Analisis kinerja penyaluran kredit mikro sektor agribisnis dan dampaknya terhadap peningkatan pendapatan usaha: studi kasus Bank BJB cabang Bogor

(1)

ANALISIS KINERJA PENYALURAN KREDIT MIKRO

SEKTOR AGRIBISNIS DAN DAMPAKNYA

TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA

(Studi Kasus : Bank BJB Cabang Bogor)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian (SP)

Oleh

Tirto Agung Anugerah Wicaksono

NIM : 1110092000069

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1435 H/2014 M


(2)

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, September 2014


(4)

CU RRI CU LU M V IT A E Tirto Agung Anugerah Wicaksono

Place, Date of Birth : Jakarta, January 16, 1991

Address : Jl. Pinus Raya AG2/16, Reni Jaya Pamulang-Tangerang Selatan Religion : Islam

Phone Number : 085693130259

Email : tirtoagung16@gmail.com

GPA : 3.43 (Scale 4)

Formal Education

1997 – 2003 : Pamulang 1 Elementary School 2003 – 2006 : 1 Pamulang Junior High School 2006 – 2009 : 1 Cisauk Senior High Schoo

2010 – 2014 : Syarif Hidayatullah Islamic State University of Jakarta majoring in Agribusiness, S1 program


(5)

i RINGKASAN

TIRTO AGUNG ANUGERAH WICAKSONO, Kinerja Penyaluran Kredit Mikro Sektor Agribisnis dan Dampaknya Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Nasabah (Studi Kasus : Bank BJB Cabang Bogor). (Di Bawah bimbingan Dr. MUHANDIS NAHTADIWRYA, M.Si dan ACHMAD TJACHJA NUGRAHA SP. MP).

Pemberdayaan UMKM menjadi sangat strategis karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya. Kendala modal merupakan salah satu penghambat utama bagi UMKM untuk mengembangkan usahanya. Bantuan modal dalam bentuk kredit bagi pengusaha kecil diharapkan dapat memenuhi kebutuhan modal. Adanya penyaluran kredit mikro oleh Bank BJB Cabang Bogor menjadi salah satu solusi dari permasalahan permodalan untuk pengusaha kecil. Kredit mikro yang disalurkan harus bermanfaat untuk meningkatkan produtivitas usahanya, sehingga pendapatan pengusaha dapat meningkat.

Tujuan penelitian ini adalah : 1) Menganalisis kinerja penyaluran kredit mikro Bank BJB Cabang Bogor. 2) Menganalisis berapa besar pengaruh pemberian kredit mikro Bank BJB Cabang Bogor terhadap tingkat pendapatan usaha sektor agribisnis.

Penelitian dilakukan di Bank BJB Cabang Bogor yang berlokasi di Jalan Kapten Muslihat No. 11-13, Kota Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa Bank BJB Cabang Bogor salah satu cabang yang banyak memiliki debitur kredit mikro di sektor Agribisnis. Kegiatan pengambilan data penelitian ini dilakukan pada bulan april-Juni 2014.

Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan staff serta kuesioner bagi responden. Data sekunder didapatkan dari berbagai laporan keuangan bank serta buku-buku literatur. Responden adalah nasabah kredit mikro sektor agribisnis Bank BJB Cabang Bogor yang masih aktif hingga Juni 2014. Data yang diperoleh diolah secara kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan bantuan program komputer, yakni SPSS 21.0.

Penyaluran kredit mikro Bank BJB Cabang Bogor belum mencapai target menurut penilaian internal bank pada sub variabel NPL. Hal ini ditunjukkan dengan persentase NPL di atas persentase yang ditetapkan Bank Indonesia. NPL kredit mikro setiap tahun meningkat dengan laju perubahan per tahun -38,93%. Namun, dari segi penilaian realisasi kredit menunjukkan hal positif. Realisasi kredit telah mencapai target yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut penilaian nasabah, penyaluran kredit mikro sudah tergolong baik. Hal ini berdasarkan parameter-parameter seperti prosedur pinjaman, biaya provisi, realisasi kredit,


(6)

ii tingkat bunga, agunan, dan pelayanan petugas. Parameter yang nilainya paling besar adalah prosedur pinjaman sedangkan, nilainya paling kecil adalah tingkat bunga.

Pemberian pinjaman kredit telah mampu meningkatkan pendapatan usaha responden. Hal ini ditunjukkan pendapatan usaha responden meningkat sebesar 9,74%. Nilai uji statistik t-hitung juga menunjukkan secara nyata perubahan pendapatan usaha responden sebelum dan sesudah menerima kredit dengan nilai koefisian t = 4,414 dan P value = 0,000.


(7)

iii KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas seluruh rahmat dan karunia yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat berserta salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW yang telah menyampaikan ajaran islam sebagai penyejuk hati dan penyelamat umat manusia dari belenggu kebodohan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan moril dan materil yang diberikan oleh pihak-pihak yang telah mendukung tersesaikannya skripsi ini. Ucapan terima kasih diberikan kepada :

1. Ibu dan Ayah, orangtuaku tercinta selama ini tidak pernah berhenti memberikan kasih saying, do’a, serta segala upaya dalam memberikan dukungan kepada penulis.

2. Bapak Dr. Muhandis Nahtadiwirya, M.Si dan Bapak Achmad Tjahja Nugraha, SP, MP selaku dosen pembimbing yang selalu meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, masukan, dan solusi yang bermanfaat bagi penulis dalam proses pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi.

3. Bapak Dr. Edmon Daris, MS dan Drs. Acep Muhib, MM selaku dosen penguji yang telah bersedia memberikan kritik dan saran yang bermanfaat demi kesempurnaan penulisan skripsi.


(8)

iv 5. Bapak Drs. Acep Muhib, MM selaku Ketua Program Studi Agribisnis. 6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen pengajar pada Program Studi Agribisnis

yang telah memberikan banyak ilmu yang bermanfaat, dan nasehat yang berharga, serta pengalaman kuliah yang tidak terlupakan.

7. Bapak Agung selaku staf internal audit bank bjb Cabang Bogor yang telah memberikan izin penulis melaksanakan penelitian dan terbuka memberikan informasi yang dibutuhkan untuk pelaksanaan penulisan skripsi.

8. Stia Rahmawulan Permatasari yang selalu memberikan support dan berbagi pemikiran bersama penulis.

9. Teman-teman “Tagor Team” Ichsan, Hendrik, Fahmi, Andhika, Adit, Ilham, Alam, Adrian, Reza, Sofyanto, Riki Natanegara, dan Ricky Ade atas semangat, dan informasi selama penelitian hingga penulisan skripsi serta sebagai teman diskusi.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Ciputat, September 2014


(9)

v DAFTAR ISI

RINGKASAN ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Usaha Mikro Kecil Menengah ... 9

B. Pengertian Bank ... 10

C. Konsep Kinerja ... 11

D. Pengertian Kredit ... 12

E. Jenis-jenis Kredit ... 13

F. Penilaian Kredit... 16

G. Manfaat Kredit Bagi UMKM ... 21

H. Kerangka Pemikiran ... 22

I. Penelitian Terdahulu ... 25

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

B. Jenis dan Sumber Data ... 29

C. Metode Pengambilan Sampel ... 29

D. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 30

1. Analisis Kualitatif... 30

2. Analisis Kuantitatif ... 33

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Bank BJB ... 35

B. Struktur Organisasi Bank BJB Cabang Bogor ... 38

C. Produk Bank BJB Cabang Bogor... 38

D. Sistem Penyaluran Kredit mikro Bank BJB Cabang Bogor ... 40

1. Persyaratan Awal ... 41

2. Pendaftaran ... 42

3. Pemeriksaan Terhadap Usaha Nasabah ... 43

4. Pencairan Kredit ... 44


(10)

vi

6. Pelunasan Kredit ... 45

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden ... 47

1. Usia ... 47

2. Tingkat Pendidikan ... 47

3. Pendapatan Bersih ... 48

4. Lama Usaha... 49

5. Frekuensi Peminjaman Kredit ... 50

B. Kinerja Penyaluran Kredit Mikro Menurut Penilaian Bank ... 51

1. Target dan Realisasi Kredit ... 51

2. Non Performing Loan (NPL) ... 52

C. Kinerja Penyaluran Kredit Mikro Menurut Penilaian Nasabah ... 56

1. Prosedur Pinjaman ... 56

2. Realisasi Kredit ... 58

3. Biaya Provisi ... 59

4. Tingkat Bunga ... 60

5. Agunan ... 61

6. Pelayanan Petugas ... 63

D. Analisis Pendapatan Responden Sebelum dan Sesudah Menerima Kredit ... 65

1. Pendekatan Kualitatif ... 66

2. Pendekatan Kuantitatif... 67

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71


(11)

vii DAFTAR TABEL

1. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan Besar Per Sektor Ekonomi di Indonesia Tahun 2011

Atas Dasar Harga Berlaku ... 2

2. Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan Besar Menurut Sektor Ekonomi di Indonesia Tahun 2011 ... 3

3. Kredit Bank Campuran Berdasarkan Sektor ekonomi ... 4

4. Perkembangan Kredit Mikro Bank BJB... 6

5. Skor Penilaian Kinerja ... 32

6. Sebaran Responden Berdasarkan Karakteristik Usia ... 47

7. Sebaran Responden Berdasarkan Karakteristik Tingkat Pendidikan... 48

8. Sebaran Responden Berdasarkan Karakteristik Pendapatan Bersih ... 49

9. Sebaran Responden Berdasarkan Karakteristik Lama Usaha ... 49

10.Sebaran Responden Berdasarkan Karakteristik Frekuensi Pinjaman Kredit . 50 11.Target dan Realisasi Kredit Mikro Bank BJB Cabang Bogor ... 51

12.Perkembangan NPL Kredit Mikro Bank BJB Cabang Bogor ... 53

13.Penilaian Responden Berdasarkan Prosedur Pinjaman ... 57

14.Penilaian Responden Berdasarkan Realisasi Kredit ... 58

15.Penilaian Responden Berdasarkan Biaya Provisi ... 59

16.Penilaian Responden Berdasarkan Tingkat Bunga ... 61

17.Penilaian Responden Berdasarkan Agunan ... 62

18.Penilaian Responden Berdasarkan Pelayanan Petugas ... 63

19.Penilaian Penyaluran Kredit Mikro Sektor Agribisnis Menurut Responden Bank BJB Cabang Bogor Tahun 2014 ... 64

20.Perubahan Pendapatan Usaha Nasabah Kredit Mikro Bank BJB Cabang Bogor 2014 ... 66


(12)

viii DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 25 2. Struktur Organisasi Bank BJB Cabang Bogor ... 38 3. Sistem Penyaluran Kredit Mikro Nasabah Bank BJB Cabang Bogor ... 41


(13)

ix DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner ... 73

2. Daftar Pertanyaan Wawancara ... 76

3. Daftar Tingkat Pendapatan ... 77

4. Hasil Uji Validitas Menggunakan SPSS 21 ... 78

5. Hasil Uji Reliabilitas Menggunakan SPSS 21 ... 79

6. Hasil Uji Normalitas Menggunakan SPSS 21 ... 80


(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu sektor yang mempunyai peranan strategis bagi perekonomian Indonesia adalah sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Pemberdayaan UMKM menjadi sangat strategis karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya.

Di Indonesia, peran UMKM mampu memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional, khususnya dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional dan penyerapan tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat dari nilai PDB Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah pada tahun 2011 mencapai 4.303.571,5 miliyar lebih besar dari PDB skala usaha besar, sedangkan sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan yang memiliki nilai paling besar kedua dari keseluruhan nilai di skala Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yaitu sebesar 1.010.335,8 miliyar. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan usaha besar menurut sektor ekonomi di Indonesia tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 1.


(15)

2

Tabel 1. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan Besar Per Sektor Ekonomi di Indonesia Tahun 2011 Atas Dasar Harga Berlaku

No. Sektor Ekonomi

Skala Usaha UMKM

(Rp. Milyar)

Besar (Rp. Milyar) 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan

dan Perikanan

1.010.335,8 48.773,2 2. Pertambangan dan penggalian 128.475,0 707.997,7

3. Industri Pengolahan 786.297,3 1.412.848,8

4. Listrik, Gas dan Air 6.714,3 40.906,5

5. Bangunan 279.845,4 358.718,8

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.147.600,7 39.319,2 7. Pengangkutan dan komunikasi 220.278,6 254.879,2 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan

329.605,0 239.145,9

9. Jasa-jasa 394.419,5 20.2925,3

PDB 4.303.571,5 3.123.514,6

PDB Tanpa Migas 4.303.571,5 3.079.512,6

Sumber : Kementrian Koperasi dan UMKM, 2013

Selain kontribusi terhadap pembentukan PDB, usaha mikro kecil dan menengah juga mampu berperan dalam menyediakan lapangan kerja yang luas bagi masyarakat. Pada tahun 2011, UMKM mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 101.722.458 orang dari total penyerapan usaha mikro, kecil dan menengah, sedangkan usaha besar menyerap sebanyak 43.081.018 orang dari total penyerapan usaha besar (Kementrian Koperasi dan UMKM, 2013). Besarnya jumlah tenaga kerja yang diserap pada sektor usaha mikro, kecil, menengah dan besar merupakan salah satu kunci solusi dalam melakukan peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Jumlah penyerapan tenaga kerja Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dan usaha besar menurut sektor ekonomi di Indonesia tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 2.


(16)

3

Tabel 2. Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan Besar Menurut Sektor Ekonomi di Indonesia Tahun 2011

No. Sektor Ekonomi

Skala Usaha UMKM

(Orang)

Besar (Orang) 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan

Perikanan

43.081.018 592.243 2. Pertambangan dan penggalian 1.343.488 139.985

3. Industri Pengolahan 11.877.631 1.471.635

4. Listrik, Gas dan Air 169.324 118.449

5. Bangunan 5.379.986 184.852

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 22.108.306 139.985 7. Pengangkutan dan komunikasi 7.067.798 86.144 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan

1.913.270 111.270

9. Jasa-jasa 8.781.638 46.662

Jumlah 101.722.258 2.839.711

Sumber : Kementrian Koperasi dan UMKM, 2013

Salah satu kondisi yang menyebabkan sektor UMKM kurang berkembang adalah kurangnya penyediaan modal bagi para pelaku usaha untuk mengembangkan usahanya. Kendala modal merupakan salah satu penghambat utama bagi pengusaha untuk mengembangkan usahanya. Melihat dari sisi agribisnis, sebagian besar petani Indonesia masih sangat lemah dalam mengakses sumber-sumber permodalan formal.

Lemahnya kepemilikan modal disebabkan oleh kecilnya skala usaha sehingga tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan akumulasi modal. Setiap selesai panen, hasil penjualan digunakan untuk membayar pinjaman sarana produksi dan kebutuhan hidup sehari-hari. Oleh karena itu, dibutuhkan lembaga yang dapat membantu pengusaha agribisnis dalam penyediaan modal usahanya. Salah satu lembaga tersebut adalah bank. Sebagai lembaga yang berfungsi untuk menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut,


(17)

4

maka diharapkan bank dapat membantu pengusaha agribisnis terutama berskala kecil untuk meningkatkan produktivitas sektor agribisnis Indonesia melalui kredit yang diberikannya.

Bantuan modal dalam bentuk kredit ini tentunya diharapkan dapat dimanfaatkan sebaik mungkin untuk membantu petani dalam memenuhi kebutuhan permodalan dan meningkatkan produktivitas usaha mikro pertanian. Peningkatan produktivitas tersebut mencerminkan bahwa bantuan kredit yang diberikan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk tujuan produktif. Salah satu indikator peningkatan produktivitas ini adalah peningkatan pendapatan yang diterima petani. Peningkatan pendapatan ini dapat menjadi tolak ukur seberapa besar peranan dan kontribusi kredit terhadap pendapatan petani. Berdasarkan data Kredit Perbankan (Tabel 3), penyaluran kredit untuk pertanian mengalami peningkatan setiap tahunnya dalam selang 2011 – 2013.

Tabel 3. Kredit Bank Campuran Berdasarkan Sektor Ekonomi

No. Sektor Ekonomi 2011

(Milyar Rp)

2012 (Milyar Rp)

2013 (Milyar Rp) 1. Pertanian, Perburuan dan

Kehutanan

4.979 6.280 9.819

2. Perikanan 228 257 234

3. Industri Pengolahan 41.936 51.871 66.911

4. Perdagangan Besar dan Eceran 15.439 25.798 29.529 Sumber : Bank Indonesia, 2014

Kredit mikro sesuai dengan definisi Bank Indonesia, seperti tercantum dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) tahun 2012, merupakan kredit yang diberikan kepada pelaku usaha yang memenuhi kriteria usaha mikro. Hingga tahun lalu, Bank Indonesia mencatat jumlah pembiayaan perbankan kepada sektor mikro


(18)

5

baru sekitar 4,1% dari total kredit perbankan. Dengan demikian, masih terdapat peluang bagi bank untuk meningkatkan penyaluran kredit mikro.

Bank BJB sebagai salah satu lembaga perbankan milik Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten, salah satu tujuan didirikannya adalah untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi di daerah, termasuk dalam hal ini di wilayah Kota dan Kabupaten Bogor. Maka diharapkan keberadaannya dapat memberikan respon positif terhadap program-program pemerintah dalam memperhatikan usaha mikro.

Kredit mikro merupakan salah satu andalan Bank BJB dalam mengelola pertumbuhan kinerja. Pilihan tersebut terbukti telah membuat Bank BJB berhasil mencapai performa positif, dengan total kredit mikro yang telah disalurkan hingga akhir 2013 mencapai Rp. 5,35 triliun atau 8,25% dari total kredit yang disalurkan oleh Bank BJB (Bank BJB, 2014).

B. Perumusan Masalah

Persaingan dalam industri perbankan kini semakin ketat, terlebih didorong oleh perkembangan pengetahuan pelaku usaha mikro yang semakin pandai dalam memilih bank. Pelaku usaha mikro kini semakin selektif dalam memilih bank, yaitu bank yang dapat memberikan kinerja yang efektif dalam penyaluran kredit. Bank terbaik merupakan bank yang dapat memenuhi segala kebutuhan finansial nasabahnya, baik dari aspek produk, fitur, tingkat bunga, tingkat layanan maupun jaringan distribusinya.

Bank BJB Cabang Bogor memiliki peluang penyaluran kredit mikro yang besar terhadap sektor pertanian karena ruang lingkup Bank BJB Cabang Bogor


(19)

6

meliputi 40 kecamatan, yaitu Kecamatan Babakan Madang, Kecamatan Bojonggede, Kecamatan Caringin, Kecamatan Cariu, Kecamatan Ciampea, Kecamatan Ciawi, Kecamatan Cibinong, Kecamatan Cibungbulang, Kecamatan Cigombong, Kecamatan Cigudeg, Kecamatan Cijeruk, Kecamatan Cileungsi, Kecamatan Ciomas, Kecamatan Cisarua, Kecamatan Ciseeng, Kecamatan Citeurep, Kecamatan Dramaga, Kecamatan Gunung Putri, Kecamatan Gunung Sindur, Kecamatan Jasinga, Kecamatan Jonggol, Kecamatan Kemang, Kecamatan Kelapa Nunggal, Kecamatan Leuwiliang, Kecamatan Leuwisadeng, Kecamatan Megamendung, Kecamatan Nanggung, Kecamatan Pamijahan, Kecamatan Parung, Kecamatan Parung Panjang, Kecamatan Rancu Bungur, Kecamatan Rumpin, Kecamatan Sukajaya, Kecamatan Sukamakmur, Kecamatan

Sukaraja, Kecamatan Tajurhalang, Kecamatan Tamansari, Kecamatan

Tanjungsari, Kecamatan Tenjo, dan Kecamatan Tenjolaya. Tabel 4. Perkembangan Kredit Mikro Bank BJB

No. SKIM Kredit Desember 2012 Desember 2013 Juta Rp NPL Juta Rp NPL 1. Bandung 2.664.074 3,66% 3.361.895 12,19% 2. Jakarta 86.019 3,66% 90.060 4,44% 3. Serang 1.035.526 0,04% 1.093.145 12,71% 4. Cirebon 118.595 0,00% 161.032 3,92% 5. Tasik 159.196 3,35% 300.761 0,00% 6. Bogor 41.116 6,88% 54.597 15,71% 7. Bekasi 76.814 4,27% 70.720 10,31% Sumber : Bank BJB, 2014

Tabel 4 memperlihatkan bahwa kendala dihadapi Bank BJB Cabang bogor adalah jumlah nasabah yang menunggak meningkat setiap tahunnya. Hal ini menjadi masalah karena nilai NPL pada tahun 2013 mengalami peningkatan sangat signifikan sebesar 15,71% dari tahun sebelumnya hanya sebesar 6,88%.


(20)

7

Nilai NPL ini diakibatkan kredit macet sehingga dapat menyebabkan kinerja dinilai tidak baik. Selain itu, jumlah kredit mikro yang disalurkan mengalami penurunan sebesar -39,08%.

Sistem penyaluran kredit di Bank BJB Cabang Bogor meliputi mekanisme dan prosedur penyaluran kredit yang terdiri atas beberapa tahap mulai dari proses pemenuhan berkas persyaratan awal hingga pengembalian kredit kepada bank. Sistem penyaluran kredit mikro pada Bank BJB Cabang Bogor telah berjalan dengan baik. Namun, terdapat kendala dalam mekanisme penyaluran kredit yakni realisasi kredit yang memerlukan waktu lama bagi beberapa nasabah. Pihak nasabah sebagai pelaku usaha, kendala utama dalam mengajukan permohonan kredit kepada bank diantaranya, besarnya bunga yang dianggap terlalu tinggi, tidak adanya agunan, dan persyaratan dokumen.

Penyaluran kredit kepada para nasabah dimaksudkan untuk mengembangkan usaha petani, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan. Berdasarkan permasalahan diatas, penelitian ini merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kinerja penyaluran kredit mikro Bank BJB Cabang Bogor yang

telah dilaksanakan ?

2. Berapa besar pengaruh pemberian kredit mikro Bank BJB Cabang Bogor

terhadap tingkat pendapatan usaha sektor agribisnis ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :


(21)

8

2. Menganalisis berapa besar pengaruh pemberian kredit mikro Bank BJB

Cabang Bogor terhadap tingkat pendapatan usaha sektor agribisnis.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Bagi pihak bank, dapat memberikan manfaat sebagai gambaran tentang keadaan perkreditan bagi para pengambil keputusan untuk menetapkan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan kredit, khususnya dalam menyalurkan kredit lebih efektif bagi usaha mikro kecil dan menengah. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat berguna sebagai bahan referensi penelitian sejenis dan menambah pengetahuan di bidang perkreditan bagi para pembaca. Bagi penulis, semoga dapat memperkaya ilmu dan pengetahuan yang telah diperoleh di masa perkuliahan.


(22)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Usaha Mikro Kecil Menengah

Usaha mikro, kecil dan menengah merupakan usaha produktif milik keluarga

atau perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang dari usaha besar. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 kriteria usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) sebagai berikut :

1. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh

juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

2. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) sampai dengan Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah bangunan tempat usaha.

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) hingga Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).


(23)

10

3. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp. 10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah bangunan tempat usaha.

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) hingga Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

B. Pengertian Bank

Secara sederhana dalam Kasmir (2002) bank dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Sedangkan pengertian lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan di mana kegiatannya apakah hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana atau kedua-duanya.

Kemudian menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan ke masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut Kasmir (2002) dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana. Masyarakat kelebihan dana maksudnya adalah masyarakat yang memiliki dana disimpan di bank atau masyarakat yang memiliki dana dan akan digunakan untuk investasi di bank.


(24)

11

Dana yang disimpan di bank aman karena terhindar dari kehilangan atau kerusakan. Penyimpanan uang di bank di samping aman juga menghasilkan bunga dari uang yang disimpanya. Oleh bank dana simpanan masyarakat ini disalurkan kembali kepada masyarakat yang kekurangan dana. Bagi masyarakat yang kekurangan dana atau membutuhkan dana untuk membiayai suatu usaha atau kebutuhan rumah tangga dapat menggunakan pinjaman ke bank. Kepada masyarakat yang akan diberikan berbagai persyaratan yang harus dipenuhi. Masyarakat peminjam juga dikenakan bunga dan biaya administrasi yang besarnya tergantung masing-masing bank.

C. Konsep Kinerja

Pengertian kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dalam Nawawi (2006) adalah (a) sesuatu yang dicapai, (b) prestasi yang diperlihatkan, (c) kemampuan kerja. Menurut Lavasque dalam Nawawi (2006), kinerja adalah segala sesuatu yang dikerjakan seseorang dan hasilnya dalam melaksanakan fungsi suatu pekerjaan. Dari kedua pengertian tersebut dapat diartikan kinerja merupakan kemampuan kerja dan hasil atau prestasi yang dicapai dalam melaksanakan suatu pekerjaan.

Menurut Nawawi (2006) kinerja merupakan gabungan dari tiga faktor yang terdiri dari pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian. (a) Pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab dalam bekerja. Seperti jenis dan jenjang pendidikan serta pelatihan yang pernah diikuti di bidangnya. (b) Pengalaman, yang tidak sekedar jumlah waktu atau lamanya dalam bekerja, tetapi berkenaan juga dengan substansi yang dikerjakan


(25)

12

jika dilaksanakan dalam waktu yang cukup lama akan meningkatkan kemampuan dalam mengerjakan suatu bidang tertentu. (c) Kepribadian, berupa kondisi di dalam seseorang dalam menghadapi bidang kerjanya, seperti minat, bakat, kemampuan bekerjasama/keterbukaan, ketekunan, kejujuran, motivasi kerja, dan sikap terhadap pekerjaan.

Penilaian kinerja menurut Mulyadi (1997) adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang ditetapkansebelumnya. Organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia maka penilaian kinerja sesungguhnya

merupakan penilaian atas prilaku manusia dalam melaksanakan peran yang

mereka mainkan dalam organisasi.

D. Pengertian Kredit

Dalam bahasa latin kredit disebut “credere” yang artinya percaya. Maksudnya si pemberi kredit percaya kepada si penerima kredit, bahwa kredit yang disalurkannnya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit berarti menerima kepercayaan, sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar kembali pinjaman tersebut sesuai dengan jangka waktunya (Kasmir, 2002).

Definisi kredit menurut Raymond P. Kent dalam Suyatno (1995) adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu diminta, atau pada waktu yang akan datang, karena penyerahan barang-barang sekarang.


(26)

13

Kasmir (2002) menjelaskan pengertian kredit berdasarkan Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu dengan pemberian bunga. Sedangkan menurut Kasmir (2002) pengertian pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tersebut dengan imbalan atau bagi hasil.

E. Jenis-Jenis Kredit

Pemberian fasilitas kredit dikelompokan kedalam jenis yang masing-masingnya dilihat dari berbagai segi. Pembagian jenis ini ditujukan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu mengingat setiap jenis usaha memiliki berbagai karakteristik tertentu. Secara umum menurut Kasmir (2003) jenis-jenis kredit dilihat dari 5 segi, yaitu segi kegunaan, segi tujuan kredit, segi jangka waktu, segi jaminan, dan segi sektor usaha. Berikut penjabaran kelima segi tersebut.

1. Dilihat dari Segi Penggunaan

Ditinjau dari segi kegunaan terdapat dua jenis kredit, yaitu : a. Kredit investasi

Yaitu kredit biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru dimana masa pemakaiannya untuk suatu


(27)

14

periode yang relatif lebih lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan.

b. Kredit modal kerja

Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan peningkatan produksi dalam operasional. Kredit modal kerja merupakan kredit yang dicairkan untuk mendukung kredit investasi yang sudah ada.

2. Dilihat dari Segi Tujuan Kredit

Jenis kredit ditinjau dari tujuan adalah : a. Kredit Produktif

Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini digunakan untuk diusahakan sehingga menghasilkan suatu barang maupun jasa.

b. Kredit Konsumtif

Merupakan kredit yang digunakan untuk konsumsi atau dipakai secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha.

c. Kredit Perdagangan

Merupakan kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah tertentu.


(28)

15

3. Dilihat dari Segi Jangka Waktu

Artinya lamanya masa pemberian kredit dimulai dari pertama sekali diberikan sampai masa pelunasan, jenis kredit ini adalah :

a. Kredit jangka pendek

Yaitu kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.

b. Kredit jangka menengah

Jangka waktu kredit ini berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun. Kredit jenis ini dapat diberikan untuk modal kerja.

c. Kredit jangka panjang

Merupakan kredit yang masa pengembaliannya diatas 3 atau 5 tahun. Kredit ini biasanya digunakan untuk investasi jangka panjang.

4. Dilihat dari Segi Jaminan

Jenis kredit dilihat dari segi jaminan adalah :

a. Kredit dengan jaminan

Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu. Jaminan tersebut dapat berupa barang berwujud atau tidak berwujud. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan si calon debitur.

b. Kredit tanpa jaminan

Yaitu kredit diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter, serta loyalitas si calon debitur selama berhubungan dengan si pemilik kredit.


(29)

16

5. Dilihat dari Segi Sektor Usaha

Jenis kredit dilihat dari sektor usaha sebagai berikut :

a. Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor pertanian atau perkebunan rakyat.

b. Kredit peternakan, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor

peternakan.

c. Kredit industri, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor industri pengolahan baik industri kecil, menengah atau besar.

d. Kredit pertambangan, merupakan kredit yang dibiayai untuk usaha

pertambangan.

e. Kredit pendidikan, merupakan kredit yang dibiayai untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan.

f. Kredit profesi, diberikan kepada kalangan professional.

F. Penilaian Kredit

Penilaian kredit adalah suatu proses yang dimaksudkan untuk menganalisa atau menilai suatu permohonan kredit sehingga dapat memberikan keyakinan pada bank bahwa proyek yang akan dibiayai dengan kredit bank cukup layak (feasible). Adanya analisa yang mempertimbangkan berbagai faktor ini dimaksudkan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya default oleh calon debitur.

Kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan analisis prinsip


(30)

17

'6C', prinsip '6A' (Dendawijaya, 2001), dan prinsip '7P' (Kasmir, 2002). Prinsip '6C' meliputi:

1. Character (kepribadian), yaitu menyangkut sifat, kepribadian, dan citra calon debitur dalam masyarakat. Hal ini terkait dengan kemauan dan kesungguhan membayar angsuran kredit yang tentunya sangat berpengaruh terhadap integritas dalam memenuhi kewajiban pembayaran kredit dan pemanfaatan pemberian kredit dengan benar.

2. Capital (modal) merupakan kepemilikan terhadap modal dan kemampuan nasabah dalam membiayai perusahaannya. Perbandingan besarnya pembiayaan dari bank dengan modal sendiri dapat dilihat berdasarkan laporan keuangan perusahaan atau ditinjau langsung oleh petugas kredit. 3. Capacity (kemampuan) terkait dengan kesanggupan dan kemampuan calon

debitur untuk melunasi pokok pinjaman diserta dengan bunga dan syarat-syarat lain dalam perjanjian. Kemampuan ini diukur antara lain dari kondisi usaha, pendapatan/omzet usaha. Semakin likuid dan semakin tinggi tingkat profitabilitasnya maka kemampuan membayar kembali pinjaman dan kewajiban lain semakin besar.

4. Condition of economy (kondisi ekonomi), pertimbangan atas situasi ekonomi yang sedang terjadi dalam suatu wilayah atau negara yang berpengaruh terhadap usaha calon debitur dan pada akhirnya mempengaruhi keberhasilan pemanfaatan dan pengembalian kredit.

5. Collateral (agunan) yakni berupa ketersediaan jaminan yang sesuai dan seimbang dengan jumlah kredit yang diberikan sehingga pihak bank tidak


(31)

18

perlu merasa khawatir ketika terjadi kemacetan dalam pengembalian pinjaman karena agunan tersebut dapat menjadi pengganti pengembalian kredit.

6. Constrain (keterbatasan) merupakan faktor-faktor yang menjadi penghambat berupa faktor-faktor sosial psikologis dalam suatu wilayah tertentu yang menyebabkan suatu usaha tidak mungkin untuk dijalankan.

Prinsip ‘6A’ mencakup aspek-aspek yang perlu diperhatikan pihak bank terhadap nasabah yang mengajukan kredit yaitu :

1. Aspek yuridis bertujuan untuk mengkaji ketentuan-ketentuan legalitas

perusahaan calon penerima kredit.

2. Aspek pasar dan pemasaran mengkaji kemungkinan pangsa pasar yang dapat

diraih bagi produk/jasa perusahaan yang akan dibiayai oleh kredit serta meneliti tentang strategi pemasaran yang akan dilakukan pengusaha dalam menghadapi persaingan.

3. Aspek teknis bertujuan untuk menilai seberapa jauh kemampuan pengusaha

dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembangunan usaha serta seberapa besar kesiapan teknik dalam menjalankan operasi usahanya sebagai suatu entitas bisnis.

4. Aspek manajemen mengukur kemampuan dan kecakapan dalam mengelola

usaha atau manajemen perusahaan dalam menjalankan aktivitas usahanya.

5. Aspek keuangan bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam


(32)

19

6. Aspek sosial ekonomi merupakan suatu kajian terhadap nilai tambah yang dapat diterima pemerintah dan masyarakat dari sudut pandang sosial dan makro ekonomi seperti perluasan lapangan kerja dan pendapatan pajak pemerintah.

Sedangkan prinsip '7P' dalam kredit atau Seven P’s of Credit dalam penilaian kredit, antara lain:

1. Personality

Personality yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah. Penilaian ini dilakukan pada tenaga kerja dan pengelola serta orang-orang yang terlibat langsung dalam bisnis nasabah.

2. Party

Party yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya, sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.

3. Purpose

Purpose yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam. Apakah untuk modal kerja atau investasi, konsumtif atau produktif dan lain sebagainya. Purpose merupakan penilaian terhadap tujuan penggunaan kredit dan merupakan penilaian sasaran kredit.


(33)

20

4. Prospect

Prospect yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lainnya usahanya mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi akan tetapi juga nasabah. Prospect merupakan penilaian masa depan usaha, perkembangan usaha ke depannya. Penilaian ini dilakukan bagi bank antara risiko dengan pendapatan yang diperoleh.

5. Payment

Payment merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik, sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat

ditutupi oleh sektor lainnya. Payment merupakan kemampuan membayar

kembali kredit. Penilaian ini dilakukkan dengan menggunakan financial statement dengan memperhitungkan ketidakpastian di masa depan.

6. Profitability

Menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba.

Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya.


(34)

21

7. Protection

Protection merupakan kemungkinan gagal perlu jaminan sebagai benteng terakhir untuk berlindung. Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.

G. Manfaat Kredit Bagi UMKM

Dalam perekonomian modern, sektor perbankan telah dikenal sebagai lembaga keuangan sangat strategis yang mempunyai peran menentukan arah dan perkembangan perekonomian suatu wilayah atau daerah. Salah satu fungsi dan peran perbankan dalam pembangunan tersebut terhadap pengusaha kecil adalah turut membantu usaha dengan pemberian kredit.

Wijaya (2002) menjelaskan bahwa pengusaha kecil dan masyarakat kecil membutuhkan layanan kredit yang lain, yang tidak berorientasi kepada ada tidaknya agunan atau jaminan tetapi lebih menekankan pengembangan kewirausahaan masyarakat. Secara umum kredit yang diperlukan masyarakat adalah :

1. Kredit yang murah yaitu bunga dan biaya-biaya lainnya haruslah serendah-rendahnya.

2. Kemudahan untuk memperolehnya dengan prosedur yang sederhana dan

tidak berbelit-belit.

3. Ketepatan waktu dalam arti penerimaan pinjaman juga diperlukan karena kalau jumlah yang diberikan terlalu kecil tidak dapat memenuhi


(35)

22

kebutuhannya, sebaliknya apabila terlalu besar akan dipergunakan untuk tujuan lain.

H. Kerangka Pemikiran

Kredit disalurkan melalui berbagai macam lembaga pembiayaan, salah satunya adalah perbankan. Bank menyalurkan kredit dengan menjalankan fungsinya sebagai lembaga penyalur dana ke masyarakat. Penyaluran kredit diharapkan target tercapai agar dapat meningkatkan kesejahteraan, mengatasi keterbatasan modal usaha, mendukung kelancaran arus barang/jas sebagai sektor riil, dan meningkatkan produktivitas dalam masyarakat asalkan penyaluran kredit tersebut benar-benar dimanfaatkan untuk kegiatan produktif dan berguna.

Penyaluran kredit mikro diharapkan dapat berjalan sesuai target yang telah ditetapkan bank, maka itu perlu dikaji mengenai bagaimana kinerja penyaluran kredit mikro tersebut. Mekanisme penyaluran kredit terdiri dari syarat-syarat dan prosedur pemberian kredit. Dalam penyalurannya, pihak bank mengalami kendala. Oleh karena itu, penilaian terhadap kinerja penyaluran kredit diperlukan berdasarkan penilaian pihak bank dan pihak nasabah. Kriteria kinerja dari sisi manajemen bank dinilai berdasarkan aspek-aspek berikut (Anugrah, 2013) : a) Target dan realisasi kredit, yaitu jumlah permohonan yang diterima dan

direalisai oleh Bank BJB dan jumlah kredit yang telah disalurkan kepada usaha mikro. Semakin besar persentase realisasi kredit maka kinerja kredit dinilai baik.


(36)

23

b) Non Performing Loan (NPL), yaitu perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan dengan tingkat kolektibilitas yang merupakan kredit bermasalah dengan total kredit yang diberikan oleh bank.

c) Analisis pengaruh penyaluran kredit terhadap pendapatan usaha : Analisis mengenai seberapa besar kredit yang diberikan pihak bank mampu meningkatkan pendapatan usaha nasabah. Kredit mikro diberikan untuk mengembangkan usaha kecil dan peranannya dalam meningkatkan pendapatan usaha mereka.

Sedangkan, penilaian penyaluran kredit merupakan persepsi atau opini nasabah mengenai proses penyaluran kredit yang sudah berjalan di Bank BJB Cabang Bogor meliputi aspek-aspek berikut (Anugrah, 2013) :

a) Prosedur pinjaman, yaitu tahapan yang harus dilalui sejak proses

permohonan kredit hingga realisasi kredit kepada nasabah.

b) Realisasi kredit, yaitu cairnya kredit setelah melalui tahapan proses dengan melihat ketepatan pada setiap proses yang dilakukan.

c) Biaya provisi, yaitu biaya yang dikeluarkan selama proses permohonan kredit sampai direalisasikan.

d) Tingkat bunga, yaitu biaya yang dibebankan kepada nasabah sebagai bentuk

dukungan operasional kegiatan bagi bank.

e) Agunan, yaitu sumber pemberdayaan terakhir yang diharapkan oleh bank apabila pengembalian kredit bermasalah atau macet.

f) Pelayanan petugas, yaitu pelayanan yang diberikan bank kepada nasabah mulai dari proses permohonan hingga pengembalian kredit.


(37)

24

Kinerja penyaluran kredit turut mempengaruhi besarnya pendapatan yang diterima. Kinerja penyaluran kredit memberikan dampak pada jumlah pendapatan nasabah. Pendapatan yang diterima juga dipengaruhi oleh besaran input dan output yang dikeluarkan. Pada penelitian ini salah satu bank yang menjalankan fungsi sebagai media penyaluran kredit adalah Bank BJB Cabang Bogor.

Selanjutnya, setelah melakukan penilaian kinerja penyaluran kredit maka akan dilihat seberapa besar kredit yang diberikan pihak bank mampu meningkatkan pendapatan usaha nasabah. Kredit mikro diberikan untuk mengembangkan usaha kecil dan peranannya dalam meningkatkan pendapatan usaha mereka. Pengukuran pendapatan usaha dilihat dengan membandingkan pendapatan sebelum dan sesudah menerima kredit. Perbedaan antara tingkat pendapatan total usaha sebelum dan sesudah menerima kredit diukur dengan menggunakan uji statistik t-hitung untuk data berpasangan (Walpole, 1995).

Hasil dari analisis tersebut adalah untuk mengevaluasi kinerja kredit mikro serta dapat memberikan rekomendasi bagi pihak bank yang bersangkutan mengenai kinerja penyaluran kredit mikro itu sendiri. Bagan kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.


(38)

25

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

I. Penelitian Terdahulu

Penelitian Pardosi (1998) tentang efektivitas penyaluran kredit pembinaan peningkatan pendapatan petani dan nelayan kecil (P4K) dan analisis pendapatan petani pengguna kredit, menyimpulkan bahwa (1) penyaluran kredit cukup efektif berdasarkan kriteria penilaian yang digunakan (persyaratan awal, prosedur pinjaman, realisasi kredit, biaya administrasi, tingkat bunga, pelayanan, dan

Sistem Penyaluran Kredit Mikro Bank BJB Bogor

Penilaian internal bank : 1. Target dan realisasi

kredit

2. Non Performing

Loan (NPL)

Penilaian pada nasabah :

1. Prosedur pinjaman

2. Realisasi kredit

3. Biaya provisi

4. Tingkat bunga

5. Agunan

6. Pelayanan petugas

Kinerja Penyaluran Kredit Mikro

Pendapatan Usaha Mikro

Rekomendasi Mengenai Sistem Kredit Mikro


(39)

26

pembinaan kepada nasabah, jarak/lokasi pelayanan), (2) proyek P4K telah memberi dampak yang positif terhadap peningkatan pendapatan keluarga petani-nelayan kecil (PNK).

Novitasari (2006) meneliti mengenai Analisis Kinerja Kredit Umum Pedesaaan dan Dampaknya Terhadap Peningkatan Pendapatan Rumah tangga Kecil di BRI Unit Kreo. Dalam hasil penelitiannya, kinerja kredit bank dinilai bagus sedangkan untuk nasabah faktor agunan dan bunga masih dirasa cukup berat. Selain itu, tingkat perubahan pendapatan usaha responden Kupedes lebih besar bila dibandingkan dengan tingkat perubahan pendapatan usaha non Kupedes.

Sevia (2008) meneliti mengenai Kinerja Penyaluran Kredit Umum Pedesaan (KUPEDES) serta Dampaknya Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Nasabah di BRI Unit Citeureup. Dalam hasil penelitiannya, penyaluran Kupedes sudah tergolong efektif karena dari pihak nasabah mampu meningkatkan pendapatan usahanya setelah menerima pinjaman kredit. Sedangkan dari pihak bank, tujuannya telah tercapai dengan pencapaian target kredit dan realisasinya yang tercapai serta menurunya persentase tunggakan setiap tahunnya.

Anugrah (2013) meneliti mengenai Efektivitas Penyaluran Kredit UMKM Sektor Agribisnis Nasabah BRI Unit Ciampea Bogor. UMKM merupakan salah satu bidang bisnis yang memiliki potensi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional. Keterbatasan modal sebagai salah satu faktor yang menghambat perkembangan UMKM. Bank adalah lembaga keuangan yang dapat membantu masyarakat untuk mengatasi keterbatasan modal


(40)

27

dengan pinjaman dalam bentuk kredit. Tujuan dari penilitian ini adalah untuk menganalisis sistem, efektivitas, dan pengaruh kredit terhadap pendapatan UMKM. Observasi dan wawancara dilakukan dengan 45 responden sebagai nasabah sektor agribisnis BRI unit Ciampea dengan metode proporsional dan purposive sampling. Hasilnya adalah penyaluran kredit menurut pihak bank menunjukkan penilaian efektif berdasarkan adanya tren peningkatan dana kredit dan proporsi jumlah nasabah sektor agribisnis dari tahun 2010-2012 serta persentase tunggakan dan NPL masing-masing 2,16 dan 3,65 masih dalam kondisi keuangan yang ideal bagi bank. Selain itu, perubahan omzet dan pendapatan responden setelah menerima kredit meningkat masing-masing sebesar 27,51% dan 28,25% dari omzet dan pendapatan sebelumnya. Perubahan dalam jumlah pendapatan responden telah melampaui perkiraan perubahan omzet dan pendapatan setelah menerima kredit menurut pihak bank yaitu omzet dan pendapatan responden meningkat sebesar 20% setiap tahun.

Immanuel (2013) meneliti mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi KUR di Sektor Agribisnis di Unit Harjasari Bogor. Peran UMKM dalam perekonomian Indonesia selama ini menunjukkan posisi strategisnya dalam mendukung pertumbuhan nasional. Permodalan merupakan hambatan utama bagi UMKM. Salah satu program pemerintah bagi UMKM yang usaha

feasible namun belum bankable. Pemerintah meningkatkan plafon KUR Mikro dari lima juta menjadi 20 juta rupiah. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis mekanisme penyaluran KUR dan mendeskripsikan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi realisasi pinjaman KUR. Sampel dalam penelitian


(41)

28

ini adalah para debitur yang bergerak di sektor agribisnis yaitu 37 debitur. Analisis terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap realisasi KUR dengan menggunakan model analisis Regresi Linear Berganda, sehingga dapat diketahui variabel-variabel independent yang berpengaruh secara nyata terhadap realisasi kredit sebagai variabel dependent. Variabel independent yaitu agunan, umur responden, tingkat pendidikan, pengalaman usaha, pendapatan bersih responden, dan frekuensi pinjaman. Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda, faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap realisasi KUR di BRI Unit Harjasari meliputi Frekuensi pinjaman kredit dan pendapatan bersih perbulan.


(42)

29

BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Bank BJB Cabang Bogor yang beralamatkan di Jalan Kapten Muslihat No.11-13, Kota Bogor. Kegiatan pengambilan data penelitian ini dilakukan pada bulan April-Juni 2014.

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan kesediaan pihak perusahaan memberikan izin untuk melakukan penelitian di perusahaannya. Lokasi Bank BJB Cabang Bogor sengaja dipilih sebagai lokasi penelitian dikarenakan salah satu cabang yang banyak memiliki debitur kredit mikro di sektor Agribisnis.

B. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan staff dan bagian kredit di kantor yang bersangkutan serta kuesioner bagi responden dari nasabah kredit mikro. Data sekunder didapatkan dari berbagai laporan keuangan bank yang bersangkutan serta buku-buku panduan yang berkaitan dengan kegiatan penelitian.

C. Metode Pengambilan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009). Sampel


(43)

30

adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009).

Teknik yang digunakan dalam penentuan sampel atau responden adalah

Purposive Sampling, dimana teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2009). Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500 (Sugiyono, 2009).

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah nasabah penerima kredit mikro Bank BJB Cabang Bogor sektor agribisnis yang masih aktif berjumlah 87 orang. Berdasarkan hal tersebut ditentukan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebesar 35 orang dengan pertimbangan yang mendapatkan jumlah plafond sama dan usaha di sektor perikanan.

D. Metode Pengolahan dan Analisis Data 1. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif dilakukan dengan menggunakan statistika deskriptif yaitu suatu metode yang berkaitan dengan pengumpulan data pengujian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna. Informasi yang diperoleh berdasarkan jumlah responden untuk kemudian disajikan baik dalam bentuk tabel sederhana ataupun dalam tabel distribusi frekuensi bagi data yang disajikan dalam beberapa kelompok. Melalui analisis deskriptif, informasi dikelompokkan berdasarkan kesamaan jawaban. Informasi yang diperoleh dipresentasekan berdasarkan jumlah responden untuk kemudian disajikan dalam bentuk tabel. Penyusunan tabel, diagram, grafik, dan


(44)

besar-31

besaran lain di suatu media, termasuk ke dalam statistika deskriptif (Walpole, 1995).

Penentuan tercapai atau tidaknya target penyaluran kredit mikro penilaian nasabah menggunakan pengukuran skala likert dengan menghadapkan responden pada sebuah pernyataan, kemudian responden diminta untuk memberi tanggapan yang terdiri dari tiga tingkatan dengan pemberian skor. Skor tertinggi diberikan untuk jawaban yang paling mendukung dan skor terendah diberikan untuk jawaban yang kurang mendukung. Penentuan jenjang tiga (1,2,3) digunakan dengan mempertimbangkan bahwa kelompok responden adalah masyarakat dengan tingkat pendidikan yang masih relatif rendah, sehingga kurang mampu membedakan jawaban secara lebih tajam (Pardosi, 1998).

Penilaian tanggapan responden terhadap penyaluran kredit akan dibagi menjadi kategori yang menentukan baik atau buruknya kinerja. Berdasarkan skor yang diperoleh dari tanggapan responden kemudian ditentukan rentang skala atau selang untuk menentukan tercapainya target penyaluran kredit mikro. Skala atau selang diperoleh dari selisih total skor tertinggi yang mungkin dengan total skor minimal yang mungkin dibagi jumlah kategori jawaban (Umar, 2005).

Selang yang didapat maka dapat ditentukan skor penilaian penyaluran kredit mikro yaitu dengan membagi tiga diantara total minimal yang mungkin sampai total maksimal yang mungkin didapat dan dibagi menjadi tiga selang penilaian. Selang terendah menyatakan bahwa kinerja penyaluran kredit


(45)

32

buruk, sedangkan selang tertinggi menyatakan bahwa kinerja penyaluran kredit baik.

Ada tiga kategori penilaian tanggapan responden terhadap penyaluran kredit yaitu kinerja baik, kinerja cukup, dan kinerja buruk. Nilai skor adalah antara 210 – 630 (angka berdasarkan pengalian skor terendah dan tertinggi dengan jumlah parameter dan responden yang ada). Angka skor terendah 210 diperoleh dari hasil kali antara jumlah sampel responden sebesar 35 orang dengan jumlah parameter yang ada yaitu enam. Sedangkan, angka 630 diperoleh dari hasil penjumlahan skor maksimum dari setiap parameter (skor maksimum 3 dikali skor terendah). Selang untuk setiap tingkat penilaian adalah 139 yang diperoleh dari hasil pengurangan skor tertinggi dan skor terendah, lalu dibagi dengan banyaknya kategori penilaian. Kemudian hasil tersebut akan dikurangi dengan nilai satu sebagai selisih dari masing-masing kategori penilaian.

Setelah nilai selang ditentukan, maka selanjutnya dapat ditentukan selang skala untuk setiap kategori penilaian penyaluran kredit. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Skor Penilaian Kinerja

Kategori Penilaian Total Skor

Kinerja Buruk Kinerja Cukup Kinerja Baik

210-349 350-489 490-630

Berdasarkan Tabel 5, bila total skor berada diantara 210-349, maka penyaluran kredit mikro dinilai buruk yang mengindikasikan bahwa apa yang menjadi harapan responden tidak sesuai dengan tujuan pihak bank, dalam hal


(46)

33

ini penyaluran kredit mikro. Nilai total skornya 350-489, penyaluran kredit mikro sudah dinilai cukup berarti tujuan pihak bank dan responden menilai masih ada harapan yang kurang tercapai, hal ini dapat dilihat dari skor bernilai paling kecil dalam kategori ini. Sedangkan, total skor 490-620 menunjukkan penyaluran kredit mikro dinilai baik. Hal ini berarti harapan responden sejalan dengan tujuan dari pihak bank agar penyaluran kredit mikro sudah baik sehingga bermanfaat bagi responden.

2. Analisis Kuantitatif

Analisis penyaluran kredit pada Bank BJB Cabang Bogor terhadap pendapatan usaha mikro dilakukan pengujian statistik sederhana. Analisis penyaluran kredit menggunakan uji statistik yaitu uji t-berpasangan (t-paired test) dengan langkah-langkah dalam uji statistik sebagai berikut (Sugiyono, 2009) :

1) Menentukan Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis dalam penelitian adalah penyaluran kredit mikro berpengaruh terhadap pendapatan nasabah Bank BJB Cabang Bogor. Kriteria pengaruh penyaluran kredit terhadap pendapatan nasabah Bank BJB Cabang Bogor, yaitu perubahan pendapatan usaha responden nasabah Bank BJB Cabang Bogor memiliki perbedaan nyata sebelum dan sesudah menerima kredit. Hipotesis dinyatakan sebagai berikut :


(47)

34

Ho: rata pendapatan usaha sebelum mendapatkan kredit = rata-rata pendapatan usaha setelah mendapatkan kredit

H1 : rata-rata pendapatan usaha sebelum mendapatkan kredit ≠ rata

-rata pendpatan usaha sesudah mendapatkan kredit 2) Menentukan uji-t statistik untuk data berpasangan

Uji-t berpasangan (Paired t-test) digunakan untuk membandingkan selisih dua mean dari dua sampel yang berpasangan dengan asumsi data berdistribusi normal. Penelitian ini mengukur mean besar pendapatan dan selisih pendapatan antara kondisi sebelum menerima kredit dengan setelah menerima kredit.

3) Kriteria Uji berguna untuk memeriksa pernyataan hipotesis serta

memberikan kebenaran yang sesungguhnya dari pernyataan hipotesis tersebut. Kriteria uji meliputi :

Ho ditolak apabila t-hitung > t-tabel, db = n-1 atau p-value < α Ho diterima apabila t-hitung < t-tabel, db = n-1 atau p-value > α Analisis data dilakukan dengan bantuan software komputer yang sesuai dengan kebutuhan dalam melakukan analisis data, sehingga dapat diperoleh hasil analisis yang akurat dan memudahkan dalam interpretasi

secara deskriptif. Penggunaan α = 0,05 karena tingkat kepercayaan pada

peneliti pada penelitian ini cukup besar dan jumlah responden yang diambil tidak banyak.


(48)

35

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Bank BJB

PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk. yang dikenal dengan nama bank bjb, adalah bank umum yang sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Jawa Barat, Pemerintah Provinsi Banten, pemerintah kota/kabupaten se-Jawa Barat dan Banten, dan publik.

Awal berdirinya bank bjb bermula dari NV DENIS (De Erste Nederlansche Indische Shareholding), yang berkedudukan di Bandung dan bergerak di bidang hipotek. Perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan milik Belanda yang dinasionalisasi berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia (RI) Nomor 33 Tahun 1960 tentang Penentuan Perusahaan di Indonesia Milik Belanda yang dinasionalisasi.

Tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Barat mendirikan “PT Bank Karja Pembangunan Daerah Jawa Barat” dengan modal dasar dari kas daerah sebesar Rp. 2.500.000, berdasarkan Akta Pendirian No.125 tanggal 19 November 1960 juncto, Akta Perubahan No.125 tanggal tanggal 21 maret 1961 dan Akta Perubahan No. 84 tanggal 13 Mei 1961, keduanya dibuat di hadapan Noezar, Notaris di Bandung, serta dikukuhkan dengan Surat Keputusan (SK) Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 7/GKDH/BPD/61 tertanggal 20 Mei 1961 tentang Pembentukan Perusahaan Daerah PT Bank Karja Pembangunan Daerah Djawa Barat.


(49)

36

Dalam rangka penyesuaian dengan ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia No.13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah, bentuk hukum Perseroan diubah dari Perseroan Terbatas Bank Karja Pembangunan Daerah Djawa Barat menjadi Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No.11/PD-DPRD/1972 tanggal 27 Juni 1972 tentang Penyempurnaan Kedudukan Hukum Bank Karja Pembangunan Daerah Djawa-Barat. Nama PD Bank Karja Pembangunan Daerah Jawa Barat selanjutnya diubah menjadi BPD Jabar sesuai Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 1/DP-040/PD/1978 Tanggal 27 Juni 1978. Pada tahun 1992 sesuai dengan Surat Keputusan Bank Indonesia No.25/84/KEP/DIR tanggal 2 November 1992 status BPD Jabar meningkat menjadi bank umum devisa. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 1995, BPD Jabar memiliki sebutan Bank Jabar dengan logo baru.

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat No.22 Tahun 1998 tanggal 14 Desember 1998 tentang Perubahan Bentuk Hukum Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dari Perusahaan Daerah menjadi Perseroan Terbatas (PT). Bentuk hukum Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat berubah yang semula Perusahaan Daerah menjadi Perseroan Terbatas. Perda tersebut dituangkan lebih lanjut pada Akta Pendirian Nomor 4 Tanggal 8 April 1999

juncto dan Akta Perbaikan Nomor 8 Tanggal 15 April 1999, keduanya dibuat di hadapan Popy Kuntari Sutresna, S.H., Notaris di Bandung yang telah memperoleh pengesahan Menteri Kehakiman RI berdasarkan Surat Keputusan No.C2-7103.HT.01.01.TH.99 tanggal 16 April 1999, didaftarkan dalam Daftar


(50)

37

Perusahaan di Kantor Pendaftaran Perusahaan Kabupaten/Kota Madya Bandung di bawah No.871/BH.10.11/IV/99 tanggal 24 April 1999, serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No.39 tanggal 14 Mei 1999, Tambahan No.2811, bentuk hukum Bank Jabar diubah dari Perusahaan Daerah (PD) menjadi Perseroan Terbatas (PT).

Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tanggal 16 April 2001 menyetujui peningkatan modal dasar Bank Jabar menjadi Rp 1 triliun. Selanjutnya, berdasarkan hasil keputusan RUPS yang diselenggarakan pada tanggal 14 April 2004 berdasarkan Akta Nomor 10 Tanggal 14 April 2004, modal dasar Bank Jabar dinaikkan dari Rp 1 triliun menjadi Rp 2 triliun. Melihat perkembangan prospek usaha yang terus membaik, hasil RUPS tanggal 5 April 2006 menetapkan kenaikan modal dasar Bank Jabar dari Rp 2 triliun menjadi Rp 4 triliun.

Pada bulan November 2007, sebagai tindak lanjut SK Gubernur BI Nomor 9/63/kep.gbi/2007 tentang Perubahan Izin Usaha Atas Nama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Menjadi Izin Usaha Atas Nama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, dilaksanakan penggantian call name dari “Bank Jabar” menjadi “Bank Jabar Banten”.

Seiring dengan perkembangan jaringan kantor yang lebih luas maka berdasarkan Hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Bank Pembangunan Jawa Barat dan Banten Nomor 26 tanggal 21 April 2010 dan sesuai Surat Bank Indonesia No. 12/78/APBU/Bd tanggal 30 Juni 2010 perihal Rencana Perubahan Logo, serta Surat Keputusan Nomor


(51)

1337/SK/DI(R-38

PPN/2010 tanggal 5 Juli 2010, maka pada tanggal 8 Agustus 2010 nama “Bank Jabar Banten” resmi berubah menjadi “bank bjb”.

B. Struktur Organisasi Bank BJB Cabang Bogor

Organisasi merupakan alat manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebagai alat bantu manajemen. Tentunya struktur organisasi harus sesuai dengan ruang lingkup kegiatannya. Struktur organisasi harus dibuat secara sederhana dan efektif agar dapat bekerja secara efisien.

Struktur organisasi Bank BJB Cabang Bogor sama seperti struktur organisasi lain yaitu menggunakan garis yang menerangkan kedudukan paling tinggi hingga paling rendah jabatannya dan struktur organisai pada Bank BJB juga merupakan suatu kesatuan yang saling berkaitan dan saling berinteraksi. Struktur Organisasi Bank BJB Cabang Bogor dapat dilihat pada Gambar 2.

C. Produk Bank BJB Cabang Bogor

Produk dan layanan yang ditawarkan oleh Bank BJB Cabang Bogor saat ini terdiri dari consumer banking, micro & small business, commercial banking, treasury, dan international banking.

Cabang

M anager Komersial

M anager Konsumer

M anager Operasional

Cabang Pembant u

Kont rol Int ernal

Cabang Supervisi Kredit

Gambar 2. Struktur Organisai Bank BJB Cabang Bogor

Divisi Audit Int ernal


(52)

39

1. Consumer Banking

Consumer banking meliputi Bancassurance, bjb Deposito, bjb Deposito Suka-suka, bjb Giro Perorangan, bjb Kredit Guna Bhakti, bjb KPR, Reksa Dana, Simpeda, Tabunganku, bjb Tandamata, bjb Tandamata Berjangka, bjb Tandamata Bisnis, bjb Tandamata Gold, dan bjb Tandamata Purnabakti. 2. Micro & Small Business

Micro & Small Business meliputi bjb Kredit BPR, bjb Kredit Kopkar, bjb KKPE, bjb Kredit Mikro Utama, bjb Kridamas, bjb KUR, bjb SSRG, Kredit Cinta Rakyat Jawa Barat.

3. Commercial Banking

Commercial Banking meliputi bjb Deposito Korporasi, bjb Garansi Bank, bjb Giro Korporasi, bjb Kredit Investasi Umum, bjb Kredit Modal Kerja, bjb Kredit Sindikasi, Pemberian Kredit Kepada Perusahaan Pembiayaan, dan bjb Pinjaman Daerah.

4. Treasury

Treasury meliputi Capital Market Product, bjb Money Changer, Dana

Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK), Dealing Room, Foreign Exchange

Trading, Hedging Instrument, Money Market Account, ORI 010.

5. International Banking

International Banking meliputi bjb Deposito Valas, bjb Giro Valas, bjb


(53)

40

6. Layanan

Layanan meliputi bjb Precious, bjb Call 14049, Inkaso, bjb Kas Mobil Keliling, Kiriman Uang, Layanan Western Union bank bjb, Safe Deposit Box,

Weekend Banking, Hospital Guarantee, Modul Penerimaan Negara, Jasa Kustodian bank bjb, dan e-banking.

D. Sistem Penyaluran Kredit Mikro Bank BJB Cabang Bogor

Bank BJB Bogor menyediakan empat jenis kredit usaha mikro bagi nasabahnya yaitu Kredit Mikro Utama, Kredit Cinta Rakyat Jawa Barat, Kredit Usaha Rakyat, dan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi. Keempat jenis kredit ini memiliki perbedaan karakteristik diantaranya frekuensi penggunaan kredit, besar agunan, suku bunga, dan jumlah plafon. Bank BJB Cabang Bogor dalam menyalurkan kredit usaha mikro tidak terlepas dari syarat-syarat maupun prosedur yang harus dipenuhi oleh debitur. Kredit usaha mikro tidak langsung diberikan oleh pihak Bank BJB Cabang Bogor sebelum mengenal karakteristik calon debitur dengan baik.

Prosedur penyaluran kredit usaha mikro melewati beberapa tahap. Tahap awal dimulai dari sosialisasi mengenai adanya kredit yang disalurkan kepada masyarakat dengan memberikan brosur dan tabel angsuran. Selanjutnya, pengajuan atau pemberian kredit diawali dengan mengisi formulir yang tersedia di Bank BJB Cabang Bogor. Pihak bank akan menilai atas pengajuan kredit yang dilakukan pelaku usaha. Kepala Cabang Pembantu meneliti data kredit yang telah dikumpulkan dan mengambil keputusan. Jumlah plafon yang dapat diberikan Bank BJB Cabang Bogor, diantaranya plafon Kredit Mikro Utama sebesar Rp


(54)

41

500.000.000, plafon Kredit Cinta Rakyat Jawa Barat sebesar Rp 20.000.000, plafon KUR sebesar Rp 20.000.000, dan plafon KKPE sebesar Rp 50.000.000 untuk individu dan Rp 500.000.000 untuk kelompok tani/koperasi. Semua prosedur penyaluran kredit tidak lepas dari prinsip 6C (Character, Capital, Capacity, Collateral, Constraint, dan Condition of Economy). Proses pencairan kredit di Bank BJB Cabang Bogor memerlukan waktu kurang lebih satu minggu dari pengajuan kredit. Sistem penyaluran kredit usaha mikro yang dilakukan oleh Bank BJB Cabang Bogor (Gambar 3).

Gambar 3. Sistem Penyaluran Kredit Mikro Nasabah Bank BJB Cabang Bogor

1. Persyaratan Awal

Prosedur awal dalm pengajuan kredit harus dilakukan di kantor Bank BJB

Cabang Bogor pada jam kerja dan petugas yang melayani Customer Service.

Calon nasabah harus membawa kelengkapan identitas dari untuk permohonan pinjaman atau kredit, yaitu :

a. Form Permohonan Kredit

b. Fotokopi KTP Pemohon (suami/istri), Kartu Keluarga dan Surat Nikah

c. Pas foto pemohon ukuran 3 x 4 sebanyak 1 lembar

Persyaratan Awal Pendaftaran Pemeriksaan Usaha

Pencairan Kredit Pembinaan dan

Pengawasan Pelunasan Kredit


(55)

42

d. Fotokopi Rekening Koran/Tabungan/Giro/Deposito

e. Fotokopi Rekening Listrik, Telepon, PDAM

f. Surat Keterangan Usaha

g. Fotokopi Bukti Kepemilikan Jaminan (KUR dan KKPE tidak diwajibkan

menggunakan agunan akan tetapi tidak menutup kemungkinan pihak bank meminta jaminan atau agunan ringan)

h. Fotokopi PBB Tahun Terakhir

Calon nasabah dapat memilih jumlah serta jangka waktu pengembalian kredit usaha mikro sesuai dengan kemampuannya berdasarkan ketentuan kredit yang berlaku. Jangka waktu angsuran yang dapat dipilih calon debitur antara 3-5 tahun. Customer service akan menjelaskan beberapa produk kredit yang ada di Bank BJB Cabang Bogor dan memberikan pilihan sesuai dengan kemampuan usahanya.

2. Pendaftaran

Customer Service akan memeriksa kelengkapan berkas. Setelah seluruh kelengkapan berkas dipenuhi, maka dilakukan proses pendaftaran. Customer service juga menanyakan kepada nasabah apakah pernah atau tidak melakukan pinjaman ditempat lain dan memastikan kegiatan yang pernah dilakukan calon peminjam di tempat lain tidak mengalami keterlambatan dalam membayar. Dalam hal ini, pihak bank bjb Cabang Bogor bekerjasama

dengan Bank Indonesia melalui BI-Checking.

Seluruh berkas diberikan kepada Kepala Cabang Pembantu untuk diproses lebih lanjut. Kepala Cabang Pembantu akan memeriksa kelengkapan


(56)

43

persyaratan yang diperlukan dan berkas pengajuan pinjaman dari customer service.

3. Pemeriksaan Terhadap Usaha Nasabah

Pemeriksaan terhadap aspek-aspek usaha calon nasabah sangat dibutuhkan untuk mengurangi risiko terjadinya tunggakan. Pemeriksaan dilakukan staff bank dengan cara datang langsung ke lokasi usaha maupun ke rumah calon nasabah. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk melakukan penilaian usaha dan mengetahui aktivitas nasabah setiap harinya. Selain itu, staff bank penilaian dapat melalui wawancara langsung dengan tetangga atau relasi. Pemeriksaan tersebut menggunakan prinsip 6C. Oleh karena itu, staff bank harus dapat mengamati dan memeriksa secara tepat guna mendapatkan data yang akurat sehingga tidak terjadi kesalahan dalam menganalisis usaha calon nasabah. Adapun kriteria yang dilakukan dalam penilaian tersebut adalah :

a. Menilai usaha yang dijalankan sesuai dengan surat keterangan usaha yang

sudah dilengkapi

b. Memastikan alamat nasabah sesuai dengan alamat pada KTP

c. Meninjau usaha yang dijalankan calon nasabah memiliki prospek yang baik

d. Memastikan kebenaran agunan yang dijaminkan di bank

Pemeriksaan terhadap usaha calon nasabah dapat dilihat dari aspek pemasaran, aspek keuangan, aspek manajemen, dan aspek sosial ekonomi. Aspek pemasaran dianalisis prospek usaha dan laba untuk menjamin bahwa usaha tersebut akan terus berkembang. Aspek ini meliputi keadaan pasar, baik


(57)

44

permintaan maupun penawaran terhadap usaha yang akan dijalankan calon nasabah.

Penilaian terhadap aspek keuangan dilakukan dengan cara melihat data keuangan calon nasabah dari kegiatan usaha yang sudah dijalankan atau apabila usaha baru dapat dilihat dari bussines plan calon nasabah. Data tersebut menunjukkan perkiraan sejauh mana keuntungan dari usaha yang dijalankan dimasa akan datang. Selain itu, untuk mengetahui seberapa besar keadaan usaha dan menjadi pertimbangan jumlah pinjaman yang dikeluarkan bank.

Aspek manajemen dapat mencerminkan hubungan antara kemampuan, pengalaman, kejujuran, cara mengelola usaha, serta hubungan antara pemilik dengan karyawannya. Aspek sosial ekonomi dapat dilihat dari peran usaha calon nasabah tersebut terhadap lingkungan masyarakat disekitarnya. Misalkan adalah kasus flu burung, dimana secara tidak langsung berpengaruh terhadap usaha peternakan ayam maupun unggas lainnya, dimana masyarakat sekitar cenderung tidak menerima apabila di sekitar lingkungannya berdiri usaha peternakan tersebut.

4. Pencairan Kredit

Pencairan kredit akan dilakukan pihak bank setelah nasabah memenuhi berbagai persyaratan yang ditentukan dalam perjanjian kredit dan ditandatangani oleh kedua belah pihak yang disahkan notaries. Pencairan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu langsung dikirim ke


(58)

45

rekening nasabah ataupun ke rekening perusahaan yang menjadi rekan nasabah.

5. Pembinaan dan Pengawasan Nasabah

Kelancaran dalam pembayaran pinjaman merupakan hal yang sangat diinginkan oleh bank terhadap seluruh nasabah yang melakukan pinjaman kredit usaha mikro. Pembinaan dan pengawasan terhadap nasabah diharapkan dapat mengurangi risiko terjadinya tunggakan dalam pembayaran agunan. Formulir pembinaan akan dibawa pada waktu melakukan pembinaan dan pengawasan sehingga nantinya dapat diketahui apabila nasabah memiliki masalah dalam usahanya.

Pembinaan dan pengawasan yang dilakukan pihak bank meliputi beberapa aspek, yaitu :

a. Administrasi kredit yang memadai

b. Kewajiban debitur menyampaikan laporan-laporan usaha yang

dibutuhkan.

c. Kewajiban bagi pihak bank (account officer) untuk melakukan kunjungan

sewaktu-waktu ke perusahaan yang diberikan kredit

d. Konsultasi yang terstruktur antara pihak bank dengan debitur

e. Adanya sistem peringatan

6. Pelunasan Kredit

Tahap pelunasan ini diharapkan nasabah dapat memenuhi kewajibannya terhadap bank sesuai dengan kesepakatan yang terdapat dalam perjanjian kredit. Nasabah membayar angsuran pokok pinjaman beserta bunga sesuai


(59)

46

dengan jadwal yang telah disepakati sampai lunas. Namun, tidak semua debitur membayar kewajiban tepat pada waktunya. Oleh karena itu, pihak Bank BJB perlu melakukan penilaian perkembangan usaha debitur, penggunaan kredit maupun perlindungan kepentingan bank yang dilakukan secara administratif di lapangan.


(60)

47

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

1. Usia

Usia seseorang identik dengan tingkat kedewasaannya. Umumnya, semakin tinggi usia seseorang maka semakin dewasa pula sikap dan perilakunya. Tingkatan usia mempengaruhi kematangan berpikir dan kebijakan dalam mengambil keputusan atau bertindak. Sejalan dengan peningkatan usia juga meningkatkan pengalaman mengelola usaha sehingga keberhasilan usaha lebih terjamin.

Tabel 6. Sebaran Responden Berdasarkan Karakteristik Usia

Selang Usia (Tahun)

Jumlah (Orang)

Persentase (%)

25-35 6 17,14

36-46 18 51,43

47-57 9 25,71

58-68 2 5,71

Total 35 100

Berdasarkan Tabel 6. dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berada pada kisaran usia 36 tahun hingga 46 tahun yakni sebesar 51,43%. Hal ini menunjukkan responden memiliki usia yang termasuk dalam golongan usia produktif, diharapkan mampu mengembangkan usahanya dengan baik dan memiliki tingkat kematangan berfikir dalam menjalankan usahanya.

2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi pengetahuan yang diketahui orang tersebut. Pengetahuan dalam mengerti dan memahami tentang cara


(61)

48

pengajuan dan penerimaan pinjaman. Semakin tinggi pendidikan seseorang biasanya lebih berdisplin dan bertanggung jawab dalam menjalankan kewajibannya. Dalam hal ini, berdisplin dan bertanggung jawab dalam memenuhi kewajiban membayar angsuran kredit.

Tabel 7. Sebaran Responden Berdasarkan Karakteristik Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang)

Persentase (%)

SD 12 34,29

SMP 11 31,43

SMA 8 22,86

Diploma-Sarjana 4 11,43

Total 35 100

Gambaran umum mengenai tingkat pendidikan terakhir responden dapat dilihat pada Tabel 7. Dapat dilihat bahwa tidak ada responden yang tidak bersekolah dan terlihat adanya pemerataan pendidikan responden. Sebesar 34,29% tingkat pendidikannya Sekolah Dasar (SD), ini merupakan persentase tertinggi, sedangkan terendah tingkat pendidikanya sebesar 11,43%. Hal ini menunjukkan bahwa kredit mikro di bank bjb Cabang Bogor perlu menyikapinya dengan terus menyesuaikan kebijakan pelayanan yang sesuai dengan segmen responden di atas.

3. Pendapatan Bersih

Pendapatan usaha merupakan suatu sumber pemenuhan kebutuhan hidup bagi pelaku usaha. Semakin tinggi pendapatan pelaku usaha maka semakin tinggi pula kemampuannya dalam membiayai kebutuhan hidup sehari-hari dan membayar kewajiban kepada bank atas pinjamannya. Pendapatan usaha dapat mencerminkan kemampuan dalam memenuhi kewajiban pengembalian


(62)

49

kredit dengan baik/lancar karena pendapatan tersebut sebagai sumber dalam membayar angsuran kredit.

Tabel 8. Sebaran Responden Berdasarkan Karakteristik Pendapatan Bersih

Pendapatan Bersih Per Bulan (Rupiah)

Jumlah (Orang)

Persentase (%)

1.000.000-3.000.000 21 60,00

3.000.001-4.000.000 9 25,71

4.000.001-6.000.000 5 14,29

Total 35 100

Jumlah responden kredit mikro Bank BJB Cabang Bogor menurut pendapatan bersih per bulan dapat dilihat pada Tabel 8, diketahui persentase tertinggi sebesar 60% memiliki pendapatan bersih kurang dari tiga juta rupiah. Persentase terendah diperoleh pendapatan di atas empat juta rupiah per bulan yaitu 14,29%.

4. Lama Usaha

Lama usaha dapat menunjukkan keandalan seseorang dalam menjalankan

usahanya. Semakin lama pengalaman seseorang dalam berusaha

mencerminkan kemapanan dalam usaha yang digelutinya sehingga peluang keberhasilan usahanya lebih terjamin.

Tabel 9. Sebaran Responden Berdasarkan Karakteristik Lama Usaha

Lama Usaha (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

≤ 1 3 8,57

1-3 7 20,00

4-6 10 28,57

≥ 7 15 42,86

Total 35 100

Berdasarkan Tabel 9. dapat dilihat bahwa sebesar 42,86% (15 orang) dari total seluruh responden telah menjalankan usahanya selama sama dengan


(63)

50

lebih besar dari tujuh tahun. Kemudian sebesar 28,57% (10 orang) dengan lama usaha 4 hingga 6 tahun dan lama usaha kurang dari tiga tahun yaitu 28,57% (10 orang). Gambaran umum lama usaha sektor agribisnis yang telah dijalankan menunjukkan bahwa sebagian besar nasabah Bank BJB Cabang Bogor kredit mikro memiliki pengalaman yang cukup.

5. Frekuensi Peminjaman Kredit

Karakter responden dapat dilihat dari frekuensi pinjaman kreditnya, dimana frekuensi pinjaman dapat diketahui bahwa seberapa besar loyalitas nasabah Bank BJB dan meningkatkan kepercayaan Bank BJB. Frekuensi pinjaman kredit mengindikasikan bahwa semakin sering meminjam maka nasabah akan lebih memahami pola kredit yang diambil, prosedur kredit baik pengajuan kredit, perealisasian hingga pengembalian kredit serta memahami menggunakan kredit untuk memajukan usahanya.

Tabel 10. Sebaran Responden Berdasarkan Frekuensi Pinjaman Kredit Frekuensi

(kali)

Jumlah (orang)

Persentase (%)

1 5 14,29

2 9 25,71

3 11 31,43

4 8 22,88

≥ 5 2 5,71

Total 35 100

Ditinjau dari sebaran responden berdasarkan frekuensi pinjaman kredit dapat dilihat pada Tabel 10, diketahui bahwa sebagian besar responden berada pada tiga kali frekuensi pinjaman kredit. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat kepercayaan yang cukup untuk


(64)

51

melakukan pinjaman kredit di Bank BJB Cabang Bogor. Selain itu, pihak bank pun tidak perlu melakukan survey kembali ketika responden ingin melakukan pinjaman.

B. Kinerja Penyaluran Kredit Mikro Menurut Penilaian Bank

1. Target dan Realisasi Kredit

Bank BJB Cabang Bogor telah merealisasikan kredit mikro selama tahun 2014 per Juni lebih dari 50% atau sebagian dari total kredit mikro yang diberikan. Jumlah kredit mikro yang disalurkan Bank BJB Cabang Bogor dari tahun 2012 – Juni 2014 adalah sebesar Rp 144.756.762.000.

Tabel 11. Target dan Realisasi Kredit Mikro Bank BJB Cabang Bogor

Posisi Target

(Rp ribu)

Realisasi

(Rp ribu) Persentase (%)

Desember tahun 2012 53.620.659 41.116.213 76,68

Desember tahun 2013 53.620.659 54.597.028 101,82

Juni tahun 2014 82.732.044 49.043.521 59,28

Data pada Tabel 11. menunjukkan bahwa Bank BJB Cabang Bogor dalam hal pencapaian target dan realisasi kredit mikro mengalami fluktuatif. Pada tahun 2012, Bank BJB Cabang Bogor hanya memenuhi target pencapaian sebesar 76,68%, walaupun sudah terhitung baik namun belum mencapai target yang ditetapkan Bank BJB Cabang Bogor. Target pada tahun 2013 adalah sebesar Rp 53.620.659.000. Ini terbukti pada tahun 2013, realisasi kredit mengalami kenaikan sehingga target tercapai bahkan melampaui sebesar 101,82%. Berdasarkan pencapaian pada tahun 2013, maka Bank BJB Cabang Bogor meningkatkan target kredit mikro sebesar Rp 82.732.044.000. Berbagai penjelasan di atas menyimpulkan bahwa dari sudut pandang


(1)

79

Lampiran 5. Hasil Uji Reliabilitas Menggunakan SPSS 21

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 35 100.0 Excludeda 0 .0 Total 35 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

.364 6

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted Prosedur 13.40 2.188 .329 .223 Realisasi 13.57 2.076 .322 .213

Biaya 13.51 2.375 .111 .364

Bunga 13.63 2.299 .095 .384

Agunan 13.46 2.550 .069 .384


(2)

80

Lampiran 6. Hasil Uji Normalitas Menggunakan SPSS 21

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. SebelumKredit .105 35 .200* .947 35 .094 SesudahKredit .080 35 .200* .975 35 .585 *. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction


(3)

(4)

82


(5)

(6)

84

Lampiran 7. Hasil Uji t Menggunakan SPSS 21

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1

SebelumKredit 2731085.71 35 1271008.316 214839.617 SesudahKredit 3025914.29 35 1197813.262 202467.395

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 SebelumKredit & SesudahKredit 35 .950 .000

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-tailed) Mean Std.

Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper

Pair 1 SebelumKredit - SesudahKredit