BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori - Eko Indriyanto BAB II

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori Untuk memberi landasan berpikir bagi peneliti dan pemerhati

  pendidikan khususnya pembaca tulisan ini, maka akan diuraikan pengertian- pengertian dari literatur tentang hal-hal yang berhubungan dengan judul penelitian tindakan kelas ini.

  Adapun variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian tindakan kelasi yang berjudul :”Peningkatan Motivasi Dan Prestasi Belajar IPS Materi Menghargai Peninggalan Sejarah Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe snowball throwing Pada Kelas IV SDN 2 Pamijenadalah meningkatkan prestasi belajar dan motivasi belajar melalui pembelajaran kooperatif model snowball throwing kedua variabel tersebut di jelaskan pada paparan di bawah ini.

1. Motivasi Belajar a.

  Pengertian Motivasi Menurut Sardiman (2007: 73), kata “motif “ diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat di artikan sebagai daya penggerak dari dalam subjek untuk melakukan aktifitas-aktivitas tertentu demi mencapai tujuan. Motif juga dapat di artikan suatu kondisi interen (kesiap siagaan).

  Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik yang berupa hasrat dan keinginan untuk berhasil, serta dorongan kebutuhan belajar

  8 dan harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsik adalah adanya penghargaan lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik, seseorang akan berhasil dalam belajar apabila pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar, keinginan atau dorongan disini yang disebut motivasi. Tanpa motivasi belajar kegiatan belajar akan sulit berhasil karena siswa sulit untuk memeahami materi yang sudah dipelajari atau yang belum dipelajari, disini di harapakan bahwa imbas dari motivasi adalah siswa tidak hanya hafal secara verbalitas tetapi siswa tahu konsep dari masalah atau fakta yang di pelajari.

  Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya (Uno, 2006: 1).

  David C. McClelland et al (dalam Uno, 2006: 9). Berpendapat bahwa: A motive is the redintegration by a cue of a change in an

  

affective situation, yang artinya motif merupakan implikasi dari hasil

  pertimbangan yang telah dipelajari (redintegration) dengan ditandai suatu perubahan pada situasi afektif. Sumber utama dari munculnya motivasi adalah dari rangsangan (stimulasi) perbedaan situasi sekarang dengan situasi yang diharapkan, sehingga tanda perubahan tersebut tampak pada adanya perbedaan afektif saat munculnya motif dan saat usaha pencapaian yang diharapkan. Menurut Mc Donal (Sardiman, 2007: 73-74), motivasi adalah perubahan dari dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “felling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

  b. vasi Macam – macam Moti 1.

  Motivasi dilihat dari dasar pembentukan a.

  Motif Bawaan Motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, motivsi itu ada tanpa dipelajari, Contoh dorongan untuk makan, motif ini sering disebut motif yang disyaratkan secara psikologis.

  b.

  Motif yang dipelajari Motif ini timbul karena dipelajari. Contoh dorongan untuk belajar salah satu cabang ilmu pengetahuan.

  2. Menurut Frandsen (Sardiman, 2007: 87), ada tiga jenis motivasi antara lain: a.

  Cognitive motive Menyangkut kebutuhan untuk melakukan ekspresi, melakukan manipulasi dan untuk menaruh ninat, motivasi ini timbul dari luar.

  b.

  Motivasi jasmaniah dan rohaniah Motivasi jasmaniah meliputi refleksi, instingk otomatis, nafsu dan motivasi rohaniah meliputi kemauan.

  c.

  Motivasi intrinsik dan ekstrinsik Motivasi intrinsik adalah motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Contoh orang senang membaca buku. Sedangkan motifasi ekstrinsik adalah motif yang aktif dan fungsinya adanya rangsangan dari luar. Contoh seorang siswa belajar karena tau besok ujian.

  c.

  Prinsip – prinsip Motivasi Kenneth H.Hover, (Hamalik, 2001: 163-166) mengemukakan prinsip-prinsip motivasi sebagai berikut:

  1) Pujian lebih efektif dari pada hukuman

  Hukuman bersifat menghentikan suatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat menghargai apa yang telah dilakukan. karena itu pujian lebih besar nilainya bagi motivasi belajar siswa. 2)

  Semua siswa mempunyai kebutuhan-kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) tertentu yang harus mendapat kepuasan.

  Kebutuhan itu menyatakan diri dalam berbagai bentuk yang berbeda. Siswa-siswa yang dapat memenuhi kebutuhannya secara efektif melalui kegiatan-kegiatan belajar hanya memerlukan sedikit bantuan didalam motivasi dan disiplin.

  3) Motivasi yang berasal dari dala individu lebih efekif daripada motivasi yang dipaksakan dari luar.

  Karena kepuasan yang diperoleh oleh individu itu sesuai dengan ukuran yang ada dalam diri siswa tersebut sehingga tidak berlebihan.

  4) Terhadap jawaban (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan) perlu dilakukan usaha pemantauan

  Apabila suatu perbuatan belajar mencapai tujuan maka terhadap perbuatan itu perlu segera diulang kembali setelah beberapa menit kemudian, sehingga hasilnya lebih mantap. Pemantapan itu perlu dilakukan dalam setiap tingkatan pengalaman belajar.

  5) Motivasi itu mudah menjalar atau tersebar terhadap orang lain

  Guru yang benminat tinggi atau antusias aka menghaslkan siswa- siswa yang juga berminat tinggi dan antusias akan mendorong motifasi siswanya. 6)

  Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang motivasi .

  Apabila siswa telah menyadari tujuan yang hendak dicapainya maka perbuatannya kearah itu akan lebih besar daya dorongnya.

  7) Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk mengerjakannya daripada apabila tugas-tugas itu dipaksakan guru. Apabila siswa diberi kesempatan menemukan masalah snediri dan memecahkannya sendiri maka akan mengembangkan motivasi dan disiplin lebih baik.

  8) Pujian-pujian yang datang dari luar kadang-kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat yang sebenarnya berkat dorongan orang lain. Misalnya untuk memperoleh nilai tinggi siswa akan berusaha lebih giat karena minatnya menjadi lebih besar.

  9) Teknik dan proses mengajar yang bermacam-macam adalah efektif untuk memelihara minat siswa.

  Cara mengajar yang bervariasi ini akan menimbulkan situasi belajar yang menantang dan menyenangkan spserti halnya bermain dengan alat permainan yang berlainan. 10)

  Manfaat minat yang telah dimiliki oleh siswa adalah bersifat ekonomis.

  Minat khusus yang telah dimiliki siswa, misalnya ia berminat main sepak bola, akan mudah ditransferkan kepada minat dalam bidang studi atau dihubungkan dengan masalah tertentu dalam mata pelajaran tertentu.

  11) Kegiatan yang dapa merangsang minat siswa yang kurang mungkin tidak ada artinya bagi para siswa yang tergolong pandai

  Hal ini disebabkan karena berbedanya tingkat abilitas dikalangan siswa. Karena itu guru yang hendak membangkitkan minat siswanya supaya menyesuaikan usahanya dengan kondisi yang ada pada mereka.

  12) Kecemasan yang besar akan menimbulkan kesulitan belajar

  Kecemasan ini akan mengganggu perbuatan belajar siswa sebab akan mengakibatkan pindahnya perhatian kepada hal lain sehingga kegiaatan belajarnya menjadi tidak efektif.

  13) Kecemasan dan frustasi yang lemah dapat membantu belajar, dapat juga menjadi lebih baik

  Keadaan emosi yang lemah akan menimbulkan perbedaan yang lebih energik, kelakuan yang lebih hebat.

  14) Apabila tugas tidak terlalu sukar dan apabila tidak ada makaa frustasi secara cepat menuju ke demoralisasi.

  Karena terlalu sulitnya tugas itu maka akan menyebabkan siswa melakukan hal-hal yang tidak wajar sebagai manifestas dari frustasi yang terkandung didalam dirinya. 15) Setiap siswa mempunyai tingkat-tingkat tolerans yang berlainan.

  Ada murid yang karena kegagalannya justru menimbulkan incentive tetapi ada siswa yang selalu berhasil malahan menjadi cemas terhadap kemungkinan timbulnya kegagalan. 16) Motivasi yang besar erat hubungannya dengan kreatifitas siswa.

  Dengan teknik megajar tertentu motivasi siswa dapat ditujukan kepada kegiatan kegiatan kreatifitas. motivasi yang telah dimiliki siswa apabila diberi penghalang seperti ada ulangan mendadak kreatifitas itu akan timbul.

  d.

  Fungi motivasi Menurut Sardiman (2007: 85), fungsi motivasi adalah: 1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi penggerak atau motor yang melepas energi.

2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang dicapai.

  3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

  Uno, (2006: 27-29) mengemukakan bahwa motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar pembelajaran antara lain dalam (a) menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar (b) memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai (c) menetukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar (d) menetukan ketekunan belajar.

1. Peran motivasi dalam menetukan penguatan belajar

  Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya. Misalnya seorang siswa akan menghitung perkalian namun ia tidak hafal dengan perkalian maka dibutuhkan tabel perkalian untuk membantunya.

2. Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar

  Peran motivasi dalam memeprjelas tujuan belajar erat kaitanya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajarinya sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaat bagi anak . contoh seorang siswa dapat memecahkan masalah dalam pelajaran matematika misalnya pada soal cerita. Ia berusaha terus sampai ia bias mengerjakan dan menemukan caranya, suatu ketika ia sudah dapat mengerjakan soal cerita dengan baik karena adanya suatu pengalaman belajar.

3. Peran motivasi menentukan ketekunan belajar

  Seorang anak yang telah termotivasi unuk belajar sesuatu akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun dengan harapan memperoleh hasil yang baik pula. Dalam hal tersebut Nampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan siswa tekun belajar.

  e.

  Nilai motivasi dalam pengajaran Hamalik (2001: 161) mengemukakan nilai motivasi dalam pengajaran adalah menjadi tanggungjawab guru agar pengajaran yang diberikan berhasil dengan baik. Keberhasilan ini tergantung pada usaha guru yang membangkitkan motivasi murid. Dalam garis besarnya motivasi mengandung nila-nilai sebagai berikut:

  a). Motivasi menentukan tingkat keberhasilan atau gagalnya perbuatan belajar siswa. Belajar tanpa adanya motivasi kiranya sulit untuk berhasil.

  b). Pengajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang ada pada siswa. Pengajaran yang demikian sesuai tuntutan demokrasi pendidikan.

  c). Pengajaran yang bermotivasi menuntut kreativitas dan imajinasi guru untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relavan dan sesuai guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa. Guru senantiasa berusaha agar siswa akhirnya memilik motivasi yang baik.

  d). Berhasil atau gagalnya dalam membangkitkan motivasi dalam pengajaran erat pertalian dengan pengaturan disiplin kelas.

  Kegagalan dalam hal ini mengakibatkan timbulnya masalah disiplin dalam kelas.

  e). Asas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral daripada asas-asas mengajar. Pengguanaan motivasi dalam mengajar , buku saja dilengkapi prosedur mengajar, tetapi juga menjadi factor yang menentukan pengajaran yang efektif. Demikian asas motivasi adalah sangat esensial dalam proses belajar mengajar.

  Dalam kegiatan pembelajaran guru dapat menggunakan berbagai cara untuk menggerakkan atau membangkitkan motivasi belajar siswa.

  Cara untuk menggerakkan motivasi siswa menurut Hamalik (2001: 166) diantaranya:

  (a) (g) Sarkasme Memberi angka

  (b) (h) Penilaian Pujian

  (c) (i) Karyawisata dan ekskrusi Hadiah

  (d) Kerja kelompok

  (j) Film pendidikan (e)

  Persaingan (k) Belajar melalui radio

  (f) Tujuan dan level of aspiration

  Dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan dalam diri seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Motivasi sangat besar pengaruhnya terhadap belajar. Motivasi belajar timbul karena adanya faktor intrinsik dan juga faktor ekstrinsik. Seseorang dapat dikatakan memiliki motivasi belajar diantaranya jika mereka tekun menghadapi tugas, ulet dalam menghadapi kesulitan, lebih senang bekerja sendiri, dan cepat bosan terhadap tugas-tugas rutin.

  f.

  Bentuk dan Cara Untuk Menumbuhkan Motivasi Bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar disekolah menurut Sardiman, (2007: 86), adalah memberi nilai atau angka, hadiah, persaingan atau kompetisi, ego-involvement, memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat dan tujuan yang diakui.

  g.

  Ciri-ciri motivasi Ciri motivasi yang ada pada diri setiap orang menurut Sardiman

  (2007: 83), yaitu: 1)

  Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

  2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).

  3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal, amoral, dan sebagainya).

  4) Lebih senang bekerja mandiri. 5)

  Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).

  6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).

  7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya itu. 8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

  Siswa yang memiliki ciri-ciri motivasi di atas berarti siswa tersebut memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi sangatlah penting dalam kegiatan belajar mengajar, karena dengan adanya motivasi yang tinggi maka siswa akan tekun belajar, bila siswa sudah tekun belajar maka prestasi belajarnya akan baik 2.

   Prestasi belajar a.

  Pengertian Prestasi Belajar Menurut Slameto (2010: 2) pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut Belajar ialah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

  Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah:

  a) Perubahan terjadi secara sadar.

  b) Perubahan dalm belajar bersifat kontinu dan fungsional.

  c) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.

  d) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.

  e) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.

  f) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

  Menurut teori behavioristik. Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.(Uno, 2006: 12)

  Belajar menurut tokoh dalam negeri seperti Sujana (2009: 2) belajar adalah proses yang aktif dalam mereaksik terhadap semua yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses mengawasi, memahami sesuatu dan bagaimana mengubah tingkahlaku seseorang.

  Dari batasan-batasan mengenai belajar di atas dapat peneliti tarik kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu proses kegiatan yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1.

  Adanya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang telah belajar.

  2. Perubahan terjadi karena memperoleh pengetahuan yang baru sebagai hasil dari interaksi stimulus dan respon.

  3. Proses belajar akan berhasil jika sesuai dengan tahapan-tahapan perkembangan seorang.

  4. Perubahan tingkah laku di sebabkan oleh lingkungan yang mendukung.

  Menurut Sardiman (2007: 20), belajar merupakan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan yang tidak bersifat verbalistik. Misalnya dengan membaca, mengamati, dan mendengarkan serta meniru dan sebagainya.

  Dalam pengertian luas belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju perkembangan pribadi seutuhnya, sedangkan dalam arti sempit belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Melihat pengertian tersebut maka relevan dengan pengertian bahwa belajar adalah penambahan pengetahuan. b.

  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Menurut Ahmadi, A. dan Supriyono, W. (2004: 138) prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Yang tergolong faktor internal adalah: a.

  Faktor jasmaniah (fisiologi), misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.

  b.

  Faktor psikologis meliputi kecerdasan, bakat, sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri.

  c.

  Faktor kematangan fisik maupun psikis.

  Sedangkan yang tergolong faktor eksternal ialah: a. Faktor sosial terdiri atas:

  1) lingkungan keluarga 2) lingkungan sekolah 3) lingkungan masyarakat 4) lingkungan kelompok.

  b.

  Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.

  c.

  Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, dan iklim.

  d.

  Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan

  Belajar sebagai suatu aktivitas mental atau psikis dipengaruhi oleh beberapa faktor. Slameto (2010: 54) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.

  1) Faktor-faktor intern

  Dalam faktor intern ini dibagi atas tiga faktor, yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologi, dan faktor kelelahan.

  a) Faktor Jasmaniah

  (1) Faktor kesehatan

  Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan- ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi dan ibadah. (2)

  Cacat tubuh Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan. Seperti buta, tuli, patah kaki, lumpuh, dan lain-lain. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya.

  b) Faktor Psikologis

  Ada tujuh faktor yang tergolong kedalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah: inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan.

  c) Faktor Kelelahan

  Kelelahan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelalahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.

  2) Faktor-faktor ekstern

  Faktor ektern yang berpengaruh terhadap belajar dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.

  a) Faktor keluarga

  Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.

  b) Faktor sekolah

  Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

  c) Faktor masyarakat

  Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat c. Tujuan belajar

  Dimyati dan Mudjiono (2006: 20), adapun rinciannya sebagai berikut:

  1. Meningkatkan kemampuan kognitif, yaitu kemampuan yang sifatnya menambah pengetahuan, informasi, pemahaman, penerapan, sistesis dan evaluasi.

  2. Meningkatkan kemampuan afektif, yaitu kemampuan yang meliputi penentuan sikap, nilai-nilai evaluasi, menyenangi, menghormati dan sebagainya.

  Sedangkan menurut Djamarah (2002: 14) prestasi belajar mempunyai kedudukan yang penting dalam proses belajar mengajar yaitu dengan adanya nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru, sehingga dapat digunakan sebagai tolak ukur berhasil atau tidaknya hasil pendidikan yang telah di laksanakan.

  Kesimpulan dari berbagai pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa prestasi belajar adalah kecakapan yang diperoleh siswa setelah belajar. Baik kecakapan pengetahuan, keterampilan, maupun sikap atau tingkah laku sehingga mampu beradaptasi dengan lingkungannya.

3. Pembelajaran Kooperatif Model Snowball Throwing 1. Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

  Istilah coopertive learning dalam pengertian Bahasa Indonesia dikenal dengan nama pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merujuk kepada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, diharapkan para siswa saling membantu, saling mendiskusikan, dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dan pemahaman masing-masing. Cara belajar kooperatif jarang sekali menggantikan pengajaran yang diberikan oleh guru, tetapi lebih seringnya menggantikan tempat duduk yang individual, cara belajar individual, dan dorongan yang individual. Apabila diatur dengan baik, siswa-siswa dalam kelompok kooperatif akan belajar satu sama lain untuk memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok telah menguasai konsep-konsep yang telah dipikirkan. (slavin, 2005: 4). Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompo yang terdiri dari dua orang atau lebih keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok sendiri (Solihatin 2007: 4). Menurut Lie (Isjoni 2009: 16) menyebutkan pembelajaran koperatif dengan istilah gotong royong yaitu scystem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas- tugas yang terstruktur. lebih jauh dikatakan cooperative learning dapat berjalan kalau sudah terbentuk kelompok atau tim yang didalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan jumlah anggota kelompok umumnya terdiri dari 4-6 orang.

  Dari pengertian pembelajaran koperatif yang di kemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran koperatif merupakan pembelajaran yang melibatkan siswa didalam pembelajaran untuk bekerjasama dengan membentuk suatu kelompok atau tim kecil yang heterogen. Dengan pembelajaran koperatif dapat diterapkan unuk memotivasi siswa berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman, dan saling memberikan pendapat. Selain itu didalam belajar biasanya siswa dihadapkan pada latihan soal-soal atau pemecahan masalah. Oleh sebab itu, cooperative learning sangat baik untuk dilaksanakan karena siswa dapat bekerjasama dan saling tolong menolong mengatasi tugas yang dihadapinya.

  Pembelajaran kooperatif merupakan strategibelajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam strukktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dua orang atau lebih dalam memecahkan masalah. Keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan semua anggota kelompok itu sendiri. Dalam pendekatan ini, siswa merupakan bagian dari satu sistem kerjasama dalam mencapai hasil belajar yang optimal.

b. Hakekat pembelajaran kooperatif

  Dengan melaksanakan model pembelajaran koperatif tipe

  

snowball throwing , siswa memungkinkan dapat meraih keberhasilan

  dalam belajar, disamping itu juga melatih siswa untuk memiliki ketrampilan, baik ketrampilan berfikir, maupun ketrampilan sosial.

  Seperti ketrampilan untuk mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain, bekerjasama, rasa setia kawan dan mengurangi timbulnya perilaku yang menyimpang dalam kelas.

  Roger dan Johnson (Suprijono, 2010: 58) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah: 1) Positif interdependence (Saling ketergantungan positif). 2) Personal responsibility (Tanggung jawab perseorangan). 3) Face to face promotive interaction (Interaksi promotif). 4) Interperonal skill (Komunikasi antar anggota). 5) Group processing (Pemrosesan kelompok).

  Sehingga dapat dikatakan pembelajaran kooperatif adalah proses pembelajaran yang menitikberatkan pada penggunaan kelompok. Kerja sama yang terjalin antar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan dan guru dijadikan sebagai fasilitator.

  Pelaksanaan model cooperative learning membutuhkan partisipasi dan kerjasama dalam kelompok pembelajaran.

  Cooperative learning dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik, sikap tolong menolong dalam perilaku sosial.

  Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar cooperative

  

learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara kelompok ersama teman-temannya dengan cara saling menhargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan pendapat mereka secara berkelompok, Isjoni, (2010: 71).

  Terdapat enam langkah utama atau tahapan didalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran koperatif, pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran, dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi, sering kali dengan bahan bacaan daripada secara verbal. Selajutnya, siswa dikelompokan kedalam tim-tim belajar. Tahap kooperatif diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerjasama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir pembelajaran koperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok atau evaluasi yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.

Tabel 2.1 langkah pembelajaran koperatif

  Tahap Tingkah laku Guru

  Tahap 1

  Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

  Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topic yang akan dipelajari dan memotivasi siswa belajar.

  Tahap 2

  Menyajikan informasi Guru menyampaikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan

  Tahap 3

  Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok- kelompok belajar

  Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar an membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien

  Tahap 4

  Guru membimbing kelompok-kelompok Membimbing kelompok bekerja dan belajar belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

  Tahap 5

  Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing- masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

  Tahap 6

  Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok 2.

   Berbagai tipe Model pembelajaran Cooperatif diantaranya STAD, JINGSAW, TPS, dan snowball throwing Snowball throwing merupakan salah satu model pembelajaran

  kooperatif yang bermuara pada pembelajaran aktif (active learning) yang dalam pelaksanaannya banyak melibatkan siswa. Peran guru disin hanya sebagai pemberi arahan awal mengenai topik pembelajaran, dan selanjutnya penertiban terhadap jalannya pembelajaran. Secara Etimologi snowball artinya bola salju sedangkan

  

throwing artinya melempar, jadi snowball throwing secara keseluruhan

dapat di artikan melempar bola salju.

  Dalam model pembelajaran snowball throwing, bola salju merupakan kertas yang berisi pertanyaan yang dibuat oleh siswa kemudian dilempar kepada temannya sendiri untuk di jawab, dalam model pembelajaran ini guru membentuk kelompok yang wakili oleh ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru, kemudian masing- masing siswa membuat pertanyaan yang di bentuk seperti bola (kertas pertaanyaan) lalu dilempar ke siswa lain, masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang di terima.

a. Langkah – langkah snowball throwing

  Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif model

  snowball throwing adalah sebagai berikut (Suyatno, 2009: 125): 1.

  Guru menyampaikan materi yang akan disampaikan 2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil setiap ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.

  3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menyampaikan materi yang di sampaikan oleh guru kepada teman kelompoknya.

  4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan yang menyangkut materi yang telah dijelaskan ketua kelompok.

  5. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut kemudian diremas dibuat menyerupai bola dan dilempar kurang lebih 15 menit.

  6. Setelah siswa dapat satu bola/ satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.

7. Kesimpulan dari pembelajaran 8.

  Penutup

  b. Kelebihan model snowball throwing

  a. Melatih kesiapan siswa, dalam hal ini siswa dituntut untuk bisa menjawab pertanyaan temannya sendiri dalam kondisi tidak tahu pertanyaanya dan juga waktu yang tidak menentu.

  b. Saling memberikan pengetahuan. artinya dari berbagai pertanyaan bisa memungkinkan pertanyaan yang sama dan tentu berragam pula para siswa yang menanggapinya.

  c. Memberi kesempatan siswa untuk berpendapat, dalam pelemparan bola siswa diberi kesempatan menjawab pertanyaan temannya sendiri, dan disitu siswa diberi kesempatan untuk memberi pandangan terhadap soal yang dihadapi.

  c. Kekurangan model snowball throwing 1.

  Pengetahuan tidak luas hanya berkutat pada pengetahuan sekitar siswa. Artinya hasil yang diperoleh dari pembelajaran tergantung pada siswa sendiri.

  2. Pembelajaran model ini kurang efektif karena membutuhkan waktu yang relatif lama, sehingga guru perlu membuat rencana yang matang sebelum menerapkan model pembelajaran

  snowball throwing agar pembelajaran berjalan dengan lancar dan tercapai hasil yang diinginkan.

3. Pengertian IPS a.

  Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

  IPS yang diajarkan di SD terdiri atas dua bahan kajian pokok: pengetahuan sosial dan sejarah. Bahan kajian pengetahuan sosial mencakup lingkungan sosial, ilmu bumi, ekomoni, dan pemerintahan. Bahan kajian sejarah meliputi perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lampau hingga masa kini.

  Menurut Sapriya, dkk (2006: 3) Ilmu Pengetahuan Sosial diartikan: Ilmu Pengetahuan Soasial adalah nama mata pelajaran di tingkat sekolah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identic dengan istilah “Social Studies” dalam kurikulum persekolahan di Negara lain, khususnya di Negara-negara Barat seperti Australia dan Amerika Serikat.

  BNSP mengungkapkan bahwa IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

  Dari pengertian IPS di atas dapat disimpulkan bahwa IPS adalah mata pelajaran sosial yang terdiri dari berbagai cabang ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya yang mengkaji fakta sosial.

  Fungsi pengajaran pengetahuan sosial di SD berfungsi mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan dasar dalam melihat kenyataan sosial dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan pengajaran sejarah berfungsi menumbuhkan rasa kebanggaan dan kebangsaan terhadap perkembangan masyarakat dari masa lampau hingga masa kini.

  b.

  Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial Menurut BNSP Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

  1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya

  2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial

  3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan

  4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

  c.

  Ruang Lingkup Menurut BNSP Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

  1) Manusia, Tempat, dan Lingkungan

  2) Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan

  3) Sistem Sosial dan Budaya

4) Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.

  d.

  Struktur Ilmu-Ilmu Sosial menurut Sapriya (2006: 20) yaitu : 1)

  Model Inkuiri

  a) Masalah yang dipertanyakan

  b) Metoda (alat) penelitian

  2) Struktur Ilmu Pengetahuan

  a) Konsep

  b) Generalisasi e.

  Materi Ilmu Pengetahuan Sosial Dalam KTSP menyebutkan bahwa dalam Ilmu Pengetahuan

  Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTS/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generasi yang berkaitan dengan isu social. Materi IPS yang akan dijadikan Penelitian Tindakan Kelas pada kelas IV terdapat pada Standar Kompetensi 1 Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa serta kegiatan ekonomi di Indonesia.

  Menurut Rosdijati, dkk (2010: 58-59) untuk mengacu kepada tujuan pembelajaran Ilmu pengetahuan Sosial (IPS) yang tercantum di dalam Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan, maka pembelajaran IPS dilakukan agar peserta didik dapat mencapai kompetensi-kompetensi sebagai berikut: a.

  Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan.

  b.

  Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

  c.

  Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

  d.

  Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkomunikasi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global.

  Walau memiliki tujuan yang sangat mulia, kualitas pembelajaran IPS sering kali jauh dari harapan. Para guru menghadapi masalah klasik, seperti rendahnya prestasi belajar dan motivasi siswa terhadap pelajaran IPS di sekolah. Hall ini terjadi karena para siswa menganggap pelajaran IPS adalah pelajaran yang susah karena banyak materi yang harus dihafalkan.

  a.

  Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran

IPS SD

  Berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Permendiknas RI) Nomor 22 Tahun 2006, standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk jenjang SD/MI kelas IV semester 1 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 SK dan KD Kelas IV Semester I

  Standar Kompetensi Kmpetensi Dasar

11. Memahami sejarah,

  kenampakan alam dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten / kota dan provinsi

  1.5. Menghargai berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dan menjaga kelestariannya

  Sumber: Silabus SD Negeri 2 Pamijen 4.

  Materi IPS SD Materi yang dijadikan obyek penelitian difokuskan pada materi menghargai peninggalan sejarah. Materi pokok ini meliputi sub materi sebagai berikut: a.

  Arca Arca adalah patung, ada yang terbuat dari batu ada juga yang terbuat dari perunggu.

  • Arca Buddha Amarawati di Sulawesi Selatan.
  • Arca Roro Jonggrang di Candi Prambanan.
  • Arca Airlangga di Belahan.
  • Arca Tribhuwana di Candi Arimbi.
b.

  Benteng Benteng merupakan bentuk bangunan yang sengaja dibuat untuk keamanan dan pertahanan pada waktu perang.

  • Benteng Otanah di Sulawesi untuk melindungi Raja.
  • Benteng Fort de Kock di Sumatra Barat dibangun oleh Belanda.
  • Benteng Portugis di Jepara, Jawa Tengah.
  • Benteng Pendem di Cilacap, Jawa Tengah.
  • Benteng Jagaraga, Bali.
  • Benteng Duurstede, Saparua, Maluku.
  • Benteng Sombaupu, Sulawesi Selatan.
  • Benteng Inong Bale, NAD • Benteng Van der wijk, Gombong .

  c.

  Prasasti Prasasti adalah tulisan pada batu yang bernilai sejarah. Parasasti yang merupakan peninggalan pada masa kerajaan-kerajaan di Indonesia banyak sekali, misalnya:

  • Prasasti Ciareteun, Kebon Kopi, Jambu, Pasir Awi, Muara Cianten dari Kerajaan Tarumanegara. Prasasti tersebut ditulis menggunakan bahasa Sansekerta.
  • Prasasti Kedukan Bukit, Talang Tuo, Telaga Batu, Kota Kapur, Karang Birahi dari Kerajaan Sriwijaya. Prasasti tersebut ditulis menggunakan bahasa Melayu.

  • Prasasti Tuk Mas, Sojomerto, Canggal dari Kerajaan Mataram.

  B. Hasil Penelitian Yang Relevan

  Penelitian yang telah dilakukan hidayaturokhmah dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto pada tahun 2011 yang berjudul “Peningkatan aktivitas dan prestasi belajar IPS melalui pembelajaran kooperatif model

  snowball throwing pada materi perjuaangan mempertahankan kemerdekaan di

  kelas V SD negeri karangmanggu”. Hasil penelitian bahwa penerapan model

  snowball throwing dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini terbukti

  dengan adanya peningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa pada siklus 1 dan 2 dengan kkm 65. Dengan ketuntasan belajar klasikal 85%. Pada siklus I aktivitas siswa meningkat dengan skor 65,16% dengan criteria baik sedangkan prestasi belajar pada siklus I dengan rata-rata 67,5 dan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 60,86%, Sedangkan pada siklus II aktivitas belajar siswa memperoleh skor 85,43% dengan criteria sangat baik, sedangkan prestasi belajar sisawa siklus II yaitu 79,45 dengan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 86,95%.

  C. Kerangka berfikir

  Berdasarkan permasalahan yang terdapat di latar belakang, dapat diketahui bahwa motivasi siswa kurang dalam proses pembelajaran. Dari hasil pembelajaran yang telah dilakukan khususnya pada mata pelajaran IPS kelas IV menunjukkan bahwa siswa kurang menguasai terhadap pelajaran yang disampaikan, yang terlihat dari hasil belajar yang rendah.

  Oleh karena itu perlu diterapkannya pembelajaran yang inovatif sehingga siswa tidak jenuh atau bosan dalam proses pembelajaran. Salah satunya adalah model pembelajaran koperatif model snnowball throwing. Pelaksanaan tindakan akan dilakukan 2 siklus. Model pembelajaran snowball

  throwing . Dengan kelebihan serta kekurangannya diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.

  Kondisi awal Pembelajaran Motivasi dan konvensional prestasi belajar

  Pembelajaran model Tindakan

  snowball

  Siklus 1

  throwing

  Siklus 2 Kondisi akhir

  Motivasi dan prestasi belajar meningkat

Gambar 2.1. Skema Krangka berpikir

D. Hipotesis Tindakan

  Berdasarkan kerangka berfikir tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model

  snowball throwing akan meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa

  pada materi menghargai peninggalan sejarah. di kelas IV SD Negeri 2 Pamijen.