Dampak Program Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Medan Kota

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Pengertian Kemiskinan dan Penyebab Kemiskinan
Dalam arti proper, kemiskinan dipahami sebagai keadaan kekurangan uang dan

barang untuk menjamin kelangsungan hidup. Prastyo (2010) menyatakan bahwa
kemiskinan adalah suatu intergrated concept yang memiliki lima dimensi, yaitu:
1) kemiskinan (proper), 2) ketidakberdayaan (powerless), 3) kerentanan menghadapi
situasi darurat (state of emergency), 4) ketergantungan (dependence), dan
5) keterasingan (isolation) baik secara geografis maupun sosiologis. Yulianto (2005)
menyatakan kemiskinan adalah kekurangan barang-barang dan pelayanan-pelayanan
yang dibutuhkan untuk mencapai suatu standar hidup yang layak.
Berdasarkan Perpres Nomor 7 Tahun 2005 tentang RPJMN, kemiskinan terjadi
ketika seseorang atau sekelompok orang, baik laki-laki dan perempuan, tidak terpenuhi
hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang
bermartabat. Menurut Ridlo (2001) definisi ini beranjak dari pendekatan berbasis hak
yang mengakui bahwa masyarakat miskin mempunyai hak-hak dasar yang sama
dengan anggota masyarakat lainnya. Ketidaksamaan kesempatan untuk mengakumulasi

basis kekuatan sosial yang meliputi: aset, sumber-sumber keuangan, organisasi dan
jaringan sosial, pengetahuan dan informasi untuk memperoleh pekerjaan menjadikan
seseorang menjadi miskin.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Effendi (1993) kemiskinan dapat ditinjau dari tinjauan ekonomi, sosial
dan politik. Secara ekonomi kemiskinan adalah kekurangan sumber daya yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan. Secara sosial kemiskinan diartikan
kekurangan jaringan sosial dan struktur untuk mendapatkan kesempatan-kesempatan
meningkatkan

produktivitas.

Sedangkan

secara

politik


kemiskinan

diartikan

kekurangan akses terhadap kekuasaan
Sedangkan Nugroho dan Dahuri (2004) menyatakan bahwa dari aspek ekonomi,
kemiskinan merupakan kesenjangan antara lemahnya daya pembelian (positif) dan
keinginan untuk memenuhi kebutuhan dasar (normatif). Dari aspek sosial, kemiskinan
mengindikasikan potensi perkembangan masyarakat yang rendah. Sedangkan dari
aspek politik, kemiskinan berhubungan dengan rendahnya kemandirian masyarakat.
Kemiskinan didefinisikan sebagai standar hidup yang rendah, yaitu adanya
suatu tingkat kekurangan materi dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum
berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Secara ekonomis, kemiskinan juga dapat
diartikan sebagai kekurangan sumberdaya yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kesejehtaraan sekelompok orang. Kemiskinan memberi gambaran situasi serba
kekurangan seperti terbatasnya modal yang dimiliki, rendahnya pengetahuan dan
keterampilan, rendahnya produktivitas, rendahnya pendapatan, lemahnya nilai tukar
hasil produksi orang miskin dan terbatasnya kesempatan berperan serta dalam
pembangunan.
Penyebab kemiskinan dapat terjadi karena kondisi alamiah dan ekonomi,

kondisi struktural dan sosial, serta kondisi kultural (budaya). Kemiskinan alamiah dan

Universitas Sumatera Utara

ekonomi timbul akibat keterbatasan sumber daya alam, manusia, dan sumberdaya lain
sehingga peluang produksi relatif kecil dan tidak dapat berperan dalam pembangunan.
Kemiskinan struktural dan sosial disebabkan hasil pembangunan yang belum merata,
tatanan kelembagaan dan kebijakan dalam pembangunan. Sedangkan kemiskinan
kultural (budaya) disebabkan sikap atau kebiasaan hidup yang merasa kecukupan
sehingga menjebak seseorang dalam kemiskinan (Nugroho dan Dahuri, 2004).
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Propenas menyebutkan
berdasarkan penyebabnya kemiskinan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kemiskinan
kronis (chronic poverty) yang disebabkan: (1) sikap dan kebiasaan hidup masyarakat
yang tidak produktif; (2) keterbatasan sumber daya dan keterisolasian; dan (3)
rendahnya taraf pendidikan dan derajat kesehatan, terbatasnya lapangan kerja, dan
ketidakberdayaan masyarakat, dan kemiskinan sementara (transient poverty) yang
disebabkan (1) perubahan siklus ekonomi dari kondisi normal menjadi krisis ekonomi;
(2) perubahan yang bersifat musiman seperti kasus kemiskinan nelayan dan pertanian
tanaman pangan; dan (3) bencana alam atau dampak dari suatu kebijakan.
Penyebab kemiskinan yang lain menurut Cox (2004) berupa: (1) Kemiskinan

yang diakibatkan globalisasi berupa dominasi negara-negara maju terhadap negaranegara berkembang; (2) Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan berupa
rendahnya partisipasi dalam pembangunan dan peminggiran proses pembangunan;
(3) Kemiskinan sosial yang yang dialami oleh perempuan, anak-anak dan kelompok
minoritas karena ketidakberdayaan mereka; dan (4) Kemiskinan karena faktor-faktor

Universitas Sumatera Utara

eksternal seperti konflik, bencana alam, kerusakan lingkungan dan tingginya jumlah
penduduk.
Menurut Prastyo (2010) beberapa sumber dan proses penyebab terjadinya
kemiskinan, yaitu:
a. Policy induces processes, yaitu proses pemiskinan yang dilestarikan, direproduksi
melalui pelaksanaan suatu kebijakan, diantaranya adalah kebijakan anti kemiskinan,
tetapi relitanya justru melestarikan.
b. Socio-economic dualism, negara bekas koloni mengalami kemiskinan karena poal
produksi kolonial, yaitu petani menjadi marjinal karena tanah yang paling subur
dikuasai petani sekala besar dan berorientasi ekspor.
c. Population growth, prespektif yang didasari oleh teori Malthus, bahwa
pertambahan penduduk seperti deret ukur sedangkan pertambahan pangan seperti
deraet hitung.

d. Resaurces management and the environment, adalah unsur mismanagement sumber
daya alam dan lingkungan, seperti manajemen pertanian yang asal tebang akan
menurunkan produktivitas.
e. Natural cycle and processes, kemiskinan terjadi karena siklus alam. Misalnya
tinggal dilahan kritis, dimana lahan itu jika turun hujan akan terjadi banjir, akan
tetapi jika musim kemarau kekurangan air, sehingga tidak memungkinkan
produktivitas yang maksimal dan terus-menerus.

Universitas Sumatera Utara

f. The marginalization of woman, peminggiran kaum perempuan karena masih
dianggap sebagai golongan kelas kedua, sehingga akses dan penghargaan hasil
kerja yang lebih rendah dari laki-laki.
g. Cultural and ethnic factors, bekerjanya faktor budaya dan etnik yang memelihara
kemiskinan. Misalnya pada pola konsumtif pda petani dan nelayan ketika panenj
raya, serta adat istiadat yang konsumtif saat upacara adat atau keagamaan.
h. Exploatif inetrmediation, keberadaan penolong yang menjadi penodong, seperti
rentenir.
i. Inetrnal political fragmentation and civil stratfe, suatu kebijakan yang diterapkan
pada suatu daerah yang fragmentasi politiknya kuat, dapat menjadi penyebab

kemiskinan.
j. Interbational processe, bekerjanya sistem internasional (kolonialisme dan
kapitalisme) membuat banyak negara menjadi miskin.
Penyebab kemiskinan menurut masyarakat miskin sendiri adalah kurangnya
modal, pendidikan, keterampilan, dan kesempatan kerja; dan rendahnya pendapatan
(Tim Studi KKP, 2004). Kuncoro (2004) mencoba mengidentifikasi penyebab
kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi. Pertama, ketidaksamaan pola kepemilikan
sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Kedua,
perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia yang berkaitan dengan produktivitas
dan upah yang rendah. Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam
modal.

Universitas Sumatera Utara

2.2.

Jenis Kemiskinan
Menurut Suryawati (2005) kemiskinan dibagi dalam empat bentuk, yaitu:

a. Kemiskinan absolut, kondisi dimana seseorang memiliki pendapatan di bawah garis

kemiskinan atau tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan,
kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang dibutuhkan untuk bisa hidup dan
bekerja.
b. Kemiskinan relatif, kondisi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang
belum menjangkau seluruh masyarakat, sehingga menyebabkan ketimpangan pada
pendapatan.
c. Kemiskinan kultural, mengacu pada persoalan sikap seseorang atau masyarakat
yang disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau berusaha memperbaiki
tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif meskipun ada bantuan dari pihak
luar.
d. Kemiskinan struktural, situasi miskin yang disebabkan oleh rendahnya akses
terhadap sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem sosial budaya dan sosial
politik yang tidak mendukung pembebasan kemiskinan, tetapi seringkali
menyebabkan suburnya kemiskinan.
Kemiskinan juga dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
a. Kemiskinan alamiah, berkaitan dengan kelangkaan sumber daya alam dan
prasarana umum, serta keadaan tanah yang tandus.

Universitas Sumatera Utara


b. Kemiskinan buatan, lebih banyak diakibatkan oleh sistem modernisasi atau
pembangunan yang membuat masyarakat tidak mendapat menguasai sumber daya,
sarana, dan fasilitas ekonomi yang ada secara merata.
Soegijoko (1997) kemiskinan absolut keberadaannya masih dapat dihilangkan
(poverty alleviation), sedangkan kemiskinan relatif keberadaannya tidak dapat
dihilangkan, tetapi hanya dapat dikurangi intensitasnya (poverty reduction).

2.3.

Efektivitas Berbagai Program Penanggulangan Kemiskinan
Persoalan kemiskinan merupakan persoalan yang sangat kompleks. Banyak

faktor

yang

berperan

menjadi


penyebab

kemiskinan.

Ketidakberuntungan

(disadvantages) yang melekat pada keluarga miskin, keterbatasan kepemilikan aset
(poor), kelemahan kondisi fisik (physically weak), keterisolasian (isolation), kerentaan
(vulnerable),dan ketidakberdayaan (powerless) adalah berbagai penyebab mengapa
keluarga miskin selalu kekurangan dalammemenuhi dasar hidup, seperti pangan,
sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan layak untuk anak-anaknya. Kondisi serba
kekurangan dari masyarakat miskin tersebut menyebabkan mereka tidak dapat
menjalankan fungsi sosialnya. Selain itu, kultur kemiskinan yang masih kental dalam
masyarakat dengan budaya tolong-menolong, pada satu sisi dapat bersifat positif,
namun di sisi yang lain juga dapat mengaburkan arti kemiskinan yang sebenarnya.
Orang yang sebenarnya sangat miskin, merasa tidak terlalu miskin karena
bantuan sosial di sekelilingnya. Kondisi kemiskinan juga menjadi diperparah karena
kewajiban sosial yang ditanggung keluarga miskin, seperti kewajiban menyumbang.
Situasi yang seperti ini menyebabkan berbagai program penanggulangan kemiskinan


Universitas Sumatera Utara

dan

pembangunan

pedesaan

menghadapi

hambatan

dalam

pelaksanaannya

(Listyaningsih, 2004).
Berbagai program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan selama ini
menunjukkan keseriusan dalam penanggulangan kemiskinan. Mulai dari program yang
ditujukan untuk petani, memalui berbagai skim kredit dan subsidi, sampai pada

berbagai program pemberdayaan untuk keluarga miskin, seperti pemberian dana
bergulir, program ekonomi produktif, pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir.
Namun berbagai program tersebut belum secara signifikan mampu menurunkan jumlah
penduduk

miskin,

sehingga

memunculkan

pertanyaan

mengapa

banyak

programpenanggulangan kemiskinan tidak efektif atau bagaimana bentuk program
penangulangan kemiskinan yang efektif.
Kelemahan berbagai program penanggulangan kemiskinan, diawali dari
beberapa persoalan berikut.
a. Program yang dilaksanakan berpedoman pada perguliran dana bantuan. Karena
konsepnya adalah bergulir, logikanya yang mampu mengikuti program tersebut
adalah mereka yang memiliki usaha produktif, dan kecil kemungkinan masyarakat
yang benar-benar miskin dapat mengikuti program dana bergulir.
b. Kecilnya peluang rumah tangga miskin ikut dalam pola pergliran disebabkan
karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, sehingga sangat beresiko
terhadap keberhasilan program.

Universitas Sumatera Utara

c. Adanya gejala ketidaktepatan pendataan penduduk miskin, yang terutama
dilakukan petugas desa (banjar) yang cenderung pilih kasih, sehingga data
pendudukmiskin untuk penanggulangan kemiskinan menjadi tidak tepat sasaran.
d. Kecenderungan adanya pemilihan daerah sasaran program dengan harapan tingkat
keberhasilannya dapat lebih diukur. Hal ini berakibat pula pada salah sasaran.
e. Sikap mental penduduk miskin yang cenderung pasrah, menerima apa adanya,
merasa miskin adalah nasib, takdir dan lainnya adalah sikap mental yang
menghambat program kemiskinan.
f. Program-program yang cenderung member ‘ikan’, bukan kail dan atau cara
memancing dapat menggeser perilaku masyarakat yang justru ingin menjadi miskin
agar mendapat bantuan kemiskinan, bukan justru berupaya bagaimana mereka
dapat ke luar dari kemiskinan.

2.4.

Kesejahteraan Masyarakat
Ada tiga komponen yang dapat diukur dari hakekat pembangunan. Ketiga

komponen itu adalah kecukupan (sustenance), jati diri (self-esteem) serta kebebasan
(freedom). Ketiga hal inilah yang merupakan tujuan pokok yang harus dicapai oleh
setiap orang dan masyarakat dalam proses pembangunan. Ketiganya berkaitan secara
langsung dengan kebutuhan-kebutuhan manusia yang mendasar, yang terwujud dalam
berbagai macam manifestasi (bentuk) di hampir semua masyarakat dan budaya
sepanjang zaman Todaro (1998).
Selain bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pembangunan
juga berupaya menumbuhkan aspirasi dan tuntutan masyarakat untuk mewujudkan

Universitas Sumatera Utara

kehidupan yang lebih baik. Salah satu akibat dari pembangunan yang hanya
menerapkan paradigma pertumbuhan semata, adalah munculnya kesenjangan antara
kaya dan miskin, serta pengangguran yang merajalela.
Badan Pusat Statistik (2000) menyatakan bahwa komponen kesejahteraan yang
dapat dipakai sebagai indikator kesejahteraan masyarakat adalah kependudukan,
tingkat kesehatan dan gizi masyarakat, pendapatan masyarakat, tingkat pendidikan,
ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi masyarakat, keadaan perumahan dan
lingkungan, dan keadaan sosial budaya.
Komponen lain yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat misalnya
luas kepemilikan lahan (Djohar, 1999). Hal ini dimungkinkan karena dilihat dari segi
ekonomi, lahan/tanah merupakan earning asset yang dapat digunakan untuk
menghasilkan pendapatan, sedangkan dilihat dari segi sosial, lahan/tanah dapat
menentukan status sosial seseorang terutama di daerah pedesaan.
Menyadari bahwa pembangunan selalu membawa dampak, baik positif maupun
negatif, maka diperlukan indikator-indikator untuk mengukur kinerja pembangunan.
Selama ini tingkat pendapatan perkapita banyak digunakan untuk mengukur kinerja
pembangunan, terutama pembangunan perekonomian suatu negara, namun hal itu tidak
cukup memberikan gambaran yang nyata tentang tingkat kesejahteraan masyarakat.

2.5.

Pengembangan Wilayah
Di dalam sebuah wilayah terdapat berbagai unsur pembangunan yang dapat

digerakkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Unsur dimaksud seperti
sumber daya alam (natural resources), sumber daya manusia (human resources),

Universitas Sumatera Utara

infrastruktur (infrastructure), teknologi (technology) dan budaya (culture) (Miraza,
2005).
Menurut Sirojuzilam dan Mahalli (2010) pengembangan dapat diartikan sebagai
suatu kegiatan menambah, meningkatkan, memperbaiki atau memperluas. Konsep
pengembangan wilayah di Indonesia lahir dari suatu proses iteratif yang
menggabungkan dasar-dasar pemahaman teoritis dengan pengalaman-pengalaman
praktis sebagai bentuk penerapannya yang bersifat dinamis
Sedangkan Sirojuzilam (2005) pengembangan wilayah pada dasarnya
mempunyai arti peningkatan nilai manfaat wilayah bagi masyarakat suatu wilayah
tertentu mampu menampung lebih banyak penghuni, dengan tingkat kesejahteraan
masyarakat yang rata-rata banyak sarana/prasarana, barang atau jasa yang tersedia dan
kegiatan usaha-usaha masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis, intensitas,
pelayanan maupun kualitasnya.
Pada hakekatnya pembangunan wilayah bertujuan untuk menciptakan berbagai
alternatif yang lebih baik bagi setiap anggota masyarakatnya guna mencapai citacitanya. Penciptaan berbagai alternatif tersebut dicirikan oleh adanya proses
transformasi ekonomi dan struktural melalui peningkatan kapasitas produksi dan
produkstivitas rata-rata tenaga kerja, peningkatan pendapatan, penurunan disparitas
pendapatan, perubahan struktur distribusi kekuasaan antar golongan masyarakat kearah
yang lebih adil, serta transformasi kultural dan tata nilai. Perubahan yang terjadi
diharapkan lebih mengarah kepada perbaikan mutu hidup dan kehidupan masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

Todaro (2000) pembangunan wilayah bertujuan untuk mencapai pertumbuhan
pendapatan perkapita yang cepat, menyediakan dan memperluas kesempatan kerja,
memeratakan pendapatan, memperkecil disparitas kemakmuran antar daerah/regional
serta mendorong transformasi perekonomian yang seimbang antara sektor pertanian
dan industri melalui pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia tapi dengan tetap
memperhatikan aspek kelestariannya (sustainable).
Tingkat hidup/kesejahteraan dicerminkan oleh semakin banyak tersedianya
kebutuhan fisik dibarengi dengan perbaikan mutu kehidupan yang meliputi mutu
lingkungan fisik, pola konsumsi, rasa aman, tersedianya alternatif jenis pekerjaan yang
dapat dimasuki. Dengan demikian upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat akan
dapat tercapai dan semakin terbukanya kesempatan bagi masyarakat untuk melakukan
pengembangan diri.
Tujuan pengembangan wilayah yang bersifat universal ialah peningkatan taraf
hidup atau mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang semakin lama semakin baik.
Orang dikatakan sejahtera kalau dia dengan kekuatan sendiri dapat memenuhi
kebutuhan hidup, baik yang bersifat fisiologis atau biologis maupun kebutuhan sosial
psikologis, dengan kualitas, kuantitas dan intensitas yang memadai.
Suatu wilayah dapat dikembangkan apabila memiliki sumberdaya alam yang
dilengkapi dengan sumber daya manusia dengan tingkat pendidikan, tingkat
kebudayaan, teknologi dan modal yang cukup memadai untuk dapat mengolah dan
memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia guna kemakmuran dan kesejahteraan
rakyatnya.

Universitas Sumatera Utara

2.6.

Penelitian Terdahulu
Dewi, Suhendra dan Susanti (2010) dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh

Pinjaman Dana Bergulir Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan Terhadap
Peningkatan Pendapatan Usaha Kelompok Swadaya Masyarakat di Kota Depok (Studi
Kasus: Proyek Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) Kelurahan
Pancoranmas, Kecamatan Pancoranmas, Kota Depok)”. Metode analisis yang
dipergunakan yaitu Uji Wilcoxon dan Korelasi Rank Spearman. Hasil penelitian
dengan menggunakan Uji Wilcoxon menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara
modal dan pendapatan usaha KSM sebelum mendapatkan pinjaman dana bergulir
P2KP dengan modal dan pendapatan usaha KSM setelah mendapatkan pinjaman dana
bergulir P2KP di BKM Bina Budi Mulya, Kelurahan Pancoranamas, Kecamatan
Pancoranmas, Kota Depok. Hasil penelitian dengan Korelasi Rank Spearman
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pinjaman dana bergulir P2KP dengan
peningkatan pendapatan usaha kelompok swadaya masyarakat di BKM Bina Budi
Mulya, Kelurahan Pancoranmas, Kecamatan Pancoranmas, Kota Depok.
Sri Rezeki (2006) dalam penelitiannya Analisis Penanggulangan Kemiskinan
Melalui Implementasi Program P2KP di Kota ( Studi Kasus Di Kelurahan Purwoyoso
Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang Tahun 2000 - 2003). Analisis data dalam
penelitian ini dengan menggunakan analisis korelasi dan uji beda. Dari hasil
perhitungan koefisien korelasi (r) antara pendampingan dengan pendapatan usaha, ada
korelasi positif sebesar 0,9932 yang berarti bahwa pendapatan usaha mempunyai
hubungan yang sangat kuat dengan pendampingan. Sedang koefisien determinasinya

Universitas Sumatera Utara

(r2) = 0,9864, yang artinya bahwa pendapatan usaha sebesar 98,64% ditentukan oleh
pendampingan, sisanya 1,36% ditentukan oleh faktor lain. Perhitungan koefisien
korelasi (r) antara pinjaman modal dengan pendapatan usaha, ada korelasi positif
sebesar 0,9883 yang berarti bahwa pendapatan usaha mempunyai hubungan yang
sangat kuat dengan pinjaman modal. Perhitungan koefisien korelasi (r) antara
pendapatan usaha dengan simpanan usaha sebesar 0,9927 dan koefisien determinasinya
(r2) =0,9855 , yang artinya bahwa simpanan usaha sebesar 98,55% ditentukan oleh
pendapatan usaha, sisanya sebesar 1,45% ditentukan oleh faktor lain. Perhitungan
koefisien korelasi antara pendampingan dengan simpanan usaha nilai koefisien
korelasinya sebesar 0,9997 sedang perhitungan koefisien korelasi antara pinjaman
modal dengan simpanan usaha nilai koefisien korelasinya sebesar 0,9989. Sedang
koefisien determinasinya (r2) = 0,9534, yang artinya bahwa simpanan usaha sebesar
95,34% ditentukan oleh pinjaman modal dan sisanya 4,66% ditentukan oleh faktor lain.
Dari hasil analisis uji beda memperlihatkan bahwa pendapatan usaha peserta program
rata – rata per bulan sesudah program mengalami perubahan yang meningkat sampai
76,53%, sedang simpanan usaha peserta program rata – rata per bulan sesudah program
mengalami perubahan yang meningkat sampai 95,23%, hal ini menunjukkan adanya
kemauan dari peserta program berusaha untuk mandiri dalam permodalannya guna
mengelola kegiatan usahanya secara mandiri di masa mendatang.
Cahyaningtyas (2008) dalam penelitiannya Pengaruh Pinjaman Modal Kerja
Bergulir Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) Terhadap
Pengembangan Usaha Masyarakat (Studi Kasus Badan Keswadayaan Mejasem (BKM)

Universitas Sumatera Utara

Desa Mejasem Barat Kecamatan Kramat Kabupaten Tegal). Metode penelitian
menggunakan analisis regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukkan terdapat
pengaruh yang signifikan antara P2KP terhadap pengembangan usaha masyarakat Desa
Mejasem Barat Kabupaten Tegal.

2.6.

Kerangka Pemikiran
Program Dana Bergulir PNPM
Mandiri Perkotaan

Pelaksanaan

Kesejahteraan Masyarakat
Pendapatan

Pengembangan Wilayah
Kecamatan Medan Kota
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Penelitian

2.7.

Hipotesis
Program Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan di Kecamatan Medan Kota

memberikan dampak yang positif terhadap kesejahteraan masyarakat (pendapatan
masyarakat).

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Dampak Program Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Medan Kota

0 95 100

Efektivitas Pelaksanaan Pinjaman Dana Bergulir Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Kelurahan Karang Berombak Kecamatan Medan Barat

9 74 97

PENGARUH PROGRAM DANA BERGULIR PNPM MANDIRI PERKOTAAN TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PENGARUH PROGRAM DANA BERGULIR PNPM MANDIRI PERKOTAAN TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT (Studi kasus di Kelurahan Kricak Kecamatan Tegalrejo di Kota Yogyakarta Provinsi Dae

0 5 15

EFEKTIVITAS PROGRAM PINJAMAN BERGULIR TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Efektivitas Program Pinjaman Bergulir Terhadap Kesejahteraan Masyarakat (Studi Korelasi Pada PNPM Mandiri Perkotaan di BKM “Amanah Sejahtera” Kelurahan Siswodipuran Kecamatan Boyolal

0 0 18

Dampak Program Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Medan Kota

0 0 14

Dampak Program Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Medan Kota

0 0 2

Dampak Program Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Medan Kota

0 0 7

Dampak Program Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Medan Kota Chapter III V

0 0 46

Dampak Program Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Medan Kota

0 0 3

Dampak Program Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Medan Kota

0 0 14