Sejarah peradaban Islam (peran perempuan dalam pengembangan Islam - repostain

   SEJARAH PERADABAN ISLAM PERAN WANITA DALAM PENYEBARAN ISLAM

1. Khadijah

  Sebagaimana kita ketahui, orang yang pertama kali membenarkan kerasulan beliau adalah seorang wanita, dialah Khadijah istri sekaligus sahabat setia yang

menemani perjuangan dakwah beliau. Saat pertama kali

Rasulullah menerima wahyu di Gua Hira, beliau merasakan sesuatu yang tidak biasanya beliau rasakan. Beliau seketika pulang ke rumah dengan perasaan campur aduk. Saat tiba di rumah, Khadijah yang setia menyambut beliau dan menenangkan perasaan beliau dengan ucapannya, “Tidak akan terjadi apa-apa padamu. Demi Allah, sama sekali Allah tidak akan pernah membuatmu merasa kesakitan. Sungguh engkau seorang yang senantiasa

  

  Mendengar ucapan Khadijah, seketika hati Nabi menjadi tenang. Sebagai istri, Khadijah telah mengambil sikap cerdas, yaitu memberikan dukungan total terhadap dakwah sang suami. Khadijah bukan hanya menjadi pelipur lara di kala duka, dia juga menyokong dakwah Nabi dengan seluruh tenaga, harta, dan pikiran, tanpa pernah merasa lelah. Sejarah mencatat, Khadijah.

  Telah memberi andil yang sangat besar dalam membangun dakwah Rasulullah saw.

   Ketika Rasulullah mengalami rintangan dan gangguan dari kaum kafir Quraisy, maka Khadijah Binti Khuwailid selalu berada di sampingnya untuk menenangkan sekaligus menyenangkan hatinya yang gundah. Khadijah juga mendukung perjuangan suaminya dengan sepenuh jiwa raga dan menyerahkan seluruh harta benda yang dimilikinya. Sebagai pebisnis muslimah sukses yang dermawan, wanita terbaik di dunia ini memang setia, taat dan sayang kepada suami dan anak-anaknya.

  

Khadijah selalu menyiapkan makanan, minuman

dan segala keperluan Rasulullah serta mendidik

2. Fatimah binti Khatab

   Wanita pada zaman Rasulullah juga berperan mengislamkan orang yang masih kafir, sebagaimana yang dilakukan oleh Fathimah binti Khathab. Suatu ketika, Umar yang waktu itu masih kafir berniat untuk membunuh Rasulullah. Namun di tengah jalan, ada orang yang memberitahukan bahwa

saudarinya yang bernama Fathimah binti Khathab telah masuk

Islam.

  Dengan geram Umar segera menuju ke rumah saudarinya,

Fathimah. Saat itu, di rumahnya Fathimah binti Khattab sedang

duduk-duduk bersama suaminya sembari membaca Al-Qur`an

Tiba-tiba Umar mengetuk pintu. Suami Fathimah menyembunyikan mushaf yang dibaca. Fathimah lalu membukakan pintu, sementara Umar masuk dan langsung memukul suami Fathimah. Fathimah dengan tegas berkata, “Tahukah engkau, bahwa kebenaran ada bukan pada agamamu.”

  

  Pada waktu itu tangan Fathimah memegang lembaran Al-Qur’an. Umar memerintahkan Fathimah agar menyerahkan lembaran itu kepadanya. Fathimah dengan tegas berkata, “Wahai saudaraku, engkau tidak suci karena engkau penyembah berhala. Lembaran ini hanya boleh disentuh oleh orang yang suci.” Fathimah lalu meminta Umar untuk mandi. Setelah mandi, Fathimah menyerahkan lembaran itu. Dalam hatinya dia berharap agar saudaranya itu bisa mendapat hidayah Islam.

  Umar memegang lembaran itu dan membaca surat Thaha yang tertulis pada lembaran itu. Dengan izin

3. Aisyah binti Abi Bakar

  

  ketika menjelang detik-detik ajalnya, yang senantiasa setia merawat beliau adalah seorang wanita, dialah Aisyah ra. Dengan telaten Aisyah merawat beliau yang sedang sakit keras hingga akhirnya Rasulullah meninggal di pangkuan wanita yang mulia tersebut.

  4. shafiyyah binti abdul muthalib

ketika orang-orang kafir memerangi Rasulullah, wanita berperan

aktif dalam memberikan bantuan moral, menyemangati prajurit

perang, merawat korban yang terluka, menyuplai air minum, dan

ada pula yang ikut langsung terjun ke medan peperangan melindungi Rasulullah dari serangan musuh.

  Sebagai contoh adalah Shafiyyah binti Abdul Muthalib (bibi Rasulullah). Pada waktu Perang Uhud, saat itu pasukan muslim kocar-kacir akibat tidak patuhnya regu pemanah terhadap instruksi Rasulullah. Ketika pasukan Muslim mulai melarikan diri, berdirilah Shafiyah sambil mengibas-ngibaskan tombak hendak memukulkan tombah itu ke wajah orang-orang yang lari dari medan

pertempuran, seraya berkata, “Apakah kalian akan melarikan diri

dan meninggalkan Rasulullah?” Dengan perkataannya ini, akhirnya para prajurit yang sedianya akan melarikan diri, kemudian berbalik

   Kepahlawanan Shafiyyah juga bisa dilihat pada saat terjadi Perang Khandaq. Ketika itu para wanita dan anak-anak kaum Muslimin dikumpulkan di sebuah benteng yang dipimpin Hassan bin Tsabit. Tiba-tiba ada seorang yahudi yang mengendap-endap mengelilingi benteng, sementara semua pasukan kaum Muslimin sedang berada di medan perang. Shafiyyah bangkit dan

berkata kepada Hassan bin Tsabit, “Sungguh,

aku tidak akan merasa tenang jika ia sampai

memberitahukan kelemahan kita, maka

   Hassan bin Tsabit berkata, “Wahai Shafiyyah, engkau telah tahu sejak dulu bahwa aku tidak mempunyai kemampuan untuk itu.” Mendengar ucapan Hassan tersebut, Shafiyyah segera bangkit dan mengambil sebuah kayu yang keras. Dia lalu turun dari benteng untuk

mengintai dan mencari kelengahan orang Yahudi

tersebut. Pada saat yang tepat, Shafiyyah berhasil memukul bagian belakang kepada Yahudi itu hingga tersungkur. Shafiyyah lalu memukulnya

lagi beberapa kali sampai orang Yahudi tersebut

mati. Shafiyyah, sebagaimana dikatakan adalah wanita Muslimah pertama yang berhasil

5. Rufaidah Binti Sa’ad Al- Aslamiyah

   Rufaidah Binti Sa’ad Al-Aslamiya tercatat perawat muslimah pertama dalam sejarah Islam yang nyaris terlupakan, padahal jasanya besar sekali pada masa penyebaran Islam. Perempuan kelahiran Madinah ini

mempelajari ilmu keperawatan saat membantu

ayahnya yang berprofesi dokter. Ilmunya lantas

dipraktekkan untuk mengobati kaum muslimin yang

terluka dalam peperangan dengan mendirikan

rumah sakit lapangan. Pada saat damai (tidak ada

perang), Rufaidah secara sukarela membangun

tenda di luar Masjid Nabawi untuk melayani orang

  Kesibukan Rufaidah sebagai ibu rumah tangga tidak menghalanginya berkarir melatih beberapa kelompok perempuan untuk menjadi perawat. Dia menjadi pemimpin, organisatoris yang mampu memobilisasi dan memotivasi orang lain serta perawat teladan, baik dan berempati tinggi. Dia tidak hanya menunaikan peran perawat dalam aspek klinikal semata, namun melaksanakan peran komunitas dan memecahkan masalah sosial yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit. Singkat cerita, Rufaidah sesungguhnya public health nurse dan social worker, yang menjadi inspirasi bagi profesi perawat di dunia Islam.

6. Hafshah binti Umar bin Khattab

   Hafshah binti Umar bin Khattab juga tidak boleh

diremehkan. Dia memiliki keberanian, kepribadian kuat

dan ucapannya tegas. Kelebihan lainnya berupa kepandaian dalam membaca dan menulis, padahal ketika itu kemampuan tersebut belum lazim dimiliki kaum perempuan. Bahkan, dia satu-satunya istri Rasulullah yang pandai membaca dan menulis. Atas dasar hal tersebut, Hafshah sebagai orang yang pertama kali diperintahkan oleh khalifah Abu Bakar Siddiq untuk

mengumpulkan tulisan ayat-ayat Al-Quran yang masih

berserakan di banyak tempat pada lembaran kulit, tulang dan pelepah kurma sekaligus menyimpan dan

7. Ummu ‘Umarah

   Ummu ‘Umarah. Ummu ‘Umarah bersama suami dan kedua putranya ikut dalam Perang Uhud yang berlangsung dahsyat. Ketika pasukan kaum muslimin tercerai berai, Ummu ‘Umarah justru mendekati

Rasulullah, bermaksud melindungi di depannya dengan

menggunakan pedang. Namun, Ummu ‘Umarah beberapa

kali terkena sabetan pedang yaang ditebarkan pasukan

musuh. Luka yang paling besar terdapat di pundaknya,

karena ditikam Ibnu Qami’ah, hingga dia harus mengobati luka itu setahun lamanya. Pada masa khalifah Abu Bakar Siddiq, Ummu ‘Umarah juga ikut memerangi Musailamah Al-Kadzdzab yang mengaku nabi. Di sinilah Ummu

8. Ummu Hani’ binti Abi Thalib Al-Hasyimiyyah

   Ummu Hani’ binti Abi Thalib Al-Hasyimiyyah kesohor sebagai penunggang unta yang hebat, periwayat dan

pengajar hadis hingga akhir hidupnya. Ummu Hani’

mengerti betul tugasnya selaku istri yang mengagungkan hak-hak suami dan mengasuh keempat anaknya. Baginya, mengurus mereka membutuhkan perhatian yang menyita waktu banyak. Karena itu, dia tak ingin menyia-nyiakan satu

pun dari keduanya, hingga dia mendapatkan pujian

yang begitu mulia dari Rasulullah sebagai perempuan

penyayang keluarga. Pada saat yang sama, Ummu

9.Sumayyah

  

  Sumayyah cukup dikenal sebagai tokoh wanita yang diakui jihadnya. Beliau adalah wanita yang pertama kali syahid di jalan Allah. Sumayyah dan suaminya Yassir menolak permintaan kaum kafir Quraisy untuk meninggalkan Islam. Akibat sikapnya itu, Sumayyah dibunuh dengan tombak oleh kaum kafir.

10. Nusaibah, Sijago Pedang

   Rasulullah SAW yang Mulia, berdiri di puncak bukit Uhud dan memandang musuh yang merangsek maju mengarah pada dirinya.

  Beliau memandang ke sebelah kanan dan tampak olehnya seorang wanita mengayun- ayunkan pedangnya dengan gagah perkasa

melindungi dirinya. Beliau memandang ke kiri

dan sekali lagi beliau melihat wanita tersebut

melakukan hal yang sama – menghadang bahaya demi melindungi sang Pemimpin

  

  Kata Rasulullah SAW.kemudian, “Tidaklah aku melihat ke kanan dan ke kiri pada perempuran Uhud kecuali aku melihat Nusaibah binti Ka’ab berperang membelaku.” Memang Nusaibah binti Ka’ab Ansyariyah demikian cinta dan setianya kepada Rasulullah sehingga begitu melihat junjungannya itu terancam bahaya, dia maju memutar-mutarkan pedangnya dengan perkasa sehingga dikenal dengan sebutan Ummu Umarah, adalah pahlawan wanita Islam yang mempertaruhkan jiwa dan raga demi Islam termasuk ikut dalam perang Yamamah di bawah pimpinan Panglima Khalid bin Walid

  

  . Ummu Umarah juga bersama Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam dalam menunaikan Baitur Ridhwan, yaitu suatu janji setia untuk sanggup mati syahid di jalan Allah.

  Nusaibah adalah satu dari dua wanita yang bergabung dengan 70 orang lelaki Ansar yang berbaiat kepada Rasulullah Shallallahu alaihi

  

Wassalam. Dalam baiat Aqabah yang kedua itu ia

  ditemani suaminya Zaid bin Ahsim dan dua orang puteranya: Hubaib dan Abdullah. Wanita yang seorang lagi adalah saudara Nusaibah sendiri. Pada saat baiat itu Rasulullah menasehati mereka, “Jangan mengalirkan darah dengan sia-sia.”

   Dalam perang Uhud, Nusaibah membawa tempat air dan mengikuti suami serta kedua orang anaknya ke medan perang. Pada saat itu Nusaibah menyaksikan betapa pasukan Muslimin mulai kocar-kacir dan musuh merangsek maju sementara Rasulullah SAW berdiri tanpa perisai. Seorang muslim berlari mundur sambil membawa perisainya, maka Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam berseru kepadanya, “Berikan

perisaimu kepada yang berperang”. Lelaki itu

melemparkan perisainya, yang lalu dipungut

   Ummu Umarah sendiri menuturkan pengalamannya pada Perang Uhud, sebagaimana berikut: “…saya pergi ke Uhud dan melihat apa yang dilakukan orang. Pada

waktu itu saya membawa tempat air. Kemudian

saya sampai kepada Rasulullah SAW. yang berada di tengah-tengah para sahabat. Ketika kaum muslimin mengalami kekalahan, saya melindungi Rasulullah SAW, kemudian ikut serta di dalam medan pertempuran. Saya berusaha melindungi Rasulullah SAW dengan pedang, saya juga menggunakan panah

  

Ketika ditanya tentang 12 luka ditubuhnya, Nusaibah

menjawab, “Ibnu Qumaiah datang ingin menyerang

Rasulullah ketika para sahabat sedang meninggalkan baginda. Lalu (Ibnu Qumaiah) berkata, ‘mana Muhammad? Aku tidak akan selamat selagi dia masih hidup.’ Lalu Mushab bin Umair dengan beberapa orang sahabat termasuk saya menghadapinya. Kemudian Ibnu Qumaiah memukulku.” Rasulullah juga melihat luka di belakang telinga Nusaibah, lalu berseru kepada anaknya, “Ibumu, ibumu…balutlah lukanya! Ya Allah, jadikanlah mereka sahabatku di surga!” Mendengar itu, Nusaibah

berkata kepada anaknya, “Aku tidak perduli lagi apa

yang menimpaku di dunia ini.”

11. The Black Rider, Khaulah Binti Azur

   Ksatria Berkuda Hitam! Itulah sosok Khaulah binti Azur.

  Seorang muslimah yang kuat jiwa dan raga. Sosok tubuhnya tinggi langsing dan tegap. Sejak kecil Khaulah suka dan pandai bermain pedang dan tombak, dan terus berlatih sampai tiba waktunya menggunakan keterampilannya itu untuk membela Islam bersama para mujahidah lainnya.

  Dalam salah satu peperangan melawan pasukan kafir

Romawi di bawah kepemimpinan Panglima Khalid bin Walid,

diriwayatkan, tiba-tiba saja muncul seorang penunggang kuda berbalut pakaian serba hitam yang dengan tangkas

memacu kudanya ke tengah-tengah medan pertempuran.

Bagai singa lapar yang siap menerkam, sosok berkuda itu

  

  Panglima Khalid bin Walid serta seluruh pasukannya tercengang melihat ketangkasan sosok berbaju hitam itu. Mereka bertanya-tanya siapakah pejuang tersebut yang tertutup rapat seluruh tubuhnya dan hanya terlihat kedua matanya saja itu. Semangat jihad pasukan Muslimin pun terbakar kembali begitu mengetahui bahwaThe Black Rider, si penunggang kuda berbaju hitam itu adalah seorang wanita!

   Keberanian Khaulah kembali teruji ketika dia dan beberapa mujahidah tertawan musuh dalam

peperangan Sahura. Mereka dikurung dan dikawal

ketat selama beberapa hari. Walaupun agak mustahil untuk melepaskan diri, namun Khaulah tidak mau menyerah dan terus menyemangati sahabat-sahabatnya. Katanya, “Kalian yang berjuang di jalan Allah, apakah kalian mau menjadi tukang pijit orang-orang Romawi? Mau menjadi budak orang-orang kafir? Di mana harga diri kalian sebagai pejuang yang ingin mendapatkan surga Allah? Dimana kehormatan kalian sebagai Muslimah? Lebih baik kita mati

  

  Demikianlah Khaulah terus membakar semangat para Muslimah sampai mereka pun bulat tekad melawan tentara musuh yang mengawal mereka. Rela mereka mati syahid jika gagal melarikan diri. “Janganlah saudari sekali-kali gentar dan takut.

  Patahkan tombak mereka, hancurkan pedang mereka, perbanyak takbir serta kuatkan hati. Insya Allah pertolongan Allah sudah dekat.

  

  Dikisahkan bahwa akhirnya, karena

12. Nailah, Si Cantik yang Pemberani

  

  Nailah binti al-Farafishah adalah istri Khalifah Ustman bin Affan. Dia terkenal cantik dan pandai.

  Bahkan suaminya sendiri memujinya begini: “Saya tidak menemui seorang wanita yang lebih sempurna akalnya dari dirinya. Saya tidak segan apabila ia mengalahkan akalku”. Subhanallah! Mereka menikah di Madinah al-Munawwarah dan sejak itu Ustman kagum pada tutur kata dan keahlian Nailah di bidang sastra. Karena cintanya, Ustman paling senang memberikan hadiah untuk istrinya itu. Mereka punya satu orang anak

  

  Ketika terjadi fitnah yang memecah belah umat Islam pada tahun 35 Hijriyah, Nailah ikut mengangkat pedang untuk membela suaminya. Seorang musuh menerobos masuk dan menyerang dengan pedang pada saat Ustman sedang memegang mushaf atau Al Qur’an. Tetesan darahnya jatuh pada ayat 137 surah Al Baqarah yang berbunyi, “Maka Allah akan memelihara engkau dari mereka.”

  

Seseorang pemberontak lain masuk dengan pedang

terhunus. Nailah berhasil merebut pedang itu namun si musuh kembali merampas senjata itu, dan menyebabkan jari-jari Nailah terputus Ustman syahid karena sabetan pedang pemberontak. Air mata Nailah tumpah ruah saat memangku jenazah sang suami. Ketika kemudian ada musuh yang dengan penuh kebencian menampari wajah Ustman yang sudah wafat itu, Nailah lalu berdoa, “Semoga Allah

menjadikan tanganmu kering, membutakan matamu

dan tidak ada ampunan atas dosa-dosamu!” Dikisahkan dalam sejarah bahwa si penampar itu keluar dari rumah Ustman dalam keadaan tangannya

  

  Nailah memandang kesetiaan terhadap suaminya sepeninggalnya lebih berpengaruh dan lebih besar dari apa yang dilihatnya terhadap ayahnya, saudara perempuannya, ibunya dan juga kerabatnya. Ia selalu mendahulukan keutamaannya, mengingat kebaikannya di setiap tempat dan kesempatan. Ketika Ustman terbunuh, ia mengatakan, “Sungguh kalian telah membunuhnya padahal ia telah menghidupkan malam