Analisis distribusi pendapatan sektor industri kecil : studi kasus Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten - USD Repository

  ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Pendidikan Ekonomi Oleh:

  RETNO MARSANTI NIM: 021324014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

  MOTTO

“Bila kita melihat kehidupan dari sisi yang menyenangkan segala sesuatu yang

membuat kehidupan ini berat bisa teratasi dan hidup akan terasa indah”.

  

“Kamu adalah terang dunia……. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya

didepan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan

Bapamu yang di surga”. (Mat 5:13.16) “Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang”. (Amsal 17:22)

  Bapa di Surga Tuhan Yesus & Bunda Maria Kedua Orang tuaku, Bapak Yohanes Sanggito & Maria Suharti My Honey, Mathias

  Adikku, Agung

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah Yogyakarta,

  15 Mei 2007 Penulis

  Retno Marsanti

  ABSTRAK ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL Studi Kasus : Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten Retno Marsanti Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2007

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis distribusi pendapatan pembuat

tahu, menganalisis distribusi pendapatan dalam industri pembuat karak dan menganalisis distribusi pendapatan dalam industri pembuat kripik sukun di Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten.

  Penelitian ini bersifat studi kasus. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan sampel jenuh, yaitu teknik penentuan sampel sama dengan jumlah populasinya, yang berjumlah 81 orang. Metode analisis data menggunakan analisis Rasio Gini.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa :

  1. Distribusi pendapatan pembuat tahu di Desa Somopuro, termasuk dalam tingkat ketimpangan pendapatan rendah, dengan angka Rasio Gini sebesar 0,13.

  2. Distribusi pendapatan pembuat karak di Desa Gondangan, termasuk dalam tingkat ketimpangan pendapatan rendah, dengan angka Rasio Gini sebesar 0,19.

  3. Distribusi pendapatan pembuat kripik sukun di Desa Gondangan, termasuk

dalam tingkat ketimpangan pendapatan rendah, dengan angka Rasio Gini

sebesar 0,15.

  

ABSTRACT

ANALYSIS OF INCOME DISTRIBUTION OF LOW SCALE INDUSTRY

A Case Study in Jogonalan Subdisyrict, Klaten Regency, Central Java

Retno Marsanti

  

Sanata Dharma University

Yogyakarta

2007

  The objectives of this research are to analyze income distribution of (1) the

soybean industry; (2) a crust of rice industry; (3) breadfruit crispy chip industry in

Jogonalan Subdistrict, Klaten Regency, Central Java.

  This research is a case study. The technique of collecting the samples is

satiated sample. It means that the total chosen samples are the same as the

population of the samples. The population of the samples is 81 people. The

technique of data analysis was Gini Ratio.

  The result of this research indicates that (1) the income distribution of the

soybean small industry in Somopuro Village belongs to low level income. The

Gini Ration is 0,13; (2) the income distribution of a crust of rice industry in

Gondangan Village belongs to low level income. The Gini Ration is 0,19; (3) the

income distribution of breadfruit crispy chip industry in Somopuro Village

belongs to low level income. The Gini Ration is 0,15.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN SEKTOR INDUSTRI KECIL”, studi kasus di Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten dengan baik.

  Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi.

  Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada:

  1. Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph. D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

  2. Drs. Sutarjo Adisusilo, J.R, selaku Ketua Jurusan Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

  3. Y. Harsoyo, S.Pd, MSi, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

  4. Y. Harsoyo, S.Pd, MSi, selaku Dosen Pembimbing I yang dengan sabar telah memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

  5. Drs. P.A. Rubiyanto, selaku Dosen Pembimbing II yang dengan sabar telah memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

  7. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi yang telah membagikan ilmu pengetahuan sebagai bekal yang akan sangat berguna bagi penulis di masa depan.

  8. Seluruh karyawan sekretariat Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma terutama Mbak Titin dan Pak Wawiek atas pelayanan adminitrasi yang telah diberikan selama saya kuliah.

  9. Pemerintah Kabupaten Klaten terutama BAPEDA yang memberikan ijin sehingga penulis dapat melakukan penelitian.

  10. Seluruh pekerja dan pengusaha pembuat tahu, karak dan kripik sukun yang telah bersedia menjadi responden bagi penulis.

  11. Keluargaku tercinta Bapak Yohanes Sanggito dan Ibu Maria Suharti serta adikku yang telah memberikan dorongan dan selalu mendoakan penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

  12. Keluarga Bapak Yoseph Mulyatmo, B.A yang telah memberikan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  13. My Beloved, Mathias makasih atas dorongan dan kasih sayangnya sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

  14. Terima kasih Supra AD 4609 PJ yang dengan setia menemani dan mengantar penulis kemanapun pergi.

  15. Teman-teman PE‘02 Nana, Wulan, Tanty, Heni, Nina, Erwin, makasih ya atas seperti kalian. Besok wisuda bareng-bareng ya….. biar rame….OKE ??? Tetap Semangat ya…………Tuhan memberkati.

  16. Teman-teman Mudika Stanislaus Santo Yusuf TPost, makasih dukungannya ya, aku dah lulus nich…….

  17. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-per satu.

  Akhir kata semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak- pihak yang membutuhkan.

  Yogyakarta, 15 Mei 2007 Penulis

  Retno Marsanti

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL ………………………………………………………. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………… ii HALAMAN PENGESAHAN………………………………………............ iii MOTTO ……………………………………………………………………. iv PERSEMBAHAN …………………………………………………………. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………………… vi ABSTRAK ………………………………………………………………… vii ABSTRACT ………………………………………………………………… viii KATA PENGANTAR ……………………………………………………... ix DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. xii DAFTAR TABEL …………………………………………………………. xv DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… xviii

  I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….………………………………….

  1 B. Rumusan Masalah …………………………………………………..

  3 C. Tujuan Penelitian ……………………………………………….......

  3 D. Manfaat Penelitian ………………………………….........................

  4 II. TINJAUAN PUSTAKA C. Kemiskinan ………………………………………………………….

  16 D. Industri Kecil dalam Perekonomian Indonesia ………………………

  26 F. Populasi dan Sampel ………………………………………………….

  47 B. Pembahasan ……………………………………………………………

  37 V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data ………………………………………………………….

  36 C. Gambaran Umum Industri Kecil …………………………………….

  30 B. Deskripsi Sampel Penelitian ………….………………………………..

  A. Deskripsi Daerah Penelitian ……………………………………………

  28 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH DAN SAMPEL PENELITIAN

  27 G. Metode Analisis Data …………………………………………………

  26 E. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………

  19 E. Industri Kecil dalam Perekonomian di Kabupaten Klaten …………..

  25 D. Sumber Data ………………………………………………………….

  25 C. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………….........

  25 B. Subjek dan Objek Penelitian …………………………………………

  A. Jenis Penelitian ………………………………………………………

  24 III. METODE PENELITIAN

  23 G. Kerangka Teoritik ……………………………………………………

  21 F. Penelitian Terdahulu …………………………………………………

  55 VI. PENUTUP

  A. Kesimpulan ……………………………………………………………

  64 B. Saran …………………………………………………………………..

  65 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN

  

DAFTAR TABEL

  Halaman Tabel II.1. Distribusi Pendapatan di Indonesia …………………………

  14 Tabel II.2. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase dari Populasi yang Hidup di bawah Garis Kemiskinan di Indonesia 1976-2005…………………………………….

  18 Tabel IV.1. Luas Wilayah Menurut Penggunaannya Desa Somopuro Tahun 2006 ………………………………

  31 Tabel IV.2. Jenis Mata Pencaharian Penduduk Desa Somopuro Tahun 2006 ………………………………………………..

  32 Tabel IV.3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Desa Somopuro Tahun 2006 ………………………………

  32 Tabel IV.4. Luas Wilayah Menurut Penggunaannya Desa Gondangan Tahun 2006 ……………………………..

  34 Tabel IV.5. Mata Pencaharian Penduduk Desa Gondangan Tahun 2006 ………………………………………………..

  35 Tabel IV.6. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Desa Gondangan Tahun 2006 …………………………….

  35 Tabel IV.7. Pengrajin Menurut Tingkat Umur ………………………...

  36 Tabel IV.8. Pengrajin Menurut Tingkat Pendidikan …………………..

  36 Tabel IV.10. Pekerja Industri Pembuat Tahu Desa Somopuro bulan Januari 2007………………………………………..

  38 Tabel IV.11. Pengusaha Karak Desa Gondangan bulan Januari 2007 ……………………………………….

  40 Tabel IV.12. Pekerja Industri Pembuat Karak Desa Gondangan bulan Januari 2007 ………………………………………

  41 Tabel IV.13. Pengusaha Kripik Sukun Desa Gondangan bulan Januari 2007 ………………………………………

  44 Tabel IV.12. Pekerja Industri Pembuat Kripik Sukun Desa Gondangan bulan Januari 2007……………………………………….

  44 Tabel V.1. Data Pendapatan Pembuat Tahu Desa Somopuro bulan Januari 2007 ………………………………………

  47 Tabel V.2. Statistik Deskriptif Pembuat Tahu Desa Somopuro bulan Januari 2007 ………………………………………

  48 Tabel V.3. Penghitungan Rasio Gini Pendapatan Pembuat Tahu Desa Somopuro bulan Januari 2007 …………………….

  49 Tabel V.4. Data Pendapatan Pembuat Karak Desa Gondangan bulan Januari 2007 ……………………………………….

  50 Tabel V.5. Statistik Deskriptif Pembuat Karak Desa Gondangan bulan Januari 2007 ……………………………………......

  51 Tabel V.7. Data Pendapatan Pembuat Kripik Sukun Desa Gondangan bulan Januari 2007 ……………………………………………

  52 Tabel V.8. Statistik Deskriptif Pembuat Kripik Sukun Desa Gondangan bulan Januari 2007 ……………………………………………

  53 Tabel V.9. Penghitungan Rasio Gini Pendapatan Pembuat Kripik Sukun Desa Gondangan bulan Januari 2007 …………………………

  54

  

DAFTAR GAMBAR

  Halaman Gambar II.1. Kurva Lorenz …………………………………………….

  15 Gambar II.2. Produksi Sektor Industri di Kabupaten Klaten tahun 2005

  22 Gambar IV.1. Kurva Lorenz Pembuat Tahu Desa Somopuro bulan Januari 2007……………………………………….

  55 Gambar IV.2. Kurva Lorenz Pembuat Karak Desa Gondangan bulan Januari 2007 ………………………………………

  58 Gambar IV.3. Kurva Lorenz Pembuat Kripik Sukun Desa Gondangan bulan Januari 2007 ……………………………………..

  61

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum pembangunan dimengerti sebagai usaha untuk

  memajukan kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan. Dalam pengertian ekonomi, pembangunan ekonomi berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi.

  Pertumbuhan ekonomi menjadi orientasi pembangunan karena diyakini secara otomatis dapat menetes ke bawah (trickle down effect) menyebarkan hasil- hasil pembangunan secara lebih merata. Jadi pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembangunan terutama di negara sedang berkembang, tidak terkecuali di Indonesia.

  Pada awal pemerintahan Orde Baru hingga akhir tahun 1970-an strategi pembangunan ekonomi yang dianut oleh pemerintahan Soeharto lebih berorientasi kepada pertumbuhan ekonomi yang tinggi (Tambunan, 2006 : 9). Untuk mencapai tujuan tersebut maka pusat pembangunan ekonomi nasional dimulai di pulau Jawa dengan alasan bahwa semua fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan seperti, pelabuhan, telekomunikasi, komplek industri, dan infrastruktur lainnya yang tersedia di Jawa, khususnya Jakarta dan sekitarnya dibandingkan di propinsi lain di Indonesia. Pembangunan pada saat itu juga pemerintahan Orde Baru percaya bahwa hasil dari pembangunan akan “menetes” ke sektor-sektor dan wilayah Indonesia lainnya.

  Paradigma pembangunan yang dianut pemerintahan Orde Baru tersebut merupakan satu-satunya strategi yang sesuai dengan kondisi ekonomi Indonesia. Pembangunan ekonomi Indonesia sejak Pelita I pada tahun 1969 hingga krisis ekonomi terjadi, akhir tahun 1997 Indonesia mengalami proses pembangunan yang spektakuler. Dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun lebih dari 7,3% hingga 8,2% selama dekade 1990-an (Tambunan, 2001:49).

  Pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia, kenyataan sektor industri kecil mempunyai peran yang penting dalam perekonomian, terutama dalam mengurangi pengangguran dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. ( http://www.ekonomirakyat.org/edisi_20/artikel_7.htm ). Tetapi pada kenyataannya pemerintahan Orde Baru hingga pemerintahan sekarang berusaha untuk memperbaiki ketimpangan dalam distribusi pendapatan (Tambunan, 2006:20). Walaupun keberhasilan suatu pembangunan ekonomi tidak hanya diukur dari laju pertumbuhan output atau peningkatan pendapatan per kapita. Tetapi, yang lebih penting adalah pola distribusi pendapatan tersebut. Maka penting untuk meneliti sektor ini, karena sektor ini mampu bertahan dan diandalkan waktu krisis serta untuk ke depannya penting karena

   B. Rumusan Masalah

  1. Bagaimana distribusi pendapatan pembuat tahu di Kecamatan Jogonalan?

  2. Bagaimana distribusi pendapatan pembuat karak di Kecamatan Jogonalan?

  3. Bagaimana distribusi pendapatan pembuat kripik sukun di Kecamatan Jogonalan? C.

   Tujuan Penelitian

  Bertolak dari perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk menganalisis distribusi pendapatan pembuat tahu di Kecamatan Jogonalan.

  b. Untuk menganalisis distribusi pendapatan pembuat karak di Kecamatan Jogonalan.

  c. Untuk menganalisis distribusi pendapatan pembuat kripik sukun di Kecamatan Jogonalan.

  D. Manfaat Penelitian

  a. Bagi Pengrajin Diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan bahan pertimbangan dalam mengembangkan usahanya sehingga pendapatan b. Bagi Universitas Dapat menjadi referensi bagi peneliti lain yang sejenis dan memberikan informasi ilmiah yang berkaitan dengan distribusi pendapatan.

  c. Bagi Penulis Dapat menerapkan disiplin ilmu yang diperoleh selama kuliah dan dapat menambah pengetahuan tentang distribusi pendapatan.

  d. Bagi Pemerintah Dapat digunakan sebagai informasi tambahan dalam menyusun sasaran pengembangan potensi-potensi sektor industri kecil, sehingga dapat meningkatkan pendapatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori tentang Distribusi Pendapatan Distribusi pendapatan akan menentukan bagaimana pandapatan yang

  tinggi mampu menciptakan perubahan dan perbaikan dalam masyarakat, seperti mengurangi kemiskinan, penganguran dan mampu mencapai distribusi pendapatan di masyarakat. Distribusi pendapatan yang tidak merata, tidak akan menciptakan kemakmuran bagi masyarakat secara umum. Distribusi pendapatan yang tidak merata hanya akan menciptakan kemakmuran bagi golongan tertentu saja. Perbedaan pendapatan timbul karena adanya perbedaan dalam kepemilikan sumber daya dan faktor produksi. Pihak yang memiliki faktor produksi yang lebih banyak akan memperoleh pendapatan yang lebih banyak juga.

  Menurut Sukirno, 1985:61, ada dua macam distribusi pendapatan, yaitu:

  1 Distribusi pendapatan relatif, adalah perbandingan jumlah pendapatan yang diterima oleh berbagai golongan penerima pendapatan, dan penggolongan ini didasarkan pada besarnya pendapatan yang mereka terima.

  Salah satu teori pembangunan yang menfokuskan pada pentingnya pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan, adalah:

  1. Teori Trickle Down Effect Pada prinsipnya berbagai aktivitas pembangunan ekonomi dilakukan tidak lain bertujuan untuk mengejar keterbelakangan dan ketertinggalan.

  Keterbelakangan dan ketertinggalan itu sendiri memiliki ruang lingkup yang multidimensi, namun dalam perspektif ilmu ekonomi, dimensi pencapaian tingkat kesejahteraanlah yang menjadi tujuan paling utama. Salah satu cara untuk mengejar keterbelakangan dan ketertinggalan tersebut adalah dengan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan pendapatan per kapita, sehingga lambat laun akan diikuti pemerataan pendapatan dan berlanjut pada pengurangan tingkat kemiskinan (trickle down effect) (http://www.geocities.com/edisiestp 1175/artikel57.htm). Yang termasuk teori trickle down effect, adalah: Pendekatan Kuznets

  Pandangan Kuznets mengenai kegiatan ekonomi masyarakat berpangkal pada kerangka perhitungan nasional dengan penjabarannya tentang unsur-unsur komponen dalam pendapatan nasional. Kuznets berhasil memberi substansi secara empiris-kuantitatif terhadap pengertian yang susul-menyusul, dari satu periode ke periode yang lain. Hal yang dikenal sebagai time series analysis. Hal ini menjadi landasan bagi penelitian Kuznets mengenai masalah pertumbuhan ekonomi (Djojohadikusumo, 1994:53).

  Kuznets menemukan relasi antara kesenjangan pendapatan dan tingkat pendapatan perkapita. Hasil tersebut diinterpretasikan sebagai evolusi dari distribusi pendapatan dalam proses transisi dari suatu ekonomi pedesaan ke ekonomi perkotaan, akibat dari efek menetes ke bawah. Pada awal proses pembangunan, ketimpangan distribusi pendapatan naik sebagai akibat dari proses urbanisasi dan industrialisasi dan pada akhir proses pembangunan ketimpangan menurun, yakni pada saat sektor industri di daerah perkotaan sudah dapat menyerap sebagian besar dari tenaga kerja yang datang dari pedesaan lebih kecil di dalam produksi dan penciptaan pendapatan (Tambunan, 2001:73).

  2. Teori yang tidak percaya dengan Trickle Down Effect Pada pertengahan pada tahun 1970-an, para ahli ekonomi mulai meragukan terkonsentrasinya seluruh aktivitas ekonomi pada pertumbuhan, ketika implementasi teori trickle down effect semakin bias. Di banyak negara sedang berkembang terdapat gejala kemiskinan absolut, ketimpangan distribusi pendapatan dan pengangguran yang cenderung kegagalan trickle down effect, menyusul terjadinya krisis moneter pada akhir tahun 1997 (http://www.geocities.com/edisiestp 1175/artikel57.htm).

  Adapun teori yang tidak percaya dengan teori trickle down effect adalah:

  a. Pendekatan Neo Marxis Pandangan Neo Marxis mengenai perekonomian negara-negara berkembang bertentangan dengan gagasan para pemikir yang mengutamakan tata nilai sosial budaya sebagai faktor dominan dalam proses pembangunan. Hampir semuanya yang termasuk haluan kiri

  radikal dikelompokkan dalam aliran Neo Marxis. Persamaan yang

  menonjol dalam pandangan berbagai aliran dalam kelompok Neo Marxis, adalah: 1) pola pendekatannya dalam gagasan teoritisnya berkisar pada masalah pembangunan negara-negara berkembang menunjukkan sifat normatif yang sangat kuat

  2) penyajian analisisnya selalu disertai oleh serangkaian langkah dan sasaran kebijaksanaan yang ditentukan secara normatif 3) pola dan sifat kebijaksanaannya menjurus pada reformasi radikal ataupun revolusi perjuangan bersenjata secara eksplisit ataupun implisit

  4) unsur pesimisme yang mencolok dalam haluan pandangannya

  Pakar ekonomi terkemuka yang berhaluan Marxis adalah Paul Baran. Dasar pandangan Paul Baran menurut kalangan ekonomi profesional dianggap yang paling penting dan bermutu diantara hasil pemikiran dan penelitian golongan Marxis dan Neo Marxis di zaman Pasca Perang Dunia II. Ia terus mengembangkan secara konsisten sistem pemikiran Marxisme, menyesuaikannya dengan perkembangan zaman, dan menerapkannya dalam perimbangan hubungan antara negara-negara industri maju dengan negara terkekang dalam keadaan ekonomi terbelakang (underdevelopment). Pokok permasalahan Baran berkisar pada sebab-musabab tidak terjadinya perkembangan kapitalisme di negara-negara Dunia Ketiga. Menurut Baran hal itu bersangkut-paut dengan perkembangan kapitalisme di negara-negara maju yang dalam sejarahnya muncul dari kondisi pra-kapitalisme yang dianggap identik dengan feodalisme.

  Sekali negara-negara Dunia Ketiga sudah terjebak perangkap sistem kapitalisme dunia, maka tiada harapan lagi untuk mencapai kemajuan. Hanya suatu revolusi bisa membuka jalan ke arah masa depan yang lebih baik. Pemikiran Paul Baran telah mempengaruhi banyak kalangan cendekiawan di Dunia Ketiga. Hal ini nampak sekali di Amerika Latin dan Afrika, tetapi juga sebagian Asia, termasuk b. Aliran Dependencia Pengertian Dependencia lazim dihubungkan dengan pandangan dan gagasan yang dalam dasawarsa enam puluhan dicanangkan oleh kalangan pemikir masyarakat berhaluan kiri dari Amerika Latin. Perhatian golongan dependencia dipusatkan secara lebih spesifik pada permasalahan sekitar perkembangan kapitalisme pinggiran (peripheral

  capitalism). Hal tersebut dapat diartikan sebagai kapitalisme yang

  bercorak “pinggiran” atau sebagai kapitalisme yang berada di kawasan pinggiran (negara Dunia Ketiga), yaitu batas luar lingkungan kapitalisme yang berinduk di negara-negara industri maju (Djojohadikusumo, 1994:86).

  Dalam hubungan ini, dapat dibedakan secara umum dua golongan dalam aliran dependencia, yaitu golongan ekstrim radikal yang berhaluan keras dan golongan yang berhaluan kiri tetapi yang bersikap lebih reformis-moderat.

  1) Andre’ Gunder Frank Andre’ Gunder Frank, adalah pakar eksponen dari pandangan garis keras dalam aliran dependencia. Dependencia sebagai hal ketergantungan rakyat di negara-negara miskin dari dominasi negara-negara maju merupakan akibat pemerasan mempunyai ekonomi yang terbuka, sedangkan produksinya terpusat dan terbatas pada beberapa komoditi primer yang jenisnya terbatas. Hal itu membatasi ruang gerak dan kemampuan negara- negara underdevelopment untuk mengambil keputusan secara mandiri mengenai penggunaan sumber daya produksinya (Djojohadikusumo, 1994:87). Menurut Gunder Frank, aliansi tersebut menjadi suatu kendala dahsyat yang mustahil diatasi melalui jalan transformasi gradual. Bahkan jika hal serupa dibiarkan, maka akan terjadi keterbelakangan yang berkelanjutan

  

(further development of underdevelopment). Satu-satunya jalan

  keluar adalah aksi politik dengan melakukan revolusi yang bersendikan sosialisme revolusioner.

  2) F.H. Cardoso dan E. Faletto F.H. Cardoso dan E. Faletto, pengarang ini mewakili pandangan golongan reformasi-moderat dalam aliran dependencia.

  Kedua pengarang ini mengakui adanya kontradiksi berganda dan aliansi feodalisme domestik dengan imperalisme internasional.

  Perekonomian di kawasan periferi bagaimanapun merupakan

  bagian integral dari sistem kapitalisme dunia. Inti dari dinamika pada sistem kapitalisme terletak di luar lingkungan ekonomi tersebut tetap ditandai oleh ciri ketergantungan (Djojohadikusumo,1994:88).

  3) W.F. Wertheim W.F. Wertheim adalah pakar terkenal dalam ilmu sosiologi berhaluan Marxis. Perhatian Wertheim ditujukan terutama kepada perkembangan Asia setelah Perang Dunia II, khususnya mengenai Indonesia dan negara-negara tetangganya. Semasa zaman penjajahan, Wertheim mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia. Akan tetapi, setelah Republik Indonesia diakui oleh dunia internasional, Wertheim menjadi sangat kritis terhadap struktur kekuasaan politik di Indonesia. Ia mulai mendukung rezim Sukarno di zaman Nasakom tatkala haluan kebijaksanaan Sukarno semakin dipengaruhi oleh Partai Komunis Indonesia. Setelah peristiwa Gestapu, Werttheim secara berkala melancarkan kritik pedas terhadap rezim Orde Baru di bawah pimpinan Soeharto.

  Sikap Wertheim memang selaras dengan garis politik yang umumnya ditempuh oleh golongan Neo Marxis dan gerakan kiri internasional yang dikenal sebagai “New Left”. Wertheim sependapat dengan Boeke dan Geertz bahwa dalam perimbangan di masyarakat pedesaan sama sekali tidak ada respons terhadap

  (Geertz) adalah revolusi radikal yang dapat membendung dan membalikkan arah kecenderungan yang sedang dialami dalam Dunia Ketiga. Revolusi radikal dalam pandangan Wertheim harus berlandaskan gerakan massa yang rapi secara organisatoris dengan dibekali oleh pendidikan yang intensif dan penyuluhan secara luas (Djojohadikusumo, 1994:90).

  c. Teori Kaldor Teori ini, terdapat dua kelompok masyarakat yang oleh Kaldor disebut sebagai kelompok kapitalis dan buruh. Setiap kelompok mempunyai propensity to save (s) yang berbeda : s p untuk kelompok kapitalis dan s w untuk kelompok buruh. Q = seluruh pendapatan nasional, P = menunjukkan keuntungan atau penghasilan dari kelompok kapitalis, dan W = upah atau penghasilan dari kelompok buruh. P/Q menunjukkan berapa bagian dari pendapatan masyarakat (pendapatan nasional) yang diterima oleh kelompok kapitalis, yang sering disebut dengan istilah profit share. Dalam model Kaldor pola distribusi pendapatan mempunyai konsekuensi terhadap laju pertumbuhan ekonomi, apabila s > s , maka semakin besar profit

  p w

share semakin tinggi pula laju pertumbuhan ekonomi. Ini berarti

  bahwa semakin tidak merata pola distribusi pendapatan, semakin pendapatan yang timpang, atau pertumbuhan GDP yang lambat tetapi distribusi pendapatan yang lebih merata. (Boediono,1988:76-79).

B. Distribusi Pendapatan di Indonesia

  Distribusi pendapatan mencerminkan merata tidaknya hasil pembangunan negara di kalangan penduduknya. Dalam proses pembangunan ekonomi, ketimpangan atau kesenjangan merupakan salah satu masalah yang dijumpai di hampir semua negara sedang berkembang, seperti Indonesia.

  Tabel II.1 Distribusi Pendapatan di Indonesia

  Pendapatan Pendapatan 40% Pendapatan 20% Koefisien

  Tahun 40% rumah rumah tangga rumah tangga Gini tangga miskin menengah kaya

  2002 20,92 36,89 42,19 0,329 2003 20,57 37,1 42,33 0,32 2004 20,8 37,13 42,07 0,32

  Sumber: BPS, 2005

  Dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2002, angka Koefisien Gini sebesar 0,329 menunjukkan terjadi ketimpangan pendapatan rendah.

  Sedangkan pada tahun 2003 turun menjadi sebesar 0,32. Dari angka Koefisien Gini sebesar 0,32 menunjukkan terjadi ketimpangan pendapatan mengalami perubahan, yaitu sebesar 0,32 ini menunjukkan terjadi ketimpangan pendapatan rendah .

  Ada sejumlah alat yang digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan distribusi pendapatan. Alat yang lazim digunakan adalah Koefisien Gini (Gini Ratio) dan cara perhitungan yang digunakan oleh Bank Dunia. Koefisien Gini biasanya diperlihatkan oleh Kurva Lorenz. Kurva Lorenz memperlihatkan hubungan kuantitatif antara prosentase penerimaan pendapatan penduduk dengan prosentase pendapatan yang benar-benar diperoleh selama kurun waktu tertentu biasanya satu tahun.

  Gambar II.1 Kurva Lorenz

  Dari gambar diatas, sumbu horisontal menggambarkan prosentase kumulatif penduduk, sedangkan sumbu vertikal menyatakan bagian dari total pendapatan titik pada garis diagonal merupakan tempat kedudukan prosentase penduduk yang sama dengan prosentase penerimaan pendapatan.

  Semakin jauh jarak garis kurva Lorenz dari garis diagonal, semakin tinggi tingkat ketidakmerataannya. Sebaliknya semakin dekat jarak kurva Lorenz dari garis diagonal, semakin tinggi tingkat pemerataan distribusi pendapatannya. Pada gambar di atas, besarnya ketimpangan digambarkan sebagai daerah yang diarsir. Distribusi pendapatan makin merata jika nilai Koefisien Gini mendekati nol (0). Sebaliknya, suatu distribusi pendapatan dikatakan makin tidak merata jika nilai Koefisien Gininya makin mendekati satu. Menurut Budiman, 1995:4, tingkat ketimpangan pendapatan digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu: < 0,4 = ketimpangan pendapatan rendah. 0,4 – 0,5 = ketimpangan pendapatan sedang. > 0,5 = ketimpangan pendapatan tinggi.

C. Kemiskinan

  Kemiskian dan ketimpangan dalam distribusi pendapatan merupakan dua masalah besar negara sedang berkembang, tidak terkecuali Indonesia.

  Karena kemiskinan dan ketimpangan distribusi pendapatan kalau dibiarkan berlarut-larut dan semakin parah akan menimbulkan konsekuensi politik dan

  Menurut Tambunan, 2001:71-72, ada dua macam ukuran kemiskinan yang umum digunakan, yaitu:

  1. Kemiskinan absolut, yaitu derajat kemiskinan dimana kebutuhan- kebutuhan minimum untuk bertahan hidup tidak dapat terpenuhi.

  2. Kemiskinan relatif, yaitu suatu ukuran mengenai kesenjangan di dalam distribusi pendapatan, biasanya dikaitkan dengan tingkat rata-rata dari distribusi tersebut.

  Pada awal Orde Baru (tahun 1966) rata-rata pendapatan masyarakat Indonesia hanya sekitar 50 dolar AS per tahun, dan lebih dari 80% dari populasi hidup di pedesaan dan sebagian besar dari jumlah ini bekerja di sektor pertanian, yang kebanyakan adalah petani kecil dan buruh tani. Pada tahun 1969 pemerintah mulai melaksanakan pembangunan dengan mencanangkan Repelita 1, dan sejak itu dengan kebijakan ekonomi terbuka, investasi dan bantuan keuangan dari luar negeri membanjiri Indonesia. Dalam beberapa tahun, inflasi yang sempat mencapai 500% lebih menjelang jatuhnya pemerintah Soekarno dapat ditekan hingga 1 digit dan pertumbuhan ekonomi meningkat, yang pada tahun 1980-an hingga 1997 sebelum krisis, Indonesia mengalami pertumbuhan rata-rata 7% (Tambunan, 2006:10).

  Tabel II.2 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase dari Populasi yang Hidup di bawah

  Garis Kemiskian di Indonesia: 1976-2005

  Tingkat miskin (%) Jumlah orang miskin (juta orang) Tahun Perkotaan Pedesaan National Perkotaan Pedesaan Nasional

1976 38,8 40,4 40,1 10,0 44,2 54,2

  

1978 30,8 33,4 33,3 8,3 38,9 47,2

1980 29,0 28,4 28,6 9,5 32,8 42,3

1981 28,1 26,5 26,9 9,3 31,3 40,6

1984 23,1 21,2 21,6 9,3 25,7 35,0

1987 20,1 16,1 17,4 9,7 20,3 30,0

1990 16,8 14,3 15,1 9,4 17,8 27,2

1993 13,4 13,8 13,7 8,7 17,2 25,9

1996 13,4 19,8 17,5 9,4 24,6 34,01

1998 21,9 25,7 24,2 17,6 31,9 49,5

1999 19,4 26,03 23,4 15,6 32,3 48,0

2000 14,6 22,4 19,1 12,3 26,4 38,7

2001 9,8 24,8 18,4 8,6 29,3 37,9

2002 14,5 21,1 18,2 13,3 25,1 38,4

2003 13,6 20,2 17,4 12,2 25,1 37,3

2004 12,1 20,1 16,7 11,4 24,8 36,1

2005 11,4 19,5 15,97 12,4 22,7 35,1

  Sumber: BPS, 2006

  Pertumbuhan yang tinggi dan berkelanjutan tersebut juga memberikan suatu kontribusi yang besar terhadap pengurangan kemiskinan selama Orde Baru. Seperti yang ditunjukkan oleh tabel 2, persentase kemiskinan menurun dari 40% ke sekitar 17,5% selama 1976-1996, dan penurunan terbesar terjadi selama periode 1970-an hingga 1980-an dengan 13 persentase poin, sedangkan selama periode 1981-1993 laju penurunannya hanya sekitar 16 persentase point. Pada saat krisis ekonomi 1997/1998, kemiskinan mengalami peningkatan yang substansial karena banyaknya pekerja yang di PHK akibat dan ini masih lebih tinggi dibandingkan angka terendah yang pernah dicapai pada masa Orde Baru (Tambunan, 2006:11).

D. Industri Kecil Dalam Perekonomian Indonesia

  Pada saat krisis melanda Indonesia pada tahun 1997-1998, industri kecil mampu bertahan dan terbukti menjadi salah satu pelaku ekonomi yang kuat dan ulet, karena industri kecil ternyata cukup berhasil menyesuaikan diri dengan lingkungan ekonomi yang berubah dengan cepat tersebut.

  Menurut kriteria UNIDO (United National for Industrial Development

  Organization ) negara-negara dikelompokkan sebagai berikut: (Arsyad, 2004:354-355).

  a. kelompok negara non-industri (non-industrial country) apabila sumbangan sektor industri PDB kurang dari 10 persen.

  b. kelompok negara dalam proses industrialisai (industrializing country) apabila sumbangan tersebut antara 10-20 persen.

  c. kelompok negara semi industri (semi industrialized country) jika sumbangan tersebut antara 20-30 persen.

  d. kelompok negara industri (industrial country) jika sumbangan tersebut lebih dari 30 persen.

  Sumbangan industri terhadap PDB di Indonesia sudah meningkat pada Pelita I Indonesia masih termasuk kategori negara non-industri dan pada Pelita VI telah masuk pada kategori negara semi industri (Arsyad, 2004:354).

  Pengelompokkan industri menurut jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan, menurut Biro Pusat Statistik (BPS), dibedakan menjadi empat, yaitu (Arsyad, 2004:366): 1. Perusahaan atau industri besar jika mempekerjakan 100 orang atau lebih.

  2. Perusahaan atau industri sedang jika mempekerjakan 20 sampai 99 orang.

  3. Perusahaan atau industri kecil jika mempekerjakan 3 sampai 19 orang.

  4. Industri kerajinan rumah tangga jika mempekerjakan kurang dari 3 orang (termasuk tenaga kerja yang tidak dibayar).

  Menurut Heijrahman Ranupandoyo, pengertian industri pedesaan adalah:

  1. Industri yang diusahakan terutama oleh rakyat pedesaan

  2. Menjadi sumber penghidupan baik bersifat sampingan maupun pokok di luar kegiatan pertanian.

  Industri kecil adalah industri berskala kecil dan industri rumah tangga yang diusahakan terutama untuk menambah pendapatan keluarga.

  Menurut Mubyarto, 1987:99, ciri-ciri industri kecil adalah:

  1. Menggunakan modal yang relatif kecil

  2. Bersifat padat karya

  5. Sebagian besar pekerjaannya sambilan untuk menambah pendapatan keluarga

  6. Tidak mempunyai ijin usaha

  7. Sebagian pekerjaannya dikerjakan oleh tangan 8. Tidak ada peraturan penggajian yang pasti.

  Sektor industri kecil mempunyai arti dan peranan yang penting dalam pembangunan umumnya dan pembangunan bidang ekonomi khususnya.

  Selain juga memberikan sumbangan nyata dalam penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat dan peningkatan pendapatan terutama masyarakat pedesaan.

  Menurut Mubyarto, 1987:99, peranan industri kecil adalah:

  1. Industri ini memberikan lapangan kerja pada penduduk pedesaan yang umumnya tidak bekerja secara penuh

  2. Industri memberikan tambahan pendapatan tidak saja bagi kepala keluarga atau pekerja, tetapi juga bagi anggota keluarga lainnya.

  3. Industri dalam beberapa hal mampu memproduksi barang-barang keperluan penduduk setempat dan daerah sekitarnya secara lebih efisien dan lebih murah dibanding industri besar.

E. Industri Kecil Dalam Perekonomian di Kabupaten Klaten

  Sektor industri merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan industri yang digunakan BPS dengan Dinas Perindustrian terdapat perbedaan. BPS mengelompokkan industri dari jumlah tenaga kerja menjadi industri besar, sedang, kecil dan rumah tangga. Sedangkan Dinas Perindustrian dari jumlah asset yang dimiliki menjadi industri besar/menengah dan industri kecil.

  Jumlah perusahaan industri dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan adanya peningkatan, tahun 2005 mengalami kenaikan sebesar 0,27%. Adapun jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor ini mengalami kenaikkan sebesar 0,04% bila dibandingkan dengan tahun 2004.

  Seiring dengan membaiknya perekonomian, nilai produksi dari sektor industri yang sempat turun selama tahun 1999 – 2001, mulai tahun 2004 mengalami peningkatan, tahun 2005 mengalami kenaikkan sebesar 17,82%. Total investasi (dengan fasilitas) yang ditanamkan sebesar Rp 1.615.836.500.000,00. Sedangkan untuk investasi yang ditanamkan (non- fasilitas) dengan nilai Rp 1.071.113.176.344,00 (BPS, 2005: 249).

  Gambar II.2 Nilai Produksi Sektor Industri (000 Rp) di Kabupaten Klaten tahun 2005

  A

  429.471.715

  A. ILMKA (Industri besar/sedang)

  11% B

  B. Industri hasil pertanian dan kehutanan

  D

  515.693.250 1.257.756.900 (industri besar/sedang)

  13%

  C. ILMKA (Industri kecil)

  32%

  D. Industri hasil pertanian dan kehutanan

  C

  (Industri kecil) 1.758.247.750 Dari gambar tersebut, dapat dijelaskan bahwa ILMKA (Industri besar/sedang) sebesar 11% dengan jumlah 429.471.715. Industri hasil pertanian dan kehutanan (industri besar/sedang) sebesar 13% dengan jumlah 515.693.250.

  ILMKA (Industri kecil) sebesar 44% dengan jumlah 1.758.247.750. dan Industri hasil pertanian dan kehutanan (Industri kecil) sebesar 32% dengan jumlah 1.257.756.900 (BPS, 2005).

F. Peneliti Terdahulu

  Dari penelitian Dinanti (1998) dalam judul Ketimpangan Lahan, Ketimpangan Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan, dengan tujuan penelitian untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara ketimpangan distribusi lahan, ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan di desa Demangrejo, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo.

  Penelitian ini bersifat studi kasus. Populasi penelitian mencakup seluruh kepala keluarga petani di desa Demangrejo yang berjumlah 298 KK. Besar sampel yang diambil sebanyak 45 KK dari populasi yang bertempat tinggal di tiga dusun yaitu dusun Demangan, Banaran, dan Kijan. Teknik pengambilan sampel memakai teknik multistage area stratified proporsional random sampling.

Dokumen yang terkait

Analisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi output industri kecil pengrajian Tasbih di desa Tutul kecamatan Balung Kabupaten Jember

0 9 57

Analisis faktor yang mempengaruhi pendapatan tenaga kerja wanita pada industri kecil kerajinan anyaman tikar di desa Curah Malang kecamatan Rambipuji kabupaten Jember

1 6 74

Analisis hubungan antara pelaksanaan audit management dengan efektivitas pelaksanaan anggaran pendapatan : studi kasus pada PDAM kota Bogor

0 8 68

Pengupahan karyawan dalam perfektif fiqih muamalah : studi kasus pada home industri konveksi di palu kalibata jakarta selatan

1 14 112

Analisis kinerja penyaluran kredit mikro sektor agribisnis dan dampaknya terhadap peningkatan pendapatan usaha: studi kasus Bank BJB cabang Bogor

0 11 97

Dampak kegiatan industri terhadap kegiatan Penduduk: studi kasus di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan

0 4 144

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak ayam broiler kemitraan PT unggas cemerlang dan mandiri ( studi kasus : Kabupaten Bangka Tengah) - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 32

Analisis pendapatan nelayan tradisional(studi kasus : Desa Tanjung Ketapang Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka Selatan) - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 21

Analisis curahan waktu kerja dan pendapatan rumah tangga wanita pengrajin atap nipah ( studi kasus : Desa Penyampak Kecamatan Tempilang Kabupaten Bangka Barat) - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 22

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten - UNS Institutional Repository

0 0 14