Stres dan Mekanisme Koping Remaja Korban Erupsi Gunung Sinabung di Posko Pengungsian Erupsi Gunung Sinabung Kabanjahe Kabupaten Karo Chapter III VI

BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian ini menggunakan kerangka penelitian berdasarkan
proses sistem yaitu: masukan (input), proses, keluaran (output) yang
menggambarkan stres dan mekanisme koping remaja korban erupsi Gunung
Sinabung di posko pengungsian erupsi Gunung Sinabung Kabanjahe Kabupaten
Karo.
Berdasarkan tinjauan pustaka tentang stres dan mekanisme koping sesuai
dengan tujuan penelitian pada bab sebelumnya, maka dapat dirumuskan kerangka
konsep sebagai berikut.

Stres

1.Ringan
2.Sedang
3.Berat

Remaja korban
pasca erupsi
Gunung Sinabung


Mekanisme
koping

1. Maladaptif
2. Adaptif

Skema 3.1 Kerangka Penelitian

37

Universitas Sumatera Utara

38

2. Definisi Operasional
Untuk lebih mudah memahami pengertian dari variabel-variabel yang akan
diteliti, maka dapat diperhatikan pada tabel definisi operasional berikut ini:
Tabel 3.1. Definisi Operasional
Variabel


Definisi Operasional

Alat Ukur

Kuesioner,

Hasil Ukur

Skala

Stres :

Ordinal

Penelitian
Stres

remaja


Suatu

keadaan

pasca

erupsi

memberikan

yang
tekanan

terdiri

yang

dari

20


1.Ringan,

jika

jumlah

skor

Gunung

pada remaja yang berada

pernyataan

Sinabung

di posko pengungsian

mengidentifikasi


jawaban

Kabanjahe

tingkat stres remaja

responden

dimana

0-25

Karo

Kabupaten

pasca

erupsi


untuk

semakin

Gunung Sinabung baik

lama stressor yang

2.Sedang,

jika

secara

dialami,

jumlah

skor


fisik

psikologis
remaja

maupun
sehingga
tersebut

diharuskan

berat

semakin
pula

stres

responden


yang dialami

26-52

untuk

berespon

jawaban

atau

melakukan tindakan.

3.Berat,

jika

jumlah


skor

jawaban
responden
>53
Mekanisme

Mekanisme

pertahanan

Koping

diri

untuk

mengatasi


remaja pasca

stres

dan

kecemasan

erupsi
Gunung

Kuesioner,
terdiri

dari

yang
26

Mekanisme

koping :

pernyataan

1.Maladaptif,

dengan memperdayakan

mengenai

jika jumlah skor

diri

mekanisme koping

jawaban

yang

digunakan

Nominal

Universitas Sumatera Utara

39

Sinabung

remaja

di

posko

yang

digunakan,
active

responden

pengungsian Kabanjahe

seperti

Kabupaten Karo pasca

coping,

erupsi Gunung Sinabung

positive reframing,

koping

acceptance, humor,

digunakan

religion,

adalah

planning,

using

0-39

dan

mekanisme
yang

humor,

emotional support,

self-distraction,

using instrumental

denial,

support,

behavioural

self-

distraction, denial,

disengangement,

venting,

self-blame

behavioural

2.Adaptif,

jika

disengangement,

jumlah

skor

dan self-blame

jawaban
responden
dan

40-78
mekanisme
koping

yang

digunakan
adalah

active

coping,
planning,
positive
reframing,
acceptance,
religion,

using

emotional

Universitas Sumatera Utara

40

support,

using

instrumental
support,dan
venting

3. Hipotesis penelitian
Hipotesa alternatif (Ha) : Ada hubungan antara stres dengan mekanisme
koping remaja korban erupsi Gunung Sinabung di posko pengungsian erupsi
Gunung Sinabung Kabanjahe Kabupaten Karo.

Universitas Sumatera Utara

BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
korelasional yang bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel stres dan
variabel mekanisme koping pada remaja korban erupsi Gunung Sinabung di posko
pengungsian erupsi Gunung Sinabung Kabanjahe Kabupaten Karo. Penelitian ini
menggunakan pendekatan cross sectional yaitu pengumpulan data terhadap kedua
variabel.
2. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
2.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh remaja korban erupsi Gunung
Sinabung di posko pengungsian erupsi Gunung Sinabung Gedung GBKP
Simpang VI Kabanjahe Kabupaten Karo yang berusia 10-18 tahun.
Berdasarkan data yang diperoleh dari penanggung jawab posko pengungsian
erupsi Gunung Sinabung terdapat 70 orang remaja.
2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Setiadi, 2013). Adapun karakteristik
responden pada penelitian ini adalah remaja usia 10-18 tahun, belum menikah,
tinggal di posko pengungsian Gedung GBKP Simpang VI Kabanjahe
Kabupaten Karo , dapat berbahasa Indonesia, dapat membaca dan menulis,
serta bersedia menjadi responden.

41

Universitas Sumatera Utara

42

2.3 Teknik Sampling
Penelitian ini akan menggunakan metode non-probability sampling
dengan jenis total sampling

cyaitu teknik penentuan sampel bila semua

anggota populasi digunakan sebagai sampel (Setiadi,2013). Jumlah sampel
pada penelitian ini adalah 70 orang.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di posko pengungsian erupsi Gunung
Sinabung Gedung GBKP Simpang VI Kabanjahe Kabupaten Karo. Posko ini
terletak pada 3o 7’47.3’’ LU dan 98o28’26.7’’ BT. Posko ini berada di Simpang
VI Kabanjahe Kabupaten Karo, sekitar 75,4 kilometer dari Kota Medan dan
10,6 kilometer dari Berastagi. Perjalanan dari Kota Medan menuju lokasi ini
membutuhkan waktu sekitar dua jam dengan transportasi darat. Pada bulan
Februari 2017, posko ini menjadi posko dengan jumlah pengungsi terbanyak
dibandingkan dengan ketujuh posko pengungsian erupsi Gunung Sinabung
lainnya.
3.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober 2016 sampai dengan bulan
Juli 2017.
4. Pertimbangan Etik
Peneliti memperhatikan etik penelitian dengan cara peneliti mengajukan surat
permohonan ke Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Komisi
Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara agar

Universitas Sumatera Utara

43

mendapatkan izin persetujuan penelitian. Setelah mendapatkan izin penelitian,
peneliti mengajukan surat izin penelitian ke penanggung jawab posko
pengungsian di Simpang VI Kabanjahe Kabupaten Karo untuk melakukan
penelitian. Kemudian, peneliti memulai penelitian dengan mempertimbangkan
etik, yaitu informed consent atau lembar persetujuan.
Lembar persetujuan diberikan kepada reponden dan peneliti menjelaskan
maksud, tujuan, serta manfaat penelitian yang dilakukan. Responden berhak
menolak ataupun mengundurkan diri selama proses penelitian (autonomy).
Responden yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini diminta untuk
menandatangani lembar persetujuan (informed consent).
Kerahasiaan responden (confidentiality) dijaga dengan cara peneliti tidak
mencantumkan nama responden (anonimity) pada lembar pengumpulan data,
tetapi cukup dengan memberi nomor kode pada masing-masing lembar tersebut.
Kerahasiaan informasi yang diberikan responden dijamin oleh peneliti dan hanya
digunakan dalam penelitian (non-maleficence) serta bermanfaat bagi peneliti
dalam menyelesaikan tugas akhir dan bagi responden untuk mengidentifikasi stres
dan mekanisme koping yang digunakan untuk diberikan intervensi selanjutnya
(benefience).
5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Instrumen penelitian
ini terdiri dari tiga bagian, yaitu kuesioner karakteristik responden, kuesioner
stres dan kuesioner mekanisme koping.

Universitas Sumatera Utara

44

Bagian pertama instrumen penelitian ini, berisikan data demografi responden
meliputi, jenis kelamin, usia, agama, pendidikan, pekerjaan orangtua sebelum dan
sesudah terjadi erupsi Gunung Sinabung, status orangtua, jumlah saudara dan
suku.
Bagian kedua merupakan kuesioner yang berisikan pernyataan untuk
mengidentifikasi stres pada remaja korban bencana alam. Kuesioner ini
dimodifikasi dari kuesioner Safaria dan Saputra (2009) yang sebelumnya telah
digunakan dalam penelitian Marhama dengan judul penelitian Pengaruh Stres
terhadap Pola Makan Mahasiswa Tingkat Akhir di Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara (USU) dengan menggunakan skala Likert. Kuesioner
ini berisikan 20 pertanyaan dengan jawaban tidak pernah=0, jarang=1, kadangkadang=2, sering=3, dan selalu=4 sehingga nilai tertinggi adalah 80 dan terendah
adalah nol. Pada kuesioner ini stres dikategorikan menjadi tiga tingkat yaitu, stres
ringan jika skor jawaban responden adalah 0-25, stres sedang jika skor jawaban
responden adalah 26-52, dan stres berat jika skor jawaban responden adalah 5380.
Bagian ketiga adalah kuesioner mekanisme koping yang berisi pernyataan
untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang digunakan oleh remaja korban
erupsi Gunung Sinabung. Kuesioner ini dimodifikasi dari kuesioner penelitian
Amaliyah dengan judul penelitian Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Mekanisme Koping Pasien Diabetes Melitus di RSUD Deli Serdang. Kuesioner
ini merupakan kuesioner Brief Cope yang dikembangkan oleh Carver (1997).
Kuesioner ini telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Fathi dalam

Universitas Sumatera Utara

45

tesis yang berjudul Workplace Stressors and Coping Strategies Among Public
Hospital Nurses in Medan, Indonesia.
Brief Cope terdiri dari 28 pertanyaan dengan 14 subkala, yaitu active coping
(pertanyaan nomor 1,2), planning (pertanyaan nomor 3,4), positive reframing
(pertanyaan nomor 5,6), acceptance (pertanyaan nomor 7,8), humor (pertanyaan
nomor 9,10), religion (pertanyaan nomor 11,12), using emotional support
(pertanyaan nomor 13,14), using instrumental support (pertanyaan nomor 15,16),
self distraction (pertanyaan nomor 17,18), denial (pertanyaan nomor 19,20),
venting (pertanyaan nomor 21,22), substance use (pertanyaan nomor 23,24),
behavioural disengangement (pertanyaan nomor 25,26), dan self blame
(pertanyaan nomor 27 dan 28). Dua pertanyaan dari subkala “substance use”
dihilangkan karena hasilnya tidak terlalu diperlukan dalam penelitian sebelumnya.
Kuesioner ini menggunakan skala Likert denganrentang jawaban: tidak
pernah=0, jarang=1, sering=2, selalu=3 dengan skor tertinggi 78 dan terendah nol.
Sehingga, mekanisme koping dikategorikan menjadi mekanisme koping yang
adaptif jika skor jawaban responden adalah 40-78 dan maladaptif jika skor
jawaban responden adalah 0-39.
6. Validitas dan Reliabilitas
6.1 Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur apakah
sudah benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2012). Uji
validitas yang digunakan adalah validitas isi (content validity). Uji ini
dilakukan terhadap kuesioner stres dan mekanisme koping oleh dosen

Universitas Sumatera Utara

46

Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas Fakultas Keperawatan.
Alat ukur dinyatakan valid apabila diperoleh nilai content validity index
(CVI) lebih dari 0,80 (Polit & Beck, 2012). Kuesioner stres memperoleh
nilai content validity index (CVI)0,90 dan 1,00 untuk kuesioner
mekanisme koping.
6.2 Reliabilitas
Uji reliabilitas ialah uji yang dilakukan untuk memperoleh indeks yang
menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya
ataudiandalkan. Kuesioner yang telah disusun, diuji reliabitasnya dengan
menggunakan Cronbach’s alpha, yaitu mengukur alat ukur dengan skor
yang bukan 0 dan 1 seperti angket ataupun kuesioner yang menggunakan
skala likert. Suatu alat ukur dapat disebut mempunyai reliabilitas tinggi
atau dipercaya, jika alat ukur itu mantap, dalam pengertian bahwa alat
ukur tersebut stabil, dan dapat diandalkan yang ditentukan jika nilai
Cronbach’s Alpha yaitu lebih dari 0,70 (Polit & Beck, 2012).
Uji reliabilitas terhadap kuesioner stres dan mekanisme koping ini
telah dilakukan kepada 20 orang responden pada 25 Maret 2017. Uji ini
dilakukan di lokasi yang berbeda dengan lokasi penelitian namun memiliki
karakteristik responden yang sama, yaitu di posko pengungsian erupsi
Gunung Sinabung Gedung Serba Guna KNPI Kabanjahe. Kuesioner stres
memperoleh nilai koefisien reliabilitas 0,836 dan 0,778 untuk kuesioner
mekanisme koping.

Universitas Sumatera Utara

47

7. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan di posko pengungsian erupsi Gunung Sinabung
Simpang VI Kabanjahe Kabupaten Karo pada tanggal 21 April dan 2 Mei 2017
setelah memperoleh izin pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan Fakultas
Keperawatan USU.
Pengambilan dan pengumpulan data dilakukan pada sore hari setelah
responden pulang sekolah dikarenakan responden merupakan remaja dengan usia
10-18 tahun yang berada di posisi sekolah dasar (SD) kelas V dan VI, sekolah
menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA).
Peneliti mengajukan izin ke penanggungjawab posko pengungsian erupsi
Gunung Sinabung Simpang VI Kabanjahe Kabupaten Karo. Setelah mendapatkan
izin dari penanggungjawab posko, kemudian peneliti mengumpulkan responden di
dalam posko pengungsian dengan duduk melingkar. Peneliti menjelaskan maksud
dan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan kepada responden dan
memberikan informed consent kepada reponden yang bersedia. Setelah itu,
peneliti memberikan kuesioner, kemudian responden menjawab pernyataan dari
kuesioner.
Responden harus mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti secara
mandiri berdasarkan pengalaman pribadi yang dialami dalam beberapa minggu
terakhir. Setiap responden diberikan waktu sekitar 30 menit untuk mengisi
kuesioner yang diberikan. Peneliti dibantu oleh empat orang asisten peneliti, yaitu
mahasiswa S1 Keperawatan USU selama proses ini berlangsung. Sebelum
penelitian dilakukan, peneliti telah melakukan technical meeting dengan asisten

Universitas Sumatera Utara

48

peneliti untuk menjelaskan hal-hal terkait penelitian seperti tujuan penelitian,
populasi dan sampel penelitian dan cara pengumpulan data.
Setelah kuesioner selesai diisi oleh responden, peneliti memeriksa semua
kelengkapan jawaban kuesionerkemudian peneliti mengadakan terminasi dengan
mengucapkan terima kasih secara lisan kepada responden atas kesediaannya
menjadi responden dalam penelitian ini. Berhubungan dengan masa Ujian
Nasional SMP dan SMA, peneliti kesulitan untuk bertemu dengan responden. Hal
ini menyebabkan peneliti tidak dapat langsung mengumpulkan keseluruhan
sampel. Proses pengumpulan data yang dilakukan peneliti sebanyak dua kali ke
lokasi penelitian. Setelah data semua terkumpul dan penelitian sudah selesai
dilakukan, peneliti melapor ke penanggungjawab posko bahwa data telah
terkumpul dan penelitian telah selesai dilakukan sehingga peneliti dapat
memperoleh surat keterangan selesai melakukan penelitian.
8. Analisa Data
Data dari setiap responden dimasukkan ke dalam komputer oleh peneliti.
Analisa data yang dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan program
komputer dan disajikan dalam bentuk tabel. Proses pengolahan data dilakukan
melalui beberapa tahap, yaitu tahap editing, coding, memasukkan data (data
entry), pembersihan data (cleaning), dan tabulasi data.
8.1 Analisa Univariat
Analisa univariat atau analisa deskriptif bertujuan untuk menjelaskan
atau mendeskripsikan setiap variabel penelitian. Analisa ini menyajikan
karakteristik responden, hasil kuesioner stres, dan hasil kuesioner mekanisme

Universitas Sumatera Utara

49

koping dari remaja korban erupsi Gunung Sinabung di posko pengungsian
erupsi Gunung Sinabung Kabanjahe Kabupaten Karo. Pada analisa univariat ini
menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari karakteristik responden,
tingkat stres, dan mekanisme koping remaja korban erupsi Gunung Sinabung di
posko pengungsian erupsi Gunung Sinabung Kabanjahe Kabupaten Karo.
8.2 Analisa Bivariat
Uji statistik yang digunakan untuk menguji dua variabel ini adalah uji
Chi SquareTest (chi-kuadrat test) dengan melihat nilai Continuity Correction.
Uji chi-square test

adalah uji yang digunakan apabila variabel yang

dikorelasikan dalam bentuk data kategorik dengan taraf signiffikan 0,05.

Universitas Sumatera Utara

BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan dari stres
dan mekanisme koping remaja korban erupsi Gunung Sinabung di posko
pengungsian erupsi Gunung Sinabung Kabanjahe Kabupaten Karo. Penelitian ini
dilaksanakan pada tanggal 21 April 2017 dan 2 Mei 2017 di posko pengungsian
erupsi Gunung Sinabung gedung GBKP Simpang VI Kabanjahe Kabupaten Karo.
1. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini dibagi menjadi empat bagian yaitu distribusi karakteristik
data demografi responden, tingkat stres remaja, mekanisme koping remaja, dan
mengidentifikasi ada tidaknya hubungan stres dan mekanisme koping remaja
korban erupsi Gunung Sinabung di posko pengungsian erupsi Gunung Sinabung
Kabanjahe Kabupaten Karo.
1.1 Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian dari 70 responden menunjukkan bahwa
sebagian besar responden berusia 11 tahun yaitu remaja usia awal sebanyak 22
orang (31,4%). Mayoritas responden berjenis kelamin perempuan, yaitu 49
orang (70,0%), beragama islam sebanyak 38 orang (54,3%), pendidikan SD
sebanyak 40 orang (57,1%), pekerjaan orangtua sebelum terjadinya bencana
adalah petani yaitu 64 orang (91,4%) dan sesudah terjadinya bencana adalah
petani yaitu 68 orang (97,1%) dan semua responden masih memiliki orangtua
yaitu 70 orang (100%). Responden yang memiliki jumlah saudara sebanyak

50

Universitas Sumatera Utara

51

dua orang adalah 19 orang responden (27,1%), dan sebagian besar responden
bersuku batak yaitu 67 orang (95,7%).
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden
(n=70)
Karakteristik
Usia
10 tahun
11 tahun
12 tahun
13 tahun
14 tahun
15 tahun
16 tahun
17 tahun
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Agama
Islam
Kristen Protestan
Katolik
Pendidikan
SD
SMP
SMA
Pekerjaan
orangtua
sebelum bencana
Petani
PNS
Wiraswasta
Pedagang
Pekerjaan
orangtua
sesudah bencana
Petani
PNS
Status Orangtua
Masih memiliki orangtua
Jumlah saudara
0
1
2
3
4
5
6
7
Suku
Batak
Jawa
Melayu

Ringan

Stres
Sedang

F

%

Mekanisme Koping
Maladaptif Adaptif
f

%

3
9
8
0
0
3
2
0

3
13
8
1
4
5
5
6

6
22
16
1
4
8
7
6

8,6
31,4
22,9
1,4
5,7
11,4
10,0
8,6

6
18
14
1
2
5
4
3

0
4
2
0
2
3
3
3

6
22
16
1
4
8
7
6

8,6
31,4
22,9
1,4
5,7
11,4
10,0
8,6

9
16

12
33

21
49

30,0
70,0

14
39

7
10

21
49

30,0
70,0

13
10
2

25
18
2

38
28
4

54,3
40,0
5,7

33
18
2

5
10
2

38
28
4

54,3
40,0
5,7

18
5
2

22
12
11

40
17
13

57,1
24,3
18,6

35
11
7

5
6
6

40
17
13

57,1
24,3
18,6

23
1
0
1

41
3
1
0

64
2
3
1

91,4
2,9
4,3
1,4

47
2
3
1

17
0
0
0

64
2
3
1

91,4
2,9
4,3
1,4

24
1

44
1

68
2

97,1
2,9

51
2

17
0

68
2

97,1
2,9

25

45

70

100,0

53

17

70

100,0

2
4
4
7
3
5
0
0

2
3
15
17
6
5
6
1

4
7
19
14
9
10
6
1

5,7
10,0
27,1
20,0
12,9
14,3
8,6
1,4

3
6
13
9
7
10
4
1

1
1
6
5
2
0
2
0

4
7
19
14
9
10
6
1

5,7
10,0
27,1
20,0
12,9
14,3
8,6
1,4

23
1
1

44
1
0

67
2
1

95,7
2,9
1,4

51
2
0

16
0
1

67
2
1

95,7
2,9
1,4

Universitas Sumatera Utara

52

1.2 Distribusi pernyataan kuesioner stres remaja
Tingkat stres remaja korban erupsi Gunung Sinabung di posko
pengungsian erupsi Gunung Sinabung Kabanjahe Kabupaten Karo dinilai
dengan mengajukan 20 pernyataan. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa
remaja yang sering dan selalu merasa sulit berkonsentrasi sebanyak 26 orang
(37,1%), remaja yang sering dan selalu butuh relaksasi untuk menghilangkan
kepenatan mereka selama berada di posko sebanyak 28 orang (40,0%), remaja
yang sering dan selalu ingin memarahi orang-orang yang mengganggunya
sebanyak 25 orang (35,7%), remaja yang sering dan selalu tidak dapat
melaksanakan tugas sekolah sebaik dulu sebanyak 27 orang (38,6%), remaja
yangsering dan selalu lebih mudah emosional terhadap orang-orang di
sekitarnya sebanyak 24 orang (34,3%). Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan diperoleh hasil yang ditunjukkan pada tabel 5.2.
Tabel 5.2Distribusi pernyataan kuesioner stres remaja korban erupsi
Gunung Sinabung di posko pengungsian erupsi Gunung Sinabung Kabanjahe
Kab. Karo (n=70)
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Pernyataan kuesioner stres

Saya merasa tertekan dengan
kondisi sekarang
Saya
merasa
kurang
bersemangat
Saya merasa kecewa dengan
keadaan hidup saya
Saya
merasa
sulit
berkonsentrasi
Setiap bangun pagi badan saya
terasa lelah
Saya kehabisan energi untuk
melakukan kegiatan apapun
Saya merasa malas untuk
melakukan kegiatan apapun
Saya putus asa dengan

(TP)
f
4

(JR)

Nilai Angka/Skor
(KK)

(SR)

(SL

%
5,7

f
12

%
17,1

f
41

%
58,6

f
9

%
12,9

f
4

%
5,7

12 17,1

14

20

29

41,4

11

15,7

4

5,7

19

27,1

16

22,9

16

22,9

14

20

5

7,1

12

17,1

10

14,3

22

31,4

14

20

12

17,1

15

21,4

15

21,4

24

34,3

11

15,7

5

7,1

22

31,4

20

28,6

24

34,3

3

4,3

1

1,4

17

24,3

26

37,1

22

31,4

3

4,3

2

2,9

29

41,4

14

20

23

32,9

3

4,3

1

1,4

Universitas Sumatera Utara

53

9.
10.
11.
12.

13.

14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

keadaan diri saya
Kepala saya mudah pusing
Saya tidak bisa berkonsentrasi
untuk
mengerjakan
tugas/pekerjaan rumah saya
Badan saya terasa lelah
Saya tidak memiliki waktu
untuk mengembangkan minat
atau hobi dengan situasi saat
ini
Saya kehilangan kesabaran
dalam
mengerjakan
tugas/pekerjaan rumah (PR)
tersebut
Saya butuh relaksasi untuk
menghilangkan
kepenatan
saya selama berada di posko
Saya ingin memarahi orangorang yang mengganggu saya
Saya
tidak
dapat
melaksanakan tugas sekolah
sebaik dulu
Saya merasa memiliki beban
ketika berada di posko
Saya merasa tidak mampu
menyelesaikan tugas sekolah
saya selama berada di posko
Saya bingung apa yang harus
saya lakukan selama berada di
posko
Saya lebih mudah emosional
terhadap orang-orang disekitar
saya

20
19

28,6
27,1

18
4

25,7
5,7

20
25

28,6
35,7

10
17

14,3
24,3

2
5

2,9
7,1

15
24

21,4
34,3

22
12

31,4
17,1

25
13

35,7
18,6

3
18

4,3
25,7

5
3

7,1
4,3

26

37,1

8

11,4

20

28,6

12

17,1

4

5.7

16

22,9

8

11,4

18

25,7

12

17,1

16

22,9

6

8,6

16

22,9

23

32,9

18

25,7

7

10

12

17,1

13

18,6

18

25,7

20

28,6

7

10

16

22,9

11

15,7

23

32,9

14

20

6

8,6

27

38,6

12

17,1

14

20

12

17,1

5

7,1

15

21,4

14

20

21

30

12

17,1

8

11,4

16

22,9

8

11,4

22

31,4

13

18,6

11

15,7

1.3 Distribusi frekuensi dan persentase tingkat stres remaja
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat 25 orang
remaja (36,7%) yang mengalami stres tingkat ringan dan 45 orang remaja
(64,3%) mengalami stres tingkat sedang. Hasil penelitian ini ditunjukkan
pada tabel 5.3.

Universitas Sumatera Utara

54

Tabel 5.3Distribusi frekuensi dan persentase tingkat stres remaja (n=70)
Stres
Frekuensi (f)
Persentase
Ringan
25
35,7
Sedang
45
64,3
70
100,0
Total
1.4 Distribusi pernyataan kuesioner mekanisme koping remaja
Mekanisme koping remaja korban erupsi Gunung Sinabung di posko
pengungsian erupsi Gunung Sinabung Kabanjahe Kabupaten Karo dinilai
dengan mengajukan 26 pernyataan terkait dengan mekanisme koping. Data
yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan adalah remaja yang tidak
pernah membuat gurauan-gurauan tentang masalahnya sebanyak 22 orang
(31,4%), remaja yang tidak pernah bersenang-senang untuk mengatasi
masalahnya sebanyak 25 orang (35,7%), remaja yang tidak pernah mencari
dukungan emosional dari orang lain sebanyak 29 orang (41,4%), remaja yang
tidak pernah berusaha untuk meminta nasehat atau pertolongan dari orang lain
mengenai apa yang sebaiknya dilakukan sebanyak 17 orang (24,3%), remaja
yang tidak pernah berbagi cerita dengan orang lain untuk menghilangkan
perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan sebanyak 17 orang (24,3%).Dari
data yang diperoleh dapat dilihat di tabel 5.4.

No

Tabel 5.4Distribusi pernyataan kuesioner mekanisme koping remaja
korban erupsi Gunung Sinabung di posko pengungsian erupsi Gunung
Sinabung Kabanjahe Kab. Karo (n=70)
Nilai Angka/Skor
Pernyataan

1.

2.

Saya memikirkan upaya untuk
mengatasi
masalah
yang
sedang saya alami
Saya mengambil tindakan
untuk mencoba mengatasi

(TP)

(KK)

(SR)

(SL)

F
7

%
10

f
41

%
58,6

f
14

%
20

f
8

%
11,4

12

17,1

27

38,6

21

30

10

14,3

Universitas Sumatera Utara

55

3.

4.

5.

6.

7.

8.
9.

10.
11.

12.
13.
14.
15.

16.

17.

18.

19.

masalah tersebut menjadi
lebih baik
Saya mencoba membuat suatu
strategi tentang apa yang
sebaiknya saya lakukan
Saya berpikir dengan serius
mengenai
langkah-langkah
apa yang sebaiknya saya ambil
Saya berusaha untuk melihat
masalah tersebut dari sudut
pandang lain agar masalah
tersebut kelihatannya menjadi
lebih positif
Saya mencari sesuatu yang
positif dari masalah yang saya
alami selama di posko
Saya menerima kenyataan
bahwa
masalah
tersebut
memang telah terjadi
Saya belajar untuk terbiasa
dengan masalah tersebut
Saya
membuat
gurauangurauan tentang masalah
tersebut
Saya bersenang-senang untuk
mengatasi masalah tersebut
Saya
berusaha
untuk
menemukan
kenyamanan
dalam agama/keyakinan saya
Saya berdoa untuk mengatasi
masalah tersebut
Saya
mencari
dukungan
emosional dari orang lain
Saya mencari kenyamanan
dan pengertian dari seseorang
Saya mencari pertolongan dan
nasehat-nasehat dari orang
lain
Saya berusaha untuk meminta
nasehat atau pertolongan dari
orang lain mengenai apa yang
sebaiknya saya lakukan
Saya
melakukan
suatu
pekerjaan
atau
aktivitas
lainnya untuk melupakan
masalah saya
Saya
pergi
menonton
TV/berhayal/tidur/berbelanja,
agar saya tidak terlalu
memikirkan masalah tersebut
Saya berkata pada diri saya
bahwa “masalah ini bukanlah
suatu kenyataan yang benarbenar terjadi”

8

11,4

38

54,3

19

27,1

5

7,1

4

5,7

25

35,7

28

40

13

18,6

10

14,3

33

47,1

16

22,9

11

15,7

14

20

23

32,9

21

30

12

17,1

10

14,3

20

28,6

24

34,3

16

22,9

12

17,1

25

35,7

24

34,3

9

12,9

22

31,4

36

51,4

9

12,9

3

4,3

25

35,7

22

31,4

17

24,3

6

8,6

10

14,3

19

27,1

14

20

27

38,6

3

4,3

18

25,7

22

31,4

27

38,6

29

41,4

30

42,9

9

12,9

2

2,9

13

18,6

28

40

18

25,7

11

15,7

11

15,7

32

45,7

16

22,9

11

15,7

17

24,3

27

38,6

17

24,3

9

12,9

9

12,9

36

51,4

13

18,6

12

17,1

29

41,4

26

37,1

11

15,7

4

5,7

26

37,1

31

44,3

9

12,9

4

5,7

Universitas Sumatera Utara

56

20.
21.

22.

23.

24.

25.
26.

Saya tidak percaya bahwa
masalah itu telah terjadi
Saya berbagi cerita dengan
orang
lain
untuk
menghilangkan
perasaanperasaan
yang
tidak
menyenangkan
Saya
mengungkapkan
perasaan-perasaan negatif saya
kepada orang lain
Saya
menyerah
untuk
mencoba mengatasi masalah
tersebut
Saya
menyerah
untuk
berusaha mengatasi masalah
tersebut
Saya mengkritik diri saya
sendiri
Saya menyalahkan diri saya
sendiri atas masalah-masalah
yang telah terjadi

28

40

31

44,3

6

8,6

5

7,1

17

24,3

23

32,9

16

22,9

14

20

37

52,9

13

18,6

14

20

6

8,6

26

37,1

33

47,1

7

10

4

5,7

30

42,9

27

38,6

6

8,6

7

10

32

45,7

20

28,6

12

17,1

6

8,6

26

37,1

27

38,6

11

15,7

6

8,6

1.5 Distribusi frekuensi dan persentase mekanisme koping remaja
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh bahwa
sebanyak 53 orang remaja (75,7%) menggunakan mekanisme koping yang
maladaptif dan sebanyak 17 orang remaja (24,3%) menggunakan mekanisme
koping yang adaptif.
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase mekanisme koping remaja
(n=70)
Mekanisme Koping
Frekuensi (f)
Persentase
Maladaptif
53
75,7
Adaptif
17
24,3
70
100,0
Total

Universitas Sumatera Utara

57

1.6 Hubungan stres dan mekanisme koping remaja di posko pengungsian
erupsi Gunung Sinabung Kabanjahe Kabupaten Karo
Tabel 5.4 Hasil analisa hubungan stres dan mekanisme koping remaja
(n=70)
Mekanisme Koping
p value
OR
Maladaptif Adaptif
Total
f
%
f
%
f
%
Stres
Ringan 23
92,0 2
8
25
100,0
Sedang 30
66,7 15
33,3
45
100,0
0,038
5,750
Berat
0
0,0
0
0,0
0
0,0
75,7 17
24,3
70
100,0
Jumlah 53
Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan oleh tabel 5.4 diperoleh
bahwa dari 25 orang remaja mengalami stres ringan, dimana 23 orang
menggunakan mekanisme koping maladaptif dan dua orang menggunakan
mekanisme koping adaptif. Remaja yang mengalami stres sedang sebanyak 45
orang, dimana dari 45 orang tersebut yang mengalami stres sedang yang
menggunakan mekanisme koping maladaptif sebanyak 30 orang dan 15 yang
menggunakan mekanisme koping adaptif.
Hasil uji statistik diperoleh data nilai p=0,038 maka dapat disimpulkan
ada hubungan stres dengan mekanisme koping remaja korban erupsi Gunung
Sinabung di posko pengungsian erupsi Gunung Sinabung Kabanjahe
Kabupaten Karo. Nilai OR diperoleh 5,750, artinya remaja korban erupsi
Gunung Sinabung di posko pengungsian Kabanjahe Kabupaten Karo yang
menggunakan mekanisme koping maladaptif berisiko mengalami stres sedang
5,750 kali dibandingkan dengan remaja yang menggunakan mekanisme koping
adaptif.

Universitas Sumatera Utara

58

2. Pembahasan
2.1 Stres remaja korban erupsi Gunung Sinabung di posko pengungsian
erupsi Gunung Sinabung Kabanjahe Kab.Karo
Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar remaja korban erupsi
Gunung Sinabung mengalami stres psikososial pada tingkat sedang, yaitu 45
orang (64,3%) dari 70 orang responden.Hasil penelitian ini juga dapat
dikaitkan dengan karakteristik responden meliputi usia, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan orangtua pasca bencana erupsi Gunung Sinabung,
status orangtua, jumlah saudara dan suku. Usia berkaitan dengan toleransi
seseorang terhadap stres, dimana sebagian besar responden pada penelitian ini
adalah remaja usia awal yang berusia 11 tahun yaitu sebanyak 22 orang
(31,4%). Remaja usia awal merupakan fase awal menuju kematangan. Pada
usia ini, remaja masih sulit untuk mengontrol stres yang dihadapi
dibandingkan pada usia dewasa. Semakin dewasa usia biasanya akan semakin
menunjukkan kematangan jiwa.
Stres remaja yang sebagian besar berada pada kategori sedang ini juga
dapat dikaitkan dengan jenis kelamin responden dalam penelitian ini, dimana
sebagian

besar

responden

adalah

perempuan,

yaitu

49

orang

(70%).Perempuan lebih rentan terhadap stres ketika menghadapi masalah
yang terjadi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasrani
dan Purnawati (2015), jenis kelamin berpengaruh pada tingkat stres, yaitu
tingkat stres yang lebih tinggi sering dijumpai pada perempuan karena otak
perempuan memiliki kewaspadaan yang negatif terhadap adanya konflik dan

Universitas Sumatera Utara

59

stres,

pada

perempuan

konflik

memicu

hormon

negatif

sehingga

memunculkan stres, gelisah, dan rasa takut.
Tingkat pendidikan juga dapat mempengaruhi toleransi seseorang
terhadap stres, dimana sebagian besar responden dalam penelitian ini berada
pada sekolah dasar (SD). Remaja usia awal yang berada tingkat sekolah dasar
mulai mampu berhadapan dengan aspek-aspek yang hipotesis dan abstrak dari
realitas yang memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak, hipotesis, dan
kontrafaktual

dan

memberikan

peluang

bagi

individu

untuk

mengimajinasikan kemungkinan lain untuk segala hal, yang berkaitan dengan
kondisi masyarakat, diri sendiri, aturan-aturan orangtua, atau apa yang akan
dia lakukan dalam hidupnya (Agustiani, 2006).
Kehilangan pekerjaan yang dialami orangtua, status orangtua dan
jumlah sudara yang dimiliki berperan terhadap terjadinya stres. Tidak
terpenuhinya kebutuhan diri akibat dari masalah keuangan karena kehilangan
pekerjaan orangtua dan jumlah saudara yang terlalu banyak serta masih atau
tidaknya memiliki orangtua dapat menimbulkan konflik interpersonal pada
diri remaja. Konflik interpersonal dapat timbul sebagai akibat dari maslah
keuangan, inconsiderate behavior, atau tujuan yang bertolak belakang
yangterkadang berasal dari penyakit kritis yang dialami anggota keluarga,
kehilangan pekerjaan secara tiba-tiba, perpindahan, atau menjadi tuna wisma
(Potter & Perry, 2010).

Universitas Sumatera Utara

60

Suku dan tradisi berkaitan dengan persepsi, dimana kadar stres dalam
suatu peristiwa sangat bergantung pada bagaimana individu bereaksi terhadap
stres tersebut (Nasir & Muhith, 2011).
Data yang diperoleh dari distribusi pernyataan kuesioner stres
menunjukkan bahwa remaja sering dan bahkan selalu mengalami situasi
tekanan pada selama berada di posko pengungsian. Data dengan jumlah
jawaban responden yang tertinggi yaitu remaja merasa sulit berkonsentrasi
sebanyak 26 orang (37,1%). Hal ini dipengaruhi oleh kondisi posko
pengungsian yang padat oleh pengungsi, serta masih aktifnya Gunung
Sinabung beraktivitas dengan mengeluarkan lahar dan meletuskan erupsi.Hal
ini sesuai dengan pendapat (Nasir & Muhith, 2011), mengatakan bahwa
lingkungan yang berhubungan dengan individu dapat menjadi stressor atau
pemicu terjadinya stres seperti gempa bumi, topan, badai, kondisi cuaca, dan
lain-lain, meskipun tidak dikemukakan kategori atau tingkatan stres yang
dapat dialami.
Remaja yang sering dan selalu butuh relaksasi untuk menghilangkan
kepenatan mereka selama berada di posko sebanyak 28 orang (40,0%).
Remaja cenderung sering dan selalu membutuhkan relaksasi untuk
menghilangkan kepenatan mereka selama berada di posko karena mereka
merasa tidak nyaman dengan kondisi yang mereka alami saat ini.
Remaja yang sering dan selalu ingin memarahi orang-orang yang
mengganggunya sebanyak 25 orang (35,7%). Stres dan emosi mempunyai
keterikatan yang saling mempengaruhi keduanya, seperti kecemasan, rasa

Universitas Sumatera Utara

61

bersalah, khawatir, ekspresi marah, rasa takut, sedih dan cemburu (Nasir &
Muhith, 2011).
Remaja yang sering dan selalu tidak dapat melaksanakan tugas sekolah
sebaik dulu sebanyak 27 orang (38,6%). Hal ini disebabkan oleh kondisi
lingkungan posko pengungsian begitu ramai, sehingga remaja kesulitan
dalam mengerjakan tugas sekolah mereka.
Remaja yang sering dan selalu lebih mudah emosional terhadap orangorang di sekitarnya sebanyak 24 orang (34,3%). Kondisi ini disebabkan tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar remaja dengan baik seperti istirahat dan tidur.
Remaja kesulitan untuk tidur dengan nyenyak karena kondisi posko yang
begitu bising dan ramai sehingga mempengaruhi kualitas tidur mereka. Tidur
merupakan salah satu kebutuhan dasa manusia yang dapat meningkatkan
kestabilan emosi, dimana semakin tinggi kualitas tidur seseorang, semakin
tinggi pula kestabilan emosi seseorang dan dapat berpengaruh terhadap
prestasi yang diperoleh (Setyowati, 2013).
2.2 Mekanisme koping remaja korban erupsi Gunung Sinabung di posko
pengungsian erupsi Gunung Sinabung Kabanjahe Kab.Karo
Berdasarkan hasil penelitian terhadap remaja korban erupsi Gunung
Sinabung di posko pengungsian erupsi Gunung Sinabung Kabupaten Karo
ditemukan bahwa mekanisme koping maladaptif lebih banyak daripada
mekanisme koping adaptif. Sebanyak 53 orang (75,7%) responden yang
menggunakan mekanisme koping maladaptif dan 17 orang (24,3%) responden
yang menggunakan mekanisme koping adaptif. Hasil ini dapat dipengaruhi

Universitas Sumatera Utara

62

oleh karakteristik responden meliputi usia, agama, pendidikan, dan pekerjaan
orangtua.
Sebagian besar responden pada penelitian ini adalah remaja usia awal
yang berusia 11 tahun yaitu sebanyak 22 orang (31,4%), dimana usia remaja
merupakan usia yang mengalami perubahan, masa transisi ke usia dewasa,
dimana pada masa usia remaja lebih mengutamakan emosinya. Hal ini sesuai
dengan yang dikatakan oleh Hurlock (1999, dalam Marliani, 2016), yaitu
remaja merupakan periode “badai dan tekanan”, masa ketika ketegangan
emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar.
Agama merupakan salah satu aspek dalam spiritual, dimana agama
dapat menstabilkan tingkah laku, memberikan rasa aman, terutama bagi
remaja yang tengah mencari eksistensi dirinya (Marliani, 2016).
Responden pada penelitian ini sebagian besar berada pada pendidikan
sekolah dasar (SD), yaitu sebanyak 40 orang (57,1%), dimana anak sekolah
dasar masih berfokus pada diri sendiri dan masih kesulitan dalam
mengekspresikan emosi yang dirasakan berkaitan dengan kognitif dan
persepsi yang dimiliki.
Mayoritas pekerjaan orangtua remaja pada penelitian pada saat sebelum
dan sesudah bencana erupsi Gunung Sinabung adalah petani yaitu 64 orang
(91,4%) dan 68 orang (97,1%). Pekerjaan orangtua remaja ini membuat
mereka jarang berinteraksi dengan orangtua mereka kecuali pagi hari dan
malam hari. Dukungan keluarga dapat membantu meningkatkan mekansime

Universitas Sumatera Utara

63

koping individu dengan memberikan dukungan emosi dan saran-saran
mengenai strategi alternatif yang didasarkan pada pengalaman sebelumnya.
Mekanisme koping remaja pada penelitian ini juga dapat dilihat dari
distribusi jawaban pernyataan kuesioner remaja terhadap mekanisme koping.
Remaja cenderung menggunakan mekanisme koping maladaptif untuk
mengatasi masalah yang mereka hadapi. Mekanisme koping maladaptif yang
digunakan

adalah

humor,

self-distraction,

denial,

behavioural

disengangement, dan self-blame. Mekanisme koping adaptif yang kadangkadang bahkan tidak pernah digunakan adalah active coping, planning,
positive reframing, acceptance, religion, using emotional support, using
instrumental support,dan venting.
Dari 70 orang responden yang menggunakan mekanisme koping
humor adalah sebanyak sembilan orang (12,8%). Humor merupakan usaha
untuk tidak

terlihat dalam

permasalahan, seperti

menghindar dari

permasalahan seakan tidak terjadi apa-apa atau menciptakan pandanganpandangan positif seperti menganggap masalah sebagai lelucon (Lazarus &
Flokman, 1984 dalam Nasir & Muhith, 2011).
Self-distraction merupakan pengesampingan pikiran, impuls, atau
ingatan yang disengaja atau disadari yang menyakitkan atau bertentangan dari
kesadaran seseorang (Keliat, 1999 dalam Nasir & Muhith, 2010). Dari 70
orang responden, terdapat 16 orang (22,8%) responden yang menggunakan
mekanisme koping ini.

Universitas Sumatera Utara

64

Dari 70 orang responden, yang menggunakan mekanisme koping
denial sebanyak sembilan orang (12,8%). Denial atau penyangkalan
merupakan ungkapan untuk menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas
dengan mengingkari realitas tersebut atau menolak untuk menerima atau
menghadapi kenyataan yang tidak enak. Mekanisme pertahanan ini adalah
yang paling sederhana dan primitif (Keliat, 1999 dalam Nasir & Muhith,
2010).
Sebanyak
mekanisme

11

koping

orang

(15,7%)

behavioural

responden

yang

menggunakan

disengangement.

Behavioural

disengangement adalah berhentinya tingkat perkembangan pada salah satu
aspek tertentu, seperti emosi, tingkah laku, atau pikiran sehingga
perkembangan selanjutnya terhambat.
Self-blame merupakan bentuk dari ketidakberdayaan atas masalah
yang dihadapi dengan menyalahkan diri sendiri tanpa evaluasi diri yang
optimal. Kegagalan orang lain dialihkan dengan menyalahkan dirinya sendiri
sehingga menekan kreativitas dan ide yang berdampak pada penarikan diri
dari struktur sosial (Nasir & Muhith, 2010). Dari 70 orang responden,
diperoleh sebanyak 12 orang (19,2%) yang menggunakan mekanisme koping
self-blame ini.

Universitas Sumatera Utara

65

2.3 Hubungan stres dan mekanisme koping remaja korban erupsi
Gunung Sinabung di posko erupsi Gunung Sinabung Kabanjahe
Kab. Karo
Hasil penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji continuity
correction yaitu untuk mengetahui adanya hubungan antara stres dengan
mekanisme koping remaja korban erupsi Gunung Sinabung di posko erupsi
Gunung Sinabung Kabanjahe Kabupaten Karo. Berdasarkan hasil uji statistik
ditemukan bahwa nilai p=0,038. Hal ini menunjukkan bahwa nilai p lebih
kecil daripada nilai Alfa (p