T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gerakan Perlawanan terhadap Indomart: Studi Gerakan Sosial Pedagang Pasar Tradisional Cengek Kelurahan Tingkir Lor Kota Salatiga T1 BAB V

BAB V
BENTUK GERAKAN PERLAWANAN PEDAGANG PASAR
TRADISIONAL CENGEK TERHADAP INDOMART
5.1 Kesadaran Kolektif Pedagang
Kesadaran kolektif suatu komunitas masyarakat dalam menyikapi sebuah
persoalan di dalam lingkungannya merupakan embrio lahirnya gerakan sosial. Hal
ini dikarenakan gerakan sosial mempunyai dimensi dasar yang memungkinkan
suatu gerakan lahir dari kolektifitas-kolektifitas kelompok yang berkonsesus
dalam menentukan pandangan dan sikap terhadap suatu persoalan.
Menurut Triwibowo sebentuk aksi politik dengan orentasi konfliktual yang
jelas terhadap lawan sosial dan politik tertentu, dilakukan dalam konteks jejaring
lintas kelembagaan yang erat oleh aktor-aktor yang di ikat rasa soliidaritas dan
identitias kolektif yang kuat melebihi bentuk-bentuk ikatan dalam koalisi dan
gerakan bersama merupakan definisi secara umum tentang konsep gerakan sosial
(Triwibowo,2006).
Berangkat dari gambaran di atas konsep gerakan sosial tersebut, maka secara
jelas dapat di deskripsikan suatu bentuk gerakan akan sangat dipengaruhi oleh
motivasi para aktor yang lahir dari kesadaran-kesadaran terhadap realitas rill yang
berkembang dalam lingkungan sekitarnya, dimana realitas tersebut diartikan
sebagai persoalan atau ketidak sesuain antara idealitas dan kenyataan. Sehingga
para aktor akan mengusung beragam bentuk issu yang akan di jadikan sebagai

kesadaran bersama (kolektif) dalam menyikapi kondisi ketidaksesuaian di dalam
lingkungan komunitas para aktor.
Mengacu pada fenomena gerakan penolakan pedagang pasar tradisional
Cengek Kelurahan Tingkir Lor Kota Salatiga, maka kesadaran bersama atau
collective consciousness yang menjadi acuan awal dalam gerakan perlawanan

terhadap keberadaan Indomart di Tingkir Tengah di dasari oleh beberapa hal di
antaranya: (a) pertimbangan jarak pasar tradisional dan Indomart, (b) prosedur
pendirian Indomart. (c) kondisi pasar tradisional Cengek,
45

Pertimbangan pertama , yang berkaitan dengan jarak antara pasar tradisional
Cengek dan Indomart adalah persoalan mendasar yang dilihat oleh sebagaian
besar pedagang sebagai satu bentuk persoalan bersama di lingkup pedagang pasar,
hal ini karenakan dapat mempunyai potensi mengancam eksistensi pasar
tradisional Cengek. Sesuai dengan hasil wawancara dengan Bpk Isna (35) yang
beranggapan bahwa
”Selain pembangunan Indomart yang pembangunannya tidak
mempertimbangkan jarak antara pasar tradisional “(mereka telah
melanggar hukum mas)” kami merasa keuntungan Indomart hanya

menghasilkan penghasilan kepada individu dan mengorbankan puluhan
pedagang tradisional di pasar Cengek. Hal ini secara otomatis kami rasakan
dengan berbagai keunggulan dari fasilitas yang disediakan oleh Indomart
yang mampu menggiring pembeli untuk berbelanja ke Indomart dari pada
ke pasar tradisional Cengek.1
Keberadaan pasar-pasar moderen yang telah banyak menjamur di Kota
Salatiga mempunyai implikasi yang serius, yakni ketakutan akan ketergusuran
pasar-pasar tradisional yang kalah bersaing dengan keberadaan pasar-pasar
modern yang di dominasi oleh minimarket Indomart dan Alfamart di Kota
Salatiga. Berangkat dari asumsi ini pemerintah Kota Salatiga mengeluarkan paket
kebijakan berupa peraturan daerah yang bertujuan untuk menciptakan iklim usaha
perdagangan yang sehat, saling memerlukan, saling memperkuat dan saling
menguntungkan. Hal tersebut dilakukan dengan beberapa strategi, yakni melalui
pengaturan lokasi pendirian, batasan luas lantai, sistem penjualan dan waktu
operasional Pusat Perbelanjaan dan Toko Swalayan, serta pola Kemitraan dengan
Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
Berkaitan dengan lokasi pendirian Indomart dalam Perda Nomor 03 Tahun
2015 Pasal 23 secara jelas telah mengatur berkaitan dengan jarak antara pasar
tradisional dengan pasar modern. Penekanan dalam pasal tersebut yakni, pendirian
pasar modern (Indomart) terlebih dahulu harus mempertimbangkan jarak antara

pasar tradisional, yakni minimal 500 meter dari jarak antara pasar tradisional dan
1

Hasil wawancara bersama pak isna salah satu pedagang pasar yang turut berjungan melakukan
perlawanan terhadapat Indomart di Tingkir Lor. Hasil wawancara didapatkan pada 06/06/2017.

46

pasar modern (Indomart). Kondisi ini berbeda halnya dengan apa yang terjadi di
Tingkir Tengah, dimana pendirian Indomart yang berkedudukan dalam wilayah
administrative Kelurahan Tingkir Tengah cukup dekat dengan keberadaan pasar
tradisonal di Kelurahan Tingkir Lor, yakni hanya 230 meter. Mengacu pada
pertimbangan jarak tersebut, argumentasi ini di pakai untuk membentuk kesadaran
bersama para pedagang untuk melakukan gerakan perlawanan menolak
keberadaan Indomart di Tingkir Tengah, argumentasi ini mengantongi dua
pertimbangan yakni,
Kedua, keberadaan Indomart selain mengkhawatirkan akan mengerus

keberadaan pasar tradisional, pertimbangan lainnya juga adalah secara regulasi
pihak Indomart tidak menunjukan kepatuhan terhadap konstitusi berupa mengikuti

prosedural pembangunan pasar modern (Indomart) yang sesuai dengan ketentuanketentuan pada Perda Kota Salatiga Nomor 03 tahun 2015 tentang penataan
pendirian pasar modern. Hal ini dibenarkan oleh Kepala Lurah Tingkir Tengah
Bapak Otto.
“Gini mas sebenarnya itu kan bukan Indomart, tapi toko amanah cuman
sama persis dengan Indomart karena di dalamnya adalah barang-barang dari
Indomart, dan kami dalam proses perizinan pendirian tersebut juga
dikatakan akan membangun toko klontong (toko amanah). Sehingga izin
yang keluar dari Kelurahan adalah toko klontong (toko amanah)”
Persyaratan yang harus di tempuh oleh para pemilik usaha yang berencna
mendirikan badan usah berjenis toko modern, maka prosedural yang harus
ditempu adalah memiliki izin usaha toko modern (IUTM). Berdasarkan Pasal 12
dan 13 Perpres 112/2007 jo Pasal 12 Permendag 53/2011, persyaratan izin usaha
toko moderen diantaranya:
(a).Copy Surat Izin Prinsip dari Bupati/Walikota atau Gubernur. (b) Hasil
Analisa Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat serta rekomendasi dari instansi yang
berwenang; (c) Copy Surat Izin Lokasi dari Badan Pertanahan Nasional; (d) Copy
Surat Izin Undang-Undang Gangguan (HO); (e) Copy Surat Izin Mendirikan
Bangunan (IMB); (f) Copy Akta pendirian perusahaan dan pengesahannya; (g)
Rencana Kemitraan dengan Usaha Mikro dan Usaha kecil; (h) Surat Pernyataan


47

kesanggupan melaksanakan dan mematuhi ketentuan yang berlaku; dan (i). Studi
Kelayakan termasuk analisis mengenai dampak lingkungan, terutama sosial
budaya dan dampaknya bagi pelaku perdagangan eceran setempat. Ketiga ,
berkaitan dengan kondisi pasar tradisional Cengek, dimana mengacu pada kondisi
pasar tradisional Cengek yang masuk dalam kategori pasar traadisional dalam
tahap berkembang. menurut Pak Muhamad Umam (47)2
Pasar Cengek merupakan salah satu dari 9 pasar yang masuk dalam kategori
tidak sehat di Kota Salatiga. untuk dikategorikan pasar tidak sehat itu salah
satu indikatornya adalah retribusi atau pendapatan para pedagang minin
(tidak memenuhi pencapaian tertentu). Jadi untuk mengcover PNS yang
mengawal disini itu minim sekali. Atau sederhananya pasar yang tidak
memberikan PAD kepada daerah sesuai dengan targetnya dapat
dikategorikan sebagai indicator pasar yang tidak sehat. Maka atas dasar itu
kami menolak Indomart karena kami merasa kehadiran Indomart akan
mematikan usaha-usaha pedagang kecil disini, karena pasar tradisional
Cengek masih dalam kondisi merangkak menuju pada kondisi pasar yang
sehat. Dari dua pertimbangan tersebut sehingga kami melakukan perlawanan
atas keberadaan Indomart di Cengek. Dan gerakan yang kami lakukan

merupakan gerakan yang konstitusional karena kami mengacu pada
pelanggaran pihak Indomart terhadap kebijakan yang sudah diatur dalam
perda Kota Salatiga Nomor 03 tahun 2015.
Kesadaran akan kondisi pasar tradisional Cengek yang tidak sebaik pasarpasar tradisonal lain di Kota Salatiga. yang disebabkan oleh daya beli masyarakat
yang kurang serta kuantitas pedagang yang aktif berjualan di pasar tradisonal
Cengek hanya berjumlah 15 orang. hal ini di perkuat dengan hasil observasi
langsung yang dilakukan oleh peneliti, terlihat beberapa lapak yang tertutup dan
tidak pernah di buka selama awal proses penilitian (pengambilan data) sampai
dengan selesai proses pengambilan.

2

Hasil wawancara bersama Bpk Umam Kordinator gerakan

48

Gambar 5.1
Kondisi Pasar Tradisional Cengek

Sumber: Dokumentasi Penilitian Pada 04/06/2017


Secara prinsip kondisi yang terjadi pada Indomart di Kelurahan Tingkir
Tengah dalam prosedur administrasinya tidak menempuh wilayah prosedur
pendirian pasar modern. Proses perizinan yang di kantongi pihak Indomart adalah
pendirian Toko Klontong. Sehingga hal ini menjadi salah satu acuan gerakan
perlawanan pedagang pasar Cengek dalam rangka menolak keberadaan Indomart.
“Awalnya kami pedagang disini belum mengetahui akan di dirikan Indomart
di Kelurahan Tingkir Lor, tapi kita dikagetkan dengan bangunan toko yang
sebelumnya informasinya adalah toko klontong (CV Amanah), tapi pada
kenyataannya bangun tersebut adalah bangunan Indomart”3
Keberadaan Indomart Tingkir Tengah yang belum memiliki proses perizinan
pendirian toko modern turut diperkuat dengan melihat bangunan fisik Indomart
yang tidak seperti bangunan Indomart pada umumnya, yakni dengan keindetikan
warna dan mempunyai plang atau papan nama yang secara jelas tertulis kata
Indomart.

3

Hasil wawancara dengan Bu Sumira (53) salah satu pedagang toko klontong pada 17/05/2017


49

Gambar 5.2

Gambar 5.3

Indomart pada umumnya

Indomart Tingkir Lor

Sumber: https://www.google.co.id/search

Sumber: data dokumentasi penilitian

Gambar 5.4
Papan nama Indomaret di ganti dengan nama CV.Amanah

Sumber Data: Dokumentasi Penilitian pada 02/07/2017

Gerakan-gerakan perlawanan yang dilakukan para pedagang pasar tradisional

Cengek secara sederhana dibentuk oleh kesepemahaman dalam kesadaran kolektif

50

atas kesamaan objek, yakni pendirian Indomart di Kelurahan Tingkir Tengah.
Dalam hal ini Objek Indomart dilihat sebagai keluhan bersama atas sebuah
ancaman eksistensi pasar tradisional Cengek.
Berangkat dari persoalan inilah para actor gerakan membentuk kesadaran
kolektif pedagang untuk melakukan gerakan perlawanan terhadap pihak Indomart
di Tingkir Tengah. Pengelolaan issu-issu tersebut di kemas para aktor gerakan
melalui intensitas diskusi-diskusi singkat bersama para pedagang pasar, serta
melakukan pertemuan bersama pedagang pasar untuk membahas keberadaan
Indomaret di Tingkir Tengah.
Proses-proses tersebut di lakukan para aktor gerakan guna membentuk
pemahaman awal gerakan perlawanan tehadap pihak Indomaret. gerakan-gerakan
yang di lakukan oleh para aktor gerakan dengan memobilisasi masa melalui
pertemuan dan intensitas diskusi-diskusi informal, merupakan bagian dari
membentuk kesepemahaman issu gerakan. Dan keberhasilan dari pembentukan
kesepemahan issu tersebut sangat menentukan keberhasilan dari gerakan.
Secara kongkrit pengelolaan issu yang dimainkan para aktor gerakan dalam

proses mobilisasi konsensus adalah untuk mencari dukungan dari para pedagang
secara kolektif yakni, dengan mengkonstruksikan issu keberadaan indomaret di
Tingkir Tengah dan ancaman eksistensi pasar tradisional Cengek dengan
mempertimbangkan ketiga faktor di atas.
Aktor-aktor gerakan yang terlibat dalam proses mencari dukungan para
pedagang pasar tradisonal di motori oleh 5 orang yang termasuk dalam pedagang
pasar tradisional Cengek, yakni Muhammad Umam (kordinator) Isna (anggota),
Muhammad Yunus (Anggota) MS (Anggota) Sumiaty (anggota) Ahmad Santoso
(Anggota). Kelompok ini menamai wadah gerakan perlawanan mereka terhadap
pihak Indomaret di Tingkir Tengah dengan sebutan “Wong Cengek (WC)”.
5.2. Bentuk Mobilisasi Dan Bentuk Gerakan Perlawanan Pedagang Cengek
Terhadap Pihak Indomart

51

Setiap gerakan kolektif membutuhkan aspek mobilisasi atau pengarahan
kolektif (masyarakat/kelompok). Faktor ini berpengaru pada dukungan massa
dalam menjalankan protes-protes kolektif yang berguna mencari dukungan yang
besar. aktor-aktor gerakan sosial ini tidak hanya mempergunakan organisasi
gerakan sosial yang terstuktur, sumber daya pendanaan formal yang memiliki

jaringan sampai kebawa dengan pola rekruitmen yang sistematis dan teratur, tetapi
juga organisasi formal seperti jaringan pertemanan, lingkungan perumahan, etnis
dan kekerabatan (kriesi, 1998:152-154).
Mobilisasi dalam gerakan protes kolektif (gerakan sosial) dimaknai
sebagai keterlibatan atau kebangkitan dukungan dan pengunduran diri atau
keterkikisan. dukungan masing-masing memiliki dua aspek: sikap dan perilaku
usaha pembangkitan dukungan sikap-proses yang harus dilalui sebuah oraganisasi
untuk mencoba mendapatkan dukungan bagi pandangannya (klander mans, 1894,
hlm.586) dalam hal ini gerakan tersebut dinamakan sebagai “mobilisasi
konsensus”; sedangkan usahan pembangkitan dukungan perilaku-usaha untuk
“menarik” partisifasi orang “(klander mans, 1894,

hlm.586) disebut sebagai

sebagai “mobilisasi aksi”.
5.2.1 Mobilisasi Konsensus
Mobilisasi konsesnsus menyiratkan usaha “memperjungankan” pikiran
orang, Hal itu berkaitan dengan peralihan dari sebagai simpatisan menjadi
partisifan aktif. Mobilisasi consensus yang sukses akan menumbuhkan sejumlah
pendukung potensial, orang-orang yang bersimpati kepada gerakan yang bersedia
mendukung dengan cara terentu dan tidak harus berarti siap untuk berpartisfasi di
dalam segala bentuk aksi kolektif.
Berangkat dari definisi di atas, maka secara sederhana mobilitas konsensus
merupakan usaha yang dilakukan aktor-aktor gerakan dalam rangka mencari
dukungan dengan menggunakan berbagai macam jaringan pertemanan baik
formal maupun informal. Menurut Abdul Wahid Situmorang dalam bukunya
Dinamika Protes Kolektif Lingkungan Hidup di Indonesia , memaknai mobilitas

52

konsensus sebagai kerangka gerakan yakni, alat yang di pergunakan oleh para
aktor protes dan gerakan sosial untuk menentukan dan memaknai peristiwa dan
situasi yang relevan dengan sejumlah cara sehingga potensi partisifan dan
pendukung ikut terlibat di dalam protes,

menggugah individu-individu yang

hanya bersifat pasif menjadi aktif dan demobilisasi para aktor dan kelompok
masyarakat yang sesunguhnya baik secara aktif maupun pasif menentang protes
dan gerakan sosial (Situmorang, 2013).
Sehingga seperti yang sudah di paparkan pada pembahasan sebelumnya,
dimana langkah awal yang dilakukan para actor gerakan dalam mengusung
gerakan perlawanan, ditempuh melalui aksi mobilisasi konsensus, yakni gerakan
doktrinasi-doktrinasi yang dilakukan actor gerakan terhadap para pedagang dalam
upaya memperkuat basis gerakan (dukungan) dengan menggunakan tiga issu
strategis, yaitu : (a) pertimbangan jarak pasar tradisional dan Indomart, (b)
prosedur pendirian Indomart. (c) kondisi pasar tradisional Cengek.
Gerakan mobilisasi konsensus yang di pelopori oleh para aktor gerakan di
lakuakan dengan menempuh metode komunikasi face to face dan pertemuan
bersama pedagang. Hal ini seperti yang diutarakan oleh MS salah satu aktor
gerakan
“penyampain para pedagang pasar terkait dengan keberadaan Indomart dan
upaya untuk melakukan perlawanan agar aktifitas jual beli Indomart tidak
berlangsung dilakukan ke para pedagang pasar tradisonal Cengek dengan
cara face to face, artinya informasi tersebut disampaikan melalui
perbincangan-perbincangan ringan dalam sela-sela aktifitas jualan di pasar
pada saat aktifitas di pasar berlangsung antara satu pedagang dengan
pedagang lain”4.
Di dalam mobilisasi konsensus yang di lakukan para actor gerakan
perlawanan pedagang Cengek terhadap Indomaret memiliki maksud agar para
pedagang bersimpati penuh untuk bersama-sama mendukung gerakan perlawanan
terhadap keberadaan indomaret di Tingkir Tengah. Keberhasilan gerakan protes
kolektif yang dilakukan oleh para pedagang pasar tradisional sangat ditentukan
4

Hasil wawanca bersama pedagang MS (45) salah satu aktor gerakan perlawanan terhadap
Indomart.

53

oleh mobilisasi consensus sebagai modal awal dalam melakukan gerakan, hal ini
dikarenakan di dalam gerakan mobilisasi konsensus terdapat upaya-upaya
doktrinasi melalui penggiringan issu-issu strategis yang di jadikan sebagai
bahan/motivasi gerakan.

5.2.2 Mobilisasi Aksi (Gerakan Perlawanan Pedagang Tradisional Cengek)
Mobilisasi aksi berarti usaha “memperjungankan” sumber-sumber daya
berupa uang, waktu, keterampilan, kepakaran dan lain sebagainya. mobilisasi aksi
yang sukses mampu mengubah sebagian besar simpatisan menjadi partisipan
dalam kegiatan-kegiatan dalam gerakan tertentu, maka dengan demikian gerakan
mobilisasi aksi berada pada satu level aplikatif

di atas gerakan mobilisasi

konsesnsus.
Menurut Kladermans mobilisasi aksi disebut juga dengan mobilisasi
structural, dimana mobilisasi ini merupakan “sarana kolektif formal maupun
informal” digunakan orang untuk mobilisasi dan melibatkan diri dalam aksi
kolektif. Teori mobilisasi gerakan terutama melihat struktur sebagai saluran
perekrutan, tetapi secara bertahap kemudian menjadi jelas bahwa jaringanjaringan ini juga memaikan peran di dalam konstruksi makna dan pembentukan
identitas (Klandermans: 2005).
Pendekatan mobilisasi aksi yang menekankan structural dalam konteks
gerakan penolakan Indomart Cengek adalah pendekatan yang di pakai oleh aktor
gerakan yang di proritaskan pada para pedagang pasar tradisional Cengek dengan
medote mengkonstruksikan makna, yaitu dengan cara penggiringan wacana
“implikasi keberadaan Indomart”, hal ini dilakukan melalui rasionalisai implikasi
keberadaa Indomart di Tingkir Tengah yakni, pedagan tradisional Cengek
merupakan kelompok yang nantinya paling dekat dan utama terkenal dampak
dari keberadaan Indomart di Tingkir Tengah, penggiringan wacana keberadaan
Indomart dan implikasinya terhadap para pedagang pasar tradisional Cengek
membentuk identitas (kesadaran kolektif) pedagang sebagai kelompok yang “ di

54

rugikan” sehingga dari alasan tersebut dukungan yang paling kuat mengalir
untuk gerakan perlawanan terhadap keberadaan Indomaret berasal dari pada para
pedagang pasar Tradisional Cengek. Bahkan 15 orang pedagang yang menjadi
pedagang aktif di pasar tradisional Cengek

menyatakan dukungan menolak

Indomart di Tingkir Tengah.
Berangkat dari dukungan tersebut para aktor-aktor gerakan melakukan aksi
gerakan melalui dua cara, yakni dengan cara kritik dan diplomasi.
Kami melakukan gerakan perlawanan dengan dua cara, yakni kritik dan
diplomasi. Dengan cara kritik kami melakukan aksi-aksi jalanan dengan
metode pemasangan spanduk penolakan Indomart di tempat-tempat
strategi di Kecamatan Tingkir, sedangkan diplomasi di tempuh dengan
pertemuan antara pihak pedagang tradisional cengek dengan pihak
indomaret .5
Gerakan perlawanan yang dilakukan oleh para pedagang pasar tradisonal
Cengek dengan menggunakan langkah aksi adalah melalui pemasangang spanduk
penolakan keberadaan Indomart di Tingkir Lor. Aksi tersebut dilakukan melalui
cara mencetak lima spanduk dengan ukuran 1,5 x 4 meter dengan bertuliskan
“Tolak Indomart/Alfamart !!!”. spanduk-sapanduk tersebut di sebar di beberapa
tempat strategis di Kelurahan Tingkir Lor dan Tingkir Tengah. Antara lain: dua
spanduk di pasang di pasar tradisional Cengek, satu spanduk di pasang di jalan
utama Kelurahan Tingkir Lor, dan dua spanduk di pasang di depan persis
bangunan Indomart Tingkir Tengah. Hal ini sesuai dengan di utarakan oleh Pak
Isna
Kami melakukan gerakan protes dengan memasang spanduk penolakan
Indomart dibeberapa titik antara lain : pasar tradisional Cengek, jempatan
tepatnya depan jalan utama jln Tingkir-suruh, dan depan persis Indomart
Tingkir Lor. Selain pemasangan spanduk kita (perwakilan pedagang) juga
melakukan beberapa aksi mediasi dengan pihak Indomart yang di fasilitasi
oleh pihak Kelurahan Tingkir Lor dan polsek.6
Gambar 5.5
Spanduk Penolakan Indomart

5

Hasil wawanca bersama Pak Umam Kordinator aksi pada 05/03/2017
Hasil wawancara bersmaa pak isna salah satu pedagang pasar yang terlibat dalam pemasangan
spanduk pada (20 juli 2016)

6

55

Pemasangan spanduk penolakan Indomart yang ditemui di pasar tradisional
Cengek: sumber (dokumentasi penilitian pada 20/06/2017).

Pemasangan spanduk yang menyerukan gerakan perlawanan dipasang
pada beberapa tempat di Kelurahan Tingkir Lor dan Tingkir Tengah, yang di
maksudkan agar dapat diketahui oleh pihak Indomart agar segera memberhentikan
aktifitas jual beli di Indomart. Hal tersebut secara langsung di sikapi oleh pihak
Indomart dengan memberhentikan aktifitas jual beli di Indomart selama beberapa
bulan (Juli-Oktober 2016).
Yah..gerakan penolakan pedagang dilakukan dengan memasang spanduk
penolakan di beberapa tempat dan didepan Indomart, setelah itu besoknya
yang punya saham disini temuni warga (para pedagang untuk menanyakan
kira-kira Indomart bisa beropesari disini ndk, karena yang tanam saham
disini itu saya (orang Tingkir sendiri), dan Indomart itu hanya onernya.
Usaha ini milik saya tapi berlebel Indomart, yang pembagianya 60/40,
sehingga bisa dikatakan pemiliknya itu saya (yangg menanam saham),
karena warga disini taunya itu kan yang punya Indomart adalah cina dan
non muslim,takutnya karena disini kan mayoritasnya kan Islam.7
Selain gerakan pemasangan spanduk para pedagang pasar menempuh cara
diplomasi dengan pihak Indomart yang di fasilitasi oleh pihak Kelurahan Tingkir
Tengah dan intelkam polres Kota Salatiga yang di hadiri oleh 3 orang perwakilan
dari pedagang (Muhammad Umam, Isna, dan Yunus), pihak Indomart (Muslik),
pihak Kelurahan Tingkir Lor (Otto Risang), Toko masyarakat Tingkir Tengah
(Muhammad Khalim), Perwakilan DISPERINDAG dan UMKM Kota Salatiga,
pihak Polsek Kecamatan Tingkir (Masyuri), Kepala Babimkamtipmas Polres Kota
7

Hasil wawancara dengan kepala toko Indomart Tingkir Lor mas David (29) yang menceritakan
kronologis pemasangan spanduk penolakan yang dilakukan oleh pedagang pasar Cengek.

56

Salatiga (Didik Budiono), Kasat Intelkam Polres Salatiga (Rohmadi), dan
Perwakilan Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM) Kelurahan Tingkir
Tengah (Muji),
Pertemuan tersebut di langsungkan pada Bulan Agustus 2016 bertempat di
rumah makan rejolele Kelurahan Tingkir Tengah. Dalam pertemuan tersebut
melahirkan beberapa kesepakatan antara pihak pedagang dan pihak Indomart
antara lain: (a) pihak Indomart yang telah terbukti belum mengantongi izin usaha
pasar modern sesegera mungkin menyelesaikan administrasi pendirian pasar
modern, ketika administrasi telah terselesaikan pihak Indomart dipersilakan untuk
membuka kembali aktifitas jual beli, (b) aktifitas Indomart hanya bisa berjalan
selama 2 tahun setelah pengembalian modal pemilik Indomart, maka setelah itu
Indomart ditutup dengan pertimbangan keberadaan Indomart di Tingkir Tengah
akan berpengaruh pada keberlansungan usaha pedagang kecil di pasar tradional
Cengek dengan mempertimbangan jarak yang cukup dekat antara pasar tradisional
Cengek dengan Indomart (c) para pedagang pasar bersepakat untuk tidak
melangsungkan aktifitas gerakan apapun dalam rangka menjaga kondisifitas
masyarakat di Kelurahan Tingkir Lor dan Tingkir Tengah8.
Gambar 5.6
Hasil Mediasi Pedagang pasar Cengek dan pihak Indomart

8

Poin-poin kesepakatan didapatkan peniliti dari hasil wawancara langsung dengan pak umam
kordinator aksi gerakan perlawanan Indomart.

57

Keteterangan: Pertemuan antara pedagang pasar dan pihak Indomart dalam
upaya mediasi (sumber data: dokumentasi Polsek Kecamatan Tingkir).

5.2.3 Implikasi Mobilisasi Aksi dan Konflik Internal Pedagang

Di dalam sebuah dinamika, protes-protes kolektif juga mengalami
penurunan. Dengan kata lain, protes-protes kolektif tidak akan terus menerus
berada pada tahap perkembangan. Pada fase tertentu gerakan tersebut mengalami
penurunan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salaing memiliki
keterkaitan.
Salah satu faktor adalah struktur mobilisasi yang tidak bisa lagi di pakai
secara maksimal karena partisifan atau konstituen mengalami kelelahan dan
terbelahnya para pemimpin protes (aktor gerakan) dalam merespon strategi para
pemegang kuasa politik, ekonomi atau sosial. Dan sering kali terjadi fenomena
transaksional, dimana satu kelompok yang sebelumnya merupakan tim kolektif
dalam gerakan menerimai konpensasi dari pemerintah maupun korporasi,
sedangkan kelompok lainya bersikeras menolak karena konsensi yang diberikan
“hanya sebagian kecil”. (Situmorang 2013, hlm 43).
Puncak dari gerakan protes kolektif yang di lakukan oleh para pedagang
pasar tradisional Cengek adalah gerakan perlawanan yang di lakukan melalui aksi
pemasangan spanduk dan aksi diplomasi antara pedagang dan pihak indomaret

58

yang melahirkan beberapa kesepakatan, dan bentuk kesepakatan antara para
pedagang pasar tradisonal Cengek dan pihak Indomart merupakan bentuk gerakan
sosial secara persuasive, namun dalam gerakan ini menghasilkan kesepakatankesepakan yang hanya bersifat sementara. Hal ini dikarenakan pihak Indomart
selama satu bulan pasca kesepakatan disepakati, pihak Indomart kembali
membuka Indomart dengan menggunakan kedok nama Indomart di ganti dengan
“Toko CV. Amanah”.
Sebagian besar pedagang (terutama aktor-aktor gerakan) yang semula
mempunyai komitmen bersama dengan pihak Indomart merasa kecewa dengan
tindakan tidak professional yang dilakukan pihak Indomart, namun gerakan
penolakan sudah tidak memungkinkan (mengalami penurunan), hal ini di
karenakan secara internal kelompok pedagang pasar yang terdiri dari lima orang
aktor gerakan dalam prosesnya mengalami konflik internal.
Pola-pola protes kolektif yang mengalami penurunan memiliki ciri-ciri
sebagai berikut: pola-pola protes kolektif tidak lagi tersebar di beberapa tempat,
tetapi hanya di fokuskan pada salah satu lokasi, tuntutan disalurkan pada lembaga
formal, mobilisasi massa berkurang dan digantikan dengan protes-protes simbolik
(Situmorang, 2013, hal 43). Mengacu pada ketiga ciri tersebut, dalam melihat
kondisi kelompok pedagang pasar tradisonal Cengek saat ini, di mana simbolsimbol gerakan perlawanan pedagang pasar tradisonal Cengek terhadap pihak
Indomart telah menurun secara drastis, kondisi ini dapat dilihat melalui tidak
adanya gerakan perlawanan susulan pasca di bukanya kembali Indomart yang
belum mengantongi surat izin pembangunan pasar moderen,

pemasangan

spanduk yang sebelumnya di pasang melalui beberapa titik telah dilepas, kecuali
spanduk yang di pasang di depan pasar tradisonal Cengek.
Berdasarkan hasil wawancara peniliti dengan salah satu dari lima aktor
gerakan tersebut,9 ketika ditanyakan mengenai gerakan lanjutan terhadap pihak

9

Gerakan perlawanan yang dilakuakan oleh para pedagang pasar tradisional dimotori oleh 5
orang aktor gerakan, namun setelah gerakan tersebut sudah berjalan samapai ke tahap mediasi,
tim tersebut mulai pecah, berdasarakan hasil wawancara dengan Pak Yunus salah satu dari

59

Indomart, jawaban dari salah satu actor tersebut adalah telah merasa kecewa
dengan tim yang beberapa orang sudah di susupi kepentingan pribadi dengan
bergabung bersama pihak Indomart dalam mendukung keberlangsungan aktifitas
Indomart di Tingkir Tengah.
Pola-pola yang dilakukan pihak Indomaret dalam upaya pemecahan
kekuatan kelompok pedagang pasar tradisonal Cengek di tempuh dengan
pendekatan ekonomi, terutama dilakukan dengan pedekatan para actor-aktor yang
mejadi promotor gerakan. Dimana kedua actor gerakan dari lima actor tersebut di
dekati pihak Indomaret dan di tawarkan konpensasi tertentu10. Hal ini
menimbulkan dinamika konflik internal di dalam kelompok atau tim actor gerakan
pedagang pasar cengek, sehingga persoalan ini lah yang pemicu utama gerakan
perlawanan pedagang pasar tradisional Cengek terhadap pihak Indomart
mengalami penurunan. Langkah-langkah tersebut di tempuh pihak Indomart
sebagai upaya melangsungkan usaha Indomaret untuk tetap berjalan tanpa ada
gerakan-gerakan susulan dari kelompok pedagang tradisonal Cengek.
5.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gerakan Perlawanan Indomart
Di dalam dinamika protes kolektif sudah tentunya terdapat faktor
pendukung maupun penghambat dari sebuah gerakan protes kolektif. Besar
kecilnya faktor kedua faktor tersebut (pendukung dan penghambat) sangat
menentukan output akhir dari suatu dinamika protes-protes kolektif. Sehingga
dalam pembahasan ini sangat penting untuk di deskripsikan faktor pendorong dan
penghambat dari gerakan protes kolektif yang dilakukan oleh kelompok pedagang
pasar tradisional Cengek terhadap pihak indomaret
5.3.1. Faktor Regulasi
Kehadiran Perda Kota Salatiga Nomor 03 Tahun 2015 tentang Penataan
dan Pembinaan Pusat Perbelanjaan dan Toko Swalayan, dinilai oleh para
kelima actor gerakan tersebut, berpendapat bahwa kedua anggota tim lain telah dibayar pihak
Indomart untuk mendukung pihak Indomart
10
Penitili dalam proses wawancara dengan pak Yunus tidak menyebutkan secara spesifik bentuk
konpensasi material yang diberikan pihak Indomaret kepada kedua actor Gerakan tersebut.

60

pedagang pasar tradisonal sebagai angin segar dalam membendung kehadiran
pasar-pasar modern di Kota Salatiga. hal ini dikarenakan kehadiran pasar-pasar
modern yang di dominasi oleh Indomart dan Alfamart telah tumbuh dan
berkembang pesat di Kota Salatiga. kekawatiran dari para pedagang pasar
tradisional khusunya pedagang pasar tradisional Cengek, dimana ketakutan akan
persaingan pasar tradisional dengan pasar modern yang pada akhirnya akan di
menangkan oleh pasar modern dengan berbagai macam kesiapan sumber daya
yang dimilikinya.
Hadirnya Perda Nomor 03 Tahun 2015 bertujuan untuk (a) mengatur dan
menata keberadaan dan pendirian Pusat Perbelanjaan dan Toko Swalayan di
wilayah tertentu dalam rangka menjaga keseimbangan antara jumlah pasar Rakyat
dengan Pusat Perbelanjaan dan Toko Swalayan, serta dapat menjadi daya tarik
pariwisata; (b) mendorong terselenggaranya kemitraan antara pelaku UMKM,
Koperasi dan Pasar Rakyat dengan pelaku usaha Pusat Perbelanjaan dan Toko
Swalayan berdasarkan prinsip kesamaan dan keadilan; dan (c) mendorong
terciptanya partisipasi dan kemitraan publik dan swasta dalam penyelenggaran
usaha perpasaran, agar dapat tumbuh berkembang lebih cepat sebagai upaya
terwujudnya tataniaga dan pola distribusi nasional yang mantap, lancar, efisien,
dan berkelanjutan.
Berangkat dari tujuan tersebut, maka konsekuensi yang harus dijalankan
pemerintah adalah menjadi lembaga yang akuntabel dan kredibel serta selektif
dalam setiap prosedural pengajuan administrasi yang diajukan oleh perseorangan
atau perusahan yang bertujuan untuk membuka usaha pasar modern (minimarket
dalam bentuk Indomart).
“Perlu diketahui toko modern itu sepemahaman saya berdasarkan undangundang adalah toko yang sifat pelayanannya adalah seperti system
pelayanan dalam swalayan dan berjaringan, (Indomart, alfamart, super
indo dll) makanya dalam proses pendirian toko modern harus menempu
prosedur untuk mengantongi surat izin pendirian toko moderen”11
11

Hasil wawancara bersama Bpk Muhammad Umam, Kordinator gerakan perlawanan pasar
tradisional Cengek pada 11/06/2017.

61

Maka secara jelas pendirian Indomart telah melanggar ketentuanketentuan yang berlaku di dalam perda tersebut. Berdasarkan kondisi yang terjadi
di Kecamatan Tingkir, dimana keberadaan Indomart di Tingkir Lor hanya berjarak
230 meter dari pasar tradisional Cengek di Kelurahan Tingkir Lor. Sedangkan
dalam perda nomor 03 tahun 2015 sudah secara jelas diatur baik pada aspek
ketentuan pembangunan toko modern yang harus mempertimbangkan pasar rakyat
(pasar tradisional), maupun pada aspek procedural administrasi pendirian pasar
modern.
5.3.2

Persaingan Usaha

Pelanggaran-pelanggaran regulasi yang dilakukan oleh pihak Indomart dalam
pendirian Indomar di Tingkir Tengah di jadikan bahan atau faktor pendukung para
pedagang tradisional Cengek melakukan gerakan perlawanan terhadap pihak
Indomart. Pertimbangan sederhana dalam gerakan perlawanan ini adalah
ketentuan-ketentuan berkaitan dengan jarak pendirian pasar modern (Indomart)
dengan pasar tradisional yang tealah di atur di dalam perda Nomor 03 Tahun 2015
Tentang Penataan Dan Pendirian Pasar Moderen Dan Swalayan. Perda tersebut
merupakan ketentuan ideal yang telah menempuh proses pengkajian panjang dan
mendalam,

dimana

implikasi

ketika

pertimbangan

tersebut

tidak

dipertimbangkan oleh pihak Indomart, maka yang akan terjadi adalah persaingan
usaha atara Indomart dan pedagang pasar tradisional, yang pada akhirnya akan
dimenangkan oleh pihak Indomart, hal ini sudah barang tentu terjadi dikarena kan
keunggulan Indomart dari aspek sumber daya, finansial maupun fasilitas yang
dimiliki Indomart jauh lebih lengkap, bila dibandingkan dengan pasar tradisional.
Mengacu pada persoalan tersebut, maka sangat akan merugikan para
pedagang pasar tradisional Cengek, mengingat fungsi kontrol dari pemerintah
Kota Salatiga cukup minim dalam melihat persoalan antara pedagang pasar
tradisional dan Indomart di Kelurahan Tingkir Lor, sehingga berangkat dari
kondisi tersebut para pedagang mempunyai inisiatif unutk melakukan aksi
gerakan sosial berupa perlawanan atas keberadaan Indomart di Tingkir Tengah.

62

5.3.3

Kecurigaan/ Kekwatiran Terhadap Etnis Tertentu
Selain kedua faktor pendukung Gerakan di atas yakni, faktor regulasi dan

faktor pertimbangan persaingan usaha, salah satu faktor pendukung lainya yang
sebelumnya dijadikan sebagai argumentasi dalam melakukan gerakan protes
kolektif terhadap pihak Indomart adalah “kecurigaan” para pedagang terhadap
konsep kapitalisasi cina yang mencoba memonopoli usaha dengan mendirikan
Indomart .
Gerakan protes kolektif yang di lakukan oleh pedagang pasar Cengek
menganggap wilayah Kecamatan Tingkir adalah wilayah “hijau”12 Kota Salatiga,
artinya pusat-pusat pendidikan Islam di Kota Salatiga berada pada Kecamatan
Tingkir, salah satunya pada Kelurahan Tingkir Tengah dan Tingkir Lor.
Kehadiran Indomart yang dimiliki oleh etnis Cina (sesuai dengan pemahaman
mereka) sangat meresahkan. Selain dapat memberikan dampak negative bagi
pedagang pasar tradisional di Cengek, monopoli usaha yang dilakukan oleh Cina
merupakan kapitalisme usaha yang menggurita dengan tujuan mendapatkan
keuntungan yang sebanyak-banyanya, yang bagi pemahaman para pedagang
sudah seharusnya di lawan.

5.4 Faktor Penghambat Gerakan (Ketidakstabilan Konstruksi Makna dan
Identitas dalam gerakan Protes Kolektif Pedagang)
Konstruksi makna dan identitas dalam gerakan protes-protes kolektif
merupakan hal penting dalam suatu gerakan protes kolektif. Konstruksi makna
mempunyai maksud dimana gerakan harus mampu di kelola melalui issu-issu
strategis yang di jadikan sebagai

bahan pembentukan dalam pembentukan

motivasi gerakan. Secara teoritis momentum konstruksi makna dan identitas
dilakukan pada saat mobilisasi konsensus berlangsung.
Di dalam proses mobilisasi konsensus terdapat issu-issu yang di kelolah para
actor gerakan yang mempunyai tujuan mencari dukungan para partisifan aktif
12

Berdasarkan data Blogspot.com/KotaKita terdapat 13 pondok pesantren yang tersebar di dua
kelurahan Tingkir Tengah dan Tingkir Lor

63

dalam gerakan, serta membentuk kesadaran kolektif (konstruksi identitas)
kelompok gerakan. Sehingga, dapat simpulkan bahwa Berkembangnya dan
menurunya gerakan protes sangat ditentukan oleh mobilisasi consensus yang di
dalamnya terdapat proses konstruksi makna dan identitas.
Berangkat dari hal tersebut dengan melihat hasil akhir dari gerakan protes
pedagang terhadap pihak Indomart yang mengalami menurunan, hal ini
berindikasikan pada ketidakstabilan konstruksi makna dan identitas di dalam
kelompok pedagang, indicator yang bisa di pakai dalam melihat lemahnya
konstruksi makna dan identitas para pedagang adalah, menurunya aktifitas
gerakan yang disebabkan oleh sikap penghianatan beberapa actor gerakan yang
keluar dari komitmen awal gerakan dan memilih bergabung untuk turut
mendukung keberadaan Indomart di Tingkir Tengah
Sehingga, konstruksi kesadaran kolektif (identitas) yang di bangun dengan
menggunakan beberapa issu implikasi negative atas keberadaan Indomart di
Kelurahan Tingkir Tengah belum bisa di simpulkan berjalan secara maksimal, hal
ini dipengaruhi oleh intensitas gerakan mobilisasi consensus yang di langsungkan
oleh actor gerakan tidak begitu serius, sehingga konstruksi makna dan identitas
tidak pula terinternalisasi secara menyeluru dalam pikiran dan tindakan kelompok
gerakan.

64

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63