

Beatrik Noviyanti (2009). The Difference of Self-Confidence Level between

Civil Service Officer and Entrepreneur. Yogyakarta: Faculty of Psychology;

Department of Psychology: Sanata Dharma University.

  This research was aimed at knowing the difference of self-confidence level between Civil Service Officer and entrepreneur. Self-confidence was influenced by society perception toward social status, economic class and education level. Preface research was done for knowing the different of society perception about Civil Service Officer and entrepreneur. Result of the research was there was no different society perception toward Civil Service Officer and entrepreneur. It caused the hypothesis became there was no difference self- confidence level between Civil Service Officer and entrepreneur.

  Total sample in this research were 120 individuals whose occupancies were Civil Service Officer or entrepreneur with education level of high school or higher education. The data collection was performed using self-confidence scale. The reliability coefficient of the self-confidence scale was 0.899.

  It was shown that t value was 0,616 with p value of 0.0539 (p>0.05). It meant that the hypothesis stated previously was approved. It can be summarized that there was no difference significant self-confidence level between Civil Servive Officer and entrepreneur.

  Keywords: Self-confidence, Civil Service Officer, Entrepreneur

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu setia menyertai dan memberi kasih yang sempurna kepada penulis, sehingga skripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Kepercayaan Diri Antara PNS Dan Wirausahawan” dapat diselesaikan.

  Penulis juga menyadari bahwa banyak pihak yang telah memberikan informasi, waktu, tenaga, pikiran dan nasehat serta dukungan yang tiada henti dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih setulusnya kepada:

  1. Papi, Mami dan Emak yang sangat penulis sayangi. Terima kasih atas kasih sayang, pengorbanan, pengertian, nasehat, semangat, dan doa yang selalu diberikan kepada penulis.

  2. P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini dan memberikan dukungan kepada penulis.

  3. Sylvia CMYM, S. Psi., M.Si. selaku Kaprodi Fakultas Psikologi yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini.

  4. Y. Heri Widodo, M.Psi. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik yang bermanfaat bagi penulis. Terima kasih juga atas kesabaran dan ketulusannya selama membimbing penulis.

  5. Kristiana Dewayani S.Psi., M.Si. dan Dr. A. Priyono M, SJ. selaku dosen pembimbing akademik yang senantiasa memberikan dorongan agar penulis dapat segera menyelesaikan studi.

  6. Agung Santoso, M.A. dan Dr. Tjipto Susana, M.Si. selaku penguji yang telah memberikan masukan yang bermanfaat bagi peneliti.

  7. Bapak / Ibu Dosen Fakultas Psikologi yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama masa studi.

  8. Pak Gie, Mas Gandung, Mas Mudji, Mbak Nanik dan Mas Doni, yang telah memberi bantuan dan kemudahan kepada penulis selama studi.

  9. Saudaraku terkasih, Ce Kristin (“Sukses dan bahagia selalu...”), Maryke (“Semangat selalu menjalani hidup!”), dan Florentin (“Rajin belajar ya Flo!”).

  10. Budi Wiryawan Utomo, My Special One. Terima kasih telah setia menemani setiap langkah dalam hidupku. ”Xiexie ni zai wo shengming zhong gei le yanse”.

  11. Frater Blasius Tjoa Tjoan Hoat, Om Kong Lie, Tante Kiok dan Baskoro yang selalu memberi support dan doa untuk penulis.

  12. Om dan Tante Prasojo serta Mas Andri yang terkasih. Trima kasih atas kasih sayang, ketulusan, semangat dan doanya selama ini. Senang bisa menjadi anak Om dan Tante.

  13. Teman-teman yang kusayangi, Indra (“Thanks udah berbuat banyak untukku...”), Cik Nita (“Makasi udah memberi ku banyak pelajaran berharga.”), Dita (“Nox, kangen nih!!!”), Dewi (“Smoga tambah keren

  14. Teman-teman seatap yang selalu setia menemani dalam suka dan duka, Ina (“Trims udah care banget sama aku, loph u honeyKu..”), Siscoyami (“Trims udah jadi tempat curhatQ. Tambah Kece y Bu...”), Deta (“Senang bisa berjuang bersama, tapi tetap akan kucuri benda ‘pink’ itu.. hahaha!”), Nisi (“Upah Mu besar di Surga karna berbakti sama aq.. hahaha… n smoga langgeng sama Ayah...”), Ken Dedes (“Goyang lagi Bu...”), Nia (“Tetap semangat ya Ni!!”), Agatha (“Momo, ayo berjuang..”), Ria (“Wati, berisik!! Hehe”), Hety (“Miss purple gitu lho…”), Mb Tyas (“Thanks udah bantuin ngerjain tugasQ…. Hihihi”), Mb Dhani (“Thanks buat ilmunya… Gbu!”), Diana (“Tengkyu bantuan dan makanannya ya bu!”), Mb Vita, Stella, Vicke, Mb Prima, Yuli, Nita. Pren 4eve….

  15. Seluruh teman-teman Psikologi, angkatan 2005 yang selalu senasib dan seperjuangan. Terima kasih atas pertemanan dan kerjasamanya. Semoga sukses selalu!

  16. Teman-teman yang telah membantu dalam pembuatan skripsi dan penyebaran skala: Joana, Ucie, Rindi, Reni, Conrad, Wira, Maya, Puput, Mb Rina, Silvi, Anne, Septi. Terima kasih telah menyempatkan waktu di sela-sela kesibukan teman-teman.

  17. Teman-teman KKN angkatan XXXV kelompok 26: Chika, Made, Lulu, Tina, Nila, Twedy, Feme, Doni, Tyo.

  18. Teman-teman di kampung halaman: Ivon, Amel, Linda, Viena, Cha-cha, Susan, Susi, Shelvy, Marisa, Irvan, Afud, Prata, Brian, dan Hansen. Terima

  19. Bapak / Ibu yang bersedia membantu mengisi skala yang telah penulis buat untuk menyelesaikan skripsi ini.

  20. Terima kasih pula bagi semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu kelancaran studi penulis.

  Penulis menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat terbuka terhadap saran dan kritik terhadap karya tulis ini sehingga di masa yang akan datang karya-karya penulis dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan dunia Psikologi pada khususnya.

  Penulis

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL…………………………………………….....…… HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………......…..

  HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………...... HALAMAN MOTTO………………………………………………....... HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………....... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………....... ABSTRAK…………………………………………………………....... ABSTRACT………………………………………………………......... LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS………......................

  KATA PENGANTAR………………………………………………....... DAFTAR ISI…………………………………………………………..... DAFTAR TABEL…………………………………………………….... DAFTAR GAMBAR................................................................................ DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………....

  BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….... A. Latar Belakang Masalah……………………………………....... B. Rumusan Masalah……………………………………………..... C. Tujuan Penelitian……………………………………………….. D. Manfaat Penelitian……………………………………………… i ii iii iv v vi vii viii ix x xiv xvii xviii xix

  1

  1

  7

  8

  8

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………..

  9 A. Kepercayaan Diri……………………………………………......

  9 1. Definisi Kepercayaan Diri…………………….…………….

  9

  2. Ciri-ciri Orang yang Percaya Diri………………………..…

  9 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri….…..

  9 4. Aspek-aspek Kepercayaan Diri……………………….…….

  14 B. Pegawai Negeri Sipil Dan Wirausahawan……………....……...

  18 1. Pegawai Negeri Sipil…………………………….….……...

  19 2. Wirausahawan.…………………………………….……….

  19 C. Perbedaan Kepercayaan Diri Pegawai Negeri Sipil Dan Wirausahawan.………………………………………….……...

  23 D. Hipotesis……………………………………………….……….

  26 BAB III METODE PENELITIAN………………………..……………

  31 A. Jenis Penelitian……………………………………….………...

  32 B. Identifikasi Variabel Penelitian…………………….…………

  32 C. Definisi Operasional……………………………….…………...

  32 1. Status Pekerjaan……………………………….…………....

  32 2. Kepercayaan Diri……………………………….…………..

  32 D. Sampel Penelitian…………………………………..…………...

  33 E. Metode Dan Pengumpulan Data………………….…………….

  35 F. Validitas Dan Reabilitas………………………….…………….

  36

  1. Validitas…………………………………….………………

  37

  3. Seleksi Aitem……………………………………………….

  38 G. Pelaksanaan Uji Coba Alat Ukur………………….……………

  39 1. Uji Coba Alat Ukur Penelitian...............................................

  39 2. Hasil Uji Coba Alat Ukur Penelitian......................................

  39 H. Metode Analisis Data……………………………….…………..

  40 BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………………….

  43 A. Penelitian Pendahuluan.……………………………….………..

  44 B. Pelaksanaan Penelitian……………………………….…….…...

  44 C. Hasil Penelitian……………………………………….………...

  45

  1. Uji Normalitas………………………………………………

  46

  2. Uji Homogenitas……………………………………………

  46 3. Uji Hipotesis……………………………………..………….

  46 4. Uji Mean…………………………………………………....

  46 D. Pembahasan…………………………………………….………

  47 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………..

  48 A. Kesimpulan…………………………………………….………..

  52 B. Saran……………………………………………….…………....

  52 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….

  53

  

DAFTAR TABEL

Tabel 1.

  Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4.

  Daftar golongan dan pangkat PNS Indonesia…...………….. Blue print skala kepercayaan diri…………………………... Distribusi aitem skala kepercayaan diri…………………….. Blue print skala kepercayaan diri setelah ujicoba…………..

  22

  37

  37

  42

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema kepercayaan diri antara PNS dan wirausahawan......

  31

  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Angket Penilaian PNS dan Wirausahawan…………….…...

  Lampiran 2. Skala Kepercayaan Diri Uji coba……………………….. Lampiran 3. Skala Kepercayaan Diri Penelitian……………………… Lampiran 4. Reliabilitas Angket Penelitian Pendahuluan..................

  Lampiran 5. Uji Hipotesis Penelitian Pendahuluan....……………….. Lampiran 6. Uji Reliabilitas Dan Seleksi Aitem…………………….. Lampiran 7. Uji Normalitas………………………………………….. Lampiran 8. Uji Homogenitas……………………………………….. Lampiran 9. Uji Hipotesis…..……………………………………….. Lampiran 10. Uji Mean……………………………………………….. Lampiran 11. Uji Perbedaan Mean…………………………….…….

  58

  59

  68

  74

  75

  76

  87

  88

  89

  90

  91

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam hidup, kesuksesan adalah salah satu hal yang penting bagi

  semua orang. Hal ini menyebabkan semua orang berlomba-lomba untuk meraih kesuksesan. Salah satu faktor penting dalam meraih kesuksesan adalah kepercayaan diri. Hal ini didukung oleh Peale (1996) yang mengatakan bahwa seseorang pastilah tidak mungkin sungguh-sungguh berbahagia atau sukses tanpa memiliki tingkat rasa percaya diri yang mendasar. Selain itu, seseorang dapat dikatakan mandiri dalam segala tindakannya jika ia memiliki kepercayaan pada kemampuan dan kekuatannya sendiri (Wenzler, Maria, & Siregar, 1993)

  Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan / situasi yang dihadapinya (Rini, 2002). Hal ini bukan berarti individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan, yaitu bila individu tersebut memiliki kompetensi, yakin, mampu, dan percaya bahwa dia bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi, serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri.

  Percaya diri menurut Hakim (dalam Jati, 2005) adalah suatu keyakinan yang dimiliki seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya. Ketika individu memiliki pandangan yang positif terhadap kemampuan dirinya, tentunya mereka akan merasa percaya diri sehingga semakin dekat dengan pintu kesuksesan.

  Sebaliknya, ketika individu tidak memiliki keyakinan akan kemampuannya sendiri, akan sulit bagi individu tersebut untuk meraih kesuksesan.

  Di dalam kehidupan bermasyarakat, banyak ditemukan orang yang kurang atau tidak memiliki rasa percaya diri. Menurut Afiatin (1998), salah satu hal yang mempengaruhi kepercayaan diri seseorang adalah diterima atau tidaknya individu di dalam kelompok sosialnya. Hal ini memperlihatkan bahwa pandangan masyarakat terhadap seseorang akan berdampak pada konsep diri orang tersebut. Pada umumnya, kelompok sosial yang menjadi objek dalam pandangan masyarakat bisa didasarkan atas kekerabatan, usia, seks, dan pekerjaan (Soekanto, 2006).

  Pekerjaan merupakan salah satu hal yang mempengaruhi sikap seseorang di dalam kelompok sosial. Individu pada umumnya mencari pekerjaan yang dipandang baik di hadapan masyarakat agar dapat diterima di kelompoknya. Di Indonesia, salah satu pekerjaan yang paling banyak diminati adalah pegawai negeri sipil (PNS). Selain itu, pekerjaan sebagai wirausahawan juga cukup diminati oleh sebagian masyarakat.

  Pegawai negeri sipil (PNS) adalah warga negara Indonesia yang diangkat dan disahkan menjadi bagian dari pemerintahan untuk menjalankan tugas pemerintahan, berkewajiban melaksanakan tugas-tugas sesuai aturan yang ditetapkan dan dijamin hak-haknya oleh pemerintah (Nindrasari, 2008).

  Di samping itu, definisi wirausahawan adalah seseorang yang menciptakan bisnis baru dengan mengambil risiko dan ketidakpastian, demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang dan menggabungkan sumber daya yang diperlukan untuk mendirikannya menurut (Zimmerer dan Scarbourough, 2005).

  PNS dan wirausahawan sebenarnya merupakan pekerjaan yang sama- sama mampu memberikan penghasilan, hanya saja PNS bekerja pada negara, sedangkan wirausahawan mendapatkan penghasilan dengan cara membuka usaha sendiri. Walaupun begitu, masyarakat tetap saja memiliki pandangan yang berbeda terhadap kedua jenis pekerjaan tersebut. Pandangan yang berbeda ini bisa berdampak pada perasaan diterima atau tidaknya mereka di dalam kelompok sosialnya yang dapat berpengaruh terhadap rasa kepercayaan diri mereka.

  Ada dua pandangan masyarakat terhadap PNS dan wirausahawan. Pandangan pertama, PNS dipandang lebih baik daripada wirausahawan oleh sebagian masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari segi status sosial, status ekonomi dan status pendidikan PNS yang lebih tinggi daripada wirausahawan. Pandangan lain mengatakan bahwa wirausahawan lebih baik daripada PNS. Hal ini bila dilihat dari segi status ekonomi wirausahawan yang lebih tinggi daripada PNS.

  Status sosial didefinisikan sebagai kedudukan seseorang (individu) dalam suatu kelompok pergaulan hidupnya (Soedjono, 1985). Menurut sebagian masyarakat yang memiliki pandangan pertama, status PNS masih mendapat penghargaan tinggi, bahkan ada yang menjadi simbol status mereka.

  Ketergila-gilaan pada status PNS adalah wajar terjadi, mengingat sebagian masyarakat masih menilai PNS merupakan status sosial yang lebih mapan dan terhormat dibandingkan dengan wirausahawan. Mereka melihat bahwa wirausahawan memiliki penghasilan tidak tetap, sehingga mereka kadang beruntung dan kadang tidak (Widiyoko, 2006).

  Sebagian masyarakat juga menilai posisi atau pekerjaan sebagai PNS dan wirausahawan dari sisi status ekonomi. Status ekonomi dapat diartikan sebagai tingkatan kemampuan material seseorang untuk mencukupi kebutuhan hidup di dalam masyarakat yang dilihat dari kemampuan materiil atau penghasilan yang dimiliki baik melalui instansi pemerintah maupun swasta (Soedjono, 1985). Dalam hal status ekonomi, sebagian masyarakat menilai dari segi kemapanan dan sebagian lagi menilai dari segi nominal. Pada kelompok masyakarat ini, mereka lebih menekankan dari segi kemapanan, sehingga kelompok masyarakat ini memandang bahwa status ekonomi para PNS lebih tinggi daripada wirausahawan. Hal ini terlihat pada PNS yang mempunyai kepastian dan standar gaji yang cukup tinggi. Selain itu, PNS juga mendapatkan banyak jenis tunjangan, gaji ke-13 dan uang pensiunan (”Gaji ke-13”, 2004).

  Di sisi lain dalam hal status pendidikan, golongan masyarakat ini menganggap bahwa PNS memiliki status pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini terlihat dari salah satu syarat melamar menjadi calon PNS adalah melampirkan fotokopi STTB atau ijazah yang telah disahkan oleh pihak yang berwenang (“Pengadaan pegawai”, 2008). Syarat ini menyebabkan sebagian masyarakat berpikir bahwa orang-orang yang menjadi PNS adalah orang-orang yang pernah mengecap pendidikan. Selain itu, para PNS memiliki peluang untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang mereka miliki, misalnya dengan pemberian training hingga melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Lain halnya dengan wirausahawan, sebagian masyarakat mamandang bahwa yang biasa dinamakan wirausahawan adalah usahanya orang-orang yang tidak memiliki ijazah formal memadai dan tidak punya modal cukup. Dengan latar belakang pendidikan dan finansial yang minim, otomatis usahanya sangat kecil dan dikelola secara tidak professional (Wicaksono, 2007). Hal ini menunjukkan bahwa beberapa kalangan masyarakat memandang bahwa status pendidikan PNS lebih tinggi daripada wirausahawan.

  Sebaliknya, pada pandangan kedua sebagian masyarakat lainnya memandang bahwa wirasahawan lebih baik daripada PNS. Hal ini terlihat dari segi status ekonomi wirausahawan yang lebih tinggi daripada PNS, kelompok memandang bahwa menjadi wirausahawan juga bisa mendapatkan penghasilan yang besar dan tak terbatas. Sebagian orang beranggapan bahwa kewirausahaan adalah dunianya kaum pengusaha besar dan mapan, lingkungannya para direktur dan pemilik PT, CV serta berbagai bentuk perusahaan lainnya. Oleh karena itu, kewirausahaan sering dianggap sebagai wacana tentang bagaimana menjadi kaya (Koespono, 2008). Hal ini menyebabkan sebagian masyarakat berpandangan bahwa wirausahawan lebih baik daripada PNS.

  Dari beberapa hal di atas, dapat dilihat bahwa ada banyak pandangan masyarakat terhadap PNS dan wirausahawan. Sebagian masyarakat memiliki pandangan yang lebih positif terhadap PNS. Namun ada juga beberapa kalangan masyarakat yang memandang wirausahawan lebih positif daripada PNS. Pandangan masyarakat terhadap kedua kelompok ini dapat berpengaruh pada tinggi rendahnya kepercayaan diri pada PNS dan wirausahawan.

  Terkait dengan pandangan masyarakat terhadap PNS dan wirausahawan, peneliti melakukan penelitian pendahuluan dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan terhadap pandangan masyarakat terhadap PNS dan wirausahawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa p sebesar 0,866 dan t sebesar 0,170. Kesimpulannya adalah tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap pandangan masyarakat terhadap PNS dan wirausahawan. Karena tidak ada perbedaan pandangan, maka PNS dan wirausahawan tidak memiliki perbedaan kepercayaan diri.

  Ketika PNS maupun wirausahawan sama-sama memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Hal tersebut dapat meningkatkan kinerja dan mempermudah mereka untuk meraih kesuksesan. Akan tetapi, masalah muncul ketika tidak adanya kepercayaan diri baik pada PNS maupun pada wirausahawan. Hal tersebut bisa menurunkan kinerja dan menjauhkan mereka dari kesuksesan. Orang yang punya kepercayaan diri rendah atau kehilangan kepercayaan diri akan memberikan banyak dampak negatif, seperti memiliki perasaan negatif terhadap dirinya, memiliki keyakinan lemah terhadap kemampuan dirinya dan punya pengetahuan yang kurang akurat terhadap kapasitas yang dimilikinya.

  Pandangan masyarakat yang sama terhadap PNS dan wirausahawan tidak mempengaruhi kepercayaan diri mereka, baik dari sisi status sosial, status ekonomi maupun status pendidikan. Akan tetapi mulai muncul masalah jika mereka sama-sama memiliki kepercayaan diri yang rendah. Berdasarkan dari uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai adanya perbedaan kepercayaan diri antara PNS dan wirausahawan.

B. Perumusan Masalah

  Permasalahan pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan tingkat kepercayaan diri antara PNS dan wirausahawan?

  C. Tujuan Penelitian

  Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang adanya perbedaan tingkat kepercayaan diri antara PNS dan wirausahawan.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis

  Hasil penelitian dapat digunakan untuk memberikan kontribusi wacana di bidang Psikologi Sosial yang berkaitan dengan kepercayaan diri pada PNS dan wirausahawan.

  2. Manfaat Praktis

  Bagi komunitas PNS dan wirausahawan, penelitian ini dapat membantu komunitas untuk meningkatkan kepercayaan diri karena kepercayaan diri merupakan salah satu faktor dalam meraih kesuksesan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepercayaan Diri

  1. Definisi Kepercayaan Diri Kepercayaan diri menurut Afiatin (1998) adalah aspek dari kepribadian manusia yang berfungsi penting untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki. Kepercayaan diri dapat mendorong individu untuk meraih sukses. Hal ini didukung oleh pendapat Hakim (Jati, 2005) bahwa kepercayaan diri adalah suatu keyakinan yang dimiliki seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya. Menurut Rini (2002) kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan / situasi yang dihadapinya.

  Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah suatu sikap yakin akan kemampuan yang dimiliki individu dalam meraih suatu tujuan, dimana individu tersebut memiliki sikap positif terhadap diri sendiri dan lingkungannya.

  2. Ciri-ciri Orang yang Percaya Diri Orang yang percaya diri mempunyai harapan yang realistis dan harapan itu tidak terpenuhi. Selain itu mereka mempunyai sikap luwes, lebih bersedia mengambil risiko-risiko, dan menikmati pengalaman- pengalaman baru. Mereka juga merasa senang dengan dirinya dan cenderung bersikap santai di dalam situasi-situasi sosial. Berbeda halnya dengan orang yang kurang percaya diri. Ketika menghadapi masalah, orang yang kurang percaya diri cenderung menghindari risiko-risiko dan tantangan dari semua jenis. Mereka bersikap pasif dan membiarkan orang memegang kendali. Kurangnya percaya diri juga dapat merusak hubungan karena mereka akan merasa cemburu dan marah terhadap para sahabat, keluarga, kolega, atau mitra mereka yang percaya diri (Davies, 2004).

  Beberapa ciri-ciri orang yang percaya diri, yaitu (Hakim dalam Jati, 2005):

  a. Memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dan berkomunikasi di berbagai situasi b. Selalu bersikap tenang dalam mengerjakan segala sesuatu serta mampu menetralisisasi ketegangan yang muncul di dalam berbagai situasi c. Memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang penampilannya d. Bereaksi positif dalam menghadapi berbagai masalah

  Beberapa ciri atau karakteristik individu yang mempunyai rasa percaya diri yang proporsional diantaranya adalah (Rini, 2002): a. Percaya akan kompetensi / kemampuan diri, hingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, ataupun rasa hormat orang lain

  b. Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh orang lain atau kelompok c. Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain – berani menjadi diri sendiri d. Punya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosinya stabil) e. Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau kegagalan, tergantung dari usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak tergantung / mengharapkan bantuan orang lain) f. Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi di luar dirinya g. Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan itu tidak terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi.

  Di sisi lain, beberapa ciri atau karakteristik individu yang kurang percaya diri diantaranya adalah (Rini, 2002),: a. Berusaha menunjukkan sikap konformis, semata-mata demi mendapatkan pengakuan dan penerimaan kelompok b. Menyimpan rasa takut / kekhawatiran terhadap penolakan

  c. Sulit menerima realita diri (terlebih menerima kekurangan diri) dan memandang rendah kemampuan diri sendiri, namun di lain pihak memasang harapan yang tidak realistik terhadap diri sendiri

  d. Pesimis, mudah menilai segala sesuatu dari sisi negatif

  e. Takut gagal, sehingga menghindari segala risiko dan tidak berani memasang target untuk berhasil f. Cenderung menolak pujian yang ditujukan secara tulus (karena

  undervalue atau menilai rendah diri sendiri)

  g. Selalu menempatkan / memposisikan diri sebagai yang terakhir, karena menilai dirinya tidak mampu h. Mempunyai external locus of control (mudah menyerah pada nasib, sangat tergantung pada keadaan dan pengakuan / penerimaan serta bantuan orang lain).

  Selain itu, beberapa penelitian terdahulu terkait dengan dampak yang terjadi ketika seseorang tidak memiliki rasa percaya diri, antara lain: a. Kurangnya percaya diri bisa menyebabkan menurunnya kemampuan dalam bidang akademik. Hal ini terbukti dari penelitian yang dilakukan oleh Martin (dalam Asmiana, 2003) tentang rasa percaya diri pada 144 pelajar Indian pada BIA Boerding School yang berada di Oklahoma.

  Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pelajar yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi akan lebih cepat menyelesaikan studinya dibandingkan dengan pelajar yang memiliki rasa percaya diri lebih rendah.

  b. Stres juga dapat terjadi pada orang-orang yang memiliki rasa percaya diri yang rendah. Rasa percaya diri menurut Nasution (dalam Asmiana, 2003) merupakan faktor yang dapat menyembuhkan stres seseorang dari hasil penelitian yang dilakukan pada pelajar SLTP / SMUN Ragunan menunjukkan bahwa salah satu sumber stres yang dialami oleh atlet pelajar adalah kurangnya rasa percaya diri dan adanya pikiran negatif.

  c. Kurangnya rasa percaya diri bisa menyebabkan kurangnya penyesuaian diri seseorang. Penelitian yang dilakukan oleh Gandamana (dalam Asmiana, 2003) tentang hubungan rasa percaya diri dengan penyesuaian sosial pada remaja di panti asuhan menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara rasa percaya diri dengan penyesuaian sosial pada remaja.

  Penelitian terhadap remaja di panti asuhan anak yatim Mabarrot Sunan Giri Malang ini menunjukkan bahwa semakin positif atau semakin tinggi rasa percaya diri akan diikuti semakin positif atau tinggi

  3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri Ada banyak hal yang mempengaruhi kualitas kepercayaan diri seseorang. Kepercayaan diri bukanlah sifat sifat bawaan, akan tetapi diperoleh dari pengalaman hidup. Kondisi sosial ekonomi seseorang berpengaruh pada rasa percaya diri. Hal ini dikarenakan orang dengan tingkat sosial ekonomi yang tinggi memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mempergunakan fasilitas yang tersedia, dengan demikian ia dapat dengan lebih mudah memenuhi kebutuhannya (Lauster dalam Wisnubhawana, 2006):

  Beberapa faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri antara lain:

  a. Pola asuh Rasa percaya diri menurut Lindenfield (1997) terbentuk sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya.

  Keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama bagi setiap manusia. Proses interaksi dalam keluarga pada dasarnya menggambarkan suatu bentuk pola asuh tertentu sehingga berperan dalam membentuk dan mempengaruhi kepribadian seseorang, namun pengaruh ini semakin berkurang ketika anak beranjak dewasa.

  b. Penampilan fisik Menurut Lindenfield (1997), masalah-masalah emosi seperti kurangnya rasa percaya diri dan harga diri seringkali dialami oleh seseorang yang memiliki penampilan fisik kurang sempurna. c. Tingkat pendidikan Fungsi kognitif yang berkembang dengan baik, berupa penyerapan informasi dan pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan membuat seseorang dihargai di masyarakat, sehingga akan berpengaruh positif terhadap rasa percaya diri seseorang. Hal ini juga berpengaruh terhadap adanya penerimaan sosial, penghargaan sosial, serta perasaan berharga dan penerimaan diri. Hal ini menurut Papalia (dalam Kapu, 2002) akan berpengaruh terhadap perkembangan rasa percaya diri.

  d. Status sosial ekonomi Status sosial ekonomi yang lebih baik akan memberikan jaminan untuk memperoleh fasilitas yang memudahkan seseorang untuk mengekspresikan dan mengaktualisasikan dirinya (Bernard dan Huckins dalam Kapu, 2002).

  Selain itu, ada beberapa peneltian terdahulu terkait dengan faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri seseorang, antara lain: d. Besar kecilnya wawasan dan pola pikir yang dimiliki seseorang mempengaruhi rasa percaya diri mereka. Sudirman Siahaan (dalam

  Asmiana, 2003) menyampaikan hasil penelitian tentang pendidikan dan latihan jarak jauh penyuluhan pertanian dan dampaknya terhadap peningkatan kualitas hidup petani di Kabupaten Ogan Komering Hilir- Sumsel, pesertanya adalah petugas penyuluhan pertanian kelompok bahwa subjek merasa lebih percaya diri dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari karena mendapatkan wawasan yang luas dan pola pikir yang lebih maju setelah mereka mengikuti diklat.

  e. Ada atau tidaknya pengalaman seseorang terhadap suatu hal yang akan dihadapi juga mempengaruhi rasa percaya diri. Lowe (dalam Asmiana, 2003) mengatakan bahwa berdasarkan penelitian, wanita yang akan melahirkan untuk pertama kalinya cenderung memiliki rasa percaya diri yang rendah, sedangkan yang sudah berpengalaman lebih percaya diri. Wanita dengan rasa percaya diri yang tinggi dalam proses persalinan akan lebih mudah. Sedangkan wanita dengan percaya diri yang rendah akan selalu merasa takut dan khawatir sehingga mempersulit proses persalinan bagi mereka.

  f. Seseorang memiliki rasa percaya diri ketika mereka memiliki keyakinan terhadap diri mereka sendiri. Hal ini didukung oleh penelitian Marfiyanti (dalam Asmiana, 2003) tentang hubungan rasa percaya diri dengan efektifitas komunikasi pada pasangan muda.

  Berdasarkan dari hasil penelitiannya, ia menyimpulkan bahwa semakin tinggi rasa percaya diri maka semakin tinggi pula efektifitas komunikasi individu. Dari penelitian terhadap 40 orang subjek dengan pendidikan SMU hingga S1 ini diketahui ternyata faktor percaya diri pada kemampuan pribadi merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap rasa percaya diri dibanding faktor lainnya. Hal dimilikinya atau dengan kata lain memilki keyakinan yang positif akan lebih percaya diri, sehingga akan mempunyai keberanian untuk berkomunikasi dan lebih bersikap terbuka dengan pasangannya.

  g. Jenis kelamin dan kebudayaan seseorang juga dapat mempengaruhi rasa percaya diri seseorang. Hal ini sesuai dengan penelitian Jhonson (dalam Asmiana, 2003). Ia meneliti 363 pelajar di tiga sekolah dasar umum dengan 174 wanita dan 189 pria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan jenis kelamin berpengaruh terhadap rasa percaya diri pada pelajar. Selain itu, Lebedour (dalam Asmiana, 2003) meneliti di 25 universitas yang ada di 5 negara, Amerika Serikat, Belanda, Israel, Palestina, dan Taiwan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasa percaya diri dipengaruhi oleh jenis kelamin dan kebudayaan.

  Perbedaan jenis kelamin membawa perbedaan pada rasa percaya diri. Selain itu penelitian menunjukkan bahwa kebudayaan Barat lebih memiliki rasa percaya diri daripada kebudayaan Asean.

  h. Penampilan fisik mempengaruhi besar kecilnya rasa percaya diri seseorang. Penelitian ini dilakukan oleh Siaran (dalam Asmiana, 2003), dimana ia bekerjasama dengan rumah sakit Universitas ULM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternyata anak-anak yang mempunyai kelebihan berat badan memiliki rasa percaya diri yang rendah. i. Keluarga mempengaruhi rasa percaya diri seseorang. Mas’unah (dalam yang mempunyai orang tua cerai dan orang tua tidak cerai di kecamatan Mayar kabupaten Gresik. Penelitian yang dilakukan pada 60 remaja yang terdiri dari 30 remaja yang mempunyai orang tua cerai di desa Peganden dan 30 remaja dari orang tua tidak cerai di desa Sidomukti menunjukkan bahwa ada perbedaan tentang rasa percaya diri remaja yang mempunyai orang tua cerai dengan remaja yang mempunyai orang tua tidak cerai. Remaja yang memiliki orang tua tidak cerai kepercayaan dirinya lebih tinggi dibandingkan dengan remaja yang memiliki orang tua cerai.

  4. Aspek-aspek Kepercayaan Diri Aspek-aspek kepercayaan diri menurut Lauster (dalam Dewi,

  2004) adalah:

  a. Ambisi normal, yaitu dorongan untuk mencapai hasil yang disesuaikan dengan kemampuannya, tidak ada kompensasi dari ambisi yang berlebihan, dapat menyelesaikan tugas dengan baik, bekerja secara efektif, dan bertanggung jawab terhadap keputusan dan perbuatannya.

  b. Mandiri, yaitu kemampuan untuk membuat suatu keputusan, bertindak sesuai dengan keputusannya, tidak tergantung pada orang lain dan tidak memerlukan dukungan orang lain dalam melakukan sesuatu.

  c. Optimis, berarti tidak mudah menyerah dalam menghadapi setiap kegagalan, memiliki pandangan dan harapan yang positif tentang diri dan masa depannya, juga terbuka dalam berhubungan dengan orang d. Rasa aman, berarti terbebas dari perasaan takut dan ragu-ragu terhadap situasi atau orang-orang di sekitarnya dan mampu menghadapi segala sesuatunya dengan tenang.

  e. Toleran (tidak egois), adalah tidak mementingkan kehendaknya sendiri, dapat mengerti kekurangan yang ada pada dirinya, memberi kesempatan kepada orang lain untuk berpendapat, dapat menerima pendapat orang lain dan berani mengemukakan ide atau kehendaknya secara bertanggung jawab.

  f. Yakin akan dirinya sendiri, tidak membandingkan dirinya dengan orang lain, terbebas dari penilaian orang lain, dan tidak mudah terpengaruh orang lain.

B. Pegawai Negeri Sipil dan Wirausahawan

  1. Pegawai Negeri Sipil Menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999, pasal 1 yang berbunyi, “Pegawai negeri adalah mereka yang memenuhi syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau diserahi tugas negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan suatu peraturan perundang-undangan dan digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku” (“Pengkajian terhadap”, tanpa tahun).

  Di Indonesia, pegawai negeri terdiri atas (“Pegawai negeri”, 2009):

  1. Pegawai Negeri Sipil (PNS)

  2. Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI)