Efektivitas Pelaksanaan Pinjaman Dana Bergulir Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Kelurahan Karang Berombak Kecamatan Medan Barat

(1)

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PINJAMAN DANA BERGULIR PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM)

MANDIRI PERKOTAAN DI KELURAHAN KARANG BEROMBAK KECAMATAN MEDAN BARAT

Oleh:

MAYA PUTRI KIRANA 080902040

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripi ini adalah “Efektivitas Pelaksanaan Pinjaman Dana Bergulir Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Kelurahan Karang Berombak Kecamatan Medan Barat”.

Selawat dan salam untuk junjungan Nabi besar Muhammad SAW, yang telah menunjukkan jalan kebenaran kepada kita semua. Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana sosial pada Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Selama penyusunan skripsi ini penulis menyadari akan sejumlah kekurangan dan kelemahan, untuk itu penulis membuka diri untuk kritik dan saran yang dapat membangun guna perbaikan dimasa yang akan datang.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini, dan secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.SP selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Bengkel Ginting, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah bersedia menyediakan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis serta memberi dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.


(3)

4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen dan Pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara untuk segala ilmu pengetahuan, bimbingan, motivasi, informasi yang diberikan, dan jasa-jasanya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan ini dengan baik.

5. Bapak Harun selaku Koordinator BKM Rose di Kelurahan Karang Berombak yang telah memberikan saya izin penelitian di Kelurahan tersebut.

6. Kak Nora selaku UPK di BKM Rose yang telah memberikan saya penjelasan tentang pinjaman dana bergulir di Kelurahan tersebut.

7. Teristimewa untuk Ayahanda Drs. Azwir dan mama tercinta Wilvarina yang telah mendidik, memberikan motivasi, bantuan moril maupun materil selama perkuliahan hingga sampai tahap penyelesaian skripsi ini. Semua usaha yang kalian lakukan untuk Maya sampai saat ini insyaallah tidak akan Maya sia-siakan. Terima kasih untuk semua do’a yang papa dan mama panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa mengiringi langkah anakmu ini. Maafkanlah anakmu ini yang tidak mampu untuk membalas semua kebaikan yang mama dan papa berikan kepada Maya.

8. Untuk adik-adikku M. Isvan dan M. Rafiq Akbar terima kasih buat dukungan dan semangat dan selalu memberikan keceriaan di saat Kakak jenuh untuk mengerjakan skripsi ini...dan tak lupa untuk nenek juga yang selalu mendoakan cucumu ini.

9. Buat kakak-kakak dan abang-abang di tempat kerjaku Koorkot I Medan PNPM Mandiri Perkotaan, buat Korkot Bapak Juriadi yang telah memberikan saya dispensasi untuk bisa tetap melanjutkan kuliah walaupun sambil bekerja, buat Kak Dila yang memberikan saran-saran dalam pengerjaan skripsi Maya,


(4)

buat bang Jangga, Pak Arsal, dan semuanya yang ga bisa Maya sebutin satu-satu. Makasih ya buat dukungannya selama ini.

10.Untuk sahabat-sahabatku di stambuk 2008 Kessos, buat my best friend Arie Amanda Putri yang selalu bantuin Maya, Robby H. Silalahi, Sri Muliati K Sari, dan Afriani Deviyanthi Sirait..Makasih ya..Dan untuk teman-teman seperjuangan yang selalu memotivasi satu sama lain untuk bisa menyelesaikan skripsi ini thanks to Jojor, Nova, Jinong..pokoknya sukses deh untuk kita semua. Amin...

Terima kasih juga untuk semua kawan-kawan ’08 Popy, Angel, Ain dan untuk semuanya yang ga bisa diucapkan satu per satu. Makasih banyak ya..

11.Seluruh responden yang telah menyediakan waktunya dan membantu penulis selama melakukan penelitian. Penulis mengucapkan terima kasih.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengaharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak, agar skrispsi ini dapat jauh lebih baik lagi. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa dan semua pihak yang membutuhkannya.

Medan, Mei 2012 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTARGAMBAR... viii

DAFTAR TABEL ... ix

ABSTRAK ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang... 1

1.2Perumusan Masalah ... 8

1.3Tujuan Penelitian... 8

1.4Manfaat Penelitian ... 9

1.5Sistematika Penulisan ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Efektivitas ... 11

2.1.1 Pengertian Efektivitas ... 11

2.1.2 Kriteria Efektivitas Organisasi ... 13

2.2 Pinjaman Dana Bergulir... 14

2.2.1 Pengertian Pinjaman Dana Bergulir ... 14

2.2.2 Sasaran, Pendekatan, dan Prinsip Pinjaman Dana Bergulir ... 19

2.2.2.1 Sasaran ... 19

2.2.2.2 Pendekatan Yang Dipakai Dalam Pinjaman Dana Bergulir ... 19

2.2.2.3 Prinsip Pinjaman Dana Bergulir ... 20


(6)

2.4 Pelaksanaan Kegiatan Pinjaman Dana Bergulir ... 26

2.5 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan... 27

2.5.1 Pengertian Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan ... 27

2.5.2 Dasar Hukum ... 29

2.5.3 Tujuan PNPM... 29

2.5.4 Sasaran PNPM ... 29

2.5.5 Prinsip PNPM ... 30

2.6 Pembangunan Sosial ... 32

2.7 Pengembangan Masyarakat ... 36

2.8 Kerangka Pemikiran ... 37

2.9 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ... 41

2.9.1 Defenisi Konsep ... 41

2.9.2 Defenisi Operasional ... 42

BAB III METODE PENELITIAN45 3.1 Tipe Penelitian ... 45

3.2 Lokasi Penelitian ... 45

3.3 Populasi dan Sampel ... 46

3.1.1 Populasi ... 46

3.2.2 Sampel ... 46

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 47


(7)

BAB IV Deskirpsi Lokasi Penelitian ... 49

4.1 Gambaran Umum Kelurahan Karang Berombak ... 49

4.2 Kondisi Umum Kelurahan Karang Berombak ... 50

4.3 Permasalahan Kemiskinan dan Potensi ... 51

4.4 Kondisi Demografis di Kelurahan Karang Berombak ... 56

4.4.1 Komposisi Warga Kelurahan Karang Berombak Berdasarkan Jenis Kelamin dan Kewarganegaraan ... 56

4.4.2 Komposisi Warga Kelurahan Karang Berombak Berdasarkan Usia... 57

4.4.3 Komposisi Warga Kelurahan Karang Berombak Berdasarkan Agama... 58

4.4.4 Komposisi Warga Kelurahan Karang Berombak Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 59

4.5 Sarana dan Prasarana di Kelurahan Karang Berombak ... 60

4.6 Struktur Organisasi Kelurahan Karang Berombak ... 61

4.7 Profil BKM Rose ... 62

4.7.1 Proses Pembentukan BKM Rose ... 62

4.7.2 Organisasi BKM Rose ... 63

BAB V ANALISIS DATA ... 65

5.1 Karakteristik Responden ... 66

5.2 Analisis Identitas Responden ... 66

5.3 Informasi Tentang Jawaban Responden ... 72

5.3.1 Tingkat Kualitas Pinjaman Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan... 72

5.3.2 Tingkat Kuantitas Pinjaman Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan.... 76

5.3.3 Dampak Pinjaman Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan ... 79


(8)

BAB VI PENUTUP ... 88

6.1 Kesimpulan ... 88

6.2 Saran... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 90 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Organisasi BKM... 22

Gambar 2.2 Struktur Organisasi UPK ... 23

Gambar 2.3 Bagan Alir Pemikiran ... 40

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kelurahan Karang Berombak ... 61


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Komposisi Warga Kelurahan Karang Berombak Berdasarkan Jenis Kelamin

dan Kewarganegaraan ... 56

Tabel 4.2 Komposisi Warga Kelurahan Karang Berombak Berdasarkan Usia 57 Tabel 4.3 Komposisi Warga Kelurahan Karang Berombak Berdasarkan Agama 58 Tabel 4.4 Komposisi Warga Kelurahan Karang Berombak Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 59

Tabel 4.5 Sarana dan Prasarana di Kelurahan Karang Berombak... 60

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 66

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia dan Agama ... 67

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir.... 68

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa ... 69

Tabel 5.5 Distibusi Responden Berdasarkan Pekerjaan... 70

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan dalam Keluarga 71 Tabel 5.7 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Sumber Informasi Mengenai Pinjaman Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan ... 72

Tabel 5.8 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Bimbingan Pembuatan Proposal Kelayakan Usaha Oleh Pihak BKM ... 73

Tabel 5.9 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Proses Identifikasi Terhadap Proposal Pengajuan Pinjaman Oleh Pihak BKM ... 74

Tabel 5.10 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Usaha yang Dijalankan Apakah Berhubungan dengan Usaha Saat Ini ... 75

Tabel 5.11 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Modal yang Dipinjamkan oleh UPK-BKM Kepada KSM ... 76


(11)

Tabel 5.12 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Jenis Usaha yang Dijalankan Oleh KSM... 77 Tabel 5.13 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pendistribusian Hasil Usaha

KSM ... 78 Tabel 5.14 Distibusi Jawaban Responden Berdasarkan Penghasilan/Pendapatan

Rumah Tangga Sebelum Memperoleh Pinjaman Bergulir ... 79 Tabel 5.15 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Penghasilan/Pendapatan

Rumah Tangga Sesudah Memperoleh Pinjaman Bergulir ... 80 Tabel 5.16 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Penghasilan/Pendapatan dari Hasil Usaha yang Dijalankan ... 81 Tabel 5.17 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pendapatan Rumah Tangga

per Bulan yang Disisihkan untuk Menabung ... 82 Tabel 5.18 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Lama Proses Pemberian

Pinjaman Bergulir ... 84 Tabel 5.19 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Ada atau Tidaknya Denda

dalam Pengembalian Pinjaman Dana Bergulir ... 85 Tabel 5.20 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Tabungan KSM Membantu


(12)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL NAMA : MAYA PUTRI KIRANA

NIM : 080902040

ABSTRAK

Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar Sarjana Sosial, dengan judul “ Efektivitas Pelaksanaan Pinjaman Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Karang Berombak Kecamatan Medan Barat” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas pelaksanaan pinjaman dana bergulir, serta dampaknya bagi warga di Kelurahan Karang Berombak. Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana efektivitas pelaksanaan pinjaman dana bergulir untuk warga miskin di Kelurahan Karang Berombak yang tidak mempunyai atau kekurangan modal untuk membuka atau mengembangkan usaha, khususnya usaha mikro. Efektivitas pelaksanaan pinjaman pinjaman bergulir ini, dapat dilihat melalui 4 indikator, yaitu : tingkat kualitas, kuantitas, dampak, dan waktu.

Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dimana teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, kuesioner, wawancara, serta tabulasi data yang tertuang dalam tabel silang dan tabel tunggal. Sampel dalam penelitian ini adalah warga yang menerima pinjaman bergulir, yaitu sudah melakukan peminjaman pertama kali dan melanjutkan peminjaman untuk kedua kalinya, yaitu sebanyak 45 orang.

Melalui analisis data yang dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa Pelaksanaan Pinjaman Dana Bergulir di Kelurahan Karang Berombak Kecamatan Medan Barat telah efektif. Hal ini terlihat dari 4 indikator dalam melihat efektivitas suatu program, yaitu yang terdiri dari : tingkat kualitas, dimana yaitu pelayanan yang baik diberikan oleh pihak BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) kepada KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) atau penerima manfaat, seperti bimbingan yang dilakukan oleh pihak BKM dalam hal pembuatan proposal pengajuan usaha. Tingkat kuantitas, dilihat modal yang diberikan dan jenis usaha yang digunakan. Modal tersebut harus merata pada setiap anggota KSM dan modal tersebut harus digunakan untuk mengembangkan atau membuka usaha. Dari dampak dapat dilihat dari adanya peningkatan pendapatan yang diterima oleh responden setelah menerima pinjaman Bergulir. Dari tingkat waktu pengembalian pinjaman bergulir terlihat bahwa tidak lebih dari 12 bulan. Dari penelitian yang dilakukan, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pelaksanaan pinjaman bergulir yang dilakukan oleh PNPM Mandiri Perkotaan adalah salah satu program yang efektif bagi warga miskin untuk dapat meningkatkan pendapatan ekonomi rumah tangga yaitu dengan membuka atau mengembangkan usaha yang berbasis mikro.


(13)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL NAMA : MAYA PUTRI KIRANA

NIM : 080902040

ABSTRAK

Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar Sarjana Sosial, dengan judul “ Efektivitas Pelaksanaan Pinjaman Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Karang Berombak Kecamatan Medan Barat” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas pelaksanaan pinjaman dana bergulir, serta dampaknya bagi warga di Kelurahan Karang Berombak. Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana efektivitas pelaksanaan pinjaman dana bergulir untuk warga miskin di Kelurahan Karang Berombak yang tidak mempunyai atau kekurangan modal untuk membuka atau mengembangkan usaha, khususnya usaha mikro. Efektivitas pelaksanaan pinjaman pinjaman bergulir ini, dapat dilihat melalui 4 indikator, yaitu : tingkat kualitas, kuantitas, dampak, dan waktu.

Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dimana teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, kuesioner, wawancara, serta tabulasi data yang tertuang dalam tabel silang dan tabel tunggal. Sampel dalam penelitian ini adalah warga yang menerima pinjaman bergulir, yaitu sudah melakukan peminjaman pertama kali dan melanjutkan peminjaman untuk kedua kalinya, yaitu sebanyak 45 orang.

Melalui analisis data yang dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa Pelaksanaan Pinjaman Dana Bergulir di Kelurahan Karang Berombak Kecamatan Medan Barat telah efektif. Hal ini terlihat dari 4 indikator dalam melihat efektivitas suatu program, yaitu yang terdiri dari : tingkat kualitas, dimana yaitu pelayanan yang baik diberikan oleh pihak BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) kepada KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) atau penerima manfaat, seperti bimbingan yang dilakukan oleh pihak BKM dalam hal pembuatan proposal pengajuan usaha. Tingkat kuantitas, dilihat modal yang diberikan dan jenis usaha yang digunakan. Modal tersebut harus merata pada setiap anggota KSM dan modal tersebut harus digunakan untuk mengembangkan atau membuka usaha. Dari dampak dapat dilihat dari adanya peningkatan pendapatan yang diterima oleh responden setelah menerima pinjaman Bergulir. Dari tingkat waktu pengembalian pinjaman bergulir terlihat bahwa tidak lebih dari 12 bulan. Dari penelitian yang dilakukan, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pelaksanaan pinjaman bergulir yang dilakukan oleh PNPM Mandiri Perkotaan adalah salah satu program yang efektif bagi warga miskin untuk dapat meningkatkan pendapatan ekonomi rumah tangga yaitu dengan membuka atau mengembangkan usaha yang berbasis mikro.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemiskinan merupakan akar dari segala permasalahan. Pada saat ini kemiskinan merupakan masalah yang banyak terjadi di masyarakat. Kemiskinan yang terjadi saat ini tidak hanya terjadi di pedesaan, tetapi terdapat juga di perkotaan. Daerah perkotaan merupakan konsentrasi penduduk dan berbagai kegiatan ekonomi dan sosial serta administrasi pemerintahan yang terletak strategis sehingga masyarakat yang tinggal di perkotaan dapat lebih mudah menjangkau akses dan fasilitas tersebut. Kemudahan akses yang diberikan juga memiliki kecendrungan yaitu pada pembangunan fisik yang semakin pesat sehingga menyebabkan terjadinya arus urbanisasi di kota.

Hampir seluruh pembangunan yang dilakukan justru membuat kemiskinan terjadi dimana-mana. Hubungan lain antara pembangunan dengan gejala kemiskinan adalah terciptanya orang miskin baru oleh implementasi pembangunan proyek-proyek besar seperti waduk, pabrik, dan lain sebagainya. Lapisan dan kelompok yang tergusur oleh realisasi pembangunan proyek-proyek besar dapat jatuh miskin secara berangsur-angsur ataupun secara langsung jika kompensasi yang diberikan tidak memadai atau tidak mengembangkan mata pencaharian (Mardimin, 1996: 49)

Di Indonesia, dalam setahun tahun terakhir Badan Pusat Statistik mengumumkan bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia hingga Maret 2011 tercatat sebanyak 30,02 juta orang atau 12,49 persen dari total penduduk. Angka tersebut menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia hanya turun sebanyak 1 juta orang atau 0,84 persen dibandingkan dengan penduduk miskin pada


(15)

Maret 2010 yang sebesar 31,02 juta orang atau 13,33 persen. Selama periode Maret 2010-Maret 2011, penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang sekitar 0,05 juta orang (dari 11,10 juta orang pada Maret 2010 menjadi 11,05 juta orang pada Maret 2011). Sementara, di daerah pedesaan berkurang sekitar 0,95 juta orang dari 19,93 juta orang pada Maret 2010 menjadi 18,97 juta orang pada Maret 2011

Pembangunan saat ini kurang memperhatikan aspek kemasyarakatan dan kemanusiaan, selain itu pembangunan yang terjadi pada saat ini hanya memberikan prioritas pada pemenuhan fisik dan ekonomis. Distribusi pembangunan yang tidak adil juga merupakan salah satu penyebab terjadinya kemiskinan. Menurut Susanto, pembangunan masyarakat dapat dilihat dari perubahan dalam masyarakat yang dapat berdampak kemajuan (progres) maupun kemunduruan (regress), maka perubahan dalam pembangunan diharapkan berdampak kemajuan. Salah satu yang dapat kita jadikan indikator dalam melihat pembangunan tersebut, apabila terjadi peningkatan dalam taraf hidup atau kesejahteraan masyarakat. Gambaran sederhana untuk mengetahui peningkatan kesejahteraan adalah dengan melihat apakah perubahan tersebut dapat berdampak pada semakin banyak terpenuhinya kebutuhan masyarakat. Semakin banyak kebutuhan yang dapat terpenuhi merupakan indikasi semakin meningkat kesejahteraan atau taraf hidup masyarakatnya (Soetomo, 2008:14).

Jumlah penduduk yang semakin mendekati garis kemiskinan , membuat pemerintah menciptakan berbagai macam program pembangunan untuk mengurangi angka kemiskinan khususnya di perkotaan. Namun, program pembangunan yang telah dibuat belum menunjukkan hasil yang optimal. Berbagai program kemiskinan yang terdahulu bersifat parsial yang artinya adalah program yang dibuat oleh pemerintah


(16)

tidak secara keseluruhan memberantas kemiskinan, selain itu program kemiskinan tersebut bersifat sektoral, dan charity. Dalam kenyataannya program yang dibuat oleh pemerintah sering kali menghasilkan kondisi yang kurang menguntungkan bagi masyarakat misal hal yang sering terjadi adalah salah sasaran, terciptanya benih-benih fragmentasi sosial, dan melemahkan kapital sosial yang ada di masyaraka ( gotong-royong, kepedulian, musyawarah, keswadayaan dll).

Rendahnya capital social (modal sosial) pada gilirannya juga akan mendorong pergeseran perilaku masyarakat yang semakin jauh dari semangat kemandirian kebersamaan dan kepedulian untuk mengatasi persoalan kemiskinan yang terjadi secara bersama-sama. Kondisi modal sosial masyarakat yang melemah serta mundur tersebut salah satunya disebabkan oleh keputusan, kebijakan dan tindakan dari para pemangku kepentingan yang selama ini cenderung tidak adil, tidak transparan dan tidak memiliki tanggung jawab (Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan, 2010: 4)

Salah satu upaya peningkatan perekonomian masyarakat, khususnya masyarakat miskin adalah melalui pengembangan dunia usaha mikro dengan mengedepankan potensi yang dimiliki oleh masyarakat. Karena dengan mengembangkan usaha, masyarakat memperoleh penghasilan yang mampu mendorong pemenuhan kebutuhan hidup bagi dirinya dan keluarga. Namun, yang menjadi kendala dalam mengembangkan usaha mereka adalah kurangnya pengetahuan tentang kewirausahaan serta kendala dalam hal mendapatkan modal dan kurangnya memadainya modal yang mereka miliki. Walau sebenarnya terdapat badan usaha permodalan yang dikelola oleh negara maupun pihak swasta yang berbadan hukum, seperti bank dan koperasi, yang memberi peluang modal bagi pertumbuhan perekonomian masyarakat, fakta menunjukkan masyarakat tetap mengalami kesulitan


(17)

memperoleh modal tersebut. Khususnya bagi warga miskin. Kesulitan memperoleh modal itu disebabkan kurangnya akses dan potensi yang dimiliki masyarakat, sehingga kelengkapan dan persyaratan yang mutlak tidak dapat terpenuhi, seperti agunan berupa dokumen, surat kepemilikan tanah, barang berharga dan lain-lain.

Kesulitan untuk memperoleh akses tersebut merupakan salah satu penyebab mengapa tingkat kesejahteraan atau pendapatan masyarakat miskin tetap rendah. Oleh sebab itu, dalam sebuah program yang akan dalam pelaksanaannya harus lebih mengutamakan swakelola, dalam pengertiannya masyarakat lokal mendapat peluang yang seluas-luasnya untuk mengelola kegiatan yang terkait dengan pemenuhan kebutuhannya. Sehingga mereka dapat dengan mudah mengakses fasilitas yang dibuat untuk mereka. Selain itu, perencanaan yang dipakai adalah “bottom-up planning”

atau perencanaan pembangunan yang disusun dari bawah ke atas. Dengan pendekatan yang bottom-up maka rencana pembangunan meliputi program dan proyek yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam hal ini masyarakat lokal akan dilibatkan dalam penyusunan rencana pembangunan (Adisasmita, 2006:4)

Program-program pembangunan masyarakat harus dibuat sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan oleh masyarakat. Perencana yang akan membuat program-program pembangunan harus benar-benar menganalisis kebutuhan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Karena pada saat ini banyak program yang dibuat oleh pemerintah tidak melakukan analisis terhadap kebutuhan masyarakat sehingga pada pelaksanaannya sering mendapatkan masalah salah satunya adalah salah sasaran. Analisis yang dilakukan tidak hanya membuat daftar keinginan yang sifatnya hanya sesaat, tetapi perlu dilakukan suatu analisis yang mendalam untuk dapat mengetahui apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sehingga jika masyarakat dilibatkan dalam membuat suatu program, maka ada rasa memiliki pada diri mereka bahwa program


(18)

tersebut adalah milik mereka. Oleh karena itu, sebaiknya pembangunan masyarakat harus mengandung partisipasi dan rasa memiliki terhadap program yang akan dilaksanakan, dan harus mengandung unsur pemberdayaan masyarakat.

Salah satu program yang sebelumnya dibuat oleh pemerintah untuk dapat menanggulangi kemiskinan yang ada di perkotaan adalah P2KP ( Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan). Program penanggulangan Kemiskinian Perkotaan atau sering disebut P2KP dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan. Namun, sejak tahun 2007 P2KP menjadi bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri hal ini dikarenakan perkembangan yang positif dari P2KP. Tahun 2008 secara penuh P2KP menjadi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM Mandiri Perkotaan), tujuan dari PNPM Mandiri Perrkotaan ini adalah untuk mendukung upaya peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan pencapaian sasaran Millenium Development Goals (MDGs) sehingga tercapai pengurangan penduduk miskin (Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan, 2010: 3)

Kota Medan merupakan merupakan salah satu yang menjadi sasaran dari PNPM Mandiri Perkotaan. Di kota Medan terdapat 149 kelurahan yang menerima program ini, dan dibagi ke dalam 4 kategori kelurahan yaitu, kelurahan 2006 yang terdiri dari 38 kelurahan, kelurahan 2007 terdiri dari 57 kelurahan, kelurahan 2008 terdiri dari 28 kelurahan, dan kelurahan 2009 yang terdiri dari 26 kelurahan. Salah satu dari 149 kelurahan tersebut adalah kelurahan Karang Berombak Kecamatan Medan Barat.


(19)

Kelurahan Karang Berombak termasuk kelurahan dalam kategori kelurahan 2007 yang menerima program PNPM Mandiri Perkotaan. Dana BLM yang diterima oleh masyarakat kelurahan Karang Berombak merupakan bentuk bantuan dana yang sifatnya stimulan yaitu memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk belajar dan berlatih dengan melaksanakan suatu kegiatan. Penggunanan dana BLM ini salah satunya adalah untuk kegiatan ekonomi yang termasuk di dalamnya adalah pinjaman dana bergulir. Manfaat pinjaman dana bergulir ini adalah untuk meningkatkan pendapatan individu/keluraga maupun kelompok dan sekaligus membangun modal sosial.

Pada awalnya kelurahan Karang Berombak menerima modal awal untuk pinjaman dana bergulir adalah Rp 49 juta pada februari 2010 dan awalnya ada 20 KSM, dimana besar pinjaman awal Rp500.000 per-anggota. Di bulan Agustus 2011 ada penambahan modal sebesar Rp 15 juta sehingga modal yang diberikan sekarang adalah Rp 64 juta (modal I + modal II). Bulan September 2011 terdapat 68 KSM yang menerima pinjaman bergulir, 35 KSM yang masih aktif, dan 33 KSM yang sudah lunas. Sebelum ada penambahan modal, besar pinjaman yang diterima oleh semua KSM sudah ada penambahan sebesar Rp 5 juta untuk 1 KSM , dimana masing-masing anggota KSM menerima Rp 1 juta. Pinjaman yang diberikan kepada mereka dipergunakan untuk membuka usaha atau mengembangkan usaha mereka seperti ternak jangkrik, usaha kelontong, atau pengumpul barang bekas.

Jika dilihat dari kegiatan pinjaman dana bergulir yang ada selama ini maka masalah yang sering timbul adalah dalam hal pengembalian pinjaman. Anggota tidak mau membayar atau tidak dapat membayar pengembalian pinjaman sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat diawal perjanjian. Namun tidak semua kelurahan memiliki masalah tersebut. Kelurahan Karang Berombak memiliki tingkat


(20)

pengembalian pinjaman 100% yang artinya bahwa pengembalian yang dilakukan oleh angggota selalu tepat waktu dan dispilin dalam pengembaliannya. Walaupun sudah ada penambahan modal tetap saja tingkat pengembaliannya 100%.

Berdasarkan kasus yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut mengenai masalah tersebut melalui penelitian yang hasilnya dituangkan ke dalam skripsi dengan judul Efektivitas Pelaksanaan Pinjaman Dana Bergulir Program Nasional Pemberdayaan Masyrakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Kelurahan Karang Berombak Kecamatan Medan Barat”

1.2 Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana Efektivitas Pelaksanaan Pinjaman Dana Bergulir Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Kelurahan Karang Berombak Kecamatan Medan Barat”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Efektivitas Pelaksanaan Pinjaman Dana Bergulir Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Kelurahan Karang Berombak Kecamatan Medan Barat”.


(21)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dan menambah teori dalam rangka perbaikan model dan sistem dalam pelaksanaan pinjaman dana bergulir di PNPM-Mandiri Perkotaan di Kelurahan Karang Berombak Kecamatan Medan Barat.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan secara garis besarnya dapat dikelompokkan ke dalam 6 (enam) bab, dengan urutan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat pnelitian serta sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini berisikan tentang teori-teori yang mendukung dalam penelitian ini, yaitu efektivitas, dana bergulir, dan PNPM Mandiri Perkotaan, kerangka pikir, defenisi konsep dan defenisi operasional. BAB III : METODE PENELITIAN

Pada bab ini berisikan sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini. BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Pada bab ini berisikan tentang deskripsi lokasi penelitian yang berhubungan dengan objek yang akan diteliti.


(22)

Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan analisisnya.

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

Merupakan bab terakhir dari penulisan ini yang berisikan kesimpulan dan saran-saran yang bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efektivitas

2.1.1 Pengertian Efektivitas

Suatu organisasi secara keseluruhannya dalam kaitannya dengan efektivitas adalah mencapai tujuan organisasi. Jika tiap-tiap individu berperilaku atau bekerja efektif dalam mencapai tujuannya, maka kelompok dimana ia menjadi anggota juga efektif dalam mencapai tujuan, organisasi itu juga efektif mencapai tujuan. Efektivitas berbeda dengan efesiensi. Efesiensi adalah pengorbanan untuk mencapai tujuan. Dimana semakin kecil pengorbanannya dalam mencapai tujuan, maka dikatakan semakin efesiensi. Sedangkan Efektivitas adalah ukuran sejauh mana tujuan (organisasi) dapat dicapai ( Sigit, 2003: 1 ).

Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas merupakan suatu ukuran yang dapat menunjukkan suatu program tersebut berhasil atau tidak. Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan ( Siagian, 2001: 24)

Suatu efektivitas dilihat berdasarkan pencapain hasil atau pencapaian dari suatu tujuan. Efektivitas berfokus kepada outcome (hasil) dari suatu program atau kegiatan, yang dinilai efektif apabila output yang dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang diharapkan. Dalam teori sistem, suatu organisasi dipandang sebagai satu dari sejumlah elemen yang saling tergantung. Aliran input dan output merupakan titik awal dalam menggambarkan suatu organisasi. Dengan istilah yang sederhana, organisasi merupakan sumber daya (input) dari sistem yang lebih besar (lingkungan),


(24)

memproses input dan mengembalikannya dalam bentuk yang telah diubah atau output

(Ivancevich dkk, 2006 :23)

Efektivitas organisasi merupakan suatu konsep meyeluruh yang menyertakan sejumlah konsep komponen. Konsep efektivitas organisasi tergantung pada teori sistem yaitu dimensi waktu yang juga penting. Dua kesimpulan utama dari teori sistem adalah : (1) kriteria efektivitas harus merefleksikan keseluruhan siklus input-proses-output, bukan hanya output, dan (2) kriteria efektivitas harus merefleksikan hubungan antara organisasi dan lingkungan luarnya

Berdasarkan teori sistem, suatu organisasi merupakan elemen sebuah sistem yang lebih besar yaitu lingkungan. Dengan berlalunya waktu, setiap organisasi mengambil, memproses, dan mengembalikan sumber daya ke lingkungan. Kriteria utama dari efektivitas organisasi adalah apakah organisasi tersebut bertahan dengan lingkungannya.

Sehubungan dari penjelasan tersebut maka efektivitas adalah menggambarkan seluruh siklus input, proses dan output yang mengacu pada hasil guna daripada suatu organisasi, program atau kegiatan yang menyatakan sejauhmana tujuan (kualitas, kuantitas, dampak dan waktu) telah dicapai, serta ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya dan mencapai target-targetnya.

2.1.2 Kriteria Efektivitas Organisasi

Konsep mengenai efektivitas organisasi selain disandarkan pada teori sistem, tetapi perlu ditambahkan dengan sesuatu yang baru yaitu pada dimensi waktu. Hubungan antara kriteria efektivitas dan dimensi waktu dapat dijelaskan sebagai berikut :


(25)

1. Produksi

Produksi menggambarkan kemampuan organisasi untuk memproduksi jumlah dan mutu output yang sesuai dengan permintaan lingkungan

2. Efesiensi

Konsep efesiensi didefenisikan sebagai angka perbandingan antara output dan input. Ukuran efesiensi harus dinyatakan dalam perbandingan, antara keuntungan dan biaya atau dengan waktu atau output yang merupaka bentuk umum dari ukuran ini.

3. Kepuasan

Konsep kepuasan mendefenisikan penekanan pada perhatian yang menguntungkan bagi anggota organisasi maupun pelanggannya. Artinya bahwa organisasi harus mampu memberikan kepuasan kepada kebutuhan para anggota.

4. Adaptasi

Kemampuan beradaptasi diartikan dengan sampai seberapa organisasi mampu menanggapi perubahan intren dan ekstren. Jika organisasi tidak dapat menyesuaikan diri , maka kelangsungan hidupnya akan terancam, namun adaptasi tidak memiliki ukuran yang pasti dan nyata. Dapat dijelaskan, apabila tiba waktunya untuk mengadakan penyesuaian dikarenakan adanya fenomena-fenomena tertentu, maka organisasi harus dapat menyesuaikan diri.

5. Perkembangan

Organisasi harus mengembangkan diri agar tetap hidup atau berjaya untuk jangka panjang. Efektivitas dengan pertimbangannya, maka efektivitas dapat dibagi menjadi efektivitas jangka pendek, menengah, dan jangka panjang. Keseimbangan optimal adalah keseimbangan dari pencapaian hubungan yang wajar antara kriteria-kriteria itu dalam periode waktu tertentu


(26)

2.2 Pinjaman Dana Bergulir

2.2.1 Pengertian Pinjaman Dana Bergulir

Penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan memberdayakan masyarakat melalui tiga jenis kegiatan pokok yaitu Infrastruktur, Sosial dan Ekonomi yang dikenal dengan Tridaya. Dalam kegiatan ekonomi, diwujudkan dengan kegiatan Pinjaman Bergulir, yaitu pemberian pinjaman dalam skala mikro kepada masyarakat miskin di wilayah kelurahan atau desa dimana BKM/UPK berada dengan ketentuan dan persyaratan yang telah ditetapkan. Pedoman ini hanya mengatur ketentuan pokok untuk pelaksanaan kegiatan Pinjaman Bergulir, namun keputusan untuk melaksanakannya diserahkan sepenuhnya kepada warga masyarakat setempat.

Secara umum Pinjaman bergulir adalah pinjaman dalam PNPM Mandiri Perkotaan yang diberikan kepada masyarakat miskin melalui Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat (Pinjaman Dana Bergulir Pelatihan Khusus, 2010: 5)

Beberapa pertimbangan PNPM Mandiri Perkotaan menggunakan kegiatan pinjaman bergulir :

1. Tersedianya akses dan jasa layanan keuangan yang berkelanjutan telah terbukti merupakan salah satu alat efektif untuk membantu rumah tangga miskin dalam meningkatkan pendapatan dan kekayaannya.

2. Akses rumah tangga miskin ke jasa layanan keuangan formal masih sangat rendah, sekitar 29 juta rumah tangga miskin masih belum mendapatkan akses ke lembaga keuangan

3. Pinjaman bergulir PNPM Mandiri perkotaan memiliki peluang dapat menjangkau sekitar 2,5 juta rumah tangga miskin yang sama sekali belum menerima akses ke lembaga keuangan formal


(27)

4. Permintaan pinjaman dana bergulir pada rencana pronangkis masyarakat masih tinggi.

5. Pemutusan pendampingan yang telah berjalan selama ini bila tanpa disertai kinerja yang memadai akan merusak budaya meminjam dan jaminan sosial yang ada di masyarakat (Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pinjaman Bergulir 2010:2).

Pinjaman dana bergulir berasal dari modal stimulan dana BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) yang disalurkan melalui UPK ( Unit Pengelola Keuangan) kepada masyarakat miskin di kelurahan/desa sebagai salah satu program yang disediakan oleh PNPM Mandiri untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin.

Pinjaman dana bergulir adalah merupakan salah satu pilihan masyarakat dari berbagai alternatif kegiatan untuk penanggulangan kemiskinan. Memperhatikan dari hal tersebut di atas, maka pembuatan peraturan yang mengatur tentang pengelolaan dana pinjaman bergulir di samping harus memenuhi beberapa asas. Asas tersebut yaitu:

1. Asas Kesetiakawanan

Mengandung maksud bahwa program dana pinjaman bergulir harus dilandasi oleh kepedulian sosial untuk membantu orang, usaha kecil, menengah, koperasi, yang membutuhkan pertolongan dengan empati dan kasih sayang 2. Asas Keadilan

Mengandung maksud bahwa dalam penyelenggaraan dana pinjaman bergulir harus menekankan pada aspek pemerataan, tidak diskriminatif dan keseimbangan antara hak dan kewajiban


(28)

Mengandung maksud bahwa dalam program dana pinjaman bergulir bergulir harus memberi manfaat bagi peningkatan kualitas hidup warga negara.

4. Asas Kemitraan

Mengandung maksud dalam menyalurkan dana pinjaman bergulir diperlukan kemitraan antara Pemerintah dan masyarakat, Pemerintah sebagai penanggung jawab dan masyarakat sebagai mitra Pemerintah untuk mencapai peningkatan kesejahteraan sosial.

5. Asas Keterpaduan

Mengandung maksud dalam program dana pinjaman bergulir harus mengintegrasikan berbagai komponen yang terkait sehingga dapat berjalan secara terkoordinir dan sinergis.

6. Asas Akuntanbilitas

Mengandung maksud dalam program dana pinjaman bergulir harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

7. Asas Keterbukaan

Mengandung maksud dalam program dana pinjaman bergulir harus memberikan akses yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi yang terkait dengan program dana pinjaman bergulir. 8. Asas Partisipasi

Mengandung maksud dalam program dana pinjaman bergulir adalah dalam setiap program dana pinjaman bergulir harus melibatkan seluruh komponen masyarakat


(29)

9. Asas Profesional

Mengandung maksud dalam program dana pinjaman bergulir adalah dalam setiap program dana pinjaman bergulir kepada masyarakat agar dilandasi dengan profesionalisme sesuai dengan lingkup tugasnya dan dilaksanakan seoptimal mungkin.

10.Asas Berkelanjutan

Mengandung maksud dalam program dana pinjaman bergulir adalah dalam program dana pinjaman bergulir dilaksanakan secara berkesinambungan, sehingga tercapai kemandirian

Dari beberapa penjelasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan daripada pinjaman dana bergulir adalah untuk menyediakan akses layanan keuangan kepada rumah tangga miskin dengan pinjaman mikro berbasis pasar untuk memperbaiki kondisi ekonomi mereka dan membelajarkan mereka dalam hal mengelola pinjaman dan menggunakannya secara benar. Meskipun demikian, PNPM bukanlah program keuangan mikro, dan tidak akan pernah menjadi lembaga keuangan mikro.

Program keuangan mikro bukan hanya pemberian pinjaman saja akan tetapi banyak jasa keuangan lainnya yang perlu disediakan. Peran PNPM hanya membangun dasar-dasar solusi yang berkelanjutan untuk jasa pinjaman dan non pinjaman di tingkat kelurahan. PNPM Mandiri Perkotaan dijadikan momen untuk tahap konsolidasi kegiatan keuangan mikro. Oleh sebab itu, dalam tahap ini perlu diciptakan UPK yang kuat, sehat dan secara operasional terpisah dari BKM (Badan


(30)

Keswadayaan Masyarakat), masyarakat sendiri harus terlibat dalam keputusan untuk menentukan masa depan UPK.

2.2.2 Sasaran, Pendekatan, dan Prinsip dari Pinjaman Dana Bergulir Adapun sasaran, pendekatan dan, prinsip pinjaman dana bergulir adalah : 2.2.2.1 Sasaran

Sasaran utama pelaksanaan kegiatan pinjaman bergulir adalah rumah tangga miskin di wilayah desa/kelurahan dimana BKM berada, khususnya warga miskin yang sudah tercantum dalam daftar warga miskin (hasil Pemetaan Swadaya /PS-2). Indikator tercapainya sasaran tersebut, meliputi :

1. Peminjan dari tumah tangga miskin yang telah diidentifikasi dalam PJM (Perencanaan Jangka Menegah ) Pronangkis dan telah terdaftar dalam daftar warga miskin (PS-2).

2. Minimum 30 % peminjam adalah perempuan

3. Para peminjam dari rumah tangga miskin tersebut telah bergabung dalam KSM, khusus untuk kegiatan ini beranggotakan 5 orang.

4. Akses pinjaman bagi KSM peminjam yang kinerja pengembaliannya bagus, terjamin kelanjutannya baik melalui dana BLM, maupun melalui dana hasil channeling dan kebijakan pinjaman yang jelas.

2.2.2.2 Pendekatan Yang Dipakai dalam Pinjamana Dana Bergulir

Pendekatan yang digunakan atau dipakai dalam pinjaman dana bergulir adalah dengan mengarahkan kegiatan pinjaman bergulir sebagai akses pinjaman masyarakat miskin yang saat ini belum mempunyai akses pinjaman ke lembaga keuangan lain melalui:


(31)

1. Kegiatan pinjaman bergulir dilaksanakan ditingkat kelurahan, dikelola secara profesional untuk menjaga keberlangsungan akses pinjaman bagi masyarakat miskin.

2. Transparansi atas pengelolaan dan kinerja UPK serta monitoring partisipasi oleh warga masyarakat sebagai wujud pertanggungjawaban pengelolaan dana masyarakat .

3. Penyediaan akses pinjaman yang jumlahnya maupun tingkat bunganya hanya menarik bagi kelompok masyarakat miskin.

4. Menggunakan sistem tanggung renteng kelompok sebagai alat kontrol pengelola (UPK) maupun kelompok peminjam (KSM)

5. Meningkatkan kapasitas kewirausahaan masyarakat melalui pelatihan ekonomi rumah tangga, kewirausahaan dan pembukuan sederhana.

2.2.2.3 Prinsip Pinjaman Dana Bergulir

Beberapa prinsip dasar dalam pemberian pinjaman bergulir yang perlu mendapat perhatian dari BKM / UPK antara lain adalah:

1. Dana BLM yang dialokasikan untuk kegiatan pinjaman bergulir adalah milik masyarakat kelurahan/desa sasaran dan bukan milik perorangan;

2. Tujuan dipilihnya kegiatan pinjaman bergulir adalah dalam rangka membantu program penanggulangan kemiskinan dan oleh karenanya harus menjangkau warga masyarakat miskin sebagai kelompok sasaran utama PNPM Mandiri Perkotaan

3. Pengelolaan pinjaman bergulir berorientasi kepada proses pembelajaran untuk penciptaan peluang usaha dan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat miskin, serta kegiatan-kegiatan produktif lainnya.


(32)

4. Pengelolaan pinjaman bergulir dipisahkan antara BKM sebagai representasi dari warga masyarakat pemilik modal dengan UPK sebagai pengelola kegiatan pinjaman bergulir yang bertanggungjawab langsung kepada BKM

5. Prosedur serta keputusan pemberian pinjaman harus mengikuti prosedur pemberian pinjaman bergulir standar yang ditetapkan

6. Manajer dan Petugas UPK harus orang yang mempunyai kemampuan dan telah memperoleh sertifikat pelatihan dasar yang diadakan oleh PNPM Mandiri Perkotaan.

7. UPK telah mempunyai sistem pembukuan yang standar dan sistem pelaporan keuangan yang memadai.

8. UPK mendapat pengawasan, baik oleh BKM melalui Pengawas UPK maupun Konsultan Pelaksana Wilayah (KMW) melalui tenaga ahli dan fasilitator, atau pihak yang ditunjuk proyek (Pedoman Pelaksanaan Pinjaman Dana Bergulir. 2010: 5)

2.3 Ketentuan Dasar Pinjaman Dana Bergulir

Agar pelaksanaan kegiatan Pinjaman Bergulir dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, perlu dibuat aturan dasar untuk Pinjaman Bergulir, antara lain mengenai kelayakan lembaga pengelola pinjaman bergulir, kelayakan peminjam, Dana Pinjaman, Pelayanan Pinjaman Bergulir dan Pendampingannya. Masing-masing aturan dasar tersebut adalah sebagaimana uraian berikut :

1. Kelayakan Lembaga Pengelola Pinjaman Bergulir

Lembaga yang langsung mengelola kegiatan Pinjaman Bergulir adalah Unit Pengelola Keuangan (UPK). UPK adalah salah satu Unit Pengelola dari 3 Unit


(33)

Pengelola yang berada dibawah BKM. Dua unit pengelola lainnya adalah Unit Pengelola Lingkungan (UPL) dan Unit Pengelola Sosial (UPS).

Struktur lengkap BKM sebagai berikut: Gambar 2.1 Struktur Organisasi BKM

LKM

)

(sumber: Pedoman Pelaksanaan Pinjaman Bergulir, 2010:7)

Sekretariat

Unit Pengelola Sosial Unit Pengelola

Keuangan Unit Pengelola

Lingkungan

Pengawas BKM


(34)

STRUKTUR ORGANISASI UPK Gambar 2.2 Struktur Organisasi UPK

Pinjaman dana bergulir dikelola oleh UPK-BKM yang telah memenuhi

sayarat-sayarat sebagiaman yang telah ditentukan dalam siklus pembentukan BKM/UPK.

2. Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)

BKM yang akan mengelola kegiatan Pinjaman Bergulir harus memenuhi persyaratan minimal sebagai berikut :

1. BKM telah terbentuk secara sah sesuai ketentuan PNPM Mandiri Perkotaan dan memiliki Anggaran Dasar yang di dalamnya antara lain menyatakan bahwa:

1) Kegiatan Pinjaman Bergulir akan dijalankan sebagai salah satu alat penanggulangan kemiskinan di wilayahnya

2) Dana Pinjaman Bergulir hanya diperuntukkan untuk kegiatan Pinjaman Bergulir saja

3) Pendapatan UPK hanya untuk membiayai kegiatan operasional UPK dan tidak dapat dipergunakan untuk membiayai kegiatan lainnya, termasuk biaya BKM dan Pengawas. Pengawas hanya bisa dibiayai dari Laba bersih tahunan UPK.

Petugas Pinjaman

Pembuku Kasir

MANAJER UPK


(35)

2. BKM telah mengangkat Pengawas UPK (2–3 orang) dan petugas UPK (minimal 2 orang). Semua telah memperoleh pelatihan dari PNPM Mandiri Perkotaan dan telah memiliki uraian tugas dan tanggung jawab.

3. BKM dengan persetujuan masyarakat telah membuat aturan dasar Pinjaman Bergulir yang memuat kriteria KSM dan anggotanya yang boleh menerima pinjaman, besar pinjaman mula-mula, besar jasa pinjaman, jangka waktu pinjaman dan sistem angsuran pinjaman serta ketentuan mengenai tanggung renteng anggota KSM.

4. Untuk kelurahan/desa lama (yang telah menjalankan P2KP) :

1) Kinerja pinjaman bergulir yang dijalankan mencapai kriteria memuaskan; peminjam berisiko (LAR) <10%, pinjaman berisiko (PAR) <10%, ratio pendapatan biaya (CCr) > 125% dan hasil investasi (ROI) >10%.

5. Bersedia melakukan perbaikan kelembagaan antara lain: 1) Membentuk pengawas UPK

2) BKM telah menerima pelatihan dari PNPM Mandiri Perkotaan 3) Telah memiliki rekening atas nama BKM dengan kewenangan 4) menandatangani 3 orang.

a. Pengawas UPK

Pengawas UPK yang bertugas mengawasi kegiatan UPK dalam mengelola Pinjaman Bergulir telah memenuhi kriteria minimal antara lain :

1) Telah diangkat oleh BKM dengan persetujuan masyarakat sebanyak 2-3 orang, memenuhi unsur laki-laki dan perempuan.


(36)

2) Telah memiliki uraian tugas yang mencakup tugas dan tanggung jawab pengawas.

3) Telah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh PNPM Mandiri Perkotaan.

c. Unit Pengelola Keuangan (UPK)

Unit Pengelola Keuangan (UPK) yang akan mengelola dana Pinjaman Bergulir telah memenuhi kriteria minimal sebagai berikut :

1) Telah diangkat oleh BKM sebanyak minimal 2 orang (ideal 4 orang) 2) Telah memiliki uraian tugas dan tanggung jawab

3) Telah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh PNPM Mandiri Perkotaan

4) Telah memahami aturan dasar Pinjaman Bergulir

5) Telah memiliki rekening atas nama UPK/BKM dengan kewenangan penandatangan 3 orang

6) Telah memiliki Sistem Pembukuan yang berlaku di PNPM Mandiri Perkotaan

2.4 Pelaksanaan Kegiatan Pinjaman Dana Bergulir

Dalam kegiatan pinjaman dana bergulir ditentukan ketentuan umum/skim dalam memperoleh pinjaman dana bergulir dan ketentuan umum tersebut harus dipatuhi oleh si calon penerima manfaat atau calon peminjam. Dan ketentuan umum tersebut adalah:


(37)

1. Peminjaman adalah warga miskin yang tergabung dalam Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dengan anggota minimal 5 orang diantaranya 30% nya adalah wanita.

2. Tujuan pinjaman untuk mengembangkan usaha yang tidak melanggar ketentuan (undang-undang). Tidak diperkenankan membiayai untuk menunjang kepentingan militer atau politik

3. Besarnya pinjaman pertama maksimal Rp. 500.000,- per orang dan untuk pinjaman selanjutnya maksimum Rp. 2.000.000,- tergantung pada riwayat pembayaran pinjaman sebelumnya.

4. Jasa pinjaman ditetapkan antara 1,5% - 3% per bulan dari pokok pinjaman semula.

5. Jangka waktu pinjaman maksimum 12 bulan disesuaikan dengan kegiatan usaha peminjam.

6. Peminjam hanya dapat meminjam maksimum 4 kali pinjaman. 7. Angsuran pinjaman maksimal bulanan.

8. Pembayaran angsuran dilakukan bulanan.

Sumber dana yang dipakai dalam kegiatan pinjaman dana bergulir ini berasal dari : (1) Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM), yang merupakan sumber dana utama, (2) Dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), (3) Dana yang berasal dari pihak Swasta, (4) Dana dari swadaya masyarakat, (5) Dana dari sumber lainnya

Dana dari sumber lain berupa channeling atau pinjaman dari Lembaga Keuangan formal baik bank maupun koperasi di sekitar lokasi BKM berada. Tujuan dana chanelling atau pinjaman tersebut adalah untuk menyediakan akses pinjaman bagi KSM yang sudah memenuhi batas maksimal pemberian pinjaman baik dari sisi


(38)

jumlah pinjaman (telah mencapai Rp 2.000.000,) atau dari sisi frekuensi peminjaman (sudah mencapai 4 kali pinjam). Diharapkan dengan dana channeling maupun pinjaman dari Lembaga Keuangan formal tersebut nantinya KSM dan anggotanya dapat memperoleh akses pinjaman lebih lanjut dari lembaga tersebut.

2.5 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan 2.5.1 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan

Salah satu langkah strategis dari pemerintah untuk mengurangi jumlah penduduk miskin adalah melalui program PNPM Mandiri Perkotaan. Dimana PNPM Mandiri Perkotaan menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat dan penguatan peran pemerintah daerah dan mengapresiasi dan mendukung kemandirian masyarakat. Sehingga PNPM Madiri Perkotaan adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai.


(39)

Visi dari PNPM Mandiri Perkotaan adalah masyarakat yang berdaya mampu menjalin sinergi dengan pemerintah daerah serta kelompok peduli masyarakat setempat dalam rangka menanggulangi kemiskinan dengan efektif, mandiri, dan berkelanjutan. Sedangkan misi PNPM Mandiri Perkotaan adalah memberdayakan masyarakat perkotaan, terutama masyarakat miskin, untuk menjalin kerjasama sinergis dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli lokal dalam upaya penanggulangan kemiskinan, melalui pengembangan kapasitas, penyediaan sumber daya, dan melembagakan budaya kemitraan antara pelaku pembangunan.

2.5.2 Dasar Hukum

Sebagai salah satu Program Inti dari PNPM Mandiri, maka dasar hukum pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan adalah merujuk kepada Dasar Hukum PNPM Mandiri, sebagaimana telah ditetapkan dalam Pedoman Umum PNPM Mandiri, Peraturan Presiden No. 13 Tahun 2009 tentang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan, 2010: 10)

2.5.3 Tujuan PNPM

Tujuan umum PNPM yang telah ditetapkan di Pedoman Umum PNPM yaitu” Meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri”. Dengan demikian secara khusus tujuan PNPM Mandiri Perkotaan adalah “ Masyarakat di kelurahan peserta program menikmati perbaikan sosial ekonomi dan tata kepemerintahan lokal”


(40)

2.5.4 Sasaran PNPM

Sasaran dari PNPM adalah :

1. Terbangunnya Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) yang dipercaya, aspiratif, representatif, dan akuntabel untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya partisipasi serta kebutuhan masyarakat dalam rangka pengembangan lingkungan pemukiman yang sehat

2. Tersedianya Perencanaan Jangka Menengah (PJM) Pronangkis sebagai wadah untuk mewujudkan sinergi berbagai program penanggulangan kemiskinan yang komprehensif dan sesuai dengan aspirasi serta kebutuhan masyarakat dalam rangka pengembangan lingkungan permukiman yang sehat, serasi, dan berkelanjutan.

3. Terbangunnya forum BKM tingkat kecamatan dan kota/kabupaten untuk mengawal terwujudnya harmonisasi berbagai program daerah.

4. Terwujudnya kontribusi pendanaan dari Pemerintah Kota/ Kabupaten dalam PNPM Mandiri Perkotaan sesuai dengan kapasitas fiskal daerah.

2.5.5 Prinsip PNPM

Secara umum prinsip, PNPM Mandiri Perkotaan menganut dengan apa yang sudah ditetapkan dalam Pedoman Umum PNPM Mandiri yaitu :

1. Bertumpu pada pembangunan manusia. 2. Berorientasi pada masyarakat miskin.

3. Partisipasi. Masyarakat terlibat secara aktif pada setiap proses pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong royong menjalankan pembangunan.


(41)

4. Otonomi. Dalam pelaksanaan PNPM, masyarakat memiliki kewenangan secara mandiri dan partisipatif untuk menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan secara swakelola.

5. Desentralisasi. Kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan sektoral dan kewilayahan dilimpahkan kepada pemerintah daerah atau masyarakat sesuai dengan kapasitasnya.

6. Kesetaraan dan Keadilan Gender.

7. Demokratis. Setiap pengambilan keputusan pembagunan dilakukan secara musyawarah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada kepentingan masyarakat miskin.

8. Tranparansi dan akuntabel. Masyarakat harus memiliki akses yang memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dipertanggungjawabkan baik secara moral, teknis, legal, maupun administratif. 9. Prioritas. Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan pemenuhan

kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan dengan mendayagunakan secara optimal berbagai sumber daya yang terbatas.

10.Kolaborasi. Semua pihak yang berkepentingan dalan penanggulangan kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antar pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan.

11.Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak hanya saat ini tetapi juga di masa depan.


(42)

12.Sederhana. Semua aturan, mekanisme dan prosedur dalam pelaksanaan PNPM harus sederhana, fleksibel, mudah dipahami, dan mudah dikelola oleh masyarakat.

2.6 Pembangunan Sosial

Program pengentasan kemiskinan yang dibuat oleh pemerintah selalu berkaitan dengan pembangunan sosial. Hal ini dikarenakan dalam suatu program pengentasan kemiskinan diharapkan dapat meningkatkan pembangunan sosial di suatu negara. Pembangunan sosial berarti bukan semata memiliki makna sebagai pembangunan yang menghasilkan suatu objek fisik yang bersifat kebendaan, tetapi lebih diartikan dalam aspek manusianya.

Sumarno Nugroho menggunakan pengertian pembangunan sosial yang diambil dari rumusan Pre-Conference Working Party dari Internasional Conference

of Social Welfare. Dalam rumusan tersebut pembangunan sosial diartikan sebagai

aspek keseluruhan pembangunan yang berhubungan dengan relasi-relasi sosial, sistem-sistem sosial dan nilai-nilai yang berhubungan dengan hal itu (Soetomo, 2008 :312)

Dari pengertian di atas maka dalam hal ini pembangunan sosial dituntut untuk menempatkan pembangunan sosial sebagai bagian integral dari pembangunan nasional. Oleh sebab itu, munculnya aspek sosial sebagai salah satu aspek dalam pembangunan nasional di samping aspek-aspek yang lain seperti ekonomi dan politik. Menurut Midgley (dalam Soetomo, 2008: 314), yang menyebutkan bahwa pembangunan sosial yang terencana yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat sebagai suatu kebutuhan, dimana pembangunan ini dilakukan untuk saling melengkapi dengan dinamika proses pembangunan (Soetomo, 2008: 314 )


(43)

Sebagai upaya untuk memenuhi kondisi kehidupan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia dan hak asasi manusia, pemenuhan kebutuhan dapat dirumuskan secara berjenjang. Kondisi kehidupan suatu masyarakat dapat dikatakan sejahtera apabila semakin banyak kebutuhan yang terpenuhi. Dalam hal ini kebutuhan yang dimaksud adalah dalam pengertian yang luas tidak hanya terbatas secara fisik tetapi juga non fisik. Jika dikaitkan dengan pembangunan sosial maka prioritas pembangunan sosial diberikan kepada kelompok masyarakat yang belum mampu memenuhi kebutuhan dasar mereka. Oleh karena itu, pembangunan sosial merupakan suatu strategi dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh suatu kelompok masyarakat yang tidak atau belum mampu memenuhi kebutuhan dasarnya tersebut.

Pembangunan yang terjadi diperkotaan juga dapat membuat masalah kemiskinan yang yang ada di perkotaan semakin kompleks. Daerah perkotaan merupakan konsentrasi penduduk dan berbagai kegiatan ekonomi dan sosial serta adminitrasi pemerintahan yang terletak pada lahan perkantoran yang relatif terbatas, meskipun daerah perkotaan mempunyai tingkat produktivitas yang lebih tinggi, ketersediaan prasarana dan sarana, fasilitas pelayanan ekonomi dan sosial serta berbagai kemudahan lain yang lebih luas, tetapi terdapat kecendrungan bahwa pembangunan fisik semakin pesat (Adisasmita, 2006: 2)

Kemiskinan yang saat ini terjadi tidak hanya menyangkut hak untuk pemenuhan dasar seperti sandang, pangan, dan papan. Tetapi, kemiskinan juga berarti akses yang rendah dalam sumber daya dan aset produktif untuk memperoleh kebutuhan-kebutuhan hidup, antara lain: ilmu pengetahuan, informasi, teknologi, dan modal. Selain itu, kondisi kelembagaan pimpinan masyarakat yang tidak mengakar dan tidak dapat dipercaya tersebut pada umumnya tumbuh subur dalam situasi masyarakat secara umum memang belum berdaya. Sehingga dapat dikatakan bahwa


(44)

kemiskinan akan tumbuh subur dalam situasi dimana prilaku/sikap dan cara pandang (paradigma) masyarakat yang belum berdaya (Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan, 2010: 5)

Pembangunan sosial juga dikaitkan dengan kesejahteraan dan keadilan sosial. Pembangunan yang berorientasi pada kesejahteraan dirumuskan sebagai berisi sejumlah besar program yang akan mengantarkan pembangunan kepada sebagian besar masyarakat melalui peningakatan akses kepada pelayanan publik dan penyuluhan. Dan selanjutnya menyalurkan komponen paket program tersebut kepada kelompok masyarakat yang dianggap memiliki atau menyandang masalah dalam pemenuhan kesejahteraan. Pembangunan sosial lebih diarahkan kepada pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan cepat. Sehingga hal tersebut dapat mendorong perkembangan perekonomian di suatu negara.

Dalam suatu pelaksanaan pembangunan yang dikaitkan dengan kesejahteraan sosial maka implikasi yang lebih lanjut adalah bahwa kebutuhan-kebutuhan sosial akan terpenuhi dengan sendirinya sejalan dengan peningkatan pendapatan masyarakat baik yang berada di desa taupun yang di kota. Dengan pendapatan yang meningkat dari masyarakat maka mereka akan mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Pembangunan sosial dimaksudkan sebagai suatu strategi yang ditujukan suatu strategi yang ditujukan kepada masyarakat yang memiliki kondisi kehidupan yang tidak sesuai dengan harkat dan martabat manusia.

Sebagai suatu strategi pembangunan maka konsep ini lebih ditekankan adalah penyaluran berbagai program secara cepat dan langsung kepada sasaran, sehingga dapat mengentaskan mereka dari kondisi kemiskinan. Dengan demikian minimal mereka dapat memenuhi kebutuhan dasarnya. Sebagai suatu strategi pembangunan maka pembangunan sosial lebih mengarah pada kelompok masyarakat yang belum


(45)

memiliki kehidupan yang layak termasuk kebutuhan dasarnya melalui proses dan mekanisme dalam kehidupan sosial yang berlangsung.

Pembangunan akan menemui gejala kemiskinan begitu pembangunan tersebut diimplementasikan. Pembangunan yang tidak memperhitungkan bahwa masyarakat yang akan dibangun itu berbeda keadaannya, akan membawa akibat yang lebih berat bagi warga/lapisan masyarakat miskin. Begitu upaya pembangunan diimplementasikan, kemampuan warga masyarakat untuk merespon tawaran pembangunan semakin terlihat tidak sama. Pembangunan yang tidak memperhatikan keadaan masyarakat yang berbeda-beda itu akan mengakibatkan ketertinggalan lapisan miskin oleh pembangunan (Mardimin, 1996: 48)

Suatu konsep pembangunan yang menekankan pada aspek manusia dan masyarakat adalah mengenai pemahaman tentang suatu proses perubahan . Perubahan di dalam masyarakat dapat dilihat dari dampak yang dihasilkannya yaitu suatu kemunduran (regress) ataupun kemajuan (progress). Sehingga pembangunan diharapkan dapat menuju ke dalam suatu kemajuan. Semakin banyak kebutuhan yang terpenuhi maka semakin meningkat kesejahteraann atau taraf tingkat kesejahteraan masyarakat. Dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat dibutuhkan suatu proses perubahan dalam berbagai dimensi yang menyesuaikan dengan dimensi kesejahteraan yang diharapkan.

2.7 Pengembangan Masyarakat

Pengembangan masyarakat (community development) adalah suatu proses yang merupakan usaha masyarakat sendiri yang diintegrasikan dengan otoritas pemerintah, guna memperbaiki kondisi sosial ekonomi dan kultural masyarakat atau komunitas, mengintegrasikan komunitas ke dalam kehidupan nasional dan mendorong


(46)

kontribusi komunitas yang lebih optimal bagi kemajuan nasional. Dan inti dari pengembangan masyarakat adalah bagaimana individu,kelompok atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka

(Soetomo, 2008: 79).

Dengan adanya community development diharapkan berbagai proses untuk meningkatkan kondisi kehidupan yang memberikan fokus perhatian pada suatu komunitas sebagai suatu kesatuan masyarakat, guna merealisasikan tujuan yang diharapkan. Sebagaimana dalam kehidupan komunitas terdapat beberapa karakteristik yang penting, yaitu asas resiprositas dan ikatan lokalitas serta adanya kehidupan sosial yang terorganisasi. Berbasis asas tersebut, dalam suatu komunitas terdapat jaringan interaksi dan relasi sosial yang cukup kohesif, serta masing-masing warga memiliki perasaan dan kesadaran sebagai bagian dari kehidupan bersama, sehingga mempunyai ikatan yang kuat terhadap komunitasnya. Sebagai suatu strategi pembangunan masyarakat perkembangan community development lebih menekankan pada swadaya atau self help.

Dipandang dari terminologi yang digunakan, konsep community development

juga sering mengandung potensi kontradiksi. Hal ini disebabkan karena dalam konsep community terkandung tiga elemen penting yaitu lokalitas, kehidupan sosial yang terorganisasi dan solidaritas sosial. Di lain pihak konsep development terkandung unsur perubahan sosial yaitu kondisi sosial ekonomi.

2.8 Kerangka Pemikiran

Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia, tidak terkecuali untuk Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah dari


(47)

ketidakberdayaan masyarakat miskin untuk mendapatkan akses yang dapat menjangkau mereka. Pembangunan pada saat ini telah membawa banyak perubahan dalam berbagai aspek di masyarakat, baik pada kawasan pedesaan maupun perkotaan. Perubahan tersebut membawa dampak tidak hanya terhadap lingkungan fisik, tapi juga sistem nilai dalam tatanan kehidupan sosial bermasyarakat. Namun perubahan yang diciptakan oleh pembangunan membawa dampak yang lebih kompleks, karena ternyata telah melahirkan keterbelakangan dan kemiskinan dalam masyarakat. Dari salah satu alasan tersebut, sehingga muncul program dari pemerintah bernama PNPM Mandiri Perkotaan.

PNPM Mandiri Perkotaan merupakan salah satu program pemerintah untuk dapat mengurangi tingkat kemiskinan secara efektif, mandiri, dan berkelanjutan. Salah satu upaya untuk menanggulangi kemiskinan yang dipakai oleh PNPM Mandiri Perkotaan adalah melalui pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan pengembangan infrastruktur, sosial, dan ekonomi (tridaya). Kegiatan ekonomi yang dijalankan oleh PNPM adalah pinjaman dana bergulir.

Pinjaman dana bergulir merupakan pinjaman yang berasal dari dari modal stimulan dana BLM yang disalurkan oleh UPK (Unit Pengelola Keuangan) kepada masyarakat miskin di kelurahan/desa yang disediakan oleh PNPM Mandiri Perkotaan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Melalui pinjaman dana bergulir yang diberikan diharapakan masyarakat miskin dapat meningkatkan perekonomian keluarga mereka.

Sebelum dana bergulir ini diberikan kepada masyarakat miskin, dana bergulir yang berasal dari dana BLM diberikan kepada BKM setelah itu disalurkan kepada masyarakat miskin yang sudah membentuk KSM ( Kelompok Swadaya Masyarakat).


(48)

Dari kegiatan pinjaman dana bergulir ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Untuk melihat keefektifan kegiatan pinjaman dana bergulir ini, maka dapat dilihat dari 4 ukuran efektivitas suatu program dalam mencapai suatu keberhasilan dan dalam pencapaian tujuan, yaitu :

1. Kualitas, yaitu bagaimana anggota KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) mendapatkan kemudahan dalam mendapatkan akses pinjaman bergulir.

2. Kuantitas, yaitu dilihat dari modal yang dipinjamkan oleh BKM kepada KSM. 3. Dampak, yaitu bagaimana pengaruh pinjaman bergulir terhadap peningkatan

ekonomi rumah tangga setiap anggota KSM

4. Waktu, yaitu dilihat dari ketepatan anggota KSM dalam pengembalian pinjaman dana bergulir.

Untuk memperjelas kerangka pemikiran tersebut, maka dapat dilihat dari bagan alir pemikiran berikut ini:


(49)

BAGAN ALIR PEMIKIRAN KEMISKINAN

PNPM Mandiri Perkotaan

BKM

KSM

BLM

Pinjaman Dana Bergulir Tujuan: Menyediakan akses layanan keuangan kepada rumah tangga miskin dengan pinjaman mikro berbasis pasar untuk memperbaiki kondisi ekonomi mereka

Efektivitas Pinjaman Dana Bergulir:

1. Kualitas 2. Kuantitas

3. Dampak

4. Waktu

Efektif


(50)

2.9 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.9.1 Defenisi Konsep

Suatu konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan dengan berbagai peristiwa, objek, kondisi, situasi dan hal-hal yang sejenis. Konsep diciptakan dengan mengelompokkan objek-objek atau peristiwa-peristiwa yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan sejumlah pengertian yang digunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian (Silalahi, 2009:12)

Untuk mendapatkan batasan-batasan yang lebih jelas mengenai variabel-variabel yang akan diteliti dalam defenisi konsep yang digunakan dalam pengertian ini adalah:

1. Efektivitas merupakan suatu ukuran yang dapat menunjukkan suatu program berhasil atau tidak dalam pencapaian tujuan.

2. Pinjaman dana bergulir merupakan pinjaman yang diberikan kepada masyarakat miskin melalui Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

3. Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses dimana masyarakat yang tinggal di suatu lokasi tertentu mengembangkan prakarsa untuk melaksanakan suatu tindakan sosial untuk mengubah situasi di lingkungan mereka.

4. PNPM Mandiri Perkotaan merupakan suatu program yang dibuat oleh pemerintah untuk dapat membangun kemandirian masyarakat.


(51)

2.9.2 Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau operasi yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya dengan memiliki rujukan-rujukan empiris. Bertujuan untuk memudahkan penelitian dalam melaksanakan penelitian di lapangan. Maka perlu operasionalisasi dari konsep-konsep yang menggambarkan tentang apa yang harus diamati (Silalahi,2009:120)

Untuk memberikan kemudahan dalam memahami variabel dalam penelitian ini, maka diukur melalui indikator-indikator. Adapun yang menjadi indikator dalam penelitian ini adalah:

1. Efektivitas Pelaksanaan Pinjaman Dana Bergulir dapat dilihat melalui 4 indikator yaitu:

a. Kualitas, yaitu dilihat dari kemudahan anggota mendapatkan akses pinjaman. Misal apakah pelayanan yang diberikan BKM kepada KSM sudah memenuhi syarat seperti dalam proses pemberdayaan yang dilakukan BKM kepada KSM seperti, bimbingan dalam hal pembuatan proposal kelayakan usaha.

b. Kuantitas, yaitu dilihat dari modal yang dipinjamkan kepada KSM oleh BKM dan dari jenis usaha yang dijalankan oleh anggota KSM.

b.1 Efektif jika, modal yang diberikan oleh UPK-BKM kepada setiap anggota KSM merata

b.2 Tidak Efektif, modal yang yang diberikan oleh UPK-BKM kepada setiap anggota KSM tidak merata

b.3 Efektif jika, modal pinjaman yang diberikan digunakan untuk membuka usaha.


(52)

b.4 Tidak Efektif jika, modal pinjaman yang diberikan tidak digunakan untuk membuka usaha.

c. Dampak, yaitu pengaruh pinjaman dana bergulir terhadap peningkatan ekonomi rumah tangga anggota KSM.

c.1 Efektif jika, hasil pendapatan rumah tangga setelah mengikuti pinjaman bergulir > pendapatan rumah tangga sebelum mengikuti pinjaman bergulir.

c.2 Tidak Efektif jika, hasil pendapatan rumah tangga setelah mengikuti pinjaman bergulir < pendapatan rumah tangga sebelum mengikuti pinjaman bergulir.

c.3 Efektif jika, pendapatan dari usaha yang dijalankan dapat mencukupi kebutuhan rumah tangga.

c.4 Tidak efektif jika, pendapatan dari usaha yang dijalankan tidak dapat mencukupi kebutuhan rumah tangga.

c.5 Efektif jika, pendapatan rumah tangga per bulan dapat disisihkan untuk menabung

c.6. Tidak efektif jika, pendapatan rumah tangga per bulan tidak dapat disisihkan untuk menabung.

d. Waktu, yang merupakan ketepatan waktu anggota KSM melaksanakan kegiatan pinjaman bergulir tersebut selama 1 tahun.

d.1 Efektif, jika tingkat pengembalian pinjaman bergulir oleh anggota KSM tidak sampai 1 tahun.

d.2 Tidak Efektif, jika tingkat pengembalian pinjamana bergulir oleh anggota KSM lebih dari 1 tahun.


(53)

d.3 Efektif jika, dalam pengembalian pinjaman bergulir tidak terjadi tunggakan.

d.4 Tidak Efektif jika, dalam pengembalian pinjaman bergulir terjadi tunggakan.


(54)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini tergolong pada tipe penelitian deskriptif, yaitu bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai kondisi,berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian (Bungin, 2001:48).

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu membuat gambaran secara menyeluruh tentang bagaimana efektivitas pelaksanaan pinjaman dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Karang Berombak Kecamatan Medan Barat.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukana di Kelurahan Karang Berombak Kecamatan Medan Barat. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena Kelurahan Karang Berombak merupakan salah satu kelurahan yang mendapat program PNPM Mandiri Perkotaan dan aktif dalam pelaksanaan pinjaman dana bergulir sehingga peneliti tertarik untuk meneliti secara langsung efektivitas pelaksanaan pinjaman dana bergulir di kelurahan tersebut.


(55)

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap, hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian (Bungin, 2001: 101).

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Kelompok KSM atau penerima manfaat yang menerima pinjaman dana bergulir dimana populasi yang diambil dibatasi pada anggota KSM yang sudah melakukan peminjaman pertama kali dan melanjutkan peminjaman untuk kedua kalinya, dimana anggotanya sebanyak 35 KSM dimana 1 KSM 5 orang, maka jumlah responden dalam penelitian ini adalah 35 x 5= 175 orang

3.3.2 Sampel

Sampel adalah wakil dari populasi yang dianggap representatif atau memenuhi syarat untuk menggambarkan keseluruhan populasi yang diwakilinya. Apabila subjek penelitian lebih dari 100, maka diambil 10% -15% atau 20-25% dari populasi (Arikunto, 1998: 104)

Maka peneliti menetapkan dalam penelitian ini adalah 25% dari jumlah populasi, yaitu 25% x 175 = 43,75 atau digenapkan menjadi 45. Berarti sampel penelitian ini adalah 45 orang, dimana teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel secara acak, dimana semua anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel.


(56)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Teknik Data Primer

a. Observasi yaitu pengumpulan data dengan pengamatan langsung terhadap sejumlah acuan yang berkenaan dengan topik penelitian di lokasi penelitian, seperti jenis usaha yang dijalankan oleh anggota KSM.

b. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau peryataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2008: 199)

c. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara langsung dengan responden yaitu penerima manfaat dana bergulir dan pihak UPK-BKM

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

a. Studi kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data dengan cara penelitian kepustakaan. Data akan diperoleh dari berbagai sumber kepustakaan antara lain melalui buku-buku ilmiah, jurnal, surat kabar dan dari berbagai tulisan atau media informasi yang menyangkut masalah yang diteliti.


(57)

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif yaitu peneliti berusaha menyimpulkan data yang berhubungan dengan objek penelitian serta berusaha menjelaskan dan menggambarkan variabel penelitian secara mendalam dan mendetail, kemudian selanjutnya diberi interpretasi yang sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Sedangkan data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner (angket) akan disajikan

dengan tabel tunggal atau disebut analisis tabel frekuensi. Analisis tabel tunggal (frekuensi) dimaksudkan untuk memperinci data-data sekaligus menyajikan persentase dari masing-masing jawaban responden, sehingga akan diketahui data paling dominan atau yang paling besar persentasenya.


(58)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Karang Berombak

Kemiskinan merupakan masalah bersama yang harus ditanggulangi secara serius, kemiskinan bukanlah masalah pribadi, golongan bahkan pemerintah saja. Kepedulian dan kesadaran antar sesama warga diharapkan dapat membantu menekan tingkat kemiskinan di Indonesia.

Fenomena ini juga yang dirasakan oleh warga Kelurahan Karang Berombak Kecamatan Medan Barat, dimana sebagian warga masyarakat Kelurahan Karang Berombak masih ada yang hidup di bawah kemiskinan. Hal tersebut dapat dilihat dari Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM) nya yang masih rendah. Indikator tinggi rendahnya IPM tersebut dapat terlihat dari 3 faktor, yaitu pendidikan, kesehatan dan daya beli masyarakat.

Sesuai dengan tuntutan prinsip dan nilai-nilai yang diusung oleh PNPM Mandiri Perkotaan tahap I ,dalam pelaksanaan pembangunan ini model perencanaan tidak lagi bersifat “Top Down”, akan tetapi lebih pada usaha dimana masyarakat terlibat dalam proses pembangunan, dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, potensi dan prakarsa masyarakat atau lebih dikenal dengan istilah “Bottom Up”.

Masalah kemiskinan tidak bisa ditanggulangi secara sendiri-sendiri, perlu adanya sinergi (kebersamaan) antar warga untuk dapat saling bahu membahu menanggulangi masalah tersebut. Fakta membuktikan bahwa untuk menggalang kebersamaan ini tidak mudah, perlu adanya motivator yang bertindak sebagai stimulator yang dapat memfasilitasi warga dalam menghadapi kondisi seperti ini. Oleh karena itu, Tim PNPM Mandiri Perkotaan sebagai program dari pemerintah


(59)

turun tangan untuk ikut dalam menanggulangi masalah yang dihadapi oleh warga Kelurahan Karang Berombak.

Tim fasilitator PNPM Mandiri Perkotaan memotori warga untuk dapat membentuk Organisasi Masyarakat Warga (OMW) agar dapat menghimpun potensi warga yang secara sukarela memberikan kontribusinya minimal bagi kelurahannya sendiri. Organisasi Masyarakat Warga (OMW) ini oleh warga Kelurahan Karang Berombak, membentuk suatu Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) yang bernama Badan Keswadayaan Masyarakat Rose (BKM-ROSE) Kelurahan Karang Berombak, maka masalah kemiskinan kini telah menjadi tugas dan tanggungjawab warga Kelurahan Karang Berombak yang direpresentasikan melalui BKM-ROSE dengan membangun kemitraan bersama PNPM Mandiri Perkotaan.

4.2 Kondisi Umum Kelurahan Karang Berombak 1. Informasi tentang kondisi geografis

a. Batas Kelurahan

1. Sebelah timur : Kelurahan Glugur Kota 2. Sebelah barat : Kelurahan Helvetia Timur 3. Sebelah utara : Kelurahan Labuhan Deli 4. Sebelah selatan : Kelurahan Sei Agul

b. Luas Wilayah

1. Luas kelurahan : 105 Ha 2. Luas pemukiman : 104, 7 Ha 3. Luas kuburan : 1,2 Ha 4. Luas taman : 0,4 Ha 5. Perkantoran : 0,75 Ha


(60)

Jumlah lingkungan di Karang Berombak adalah 19 Lingkungan. Dulunya hanya 12 lingkungan tetapi setelah terjadi pemekaran wilayah jumlah lingkungannya bertambah hingga 19 lingkungan.

4.3 Permasalahan Kemiskinan dan Potensi

Permasalahan kemiskinan di Kelurahan Karang Berombak sampai saat ini masih merupakan masalah yang cukup besar. Indikasi banyaknya masalah kemiskinan di Kelurahan ini terlihat dari masih banyaknya masyarakat yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak. Berbagai fenomena kemiskinan secara mudah dapat terlihat di Kelurahan ini. Fenomena tersebut antara lain adalah lingkungan yang kumuh, rumah tidak layak huni, adanya anak usia sekolah yang tidak bersekolah, angka pengangguran yang cukup tinggi dan tidak memadai kondisi sarana prasarana dasar. Upaya untuk mengatasi masalah tersebut selama ini sudah ada dari berbagai pihak-pihak peduli.

Program Penanggulangan Kemiskinan dari Pemerintah Pusat, Pemprov, dan Pemkot seperti BLT, JPS, Raskin sudah pernah masuk ke Kelurahan Karang Berombak, namun demikian program-program tersebut masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Kegagalan upaya-upaya tersebut disinyalir karena beberapa sebab, antara lain adalah tidak disertakannya masyarakat secara aktif dalam setiap tahapan, sehingga peran partisipasi masyarakat minim dalam program tersebut.

Upaya penanggulangan kemiskinan di Kelurahan ini tidak mudah. Berbagai hambatan akan di hadapi oleh pihak-pihak yang akan melaksanakan program penanggulangan kemiskinan. Berbagai hambatan tersebut antara lain adalah budaya instan yang sudah begitu kuat, individualisme yang cukup tinggi, etos kerja yang melemah dan rasa frustasi yang cukup kuat. Oleh karena itu, untuk menanggulangi


(61)

kemiskinan di Kelurahan ini perlu dilakuka secara terpadu dan dukungan dari berbagai pihak yang peduli dengan program penanggulangan kemiskinan. Terlepas dari hambatan yang ada, masalah kemiskinan di Kelurahan Karang Berombak perlu segera ditanggulangi. Karena itu, kebersamaan dari seluruh komponen masyarakat mutlak diperlukan untuk keberhasilan program penanggulangan kemiskinan. Tanpa rasa kebersamaan yang tinggi , maka upaya penanggulangan kemiskinan dapat dipastikan akan menghadapi banyak kendala bahkan dapat diduga akan gagal sama sekali.

Kesenjangan sosial merupakan salah satu masalah yang terdapat di Kelurahan Karang Berombak, berdasarkan hasil PS (Pemetaan Swadaya) oleh tim relawan. Tim PS yang terdiri dari unsur warga masyarakat, tim fasilitator PNPM Mandiri Perkotaan dan aparat kelurahan ditemukan berbagai masalah di Kelurahan ini. Cakupannya kompleks, mulai dari permasalahan infrastruktur dasar sampai pada masalah sosial kemasyarakatan. Akan tetapi Tim PS mengklarifikasikannya ke dalam beberapa komponen yaitu komponen lingkungan, sosial dan ekonomi. Hal ini sesuai dengan anjuran dan petunjuk yang diberikan Fasilitator PNPM Mandiri Perkotaan kepada relawan dan masyarakat Kelurahan Karang Berombak.

Adapun masalah-masalah yang ditemukan pada saat PS dan Lokakarya PJM Pronangkis di Kelurahan Karang Berombak adalah sebagai berikut :

a. Masalah pada sektor lingkungan 1. Jalan Lingkungan yang rusak

Pada umumnya akses menuju perumahan warga miskin sudah ada, akan tetapi kondisi jalan tersebut sebagian besar tidak layak, baik gang maupun gang besar. Hal tersebut sangat menghambat mobilitas warga dalam melakukan aktifitasnya sehari-hari.


(62)

2. Saluran air (parit)

Permasalahan yang banyak ditemukan yaitu masalah saluran air yang biasanya pada waktu hari hujan selalu terjadi banjir disebabkan oleh saluran air yang tidak lancar (mampet) serta berdampak buruk pada warga sekitarnya,

3. Tempat Pembuangan Sampah

Di Kelurahan Karang Berombak kesadaran warga untuk membuang sampah pada tempatnya masih rendah. Hal ini disebabkan oleh sangat terbatasnya fasilitas pembuangan sampah di lingkungan warga sehingga sampah tidak terurus yang pada akhirnya jadi sumber panyakit.

b. Masalah Pada Sektor Sosial 1. Orang-orang Jompo

Di Kelurahan Karang Berombak jumlah orang jompo (lansia) masih cukup banyak, sayangnya saranan dan fasilitas untuk mengurus dan menampung mereka belum ada. Kondisi mereka mayoritas sangat memperihatinkan karena keluarganya tergolong tidak mampu.

2. Yatim Piatu

Yatim Piatu merupakan fenomena yang sangat umum dan mereka pada umumnya tergolong masyarakat miskin sehingga kebutuhan dasar anak yatim ini masih terabaikan dan terus terpuruk.

3. Anak terancam putus sekolah

Jumlah anak terancam putus sekolah masih terdapat di Kelurahan Karang Berombak yang disebabkan oleh ketidakmampuan orang tua untuk menyekolahkan anaknya, walaupun telah ada program pemerintah pada sektor pendidikan, akan tetapi sebahagian besar warga miskin masih merasakan sulit


(1)

5.3.4.2 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Ada atau Tidaknya Tunggakan dalam Pengembalian Pinjaman Bergulir

Berdasarkan hasil data di lapangan maka dapat diambil kesimpulan bahwa semua responden yaitu sebanyak 45 orang (100%) menyatakan bahwa mereka tidak pernah menunggak pengembalian pinjaman. Hal ini terbukti dari wawancara yang dilakukan dengan pihak UPK bahwa tingkat pengembalian pinjaman selalu 100%. Pihak UPK menjelasakan bahwa, jika terjadi sekali saja ada penunggakan oleh 1 orang di satu lingkungan, maka lingkungan tersebut tidak akan menerima pinjaman bergulir lagi. Oleh karena itu, setiap anggota KSM berusaha untuk selalu tepat waktu dalam pengembalian pinjaman bergulir.

Melalui wawancara yang dilakukan oleh pihak UPK Nora, mengatakan, “ Jika ada dari anggota KSM yang menunggak maka anggota KSM yang lain harus bersedia tanggung renteng dalam hal membayar atau melunasi pinjaman tersebut. dan anggota KSM yang menunggak ini harus membayar hutangnya dengan anggota KSM yang lain. Tetapi sampai saat ini belum ada anggota KSM yang menunggak dalam pengembalian pinjaman.”


(2)

Tabel 5.20

Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Tabungan KSM Membantu dalam Pengembalian Pinjaman Bergulir

No Kategori Frekuensi %

1 Sangat Membantu 22 48,88

2 Membantu 23 51,11

Jumlah 45 100

Sumber: Kuesioner, 2012

Berdasarkan tabel 5.20 maka dapat dijelaskan bahwa dengan adanya tabungan KSM dapat membantu para responden dalam pengembalian pinjaman bergulir. Hal ini terbukti dari jawaban para responden yang menyambut positif dengan adanya tabungan KSM, sehingga para responden terbantu dalam pengembalian pinjaman bergulir.

5.3.4.3 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Tabungan KSM per Bulan Dari hasil data maka dapat disimpulkan bahwa semua responden atau sebanyak 45 orang (100%) menjawab bahwa setiap anggota KSM menyisihkan uangnya kurang dari Rp 25.000 untuk ke tabungan KSM. Tabungan ini berfungsi untuk membantu anggota KSM jika salah satu anggota KSM mengalami kesulitan dalam hal pengembalian pinjaman. Anggota KSM bersedia bahwa mereka tidak akan mengambil tabungan tersebut sebelum pinjaman mereka lunas.


(3)

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan

Pada uraian dan analisa data yang telah dilakukan penulis terhadap objek penelitian ini, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain :

1. Berdasarkan hasil analisa bab V penulis menyimpulkan bahwa Pelaksanaan Pinjaman Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Karang Berombak sudah terlaksana dengan baik atau dapat dikatakan telah efektif, hal ini terlihat dari segi kualitas yaitu pelayanan yang baik diberikan oleh pihak BKM kepada KSM atau penerima manfaat,dimana pihak BKM melakukan proses pemberdayaan kepada KSM. Dari segi kuantitas yaitu dilihat dari modal yang dipinjamkan dan jenis usaha yang dijalankan. Begitu juga dari dampak dilihat dari adanya peningkatan pendapatan yang diterima oleh responden setelah menerima pinjaman bergulir, dan dari ketepatan waktu sudah menunjukkan hasil yang baik. Tingkat pengembalian pinjaman bergulir juga selalu 100% yaitu tidak lebih dari 12 bulan, yang artinya setiap responden mempunyai tanggung jawab dalam hal mengembalikan pinjaman.

2. Program Pinjaman Bergulir di Kelurahan Karang Berombak termasuk salah satu Kelurahan yang terbaik untuk saat ini dalam menjalankan Dana Bergulir hal ini terbukti dari respon warga Kelurahan Karang Berombak yang menerima dengan baik adanya program PNPM Mandiri Perkotaan khususnya


(4)

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan, maka yang menjadi saran penulis dalam penelitian ini adalah :

1. Disarankan kepada pihak BKM Rose di Kelurahan Karang Berombak agar mereka mampu memberikan penambahan modal yang lebih banyak agar para responden dapat memenuhi indikator tingkat kualitas, kuantitas, dampak, dan waktu pelaksanaan pinjaman bergulir agar tercapainya tingkat efektivitas yang diharapkan.

2. Disarankan agar pihak Koordinator PNPM Mandiri Kota Medan agar lebih dapat mengkoordinir para fasilitator disetiap kelurahan untuk dapat memberikan pelatihan-pelatihan di masyarakat, agar masyarakat mampu mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga mereka mampu berdiri secara mandiri.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. 2006. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta

Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press

Ivancevich, Jhon M.,Robert Konopaske dan Michael T. Matteson.2007. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta: Erlangga

Kementrian Pekerjaan Umum. 2010. Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan. Jakarta: Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementrian Pekerjaan Umum

Kementrian Pekerjaan Umum. 2010. Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pinjaman

Bergulir. Jakarta: Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementrian Pekerjaan

Umum

Kementrian Pekerjaan Umum. 2010. Pinjaman Dana Bergulir Pelatihan Khusus. Jakarta: Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementrian Pekerjaan Umum

Kuncoro, Mudrajad Ph.D.2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah. Jakarta: Erlangga


(6)

Sigit, Soehardi. 2003.Esensi Perilaku Organisasional.Yogyakarta: BPFE Universitas Sarjanawiyata Taman Siswa

Silalahi, Ulber.2009.Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama

Soetomo.2008.Strategi-Strategi Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sugiyono.2008.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.Bandung: Alfabeta

Tampubolon, P. Manahan.2008.Perilaku Keorganisasian.Bogor:Ghalia Indonesia

Sumber-Sumber Lain


Dokumen yang terkait

“Efektivitas Pelaksanaan Pembangunan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM –MP) Di Desa Hutapadang Kota Padangsidimpuan Hutaimbaru

1 83 111

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan (studi kasus : Pinjaman Bergulir di Kelurahan Bantan Kecamatan Tembung)

4 79 75

Analisis Dampak Program Pnpm Mandiri Perkotaan Bidang Infrastruktur Terhadap Pendapatan Masyarakat Di Kota Tebing Tinggi

0 35 104

Dampak Program Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Medan Kota

0 95 100

Efektifitas Pelaksanaan Program Pinjaman Bergulir (PNPM Mandiri Perkotaan) di Kelurahan Karang Berombak Kecamatan Medan Barat Kota Medan

0 27 245

Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan ( Studi Kasus Irigasi Pertanian Di Desa Aritonang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara)

3 57 116

EFEKTIVITAS PROGRAM PINJAMAN BERGULIR TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Efektivitas Program Pinjaman Bergulir Terhadap Kesejahteraan Masyarakat (Studi Korelasi Pada PNPM Mandiri Perkotaan di BKM “Amanah Sejahtera” Kelurahan Siswodipuran Kecamatan Boyolal

0 0 18

EFEKTIVITAS PROGRAM PINJAMAN BERGULIR TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Efektivitas Program Pinjaman Bergulir Terhadap Kesejahteraan Masyarakat (Studi Korelasi Pada PNPM Mandiri Perkotaan di BKM “Amanah Sejahtera” Kelurahan Siswodipuran Kecamatan Boyolal

0 0 20

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT-MANDIRI PERKOTAAN (PNPM-MP) PROGRAM PINJAMAN BERGULIR DI KELURAHAN SIWALAN KECAMATAN GAYAMSARI KOTA SEMARANG.

1 7 80

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN DI KELURAHAN DELINGAN KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN KARANGANYAR.

0 0 15