Dampak Program Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Medan Kota Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada dampak program dana bergulir

PNPM Mandiri Perkotaan terhadap kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Medan
Kota dengan menganalisis pelaksanaan program dana bergulir PNPM Mandiri
Perkotaan di Kecamatan Medan Kota dan bagaimana dampaknya terhadap
kesejahteraan masyarakat dengan menganalisis pendapatan masyarakat sebelum
memperoleh bantuan program dana bergulir dan pendapatan masyarakat sesudah
memperoleh bantuan program dana bergulir.

3.2.

Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Kota, yang terdiri dari 12 (duabelas)

Kelurahan, yaitu Pasar Baru, Pusat Pasar, Sei Rengas I, Mesjid, Pandau Hulu I,

Kotamatsum III, Pasar Merah Barat, Teladan Timur, Teladan Barat, Sitirejo I, Sudirejo
I, dan Sudirejo II. Pemilihan Kecamatan Medan Kota sebagai lokasi penelitian dengan
pertimbangan agar hasil penelitian ini berupa dampak dana bergulir Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat PNPM Mandiri Perkotaan

terhadap kesejahteraan

masyarakat dapat digunakan sebagai informasi dalam pengelolaan dana bergulir PNPM
Mandiri Perkotaan di Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara

3.3.

Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekuner.

Data primer diperoleh melalui serangkaian pertanyaan yang diajukan kepada responden
baik yang berbentuk kuisioner maupun wawancara. Data sekunder, diperoleh dari
instansi terkait seperti Kantor Kecamatan dan Kantor Kelurahan serta data yang

bersumber dari instansi terkait yang mendukung dalam penelitian ini.

3.4.

Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah kepala keluarga (KK) yang

memperoleh program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan di Kecamatan Medan
Kota yaitu 1.687 KK. Sampel responden ditetapkan mengikuti pendapat Roscoe
(Sugiyono, 2003), yang menyatakan berapapun jumlah populasinya, dalam penelitian
sosial ukuran sampel yang layak digunakan adalah antara 30 sampai 500. Berdasarkan
pendapat di atas, peneliti menetapkan anggota sampel penelitian sebanyak 100 Kepala
Keluarga (KK) yang memperoleh program dana bergulir, dengan alasan telah melebihi
ambang batas kriteria Roscoe, yakni batasan minimal 30 orang. Populasi dan sampel
pada masing-masing kelurahan disajikan pada Tabel 3.1.
Sampel responden diambil secara proporsional pada masing-masing kelurahan
di Kecamatan Medan Kota dan pengambilan sampel responden dilakukan secara
purposive sampling (secara sengaja). Purposive sampling merupakan metode
penetapam sampel berdasarkan kriteria tertentu, yang dalam penelitian ini adalah
masyarakat yang memperoleh bantuan dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan.


Universitas Sumatera Utara

Tabel 3.1. Populasi dan Sampel Responden
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Kelurahan
Siti Rejo I

Sudi Rejo II
Sudi Rejo I
Teladan Tomur
Teladan Barat
Pasar Merah Barat
Mesjid
Kota Matsum III
Sei. Rengas I
Pasar Baru
Pusat Pasar
Pandau Hulu I
Jumlah

3.5.

Populasi
140
175
245
175

120
135
235
110
94
63
90
105
1.687

Sampel
140/1687 x 100 = 10
175/1687 x 100 = 15
245/1687 x 100 = 10
175/1687 x 100 = 7
120/1687 x 100 = 14
135/1687 x 100 = 8
235/1687 x 100 = 8
110/1687 x 100 = 7
94/1687 x 100 = 5

63/1687 x 100 = 6
90/1687 x 100 = 6
105/1687 x 100 = 4
100

Analisis Data

1. Untuk menguji perumusan masalah pertama pelaksanaan program dana bergulir
PNPM Mandiri Perkotaan di Kecamatan Medan Kota menggunakan analisis
deskriptif, yaitu mendeskriptikan kegiatan program dana bergulir PNPM Mandiri
Perkotaan yang telah dilaksanakan di Kecamatan Medan Kota.
2. Untuk menguji perumusan masalah kedua dan hipotesis dampak program bergulir
PNPM Mandiri Perkotaan terhadap kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Medan
Kota, dalam hal ini pendapatan masyarakat menggunakan uji beda rata-rata untuk
sampel berpasangan (paired samples test t test), dengan rumus yang digunakan
adalah :
t=

x1,i − x 2i
1

1
S 2 p + 
 n1 n2 

Universitas Sumatera Utara

Dimana :
t

= uji beda

x1 , 1

= Rata-rata pendapatan masyarakat sebelum memperoleh program dana
bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Tahun 2009

x 2 ,1

= Rata-rata pendapatan masyarakat sesudah memperoleh program dana
bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Tahun 2011


n1

= Jumlah responden sebelum program dana bergulir PNPM Mandiri
Perkotaan

n2

= Jumlah responden sesudah program dana bergulir PNPM Mandiri
Perkotaan

s2p

= Simpangan Baku berpasangan
Kriteria pengambilan keputusan dalam uji beda rata-rata untuk sampel

berpasangan (paired samples test t test), yaitu membandingkan nilai t hitung dengan nilai
t tabel : Ho diterima jika t hitung < t tabel pada α = 5%
Ho ditolak (Ha diterima) jika t hitung > t tabel pada α = 5%
3.6.


Definisi Variabel Operasional

1. Program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan merupakan program penanggulan
kemiskinan perkotaan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kecamatan Medan Kota.
2. Dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan merupakan pinjaman bergulir yang
diberikan kepada masyarakat yang memiliki usaha

Universitas Sumatera Utara

3. Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan merupakan kegiatan PNPM Mandiri
Perkotaan yang dijalankan Pemerintah Kecamatan Medan Kota sesuai dengan
Pedoman Umum PNPM Mandiri Perkotaan.
4. Prosedur merupakan suatu tahapan pekerjaan melibatkan beberapa orang dalam
satu kegiatan yang dibuat untuk menjamin kegiatan itu dapat dilaksanakan dengan
baik dan terarah.
5. Partisipasi masyarakat merupakan keikutsertaan masyarakat baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan.
6. Keberhasilan pelaksanaan program dan bergulir PNPM Mandiri Perkotaan diukur
dari tepat waktu, tepat sasaran, tepat jadwal dan partisipasi.

7. Kesejahteraan masyarakat merupakan kondisi pendapatan masyarakat
8. Pendapatan masyarakat adalah pendapatan rata-rata kepala rumah tangga

sebelum dan sesudah ada program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan
(rupiah/bulan).

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.

Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Secara astronomis Kota Medan terletak pada posisi 3°30’ - 3°43’ Lintang Utara

dan 98°35’ - 98°44’ Bujur Timur dengan luas wilayah 265,10 km2. Sebagian besar
wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah dengan topografi yang cenderung
miring ke Utara dan menjadi tempat pertemuan 2 sungai penting, yaitu sungai Babura
dan sungai Deli.

Di samping itu, Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas
permukaan laut dan secara administratif mempunyai batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara

: Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka

Sebelah Selatan

: Kabupaten Deli Serdang

Sebelah Barat

: Kabupaten Deli Serdang

Sebelah Timur

: Kabupaten Deli Serdang

Secara administratif, wilayah Kota Medan hampir secara keseluruhan berbatasn
dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur.
Sepanjang wilayah Utara nya berbatasn langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui
merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Kabupaten Deli Serdang
merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber Daya alam (SDA), Khususnya
di bidang perkebunan dan kehutanan. Kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang
kaya sumber daya alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli

Universitas Sumatera Utara

Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini
menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama
dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerahdaerah sekitarnya. Di samping itu sebagai daerah jalur pelayaran Selat Malaka, maka
Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan
perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun kuar negeri (eksporimpor).
Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota, kedudukan, fungsi dan
peranan Kota Medan cukup penting dan strategis secara regional. Sebagai Ibukota
Propinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dalam
pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah daerah. Secara geografis, Kota Medan
memiliki kedudukan strategis sebab berbatasn langsung dengan Selat Malaka di bagian
Utara, sehingga relatif dekat dengan kota-kota/negara yang lebih maju seperti Pulau
Penang Malaysia, Singapura dan lain-lain. Demikian juga secara demografis Kota
Medan diperkirakan memiliki pangsa pasar barang/jasa yang relatif besar. Hal ini tidak
terlepas dari jumlah penduduknya yang relatif besar dimana tahun 2010 telah mencapai
2.109.339 jiwa. Demikian juga secara ekonomis dengan struktur ekonomi yang
didominasi sektor tertier dan sekunder, Kota Medan sangat potensial berkembang
menjadi pusat perdagangan dan keuangan regional/nasional.
Masyarakat Kota Medan merupakan masyarakat yang memiliki kemajemukan
meliputi unsur agama, suku, etnis budaya dan adat istiadat. Kehidupan yang penuh
kemajemukan tersebut dapat berjalan cukup baik dan harmonis yang dilandasi rasa

Universitas Sumatera Utara

kebersamaan dan saling toleransi serta memiliki rasa kekeluargaan yang cukup tinggi.
Hal ini menunjukkan bahwa karakter masyarakat Kota Medan memiliki sifat
keterbukaan dan siap menerima perubahan konstruktif dalam rangka peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan data BPS Kota Medan diketahui ada peningkatan jumlah penduduk
Kota Medan pada periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2010.

Tabel 4.1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Medan Tahun 20062010
Tahun

Jumlah Penduduk (Orang)

2006
2 032 682
2007
2.083.156
2008
2.102.105
2009
2.121.053
2010*
2.109.339
Sumber : BPS Kota Medan, 2011
Keterangan : * Hasil Sensus 2010 Kota Medan

Laju Pertumbuhan penduduk
(%)
1,52
0,77
0,91
0,90
-0,55

Jumlah penduduk Kota Medan meningkat dari 2.032.682 jiwa pada tahun 2006
menjadi 2.083.156 jiwa pada tahun 2007 dengan laju pertumbuhan penduduk 0,77%.
Pada tahun 2008 penduduk Kota Medan berjumlah 2.102.105 jiwa meningkat menjadi
2.121.053 jiwa pada tahun 2009 dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,90%.
Sedangkan pada tahun 2010, jumlah penduduk Kota Medan menurun menjadi
2.109.339 jiwa atau menurun sebesar -0,55% dari tahun sebelumnya. Dilihat dari laju
pertumbuhannya, penduduk Kota Medan mengalami pertumbuhan yang fluktuatif.
Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor alami, seperti tingkat kelahiran, kematian dan
arus urbanisasi.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan luas wilayah dan jumlah penduduk per kecamatan di Kota Medan
Tahun 2010 disajikan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Jumlah dan Persentase Luas wilayah dan Penduduk Kota Medan
untuk Tahun 2010 Berdasarkan Kecamatan
No

Kecamatan

Luas Wilayah (km2)

Luas (km2)
%
1. Medan Tuntungan
20,68
7,80
2. Medan Johor
12,81
4,83
3. Medan Amplas
14,58
5,50
4. Medan Kota
11,19
4,22
5. Medan Area
9,05
3,41
6. Medan Kota
7,99
3,01
7. Medan Maimun
5,27
1,99
8. Medan Polonia
5,52
2,08
9. Medan Baru
5,84
2,20
10. Medan Selayang
9,01
3,40
11. Medan Sunggal
2,98
1,13
12. Medan Helvetia
15,44
5,83
13. Medan Petisah
13,16
4,97
14. Medan Barat
6,82
2,57
15. Medan Timur
5,33
2,01
16. Medan Perjuangan
7,76
2,93
17. Medan Tembung
4,09
1,54
18. Medan Deli
20,84
7,86
19. Medan Labuhan
36,67
13,83
20. Medan Marelan
23,82
8,99
21. Medan Belawan
26,25
9,90
Jumlah
265,10
100
Sumber : Sensus Penduduk Kota Medan Tahun 2010

Jumlah Penduduk
(orang)
Jlh (orang)
%
81.974
3,30
123.469
5,48
117.776
5,43
141.842
6,60
96.391
5,15
72.861
3,97
39.919
2,73
52.552
2,52
42.189
2,08
99.367
4,04
112.426
5,22
144.478
6,85
62.162
3,21
70.713
3,73
108.408
5,37
93.962
4,98
134.763
6,68
167.192
7,08
111.491
5,04
139.820
5,97
95.584
4,56
2.109 339
100

Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa luas wilayah Kecamatan Medan Kota seluas
7,99 km2 (3,01%) dari luas wilayah Kota Medan dan jumlah penduduk 72.861 orang
(3,97%) dari jumlah penduduk Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara

Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Kota Medan dari tahun ke
tahun maka rasio kepadatan penduduk Kota Medan juga mengalami peningkatan
dikarenakan luas wilayah Kota Medan yang tidak mengalami perubahan (tetap).
Tabel 4.3. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Tahun 20062010
Tahun
Luas Wilayah (km2)
2006
265,1
2007
265,1
2008
265,1
2009
265,1
2010
265,1
Sumber : BPS Kota Medan, 2011

Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)
7.798
7.858
7.929
8.001
7.957

Rasio kepadatan penduduk Kota Medan mengalami peningkatan dari 7.798
jiwa/Km2 pada tahun 2006 menjadi 7.858 jiwa/Km2 pada tahun 2007. Pada tahun 2008
kepadatan penduduk Kota Medan 7.929 jiwa/Km2 meningkat menjadi 8.001 jiwa/Km2
pada tahun 2009 dan menurun menjadi 7.957 jiwa/Km2 pada tahun 2010. Dilihat dari
rasio kepadatan penduduk tersebut maka kepadatan penduduk Kota Medan relatif
termasuk tinggi sehingga untuk masa mendatang menjadi salah satu tantangan
demografi yang harus diantisipasi. Oleh karena itu, kecenderungan semakin
menyempitnya luas lahan berpeluang terjadinya ketidakseimbangan antara daya
dukung dan daya tampung lingkungan yang ada.
Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya merupakan gambaran dari aktifitas
perekonomian masyarakat di suatu daerah, disamping juga dapat digunakan sebagai
salah satu tolok ukur keberhasilan dari pelaksanaan pembangunan itu sendiri.
Berdasarkan indikator PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000, pertumbuhan
ekonomi Kota Medan selama periode 2006 – 2010 menunjukkan perlambatan yang

Universitas Sumatera Utara

berarti. Pertumbuhan ekonomi Kota Medan pada tahun 2006 sebesar 6,98%. Pada
tahun 2007 pertumbuhan ekonomi Kota Medan meningkat menjadi sebesar 7,78%,
pada tahun 2008 menurun menjadi 6,89%, dan seiring dengan kecenderungan
global/regional yang mempengaruhinya pada tahun 2009 terjadi penurunan kembali
menjadi sebesar 6,55%. Pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi Kota Medan kembali
meningkat menjadi sebesar 7,16%. Selama periode tersebut, rata-rata laju pertumbuhan
ekonomi Kota Medan sebesar 7,07% per tahun dan relatif masih lebih tinggi
dibandingkan rata-rata laju pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,66%.
Selanjutnya apabila dianalisis secara sektoral, perlambatan ekonomi Kota
Medan umumnya terjadi pada sektor pertanian yang turun dari 3,89% pada tahun 2008
menjadi 0,70% pada tahun 2010, diikuti sektor bangunan yang turun dari 8,07% pada
tahun 2008 menjadi 6,85% pada tahun 2010, sektor pengangkutan dan komunikasi
yang turun dari 8,15% pada tahun 2008 menjadi 6,98% pada tahun 2010, sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dari 10,31% tahun 2008 menjadi 8,75% pada
tahun 2010.
Tabel 4.4 . Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kota Medan Tahun 2008 – 2010
No Lapangan Usaha
Pertumbuhan (%)
2008
2009
2010
1.
Pertanian
3,89
4,18
0,70
2.
Pertambangan & Penggalian
-13,64
0,00
-3,51
3.
Industri Pengolahan
3,91
1,71
4,37
4.
Listrik, Gas dan Air Minum
4,52
5,06
7,04
5.
Bangunan
8,07
8,22
6,85
6.
Perdagangan, Hotel & Restoran
5,60
8,47
8,62
7.
Pengangkutan & Komunikasi
8,15
9,22
6,98
8.
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
10,31
2,92
8,75
9.
Jasa-Jasa
7,08
7,42
7,08
PDRB
6,89
6,55
7,16
Sumber : BPS Kota Medan, 2011

Universitas Sumatera Utara

Sementara itu, sektor ekonomi yang tumbuh secara signifikan yaitu sektor
pertambangan dan penggalain yang meningkat dari -13,64% pada tahun 2008 menjadi 3,51% pada tahun 2010. Sektor industri pengolahan meningkat dari 3,91% pada tahun
2008 menjadi 4,37% pada tahun 2010. Sektor listrik, gas dan air minum yang tumbuh
dari 4,52% pada tahun 2008 menjadi 7,04% pada tahun 2010. Sektor perdagangan,
hotel dan restoran yang tumbuh dari 5,60% pada tahun 2008 menjadi 8,62% pada tahun
2010. Meningkatnya sektor ekonomi tersebut terutama didorong oleh sektor industri
pengolahan, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang berimbas kepada
kebutuhan utama sehari-hari seperti listrik, gas dan air minum.
Peranan atau kontribusi sektor ekonomi menunjukkan besarnya kemampuan
masing-masing sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah dan menggambarkan
ketergantungan daerah terhadap kemampuan memproduksi barang dan jasa dari
masing-masing sektor ekonomi. Untuk mengetahui struktur perekonomian Kota Medan
dapat dilihat dari kontribusi setiap sektor dalam pembentukan PDRB menurut lapangan
usaha atas dasar harga berlaku.
Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa struktur ekonomi Kota Medan
relatif tidak mengalami pergeseran selama periode 2008 – 2010. Untuk sektor
perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor yang paling besar peranannya
terhadap pembentukan PDRB Kota Medan dan diikuti sektor pengangkutan dan
telekomunikasi. Selanjutnya sektor sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan,
dan sektor industri pengolahan, serta sektor bangunan, dan sektor jasa-jasa Sedangkan

Universitas Sumatera Utara

sektor ekonomi yang berkontribusi rendah adalah sektor pertambangan dan penggalian,
diikuti sektor listrik, gas dan air minum serta sektor pertanian.
Apabila dianalisis lebih jauh, struktur perekonomian Kota Medan menunjukkan
bahwa kontribusi sektor primer cenderung semakin menurun selama periode 2008 –
2010, yakni dari 2,34% pada tahun 2008 menjadi 2,15% di tahun 2010 atau turun
sebesar 0,19%. Begitupun kontribusi sektor sekunder yang mengalami penurunan
sebesar 0,89% dari 26,84% pada tahun 2008 menjadi 25,95% di tahun 2010. Namun
untuk kontribusi sektor tersier menunjukkan kecenderungan yang meningkat selama
periode tersebut yakni dari 70,82% pada tahun 2008 menjadi 71,90% pada tahun 2010
atau mengalami peningkatan sebesar 1,08%.
Tabel 4.5. Struktur Perekonomian Kota Medan Tahun 2008 – 2010

No
1.

Kelompok Sektor

Primer
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
2.
Sekunder
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Bangunan
3.
Tersier
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
Jasa-Jasa
Jumlah
Sumber : BPS Kota Medan, 2011

Kontribusi Terhadap
PDRB (%)
2008
2009
2010
2,34
2,29
2,15
2,34
2,29
2,15
0,00
0,00
0,00
26,84
26,34 25,95
14,39
13,73 13,38
1,41
1,39
1,39
11,04
11,21 11,18
70,82
71,37 71,90
25,93
26,40 26,76
20,04
20,54 20,51
14,62
14,12 14,33
10,23
10,31 10,30
100,00
100,00 100,00

Kondisi tersebut memberikan gambaran bahwa struktur atau pola perekonomian
Kota Medan telah bergeser dari sektor pertanian (agraris) ke sektor sekunder atau

Universitas Sumatera Utara

sektor jasa yang merupakan ciri spesifik dari daerah perkotaan. Hal ini sejalan dengan
fenomena di daerah perkotaan dimana mata pencaharian penduduk mengarah kepada
sektor-sektor non agraris. Gejala ini bisa dipahami karena beberapa faktor yang
menyebabkan antara lain luas lahan pertanian di daerah perkotaan sangat sempit
sehingga daya serap tenaga kerja sektor pertanian semakin sedikit dan tidak
memungkinkan bagi penduduk untuk memiliki lahan pertanian yang cukup luas serta
lahan diperkotaan merupakan barang berharga dan bernilai sangat tinggi sehingga dari
segi ekonomis dimungkinkan untuk kegiatan sektor lainnya, seperti kawasan industri,
pertokoan ataupun permukiman.
Perkembangan PDRB perkapita kecamatan-kecamatan di Kota Medan selama
periode tahun 2006-2010 dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6. PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Kecamatan
di Kota Medan Tahun 2006-2010 (Jutaan Rupiah)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Kecamatan
Medan Tuntungan
Medan Johor
Medan Amplas
Medan Denai
Medan Area
Medan Kota
Medan Maimun
Medan Polonia
Medan Baru
Medan Selayang
Medan Sunggal
Medan Helvetia
Medan Petisah
Medan Barat
Medan Timur
Medan Perjuangan

2006
4,26
3,53
6,64
2,69
5,03
17,05
29,56
55,88
27,09
4,11
8,16
8,81
20,94
69,86
16,68
2,93

2007
4,49
3,74
7,01
2,91
5,51
18,13
27,05
60,78
28,79
4,29
8,64
9,26
22,46
76,46
18,33
3,12

2008
4,71
3,94
7,42
3,06
5,92
19,09
29,30
64,87
30,69
4,56
9,05
9,78
23,74
80,95
19,39
3,28

2009
4,99
4,21
7,92
3,25
6,26
20,35
30,83
69,29
32,20
4,82
9,40
10,35
25,44
82,97
20,77
3,52

Rata2010* rata
5,34
4,76
4,47
3,98
8,54
7,51
3,42
3,07
6,74
5,89
25,25
19,97
33,32
30,01
74,34
65,03
34,55
30,66
5,21
4,60
10,07
9,06
11,09
9,86
27,28
23,97
88,66
79,78
22,26
19,49
3,75
3,32

Universitas Sumatera Utara

17
18
19
20
21

Medan Tembung
Medan Deli
Medan Labuhan
Medan Marelan
Medan Belawan
Kota Medan

3,85
25,20
2,30
1,73
19,23
13,17

4,11
26,54
2,31
1,82
20,69
14,09

4,30
28,20
2,43
1,89
22,60
14,93

4,61
30,38
2,58
1,98
22,60
15,76

4,91
32,64
2,81
2,10
24,02
16,89

4,36
28,59
2,49
1,90
21,83
14,97

Sumber : PDRB Kota Medan Perkecamatan Tahun 2011
Keterangan : * Angka Sementara (Laporan Bappeda Kota Medan)
Pada Tabel 4.6 terlihat bahwa selama periode tahun 2006-2010 kecamatankecamatan yang memiliki rata-rata PDRB perkapita terbesar adalah Kecamatan Medan
Barat, Kecamatan Medan Polonia, Kecamatan Medan Baru, Kecamatan Medan
Maimun, Kecamatan Medan Deli, Kecamatan Medan Belawan, Kecamatan Medan
Kota, dan Kecamatan Medan Timur hal ini disebabkan kecamatan-kecamatan tersebut
memiliki PDRB besar dan memiliki jumlah penduduk yang sedikit. Sedangkan
kecamatan-kecamatan yang memiliki PDRB perkapita terendah adalah Kecamatan
Medan Marelan, Kecamatan Medan Labuhan, Kecamatan Medan Kota, Kecamatan
Medan Perjuangan, Kecamatan Medan Johor, dan Kecamatan Medan Tembung, hal ini
disebabkan kecamatan-kecamatan tersebut memiliki PDRB rendah dan jumlah
penduduk yang besar. Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa Kecamatan Medan
Kota memiliki PDRB perkapita terbesar kedelapan dari kecamatan yang ada di Kota
Medan.
Berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan jumlah penduduk miskin
di Kota Medan dapat dilihat bahwa Kecamatan Medan Kota memiliki IPM 86,00 dan
jumlah penduduk miskin sebanyak 10.310 orang, yang berada pada urutan 17 (tujuh
belas) berdasarkan kecamatan yang memiliki jumlah penduduk miskin terbesar di Kota
Medan, yang disajikan pada Tabel 4.7.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.7. IPM dan Jumlah Penduduk Miskin Per Kecamatan Di Kota Medan
Tahun 2010
Penduduk Miskin
Jiwa
KK
1. M. Tuntungan
11.358
2.747
2. M. Johor
16.115
3.610
3. M. Amplas
16.891
3.801
4. M. Kota
22.008
4.415
5. M. Area
10.866
2.340
6. M. Kota
10.310
2.266
7. M. Maimun
8.985
2.096
8. M. Polonia
6.158
1.420
9. M. Baru
2.576
608
10. M. Selayang
10.639
2.529
11. M. Sunggal
11.569
2.595
12. M. Helvetia
13.555
2.943
13. M. Petisah
6.397
1.462
14. M. Barat
11.689
2.660
15. M. Timur
15.619
3.666
16. M. Perjuangan
19.628
4.346
17. M. Tembung
21.978
4.777
18. M. Deli
17.511
4.015
19. M. Labuhan
24.912
5.313
20. M. Marelan
32.183
6.959
21. M. Belawan
50.640
11.028
Kota Medan
341.587
75.596
Sumber : Laporan Program Kerja Pembangunan Kota Medan Bidang Ekonomi Tahun
2010
No.

4.2.

Kecamatan

IPM
2007/2009
75,0*
68,20
74,5*
72,2*
82,4*
86,00
84,6*
83,0*
71,4*
74,50
89,9*
79,6*
75,40
69,6*
67,90
65,60
62,90
58,40

Gambaran Umum PNPM Mandiri Perkotaan
PNPM Mandiri Perkotaan merupakan kegiatan lanjutan dari Program

Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) yang dilaksanakan sejak tahun 1999
sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan
pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan. Program ini
termasuk salah satu program strategis karena menyiapkan landasan kemandirian
masyarakat berupa lembaga kepemimpinan masyarakat yang representatif, mengakar

Universitas Sumatera Utara

dan kondusif bagi perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa
mendatang serta menyiapkan program masyarakat jangka menengah dalam
penanggulangan kemiskinan yang menjadi pengikat dalam kemitraan masyarakat
dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat.
Visi kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan adalah terciptanya masyarakat yang
berdaya yang mampu menjalin sinergi dengan pemerintah daerah serta kelompok
peduli setempat dalam rangka menanggulangi kemiskinan dengan efektif, secara
mandiri dan berkelanjutan. Sedangkan misi kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan adalah
memberdayakan masyarakat perkotaan, terutama masyarakat miskin, untuk menjalin
kerjasama sinergis dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli lokal dalam upaya
penanggulangan kemiskinan, melalui pengembangan kapasitas, penyediaan sumber
daya, dan melembagakan budaya kemitraan antar pelaku pembangunan. Dari visi dan
misi tersebut dapat kita pahami bahwa pengembangan kapasitas merupakan salah satu
aspek dalam upaya pemberdayaan masyarakat untuk mencapai tujuan utama yaitu
menanggulangi kemiskinan.
Tujuan pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan adalah:
a. Mewujudkan masyarakat “Berdaya” dan “Mandiri”, yang mampu mengatasi
berbagai persoalan kemiskinan di wilayahnya, sejalan dengan kebijakan Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
b. Meningkatkan

kapasitas

Pemerintah

Daerah

dalam

menerapkan

model

pembangunan partisipatif yang berbasis kemitraan dengan masyarakat dan
kelompok peduli setempat

Universitas Sumatera Utara

c. Mewujudkan harmonisasi dan sinergi berbagai program pemberdayaan masyarakat
untuk optimalisasi penanggulangan kemiskina
d. Meningkatkan capaian manfaat bagi masyarakat miskin untuk mendorong
peningkatan IPM dan pencapaian sasaran MDGs
Sasaran pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan adalah:
a. Terbangunnya lembaga kepemimpinan masyarakat (BKM) yang aspiratif,
representatif, dan akuntabel untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya
partisipasi serta kemandirian masyarakat
b. Tersedianya PJM Pronangkis sebagai wadah untuk mewujudkan sinergi berbagai
program penanggulangan kemiskinan yang komprehensif dan sesuai dengan
aspirasi serta kebutuhan masyarakat dalam rangka pengembangan lingkungan
permukiman yang sehat, serasi, berjati diri dan berkelanjutan
c. Meningkatnya akses terhadap pelayanan kebutuhan dasar bagi warga miskin dalam
rangka meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan pencapaian sasaran
MDGs
Pendekatan yang digunakan dalam pencapaian tujuan dari pelaksanaan PNPM
Mandiri Perkotaan adalah sebagai berikut:
a. Melembagakan pola pembangunan partisipatif yang berorientasi masyarakat miskin
dan berkeadilan, melalui pembangunan lembaga kepemimpinan masyarakat (BKM)
yang representatif, akuntabel, dan mampu menyuarakan kepentingan masyarakat
dalam proses-proses pengambilan keputusan dan Perencanaan Partisipatif dalam
menyusun PJM-Pronangkis berbasis pada peningkatan IPM MDGs

Universitas Sumatera Utara

b. Menyediakan stimulan BLM secara transparan untuk mendanai kegiatan
penanggulangan kemiskinan yang mudah dilakukan oleh masyarakat dan membuka
kesempatan kerja, melalui pembangunan sarana/prasarana lingkungan, peningkatan
kapasitas sumber daya manusia, pengembangan ekonomi lokal dengan prasyarat
tertentu, memperkuat keberlanjutan program dengan menumbuhkan rasa memiliki
di kalangan masyarakat melalui proses penyadaran kritis, partisipatif, pengelolaan
hasil-hasilnya, dan lainnya
c. Meningkatkan

kemampuan

perangkat

pemerintah

dalam

perencanaan,

penganggaran, dan pengembangan paska program
d. Meningkatkan efektifitas perencanaan dan penganggaran yang lebih berorientasi
pada masyarakat miskin dan berkeadilan
Kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan dilaksanakan melalui suatu lembaga
kepemimpinan masyarakat yang mengakar, representatif dan dipercaya disebut
Lembaga Keswadayaan Masyarakat (secara generik disebut Badan Keswadayaan
Masyarakat atau disingkat BKM), yang dibentuk melalui kesadaran kritis masyarakat
untuk menggali kembali nilai-nilai luhur kemanusiaan dan nilai-nilai kemasyarakatan
sebagai pondasi modal sosial (social capital) kehidupan masyarakat.
BKM ini diharapkan mampu menjadi wadah perjuangan kaum miskin dalam
menyuarakan aspirasi dan kebutuhan mereka, sekaligus menjadi motor bagi upaya
penanggulangan kemiskinan yang dijalankan oleh masyarakat secara mandiri dan
berkelanjutan, mulai dari proses penentuan kebutuhan, pengambilan keputusan, proses
penyusunan program, pelaksanaan program hingga pemanfaatan dan pemeliharaan.

Universitas Sumatera Utara

BKM bersama masyarakat bertugas menyusun Perencanaan Jangka Menengah Program
Penanggulangan Kemiskinan (yang kemudian lebih dikenal sebagai PJM Pronangkis)
secara partisipatif, sebagai prakarsa masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan di
wilayahnya secara mandiri. Atas fasilitasi pemerintah dan prakarsa masyarakat, BKMBKM ini mulai menjalin kemitraan dengan berbagai instansi pemerintah dan kelompok
peduli setempat. BKM memiliki unit pelaksana di bawahnya, yaitu Unit Pelaksana
Sosial, Unit Pelaksana Lingkungan dan Unit Pelaksana Keuangan. Unit-unit pelaksana
ini berada di bawah BKM dan bertanggung jawab kepada BKM. BKM juga
bertanggungjawab untuk menjamin keterlibatan semua lapisan masyarakat dalam
proses pengambilan keputusan yang kondusif untuk pengembangan keswadayaan
masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan khususnya dan pembangunan
masyarakat kelurahan pada umumnya.
Lembaga-lembaga partisipatif lainnya yaitu Kelompok Swadaya Masyarakat
(KSM), yang dibentuk di tingkat komunitas atau masyarakat untuk melakukan agenda
kegiatan secara langsung. KSM ini dapat dibentuk oleh siapa saja atau kelompok
masyarakat apabila diperlukan untuk melaksanakan suatu kegiatan tertentu yang
dianggap perlu bagi pembangunan dalam komunitas tersebut.
KSM ini diorganisasikan oleh tim relawan dan dibantu oleh tim fasilitator
terdiri dari warga kelurahan yang memiliki ikatan kebersamaan (common bond) dan
berjuang untuk mencapai tujuan bersama. KSM ini bukan hanya sekedar pemanfaat
pasif melainkan sekaligus sebagai pelaksana kegiatan terkait dengan penangulangan

Universitas Sumatera Utara

kemiskinan yang diusulkan untuk didanai oleh LKM melalui berbagai dana yang
mampu digalang.

4.3.

Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di Kecamatan Medan Kota
Keberhasilan pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di Kecamatan Medan Kota

dapat dilihat dari prosedur yang dilaksanakan oleh Penanggung Jawab Operasional
Kegiatan (PJOK) di Kecamatan Medan Kota juga dapat dilihat dari tingkat partisipasi
masyarakat dalam mengikuti proses pelaksanaan program dana bergulir PNPM Mandiri
Perkotaan.
4.3.1. Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM)
Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM) adalah pertemuan anggota masyarakat. Pertemuan ini
secara substantif bertujuan untuk memasyarakatkan PNPM-MP dan menggalang partisipasi masyarakat.
Dalam pertemuan ini dikenalkan prinsip dan nilai/konsep, tujuan, maksud, kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan PNPM-MP, serta peran masyarakat dan hal ihwal lain tentang PNPM-MP. Pertemuan ini
semaksimal mungkin dapat dihadiri oleh warga secara lengkap.

Sebagaimana disampaikan oleh Penanggung Jawab Operasional Kegiatan
(PJOK) Kecamatan Medan Kota dalam wawancara dengan penulis pada tanggal 21
Desember 2011 di Kantor Kecamatan dapat disimpulkan bahwa kegiatan rembug ini
sangat bermanfaat bagi masyarakat untuk bisa menerapkan nilai-nilai kebersamaan
sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri melainkan dengan bantuan orang
lain, dan masyarakat sudah merespon dengan baik akan persiapan rembug ini. Akan
tetapi sangat disayangkan warga kurang peduli sehingga kesediaan untuk menjadi
relawan sangat minim dikarenakan sebagian masyarakat perkotaan yang bersifat
individualis, dan aktivitas keseharian yang padat.

Universitas Sumatera Utara

Materi yang disampaikan dan didiskusikan dalam pertemuan warga antara lain
mencakup :
1. Tujuan, maksud dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan PNPM-MP untuk
mencapai maksud dan tujuan tersebut.
2. Prinsip-prinsip dan nilai yang ditegakkan PNPM-MP dalam pelaksanaan proyek.
3. Kondisi dan permasalahan umum kelurahan/desa yang dapat diketahui oleh Tim
Fasilitator/Kader masyarakat.
4. Langkah-langkah yang akan dilakukan oleh Tim Fasilitator bersama masyarakat
dan kader masyarakat.
5. Fungsi dan peran Kader Masyarakat.
6. Status, fungsi dan peran BKM, KSM dan prinsip-prinsip pembentukannya.
7. Maksud adanya komponen proyek, status, tujuan, sasaran dan persyaratan yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan komponen tersebut
8. Mekanisme pelaksanaan keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan.
9. Persyaratan yang diperlukan dibangun masyarakat untuk keseimbangan PNPMMP.
10. Persyaratan yang diperlukan untuk menegakkan kemandirian dan keswadayaan
kelembagaan masyarakat.
Tujuan pertemuan diatas dimaksud agar masyarakat memahami tentang PNPMMP, mengetahui peran mereka dan mengetahui koridor dan patokan bertingkah laku
dan agar masyarakat memiliki tantangan bersama.

Universitas Sumatera Utara

Hasil pertemuan ini dicatat oleh Tim Fasilitator untuk dikompilasi dengan
pertemuan serupa di Kelurahan. Hasil kompilasi ini dapat dijadikan bahan untuk
melakukan Diskusi Kelompok Terarah (DKT) atau Focus Group Discussion (FGD).
Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa kegiatan Rembug Kesiapan
Masyarakat (RKM) dalam pelaksanaan kegiatan PNPM-MP cukup baik, walaupun
terdapat kendala seperti yang dikatakan Penanggung Jawab Operasional Kegiatan
(PJOK) Kecamatan Medan Kota. Namun hal ini tidak menjadi penghalang bagi
masyarakat untuk melaksanakan dan mensukseskan PNPM-MP.
4.3.2. Diskusi Kelompok Terarah (DKT) atau Focus Group Discussion (FGD)
Focus Group Discussion (FGD) atau Diskusi Kelompok Terarah (DKT) adalah
pertemuan warga yang sifatnya terarah untuk membahas topik tertentu melalui diskusi
kelompok. Dalam PNPM-MP topik-topik ini bersumber dari pertemuan-pertemuan
warga yang bersifat umum, misalnya keperluan membuat aturan-aturan untuk memilih
warga terpercaya sebagai Pimpinan kolektif BKM, atau topik pemetaan potensi secara
swadaya dan Refleksi Kemiskinan yang telah terdapat dalam agenda pelaksanaan
PNPM-MP.
Menurut hasil wawancara dengan Penanggung Jawab Operasional Kegiatan
(PJOK) Kecamatan Medan Kota pada Tanggal 21 Desember 2011, disebutkan bahwa
Focussed Group Discussion (FGD) merupakan kegiatan untuk membangun kesadaran
masyarakat mengenai kemiskinan dalam kaitannya dengan pola perilaku dan pola pikir
sehari-hari masyarakat setempat, bagaiamana pelaksanaan PNPM-MP seharusnya, serta
mengajak masyarakat miskin bersama komponen masyarakat lainnya untuk

Universitas Sumatera Utara

memanfaatkan PNPM-MP untuk mendukung penanggulangan kemiskinan yang akan
dilakukan bersama-sama.
Dari hasil wawancara tersebut peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa FGD
ini sangat berguna dalam pelaksanaan PNPM-MP, dimana kesadaran dari masyarakat
tentang pentingnya pemberantasan kemiskinan dapat dimunculkan melalui kegiatan ini.
4.3.3. Pemetaan Swadaya
Pemetaan swadaya merupakan proses identifikasi masalah atau kebutuhan yang
terkait dengan refleksi kemiskinan dengan cara menggali informasi, kondisi nyata dari
identifikasi permasalahan yang ada, merumuskan masalah yang telah ditemukan,
kemudian dianalisis dan dikelompokkan hubungan sebab-akibatnya.
Sebagai pembelajaran dalam menggali persoalan, potensi dan kebutuhan
masyarakat, Pemetaan Swadaya memiliki beberapa substansi pesan yang penting untuk
diketahui, diantaranya:
a. Masyarakat belajar memahami masalah-masalah kemiskinan dan potensi, baik SDM
maupun kemampuan ekonomis, serta kemungkinan perkembangannya secara utuh;
b. Masyarakat belajar menyusun gambaran kondisi masyarakat dan wilayahnya saat ini
serta gambaran yang diharapkan;
c. Masyarakat belajar melihat peluang untuk dapat menggali potensi dari masyarakat
sendiri dan memanfaatkan fasilitas yang tersedia untuk mengatasi masalah-masalah
lingkungan dan kemiskinan dalam kelurahannya;
d. Masyarakat belajar untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya daripada
tergantung pada bantuan atau sumber daya dari luar.

Universitas Sumatera Utara

Dapat ditarik kesimpulan bahwa pemetaan swadaya ini sangat bermanfaat bagi
masyarakat, dimana masyarakat memperoleh pembelajaran dan penyadaran tentang
keadaan kehidupan dan kondisi lingkungan yang dihadapinya, sehingga diharapkan
tumbuh kepedulian terhadap warga sekitar dan mencari jalan keluar terhadap
permasalahan yang ada.
4.3.4 Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan
(PJM Pronangkis)
Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan (PJM
Pronangkis) merupakan susunan program untuk menanggulangi kemiskinan dalam
jangka menengah (periode 1-3 tahun). Selanjutnya dalam program penanggulangan
kemiskinan ini merupakan rencana induk bagi Kelurahan dan menjadi acuan bagi BKM
untuk merencanakan dan melaksanakan rencana tersebut dalam kegiatan tahunan.
Upaya menanggulangi kemiskinan khususnya di Kecamatan Medan Kota oleh
pihak manapun tanpa dilandasi dengan perencanaan program yang jelas diyakini tidak
akan membuahkan hasil yang sesuai dengan harapan warga.
Menyadari benar betapa pentingnya perencanaan atau program dimaksud, maka
masyarakat masing-masing Kelurahan melalui koordinir BKM sebagai wadah
masyarakat dengan mengerahkan seluruh kemampuan yang ada menyusun Program
Jangka Menengah Penanggulangan Kemiskinan (PJM Pronangkis).
Berdasarkan wawancara dengan Penanggung Jawab Operasional Kegiatan
(PJOK) Kecamatan Medan Kota dikatakan bahwa tim inti penyusunan PJM Pronangkis
Kelurahan terdiri dari tim Pemetaan Swadaya, Relawan dan anggota BKM. Isi PJM
Pronangkis ini diantaranya adalah dokumen strategi penanggulangan kemiskinan di

Universitas Sumatera Utara

tiap-tiap Kelurahan, Rencana Jangka Menengah penanggulangan kemiskinan dalam
jangka waktu 3 tahun serta Rencana Tahunan (Renta) yang berisi rencana detail
tahunan pada tahunan pertama, tahun kedua dan tahun ketiga.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa PJM Pronangkis dan Renta Pronangkis
diusulkan tidak semata-mata dipandang sebagai prasyarat untuk memperoleh dana
bantuan PNPM-MP, melainkan sebagai media pembelajaran masyarakat untuk
menyusun program bersama. Selain itu penyusunan benar-benar didasarkan pada
kebutuhan nyata masyarakat dengan mempertimbangkan hasil Pemetaan Swadaya,
rencana program Kelurahan serta kebijakan Pemerintah Kecamatan Medan Kota
maupun Pemerintah Kota Medan.
Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan PJOK dapat disimpulkan
bahwa PJM Pronangkis disusun dari, oleh dan untuk masyarakat berbasis
data/informasi yang berhasil dihimpun melalui pemetaan swadaya yang disusun secara
partisipatif dilandaskan pada komitmen: kejujuran, keterbukaan serta kedekatan
pencapaian tujuan, memahami dan dapat menerima perbedaan pendapat, menerima
kekurangan pihak lain dan menghormati keputusan kolektif.
4.3.5. Mekanisme Penyaluran Dana dan Pemanfaatan Bantuan
Proses turunnya bantuan PNPM-MP disalurkan oleh pemerintah ke masyarakat
melalui BKM berdasarkan prosedur administrasi yang telah ditetapkan. Untuk
selanjutnya BKM/UPK dapat menyalurkan dana tersebut kepada KSM-KSM serta
masyarakat. Prinsip yang harus dipatuhi dalam proses penyaluran ini adalah apabila
KSM/masyarakat telah dapat menunjukkan komitmen, kesiapan dan kemampuan dalam

Universitas Sumatera Utara

melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan secara
mandiri dan berkelanjutan.
Proses pencairan dana dalam kegiatan PNPM-MP harus lancar, tertib
administrasi dan transparan. Hal ini mutlak sebagai motivasi bagi masyarakat yang
akan memanfaatkan dana ini. Bagaimana mungkin aparat pelaksana dapat menuntut
masyarakat untuk mengembalikan dana sesuai dengan waktu dan ketentuan, jujur
dalam memanfaatkan dana dan sebagainya sementara proses pencairan dana ke KSM
dari BKM berjalan dengan tidak baik.
Pencairan Dana BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) PNPM-MP diturunkan
oleh pemerintah kepada masyarakat selaku pelaksana kegiatan di lapangan melalui
BKM yang telah dibentuk berdasarkan prosedur serta persyaratan yang telah
ditetapkan. Untuk selanjutnya BKM/UPK dapat menyalurkan dana tersebut kepada
KSM-KSM serta masyarakat. Dalam hal ini masyarakat harus menunjukkan komitmen,
kesiapan dan kemampuan dalam melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan
penanggulangan kemiskinan secara berkelanjutan.
KSM dapat memanfaatkan dana yang telah diterima berdasarkan usulan
kegiatan yang telah dibuat. Pada tahap inilah, masyarakat harus dapat membuktikan
komitmen dan kapasitasnya dalam memperbaiki kesejahteraannya serta menanggulangi
masalah kemiskinan.
Penyaluran

dana ke KSM telah cukup melibatkan masyarakat, dalam arti

masyarakat sudah mengetahui adanya dana bantuan PNPM-MP yang akan disalurkan
pada KSM karena anggota dari KSM merupakan masyarakat setempat. Dana yang

Universitas Sumatera Utara

diberikan juga harus tepat sasaran dan dalam penggunaan dana BLM tersebut sesuai
dengan program kegiatan yang diajukan oleh KSM.
Untuk lebih jelasnya mengenai mekanisme pencairan bantuan PNPM-MP dari
Pemerintah kepada masyarakat dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut ini:
Di Tingkat Masyarakat Lokasi Penerima Bantuan
1. Peta Kemiskinan dan PJM Pronangkis (Hasil Perencanaan Partisipatif) telah disebarluaskan oleh
BKM dan dipahami seluruh masyarakat kelurahan sasaran
2. Kader Masyarakat melakukan pendampingan keluarga miskin atau kelompok marjinal atau anggota
KSM(isyu kritis mengenai Refleksi Ekonomi Rumah Tangga, Mawas Diri Lingkungan, Kajian Hygiens)
Masyarakat atau anggota mengajukan usulan ke KSM

Di Tingkat Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)
4. Musyawarah KSM membahas, menyempurnakan dan menyepakati usulan seluruh anggota untuk
dijadikan usulan KSM

5. Pengajuan usulan kegiatan

Di Tingkat Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)
6. Penilaian kelayakan teknis, lingkungan dan keuangan oleh UPK serta verifikasi hasil penilaian
kelayakan oleh KMW

7. Rapat anggota BKM untuk menetapkan prioritas usulan-usulan kegiatan KSM (BAPPUK) dan
pendanaannya

8. Penyebarluasan BAPPUK dan rincian kegiatan kepada masyarakat, lurah, KMW, PJOK dan pihak
terkait lainnya

9. Penandatanganan akad kredit antara UPK dengan KSM dan Pencairan dana BLM dari UPK ke KSM

Sumber: Pedoman Teknis PNPM Mandiri Perkotaan
Gambar 4.2. Mekanisme Penyaluran Dan Pencairan Dana Oleh BKM/UPK

Proses pencairan dana berlangsung dalam tiga tahap. Pencairan tahap pertama
adalah sebanyak 20% dilakukan setelah terbentuknya BKM dan penandatanganan

Universitas Sumatera Utara

Surat Perjanjian Penyaluran Bantuan BLM BKM (SPPB BLM BKM) ditandatangani
oleh Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK) Kecamatan dan Koordinator
BKM.
Pencairan tahap kedua adalah sebanyak 50% dilakukan apabila: sekurangkurangnya 90% dana tahap I telah disalurkan kepada Kelompok Swadaya Masyarakat
(KSM), pencapaian kinerja pelaksanaan kegiatan sebelumnya telah diverifikasi oleh
KMW dan PJOK, telah disetujui proposal kegiatan KSM untuk penyerapan dana tahap
II dan telah direkomendasikan KMW untuk memperoleh pencairan tahap II. Pencairan
tahap II dilakukan paling cepat 1,5 bulan setelah pencairan dana tahap I.
Pencairan tahap III yaitu sebanyak 30% dilakukan apabila BKM telah mampu
menunjukkan potensi keberlanjutan dana, kelembagaaan dan kegiatannya. Pencairan
tahap III dilakukan paling cepat 1,5 bulan setelah pencairan dana tahap II.
Berdasarkan pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di Kecamatan Medan Kota
dilihat dari prosedur yang dilaksanakan oleh Penanggung Jawab Operasional Kegiatan
(PJOK) di Kecamatan Medan Kota menunjukkan bahwa kegiatan pelaksanaan yang
dilakukan oleh PJOK Kecamatan Medan Kota dari proses yang dilakukan oleh PJOK
seperti : Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM), Diskusi Kelompok Terarah (DKT)
atau Focus Group Discussion (FGD), Pemetaan Swadaya, Perencanaan Jangka
Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan (PJM Pronangkis) dan Mekanisme
Penyaluran Dana dan Pemanfaatan Bantuan telah sesuai dengan prosedur Pedoman
Umum PNPM Mandiri Perkotaan dalam pemberian bantuan program dana bergulir
PNPM Mandiri dan menunjukkan adanya tepat waktu (pemberian dana bergulir sesuai

Universitas Sumatera Utara

dengan waktu yang telah ditentukan bersama antara PJOK dengan BKM dan KSM),
tepat sasaran (pemberian dana bergulir sesuai dengan kriteria masyarakat yang
memiliki usaha dengan modal yang terbatas), tepat jadwal (pemberian dana bergulir
sesuai dengan tahapan pencairan) dan partisipasi masyarakat.
Selain itu dalam keberhasilan pelaksanaan program dana bergulir PNPM
Mandiri Perkotaan juga dapat dilihat dari tingkat partisipasi masyarakat dalam
mengikuti proses pelaksanaan program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan.
Partisipasi masyarakat disini dapat diartikan sebagai keterlibatan masyarakat secara
sadar dan spontan disertai tanggung jawab dalam mencapai keberhasilan pelaksanaan
program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan. Dalam penelitian ini menunjukkan
partisipasi masyarakat selalu ikut lebih dari 50%, sedangkan yang tidak ikut 20%.
Berdasarkan hasil penelitian seperti terdapat pada Tabel 4.8 kecenderungan pola
partisipasi masyarakat dalam program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan sama.
Dimana partisipasi masyarakat dalam

perencanaan program dana bergulir PNPM

Mandiri Perkotaan menunjukkan pada tingkat selalu ikut yaitu 63,00 persen, dan
partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program dana bergulir PNPM Mandiri
Perkotaan menunjukkan pada tingkat selalu ikut yaitu 52,00 persen.
Tabel 4.8. Partisipasi Masyarakat dalam Indikator I – II terhadap Program
Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan
Partisipasi Masyarakat
No.
1.
2.
3.

Kriteria
Selalu ikut
Kadang-kadang ikut
Tidak Ikut

Jumlah
Keterangan :

I

II

F
63
21
16

%
63,00
21,00
16,00

F
52
28
20

%
52,00
28,00
20,00

10

100

100

100

Universitas Sumatera Utara

I
II

= Partisipasi dalam perencanaan program dana bergulir
= Partisipasi dalam pelaksanaan program dana bergulir

Bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat dalam program dana bergulir PNPM
Mandiri Perkotaan adalah pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan menerima hasil
program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan di Kecamatan Medan Kota. Pada
tahap perencanaan partisipasi masyarakat dalam bentuk keaktifan warga mengikuti
pertemuan, menyampaikan usulan/saran, dan keterlibatan dalam pengambilan
keputusan; pada tahap pelaksanaan partisipasi masyarakat dalam bentuk pengambilan
bantuan program dan bergulir PNPM Mandiri Perkotaan.

4.4.

Dampak PNPM Mandiri Perkotaan terhadap Kesejahteraan Masyarakat

4.4.1. Karakteristik Responden
Masyarakat yang menjadi responden penelitian adalah masyarakat yang
menerima bantuan program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan, berasal dari latar
belakang sosial ekonomi, umur dan tingkat pendidikan yang berbeda-beda.
a. Umur
Responden penelitian umurnya sekitar 25 tahun sampai dengan lebih dari 50
tahun seperti tertera pada Tabel 4.9.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.9. Komposisi Umur Responden
No

Umur

Jumlah Responden
(Orang)
1.
25-30
18
2.
31-35
25
3.
36-40
27
4.
41-45
16
5.
46-50
8
6.
> 50
6
Jumlah
100
Sumber : Hasil Analisis, (2011)

Persentase
18
25
27
16
8
6
100

Distrubisi umur responden masyarakat yang paling besar terdapat pada umur
antara 31-5 tahun dan 36-40 tahun sebanyak masing-masing 25 orang responden (25%)
dan 27 orang responden (27%). Sedangkan umur antara 46-50 tahun dan lebih besar
dari 50 tahun masing 8 orang

responden (8%) dan 6 orang responden (6%).

Beragamnya umur responden menunjukkan bahwa yang menjadi responden penelitian
ini telah melibatkan masyarakat dan berbagai tingkatan, serta menggambarkan bahwa
program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan melibatkan berbagai tingkatan umur.
b. Pendidikan
Tingkat pendidikan responden penelitian umumnya adalah pendidikan Sekolah
Dasar, namun juga dijumpai D1/D3 seperti tertera pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10. Komposisi Pendidikan Responden
No

Tingkat
Jumlah Responden
Pendidikan
(Orang)
1.
SD
17
2.
SMP
38
3.
SMA
42
4.
DI/DIII/S1
3
Jumlah
100
Sumber : Hasil Analisis, (2011)

Persentase
17
38
42
3
100

Universitas Sumatera Utara

Distrubisi pendidikan responden masyarakat yang paling besar terdapat pada
tamatan SMP dan SMA sebanyak masing-masing 38 orang responden (38%) dan 42
orang responden (42%). Sedangkan pendidikan SD sebanyak 17 orang responden
(17%) dan pendidikan DI/DIII/S! sebanyak 3 orang responden (3%). Beragamnya
pendidikan responden menunjukkan bahwa yang menjadi responden penelitian ini telah
melibatkan masyarakat dan berbagai tingkatan pendidikan.
c. Jenis Kelamin
Jenis kelamin responden penelitian umunya adalah laki-laki dan ada juga
perempuan seperti tertera pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11. Komposisi Jenis Kelamin Responden
No

Jenis Kelamin

Jumlah Responden
(Orang)
1.
Laki-laki
63
2.
Perempuan
37
Jumlah
100
Sumber : Hasil Analisis, (2011)

Persentase
63
37
100

Distrubisi jenis kelamin responden masyarakat yang paling dominan adalah
laki-laki sebanyak 63 orang responden (63%), sedangkan perempuan sebanyak 37
orang responden (37%). Adanya responden perempuan menunjukkan bahwa yang
menjadi responden penelitian ini telah melibatkan masyarakat dari gender laki-laki dan
perempuan, dan menggambarkan bahwa program dana bergulir PNPM Mandiri
Perkotaan melibatkan gender laki-laki dan perempuan.
d. Pekerjaan
Pekerjaan responden penelitian umunya berjualan seperti tertera pada Tabel
4.12.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.12. Komposisi Pekerjaan Responden
No
Pekerjaan
Jumlah Responden (Orang)
1.
Jualan Gorengan
15
2.
Jualan Air Tebu
6
3.
Jualan Sarapan
19
4.
Kedai Sayuran/Ikan
14
5.
Warung Nasi
16
6.
Jualan Bakso
18
7.
Jualan Pecal
12
Jumlah
100
Sumber : Hasil Analisis, (2011)

Persentase
15,00
6,00
19,00
14,00
16,00
18,00
12,00
100

Pada Tabel 4.12 menunjukkan bahwa pekerjaan responden masyarakat
umumnya berjualan yang terdiri dari beberapa jenis usaha jualan, yaitu jualan gorengan
sebanyak 15 orang responden (15%), jualan air tebu sebanyak 6 orang responden (6%),
jualan sarapan sebanyak 19 orang responden (19%), jualan kedai sayuran/ikan
sebanyak 14 orang responden (14%), warung nasi sebanyak 16 orang responden (16%),
jualan bakso sebanyak 18 orang responden (18%) dan jualan pecal sebanyak 12 orang
responden (12%). Beragamnya jenis usaha kegiatan jualan yang memperoleh program
dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan menunjukan program dana bergulir PNPM
Mandiri Perkotaan telah memberikan program bantuan dana terhadap beragam jenis
usaha.
4.4.2. Pendapatan Masyarakat
Untuk dapat menganalisa dampak program dana bergulir PNPM

Mandiri

Perkotaan terhadap pendapatan masyarakat maka seperti telah dirumuskan pada
kerangka konsep/pemikiran penelitian bahwa program dana bergulir PNPM Mandiri
Perkotaan berdampak positif terhadap pendapatan masyakarat. Untuk menguji dampak
program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan terhadap pendapatan masyarakat

Universitas Sumatera Utara

adalah dengan memba

Dokumen yang terkait

Dampak Program Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Medan Kota

0 95 100

Efektivitas Pelaksanaan Pinjaman Dana Bergulir Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Kelurahan Karang Berombak Kecamatan Medan Barat

9 74 97

PENGARUH PROGRAM DANA BERGULIR PNPM MANDIRI PERKOTAAN TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PENGARUH PROGRAM DANA BERGULIR PNPM MANDIRI PERKOTAAN TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT (Studi kasus di Kelurahan Kricak Kecamatan Tegalrejo di Kota Yogyakarta Provinsi Dae

0 5 15

EFEKTIVITAS PROGRAM PINJAMAN BERGULIR TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Efektivitas Program Pinjaman Bergulir Terhadap Kesejahteraan Masyarakat (Studi Korelasi Pada PNPM Mandiri Perkotaan di BKM “Amanah Sejahtera” Kelurahan Siswodipuran Kecamatan Boyolal

0 0 18

Dampak Program Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Medan Kota

0 0 14

Dampak Program Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Medan Kota

0 0 2

Dampak Program Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Medan Kota

0 0 7

Dampak Program Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Medan Kota

0 0 15

Dampak Program Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Medan Kota

0 0 3

Dampak Program Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Medan Kota

0 0 14