EROTISME DALAM KUMPULAN CERPEN DJENAR MAESA AYU

EROTISME DALAM KUMPULAN CERPEN DJENAR MAESA AYU JANGAN MAIN-MAIN (dengan KELAMINMU): SEBUAH TINJAUAN SEMIOTIKA SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh

MARILDA ALI DAMRU

C0207003

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

EROTISME DALAM KUMPULAN CERPEN DJENAR MAESA AYU ”JANGAN MAIN-MAIN (dengan KELAMINMU)”: SEBUAH TINJAUAN SEMIOTIKA

Disusun oleh

MARILDA ALI DAMRU C0207003

Telah disetujui oleh pembimbing

Pembimbing

Dra. Murtini, M.S NIP 195707141983032001

Mengetahui Ketua Jurusan Sastra Indonesia

Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag

EROTISME DALAM KUMPULAN CERPEN DJENAR MAESA AYU ”JANGAN MAIN-MAIN (dengan KELAMINMU)”:

SEBUAH TINJAUAN SEMIOTIKA

Disusun oleh

MARILDA ALI DAMRU C0207003

Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada tanggal 29 Juli 2011

Jabatan

Nama

Tanda Tangan

Ketua

Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag NIP 196206101989031001

Sekretaris

Dra. Chattri Sigit Widyastuti, M.Hum NIP 196412311994032005

Penguji I

Dra. Murtini, M.S., NIP 195707141983032001

Penguji II

Dwi Susanto, S.S, M.Hum., NIP 1981107062006041002

Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Ph.D.

PERNYATAAN

Nama : MARILDA ALI DAMRU NIM : C0207003

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Erotisme dalam Kumpulan Cerpen Djenar Maesa Ayu, Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu): Sebuah Tinjauan Semiotika adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, 23 Juni 2011

Yang membuat pernyataan

MARILDA ALI DAMRU

C0207003

MOTTO

Saat seseorang meremehkan pilihan kita, perjuangkan dan buktikan bahwa pilihan

itu nantinya adalah sebuah kebanggaan

(Penulis)

PERSEMBAHAN

1. Almarhum Papa, Drs. B. M. Ali Damru. Seorang motivator terbesar dalam kehidupanku. Terima kasih atas kepercayaan dan kemandirian yang telah Papa ajarkan. Saat orang lain melakukan hal yang sama, Papa telah membentukku menjadi seseorang yang berbeda. Aku ingin bisa menjadi seorang yang cerdas dan baik seperti Papa. Goresan hidup Papa tidak hanya tertinggal di kanvas, tetapi juga ada di hatiku. Terima kasih, Pa.

2. Mamaku, Ety Rahayu Iryani. Terima kasih telah melahirkan dan merawatku. Maaf jika selama ini aku seringkali keras dan ceroboh, tetapi Mama mengerti bahwa semua itu adalah bagian pembelajaran dari hidupku.

3. Orang-orang yang ada di hatiku. Terima kasih untuk segala yang telah kalian berikan padaku.

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan nikmat, rahmat dan karunia dari Allah SWT senantiasa menaungi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Erotisme dalam Kumpulan Cerpen Djenar Maesa Ayu, Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu): Sebuah Tinjauan Semiotika. Skripsi ini disusun guna meraih gelar sarjana pada Jurusan Sastra Indonesia Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis sangat berterima kasih atas segala doa, bantuan, dukungan dan dorongan yang telah diberikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Ph.D., Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelsaikan skripsi ini.

2. Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag., Ketua Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan izin serta kemudahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

3. Dra. Chattri S. Widyastuti, M.Hum., Sekretaris Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan perhatian dan kemudahan dalam penulisan skripsi ini.

4. Dra. Murtini, M.S., Dosen Pembimbing skripsi yang senantiasa 4. Dra. Murtini, M.S., Dosen Pembimbing skripsi yang senantiasa

5. Drs. Henry Yustanto, M. A., Pembimbing Akademik yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.

6. Dwi Susanto, S.S, M.Hum., Penelaah Skripsi yang selalu memberikan ilmu dan motivasi kepada penulis.

7. Seluruh dosen pengajar yang telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan berlangsung.

8. Papa dan Mama yang telah merawat dan membesarkan, serta mendidik penulis.

9. Irsan Murdikdo, terima kasih atas segala kesabaran dan motivasi yang diberikan.

10. Geng Entung:, Marina Catur Nopita Wati, Eri Dwi Astuti, Arvita Kusumardani, Vitalia Rakhman dan Panca Ratna Sari. Terima kasih atas segala perhatian dan kebersamaan yang telah kalian berikan. Seekor kepompong telah bermetamorfosis menjadi kupu-kupu, teman-teman. Sebentar lagi, kita semua akan bersam-sama menjadi kupu-kupu yang terbang dan hinggap di bunga yang kita pilih.

11. Saudara-saudara dan keluargaku, terima kasih telah memberikan doa serta dukungan baik moril maupun materiil.

12. Teman-teman Sastra Indonesia UNS angkatan 2007. Terima kasih atas segala doa, semangat, bantuan dan kebersamaan yang telah diberikan kepada penulis.

Di samping itu, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu. Semoga Allah SWT membalas kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, 23 Juni 2011

Penulis

B. Sumber Data dan Data .............................................................

1. Sumber Data ..........................................................................

C. Metode Penelitian .......................................................................

D. Pendekatan ..................................................................................

E. Teknik Pengumpulan Data ..........................................................

F. Teknik Pengolahan Data .............................................................

24 BAB IV ANALISIS

A. Tanda dalam Cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)

1. Tanda dalam Ranah Komunikasi Rabaan .............................

2. Tanda dalam Ranah Kode-Kode Kultural .............................

3. Tanda dalam Ranah Komunikasi Massa …………………..

B. Tanda dalam Cerpen Mandi Sabun Mandi …………………....

1. Tanda dalam Ranah Komunikasi Rabaan .............................

2. Tanda dalam Ranah Kode-Kode Kultural .............................

3. Tanda dalam Ranah Komunikasi Massa ………………….. 40

C. Tanda dalam Cerpen Menyusu Ayah ...........................................

1. Tanda dalam Ranah Komunikasi Rabaan .............................

2. Tanda dalam Ranah Kode-Kode Kultural .............................

3. Tanda dalam Ranah Komunikasi Massa ...............................

D. Tanda dalam Cerpen Payudara Nai Nai .....................................

1. Tanda dalam Ranah Komunikasi Rabaan .............................

2. Tanda dalam Ranah Kode-Kode Kultural .............................

3. Tanda dalam Ranah Komunikasi Massa ...............................

BAB V PENUTUP

A. Simpulan .....................................................................................

72

B. Saran .........................................................................................

73 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

74

ABSTRAK

Marilda Ali Damru. C0207003. 2011. Erotisme dalam Kumpulan Cerpen Djenar Maesa Ayu,”Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)”: Sebuah Tinjauan Semiotika . Skripsi: Jurusan Sastra Indonesia. Fakultas Sastra dan Seni Rupa. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu (1) Bagaimana tanda-tanda yang diindikasikan dengan unsur erotisme dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)? (2) Bagaimana makna tanda-tanda yang mencerminkan unsur erotisme dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)? (3) Bagaimana pesan yang terkandung dalam unsur-unsur erotisme pada teks kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)?

Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan wujud tanda-tanda dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) (2) Mendeskripsikan makna tanda-tanda yang mencerminkan unsur erotisme dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu). (3) Mendeskripsikan pesan dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Objek material dari penelitian ini adalah kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) , karya Djenar Maesa Ayu yang mengindikasikan unsur erotis di dalamnya. Adapun objek formalnya meliputi tanda-tanda dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu). Sumber data penelitian ini adalah kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu . Data dalam penelitian ini adalah kata-kata berunsur erotis yang terdapat dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) karya Djenar Maesa Ayu. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik pustaka. Teknik pengolahan data melalui tiga tahap, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Dari analisis ini dapat disimpulkan beberapa hal: (1) Tanda-tanda dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) diindikasikan dengan unsur erotisme yang menggambarkan suatu perilaku, keadaan atau suasana yang berkaitan dengan hasrat seksual (2) Makna tanda-tanda dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) yang diindikasikan dengan unsur-unsur erotisme merupakan sebuah penggambaran tentang masyarakat perkotaan yang terlihat homogen, pada kenyataannya sarat dengan perbedaan dan permasalahan (3) Pesan-pesan yang terkandung dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) disampaikan dengan cara mengecoh pembaca lewat unsur- unsur erotis di dalam setiap cerpen. Adapun pesan yang disampaikan dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) adalah setiap orang diharapkan untuk menjaga keharmonisan dalam rumah tangga maupun hubungan antara orang tua dengan anak untuk menghindari terciptanya suatu pertentangan atau permasalahan dalam keluarga serta masyarakat.

SEBUAH TINJAUAN SEMIOTIKA Teknik pengolahan data melalui tiga tahap, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Marilda Ali Damru 1 Dari analisis ini dapat disimpulkan beberapa hal: (1) Tanda-tanda Drs. Murtini, M.S 2 dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)

diindikasikan dengan unsur erotisme yang menggambarkan suatu

ABSTRAK

perilaku, keadaan atau suasana yang berkaitan dengan hasrat seksual (2) Makna tanda-tanda dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main

2011. Skripsi: Jurusan Sastra Indonesia. Fakultas Sastra dan Seni (dengan Kelaminmu) yang diindikasikan dengan unsur-unsur Rupa. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

erotisme merupakan sebuah penggambaran tentang masyarakat Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu (1) Bagaimana

perkotaan yang terlihat homogen, pada kenyataannya sarat dengan tanda-tanda yang diindikasikan dengan unsur erotisme dalam

perbedaan dan permasalahan (3) Pesan-pesan yang terkandung kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)? (2)

dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) Bagaimana makna tanda-tanda yang mencerminkan unsur erotisme

disampaikan dengan cara mengecoh pembaca lewat unsur-unsur dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)?

erotis di dalam setiap cerpen. Adapun pesan yang disampaikan (3) Bagaimana pesan yang terkandung dalam unsur-unsur erotisme

dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) pada teks kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan

adalah setiap orang diharapkan untuk menjaga keharmonisan dalam Kelaminmu)? rumah tangga maupun hubungan antara orang tua dengan anak untuk

Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan wujud tanda-tanda menghindari terciptanya suatu pertentangan atau permasalahan dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)

dalam keluarga serta masyarakat.

(2) Mendeskripsikan makna tanda-tanda yang mencerminkan unsur erotisme dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu). (3) Mendeskripsikan pesan dalam kumpulan cerpen

Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Objek material dari penelitian ini adalah kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu), karya Djenar Maesa Ayu yang mengindikasikan unsur erotis di dalamnya.

Adapun objek formalnya meliputi tanda-tanda dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu). Sumber data penelitian ini adalah kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan

Kelaminmu . Data dalam penelitian ini adalah kata-kata berunsur

1 Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia dengan NIM C0207003 2 Dosen Pembimbing

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sastra merupakan hasil dari seni kreatif dan imajinatif yang bermediumkan bahasa, sebagai bentuk pengungkapan kembali pengamatan pengarang tentang realitas kehidupan di sekitarnya (Saini K. M, 1986:14-15). Karya sastra merupakan hasil karya imajinatif manusia yang bermediakan bahasa, bersifat estetik dan merupakan gambaran dari kehidupan. Karya sastra terdiri dari novel, puisi, pantun, cerita pendek atau cerpen, cerita bersambung atau cerbung, prosa dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini, penulis akan mengkaji salah satu genre karya sastra yaitu mengenai cerpen.

Lelasari dan Nurlailah menyatakan bahwa cerpen merupakan suatu karangan pendek yang berbentuk naratif atau cerita prosa, yang mengisahkan kehidupan manusia yang penuh perselisihan, mengharukan atau menggembirakan, dan mengandung kesan yang sulit untuk dilupakan (2006:62). Cerita pendek atau biasa disingkat dengan cerpen, merupakan karangan pendek yang mengisahkan tentang kehidupan manusia dalam satu babak. Cerpen memiliki fungsi bukan hanya sekedar alat komunikasi, melainkan itu cerpen lebih mementingkan pengalaman yang didapat dari pembaca itu sendiri (Frankes, James R. dan Isodere Transchen, 1959:6). Pembaca diharapkan memperoleh kesan yang dalam setelah membaca cerpen.

Terdapat berbagai macam tema cerita yang terdapat di dalam cerpen. Tema-tema cerita tersebut antara lain percintaan, ekonomi, sosial, politik dan Terdapat berbagai macam tema cerita yang terdapat di dalam cerpen. Tema-tema cerita tersebut antara lain percintaan, ekonomi, sosial, politik dan

Erotis dalam arti luas adalah segala bentuk pengungkapan cinta antara pria dan wanita, antara jenis kelamin yang sama (homoerotik), atau cinta terhadap diri sendiri (auto-erotik). Dalam arti sempit, erotis tidak hanya bermakna seksualitas yang lebih bersifat jasmaniah, tetapi juga meliputi aspek mental dalam seksualitas dan pengembangan rangsangan yang ditimbulkan oleh seksualitas (S.R.H. Sitanggang, Suyono Suyatno, Joko Adi Sasmito, 2002:8). Hal tersebut dapat terungkap dalam berbagai bentuk, misalnya dunia mode, periklanan, dan dunia seni, termasuk sastra yang terekam dalam wujud lambang bahasa atau teks. Erotisme dalam sebuah teks berupa penggambaran melalui sarana bahasa yang membungkus suatu perilaku atau tindakan, keadaan, atau suasana yang berkaitan dengan hasrat seksual (S.R.H. Sitanggang, Suyono Suyatno, Joko Adi Sasmito, 2002:8). Erotis merupakan ekspresi pengungkapan rasa cinta baik berupa aspek jasmani ataupun mental dalam ranah seksual.

Dalam memandang setiap persoalan, terlebih-lebih yang berhubungan dengan masalah seksual, dalam hal ini erotisme, yang sering muncul dalam pikiran setiap orang, terkadang sulit untuk membedakan dan memilah antara erotisme, seksualitas dan pornografi. Akibatnya, seringkali seseorang menganggap hal-hal tersebut tabu untuk dibicarakan.

Erotisme berasal dari kata erotis, yang memiliki arti berkenaan dengan sensasi seks, rangsangan-rangsangan atau berkenaan dengan nafsu birahi (Anton M. Moeliono, 1990:165). Dari kata erotis tersebut kemudian muncul erotisme. Erotisme dalam sebuah teks berupa penggambaran melalui sarana bahasa yang Erotisme berasal dari kata erotis, yang memiliki arti berkenaan dengan sensasi seks, rangsangan-rangsangan atau berkenaan dengan nafsu birahi (Anton M. Moeliono, 1990:165). Dari kata erotis tersebut kemudian muncul erotisme. Erotisme dalam sebuah teks berupa penggambaran melalui sarana bahasa yang

Dalam bahasa Perancis , erotisme adalah “sous-tendu par le libido” yang artinya berkenaan dengan libido, sedangkan libido menurut KBBI berarti “nafsu berahi yang bersifat naluri”. Dari sini, maka dapat dikatakan bahwa erotisme itu adalah penggambaran perilaku, keadaan, atau suasana yang didasari oleh libido sehingga dapat menimbulkan nafsu birahi (http.Patriagintings.multiply.com).

Menurut kamus psikologi James Drever (dalam Nancy Simanjuntak 1986:141), erotic digunakan dalam konteks perasaan, dorongan dan kehendak seks, juga bagi orang-orang yang terutama sangat tertarik pada sensasi dan perasaan yang demikian. Menurut James Drever pula (dalam Nancy Simanjuntak 1986:141), eroticism atau erotism di dalam literatur psikoanalisa digunakan sebagai kerangka umum bagi kegairahan seksual, sedang dalam psikopatologi sebagai kerangka umum bagi pertunjukkan perasaan dan reaksi seksual yang berlebih-lebihan.

Dalam kehidupan sehari-hari, dijumpai juga istilah seksualitas. Seksualitas berasal dari kata seks yang memiliki arti jenis kelamin. Dari kata seks kemudian berkembang menjadi seksual, yang memiliki arti berkenaan dengan seks (jenis kelamin). Seksual juga memiliki pengertian berkenaan dengan perkara persetubuhan antara laki-laki dan perempuan. Dari seksual kemudian berkembang Dalam kehidupan sehari-hari, dijumpai juga istilah seksualitas. Seksualitas berasal dari kata seks yang memiliki arti jenis kelamin. Dari kata seks kemudian berkembang menjadi seksual, yang memiliki arti berkenaan dengan seks (jenis kelamin). Seksual juga memiliki pengertian berkenaan dengan perkara persetubuhan antara laki-laki dan perempuan. Dari seksual kemudian berkembang

Dalam permasalahan seksualitas dikenal juga istilah porno, yang memiliki arti cabul. Cabul mempunyai pengertian kotor atau tidak senonoh (melanggar kesopanan atau kesusilaan) (Anton M. Moeliono, 1990:143). Dari kata porno kemudian muncul kata pornografi, yang memiliki arti tulisan cabul yang bersifat asusila dan kotor (Lelasari dan Nurlailah, 2005: 203). Menurut kamus psikologi James Drever (dalam Nancy Simanjuntak 1986:357), pornography atau pornografi adalah bacaan yang menyangkut hal cabul.

Dari uraian tersebut selanjutnya dapat dibedakan pengertian erotisme, seksualitas dan pornografi. Seksualitas adalah sesuatu hal yang berhubungan dengan kelamin manusia. Erotisme adalah ekspresi pengungkapan rasa cinta baik berupa aspek jasmani ataupun mental dalam ranah seksual yang didasari adanya hasrat, sedangkan pornografi adalah sesuatu hal yang bersifat asusila atau tidak senonoh. Erotisme berbeda dengan pornografi . Dalam erotisme ada suasana yang didasari libido atau hasrat, tetapi pengekspresiannya tidak bersifat cabul, kasar atau tidak senonoh. Karya-karya sastra yang bersifat erotis, diciptakan bukan untuk dengan sengaja menimbulkan nafsu birahi pembacanya. Hal tersebut berbeda dengan karya-karya sastra yang bersifat pornografi. Karya sastra yang bersifat pornografi memang sengaja diciptakan atau dibuat untuk menimbulkan nafsu birahi pembacanya.

Di dalam dunia sastra Indonesia, terdapat karya-karya yang mengandung unsur erotis. Salah satu contoh karya sastra Indonesia lama yang mengandung Di dalam dunia sastra Indonesia, terdapat karya-karya yang mengandung unsur erotis. Salah satu contoh karya sastra Indonesia lama yang mengandung

Sejak dulu, keberadaan karya sastra yang mengandung unsur erotis telah diciptakan dalam dunia sastra Indonesia. Hanya saja, karya-karya tersebut sebagian besar ditulis oleh pengarang laki-laki. Hal tersebut terjadi karena pada saat itu masih ada anggapan tabu di lingkungan masyarakat, bagi pengarang perempuan untuk menciptakan karya sastra yang mengandung unsur erotis. Pada tahun 1998, Ayu Utami meluncurkan karyanya berjudul “Saman” yang diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia. Ayu Utami berhasil menjadi seorang pengarang perempuan yang mengusung unsur erotis dan feminisme dalam karyanya. Kemunculan karya sastra yang dihasilkan oleh pengarang perempuan dengan mengusung unsur erotis kemudian berlanjut dengan hadirnya pengarang- pengarang perempuan lain yang mulai berani mengangkat unsur-unsur erotis dalam karyanya. Hal itu ditunjukkan dengan hadirnya pengarang-pengarang perempuan seperti Djenar Maesa Ayu lewat karyanya, “Mereka Bilang Saya Monyet” pada tahun 2003 dan “Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)” pada tahun 2005, yang keduanya diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama, Sekar Ayu

Asmara dengan “Kembar Keempat” yang diterbitkan oleh Andal Krida Nusantara, Stefani Hid dengan “Cerita Dante” pada tahun 2006 yang diterbitkan oleh Grasindo dan masih banyak pengarang perempuan lainnya yang masih banyak bermunculan hingga saat ini.

Di tengah gencarnya fenomena tersebut, Djenar Maesa Ayu hadir dengan kumpulan cerpen yang mengandung unsur erotis di dalamnya (untuk kemudian dikumpulkan menjadi sebuah buku). Kumpulan cerpen tersebut berjudul Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) . Pada kumpulan cerpen tersebut, Djenar Maesa Ayu menampilkan permasalahan kemanusiaan dalam sebuah rumah tangga dan hubungan antara orang tua dengan anak yang masih jarang dikemukakan dalam masyarakat, sehingga hal itu memberikan pembaruan bagi cerpen-cerpen karyanya. Djenar juga menyajikan cerita-cerita atau adegan yang berani dengan memunculkan unsur-unsur erotis di dalamnya, sehingga mendukung tema dari kumpulan cerpen tersebut. Hal itu dapat terlihat, dari segi tema percintaan dan kritik sosial yang diangkat oleh Djenar pada kumpulan cerpennya, dengan dibumbui unsur-unsur erotis di dalamnya.

Dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu), Djenar Maesa Ayu banyak menghadirkan kata-kata dan cerita berunsur erotis pada setiap cerpennya. Hal ini dapat diindikasikan oleh pembaca sebagai suatu tanda, sehingga hal tersebut menarik perhatian penulis untuk dapat meneliti tentang makna di balik tanda-tanda tersebut.

Sebuah kumpulan cerpen berjudul Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) yang diterbitkan pada tahun 2008 oleh Gramedia Pustaka Utama, merupakan sebuah buku berisi sepuluh cerpen yang ditulis oleh Djenar dengan Sebuah kumpulan cerpen berjudul Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) yang diterbitkan pada tahun 2008 oleh Gramedia Pustaka Utama, merupakan sebuah buku berisi sepuluh cerpen yang ditulis oleh Djenar dengan

Dalam penelitian ini, kumpulan cerpen Djenar Maesa Ayu yang berjudul Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) , akan dianalisis berdasarkan tinjauan semiotika Umberto Eco dalam ranah batas-batas politis meliputi komunikasi rabaan (tactil comunication), kode-kode kultural (code cultural) dan komunikasi massa (mass communication). Teori semiotika Umberto digunakan untuk mengungkap makna dan pesan di balik tanda-tanda yang diindikasikan dengan teks-teks erotis dalam kumpulan cerpen Jangan Main-main (dengan Kelaminmu). Berdasarkan hal tersebut, penulis memberikan judul penelitian ini, Erotisme dalam Kumpulan Cerpen Djenar Maesa Ayu, ”Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)” : Sebuah Tinjauan Semiotika.

A. Pembatasan Masalah

Adapun masalah yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi pada aspek wujud tanda meliputi tanda-tanda yang diindikasikan sebagai unsur erotisme yang membangun Kumpulan Cerpen Djenar Maesa Ayu, ”Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)”, makna tanda, dan pesan dalam kumpulan cerpen ”Jangan Main- Main (dengan Kelaminmu)”.

Dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu), Dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu),

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

1. Bagaimana tanda-tanda yang diindikasikan unsur-unsur erotisme dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)?

2. Bagaimana makna tanda-tanda yang mencerminkan unsur erotisme dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)?

3. Bagaimana pesan yang terkandung dalam unsur-unsur erotisme pada teks kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan wujud tanda-tanda dalam kumpulan cerpen Jangan Main- Main (dengan Kelaminmu).

2. Mendeskripsikan makna tanda-tanda yang mencerminkan unsur erotisme dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu).

3. Mendeskripsikan pesan dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, baik secara teoretis maupun praktis. Adapun manfaat yang dimaksud sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat:

a. Mendeskripsikan makna tanda-tanda yang diindikasikan dalam teks erotis pada kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) .

b. Memberikan tambahan pengetahuan terutama mengenai semiotika, khususnya semiotika Umberto Eco.

c. Memberikan sumbangan terhadap perkembangan teori semiotika yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat:

a. Menginformasikan kepada masyarakat mengenai pesan dan permasalahan yang disampaikan dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) karya Djenar Maesa Ayu, terdapat dalam kehidupan sehari-hari di sekitar kita.

b. Menginformasikan kepada masyarakat mengenai perbedaan antara karya sastra yang bersifat erotis dengan karya sastra yang bersifat pornografis.

c. Membantu pembaca dalam memahami dan memaknai kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) karya Djenar Maesa Ayu.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam sebuah penelitian berfungsi untuk memberikan gambaran mengenai langkah-langkah suatu penelitian. Adapun sistematika dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :

Bab pertama adalah pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

Bab kedua berisi kajian terdahulu, kajian pustaka dan kerangka pikir. Bab ketiga adalah metode penelitian. Dalam bab ini dibahas tentang objek penelitian, sumber data dan data, metode penelitian, pendekatan, teknik pengumpulan data dan teknik pengolahan data.

Bab keempat adalah analisis kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu ) dengan pendekatan semiotika Umberto Eco. Analisis ini membahas tentang wujud tanda-tanda, makna berdasarkan tanda-tanda, dan pesan di balik makna tanda-tanda dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) sehubungan dengan teori semiotika Umberto Eco dalam ranah batas- batas politis, meliputi komunikasi rabaan (tactil comunication), kode-kode kultural (code cultural) dan komunikasi massa (mass communication). Bab kelima merupakan bagian penutup yang berisi simpulan dan saran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka

Berdasarkan penelusuran penulis di beberapa universitas,

penelitian dengan objek kajian berupa semiotika Umberto Eco untuk kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) karya Djenar Maesa Ayu, belum pernah dilakukan. Sejauh ini teori semiotika Umberto Eco baru digunakan untuk mengkaji film. Di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan Universitas Sebelas Maret Surakarta ditemukan beberapa penelitian dengan menggunakan teori semiotika Riffatere, Roland Barthes, dan Charles Sanders Peirce berikut ini.

1. Keragaman Makna dalam cerpen Kematian Paman Gober karya Seno Agung Gumira Ajidarma: Analisis Semiotika Sastra Roland Barthes, oleh Catur Widiatmoko, mahasiswa program studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tahun 2004. Penelitian tersebut membahas mengenai teks Kematian Paman Gober yang menghasilkan beberapa fakta tekstual yang signifikan yang berperan sebagai penanda bagi munculnya keragaman makna dalam cerpen Kematian Paman Gober. Yang dapat ditafsirkan oleh Kematian Paman Gober terkait pencapaian estetikanya, yaitu kemampuannya berperan sebagai representasi dari karya sastra dan pemikiran filsafat postmodern.

2. Simbolisasi Moral dalam Kumpulan Cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet! Karya Djenar Maesa Ayu: Sebuah Pendekatan Semiotik oleh Bambang

Daryatmo, mahasiswa program studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun 2005. Penelitian tersebut membahas mengenai (1) alur, penokohan, latar, tema dan amanat dari keempat cerpen dalam kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet (2) makna simbolisasi moral dari keempat cerpen dalam kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet dengan menggunakan pendekatan semiotik Riffatere (3) hubungan intertekstualitas dalam kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet dengan karya sastra lain.

3. Novel Kabut Kelam karya Achmad Munif: Sebuah Pendekatan Semiotik, oleh Sadewo Wahyu Wardoyo, mahasiswa program studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun 2008. Dalam skripsi tersebut, teori yang digunakan adalah teori semiotika Charles Sanders Peirce. Penelitian tersebut membahas mengenai (1) mengenai aspek formal yang meliputi latar, penokohan, alur dan tema yang membentuk makna keseluruhan dalam novel Kabut Kelam; (2) tentang tanda-tanda dalam novel Kabut Kelam yang dapat diungkapkan dengan pendekatan semiotik dan (3) tentang pemahaman makna-makna yang terkandung dalam novel Kabut Kelam yang dapat diungkapkan dengan pendekatan semiotik.

4. Cerpen ”Bulan” karya Budi Darma: Analisis Semiotika Roland Barthes, oleh Rahma Karyani, mahasiswa program studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tahun 2009. Penelitian tersebut membahas mengenai tokoh-tokoh dalam cerpen ”Bulan” yang hadir tanpa nama. Hal tersebut merupakan simbol-simbol 4. Cerpen ”Bulan” karya Budi Darma: Analisis Semiotika Roland Barthes, oleh Rahma Karyani, mahasiswa program studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tahun 2009. Penelitian tersebut membahas mengenai tokoh-tokoh dalam cerpen ”Bulan” yang hadir tanpa nama. Hal tersebut merupakan simbol-simbol

5. Simbolisasi Konflik Sosial Dalam Novel Hubbu karya Mashuri: Sebuah Pendekatan Semiotik, oleh Alfan Noor Rakhmat, mahasiswi program studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun 2009. Dalam skripsi tersebut, teori yang digunakan adalah teori semiotika Charles Sanders Peirce. Penelitian tersebut membahas mengenai mendeskripsikan makna dan amanat novel Hubbu karya Mashuri dalam tinjauan semiotik dan mendeskripsikan nilai- nilai sosial novel Hubbu karya Mashuri dalam kehidupan masyarakat. Sebagian besar penelitian di atas menganalisis objek-objeknya dengan

menggunakan teori semiotika Riffatere, Roland Barthes, dan Charles Sanders Peirce. Posisi penulis dalam hal ini adalah mencoba meneliti dengan menggunakan pendekatan yang sama yaitu semiotika, namun berbeda pakar semiotika, yaitu Umberto Eco. Penulis meneliti tanda-tanda dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) sehubungan dengan teori komunikasi rabaan (tactil comunication), kode-kode kultural (cultural codes) dan komunikasi massa (mass communication) dalam ranah batas-batas politik dari Umberto Eco.

Penelitian cerpen sebagai objek kajian dengan menggunakan teori semiotika Umberto Eco juga belum pernah dilakukan. Di Universitas Sebelas Maret Surakarta ditemukan penelitian film dengan menggunakan kajian semiotika Umberto Eco sebagai berikut.

1. Film Musikal Dokumenter Generasi Biru, Sebuah Tinjauan Semiotika Umberto Eco, oleh Lianita Muskaning Raras, mahasiswa program studi

Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun 2010. Penelitian tersebut membahas mengenai (1) wujud tanda-tanda dalam film Generasi Biru; (2) mendeskripsikan unsur naratif dan sinematik berdasarkan tanda-tanda dalam film Generasi Biru dan (3) Mendeskripsikan makna tanda dan pesan dalam film Generasi Biru. Penelitian dengan menggunakan objek kumpulan cerpen ”Jangan Main-

Main (dengan Kelaminmu)” karya Djenar Maesa Ayu, pernah dipergunakan di beberapa universitas dengan pendekatan yang berbeda. Penelitian tersebut adalah sebagai berikut.

1. Eksistensi Perempuan dalam Kumpulan Cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) Karya Djenar Maesa Ayu: Kajian Feminisme, oleh Farida Tunikmah, mahasiswa program Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun 2006. Penelitian tersebut membahas mengenai aspek struktural dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) dan mendeskripsikan eksistensi perempuan dalam Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) karya Djenar Maesa Ayu.

Penelitian cerpen dengan kajian tentang erotisme di Universitas Sebelas Maret juga belum pernah dilakukan sebelumnya. Hal ini mendorong penulis untuk mencoba meneliti kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) karya Djenar Maesa Ayu yang di dalamnya terdapat unsur-unsur erotis pada teks tersebut. Sejauh ini, penelitian tentang kajian mengenai erotisme Penelitian cerpen dengan kajian tentang erotisme di Universitas Sebelas Maret juga belum pernah dilakukan sebelumnya. Hal ini mendorong penulis untuk mencoba meneliti kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) karya Djenar Maesa Ayu yang di dalamnya terdapat unsur-unsur erotis pada teks tersebut. Sejauh ini, penelitian tentang kajian mengenai erotisme

B. Landasan Teori Pengertian Semiotika

Kata semiotika berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti tanda. ”Semiotika adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi penggunaan tanda” (Zoest, 1993:1). ”Semiotika adalah studi tentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya: cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya” (Panuti Sudjiman dan Aart van Zoest, 1996:5). ”Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda” (Alex Sobur, 2006:15). Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa semiotika merupakan pendekatan yang membicarakan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan sistem tanda.

Pada hakikatnya, segala sesuatu yang melingkupi kehidupan ini bisa menjadi tanda. Hal ini disebabkan karena apapun dapat berpotensi menjadi tanda. Tanda-tanda yang dimaksud berupa gerakan tangan, gerakan kepala, kedipan mata, warna, bentuk bibir, lambaian tangan, bentuk tulisan, bendera, dan lain-lain yang berada di sekitar kehidupan ini.

Secara umum, tanda disusun dari sejumlah elemen yang berbeda, yang masing-masing dapat berfungsi sebagai tanda. Suatu tanda harus diamati agar dapat berfungsi sebagai tanda. Tanda-tanda terbagi menjadi beberapa, yaitu dari Secara umum, tanda disusun dari sejumlah elemen yang berbeda, yang masing-masing dapat berfungsi sebagai tanda. Suatu tanda harus diamati agar dapat berfungsi sebagai tanda. Tanda-tanda terbagi menjadi beberapa, yaitu dari

Semiotika modern memiliki dua pakar, yaitu Ferdinand de Saussure dan Charles Sanders Peirce. Ferdinand de Saussure menyebut ilmu tanda tersebut sebagai semiologi, sedangkan Charles Sanders Peirce menyebut ilmu tanda sebagai semiotika. Walaupun terdapat perbedaan penyebutan istilah, namun maksud dari keduanya tetaplah mengenai ilmu tanda. Di Eropa, suksesnya pemikiran semiotika Charles Sanders Peirce terasa secara jelas dan efektif dalam karya Umberto Eco, salah satu tokoh yang memberikan kontribusi besar bagi kemajuan ilmu semiotika. Umberto Eco lebih mengedepankan teori semiotika secara umum. Penelitian ini memanfaatkan teori semotika Umberto Eco karena objek penelitian dalam penelitian ini memerlukan teori semiotika dalam ranah batas-batas politis yang meliputi komunikasi rabaan (tactil comunication), kode- kode kultural (cultural codes) dan komunikasi massa (mass communication) dari Umberto Eco. Menurut pendapat Eco, tanda dapat digunakan untuk mendustai, mengelabui atau mengecoh. Dalam hal ini, teks-teks erotis pada kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) digunakan pengarang untuk mengelabui atau mengecoh pembaca saat menangkap pesan dibalik kumpulan cerpen tersebut.

Umberto Eco merupakan salah satu tokoh semiotika yang juga merupakan seorang filosof dan novelis berkebangsaan Italia. Panuti Sudjiman dan Aart van Zoest berpendapat bahwa semiotika Umberto Eco merupakan bidang kajian semiotika secara umum yang mampu menjelaskan semua permasalahan fungsi tanda berdasarkan sistem tanda berdasarkan sistem hubungan antarunsur, yang terdiri atas satu kode atau lebih (1996:26).

Dalam bukunya yang berjudul Teori Semiotika: Signifikasi Komunikasi, Teori Kode, Serta Teori Produksi-Tanda , Eco mengemukakan tentang The theory of lie (teori ”dusta”) dalam ranah semiotika umum. Selanjutnya dalam dunia semiotika, teori ini dikenal dan digunakan oleh para semiotikawan untuk mengkaji suatu tanda berdasarkan pada objek yang mereka teliti.

The theory of lie (teori ”dusta”) Umberto Eco menjelaskan bahwa semiotika pada prinsipnya adalah disiplin ilmu yang mengkaji segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mendustai, mengelabui atau mengecoh. Jika sesuatu tidak dapat digunakan untuk mengecoh, maka ia tidak dapat digunakan pula untuk mengatakan apapun. The theory of lie (teori ”dusta”) Umberto Eco bukan merupakan teori yang memiliki pengertian negatif. Kata-kata mengecoh, mendustai, dan mengelabui yang dikemukakan Umberto Eco hendaknya tidak diartikan secara denotatif. The theory of lie (teori ”dusta”) hadir dalam lingkup sastra yang memiliki ciri tersendiri untuk mengungkapkan sesuatu. Hal inilah yang sebenarnya terkandung dalam pemikiran Umberto Eco dalam The theory of lie (teori ”dusta”) miliknya.

Selain mengungkapkan The theory of lie (teori ”dusta”), Umberto Eco juga memuat pemikirannya tentang batas-batas penelitian semiotika. Umberto Eco secara umum (general semiothic theory) membagi semiotika ke dalam batas-batas penelitian sesuai dengan objek dan kesepakatan sementara. Batas-batas penelitian yang dimaksud Umberto Eco adalah batas-batas politis, batas-batas alami, batas- batas epistemologis. Batas politis Umberto Eco juga dikenal sebagai batas budaya. Istilah budaya digunakan Umberto Eco untuk menghindari salah tafsir bagi kata politis itu sendiri. Dalam penelitian ini digunakan batas-batas politisnya saja. Hal Selain mengungkapkan The theory of lie (teori ”dusta”), Umberto Eco juga memuat pemikirannya tentang batas-batas penelitian semiotika. Umberto Eco secara umum (general semiothic theory) membagi semiotika ke dalam batas-batas penelitian sesuai dengan objek dan kesepakatan sementara. Batas-batas penelitian yang dimaksud Umberto Eco adalah batas-batas politis, batas-batas alami, batas- batas epistemologis. Batas politis Umberto Eco juga dikenal sebagai batas budaya. Istilah budaya digunakan Umberto Eco untuk menghindari salah tafsir bagi kata politis itu sendiri. Dalam penelitian ini digunakan batas-batas politisnya saja. Hal

Batas-batas politis merupakan wilayah penelitian mulai dari proses komunikasi yang tampak lebih alami dan spontan hingga sampai pada sistem kultural yang sangat rumit. Batas-batas politis yang digunakan dalam penelitian ini antara lain terdiri dari:

1.) Komunikasi rabaan (tactil comunication): bahwa rabaan mempunyai mempunyai simbol tertentu. Teori Eco ini biasanya digunakan dalam psikologi. Dilibatkan dan disadari dalam komunikasi antar pihak- pihak yang tak dapat melihat dan dalam perilaku dalam interaksi jarak. Bahkan jenis kajian ini cenderung melibatkan perilaku-perilaku yang jelas-jelas terkodifikasi secara sosial, semacam ciuman, pelukan, bantingan, tepukan di pundak, dan seterusnya. Dalam karya sastra, teori tersebut dapat dilihat dari kata-katanya (pilihan kata). Pemakaian kata-kata tetap dilihat dengan kaitannya kultural atau kesopanan (antropologi kultural) (Eco, 2009:11).

2.) Kode-kode kultural (cultural codes): riset semoiotis akhirnya menggeser perhatiannya kepada fenomena-fenomena yang agak sulit diistilahkan dengan sistem tanda dalam pengertian ketat kata ini, begitu pula dengan sistem komunikasi, karena fenomena-fenomena ini lebih berupa sistem perilaku dan nilai. Yang saya maksud di sini adalah sistem sopan santun, hierarki-hierarki dan apa yang disebut dengan ”sistem pemodelan sekunder” –yaitu sistem yang menurut para pemikir Soviet mencakup mitos, legenda, teologi primitif yang ditampilkan dalam wujud sebuah tatanan dunia yang dibayangkan sebuah masyarakat dan tidak ketinggalan tipologi kebudayaan, yang mengkaji kode-kode yang mendefinisikan sebuah model kultural tertentu; juga model organisasi sosial seperti sistem kekerabatan atau jaringan komunikasi terorganisasi kelompok atau masyarakat yang lebih maju (Eco, 2009:16-17).

3.) Komunikasi massa (mass communication): wilayah ini berkaitan dengan sesuatu yang yang kompleks, sehingga seseorang yang memanfaatkan komunikasi massa harus menyertakan psikologi, estetika, dan stilistika. Teori ini bisa diterapkan pada lagu, film, dan komik. Teori dan analisis-analisis tentang komunikasi massa pada dasarnya dapat diterapkan pada berbagai genre, karena: (1) sebuah masyarakat industri yang kelihatan homogen pada kenyataannya sarat 3.) Komunikasi massa (mass communication): wilayah ini berkaitan dengan sesuatu yang yang kompleks, sehingga seseorang yang memanfaatkan komunikasi massa harus menyertakan psikologi, estetika, dan stilistika. Teori ini bisa diterapkan pada lagu, film, dan komik. Teori dan analisis-analisis tentang komunikasi massa pada dasarnya dapat diterapkan pada berbagai genre, karena: (1) sebuah masyarakat industri yang kelihatan homogen pada kenyataannya sarat

Dalam penelitian ini, penulis menggunakann teori komunikasi rabaan (tactil comunication) , kode-kode kultural (code cultural) dan komunikasi massa (mass communication) dalam ranah batas-batas politis berdasarkan teori Umberto Eco. Teori ini digunakan untuk mengkaji tanda yaitu berupa teks yang memiliki unsur erotis dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu).

C. Kerangka Pikir

Dalam penelitian terhadap kumpulan cerpen Jangan Main-main (dengan Kelaminmu) karya Djenar Maesa Ayu ini, digunakan pendekatan semiotika dalam ranah komunikasi rabaan (tactil comunication), kode-kode kultural (code cultural) dan komunikasi massa (mass communication) dalam batas-batas politis dari Umberto Eco. Penulis merasa dengan penerapan teori tersebut dapat menyelesaikan permasalahan yang akan dikaji, yaitu tanda serta makna yang terdapat dalam kumpulan cerpen Jangan Main-main (dengan Kelaminmu) . Kerangka pikir yang digunakan untuk menganalisis kumpulan cerpen Jangan Main-main (dengan Kelaminmu) adalah sebagai berikut.

1. Pada tahap awal penulis menentukan objek penelitian, yaitu kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) karya Djenar Maesa Ayu. Dalam kumpulan cerpen tersebut, ditemukan banyak tanda-tanda yang diindikasikan dalam teks berunsur erotis, yang perlu diungkap makna dan 1. Pada tahap awal penulis menentukan objek penelitian, yaitu kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) karya Djenar Maesa Ayu. Dalam kumpulan cerpen tersebut, ditemukan banyak tanda-tanda yang diindikasikan dalam teks berunsur erotis, yang perlu diungkap makna dan

2. Tahap selanjutnya adalah menentukan permasalahan-permasalahan yang akan diteliti. Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah adanya tanda-tanda, makna, dan pesan yang terdapat di dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) karya Djenar Maesa Ayu.

3. Tahap selanjutnya adalah menentukan teori dan pendekatan yang akan digunakan untuk menganalisis permasalahan-permasalahan tersebut. Tanda- tanda yang terdapat dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) kemudian dianalisis dengan memanfaatkan teori komunikasi rabaan (tactil comunication), kode-kode kultural (cultural codes) dan komunikasi massa (mass communication) dari Umberto Eco. Penggunaan teori tersebut dimaksudkan untuk memperoleh makna tanda-tanda dan pesan dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) secara lebih optimal lagi. Hal ini terjadi karena semiotika merupakan teori yang mengkaji tanda secara langsung.

4. Tahap akhir adalah simpulan, yaitu menyimpulkan pesan dari kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) dengan didasarkan pada analisis terhadap tanda-tanda yang terkandung di dalam kumpulan cerpen tersebut.

Bagan Kerangka Pikir

Kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu)

Tanda-tanda yang berupa teks-teks

berunsur erotis

Teori semiotika Umberto Eco meliputi teori komunikasi rabaan (tactil comunication), kode-kode

kultural (cultural codes) dan komunikasi massa (mass communication ) dalam ranah batas-batas politis.

Makna tanda

Pesan

Simpulan

BAB III METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian

Objek penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu objek material dan objek formal (Sangidu, 2004:62). Objek material dari penelitian ini adalah kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) karya Djenar Maesa Ayu yang mengindikasikan unsur erotis di dalamnya. Adapun cerpen-cerpen yang akan dikaji dalam penelitian ini antara lain, (1) Jangan Main-main (dengan Kelaminmu); (2) Mandi Sabun Mandi; (3) Menyusu Ayah dan (4) Payudara Nai Nai karena keempat cerpen tersebut memiliki tanda-tanda yang berupa teks-teks berunsur erotis yang jumlahnya lebih dominan dibandingkan enam cerpen lain dalam kumpulan cerpen tersebut. Adapun objek formalnya meliputi tanda-tanda dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) yang diindikasikan dengan teks-teks berunsur erotis.

B. Sumber Data dan Data

1. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kumpulan cerpen Djenar Maesa Ayu yang berjudul Jangan Main-main (dengan Kelaminmu). Buku dengan tebal 121 halamn ini ditulis oleh Djenar Maesa Ayu dan diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2008.

2. Data

Data penelitian sastra adalah bahan penelitian atau bahan jadi penelitian yang terdapat dalam karya-karya sastra yang akan diteliti (Sangidu, 2004:61). Data penelitian sastra adalah segala informasi yang berhubungan dengan topik penelitian. Adapun data dalam penelitian ini adalah empat cerpen dalam kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu), yakni (1) Jangan Main-main (dengan Kelaminmu); (2) Mandi Sabun Mandi; (3) Menyusu Ayah dan (4) Payudara Nai Nai, karena keempat cerpen tersebut memiliki tanda-tanda yang berupa teks-teks berunsur erotis yang jumlahnya lebih dominan dibandingkan enam cerpen lain dalam kumpulan cerpen tersebut.

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang sifat-sifat suatu individu, keadaan atau gejala dari kelompok tertentu yang dapat diamati (Moleong, 2001:3). Dalam hal ini, metode penelitian kualitatif lebih mementingkan kualitas informasinya dan bukan jumlahnya.

D. Pendekatan

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan semiotika berdasarkan teori semiotika Umberto Eco. Teori semiotika Umberto Eco yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam ranah batas-batas politis yang meliputi Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan semiotika berdasarkan teori semiotika Umberto Eco. Teori semiotika Umberto Eco yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam ranah batas-batas politis yang meliputi

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik pustaka (studi pustaka), yaitu “Serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah penelitian” (Mestika Zed, 2004:3). Apabila data sudah terkumpul, data-data tersebut diklasifikasikan untuk kepentingan analisis. Dalam penelitian ini, data berupa teks-teks berunsur erotis yang menunjukkan adanya tanda-tanda yang terdapat sehubungan dengan teori semiotika dari Umberto Eco berdasarkan teori tanda yang dilihat dari ranah batas politis yang meliputi komunikasi rabaan (tactil comunication ), kode-kode kultural (cultural codes) dan komunikasi massa (mass communication).

F. Teknik Pengolahan Data

Berdasarkan pendapat Miles dan Huberman (1992:16-20), analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu.

1. Reduksi data Tahap ini dilakukan dengan memilih, memusatkan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang ditemukan dari catatan-catatan yang terkumpul. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga ditemukan kesimpulan akhir.

2. Penyajian data Tahap ini dilakukan setelah data terkumpul dan telah pula dilakukan reduksi data. Penyajian data berfungsi untuk penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.