MODEL LITERATURE BASED DALAM PROGRAM GERAKAN LITERASI SEKOLAH | Silvia | Mimbar Sekolah Dasar 7799 16964 1 PB

p-ISSN 2355-5343
e-ISSN 2502-4795
http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbar

Article Received: 08/08/2017; Accepted: 06/10/2017
Mimbar Sekolah Dasar, Vol 4(2) 2017, 160-171
DOI: 10.23819/mimbar-sd.v4i2.7799

MODEL LITERATURE BASED DALAM PROGRAM GERAKAN LITERASI
SEKOLAH
Okeu Wila Silvia1 & Dadan Djuanda2
1SD

Cikancung Kabupaten Bandung
Jl. Sayang Cikancung Kec. Cangkuang Kab. Bandung
Email: okeuwsilvia@gmail.com
2PGSD

UPI Kampus Sumedang
Jl. Mayor Abdurachman No. 211 Sumedang
Email: dadandjuanda@upi.edu

ABSTRACT
The literature-based learning model is used to
create a 15 minute reading activity before
learning becomes a fun, varied activity and to
increase reading interest as well as the ability to
respond to learners' books. This research uses a
descriptive-qualitative approach. Which one of
the aims is to reveal and describe the process
stages of the literature based model applied to
the school literacy movement program in
reading activities 15 minutes before learning. This
event lasted for ten times in class V Cikancung
State Elementary School. The findings of of this
study are: learners reading interest increased
97%, which 70% in the middle increase category,
and 27% else in the lower one. The remaining, 3%
learners has no increasing of reading interest.
Keywords: literature-based learning, reading
interest, school literacy movement program.


ABSTRAK
Model pembelajaran Literature Based digunakan
untuk menciptakan kegiatan 15 menit membaca
sebelum belajar menjadi kegiatan yang
menyenangkan,
variatif
dan
untuk
meningkatkan minat baca serta kemampuan
menanggapi buku peserta didik. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif, yang
bertujuan
untuk
mengungkap
dan
mendeskripsikan proses tahapan dari model
literature based yang diterapkan pada program
gerakan literasi sekolah di kegiatan membaca 15
menit sebelum pembelajaran. Kegiatan ini
berlangsung selama sepuluh kali pertemuan di

kelas V SDN Cikancung. Dari penelitian ini
diperoleh temuan peningkatan minat baca
peserta didik sebesar 97%, di antaranya 70%
mengalami kenaikan minat baca kategori
sedang dan 27% kategori rendah. Sedangkan 3%
lainnya tidak mengalami kenaikan ataupun
penurunan minat membaca.
Kata Kunci: literature based,
program gerakan literasi sekolah.

minat

baca,

How to Cite: Silvia, O., & Djuanda, D. (2017). MODEL LITERATURE BASED DALAM PROGRAM GERAKAN LITERASI
SEKOLAH. Mimbar Sekolah Dasar, 4(2), 160–171. http://doi.org/10.23819/mimbar-sd.v4i2.7799.

PENDAHULUAN ~ Pada saat ini tantangan

teknologi informasi, peserta didik dituntut


yang

pemerintah

untuk memiliki kemampuan membaca

adalah rendahnya minat baca. Selain

dalam pengertian memahami teks secara

ketersediaan buku di seluruh Indonesia

analitis, kritis, dan reflektif. Rendahnya

yang belum memadai, pemerintah juga

minat baca ini bisa juga disebabkan oleh

menghadapi


motivasi

masih dominannya budaya tutur daripada

membaca di kalangan peserta didik. Hal

budaya baca. Sumandayo (Triatma, 2016,

ini

p.

sedang

dihadapi

rendahnya

memprihatinkan,


karena

di

era

[160]

167)

memaparkan

‘Setiap

aspek

Okeu Wila Silvia & Dadan Djuanda, Model Literature Based dalam Program Gerakan Literasi…

kehidupan


melibatkan

kegiatan

Hasil dari beberapa tes dan survey di atas

membaca’. Kurangnya minat baca di

tentunya

Indonesia diperkuat dengan hasil survei

pemerintah Indonesia untuk menciptakan

UNESCO pada tahun 2011 yang dilakukan

upaya untuk meningkatkan minat baca

kepada negara-negara di ASEAN. Budaya


terhadap masyarakat Indonesia. Hal ini

membaca di Indonesia berada pada

tentunya harus dimulai dari dasar yakni

peringkat yang paling rendah dengan

sejak usia dini. Maka Indonesia baru-baru

nilai 0,001. Yang berarti dari sekitar 1000

ini

penduduk Indonesia hanya satu yang

Gerakan Literasi Sekolah (GLS).

menjadi


menyusun

PR

strategi

besar

yang

bagi

dinamai

memiliki budaya membaca tinggi.
Menurut Faizah, dkk. (2016) Pengertian
Sejalan

dengan


pernyataan

di

atas,

Literasi Sekolah dalam konteks GLS adalah

Wiedarti, dkk. (2016) memaparkan hasil tes

“Kemampuan

dan beberapa survey para ahli dan

dan menggunakan sesuatu secara cerdas

institusi,

Progress


melalui berbagai aktivitas, antara lain

Study

membaca, melihat, menyimak, menulis,

(PIRLS) tahun 2011 yang mengevaluasi

dan atau berbicara”. Sedangkan GLS

kemampuan

merupakan sebuah upaya yang dilakukan

yakni.

International

Hasil

tes

Reading

Literacy

membaca

peserta

didik

mengakses,

memahami,

kelas IV menempatkan Indonesia pada

secara

peringkat ke-45 dari 48 negara peserta

sekolah sebagai organisasi pembelajaran

dengan skor 428, di bawah nilai rata-rata

yang warganya literat sepanjang hayat

500 (IEA, 2012). Sementara itu, survei yang

melalui pelibatan publik.

menyeluruh

untuk

menjadikan

mengevaluasi kemampuan peserta didik
berusia

15

tahun

dilakukan

Programme

for

Assessment

(PISA)

membaca,

matematika,

oleh

GLS memperkuat gerakan penumbuhan

Student

budi pekerti sebagaimana dituangkan

mencakup

dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan

International
yang

sains.

Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015. Salah

berpartisipasi

satu kegiatan di dalam gerakan tersebut

dalam PISA 2009 dan 2012 yang keduanya

adalah “kegiatan 15 menit membaca

diikuti oleh 65 negara peserta. Khusus

buku nonpelajaran sebelum waktu belajar

dalam kemampuan membaca, Indonesia

dimulai”. Kegiatan ini dilaksanakan untuk

yang semula pada PISA 2009 berada

menumbuhkan minat baca peserta didik

pada peringkat ke-57 dengan skor 396

serta

(skor rata-rata OECD 493), ternyata pada

membaca

PISA 2015 peringkatnya menurun, yaitu

dikuasai secara lebih baik. Materi baca

berada di urutan ke-64 dengan skor 397

berisi

(skor rata-rata OECD 496) (OECD, 2016).

kearifan lokal, nasional, dan global yang

Peserta

didik

Indonesia

dan

meningkatkan
agar

nilai-nilai

keterampilan

pengetahuan

budi

pekerti,

dapat

berupa

disampaikan sesuai tahap perkembangan
[161]

Mimbar Sekolah Dasar, Volume 4 Nomor 2 Agustus 2017

peserta didik, yang harus dilaksanakan di

Literature Based. Model ini berasal dari

setiap

pendekatan whole language yang lebih

jenjang

sekolah.

GLS

ini

resmi

dicanangkan secara nasional melalui tiga

mengutamakan

tahap kegiatan yaitu; (1) Pembiasaan,

bahan

kegiatan rutin membaca setiap hari tanpa

mengintegrasikan

tagihan; (2) Pengembangan, kegiatan

berbahasa

pendidikan literasi sebagai ekstrakurikuler

membaca, dan menulis).

dengan

tagihan

tertentu;

ajar

keotentikan,
dan

variasi

berupaya

untuk

keterampilan

(menyimak,

berbicara,

(3)

Pembelajaran, kegiatan pendidikan literasi

Bidikan dalam penelitian ini merupakan

terintegrasi ke dalam proses pembelajaran

pelaksanaan tahap satu dan tahap dua,

di kelas.

yaitu

tahap

pembiasaan

pengembangan,

dan

dikarenakan

tahap
kedua

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa

tahap ini sangat penting dan merupakan

Barat mendukung penuh program GLS

pondasi

yaitu 15 menit membaca setiap hari di

gerakan literasi. Jika kedua tahap ini

seluruh

dan

sudah dilaksanakan dengan baik maka

mendorong 27 Kabupaten/Kota seJawa

tahap tiga yang mengintegrasikan literasi

Barat

pada

sekolah

untuk

di

Jawa

terlibat

pengembangan

Barat

dalam

program

ini.

tahap
Namun,

bagi

kelangsungan

pembelajaran

program

akan

mudah

dilakukan.

fakta di lapangan hanya baru beberapa
sekolah yang mengadakan GLS. Pada
kegiatannya

pun

pendampingan

masih
dari

tidak
guru

Model literature based merupakan salah

ada

satu

atau

model

dijadikan

pustakawan, sehingga kegiatan hanya

pilihan

diterapkan

dijadwalkan dan tidak diawasi, akibatnya

pembelajaran
bagi

dalam

yang
guru

kegiatan

bisa
untuk

gerakan

literasi sekolah di kelas. Akan tetapi, belum

masih banyak peserta didik yang tidak

ada

tertarik untuk membaca buku.

penelitian

bagaimana

yang

proses

mengupas

literature

based

diterapkan secara detail pada proses
Guna

meningkatkan

dan

kegiatan

mengembangkan minat baca diperlukan

Berdasarkan

adanya kegiatan yang menarik minat

dilakukan

peserta didik untuk membaca, upaya
yang

dapat

menerapkan
sebagai

dilakukan
model

strategi

untuk

yang

adalah

menerapkan

penelitian

mengkaji

Cikancung

tersebut,
deskripsi

bagaimana

kecamatan

kabupaten Bandung.

yang dapat mengatasi permasalahan ini
dengan

fakta

sekolah.
maka
kualitatif
proses

detail dan terperinci di kelas V SDN

minat

baca peserta didik. Salah satu model

adalah

literasi

penerapan model literature based secara

pembelajaran
menarik

gerakan

model
[162]

Cangkuang

Okeu Wila Silvia & Dadan Djuanda, Model Literature Based dalam Program Gerakan Literasi…

Menurut Rothlein, Liz dan Meinbach, A.M.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan

(1991). Komponen model literature based

dengan cara observasi, wawancara, dan

(reading programs) adalah:

dokumentasi.

1. Teacher-Directed

activities (Strategy

analisis data pada penelitian ini akan

Lesson) / guru mengarahkan langsung.

menghasilkan data yaitu, data kualitatif.

Teknik

pengolahan

dan

Data kualitatif diperoleh dari observasi

2. student-teacher
peserta

conference/konferensi
dan

didik

kinerja

guru

wawancara

guru

maupun
guru,

peserta

angket,

dan

didik,
jurnal

dialog peserta didik”. Model analisis data

(proses membahas bacaan).

yang

3. approaches for developing interest in
untuk

reading/pendekatan

digunakan

adalah

mengembangkan minat baca.

model

dalam
Miles

penelitian

dan

ini

Huberman.

Aktivitas analisis data Miles dan Huberman
(Sugiyono, 2014, p. 334) terdiri dari, “Data

METODE

reduction, data display, dan conclusion

Metode penelitian ini deskriptif kualitatif,

untuk

mengetahui

bagaimana
tahapan

secara

gambaran

penerapan

model

terus menerus sampai tuntas.

setiap

literature

HASIL

based. Penelitian deskriptif kualitatif ini
juga

bertujuan

informasi-informasi

untuk

Di

memperoleh

mengenai

dari

di

Kecamatan

Cangkuang

Kabupaten

membaca,

70%

minat

membaca

model literature based peneliti bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan literasi

guru mitra dan partisipan berada, yaitu
Pananjung

minat

oleh peneliti, yaitu dengan menggunakan

penelitian ini dilakukan di sekolah tempat

Desa

dalam

ini mencapai tujuan yang ingin dicapai

merupakan wali kelas dari kelas

Cikancung

yang

tidak mengalami kenaikan atau tetap. Hal

partisipan dalam penelitian ini. Tempat

SDN

angket

peningkatan yang rendah. Sedangkan 3%

SDN

Cikancung yang berjumlah 33 orang. Guru
mitra

tabel

meningkat sedang, dan 27% dengan

model yang diteliti adalah Iyus Rustia, S.Pd.
V

merupakan

pengisian

diantaranya

ini guru mitra yang menjadi pelaksana

kelas

hasil

kenaikan

model literature based. Subjek Penelitian

didik

ini

menunjukan 97% peserta didik mengalami

benar-benar terjadi ketika diterapkannya

peserta

bawah

perbandingan minat baca peserta didik

keadaan

yang ada, dan memaparkan proses yang

dan

dilakukan

secara interaktif dan berlangsung secara

detail

proses

yang

drawing/verification”,

didasarkan pada tujuan penelitian, yaitu

yang diantaranya terdapat minat baca
peserta didik.

Bandung.

[163]

Mimbar Sekolah Dasar, Volume 4 Nomor 2 Agustus 2017

Tabel 1. Data Nilai Angket Sebelum dan Setelah Penerapan Model Literature Based

No

Nama

Nilai

Peserta

angket

angket

didik

sebelum

sesudah

Gain

Nilai

Peningkatan Minat Baca
Tinggi

sedanng

Rendah


1

PD 1

64,7

0,17

70,7

2

PD 2

70,7

0,62

88,8



3

PD 3

57,3

0,34

72,0



4

PD 4

46,0

0,36

65,6



5

PD 5

57,3

0,38

73,6



6

PD 6

58,0

0,28

69,6

7

PD 7

37,3

0,43

64,0

8

PD 8

50,7

0,21

60,8

9

PD 9

64,7

0,62

86,4



10

PD 10

61,3

0,48

80,0



11

PD 11

60,0

0,12

64,8

12

PD 12

57,3

0,33

71,2



13

PD 13

57,3

0,38

73,6



14

PD 14

56,0

0,35

71,2



15

PD 15

60,0

0,44

77,6



16

PD 16

54,7

0,26

66,4

17

PD 17

70,7

0,56

87,2



18

PD 18

51,3

0,56

78,4



19

PD 19

62,7

0,34

75,2



20

PD 20

58,7

0,46

77,6



21

PD 21

56,7

0,00

56,7

[164]

tetap











Okeu Wila Silvia & Dadan Djuanda, Model Literature Based dalam Program Gerakan Literasi…

22

PD 22

52,0

0,22

62,4



23

PD 23

48,0

0,11

53,6



24

PD 24

62,0

0,20

69,6



25

PD 25

65,3

0,45

80,8



26

PD 26

41,3

0,40

64,7



27

PD 27

54,0

0,37

71,2



28

PD 28

52,7

0,36

69,6



29

PD 29

51,3

0,49

75,2



30

PD 30

66,0

0,32

76,8



31

PD 31

64,7

0,17

70,7

32

PD 32

70,7

0,62

88,8



33

PD 33

57,3

0,38

73,6



1898,7

11,69

2384,5

57,53

0,35

72,25

Jumlah
Rata-rata



Persentase

PEMBAHASAN
Hasil penelitian

23

1

9

70%

3%

27%

Teacher Directed Activities merupakan
merupakan

penentu arah kegiatan, guru sebagai

gambaran proses penelitian lapangan

motor dari proses kegiatan mengarahkan

yang telah dilakukan pada bulan April

peserta didik kepada kegiatan membaca

hingga bulan Mei 2017. Penelitian ini

yang menyenangkan. Rubin (Rahim, 2005)

menggunakan metode deskriptif kualitatif.

mengemukakan

Pembahasan

membaca

mendeskripsikan
proses

dalam

di

atas

pada
hasil
setiap

penelitian
penelitian,
tahapan

ini

bahwa

dilandasi

oleh

pelajaran
pandangan

yaitu

tentang hakikat membaca menurut teori

model

skemata. Berdasarkan pandangan teori

literature based, yang terdiri dari empat

skemata,

tahapan yaitu sebagai berikut.

pembentukan
bacaan

Teacher Directed Activities

[165]

membaca
makna

adalah
terhadap

proses
teks

Mimbar Sekolah Dasar, Volume 4 Nomor 2 Agustus 2017

Dalam

kegiatan

directed

inferensi, memfokuskan perhatian, dan

activities ini guru merancang skenario

mengingat. Lebih lanjut dikatakan bahwa

kegiatan untuk mengarahkan kegiatan

fungsi

membaca.

penyusunan interpretasi peristiwa, objek,

teacher

Sehubungan

dengan

teori

membaca ini guru yang efektif ialah guru

utama skemata adalah dalam

atau situasi dalam proses pemahaman.

yang mampu mengarahkan siswa agar
lebih banyak mengunakan pengetahuan

Guru harus mampu menciptakan suasana

yang dimiliki siswa sebelumnya. Skemata
akan

lebih

memudahkan

siswa

untuk

memproses ide dan pesan suatu teks
sampai

mereka

mendapatkan

makna

yang terkandung dalam suatu teks. Oleh
karena

itu,

kegiatan

guru

perlu

prabaca,

pascabaca
Kegiatan

dalam
prabaca

baca

proses

dan

melakukan

kegiatan

membaca,

peserta

segi

perlakuan

dengan

didik.

Pada

keaktifan

dan

kepercayaan

kepada

peserta

didik

yang

berbeda

setiap

mengarahkan kegiatan semua peserta
didik

dengan berbagai cara, dengan reviu

sebelum

sesuai

perempuan. Ternyata dengan memberi

Pengaktifan skemata siswa bisa dilakukan

menulis

karakteristik

kenyamanan

yang berhubungan dengan topik bacaan.

antisipasi,

arahan

didik laki-laki dan lebih memberikan kesan

mengarahkan pengaktifan skemata siswa

pedoman

memberikan

guru

guru sedikit lebih tegas kepada peserta

membaca.

makna,

menyenangkan,

yang berbeda kepada setiap individu,

bahwa dalam kegiatan prabaca, guru

pemetaan

sebuah

dirinya. Maka guru memberikan perlakuan

kegiatan

Burns, dkk (Rahim, 2005) mengemukakan

awal,

yang

dari

pengajaran yang dilaksanakan sebelum
siswa

kegiatan

menjadi

laki lebih dominan daripada perempuan,

membaca.

adalah

membaca

karakteristik kelas V SDN Cikancung ini laki-

melaksanakan

saat

kegiatan

mampu

mengikuti

dengan

baik

tanpa keterpaksaan. Hal ini sesuai dengan
teori behavioristik, menurut Siregar & Nara
(2010) bahwa teori behavioristik menitik

dan drama kreatif.

beratkan

pada

terbentuknya

perilaku/karakter yang tampak sebagai
Teacher directed activities menuntut guru

hasil belajar. Teori behavioristik dengan

supaya dapat mengarahkan peserta didik

model hubungan stimulus (rangsangan)

agar mampu memfokuskan diri terhadap
bacaan,

ternyata

dengan

dan respon (reaksi), mendudukkan orang

beberapa

sebagai objek belajar sebagai individu

metode yang memfokuskan perhatian
peserta
mengingat

didik,

membuat

mereka

dan

memahami

bacaan.

yang pasif. Respon (reaksi) atau perilaku
tertentu dengan model metode pelatihan
atau

Rumelhart (Pratiwi, 2001) mengemukakan
bahwa

skemata

dapat

pembiasaan

semata. Munculnya

perilaku akan semakin kuat bila diberikn

menjelaskan

penguatan dan akan menghilang apabila

fenomena seperti penyerapan informasi,
[166]

Okeu Wila Silvia & Dadan Djuanda, Model Literature Based dalam Program Gerakan Literasi…

diberikan

sanksi

atau

hukuman

sikap-sikap positif yang muncul pada diri

(punishment).

peserta

didik

melalui

tanggapannya

terhadap tokoh-tokoh cerita baik itu tokoh
protagonist maupun tokoh antagonis, hal
Student Teacher Conference

ini dikuatkan oleh pernyataan Dollard &

Student Teacher Conference merupakan
kegiatan

tanya

jawab

peserta

Miller (Siregar & Nara, 2010) bahwa teori ini

didik

menekankan pada kebiasaan-kebiasaan

dengan guru tentang buku yang barusaja

yang timbul dari hasil hubungan antara

dibaca. Pada tahap ini guru memberikan

stimulus dan respon yang terus terjadi,

stimulus-stimulus berupa pertanyaan yang

menurut

dapat memacu respon peserta didik.
Sesuai

dengan

menyatakan
yang

Burns,

bahwa

diajukan

(Rahim,

jenis

guru

sebuah stimulus saja, melainkan juga harus

materi

ada dorongan-dorongan dari dalam diri
(drive) yang ia tidak sadari ataupun

yang diingat oleh peserta didik. Peserta
dapat

informasi

mengingat

yang

dengan

ditanyakan

seseorang

yang seseorang berikan karena adanya

pertanyaan

bacaan berpengaruh pada jenis informasi

didik

perilaku

tidaklah muncul dari hasil spontan respon

2004)

tentang

mereka

dorongan yang ia sadari yang akhirnya

baik

membuat individu itu bergerak.

secara

langsung.

Melalui tahap ini pula, seluruh aspek
kegiatan berbahasa murid (menyimak,

Selama

proses

student

teacher

berbicara, menulis, dan membaca) dapat

conference ini guru dan peserta didik

dilaksanakan secara terintegrasi dalam

saling berinteraksi memberi tanggapan

kegiatan. Hal ini sesuai dengan apa yang

terhadap buku yang dibacakan maupun
dibaca

oleh

peserta

didik.

dituntut

Ternyata

diskusi,

mengajukan pernyataan dan pendapat

wahana

didik mampu mengungkapkan perasaan

pada

ini sejalan dengan manfaat membaca

menyatakan

bahwa

language.

dan

hasil

(conference

konferensi

latihan

merupakan

berbicara.

Peserta

mendengarkan cerita lain, pendapat lain,

nya terhadap tokoh dalam bacaan. Hal

(2013),

pembacaan

(berbagi)),

yang melibatkan emosionalnya, peserta

Dalman

whole

Pada waktu kegiatan, murid belajar lewat

setelah cerita dibacakan, peserta didik

menurut

pendekatan

waktu

kegiatan

conference

(berbagi), merupakan wahana latihan

yang

menyimak.

membaca

Begitu

pula

pada

peserta didik mengadakan respons hasil

bermanfaat melatih otak dan emosional

membaca dalam bentuk reaktif membuat

manusia.

jurnal

dialog

dari

hasil

membaca

merupakan wahana latihan menulis.
Melalui

proses

interaksi

dalam

waktu

tahap

pembiasaan juga ternyata membangun

[167]

Mimbar Sekolah Dasar, Volume 4 Nomor 2 Agustus 2017

komunikatif

Menulis jurnal dialog merupakan kegiatan

lagi

pada

komentar

bentuk

selanjutnya. Hayes & Bahruth, (Peyton,

tulisan, kegiatan ini dilakukan pada tahap

1990) “…As they continue to write and to

pengembangan,

read

(berbagi)

conference

dalam

yang

peserta

didik

apapun

berupa

mengharuskan

menuliskan

the

teacher's

responses,

tanggapan

studentsdevelop confidence in their ability

terhadap

to express themselves in writing.” Yang

bacaan bisa dalam keseluruhan cerita

berarti ketika mereka terus menulis dan

ataupun tokoh dari cerita yang dibaca.

membaca tanggapan guru, peserta didik

Ternyata setelah penulisan jurnal dialog ini

mengembangkan kepercayaan diri pada

peserta didik yang pasif menjadi lebih

kemampuan

komunikatif, yang semula dalam kegiatan

mengungkapkan diri secara tertulis.

komentar

conference

(berbagi)

pembiasaan

malu

menanggapi

pada

bertanya

cerita,

mereka

untuk

tahap
maupun

menjadi

Approaches for Developing Interest in

lebih

Reading

komunikatif dalam conference (berbagi)

Approach reading for developing interest

dengan bahasa tulis. Wham dan Lenski

in reading merupakan pendekatan yang

(1994) menyatakan bahwa.

dilakukan guru untuk membangun minat
membaca peserta didik. Dalam kegiatan

For the elementary students, the
dialogue journal would also provide
valuable educational opportunities.
They,
too
would
experience
conference (berbagi) their thoughts
with another person and would be
encouraged to grow in their abilities
to com municate effectively through
writing. In addition, the journal would
provide a risk-free environment
where they could practice their
emerging
literacy
skills
and
experiment with writing for an
appreciative audience.
Penulisan

jurnal

dialog

ini

ini guru memberikan inovasi kegiatan
membaca

dan peserta didik pun ikut mementaskan
cerita yang dibaca. Ternyata kegiatan ini
menumbuhkan rasa ingin membaca dan

mampu

menjadi

peserta

cerita-ceritanya

didik
untuk

respon yang bias bervariatif. Ketika guru
memberikan stimulus berupa pementasan

tanggapannya

percaya

beberapa

maka akan mendapat feedback berupa

dongeng, respon dari peserta didik yang
muncul

komentar-

bervariatif

menimbulkan

komentar yang komunikatif, peserta didik
pun

pementasan,

dalam

ketika seseorang memberikan stimulus,

membangun

dengan

lain

behaviorisme yang mengatakan bahwa

mengenai bacaan. Ternyata jika guru
mengomentari

kisah

dipentaskan. Hal ini sesuai dengan teori

juga

kepercayaan diri peserta didik dalam
mengungkapkan

menampilkan

mengajukan

mengomentari tanggapan peserta didik,
harus

menggunakan

pementasan wayang dongeng oleh guru

membutuhkan keterampilan guru dalam

guru

dengan

mementaskan

diridalam

yang

mengungkapkan tanggapan serta lebih
[168]

sudah

bahkan

keinginan

sampai
untuk

dongeng

dari

bacaan

dibaca

oleh

dirinya.

Okeu Wila Silvia & Dadan Djuanda, Model Literature Based dalam Program Gerakan Literasi…

Penggunaan

wayang

wayangan

juga

Ketika

seorang

anak

mendapatkan

memberikan kesan menarik bagi peserta

reward

didik.

dalam

gurunya maka otomatis dia akan semakin

siswa

termotivasi untuk semakin giat belajar

Penggunaan

mengajarkan

media

materi

kepada

dari

orang

tua

ataupun

menurut Reffiane & Mazidati (2016) tidak

dan mempertahankan

harus menggunakan media yang rumit.

Bagi anak yang belum berprestasi pun

Media yang sederhana dan bermakna

sama mereka

dapat

untuk

digunakan

untuk

menjelaskan

bisa

semakin

prestasinya

menjadi
giat

itu.

termotivasi

belajar

agar

materi kepada siswa. Dalam hal ini media

menjadi berprestasi

wayang-wayangan

dijadikan

reward seperti temannya yang berprestasi.

mengemukakan

Bisa jadi dengan reward ini anak yang

Penggunaan media secara kreatif akan

tadinya malas sekali belajar menjadi lebih

memungkinkan anak untuk belajar lebih

giat karena

baik

reward seperti anak lainnya. Berarti dari

pilihan.

Dewi

dan

dapat

(2016)

dapat

meningkatkan

minat

ia

dan

juga

belajar mereka sesuai dengan tujuan yang

contoh di

atas

ingin dicapai.

motivasi

eksternal

ingin

reward

penggunaan

media

guru

juga

Semakin

tinggi

mendapat

bisa

yang

meningkatkan motivasi
Selain

mendapat

motivasi

menjadi
mampu

belajar

anak.

anak

dalam

menggunakan reward sebagai apresiasi

belajar semakin mungkin anak tersebut

bagi peserta didik yang telah mengikuti

untuk berprestasi.

kegiatan. Dengan menggunakan “Pohon

2.

Geulis” sebagai acuan, guru memberikan

Melalui

penawaran bagi peserta didik yang sudah

kompetitif

membaca dan membegi pengalaman

anak akan meningkat. Jika anak sudah

membacanya

teman,

memiliki prestasi yang baik otomatis ia

maka bisa menempelkan daun yang

akan belajar lebih giat agar tetap bisa

sudah ditulis nama pembaca, judul buku,

mempertahankan

dan

kepada

pengarang

teman

pemberian
atau

juga

reward

jiwa

saing

jiwa

seorang

prestasinya.

pada

“Pohon

Sehingga posisinya itu tidak digeser oleh

paling

banyak

anak yang lain. Selain itu bagi anak

menempelkan daun diberi reward yang

yang belum memiliki prestasi maka ia juga

sudah

akan

Geulis”

peserta

buku

Meningkatkan Jiwa Kompetitif Anak

yang

disiapkan

guru.

Ternyata

belajar

lebih

giat

agar

penggunaan reward ini berdampak pada

bisa berprestasi seperti temannya yang

minat

lain.

baca,

semangat

sebagai

didik

dan
dalam

3.

(2015)

Melalui pemberian reward tentu saja anak

memaparkan manfaat reward sebagai

akan merasa gembira. Selain itu ia juga

berikut.

akan merasa dihargai, belajar yang ia

1.

lakukan

memembaca.

peserta

acuan

Latipah,

Meningkatkan Motivasi Belajar Anak
[169]

Penghargaan Terhadap Diri Anak

dengan

tekun

dan

Mimbar Sekolah Dasar, Volume 4 Nomor 2 Agustus 2017

penuh perjuangan mendapatkan sebuah
penghargaan.

Memang

OECD data. (2016). Reading Performance
PISA 2015. [Online] Diakses dari
https://data.oecd.org/pisa/readingperformance-pisa.htm.

dengan

ia mendapatkan sebuah prestasipun anak
pasti

sudah

senang

akan

tetapi

Peyton, J. K. (1990). Dialogue Journal
Writing. Document Resume, 90, 184.

dengan reward ini menjadi sebuah bukti
nyata dan sebuah apresiasi atas apa
yang telah

anak

capai.

Pratiwi, Yuni. (2001). Pengembangan
Kompetensi Teks dalam Pembelajaran
Prosa Fiksi”. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran, 5(1).

Berkat

penghargaan inilah semangat anak untuk
terus belajar akan semakin terpacu.

Rahim, F. (2004). Kegiatan Bertanya pada
Pengajaran Membaca di SD. Jurnal
Bahasa dan Seni, 32 (1) 1-19.

SIMPULAN
Berdasarkan

hasil

penelitian

dapat

Rahim, F. (2005). Pelaksanaan Pengajaran
Membaca di Kelas IV SD 08 Padang.
Jurnal Bahasa dan Seni, 33(1). 1-19.

disimpulkan bahwa model literature based
dapat meningkatkan kemampuan literasi
peserta didik. Mulai dari minat peserta
didik

terhadap

kegiatan

Rothlein, Liz dan Meinbach, A.M. (1991).
The
Literature
Connection
Using
Children’s Books in The Classroom.
United States of America: Good Year
Book.

membaca,

sampai kemampuan dalam menanggapi
buku. Tahapan model ini terdiri atas
tahapan

teacher

directed

student

teacher

conference,

approach

for

developing

Reffiane, F., & Mazidati, I. (2016).
IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN MEDIA
WAYANG
KERTON
PADA
TEMA
KEGIATAN SEHARI-HARI. Mimbar Sekolah
Dasar,
3(2),
163-170.
doi:http://dx.doi.org/10.23819/mimbarsd.v3i2.4256.

activities,

interest

dan
in

reading.

REFERENSI

Siregar & Nara. (2010). Teori Belajar dan
Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.

Dalman. (2013). Keterampilan Membaca.
Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian
pendidikan pendekatan kuantitatif,
kualitatif, dan R&D Bandung.

Dewi, C. I. R. K., Wiyasa, I. K. N., Kes, M., &
Suniasih, N. W. (2016). Penerapan
Metode Bercerita Menggunakan Media
Wayang Flanel Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berbicara Pada Anak.
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(2).

Triatma, I. N. (2016). Jurnal Prodi Teknologi
Pendidikan. “Minat Baca pada Peserta
didik Kelas VI Sekolah Dasar Negeri
Delegan
2
Prambanan
Sleman
Yogyakarta, 5 (6), 166 – 178.

Faizah, D. U. dkk. (2016) Panduan Gerakan
Literasi Sekolah. Jakarta: Direktorat
Jenderal
Pendidikan
Dasar
dan
Menengah Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.

Wham, M. A., & Lenski, S. D. (1994).
Dialogue journals as a vehicle for
preservice teachers to experience the
writing process (I like him; should I tell
him at recess?). Reading Horizons, 35(1),
184-193.

International Annual Report. (2012). Annual
Report.
[Online]
Diakses
dari
https://www.iea.org/publications/freep
ublications/publication/IEA_Annual_Rep
ort_publicversion.pdf.

Wiedarti, P. dkk. (2016). Desain Induk
Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta:
[170]

Okeu Wila Silvia & Dadan Djuanda, Model Literature Based dalam Program Gerakan Literasi…

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan
Menengah
Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

[171]