KARYA DJENAR MAESA AYU (SUATU TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA)

BENTUK-BENTUK KOMPENSASI INFERIORITAS TOKOH NAYLA DALAM NOVEL NAYLA KARYA DJENAR MAESA AYU (SUATU TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA)

  Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

  Oleh Maria Saraswati Setyaningrum

  NIM : 014114021

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007

  PERSEMBAHAN Kadangkala kau tak mampu mengerti, kenyataan hidup yang tengah kau alami

  Namun tetaplah tegar berdiri, percaya Dia punya rencana sendiri Dialah Tuhan yang akan membuat segalanya kan indah pada waktunya Kala hati tak sanggup menjalani, beban hidupmu yang tak bisa terselami Mengasihi ataukah membenci, memuji ataukah mencaci maki

  Dialah Tuhan yang akan membuat segalanya kan indah pada waktunya Untuk segala sesuatu ada masanya Tuhan sendiri yang akan menyelesaikannya

  Serahkan saja pada kehendakNya

Dia kan buat segala sesuatu indah pada waktunya

(NN)

  Kuhaturkan skripsi ini untuk : Tuhan Yesus Juru Selamatku Bapakku, Stefanus Saman Hadiwiyoto & Ibuku, Cresentiana Sri Wismi

  Mbakku, Hanna Wiyati Purworini Dan semua orang yang kukasihi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 19 Januari 2007 Maria Saraswati Setyaningrum ABSTRAK

  

BENTUK-BENTUK KOMPENSASI INFERIORITAS TOKOH NAYLA

DALAM NOVEL NAYLA KARYA DJENAR MAESA AYU

(SUATU TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA)

  Maria Saraswati Setyaningrum Universitas Sanata Dharma

  Yogyakarta 2007

  Penelitian ini mengkaji bentuk kompensasi inferioritas tokoh Nayla dalam novel Nayla. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan psikologi sastra. Dengan pendekatan ini dapat diketahui bahwa bentuk-bentuk kompensasi yang dilakukan manusia (tokoh) diakibatkan oleh pengalaman yang pernah dialami pada masa lalu.

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Adapun langkah konkret yang ditempuh peneliti adalah pertama, menganalisis novel Nayla secara struktural, yaitu analisis terhadap tokoh dan penokohan serta latar. Kedua, menggunakan analisis pertama untuk menemukan bentuk-bentuk kompensasi inferioritas tokoh Nayla.

  Dari hasil analisis novel Nayla dapat disimpulkan bahwa tokoh utamanya adalah Nayla. Tokoh bawahan dalam novel Nayla adalah ibu Nayla, ayah Nayla, ibu tiri Nayla, Bu Lina dan Juli. Novel Nayla berlatar tempat di diskotek, Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkoba, kamar kos Nayla, hotel, dan terminal. Latar waktu dalam novel Nayla dibagi menjadi dua, yaitu latar waktu berdasarkan pagi, siang, sore, malam dan latar waktu berdasarkan hari, bulan dan tahun. Sedangkan latar sosialnya dapat dilihat melalui keadaan kehidupan keluarga dan keadaan masyarakatnya.

  Dari hasil analisis secara psikologis ditemukan bahwa tokoh Nayla melakukan berbagai bentuk kompensasi sebagai akibat dari perasaan inferioritas yang dialaminya saat tinggal bersama ibu kandungnya yaitu berupa kurangnya perhatian dan kasih sayang, kekerasan fisik yang sering dialami tanpa alasan yang jelas dan pelecehan seksual yang dilakukan oleh kekasih ibunya. Perasaan inferioritas yang disebabkan karena kematian ayahnya yang mendadak membuat Nayla tertekan dan perubahan sikap pada dirinya membuat ibu tirinya memutuskan untuk memasukkan Nayla ke dalam Rumah Perawatan anak Nakal dan Narkotika dengan tuduhan telah memakai obat-obatan terlarang.

  Bentuk kompensasi yang dilakukan Nayla berdasarkan perasaan inferioritas yang dialaminya yaitu Nayla memilih hidup mandiri. Nayla bekerja sebagai pengatur lampu sekaligus penari latar di sebuah diskotek. Untuk mendapatkan kasih sayang yang tidak pernah peroleh saat tinggal bersama ibunya Nayla melakukan seks bebas dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenisnya. Nayla juga menulis beberapa cerita pendek berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya. Cerpen yang ditulisnya tersebut membuat nama Nayla menjadi seorang penulis cerpen terkenal.

  

ABSTRACT

  

INFERIORITY COMPENSATION FORMS OF NAYLA’S CHARACTER

FROM THE NOVEL “NAYLA” BY DJENAR MAESA AYU

(THE PSYCHOLOGICAL LITERARY STUDIES)

  By: Maria Saraswati Setyaningrum

  Sanata Dharma University Yogyakarta

  2007 This thesis examines a compensation of the inferiority of Nayla’s character from the novel titled Nayla. The approach that was used in this research was the psychological literature. Through this approach, there are several kinds of compensation forms, which were found, done by the people (the characters) were caused by some experiences which they had in the past.

  The method used in this research is that a descriptive method. Therefore, the first real step taken by the researcher was analyzing Nayla novel structurally; means that analyzed the characters, the characterization, and also the setting. Secondly, using the first analyze to find the compensation forms of the inferiority of Nayla’s character.

  From the analysis result of Nayla novel, it can be concluded that the main character in that novel is Nayla. The minor characters in Nayla novel is Nayla’s parents (mom and dad), Nayla’s step mother, Bu Lina and Juli. The setting of this novel is the discotic, the rehabilitation, Nayla’s rent room, the hotel, and the bus station. The setting of time in this novel is divided into two major setting. The first major time setting is based on the morning, noon, evening and night time. The second one is according to the day, month, and year. Meanwhile, the social setting can be seen through the family and society situations of life.

  Psychologically, it was found out from the analysis result that Nayla’s character does various compensation as the result of her inferiority feeling that she experienced during her time with her biological mother. Nayla often gets physical violence in the form of detention, pressure and the lack of affection from her own mother. Nayla also ever experienced sexual harassment and abuse did by her mother lover. This inferiority feeling also being experienced by Nayla when suddenly she lost her father for good and the changing of her behavior because of being depressed make her step mother send her away to the rehabilitation center, since Nayla has been accused of using illegal drugs. The form of her compensation based on her inferiority feeling is that she chouses to stand on her own feet. When she lives alone, Nayla works as the lighting crew and a dancer in a discotic. In order to gain some affection which she never gets during her time with her parent, Nayla satisfies her desire by having a promiscuous behavior with male and female partners. Nayla also writers some short stories based on her life experiences and knowledge. The short story that she wrote makes her, Nayla, become a famous short story writer, and her life altered become much better than before.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Bentuk-Bentuk Kompensasi Inferioritas Tokoh Nayla dalam Novel Nayla

  

Karya Djenar Maesa Ayu (Suatu Tinjauan Psikologi Sastra) . Skripsi ini ditulis

  untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana SI pada Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  • Bapak Drs. B. Rahmanto, M. Hum. selaku dosen pembimbing I dan Ketua Jurusan Sastra Indonesia yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
  • Ibu Dra. Fransiska Tjandrasih Adji, M. Hum. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
  • Bapak/Ibu staf pengajar Program Studi Sastra Indonesia, Peni Adji, S. S, M.

  Hum., Drs. FX. Santosa, M. Hum., Drs. P. Ari Subagyo, M. Hum., Prof. Dr. Alex Sudewa, Drs. Hery Antono, M. Hum., Dr. Praptomo Baryadi, M. Hum., Drs. Yoseph Yapi Taum, M. Hum., Drs. B. Rahmanto, M. Hum., dan Dra. Fransiska Tjandrasih Adji, M. Hum. yang telah membekali ilmu sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma. Staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma atas bantuannya dalam

  • mencari buku-buku referensi.
  • yang selalu memberikan kasih sayangnya dan perhatiannya kepada penulis.

  Bapakku Stefanus Saman Hadiwiyoto dan Ibuku Cresentiana Sri Wismi

  • dukungan kepada penulis.

  Mbakku, Hanna Wiyati Purworini yang selalu memberikan doa dan

  • kepada penulis.

  Keluarga besar di Klaten dan di Juana yang selalu memberikan dukungan

  • mbak Kristin. Thanks untuk kebersamaannya dan spirit yang selalu diberikan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi

  Mas Alex, mas Mamo, de’ Riky, de’ Aan, mbak Tutik, mbak Prawi dan

  • selalu memberikan semangat dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

  Sahabat-sahabatku, Hana ‘solo’, Yuni, Triani, Gesta, Antok dan Dwi yang

  • Ari. Thanks untuk kebersamaannya selama penulis menjadi anggota P3W.

  Teman-teman P3W Universitas Sanata Dharma, Dee, Irna, Heru, Nova dan

  • Dwi, Mbak Ajeng, Yopie, Hana, Icha, Lita, dan Nita yang selalu memberi semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi.

  Teman-teman kos Pringgodani 13 Mrican, Mbak Mimi, Santi, Mbak Titin,

  • kebersamaan dan dukungan kalian selama ini.

  Teman-teman Sastra Indonesia Angkatan 2001. Terima kasih atas

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

  Yogyakarta, 19 Januari 2007 Penulis

  Maria Saraswati Setyaningrum

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ...................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ................................................... v

ABSTRAK ....................................................................................................... vi

ABSTRACT ...................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR...................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

BAB I: PENDAHULUAN

  1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1

  1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 4

  1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4

  1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 5

  1.5 Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 5

  1.6 Landasan Teori ............................................................................................ 6

  1.6.1 Teori Struktural ..................................................................................... 6

  1.6.1.1 Tokoh dan Penokohan ........................................................................... 7

  1.6.1.2 Latar ...................................................................................................... 8

  1.6.2 Psikologi Sastra ..................................................................................... 9

  1.6.2.1 Teori Psikologi Alfred Adler ................................................................ 10

  1.6.2.1.1 Perasaan Inferioritas............................................................................ 11

  1.6.2.1.2 Kompensasi………………………………………………………… 11

  1.7 Metode Penelitian ....................................................................................... 12

  1.7.1 Pendekatan ............................................................................................ 12

  1.7.2 Metode .................................................................................................. 12

  1.7.3 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 13

  1.8 Sumber Data ................................................................................................ 13

  1.9 Sistematika Penyajian ................................................................................. 13

  

BAB II: ANALISIS STRUKTUR TOKOH, PENOKOHAN SERTA LATAR

DALAM NOVEL NAYLA

  2.1 Analisis Tokoh ............................................................................................ 15

  2.2 Analisis Penokohan ..................................................................................... 17

  2.2.1 Penokohan Nayla ..................................................................................... 17

  2.2.2 Penokohan Juli ......................................................................................... 23

  2.2.3 Penokohan Ibu Kandung Nayla ................................................................ 27

  2.2.4 Penokohan Ibu tiri Nayla ......................................................................... 30

  2.2.5 Penokohan Ayah Nayla ............................................................................ 32

  2.2.6 Penokohan Bu Lina ……………………………………………………... 33

  2.3 Analisis Latar .............................................................................................. 35

  2.3.1 Latar Tempat ............................................................................................. 35

  2.3.1.1 Diskotek ................................................................................................ 35

  2.3.1.2 Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkoba ........................................ 35

  2.3.1.3 Kamar Kos Nayla .................................................................................. 36

  2.3.1.4 Hotel ...................................................................................................... 37

  2.3.1.5 Terminal ................................................................................................. 38

  2.3.2 Latar Waktu............................................................................................... 38

  2.3.2.1 Latar Waktu berdasarkan pagi, siang, sore dan malam ......................... 38

  2.3.2.2 Latar Waktu berdasarkan hari, tanggal, bulan dan tahun ...................... 40

  2.3.3 Latar Sosial .............................................................................................. 42

  

BAB III: ANALISIS BENTUK-BENTUK KOMPENSASI INFERIORITAS

TOKOH NAYLA DALAM NOVEL NAYLA

  3.1.1 Bentuk Inferioritas Nayla Ketika Tinggal Bersama Ibu Kandung ........... 45

  3.1.2 Bentuk Inferioritas Nayla Ketika Tinggal Bersama Ayah kandung dan Ibu Tiri .............................................................................................. 52

  3.2 Bentuk-bentuk Kompensasi Inferioritas Nayla............................................ 55

  BAB IV: PENUTUP

  4.1 Kesimpulan .................................................................................................. 60

  4.2 Saran ............................................................................................................ 64

  

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 65

LAMPIRAN...................................................................................................... 66

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Sastra adalah seni. Ia harus indah dan berguna bagi manusia. Keindahan pada sastra terletak dalam pengolahan bahan pokoknya. Seorang penari memperlihatkan keindahannya melalui gerak-gerik tubuhnya. Seorang pelukis memperlihatkan keindahan melalui warna dan susunan bentuk. Seorang musikus memperlihatkan keindahan melalui bunyi-bunyi yang dihasilkannya, sedangkan sastrawan memperlihatkan keindahannya melalui bahasa. Bahasa adalah bahan pokok kesusastran. Tidak ada sastra tanpa bahasa (Sumardjo; 1984:7).

  Sastra dihargai karena ia berguna bagi kehidupan manusia. Sastra mengungkapkan berbagai pengalaman manusia agar manusia lain dapat memetik pelajaran baik darinya. Sumardjo mencontohkan:

  “Kalau orang membaca buku Mahabarata maka ia akan melihat banyak kejadian dan persoalan. Buku sastra sangat besar artinya karena ia berisi cerita pengalaman yang sangat beragam… Dari buku yang besar itu orang banyak belajar tentang persoalan hidup manusia (1984:14)”.

  Semi (1989:55), berpendapat bahwa novel sebagai ekspresi atau pandangan kebudayaan yang memiliki banyak masalah kehidupan. Kehadiran novel pada saat tertentu biasanya menampilkan kembali sesuatu yang sedang terjadi dan telah terjadi yang dialami oleh pengarang dalam suatu masyarakat.

  Namun penggambaran semacam itu bersifat tidak mutlak. Dengan demikian novel yang dihasilkan pun menampilkan kenyataan sosial yang ada dalam masyarakat, akan tetapi semua masalah yang ada dalam masyarakat dapat direkam seluruhnya dalam novel oleh sastrawan. Namun warna masyarakat tertentu dapat muncul dalam sebuah novel.

  Novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu, menceritakan tokoh Nayla yang melakukan berbagai bentuk kompensasi dalam hidupnya karena Nayla mengalami inferioritas dari orang-orang disekitarnya. Ia sering mengalami kekerasan fisik dan tekanan dari ibu kandungnya, pelecehan seksual dan perkosaan yang dilakukan pacar ibu kandungnya, kematian ayahnya yang tiba-tiba maupun penolakan yang dilakukan oleh ibu tirinya. Disamping itu, Nayla tidak mempunyai keluarga yang utuh dan bahagia. Orang tuanya berpisah sebelum Nayla dilahirkan. Sejak lahir sampai berusia dua belas tahun ia diasuh oleh ibu kandungnya, sedangkan ayahnya menikah lagi dengan seorang desainer yang masih muda dan terkenal.

  Sejak kecil ia selalu dididik oleh ibunya dengan keras dan disiplin. Jika ia melakukan kesalahan sekecil apapun, ibunya selalu memberi hukuman fisik.

  Hukuman yang sering diterimanya berupa tusukan peniti kedalam selangkangan atau vaginanya karena ia masih sering mengompol sampai berusia sepuluh tahun.

  Selain itu Nayla tidak pernah mendapat kasih sayang dan perhatian. Ia juga pernah mengalami pelecehan seksual dan pemerkosaan yang dilakukan oleh teman kencan ibu kandungnya saat berusia sembilan tahun. Didikan yang keras, tekanan yang selalu dialami dan kekerasan fisik selama hidup bersama ibunya membuat perkembangan psikologisnya terganggu.

  Ketika Nayla memutuskan untuk meninggalkan ibu kandungnya dan hidup dengan ayah dan ibu tirinya yang masih sangat muda, ia kembali mengalami kekecewaan. Hanya dua bulan ia dapat merasakan kebahagiaannya lepas dari segala hukuman dan didikan ibunya yang keras. Ayahnya meninggal dunia karena sakit, dan ia harus rela dimasukkan oleh ibu tirinya dalam rumah perawatan anak nakal dan narkotika karena dituduh memakai narkoba. Nayla merasa kecewa karena tidak dapat diterima keberadaannya baik oleh ibunya sendiri maupun ibu tirinya.

  Pengalaman-pengalaman yang dialami Nayla selama hidup bersama ibunya, kematian ayahnya, maupun penolakan yang dilakukan oleh ibu tirinya mempengaruhi perkembangan psikologi Nayla. Nayla mengalami berbagai inferioritas dalam hidupnya karena tekanan dan kekecewaan yang selalu dialaminya. Untuk mengungkapkan perasaan inferioritasnya berupa kekecewaan dan penolakan ia melakukan berbagai tindakan kompensasi.

  Perasaan inferioritas adalah perasaan-perasaan yang muncul akibat kekurangan psikologis atau sosial yang dirasakan secara subjektif maupun perasaan-perasaan yang muncul dari kelemahan atau cacat tubuh (Hall; 1993:247). Perasan inferioritas akibat kekurangan psikologis dapat disebabkan oleh kondisi- kondisi tertentu dalam keluarga dan masyarakat. Misalnya, karena pemanjaan, penolakan anak, kritik berlebihan, yang akan menghasilkan manifestasi perilaku yang abnormal (Naisaban; 2004:7).

  Naisaban (2004:8), mengungkapkan bahwa kompensasi dapat muncul akibat perasaan inferioritas yang diberi penekanan berlebihan yang dapat menuntun anak menuju suatu kegiatan kompensatoris dan suatu gaya hidup dengan ciri usaha-usaha aktif untuk mengatasi situasi minus dari inferioritasnya, dengan cara mencapai suatu situasi plus dari superioritas.

  Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui bentuk-bentuk kompensasi inferioritas tokoh Nayla dalam novel Nayla. Penulis dalam menganalisis novel ini menggunakan pendekatan psikologi sastra. Menurut Awang dan Mohd Saman (1985: 27-28), antara psikologi dan sastra terdapat kesamaan. Kesamaan tersebut antara lain bahwa kedua-duanya mempunyai fungsi dan cara serupa dalam pelaksanan tugasnya untuk memahami perihal manusia dan kehidupan. Dalam pelaksanaan fungsi itu kedua-duanya menggunakan kaidah yang hampir sama yaitu menjadikan pengalaman manusia sebagai bahan utama untuk tujuan penelitian. Pendekatan ini bertolak dari asumsi bahwa karya sastra dapat didekati dari sudut psikologi tokoh-tokohnya.

  Penulis dalam analisis ini tidak meninggalkan analisis struktural dalam karya sastra. Hal ini didasari pada pemikiran bahwa langkah awal untuk memahami karya sastra terutama novel dilakukan melalui analisis struktural. Dalam novel Nayla yang akan dianalisis meliputi analisis tokoh, penokohan serta latar. Melalui analisis tokoh, penokohan dan latar dapat diketahui bentuk-bentuk kompensasi inferioritas tokoh Nayla dalam novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu.

  1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengemukakan dua permasalahan yang akan dianalisis yaitu

  1.2.1 Bagaimanakah unsur tokoh, penokohan serta latar dalam novel

  Nayla ?

  1.2.2 Bagaimanakah bentuk-bentuk kompensasi inferioritas tokoh Nayla dalam novel Nayla?

  1.3 Tujuan Penelitian

  1.3.1 Mendeskripsikan unsur tokoh, penokohan serta latar dalam novel Nayla .

  1.3.2 Mendeskripsikan bentuk-bentuk kompensasi inferioritas tokoh Nayla dalam novel Nayla.

  1.4 Manfaat Penelitian

  1.4.1 Mengembangkan kajian sastra, khususnya kajian sastra dengan pendekatan psikologi.

  1.4.2 Mengembangkan apresiasi sastra karya djenar Maesa Ayu khususnya novel Nayla.

  1.5 Tinjauan Pustaka

  Bandel (2006: 143-163) dalam esainya yang berjudul ‘Nayla Potret Sang Pengarang Perempuan sebagai Selebritis’ mengatakan bahwa novel Djenar Maesa Ayu yang berjudul Nayla mengisahkan perjalanan hidup tokoh Nayla dari masa kecil sampai tumbuh menjadi seorang perempuan dewasa. Nayla berkisah tentang kehidupan seorang perempuan yang mengalami masa kecil tidak bahagia. Bukan hanya ibunya sangat keras, bahkan kejam, dalam mendidik anaknya, Nayla kecil pun mengalami pelecehan seksual yang dilakukan oleh pacar ibunya. Pada umur sekitar 13 tahun Nayla lari dari rumah ibunya, tinggal bersama ayah dan ibu tirinya untuk masa yang singkat, lalu hidup sendiri setelah ayahnya meninggal. Hubungan cinta dengan dua orang kekasih diceritakan, yaitu dengan seorang perempuan bernama Juli yang dipacarinya pada masa remaja, dan seorang laki- laki bernama Ben yang menjadi pacar Nayla dewasa. Di samping itu, karir Nayla yang gemar menulis cerpen dan akhirnya menjadi pengarang terkenal pun diceritakan.

  Menurut Bandel, tema yang diangkat dalam tulisan Djenar kebanyakan berupa seksualitas, trauma masa kecil, pelecehan seksual, hubungan ibu-anak, hubungan gender mendapat kesan bahwa di luar semua usaha dan gaya untuk “menjual diri” sebagai penulis yang canggih dan up to date, sebenarnya ada sesuatu yang ingin di sampaikan dan diekspresikan (Bandel; 2006:161).

  Sebelum dimuat dalam buku berjudul “Sastra, Perempuan, seks’ tulisan Bendel di muat dalam harian surat kabar Suara Merdeka secara bersambung, yaitu pada tanggal 20 November 2005, 27 November 2005, 4 desember 2005, dan 11 Desember 2005. tulisan ini juga dimuat dalam dalam Majalah Horison nomor XXXX/1/2006 dengan judul yang sama.

1.6 Landasan Teori

1.6.1 Teori Struktural

  Sebuah karya sastra baik fiksi maupun puisi adalah totalitas yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur pembangunnya. Struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya sehingga secara bersama membentuk kebulatan yang indah (Abrams via Nurgiantoro, 2000:36). Struktur karya sastra juga menyaran pada pengertian antarunsur yang bersifat timbal balik, saling menentukan, saling mempengaruhi yang membentuk satu kesatuan utuh. Setiap bagian menjadi berarti setelah ada dalam hubungan dengan bagian yang lain. Setiap unsur dalam bagian sistem struktur itu baru mempunyai makna setelah berada dalam hubungannya dengan unsur-unsur lain yang terkandung di dalamnya.

  Dalam penelitian ini teori struktural digunakan untuk menganalisis struktur novel Nayla yang meliputi tokoh, penokohan dan latar. Hasil dari analisis tokoh dan penokohan dapat membantu peneliti untuk mengenal dan memahami jiwa tokoh utama dan tokoh tambahan, yang dapat digunakan untuk menganalisis bentuk-bentuk kompensasi inferioritas tokoh Nayla sebagai tokoh utama.

  Analisis struktural berupa latar berfungsi untuk mengetahui jenis-jenis latar yang terdapat dalam novel Nayla. Latar akan mempengaruhi tingkah laku dan cara berfikir tokoh. (Nurgiyantoro, 2000:75)

1.6.1.1 Tokoh dan Penokohan

  Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau ber kelakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Tokoh dapat berupa manusia, binatang, atau tokoh makluk lain yang memiliki sifat seperti halnya manusia, misalnya kancil, sepatu dan sebagainya (Sudjiman, 1988:16).

  Menurut Sudjiman (1988:18-20), berdasarkan fungsi tokoh dalam cerita dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh utama adalah tokoh yang memegang peran pimpinan dan menjadi pusat sorotan dalam kisahan. Kriteria yang digunakan untuk menentukan tokoh utama adalah intensitas keterlibatan dalam berbagai peristiwa yang membangun cerita. Waktu yang digunakan untuk mengisahkan tokoh utama lebih panjang dengan hubungan antartokoh sendiri. Tokoh utama berhubungan dengan tokoh lain, sedangkan tokoh lain tersebut tidak selalu berhubungan. Tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung tokoh utama. Tokoh bawahan dekat dengan tokoh utama dan sering dimanfaatkan oleh pengarang untuk memberi gambaran lebih terperinci tentang tokoh utama mengenai pikiran dan perasaannya.

  Penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh. Watak adalah kualitas tokoh, kualitas nalar dan jiwanya yang membedakan dengan tokoh lain. Tokoh merupakan rekaan pengarang yang digambarkan melalui ciri-ciri lahir dan sifat serta sikap batinnya, agar watak tokoh dapat di kenal oleh pembacanya. Ada tiga metode penyajian watak tokoh atau metode penokohan yang digunakan oleh pengarang, yaitu pertama metode analisis atau metode langsung (Hudson via Sudjiman, 1988:24), metode perian atau metode diskursif (Kenney via Sudjiman, 1988:24). Melalui metode ini, pengarang mengisahkan sifat-sifat tokoh, hasrat, pikiran dan perasaannya, sering pula menyisipkan kilatan (allusion) atau komentar pernyataan setuju tidaknya sifat tokoh itu. Kedua, metode tidak langsung atau metode rabaan atau metode dramatik. Melalui metode ini, pembaca dapat menyimpulkan watak tokoh melalui pikiran, cakapan, dan lakuan tokoh bahkan dari gambaran lingkungan atau tempat tokoh. Ketiga, metode kontekstual, yaitu watak tokoh dapat disimpulkan dari bahasa yang digunakan oleh pengarang untuk mengacu pada tokoh (Sudjiman, 1988:23-36). Dalam sebuah karya sastra ketiga metode di atas pada umumnya dipakai secara bersama-sama dengan komposisi yang berbeda dalam setiap karya sastra.

1.6.1.2 Latar

  Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra.

  Latar meliputi penggambaran lokasi geografis, topogafi, pemandangan sampai kepada rincian perlengkapan sebuah ruangan: pekerjaan, atau kesibukan sehari- hari para tokoh. Waktu berlakunya kejadian, masa sejarahnya, musim terjadinya, lingkungan agama, moral, intelektual, sosial dan emosional para tokoh (Kenney via Sudjiman, 1988:44).

  Nurgiyantoro (2000:227-237), membedakan unsur latar menjadi tiga bagian, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. Penggunaan latar tempat dengan nama-nama tertentu haruslah mencerminkan atau tidak bertentangan dengan sifat dan keadaan geografis tempat yang bersangkutan. Latar waktu berhubungan dengan waktu atau kapan terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. Rangkaian peristiwa yang terjadi tidak terlepas dari perjalanan waktu yang dapat ditinjau dari jam, tanggal, bulan, tahun, bahkan jaman tertentu yang melatarbelakanginya. Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks, ia dapat berupa kebiasaan hidup, cara berpikir dan bersikap dan lain-lain. Latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, atau atas.

1.6.2 Psikologi Sastra

  Teori yang akan digunakan sebagai landasan untuk menganalisi novel

  

Nayla adalah teori psikologi sastra. Dalam kaitan antara psikologi dan sastra,

  Hartoko dan Rahmanto (1986), mendefinisikan psokologi sastra sebagai cabang ilmu sastra yang mendekati sastra dari sudut psikologi. Perhatian dapat diarahkan kepada pengarang dan pembaca (psikologi komunikasi sastra) atau kepada teks itu sendiri.

  Pandangan tersebut di atas sesuai dengan pendapat Wellek dan Warren (1995), yang mengatakan bahwa dalam studi sastra terdapat empat aspek yang berkenaan dengan psikologi sastra. Pertama, studi mengenai aspek psikologi penulis sebagai pencipta karya sastra. Kedua, studi mengenai aspek-aspek psikologi tokoh-tokoh dalam karya sastra. Ketiga, studi mengenai efek karya sastra terhadap psikologi pembaca. Keempat, studi mengenai tipe-tipe dan hukum- hukum karya sastra.

1.6.2.1 Teori Psikologi Alfred Adler

  Teori Adler yang sangat terkenal adalah Individual Psichology (psikologi individual). Psikologi Individual adalah sebuah cabang ilmu psikologi yang khusus meneliti perbedaan antarindividu, yang sinonim dengan Defferential

  

Psichology . Psikologi Individual Adler merupakan suatu system psikologi yang

  bertujuan untuk memahami, mencegah dan mengobati penyakit-penyakit mental (Naisaban; 2004:6).

  Adler via Hall (1993: 243), berpendapat bahwa manusia pertama-tama adalah makhluk sosial, bukan seksual. Inferioritas mereka tidak terbatas pada bidang seksual, melainkan bisa meluas pada segala segi, baik fisik maupun psikologis. Manusia berusaha berjuang mengembangkan gaya hidup unik di mana dorongan seksual memainkan peranan kecil. Sebenarnya, cara orang memuaskan kebutuhan-kebutuhan seksualnya ditentukan oleh gaya hidupnya, bukan sebaliknya (Hall; 1993:242).

  Teori psikologi Alfred Adler terdiri dari beberapa bagian, antara lain (1) finalisme fiktif, (2) perjuangan ke arah superior, (3) perasaan inferioritas dan kompensasi, (4) minat sosial, (5) gaya hidup, dan (6) diri kreatif. Dalam penelitian ini hanya akan dibahas teori tentang perasaan inferioritas dan kompensasi sebagai landasan toeri untuk menemukan bentuk-bentuk kompensasi inferioritas tokoh Nayla dalam novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu.

1.6.2.1.1 Perasaan Inferioritas

  Menurut Adler, inferioritas terdiri dari inferioritas fisik dan inferioritas psikologis. Inferioritas fisik adalah rasa tidak lengkap oleh adanya kekurangan dalam tubuh. Ada inferioritas organ tubuh dan kompensasi berlebih. Perasaan inferioritas fisik pada seseorang timbul karena hereditas maupun karena suatu kelainan dalam perkembangan.

  Inferioritas psikologis yaitu perasaan inferioritas yang bersumber pada tidak lengkap atau tidak sempurna dalam setiap bidang kehidupan. Ia bukan suatu tanda abnormalitas; melainkan justru penyebab segala bentuk penyempurnaan dalam kehidupan manusia. Perasaan inferioritas dapat dilebih-lebihkan oleh kondisi-kondisi tertentu, misalnya pemanjaan atau penolakan terhadap anak. Kondisi seperti ini dapat memunculkan manifestasi-manifestasi abnormal tertentu, seperti berkembangnya suatu kompleks inferioritas yang bersifat kompensasi.

  Dalam keadaan normal, perasaan inferior atau rasa tidak lengkap merupakan daya pendorong kuat bagi manusia. Manusia didorong oleh kebutuhan untuk mengatasi inferioritasnya dan ditarik oleh hasrat menjadi superior (Naisaban; 2004:6-7).

1.6.2.1.2 Kompensasi

  Kompensasi muncul akibat perasaan inferior yang diberi penekanan berlebihan yang selanjutnya akan menuntun anak menuju suatu kegiatan kompensatoris dan satu gaya hidup dengan ciri usaha-usaha aktif untuk mengatasi situasi minus dari inferioritasnya, dengan cara mencapai suatu situasi plus dari superioritas. Dalam perjuangan ke arah superioritas, agresi dianggap lebih penting untuk diperhatikan daripada seksualitas, lalu impuls agresi diganti dengan hasrat akan kekuasaan. Kekuasaan disamakan dengan sifat maskulin dan kelemahan selalu disamakan dengan feminitas (Naisaban; 2004:8).

1.7 Metode Penelitian

  1.7.1 Pendekatan

  Pendekatan psikologi sastra merupakan pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini. Pendekatan psikologi sastra artinya pendekatan dari sudut psikologi dan dari sudut sastra. Pendekatan psikologi sastra dalam penelitian sastra bermula dari pandangan bahwa sastra dan psikologi merupakan dua wajah satu hati dan sama-sama menyentuh manusia dalam persoalan yang diungkapnya (Sukada, 1987102).

  Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologis. Pendekatan psikologis merupakan penelaahan sastra yang menekankan pada segi psikologis yang terdapat pada suatu karya sastra, karena psikologis mempelajari proses-proses kejiwaan. Maka psikologi dapat diikutsertakan dalam studi sastra. Hal ini disebabkan jiwa manusia merupakan ilmu pengetahuan dan kesenian (1987:105).

  Dari sudut sastra, maka pendekatan stuktural yang akan digunakan untuk menganalisis adalah unsur tokoh, penokohan serta latar dalam novel Nayla.

  Analisis struktural ini untuk membantu peneliti dalam memahami kejiwaan tokoh Nayla yang mengalami berbagai kompensasi dalam hidupnya karena perasaan inferioritas yang selalu dialami dalam keluarga dan lingkungan pergaulannya.

  1.7.2 Metode

  Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskripsi. Metode deskripsi adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1985:63). Semua penulisan data psikologi dengan metode deskripsi memungkinkan penulisan yang berkesinambungan dan sistematis, khususnya menonjolkan aspek-aspek psikologis. Dengan catatan-catatan deskriptif, peneliti berusaha mendapatkan pemahaman dan kesimpulan yang tepat tentang fenomena atau gejala-gejala psikis seorang tokoh yang murni (Kartono, 1984:22).

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data

  Teknik yang digunakan penulis untuk menganalisis masalah dalam novel

  

Nayla adalah melalui studi pustaka. Hal ini dilakukan untuk menemukan faktor-

  faktor pendukung yang berkaitan dengan objek penelitian. Novel yang diteliti diidentifikasi, dianalisis dan diklasifikasikan berdasarkan kesamaan masalah yang akan dikupas, yaitu bentuk-bentuk kompensasi inferioritas tokoh Nayla.

  1.8 Sumber Data

  Judul : Nayla Pengarang : Djenar Maesa Ayu Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Tahun terbit : 2005 Tebal : 180 halaman

  1.9 Sistematika Penyajian

  Sistematika penyajian penelitian ini adalah sebagai berikut. Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, sumber data dan sistematika penyajian. Bab II berisi analisis unsur tokoh dan penokohan serta latar dalam novel Nayla. Bab III berisi analisis bentuk-bentuk kompensasi inferioritas tokoh Nayla dalam novel Nayla. Bab IV merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

BAB II ANALISIS STRUKTUR TOKOH, PENOKOHAN DAN LATAR NOVEL NAYLA

2.1 Tokoh

  Dalam cerita rekaan cara yang sederhana untuk menggambarkan perwatakan seorang tokoh ialah dengan memberikan sebuah nama. Setiap panamaan adalah semacam menghidupkan, menjiwai, mengindividualkan (Wellek dan Warren via Sukada, 1987:65).

  Sebuah cerita terbentuk karena ada pelaku ceritanya. Memalui pelaku inilah pembaca dapat mengikuti jalannya cerita. (Sumardjo, 1984:54). Pelaku atau tokoh dapat tampak hidup karena para tokoh dihadirkan pengarang melalui serangkaian penokohan. Melalui penokohan tokoh-tokoh dalam cerita rekaan ditunjukkan kediriannya.

  Tokoh merupakan rekaan pengarang, maka hanya pengaranglah yang mengenal mereka. Untuk menghidupkan tokoh dalam cerita, maka diberi perwatakan agar tokoh hidup sehingga jelas jalan ceritanya. Di dalam novel Nayla terdapat tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh utama dalam novel ini adalah Nayla. Hal ini disimpulkan berdasarkan intensitas keterlibatan tokoh Nayla dalam novel, waktu yang digunakan untuk mengisahkan tokoh ini lebih lama, dan jika dilihat dari segi hubungan antar tokoh, maka tokoh inilah yang terlibat dengan semua tokoh yang ditampilkan. Hal ini dapat di lihat beberapa kutipan dibawah ini.

  (1) Rasa sakit di hatinya pun masih kerap menusuk setiap kali melihat sosok ibu tak ubahnya monster. Padahal ia ingin melihat Ibu seperti ibu-ibu lain yang biasa dilihatnya di sekolah atau pun di ruang tunggu dokter. Ia ingin Ibu seperti ibu-ibu lain yang terkejut ketika anak kandungnya jatuh hingga terluka dan mengeluarkan darah, bukan sebaliknya membuat berdarah. Nayla ingin punya Ibu, tapi bukan ibunya sendiri. Nayla ingin memilih tak punya Ibu, ketimbang punya Ibu yang mengharuskannya memilih peniti. (hlm2-3)

  (2) Bersama Juli, saya merasakan kehangatan kasih yang pernah ingin saya berikan kepada Ibu. (hlm 5) (3) Hanya saja, saya merasa tak enak kepada Bu Lina. Tanpa dia, entah apa rasanya di dalam sana. Tak seperti dua Pembina lain, Bu Lina memanjakan saya. (hlm 21) (4) Tapi di sisi lain, saya bersyukur kita diberi kesempatan bersama selama dua bulan sebelum Ayah meninggal. Saya juga menyesal karena sering mengatakan kalau saya tak pernah mencintai Ayah. Saya sama sekali tak bermaksud begitu. Saya hanya tak mau mengakui karena sebenarnya saya merasa begitu kehilangan. (hlm 56)

  (5) Saya benci ibu tiri saya yang sudah menjebloskan saya di sana hanya karena saya tak mau melanjutkan sekolah. Saya benci usaha kerasnya meminta Ibu supaya menandatangani surat persetujuan dengan alas an saya harus menjalani rehabilitasi karena menggunakan narkoba. (hlm22)

  Tokoh bawahannya adalah Ibu kandung Nayla, ayah Nayla, Ibu tiri Nayla, Bu Lina dan Juli. Sebenarnya masih banyak tokoh bawahan lain, namun tokoh- tokoh bawahan yang akan dianalisis hanya tokoh tersebut di atas. Hal ini dikarenakan tokoh-tokoh tersebut kehadiran dan keberadaannya sebagai penunjang tokoh utama sangat besar.

  Sebuah cerita terbentuk karena ada pelaku ceritanya. Melalui pelaku inilah pembaca dapat mengikuti jalannya cerita (Sumardjo, 1984:54). Pelaku atau tokoh dapat tampak hidup karena para tokoh dihadirkan pengarang melalui serangkaian penokohan. Melalui penokohan, tokoh-tokoh dalam cerita rekaan ditunjukkan kediriannya.

2.2 Penokohan

2.2.1 Penokohan Nayla

  Sejak kecil Nayla diasuh oleh ibunya karena ayah dan ibunya berpisah sebelum Nayla dilahirkan. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan metode analitik dalam kutipan di bawah ini.

  (6) Ia meninggalkan kita begitu saja tanpa mengurus atau pun mendiskusikan terlebih dulu masalah perceraian. Aku yang merawatmu dengan penuh ketegaran sejak kamu berada di dalam kandungan. (hlm.6)

  Sampai berusia sepuluh tahun Nayla masih mempunyai kebiasaan ngompol. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan menggunakan metode analitik dalam kutipan di bawah ini.

  (7) Ia masih saja heran kenapa setiap malam ngompol di celana padahal sudah menjelang sepuluh tahun usianya. (hlm. 2)

  Nayla mempunyai sifat sederhana, dan tidak senang menjadi pusat perhatian. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan menggunakan metode analitik dalam kutipan di bawah ini.

  (8) Biasanya, saya akan berjalan kaki menuju sekolah dan berbaur dengan anak- anak lainnya. Saya merasa lebih nyaman seperti itu ketimbang turun dari mobil mewah,tepat di depan gerbang sekolah. (hlm.9)

  Nayla juga digambarkan oleh pengarang sebagai seorang wanita yang tidak senang memperhatikan penampilannya. Ia lebih senang tampil apa adanya tanpa terikat oleh mode. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan menggunakan metode analitik dalam kutipan di bawah ini.

  (9) Ritual wajib yang jarang dilakukan Nayla karena ia tak terlalu peduli dengan penampilan. Tak peduli dengan persaingan yang sifatnya hanya dipermukaan.

  Barang-barang bermerk atau pun perhiasan. Model rambut terbaru atau pun pakaian. (hlm.159) Saat memutuskan hidup mandiri pada usia 14 tahun, Nayla menganut seks bebas. Ia sering melakukan hubungan intim dengan beberapa laki-laki untuk mendapatkan kepuasan. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan menggunakan metode analitik dalam kutipan di bawah ini.

  (10) Setiap malam minggu saya punya janji. Setelah selesai menari, kami berdua menyelinap ke dalam kamar hotel. Melakukannya langsung tanpa perlu mengatasnamakan cinta sebagai embel-embel. Ia mau. Saya mau. Tak perlu malu-malu. (hlm 101)