Dampak Program Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Medan Kota

(1)

DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR PNPM MANDIRI

PERKOTAAN TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

DI KECAMATAN MEDAN KOTA

TESIS

Oleh

AHMAD SA’I SAMOSIR

097003067/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2012


(2)

DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR PNPM MANDIRI

PERKOTAAN TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

DI KECAMATAN MEDAN KOTA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaanpada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

AHMAD SA’I SAMOSIR

097003067/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2012


(3)

Judul Tesis : DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR PNPM

MANDIRI PERKOTAAN TERHADAP

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KECAMATAN MEDAN KOTA

Nama Mahasiswa : Ahmad Sa’i Samosir Nomor Pokok : 097003067

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD)

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof.Drs.Robinson Tarigan, M.R.P) (Kasyful Mahalli, SE.M.Si)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof.Dr.lic.rer.reg.Sirojuzilam,SE) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)


(4)

Telah diuji pada Tanggal : 10 Mei 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Drs. Robinson Tarigan, M.R.P Anggota : 1. Kasyful Mahalli, SE.M.Si

2. Dr. Drs. H.B. Tarmizi, SU 3. Dr. Ir. Tavi Supriana, MS 4. Agus Suriadi, S.Sos. M.Si


(5)

DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR PNPM MANDIRI PERKOTAAN TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

DI KECAMATAN MEDAN KOTA

ABSTRAK

PNPM Mandiri Perkotaan di Kecamatan Medan Kota telah dilaksanakan di 12 (duabelas) Kelurahan dan meliputi 274 KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) sebagai realisasi upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui program dana bergulir untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis kegiatan program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan yang telah dilaksanakan di Kecamatan Medan Kota dan menganalisis dampak program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan terhadap kesejahteraan masyarakat Kecamatan Medan Kota. Sampel responden diambil sebanyak 100 orang dari 12 Kelurahan yang terdapat di Kecamatan Medan Kota yang memperoleh pinjaman dana bergulir

Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di Kecamatan Medan Kota berdasarkan pelaksanaan yang telah dilakukan Penanggung Jawab Operasional (PJOK) berjalan cukup baik, hal ini disebabkan kegiatan pelaksanaan berjalan sesuai dengan prosedur Pedoman Umum PNPM Mandiri Perkotaan, seperti dilaksanakannya Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM), Diskusi Kelompok Terarah (DKT) atau Focus Group Discussion (FGD), Pemetaan Swadaya, Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan (PJM Pronangkis) dan Mekanisme Penyaluran Dana dan Pemanfaatan Bantuan. Selain itu dalam pelaksanaan program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan juga melibatakan partisipasi masyarakat dalam mengikuti proses pelaksanaan program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan, dimana partisipasi masyarakat dalam perencanaan program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan menunjukkan pada tingkat selalu ikut yaitu 63,00 %, dan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan menunjukkan pada tingkat selalu ikut yaitu 52,00 %. Program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan memberikan dampak positif terhadap pendapatan masyarakat, hal ini disebabkan pendapatan masyarakat Kecamatan Medan Kota meningkat setelah adanya program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan. Namun rata-rata pendapatan masyarakat masih di bawah Pendapatan Perkapita Kecamatan Medan Kota.


(6)

IMPACT OF REVOLVING FUND PROGRAM PNPM URBAN MANDIRI FOR

PUBLIC WELFARE IN THE SUB DISTRICT MEDAN CITY

ABSTRACT

PNPM Urban Mandiri in the Sub District Medan City was held in 12 (twelve) village and includes the 274 SHGs (Self-Help Groups) as a realization of efforts to improve public welfare through the revolving fund program to increase public revenue.

The purpose of this study to analyze the activity of the revolving fund program PNPM Urban Mandiri was held in Sub District Medan city and analyze the impact of a revolving fund program PNPM Urban Mandiri Urban for public welfare in Sub District Medan City. Sample of respondents drawn as many as 100 people from 12 village located in the city of Medan District obtained a revolving loan fund

The results suggest the implementation of PNPM Urban Mandiri in the Sub District Medan city that has been done on the implementation of Operational Responsibility (PJOK) went pretty well, this is due to the implementation of the activities run in accordance with the procedures, such as the implementation of Community Readiness Rembug (RKM), Focus Group Discussions (DKT ) or the Focus Group Discussion (FGD), Mapping the Self, the Medium Term Plan for Poverty Reduction Program (PJM Pronangkis) and Disbursement Mechanisms and Use of Assistance. Also in implementation of a revolving fund program PNPM Urban Mandiri can also be seen from the level of community participation in implementation of the program follows the process of PNPM Uirban Mandiri revolving fund, in which public participation in planning revolving fund program PNPM Urban Mandiri show at the level that is 63.00% have been involved, and public participation in the implementation of PNPM Urban Mandiri program revolving fund show at the level that is 52.00% have been involved. Revolving fund program PNPM Urban Mandiri a positive impact on people's income, this is due to the Sub District Medan City revenues increased after the introduction of a revolving fund program PNPM Urban Mandiri. However, average incomes per capita income is still below the Sub District Medan City.


(7)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Kuasa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul: Dampak Program Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Medan Kota. Tesis ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

Tesis ini merupakan sebuah karya yang mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu tidak lupa penyusun sampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada: Bapak Prof. Drs. Robinson Tarigan, M.R.P, selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan Bapak Kasyful Mahalli, SE.M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktunya, memberi saran, dukungan, pengetahuan dan bimbingan kepada penulis hingga tesis ini selesai.

Pada kesempatan ini tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE. selaku Ketua Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapk/Ibu dosen pembanding sekaligus penguji tesis yang telah memberikan masukan-masukan demi kesempurnaan tesis ini.

4. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda dan Ibunda yang telah membesarkan, mendidik dan membimbing penulis hingga dewasa serta member motivasi dalam peneyelesaian pendidikan ini.

5. Isteri tercinta yang senantiasa berdoa dan memberikan dorongan dan perhatian yang tulus ikhlas sehingga dapat menyelesaikan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis yang dikerjakan sebatas kemampuan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan sehat, saran dan masukan dari semu pihak. Akhir kata, semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.

Medan, Mei 2012 Penulis


(8)

RIWAYAT HIDUP

Ahmad Sa’i Samosir, lahir di Medan pada tanggal 24 Nopember 1968 anak keempat dari enam bersaudara, Ayah Aminuddin dan Ibu Almarhum Dumasari Harahap. Isteri Agustina Harahap dan telah dikaruniai empat orang anak. Muhammad Sultan Nadhar, Anisa Fhatin, Agis Nadira, dan Muhammad Haidar Azimi.

Tamat Sekolah Dasar Univa No.1 Medan pada tahun 1981, melanjutkan ke SMP Negeri 13 pada tahun 1984. Menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas SMA Negeri 2 Medan pada tahun 1987. Pada Tahun 1996 melanjutkan pendidikan di STIA LAN RI jurusan Manajemen Program Pembangunan dan memperoleh sarjana pada tahun 2000.

Pada bulan juli 1990 sampai sekarang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil pada Pemerintah Kota Medan. Dan pada tahun 2010 melanjutkan pendidikan Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.


(9)

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Pengertian Kemiskinan dan Penyebab Kemiskinan ... 8

2.2. Jenis Kemiskinan ... 13

2.3. Efektivitas Berbagai Program Penanggulan Kemiskinan ... 14

2.4. Kesejahteraan Masyarakat ... 16

2.5. Pengembangan Wilayah ... 17

2.6. Penelitian Terdahulu ... 20

2.7. Kerangka Pemikiran ... 22

2.8. Hipotesis ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 23

3.2. Lokasi Penelitian ... 23

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 24

3.4. Populasi dan Sampel ... 24

3.5. Analisis Data ... 25

3.6. Definisi Variabel Operasional ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 28

4.2. Gambaran Umum PNPM Mandiri Perkotaan ... 39

4.3. Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di Kecamatan Medan Kota ... 44

4.3.1. Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM) ... 44

4.3.2. Diskusi Kelompok Terarah (DKT) atau Focus Group Discussion (FGD) ... 46


(11)

4.3.3. Pemetaan Swadaya ... 47

4.3.4. Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan (PJM Pronangkis) ... 48

4.3.5. Mekanisme Penyaluran Dana dan Pemanfaatan Bantuan 50 4.4. Dampak PNPM Mandiri Perkotaan terhadap Kesejahteraan Masyarakat ... 55

4.4.1. Karakteristik Responden ... 55

4.4.2. Pendapatan Masyarakat ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

5.1. Kesimpulan ... 69

5.2. Saran ... 70


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor

Judul

Halaman

4.1. 4.2. 4.3. 4.4. 4.5. 4.6. 4.7. 4.8. 4.9. 4.10. 4.11. 4.12. 4.13. 4.14. 4.15

Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Medan Tahun 2006-2010 ………... Jumlah dan Persentase Penduduk Kota Medan untuk Tahun 2010 Berdasarkan Kecamatan ………... Luas Wilayah dan Kepadatan penduduk Kota Medan Tahun 2006-2010 ………... Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kota Medan Tahun 2008-2010... Struktur Perekonomian Koat Medan Tahun 2008-2010………... PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Kecamatan di Kota Medan Tahun 2006-2010 (Jutaan Rupiah)…. IPM dan Jumlah Penduduk Miskin Per Kecamatan di Kota Medan Tahun 2010 ……… Partisipasi Masyarakat dalam Indikator I-II terhadap Program Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan ……….. Komposisi Umur Responden ………. Komposisi Pendidikan Responden ……… Komposisi Jenis Kelamin Responden ………... Komposisi Pekerjaan Responden ……….. Pendapatan Masyarakat Sebelum dan Sesudah ada Bantuan Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Berdasarkan Harga Berlaku .. Pendapatan Masyarakat Sebelum dan Sesudah ada Bantuan dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Berdasarkan Harga Konstan(Rp/bulan) ……….... Hasil Perhitungan Pendapatan Masyarakat Sesudah dan Sebelum Adanya Program Dana Begulir PNPM Mandiri Perkotaan ……

30 31 32 35 36 37 39 54 55 56 57 57 59 63 66


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. 4.1. 4.2.

Kerangka Pemikiran Penelitian ………. Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan Tahun 2006-2010 (%) …. Mekanisme Penyaluran dan Pencairan Dana oleh BKM/UPK ..

22 33 52


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuisioner Penelitian ………. 74

2. Tabulasi Data Responden ………. 76

3. Partisipasi Masyarakat dalam PNPM Mandiri Perkotaan ……… 79 4. Pendapatan Masyarakat Kecamatan Medan Kota (Rp/bulan) ……….. 82 5. Hasil Uji-t Pendapatan Masyarakat ……….. 85 6. Peta Administrasi Kota Medan ……… 86


(15)

DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR PNPM MANDIRI PERKOTAAN TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

DI KECAMATAN MEDAN KOTA

ABSTRAK

PNPM Mandiri Perkotaan di Kecamatan Medan Kota telah dilaksanakan di 12 (duabelas) Kelurahan dan meliputi 274 KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) sebagai realisasi upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui program dana bergulir untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis kegiatan program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan yang telah dilaksanakan di Kecamatan Medan Kota dan menganalisis dampak program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan terhadap kesejahteraan masyarakat Kecamatan Medan Kota. Sampel responden diambil sebanyak 100 orang dari 12 Kelurahan yang terdapat di Kecamatan Medan Kota yang memperoleh pinjaman dana bergulir

Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di Kecamatan Medan Kota berdasarkan pelaksanaan yang telah dilakukan Penanggung Jawab Operasional (PJOK) berjalan cukup baik, hal ini disebabkan kegiatan pelaksanaan berjalan sesuai dengan prosedur Pedoman Umum PNPM Mandiri Perkotaan, seperti dilaksanakannya Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM), Diskusi Kelompok Terarah (DKT) atau Focus Group Discussion (FGD), Pemetaan Swadaya, Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan (PJM Pronangkis) dan Mekanisme Penyaluran Dana dan Pemanfaatan Bantuan. Selain itu dalam pelaksanaan program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan juga melibatakan partisipasi masyarakat dalam mengikuti proses pelaksanaan program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan, dimana partisipasi masyarakat dalam perencanaan program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan menunjukkan pada tingkat selalu ikut yaitu 63,00 %, dan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan menunjukkan pada tingkat selalu ikut yaitu 52,00 %. Program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan memberikan dampak positif terhadap pendapatan masyarakat, hal ini disebabkan pendapatan masyarakat Kecamatan Medan Kota meningkat setelah adanya program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan. Namun rata-rata pendapatan masyarakat masih di bawah Pendapatan Perkapita Kecamatan Medan Kota.


(16)

IMPACT OF REVOLVING FUND PROGRAM PNPM URBAN MANDIRI FOR

PUBLIC WELFARE IN THE SUB DISTRICT MEDAN CITY

ABSTRACT

PNPM Urban Mandiri in the Sub District Medan City was held in 12 (twelve) village and includes the 274 SHGs (Self-Help Groups) as a realization of efforts to improve public welfare through the revolving fund program to increase public revenue.

The purpose of this study to analyze the activity of the revolving fund program PNPM Urban Mandiri was held in Sub District Medan city and analyze the impact of a revolving fund program PNPM Urban Mandiri Urban for public welfare in Sub District Medan City. Sample of respondents drawn as many as 100 people from 12 village located in the city of Medan District obtained a revolving loan fund

The results suggest the implementation of PNPM Urban Mandiri in the Sub District Medan city that has been done on the implementation of Operational Responsibility (PJOK) went pretty well, this is due to the implementation of the activities run in accordance with the procedures, such as the implementation of Community Readiness Rembug (RKM), Focus Group Discussions (DKT ) or the Focus Group Discussion (FGD), Mapping the Self, the Medium Term Plan for Poverty Reduction Program (PJM Pronangkis) and Disbursement Mechanisms and Use of Assistance. Also in implementation of a revolving fund program PNPM Urban Mandiri can also be seen from the level of community participation in implementation of the program follows the process of PNPM Uirban Mandiri revolving fund, in which public participation in planning revolving fund program PNPM Urban Mandiri show at the level that is 63.00% have been involved, and public participation in the implementation of PNPM Urban Mandiri program revolving fund show at the level that is 52.00% have been involved. Revolving fund program PNPM Urban Mandiri a positive impact on people's income, this is due to the Sub District Medan City revenues increased after the introduction of a revolving fund program PNPM Urban Mandiri. However, average incomes per capita income is still below the Sub District Medan City.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang layak bagi seluruh rakyat yang pada gilirannya akan mewujudkan kesejahteraan penduduk Indonesia. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah menurunkan tingkat kemiskinan. Kemiskinan merupakan salah satu penyakit dalam ekonomi, sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang merupakan permasalahan yang kompleks dan bersifat multidimensional. Oleh karena itu, upaya pengentasan kemiskinan harus dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu (Nasir, Saichudin, dan Maulizar, 2008).

Kemiskinan menjadi salah satu ukuran terpenting untuk mengetahui tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga. Sebagai suatu ukuran agregat, tingkat kemiskinan di suatu wilayah lazim digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan di wilayah tersebut. Dengan demikian, kemiskinan menjadi salah satu tema utama pembangunan. Keberhasilan dan kegagalan pembangunan acapkali diukur berdasarkan perubahan pada tingkat kemiskinan (Suryahadi dan Sumarto, 2001). Kemiskinan terjadi karena kemampuan masyarakat pelaku ekonomi tidak sama, sehingga terdapat masyarakat yang tidak dapat ikut serta dalam proses pembangunan atau menikmati hasil-hasil pembangunan (Soegijoko, 1997).


(18)

Kemiskinan merupakan masalah pembangunan yang ditandai dengan pengangguran, keterbelakangan, dan keterpurukan. Masyarakat miskin lemah dalam kemampuan berusaha dan mempunyai akses yang terbatas kepada kegiatan sosial ekonomi. Permasalahan kemiskinan sangat kompleks dan upaya penanggulangannya harus dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu (Hendriwan, 2003).

Dalam penanggulangan persoalan kemiskinan maka pemerintah memandang perlu untuk memberikan bantuan kepada masyarakat miskin di perkotaan melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan. PNPM Mandiri Perkotaan terdiri dari program fisik dan program non fisik. Program fisik merupakan program pembangunan dan rehabilitasi lingkungan seperti pembangunan sarana dan prasarana seperti pembangunan dan perbaikan parit. Program non fisik terdiri dari kegiatan sosial dan kegiatan ekonomi. Kegiatan sosial meliputi bantuan pendidikan, kesehatan dan pelatihan wirausaha kepada masyarakat. Kegiatan ekonomi meliputi bantuan pinjaman bergulir kepada masyarakat yang memiliki usaha.

Kegiatan ekonomi menjadi kajian dalam penelitian ini. Bentuk pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan adalah sebagai berikut : a) memberikan bantuan kepada masyarakat miskin di perkotaan dalam bentuk pinjaman dana yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan yang diusulkan masyarakat, baik yang sifatnya bergulir maupun hibah. Dana pinjaman PNPM Mandiri Perkotaan merupakan dana pinjaman yang disalurkan kepada kelompok-kelompok swadaya masyarakat (KSM) secara langsung dengan sepengetahuan konsultan yang mengelola PNPM Mandiri Perkotaan


(19)

di suatu wilayah kerja, sepengetahuan penanggung jawab operasional (PJOK) yang ditunjuk dan sepengetahuan warga masyarakat setempat melalui kelembagaan masyarakat yang dibentuk. Dana pinjaman tersebut dapat dimanfaatkan sebagai modal kerja suatu usaha produktif, pembangunan prasarana dan sarana dasar lingkungan, serta pengembangan sumber daya manusia, dan b) memberikan bantuan teknis berupa pendampingan kepada masyarakat dalam rangka membantu pembentukan organisasi di tingkat komunitas, dan melakukan upaya bagi peningkatan kesejahteraan melalui peningkatan ekonomi, perbaikan sarana dan prasarana lingkungan, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan demikian masyarakat mampu melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi dalam rangka penanggulangan berbagai masalah kemiskinan yang dihadapi.

Salah satu tujuan PNPM Mandiri Perkotaan mempercepat upaya penanggulangan kemiskinan melalui penyediaan dana pinjaman untuk pengembangan kegiatan usaha produktif dan pembukaan lapangan kerja baru dan peningkatan kemampuan perorangan dalam keluarga miskin melalui upaya bersama berlandaskan kemitraan, yang mampu menumbuhkan usaha–usaha baru yang bersifat produktif dengan berbasis pada usaha kelompok..

Melalui program ini keluarga miskin ditumbuhkan minat dan gairahnya untuk berwirausaha dan dibantu untuk mengembangkannya, sehingga mereka dapat meningkatkan kemampuan sosial ekonominya sesuai dengan tahapan keluarga sejahtera agar dapat lepas dari keterbelakangan sosial, ekonomi dan budaya.


(20)

Dalam pelaksanaan pengentasan masyarakat dari kemiskinan, PNPM Mandiri Perkotaan meletakkan sasaran utamanya kepada Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang tergolong kalangan ekonomi lemah untuk ditumbuhkan kemandiriannya. Sehingga bukan masyarakat miskin secara perseoranganlah yang akan diberdayakan, melainkan sejumlah orang dalam masyarakat yang tergabung dalam suatu wadah KSM yang dikenai tindakan berupa pemberian bantuan pinjaman usaha ekonomi produktif.

Keinginan dan semangat meningkatkan usaha ini akan muncul manakala keluarga–keluarga yang bersangkutan memahami dengan pasti manfaat dana pinjaman dan pendampingan dari PNPM Mandiri Perkotaan serta mendapatkan pada saat yang tepat dan dukungan lainnya yang memungkinkan keluarga tersebut mengembangkan potensinya. Dengan memahami arti dan manfaat dana pinjaman dan pendampingan dari PNPM Mandiri Perkotaan yang disalurkan kepada mereka kemungkinan akan lebih efektif, jika dibandingkan apabila mereka kurang memiliki semangat berusaha dan belum memahami dengan pasti manfaat bantuan dana PNPM Mandiri Perkotaan.

Dana yang dipergunakan untuk modal usaha produktif merupakan dana pinjaman bergulir yang pengelolaannya dilakukan oleh masyarakat melalui suatu wadah yang dibentuk masyarakat, dibantu Konsultan Manajemen Wilayah (KMW). Wadah dimaksud merupakan kelembagaan masyarakat yang disebut Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) yang beranggotakan para tokoh masyarakat dan perwakilan KSM, serta warga yang disyahkan melalui Badan Hukum (Akte Notaris). Pemberian pinjaman modal usaha produktif yang bersifat sementara tersebut diharapkan dapat merangsang pengusaha kecil (KSM) untuk mendorong produksi


(21)

sehingga dapat meningkatkan pendapatannya. Dengan meningkatnya pendapatan maka kesejahteraan dan keadilan masyarakat dapat terwujud (Dewi, Suhendra, dan Susanti, 2010).

PNPM Mandiri Perkotaan di Kecamatan Medan Kota telah dilaksanakan di 12 (duabelas) Kelurahan dan meliputi 274 KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat). Dana pinjaman program P2KP yang diterimakan setiap kelurahan berkisar antara Rp.50 juta hingga Rp.200 juta tergantung luas wilayah, jumlah penduduk kelurahan dan pendapatan rata – rata (income) penduduk. Sebagai realisasi upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat terutama bagi keluarga miskin yang dalam hal ini masyarakat yang memiliki usaha tetapi dengan modal yang terbatas, maka program PNPM Mandiri Perkotaan di Kecamatan Medan Kota sudah menunjukkan adanya perubahan terhadap pendapatan masyarakat.

Berdasarkan alasan tersebut di atas, maka penelitian ini dilakukan dalam rangka mencari tahu sejauh mana keberhasilan pemanfaatan pinjaman dana program PNPM Mandiri Perkotaan di Kecamatan Medan Kota dalam upaya untuk menanggulangi kemiskinan di perkotaan, untuk itu penulis melakukan penelitian Dampak Program Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Medan Kota.


(22)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kegiatan program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan yang telah dilaksanakan di Kecamatan Medan Kota ?

2. Bagaimana dampak program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan terhadap kesejahteraan masyarakat Kecamatan Medan Kota ?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Menganalisis kegiatan program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan yang telah dilaksanakan di Kecamatan Medan Kota.

2. Menganalisis dampak program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan terhadap kesejahteraan masyarakat Kecamatan Medan Kota.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi pemerintah Kecamatan Medan Kota dalam memberdayakan program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan yang lebih baik di masa mendatang, sehingga kesejahteraan rakyat dan pengembangan wilayah menjadi lebih meningkat.

2. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat dan pihak pendamping PNPM Mandiri Perkotaan yang terlibat langsung dalam program penanggulangan kemiskinan


(23)

perkotaan untuk dapat lebih dapat bijaksana dalam mengelola pembangunan masyarakat perkotaan.

3. Sebagai bahan masukan bagi para peneliti lain yang berminat melakukan kajian sejenis.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Kemiskinan dan Penyebab Kemiskinan

Dalam arti proper, kemiskinan dipahami sebagai keadaan kekurangan uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup. Prastyo (2010) menyatakan bahwa

kemiskinan adalah suatu intergrated concept yang memiliki lima dimensi, yaitu: 1) kemiskinan (proper), 2) ketidakberdayaan (powerless), 3) kerentanan menghadapi

situasi darurat (state of emergency), 4) ketergantungan (dependence), dan 5) keterasingan (isolation) baik secara geografis maupun sosiologis. Yulianto (2005)

menyatakan kemiskinan adalah kekurangan barang-barang dan pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu standar hidup yang layak.

Berdasarkan Perpres Nomor 7 Tahun 2005 tentang RPJMN, kemiskinan terjadi ketika seseorang atau sekelompok orang, baik laki-laki dan perempuan, tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Menurut Ridlo (2001) definisi ini beranjak dari pendekatan berbasis hak yang mengakui bahwa masyarakat miskin mempunyai hak-hak dasar yang sama dengan anggota masyarakat lainnya. Ketidaksamaan kesempatan untuk mengakumulasi basis kekuatan sosial yang meliputi: aset, sumber-sumber keuangan, organisasi dan jaringan sosial, pengetahuan dan informasi untuk memperoleh pekerjaan menjadikan seseorang menjadi miskin.


(25)

Menurut Effendi (1993) kemiskinan dapat ditinjau dari tinjauan ekonomi, sosial dan politik. Secara ekonomi kemiskinan adalah kekurangan sumber daya yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan. Secara sosial kemiskinan diartikan kekurangan jaringan sosial dan struktur untuk mendapatkan kesempatan-kesempatan meningkatkan produktivitas. Sedangkan secara politik kemiskinan diartikan kekurangan akses terhadap kekuasaan

Sedangkan Nugroho dan Dahuri (2004) menyatakan bahwa dari aspek ekonomi, kemiskinan merupakan kesenjangan antara lemahnya daya pembelian (positif) dan keinginan untuk memenuhi kebutuhan dasar (normatif). Dari aspek sosial, kemiskinan mengindikasikan potensi perkembangan masyarakat yang rendah. Sedangkan dari aspek politik, kemiskinan berhubungan dengan rendahnya kemandirian masyarakat.

Kemiskinan didefinisikan sebagai standar hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Secara ekonomis, kemiskinan juga dapat diartikan sebagai kekurangan sumberdaya yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejehtaraan sekelompok orang. Kemiskinan memberi gambaran situasi serba kekurangan seperti terbatasnya modal yang dimiliki, rendahnya pengetahuan dan keterampilan, rendahnya produktivitas, rendahnya pendapatan, lemahnya nilai tukar hasil produksi orang miskin dan terbatasnya kesempatan berperan serta dalam pembangunan.

Penyebab kemiskinan dapat terjadi karena kondisi alamiah dan ekonomi, kondisi struktural dan sosial, serta kondisi kultural (budaya). Kemiskinan alamiah dan


(26)

ekonomi timbul akibat keterbatasan sumber daya alam, manusia, dan sumberdaya lain sehingga peluang produksi relatif kecil dan tidak dapat berperan dalam pembangunan. Kemiskinan struktural dan sosial disebabkan hasil pembangunan yang belum merata, tatanan kelembagaan dan kebijakan dalam pembangunan. Sedangkan kemiskinan kultural (budaya) disebabkan sikap atau kebiasaan hidup yang merasa kecukupan sehingga menjebak seseorang dalam kemiskinan (Nugroho dan Dahuri, 2004).

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Propenas menyebutkan berdasarkan penyebabnya kemiskinan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kemiskinan kronis (chronic poverty) yang disebabkan: (1) sikap dan kebiasaan hidup masyarakat yang tidak produktif; (2) keterbatasan sumber daya dan keterisolasian; dan (3) rendahnya taraf pendidikan dan derajat kesehatan, terbatasnya lapangan kerja, dan ketidakberdayaan masyarakat, dan kemiskinan sementara (transient poverty) yang disebabkan (1) perubahan siklus ekonomi dari kondisi normal menjadi krisis ekonomi; (2) perubahan yang bersifat musiman seperti kasus kemiskinan nelayan dan pertanian tanaman pangan; dan (3) bencana alam atau dampak dari suatu kebijakan.

Penyebab kemiskinan yang lain menurut Cox (2004) berupa: (1) Kemiskinan yang diakibatkan globalisasi berupa dominasi negara maju terhadap negara-negara berkembang; (2) Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan berupa

rendahnya partisipasi dalam pembangunan dan peminggiran proses pembangunan; (3) Kemiskinan sosial yang yang dialami oleh perempuan, anak-anak dan kelompok


(27)

eksternal seperti konflik, bencana alam, kerusakan lingkungan dan tingginya jumlah penduduk.

Menurut Prastyo (2010) beberapa sumber dan proses penyebab terjadinya kemiskinan, yaitu:

a. Policy induces processes, yaitu proses pemiskinan yang dilestarikan, direproduksi melalui pelaksanaan suatu kebijakan, diantaranya adalah kebijakan anti kemiskinan, tetapi relitanya justru melestarikan.

b. Socio-economic dualism, negara bekas koloni mengalami kemiskinan karena poal produksi kolonial, yaitu petani menjadi marjinal karena tanah yang paling subur dikuasai petani sekala besar dan berorientasi ekspor.

c. Population growth, prespektif yang didasari oleh teori Malthus, bahwa pertambahan penduduk seperti deret ukur sedangkan pertambahan pangan seperti deraet hitung.

d. Resaurces management and the environment, adalah unsur mismanagement sumber daya alam dan lingkungan, seperti manajemen pertanian yang asal tebang akan menurunkan produktivitas.

e. Natural cycle and processes, kemiskinan terjadi karena siklus alam. Misalnya tinggal dilahan kritis, dimana lahan itu jika turun hujan akan terjadi banjir, akan tetapi jika musim kemarau kekurangan air, sehingga tidak memungkinkan produktivitas yang maksimal dan terus-menerus.


(28)

f. The marginalization of woman, peminggiran kaum perempuan karena masih dianggap sebagai golongan kelas kedua, sehingga akses dan penghargaan hasil kerja yang lebih rendah dari laki-laki.

g. Cultural and ethnic factors, bekerjanya faktor budaya dan etnik yang memelihara kemiskinan. Misalnya pada pola konsumtif pda petani dan nelayan ketika panenj raya, serta adat istiadat yang konsumtif saat upacara adat atau keagamaan.

h. Exploatif inetrmediation, keberadaan penolong yang menjadi penodong, seperti rentenir.

i. Inetrnal political fragmentation and civil stratfe, suatu kebijakan yang diterapkan pada suatu daerah yang fragmentasi politiknya kuat, dapat menjadi penyebab kemiskinan.

j. Interbational processe, bekerjanya sistem internasional (kolonialisme dan kapitalisme) membuat banyak negara menjadi miskin.

Penyebab kemiskinan menurut masyarakat miskin sendiri adalah kurangnya modal, pendidikan, keterampilan, dan kesempatan kerja; dan rendahnya pendapatan (Tim Studi KKP, 2004). Kuncoro (2004) mencoba mengidentifikasi penyebab kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi. Pertama, ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Kedua, perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia yang berkaitan dengan produktivitas dan upah yang rendah. Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal.


(29)

2.2. Jenis Kemiskinan

Menurut Suryawati (2005) kemiskinan dibagi dalam empat bentuk, yaitu: a. Kemiskinan absolut, kondisi dimana seseorang memiliki pendapatan di bawah garis

kemiskinan atau tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan, kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang dibutuhkan untuk bisa hidup dan bekerja.

b. Kemiskinan relatif, kondisi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat, sehingga menyebabkan ketimpangan pada pendapatan.

c. Kemiskinan kultural, mengacu pada persoalan sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif meskipun ada bantuan dari pihak luar.

d. Kemiskinan struktural, situasi miskin yang disebabkan oleh rendahnya akses terhadap sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem sosial budaya dan sosial politik yang tidak mendukung pembebasan kemiskinan, tetapi seringkali menyebabkan suburnya kemiskinan.

Kemiskinan juga dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:

a. Kemiskinan alamiah, berkaitan dengan kelangkaan sumber daya alam dan prasarana umum, serta keadaan tanah yang tandus.


(30)

b. Kemiskinan buatan, lebih banyak diakibatkan oleh sistem modernisasi atau pembangunan yang membuat masyarakat tidak mendapat menguasai sumber daya, sarana, dan fasilitas ekonomi yang ada secara merata.

Soegijoko (1997) kemiskinan absolut keberadaannya masih dapat dihilangkan (poverty alleviation), sedangkan kemiskinan relatif keberadaannya tidak dapat dihilangkan, tetapi hanya dapat dikurangi intensitasnya (poverty reduction).

2.3. Efektivitas Berbagai Program Penanggulangan Kemiskinan

Persoalan kemiskinan merupakan persoalan yang sangat kompleks. Banyak faktor yang berperan menjadi penyebab kemiskinan. Ketidakberuntungan (disadvantages) yang melekat pada keluarga miskin, keterbatasan kepemilikan aset (poor), kelemahan kondisi fisik (physically weak), keterisolasian (isolation), kerentaan (vulnerable),dan ketidakberdayaan (powerless) adalah berbagai penyebab mengapa keluarga miskin selalu kekurangan dalammemenuhi dasar hidup, seperti pangan, sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan layak untuk anak-anaknya. Kondisi serba kekurangan dari masyarakat miskin tersebut menyebabkan mereka tidak dapat menjalankan fungsi sosialnya. Selain itu, kultur kemiskinan yang masih kental dalam masyarakat dengan budaya tolong-menolong, pada satu sisi dapat bersifat positif, namun di sisi yang lain juga dapat mengaburkan arti kemiskinan yang sebenarnya.

Orang yang sebenarnya sangat miskin, merasa tidak terlalu miskin karena bantuan sosial di sekelilingnya. Kondisi kemiskinan juga menjadi diperparah karena kewajiban sosial yang ditanggung keluarga miskin, seperti kewajiban menyumbang. Situasi yang seperti ini menyebabkan berbagai program penanggulangan kemiskinan


(31)

dan pembangunan pedesaan menghadapi hambatan dalam pelaksanaannya (Listyaningsih, 2004).

Berbagai program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan selama ini menunjukkan keseriusan dalam penanggulangan kemiskinan. Mulai dari program yang ditujukan untuk petani, memalui berbagai skim kredit dan subsidi, sampai pada berbagai program pemberdayaan untuk keluarga miskin, seperti pemberian dana bergulir, program ekonomi produktif, pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir. Namun berbagai program tersebut belum secara signifikan mampu menurunkan jumlah penduduk miskin, sehingga memunculkan pertanyaan mengapa banyak programpenanggulangan kemiskinan tidak efektif atau bagaimana bentuk program penangulangan kemiskinan yang efektif.

Kelemahan berbagai program penanggulangan kemiskinan, diawali dari beberapa persoalan berikut.

a. Program yang dilaksanakan berpedoman pada perguliran dana bantuan. Karena konsepnya adalah bergulir, logikanya yang mampu mengikuti program tersebut adalah mereka yang memiliki usaha produktif, dan kecil kemungkinan masyarakat yang benar-benar miskin dapat mengikuti program dana bergulir.

b. Kecilnya peluang rumah tangga miskin ikut dalam pola pergliran disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, sehingga sangat beresiko terhadap keberhasilan program.


(32)

c. Adanya gejala ketidaktepatan pendataan penduduk miskin, yang terutama dilakukan petugas desa (banjar) yang cenderung pilih kasih, sehingga data pendudukmiskin untuk penanggulangan kemiskinan menjadi tidak tepat sasaran. d. Kecenderungan adanya pemilihan daerah sasaran program dengan harapan tingkat

keberhasilannya dapat lebih diukur. Hal ini berakibat pula pada salah sasaran. e. Sikap mental penduduk miskin yang cenderung pasrah, menerima apa adanya,

merasa miskin adalah nasib, takdir dan lainnya adalah sikap mental yang menghambat program kemiskinan.

f. Program-program yang cenderung member ‘ikan’, bukan kail dan atau cara memancing dapat menggeser perilaku masyarakat yang justru ingin menjadi miskin agar mendapat bantuan kemiskinan, bukan justru berupaya bagaimana mereka dapat ke luar dari kemiskinan.

2.4. Kesejahteraan Masyarakat

Ada tiga komponen yang dapat diukur dari hakekat pembangunan. Ketiga komponen itu adalah kecukupan (sustenance), jati diri (self-esteem) serta kebebasan (freedom). Ketiga hal inilah yang merupakan tujuan pokok yang harus dicapai oleh setiap orang dan masyarakat dalam proses pembangunan. Ketiganya berkaitan secara langsung dengan kebutuhan-kebutuhan manusia yang mendasar, yang terwujud dalam berbagai macam manifestasi (bentuk) di hampir semua masyarakat dan budaya sepanjang zaman Todaro (1998).

Selain bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pembangunan juga berupaya menumbuhkan aspirasi dan tuntutan masyarakat untuk mewujudkan


(33)

kehidupan yang lebih baik. Salah satu akibat dari pembangunan yang hanya menerapkan paradigma pertumbuhan semata, adalah munculnya kesenjangan antara kaya dan miskin, serta pengangguran yang merajalela.

Badan Pusat Statistik (2000) menyatakan bahwa komponen kesejahteraan yang dapat dipakai sebagai indikator kesejahteraan masyarakat adalah kependudukan, tingkat kesehatan dan gizi masyarakat, pendapatan masyarakat, tingkat pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi masyarakat, keadaan perumahan dan lingkungan, dan keadaan sosial budaya.

Komponen lain yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat misalnya luas kepemilikan lahan (Djohar, 1999). Hal ini dimungkinkan karena dilihat dari segi ekonomi, lahan/tanah merupakan earning asset yang dapat digunakan untuk menghasilkan pendapatan, sedangkan dilihat dari segi sosial, lahan/tanah dapat menentukan status sosial seseorang terutama di daerah pedesaan.

Menyadari bahwa pembangunan selalu membawa dampak, baik positif maupun negatif, maka diperlukan indikator-indikator untuk mengukur kinerja pembangunan. Selama ini tingkat pendapatan perkapita banyak digunakan untuk mengukur kinerja pembangunan, terutama pembangunan perekonomian suatu negara, namun hal itu tidak cukup memberikan gambaran yang nyata tentang tingkat kesejahteraan masyarakat.

2.5. Pengembangan Wilayah

Di dalam sebuah wilayah terdapat berbagai unsur pembangunan yang dapat digerakkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Unsur dimaksud seperti sumber daya alam (natural resources), sumber daya manusia (human resources),


(34)

infrastruktur (infrastructure), teknologi (technology) dan budaya (culture) (Miraza, 2005).

Menurut Sirojuzilam dan Mahalli (2010) pengembangan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menambah, meningkatkan, memperbaiki atau memperluas. Konsep pengembangan wilayah di Indonesia lahir dari suatu proses iteratif yang menggabungkan dasar-dasar pemahaman teoritis dengan pengalaman-pengalaman praktis sebagai bentuk penerapannya yang bersifat dinamis

Sedangkan Sirojuzilam (2005) pengembangan wilayah pada dasarnya mempunyai arti peningkatan nilai manfaat wilayah bagi masyarakat suatu wilayah tertentu mampu menampung lebih banyak penghuni, dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang rata-rata banyak sarana/prasarana, barang atau jasa yang tersedia dan kegiatan usaha-usaha masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis, intensitas, pelayanan maupun kualitasnya.

Pada hakekatnya pembangunan wilayah bertujuan untuk menciptakan berbagai alternatif yang lebih baik bagi setiap anggota masyarakatnya guna mencapai cita-citanya. Penciptaan berbagai alternatif tersebut dicirikan oleh adanya proses transformasi ekonomi dan struktural melalui peningkatan kapasitas produksi dan produkstivitas rata-rata tenaga kerja, peningkatan pendapatan, penurunan disparitas pendapatan, perubahan struktur distribusi kekuasaan antar golongan masyarakat kearah yang lebih adil, serta transformasi kultural dan tata nilai. Perubahan yang terjadi diharapkan lebih mengarah kepada perbaikan mutu hidup dan kehidupan masyarakat.


(35)

Todaro (2000) pembangunan wilayah bertujuan untuk mencapai pertumbuhan pendapatan perkapita yang cepat, menyediakan dan memperluas kesempatan kerja, memeratakan pendapatan, memperkecil disparitas kemakmuran antar daerah/regional serta mendorong transformasi perekonomian yang seimbang antara sektor pertanian dan industri melalui pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia tapi dengan tetap memperhatikan aspek kelestariannya (sustainable).

Tingkat hidup/kesejahteraan dicerminkan oleh semakin banyak tersedianya kebutuhan fisik dibarengi dengan perbaikan mutu kehidupan yang meliputi mutu lingkungan fisik, pola konsumsi, rasa aman, tersedianya alternatif jenis pekerjaan yang dapat dimasuki. Dengan demikian upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat akan dapat tercapai dan semakin terbukanya kesempatan bagi masyarakat untuk melakukan pengembangan diri.

Tujuan pengembangan wilayah yang bersifat universal ialah peningkatan taraf hidup atau mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang semakin lama semakin baik. Orang dikatakan sejahtera kalau dia dengan kekuatan sendiri dapat memenuhi kebutuhan hidup, baik yang bersifat fisiologis atau biologis maupun kebutuhan sosial psikologis, dengan kualitas, kuantitas dan intensitas yang memadai.

Suatu wilayah dapat dikembangkan apabila memiliki sumberdaya alam yang dilengkapi dengan sumber daya manusia dengan tingkat pendidikan, tingkat kebudayaan, teknologi dan modal yang cukup memadai untuk dapat mengolah dan memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia guna kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya.


(36)

2.6. Penelitian Terdahulu

Dewi, Suhendra dan Susanti (2010) dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Pinjaman Dana Bergulir Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Kelompok Swadaya Masyarakat di Kota Depok (Studi Kasus: Proyek Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) Kelurahan Pancoranmas, Kecamatan Pancoranmas, Kota Depok

)

”. Metode analisis yang dipergunakan yaitu Uji Wilcoxon dan Korelasi Rank Spearman. Hasil penelitian dengan menggunakan Uji Wilcoxon menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara modal dan pendapatan usaha KSM sebelum mendapatkan pinjaman dana bergulir P2KP dengan modal dan pendapatan usaha KSM setelah mendapatkan pinjaman dana bergulir P2KP di BKM Bina Budi Mulya, Kelurahan Pancoranamas, Kecamatan Pancoranmas, Kota Depok. Hasil penelitian dengan Korelasi Rank Spearman menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pinjaman dana bergulir P2KP dengan peningkatan pendapatan usaha kelompok swadaya masyarakat di BKM Bina Budi Mulya, Kelurahan Pancoranmas, Kecamatan Pancoranmas, Kota Depok.

Sri Rezeki (2006) dalam penelitiannya Analisis Penanggulangan Kemiskinan Melalui Implementasi Program P2KP di Kota ( Studi Kasus Di Kelurahan Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang Tahun 2000 - 2003). Analisis data dalam penelitian ini dengan menggunakan analisis korelasi dan uji beda. Dari hasil perhitungan koefisien korelasi (r) antara pendampingan dengan pendapatan usaha, ada korelasi positif sebesar 0,9932 yang berarti bahwa pendapatan usaha mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan pendampingan. Sedang koefisien determinasinya


(37)

(r2) = 0,9864, yang artinya bahwa pendapatan usaha sebesar 98,64% ditentukan oleh pendampingan, sisanya 1,36% ditentukan oleh faktor lain. Perhitungan koefisien korelasi (r) antara pinjaman modal dengan pendapatan usaha, ada korelasi positif sebesar 0,9883 yang berarti bahwa pendapatan usaha mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan pinjaman modal. Perhitungan koefisien korelasi (r) antara pendapatan usaha dengan simpanan usaha sebesar 0,9927 dan koefisien determinasinya (r2) =0,9855 , yang artinya bahwa simpanan usaha sebesar 98,55% ditentukan oleh pendapatan usaha, sisanya sebesar 1,45% ditentukan oleh faktor lain. Perhitungan koefisien korelasi antara pendampingan dengan simpanan usaha nilai koefisien korelasinya sebesar 0,9997 sedang perhitungan koefisien korelasi antara pinjaman modal dengan simpanan usaha nilai koefisien korelasinya sebesar 0,9989. Sedang koefisien determinasinya (r2) = 0,9534, yang artinya bahwa simpanan usaha sebesar 95,34% ditentukan oleh pinjaman modal dan sisanya 4,66% ditentukan oleh faktor lain. Dari hasil analisis uji beda memperlihatkan bahwa pendapatan usaha peserta program rata – rata per bulan sesudah program mengalami perubahan yang meningkat sampai 76,53%, sedang simpanan usaha peserta program rata – rata per bulan sesudah program mengalami perubahan yang meningkat sampai 95,23%, hal ini menunjukkan adanya kemauan dari peserta program berusaha untuk mandiri dalam permodalannya guna mengelola kegiatan usahanya secara mandiri di masa mendatang.

Cahyaningtyas (2008) dalam penelitiannya Pengaruh Pinjaman Modal Kerja Bergulir Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) Terhadap Pengembangan Usaha Masyarakat (Studi Kasus Badan Keswadayaan Mejasem (BKM)


(38)

Desa Mejasem Barat Kecamatan Kramat Kabupaten Tegal). Metode penelitian menggunakan analisis regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara P2KP terhadap pengembangan usaha masyarakat Desa Mejasem Barat Kabupaten Tegal.

2.6. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Penelitian

2.7. Hipotesis

Program Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan di Kecamatan Medan Kota memberikan dampak yang positif terhadap kesejahteraan masyarakat (pendapatan masyarakat).

Pendapatan Program Dana Bergulir PNPM

Mandiri Perkotaan

Kesejahteraan Masyarakat Pelaksanaan

Pengembangan Wilayah Kecamatan Medan Kota


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada dampak program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan terhadap kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Medan Kota dengan menganalisis pelaksanaan program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan di Kecamatan Medan Kota dan bagaimana dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat dengan menganalisis pendapatan masyarakat sebelum memperoleh bantuan program dana bergulir dan pendapatan masyarakat sesudah memperoleh bantuan program dana bergulir.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Kota, yang terdiri dari 12 (duabelas) Kelurahan, yaitu pertimbangan agar hasil penelitian ini berupa dampak dana bergulir Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM Mandiri Perkotaan terhadap kesejahteraan masyarakat dapat digunakan sebagai informasi dalam pengelolaan dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Medan.


(40)

3.3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekuner. Data primer diperoleh melalui serangkaian pertanyaan yang diajukan kepada responden baik yang berbentuk kuisioner maupun wawancara. Data sekunder, diperoleh dari instansi terkait seperti Kantor Kecamatan dan Kantor Kelurahan serta data yang bersumber dari instansi terkait yang mendukung dalam penelitian ini.

3.4. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah kepala keluarga (KK) yang memperoleh program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan di Kecamatan Medan Kota yaitu 1.687 KK. Sampel responden ditetapkan mengikuti pendapat Roscoe (Sugiyono, 2003), yang menyatakan berapapun jumlah populasinya, dalam penelitian sosial ukuran sampel yang layak digunakan adalah antara 30 sampai 500. Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menetapkan anggota sampel penelitian sebanyak 100 Kepala Keluarga (KK) yang memperoleh program dana bergulir, dengan alasan telah melebihi ambang batas kriteria Roscoe, yakni batasan minimal 30 orang. Populasi dan sampel pada masing-masing kelurahan disajikan pada Tabel 3.1.

Sampel responden diambil secara proporsional pada masing-masing kelurahan di Kecamatan Medan Kota dan pengambilan sampel responden dilakukan secara purposive sampling (secara sengaja). Purposive sampling merupakan metode penetapam sampel berdasarkan kriteria tertentu, yang dalam penelitian ini adalah masyarakat yang memperoleh bantuan dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan.


(41)

Tabel 3.1. Populasi dan Sampel Responden

No Kelurahan Populasi Sampel

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Siti Rejo I Sudi Rejo II Sudi Rejo I Teladan Tomur Teladan Barat Pasar Merah Barat Mesjid

Kota Matsum III Sei. Rengas I Pasar Baru Pusat Pasar Pandau Hulu I

140 175 245 175 120 135 235 110 94 63 90 105

140/1687 x 100 = 10 175/1687 x 100 = 15 245/1687 x 100 = 10 175/1687 x 100 = 7 120/1687 x 100 = 14

135/1687 x 100 = 8 235/1687 x 100 = 8 110/1687 x 100 = 7 94/1687 x 100 = 5 63/1687 x 100 = 6 90/1687 x 100 = 6 105/1687 x 100 = 4

Jumlah 1.687 100

3.5. Analisis Data

1. Untuk menguji perumusan masalah pertama pelaksanaan program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan di Kecamatan Medan Kota menggunakan analisis deskriptif, yaitu mendeskriptikan kegiatan program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan yang telah dilaksanakan di Kecamatan Medan Kota.

2. Untuk menguji perumusan masalah kedua dan hipotesis dampak program bergulir PNPM Mandiri Perkotaan terhadap kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Medan Kota, dalam hal ini pendapatan masyarakat menggunakan uji beda rata-rata untuk sampel berpasangan (paired samples test t test), dengan rumus yang digunakan adalah :       + − = 2 1 2 2 , 1 1 1 n n p S x x


(42)

Dimana :

t = uji beda

1

x ,1

bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Tahun 2009

= Rata-rata pendapatan masyarakat sebelum memperoleh program dana

2

x ,1

bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Tahun 2011

= Rata-rata pendapatan masyarakat sesudah memperoleh program dana

n1

Perkotaan

= Jumlah responden sebelum program dana bergulir PNPM Mandiri

n2

Perkotaan

= Jumlah responden sesudah program dana bergulir PNPM Mandiri

s2

Kriteria pengambilan keputusan dalam uji beda rata-rata untuk sampel berpasangan (paired samples test t test), yaitu membandingkan nilai t

p = Simpangan Baku berpasangan

hitung dengan nilai ttabel : Ho diterima jika thitung < ttabel

Ho ditolak (Ha diterima) jika t

pada α = 5%

hitung > ttabel pada α = 5%

3.6. Definisi Variabel Operasional

1. Program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan merupakan program penanggulan kemiskinan perkotaan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kecamatan Medan Kota. 2. Dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan merupakan pinjaman bergulir yang


(43)

3. Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan merupakan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan yang dijalankan Pemerintah Kecamatan Medan Kota sesuai dengan Pedoman Umum PNPM Mandiri Perkotaan.

4. Prosedur merupakan suatu tahapan pekerjaan melibatkan beberapa orang dalam satu kegiatan yang dibuat untuk menjamin kegiatan itu dapat dilaksanakan dengan baik dan terarah.

5. Partisipasi masyarakat merupakan keikutsertaan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan. 6. Keberhasilan pelaksanaan program dan bergulir PNPM Mandiri Perkotaan diukur

dari tepat waktu, tepat sasaran, tepat jadwal dan partisipasi.

7. Kesejahteraan masyarakat merupakan kondisi pendapatan masyarakat

8. Pendapatan masyarakat adalah pendapatan rata-rata kepala rumah tangga sebelum dan sesudah ada program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan (rupiah/bulan).


(44)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Secara astronomis Kota Medan terletak pada posisi 3°30’ - 3°43’ Lintang Utara dan 98°35’ - 98°44’ Bujur Timur dengan luas wilayah 265,10 km2

Di samping itu, Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut dan secara administratif mempunyai batas wilayah sebagai berikut :

. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah dengan topografi yang cenderung miring ke Utara dan menjadi tempat pertemuan 2 sungai penting, yaitu sungai Babura dan sungai Deli.

Sebelah Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka Sebelah Selatan : Kabupaten Deli Serdang

Sebelah Barat : Kabupaten Deli Serdang Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang

Secara administratif, wilayah Kota Medan hampir secara keseluruhan berbatasn dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjang wilayah Utara nya berbatasn langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber Daya alam (SDA), Khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber daya alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli


(45)

Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya. Di samping itu sebagai daerah-daerah jalur pelayaran Selat Malaka, maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun kuar negeri (ekspor-impor).

Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota, kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis secara regional. Sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah daerah. Secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasn langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif dekat dengan kota-kota/negara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia, Singapura dan lain-lain. Demikian juga secara demografis Kota Medan diperkirakan memiliki pangsa pasar barang/jasa yang relatif besar. Hal ini tidak terlepas dari jumlah penduduknya yang relatif besar dimana tahun 2010 telah mencapai 2.109.339 jiwa. Demikian juga secara ekonomis dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor tertier dan sekunder, Kota Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat perdagangan dan keuangan regional/nasional.

Masyarakat Kota Medan merupakan masyarakat yang memiliki kemajemukan meliputi unsur agama, suku, etnis budaya dan adat istiadat. Kehidupan yang penuh kemajemukan tersebut dapat berjalan cukup baik dan harmonis yang dilandasi rasa


(46)

kebersamaan dan saling toleransi serta memiliki rasa kekeluargaan yang cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa karakter masyarakat Kota Medan memiliki sifat keterbukaan dan siap menerima perubahan konstruktif dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan data BPS Kota Medan diketahui ada peningkatan jumlah penduduk Kota Medan pada periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2010.

Tabel 4.1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Medan Tahun 2006-2010

Tahun Jumlah Penduduk (Orang) Laju Pertumbuhan penduduk (%)

2006 2 032 682 1,52

2007 2.083.156 0,77

2008 2.102.105 0,91

2009 2.121.053 0,90

2010* 2.109.339 -0,55

Sumber : BPS Kota Medan, 2011

Keterangan : * Hasil Sensus 2010 Kota Medan

Jumlah penduduk Kota Medan meningkat dari 2.032.682 jiwa pada tahun 2006 menjadi 2.083.156 jiwa pada tahun 2007 dengan laju pertumbuhan penduduk 0,77%. Pada tahun 2008 penduduk Kota Medan berjumlah 2.102.105 jiwa meningkat menjadi 2.121.053 jiwa pada tahun 2009 dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,90%. Sedangkan pada tahun 2010, jumlah penduduk Kota Medan menurun menjadi 2.109.339 jiwa atau menurun sebesar -0,55% dari tahun sebelumnya. Dilihat dari laju pertumbuhannya, penduduk Kota Medan mengalami pertumbuhan yang fluktuatif. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor alami, seperti tingkat kelahiran, kematian dan arus urbanisasi.


(47)

Berdasarkan luas wilayah dan jumlah penduduk per kecamatan di Kota Medan Tahun 2010 disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Jumlah dan Persentase Luas wilayah dan Penduduk Kota Medan untuk Tahun 2010 Berdasarkan Kecamatan

No

Kecamatan Luas Wilayah (km

2

) Jumlah Penduduk (orang)

Luas (km2) % Jlh (orang) %

1. Medan Tuntungan 20,68 7,80 81.974 3,30

2. Medan Johor 12,81 4,83 123.469 5,48

3. Medan Amplas 14,58 5,50 117.776 5,43

4. Medan Kota 11,19 4,22 141.842 6,60

5. Medan Area 9,05 3,41 96.391 5,15

6. Medan Kota 7,99 3,01 72.861 3,97

7. Medan Maimun 5,27 1,99 39.919 2,73

8. Medan Polonia 5,52 2,08 52.552 2,52

9. Medan Baru 5,84 2,20 42.189 2,08

10. Medan Selayang 9,01 3,40 99.367 4,04

11. Medan Sunggal 2,98 1,13 112.426 5,22

12. Medan Helvetia 15,44 5,83 144.478 6,85

13. Medan Petisah 13,16 4,97 62.162 3,21

14. Medan Barat 6,82 2,57 70.713 3,73

15. Medan Timur 5,33 2,01 108.408 5,37

16. Medan Perjuangan 7,76 2,93 93.962 4,98

17. Medan Tembung 4,09 1,54 134.763 6,68

18. Medan Deli 20,84 7,86 167.192 7,08

19. Medan Labuhan 36,67 13,83 111.491 5,04

20. Medan Marelan 23,82 8,99 139.820 5,97

21. Medan Belawan 26,25 9,90 95.584 4,56

Jumlah 265,10 100 2.109 339 100

Sumber : Sensus Penduduk Kota Medan Tahun 2010

Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa luas wilayah Kecamatan Medan Kota seluas 7,99 km2 (3,01%) dari luas wilayah Kota Medan dan jumlah penduduk 72.861 orang (3,97%) dari jumlah penduduk Kota Medan.


(48)

Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Kota Medan dari tahun ke tahun maka rasio kepadatan penduduk Kota Medan juga mengalami peningkatan dikarenakan luas wilayah Kota Medan yang tidak mengalami perubahan (tetap).

Tabel 4.3. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Tahun 2006-2010

Tahun Luas Wilayah (km2) Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)

2006 265,1 7.798

2007 265,1 7.858

2008 265,1 7.929

2009 265,1 8.001

2010 265,1 7.957

Sumber : BPS Kota Medan, 2011

Rasio kepadatan penduduk Kota Medan mengalami peningkatan dari 7.798 jiwa/Km2 pada tahun 2006 menjadi 7.858 jiwa/Km2 pada tahun 2007. Pada tahun 2008 kepadatan penduduk Kota Medan 7.929 jiwa/Km2 meningkat menjadi 8.001 jiwa/Km2 pada tahun 2009 dan menurun menjadi 7.957 jiwa/Km2

Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya merupakan gambaran dari aktifitas perekonomian masyarakat di suatu daerah, disamping juga dapat digunakan sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan dari pelaksanaan pembangunan itu sendiri. Berdasarkan indikator PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000, pertumbuhan ekonomi Kota Medan selama periode 2006 – 2010 menunjukkan perlambatan yang pada tahun 2010. Dilihat dari rasio kepadatan penduduk tersebut maka kepadatan penduduk Kota Medan relatif termasuk tinggi sehingga untuk masa mendatang menjadi salah satu tantangan demografi yang harus diantisipasi. Oleh karena itu, kecenderungan semakin menyempitnya luas lahan berpeluang terjadinya ketidakseimbangan antara daya dukung dan daya tampung lingkungan yang ada.


(49)

berarti. Pertumbuhan ekonomi Kota Medan pada tahun 2006 sebesar 6,98%. Pada tahun 2007 pertumbuhan ekonomi Kota Medan meningkat menjadi sebesar 7,78%, pada tahun 2008 menurun menjadi 6,89%, dan seiring dengan kecenderungan global/regional yang mempengaruhinya pada tahun 2009 terjadi penurunan kembali menjadi sebesar 6,55%. Pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi Kota Medan kembali meningkat menjadi sebesar 7,16%. Selama periode tersebut, rata-rata laju pertumbuhan ekonomi Kota Medan sebesar 7,07% per tahun dan relatif masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata laju pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,66%.

Selanjutnya apabila dianalisis secara sektoral, perlambatan ekonomi Kota Medan umumnya terjadi pada sektor pertanian yang turun dari 3,89% pada tahun 2008 menjadi 0,70% pada tahun 2010, diikuti sektor bangunan yang turun dari 8,07% pada tahun 2008 menjadi 6,85% pada tahun 2010, sektor pengangkutan dan komunikasi yang turun dari 8,15% pada tahun 2008 menjadi 6,98% pada tahun 2010, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dari 10,31% tahun 2008 menjadi 8,75% pada tahun 2010.

Tabel 4.4 . Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kota Medan Tahun 2008 – 2010

No Lapangan Usaha Pertumbuhan (%)

2008 2009 2010

1. Pertanian 3,89 4,18 0,70

2. Pertambangan & Penggalian -13,64 0,00 -3,51

3. Industri Pengolahan 3,91 1,71 4,37

4. Listrik, Gas dan Air Minum 4,52 5,06 7,04

5. Bangunan 8,07 8,22 6,85

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 5,60 8,47 8,62

7. Pengangkutan & Komunikasi 8,15 9,22 6,98

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 10,31 2,92 8,75

9. Jasa-Jasa 7,08 7,42 7,08

PDRB 6,89 6,55 7,16


(50)

Sementara itu, sektor ekonomi yang tumbuh secara signifikan yaitu sektor pertambangan dan penggalain yang meningkat dari 13,64% pada tahun 2008 menjadi -3,51% pada tahun 2010. Sektor industri pengolahan meningkat dari 3,91% pada tahun 2008 menjadi 4,37% pada tahun 2010. Sektor listrik, gas dan air minum yang tumbuh dari 4,52% pada tahun 2008 menjadi 7,04% pada tahun 2010. Sektor perdagangan, hotel dan restoran yang tumbuh dari 5,60% pada tahun 2008 menjadi 8,62% pada tahun 2010. Meningkatnya sektor ekonomi tersebut terutama didorong oleh sektor industri pengolahan, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang berimbas kepada kebutuhan utama sehari-hari seperti listrik, gas dan air minum.

Peranan atau kontribusi sektor ekonomi menunjukkan besarnya kemampuan masing-masing sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah dan menggambarkan ketergantungan daerah terhadap kemampuan memproduksi barang dan jasa dari masing-masing sektor ekonomi. Untuk mengetahui struktur perekonomian Kota Medan dapat dilihat dari kontribusi setiap sektor dalam pembentukan PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku.

Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa struktur ekonomi Kota Medan relatif tidak mengalami pergeseran selama periode 2008 – 2010. Untuk sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor yang paling besar peranannya terhadap pembentukan PDRB Kota Medan dan diikuti sektor pengangkutan dan telekomunikasi. Selanjutnya sektor sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor industri pengolahan, serta sektor bangunan, dan sektor jasa-jasa Sedangkan


(51)

sektor ekonomi yang berkontribusi rendah adalah sektor pertambangan dan penggalian, diikuti sektor listrik, gas dan air minum serta sektor pertanian.

Apabila dianalisis lebih jauh, struktur perekonomian Kota Medan menunjukkan bahwa kontribusi sektor primer cenderung semakin menurun selama periode 2008 – 2010, yakni dari 2,34% pada tahun 2008 menjadi 2,15% di tahun 2010 atau turun sebesar 0,19%. Begitupun kontribusi sektor sekunder yang mengalami penurunan sebesar 0,89% dari 26,84% pada tahun 2008 menjadi 25,95% di tahun 2010. Namun untuk kontribusi sektor tersier menunjukkan kecenderungan yang meningkat selama periode tersebut yakni dari 70,82% pada tahun 2008 menjadi 71,90% pada tahun 2010 atau mengalami peningkatan sebesar 1,08%.

Tabel 4.5. Struktur Perekonomian Kota Medan Tahun 2008 – 2010

No Kelompok Sektor

Kontribusi Terhadap PDRB (%)

2008 2009 2010

1. Primer 2,34 2,29 2,15

Pertanian 2,34 2,29 2,15

Pertambangan dan Penggalian 0,00 0,00 0,00

2. Sekunder 26,84 26,34 25,95

Industri Pengolahan 14,39 13,73 13,38

Listrik, Gas dan Air Bersih 1,41 1,39 1,39

Bangunan 11,04 11,21 11,18

3. Tersier 70,82 71,37 71,90

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 25,93 26,40 26,76

Pengangkutan dan Komunikasi 20,04 20,54 20,51

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 14,62 14,12 14,33

Jasa-Jasa 10,23 10,31 10,30

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS Kota Medan, 2011

Kondisi tersebut memberikan gambaran bahwa struktur atau pola perekonomian Kota Medan telah bergeser dari sektor pertanian (agraris) ke sektor sekunder atau


(52)

sektor jasa yang merupakan ciri spesifik dari daerah perkotaan. Hal ini sejalan dengan fenomena di daerah perkotaan dimana mata pencaharian penduduk mengarah kepada sektor-sektor non agraris. Gejala ini bisa dipahami karena beberapa faktor yang menyebabkan antara lain luas lahan pertanian di daerah perkotaan sangat sempit sehingga daya serap tenaga kerja sektor pertanian semakin sedikit dan tidak memungkinkan bagi penduduk untuk memiliki lahan pertanian yang cukup luas serta lahan diperkotaan merupakan barang berharga dan bernilai sangat tinggi sehingga dari segi ekonomis dimungkinkan untuk kegiatan sektor lainnya, seperti kawasan industri, pertokoan ataupun permukiman.

Perkembangan PDRB perkapita kecamatan-kecamatan di Kota Medan selama periode tahun 2006-2010 dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Kecamatan di Kota Medan Tahun 2006-2010 (Jutaan Rupiah)

No Kecamatan 2006 2007 2008 2009 2010*

Rata-rata

1 Medan Tuntungan 4,26 4,49 4,71 4,99 5,34 4,76

2 Medan Johor 3,53 3,74 3,94 4,21 4,47 3,98

3 Medan Amplas 6,64 7,01 7,42 7,92 8,54 7,51

4 Medan Denai 2,69 2,91 3,06 3,25 3,42 3,07

5 Medan Area 5,03 5,51 5,92 6,26 6,74 5,89

6 Medan Kota 17,05 18,13 19,09 20,35 25,25 19,97

7 Medan Maimun 29,56 27,05 29,30 30,83 33,32 30,01

8 Medan Polonia 55,88 60,78 64,87 69,29 74,34 65,03

9 Medan Baru 27,09 28,79 30,69 32,20 34,55 30,66

10 Medan Selayang 4,11 4,29 4,56 4,82 5,21 4,60

11 Medan Sunggal 8,16 8,64 9,05 9,40 10,07 9,06

12 Medan Helvetia 8,81 9,26 9,78 10,35 11,09 9,86

13 Medan Petisah 20,94 22,46 23,74 25,44 27,28 23,97

14 Medan Barat 69,86 76,46 80,95 82,97 88,66 79,78

15 Medan Timur 16,68 18,33 19,39 20,77 22,26 19,49


(53)

17 Medan Tembung 3,85 4,11 4,30 4,61 4,91 4,36

18 Medan Deli 25,20 26,54 28,20 30,38 32,64 28,59

19 Medan Labuhan 2,30 2,31 2,43 2,58 2,81 2,49

20 Medan Marelan 1,73 1,82 1,89 1,98 2,10 1,90

21 Medan Belawan 19,23 20,69 22,60 22,60 24,02 21,83

Kota Medan 13,17 14,09 14,93 15,76 16,89 14,97 Sumber : PDRB Kota Medan Perkecamatan Tahun 2011

Keterangan : * Angka Sementara (Laporan Bappeda Kota Medan)

Pada Tabel 4.6 terlihat bahwa selama periode tahun 2006-2010 kecamatan-kecamatan yang memiliki rata-rata PDRB perkapita terbesar adalah Kecamatan Medan Barat, Kecamatan Medan Polonia, Kecamatan Medan Baru, Kecamatan Medan Maimun, Kecamatan Medan Deli, Kecamatan Medan Belawan, Kecamatan Medan Kota, dan Kecamatan Medan Timur hal ini disebabkan kecamatan-kecamatan tersebut memiliki PDRB besar dan memiliki jumlah penduduk yang sedikit. Sedangkan kecamatan-kecamatan yang memiliki PDRB perkapita terendah adalah Kecamatan Medan Marelan, Kecamatan Medan Labuhan, Kecamatan Medan Kota, Kecamatan Medan Perjuangan, Kecamatan Medan Johor, dan Kecamatan Medan Tembung, hal ini disebabkan kecamatan-kecamatan tersebut memiliki PDRB rendah dan jumlah penduduk yang besar. Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa Kecamatan Medan Kota memiliki PDRB perkapita terbesar kedelapan dari kecamatan yang ada di Kota Medan.

Berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan jumlah penduduk miskin di Kota Medan dapat dilihat bahwa Kecamatan Medan Kota memiliki IPM 86,00 dan jumlah penduduk miskin sebanyak 10.310 orang, yang berada pada urutan 17 (tujuh belas) berdasarkan kecamatan yang memiliki jumlah penduduk miskin terbesar di Kota


(54)

Tabel 4.7. IPM dan Jumlah Penduduk Miskin Per Kecamatan Di Kota Medan Tahun 2010

No. Kecamatan IPM Penduduk Miskin

2007/2009 Jiwa KK

1. M. Tuntungan 75,0* 11.358 2.747

2. M. Johor 68,20 16.115 3.610

3. M. Amplas 74,5* 16.891 3.801

4. M. Kota 72,2* 22.008 4.415

5. M. Area 82,4* 10.866 2.340

6. M. Kota 86,00 10.310 2.266

7. M. Maimun - 8.985 2.096

8. M. Polonia 84,6* 6.158 1.420

9. M. Baru 83,0* 2.576 608

10. M. Selayang 71,4* 10.639 2.529

11. M. Sunggal - 11.569 2.595

12. M. Helvetia 74,50 13.555 2.943

13. M. Petisah - 6.397 1.462

14. M. Barat 89,9* 11.689 2.660

15. M. Timur 79,6* 15.619 3.666

16. M. Perjuangan 75,40 19.628 4.346

17. M. Tembung 69,6* 21.978 4.777

18. M. Deli 67,90 17.511 4.015

19. M. Labuhan 65,60 24.912 5.313

20. M. Marelan 62,90 32.183 6.959

21. M. Belawan 58,40 50.640 11.028

Kota Medan 341.587 75.596

Sumber : Laporan Program Kerja Pembangunan Kota Medan Bidang Ekonomi Tahun 2010

4.2. Gambaran Umum PNPM Mandiri Perkotaan

PNPM Mandiri Perkotaan merupakan kegiatan lanjutan dari Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) yang dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan. Program ini termasuk salah satu program strategis karena menyiapkan landasan kemandirian masyarakat berupa lembaga kepemimpinan masyarakat yang representatif, mengakar


(55)

dan kondusif bagi perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang serta menyiapkan program masyarakat jangka menengah dalam penanggulangan kemiskinan yang menjadi pengikat dalam kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat.

Visi kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan adalah terciptanya masyarakat yang berdaya yang mampu menjalin sinergi dengan pemerintah daerah serta kelompok peduli setempat dalam rangka menanggulangi kemiskinan dengan efektif, secara mandiri dan berkelanjutan. Sedangkan misi kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan adalah memberdayakan masyarakat perkotaan, terutama masyarakat miskin, untuk menjalin kerjasama sinergis dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli lokal dalam upaya penanggulangan kemiskinan, melalui pengembangan kapasitas, penyediaan sumber daya, dan melembagakan budaya kemitraan antar pelaku pembangunan. Dari visi dan misi tersebut dapat kita pahami bahwa pengembangan kapasitas merupakan salah satu aspek dalam upaya pemberdayaan masyarakat untuk mencapai tujuan utama yaitu menanggulangi kemiskinan.

Tujuan pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan adalah:

a. Mewujudkan masyarakat “Berdaya” dan “Mandiri”, yang mampu mengatasi berbagai persoalan kemiskinan di wilayahnya, sejalan dengan kebijakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

b. Meningkatkan kapasitas Pemerintah Daerah dalam menerapkan model pembangunan partisipatif yang berbasis kemitraan dengan masyarakat dan kelompok peduli setempat


(56)

c. Mewujudkan harmonisasi dan sinergi berbagai program pemberdayaan masyarakat untuk optimalisasi penanggulangan kemiskina

d. Meningkatkan capaian manfaat bagi masyarakat miskin untuk mendorong peningkatan IPM dan pencapaian sasaran MDGs

Sasaran pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan adalah:

a. Terbangunnya lembaga kepemimpinan masyarakat (BKM) yang aspiratif, representatif, dan akuntabel untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya partisipasi serta kemandirian masyarakat

b. Tersedianya PJM Pronangkis sebagai wadah untuk mewujudkan sinergi berbagai program penanggulangan kemiskinan yang komprehensif dan sesuai dengan aspirasi serta kebutuhan masyarakat dalam rangka pengembangan lingkungan permukiman yang sehat, serasi, berjati diri dan berkelanjutan

c. Meningkatnya akses terhadap pelayanan kebutuhan dasar bagi warga miskin dalam rangka meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan pencapaian sasaran MDGs

Pendekatan yang digunakan dalam pencapaian tujuan dari pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan adalah sebagai berikut:

a. Melembagakan pola pembangunan partisipatif yang berorientasi masyarakat miskin dan berkeadilan, melalui pembangunan lembaga kepemimpinan masyarakat (BKM) yang representatif, akuntabel, dan mampu menyuarakan kepentingan masyarakat dalam proses-proses pengambilan keputusan dan Perencanaan Partisipatif dalam menyusun PJM-Pronangkis berbasis pada peningkatan IPM MDGs


(57)

b. Menyediakan stimulan BLM secara transparan untuk mendanai kegiatan penanggulangan kemiskinan yang mudah dilakukan oleh masyarakat dan membuka kesempatan kerja, melalui pembangunan sarana/prasarana lingkungan, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, pengembangan ekonomi lokal dengan prasyarat tertentu, memperkuat keberlanjutan program dengan menumbuhkan rasa memiliki di kalangan masyarakat melalui proses penyadaran kritis, partisipatif, pengelolaan hasil-hasilnya, dan lainnya

c. Meningkatkan kemampuan perangkat pemerintah dalam perencanaan, penganggaran, dan pengembangan paska program

d. Meningkatkan efektifitas perencanaan dan penganggaran yang lebih berorientasi pada masyarakat miskin dan berkeadilan

Kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan dilaksanakan melalui suatu lembaga kepemimpinan masyarakat yang mengakar, representatif dan dipercaya disebut Lembaga Keswadayaan Masyarakat (secara generik disebut Badan Keswadayaan Masyarakat atau disingkat BKM), yang dibentuk melalui kesadaran kritis masyarakat untuk menggali kembali nilai-nilai luhur kemanusiaan dan nilai-nilai kemasyarakatan sebagai pondasi modal sosial (social capital) kehidupan masyarakat.

BKM ini diharapkan mampu menjadi wadah perjuangan kaum miskin dalam menyuarakan aspirasi dan kebutuhan mereka, sekaligus menjadi motor bagi upaya penanggulangan kemiskinan yang dijalankan oleh masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan, mulai dari proses penentuan kebutuhan, pengambilan keputusan, proses penyusunan program, pelaksanaan program hingga pemanfaatan dan pemeliharaan.


(58)

BKM bersama masyarakat bertugas menyusun Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan (yang kemudian lebih dikenal sebagai PJM Pronangkis) secara partisipatif, sebagai prakarsa masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan di wilayahnya secara mandiri. Atas fasilitasi pemerintah dan prakarsa masyarakat, BKM-BKM ini mulai menjalin kemitraan dengan berbagai instansi pemerintah dan kelompok peduli setempat. BKM memiliki unit pelaksana di bawahnya, yaitu Unit Pelaksana Sosial, Unit Pelaksana Lingkungan dan Unit Pelaksana Keuangan. Unit-unit pelaksana ini berada di bawah BKM dan bertanggung jawab kepada BKM. BKM juga bertanggungjawab untuk menjamin keterlibatan semua lapisan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan yang kondusif untuk pengembangan keswadayaan masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan khususnya dan pembangunan masyarakat kelurahan pada umumnya.

Lembaga-lembaga partisipatif lainnya yaitu Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), yang dibentuk di tingkat komunitas atau masyarakat untuk melakukan agenda kegiatan secara langsung. KSM ini dapat dibentuk oleh siapa saja atau kelompok masyarakat apabila diperlukan untuk melaksanakan suatu kegiatan tertentu yang dianggap perlu bagi pembangunan dalam komunitas tersebut.

KSM ini diorganisasikan oleh tim relawan dan dibantu oleh tim fasilitator terdiri dari warga kelurahan yang memiliki ikatan kebersamaan (common bond) dan berjuang untuk mencapai tujuan bersama. KSM ini bukan hanya sekedar pemanfaat pasif melainkan sekaligus sebagai pelaksana kegiatan terkait dengan penangulangan


(59)

kemiskinan yang diusulkan untuk didanai oleh LKM melalui berbagai dana yang mampu digalang.

4.3. Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di Kecamatan Medan Kota

Keberhasilan pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di Kecamatan Medan Kota dapat dilihat dari prosedur yang dilaksanakan oleh Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK) di Kecamatan Medan Kota juga dapat dilihat dari tingkat partisipasi masyarakat dalam mengikuti proses pelaksanaan program dana bergulir PNPM Mandiri Perkotaan.

4.3.1. Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM)

Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM) adalah pertemuan anggota masyarakat. Pertemuan ini secara substantif bertujuan untuk memasyarakatkan PNPM-MP dan menggalang partisipasi masyarakat. Dalam pertemuan ini dikenalkan prinsip dan nilai/konsep, tujuan, maksud, kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan PNPM-MP, serta peran masyarakat dan hal ihwal lain tentang PNPM-MP. Pertemuan ini semaksimal mungkin dapat dihadiri oleh warga secara lengkap.

Sebagaimana disampaikan oleh Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK) Kecamatan Medan Kota dalam wawancara dengan penulis pada tanggal 21 Desember 2011 di Kantor Kecamatan dapat disimpulkan bahwa kegiatan rembug ini sangat bermanfaat bagi masyarakat untuk bisa menerapkan nilai-nilai kebersamaan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri melainkan dengan bantuan orang lain, dan masyarakat sudah merespon dengan baik akan persiapan rembug ini. Akan tetapi sangat disayangkan warga kurang peduli sehingga kesediaan untuk menjadi relawan sangat minim dikarenakan sebagian masyarakat perkotaan yang bersifat individualis, dan aktivitas keseharian yang padat.


(1)

75 b a

76 a b

77 b b

78 a a

79 b b

80 a a

81 a a

82 a b

83 b b

84 a a

85 a a

86 a a

87 a b

88 a a

89 a a

90 c c

91 a a

92 a a

93 c c

94 a b

95 a a

96 c c

97 a a

98 a b

99 a a


(2)

Lampiran 4. Pendapatan Masyarakat Kecamatan Medan Kota (Rp/bulan)

No

Pendapatan Berdasarkan Harga Berlaku

Pendapatan Berdasarkan Harga Konstan Sebelum Ada Bantuan Tahun 2009 Sesudah Ada Bantuan Tahun 2011 Sebelum Ada Bantuan Tahun 2009 Sesudah Ada Bantuan Tahun 2011

1 1500000 1800000 1345764 1614917

2 1500000 1950000 1345764 1749494

3 1600000 2200000 1435482 1973788

4 1650000 2150000 1480341 1928929

5 1800000 2200000 1614917 1973788

6 2000000 2400000 1794353 2153223

7 2400000 2800000 2153223 2512094

8 2200000 2900000 1973788 2601811

9 1800000 2200000 1614917 1973788

10 1700000 2250000 1525200 2018647

11 2000000 2300000 1794353 2063506

12 1700000 2200000 1525200 1973788

13 1500000 1850000 1345764 1659776

14 1400000 1850000 1256047 1659776

15 2100000 2500000 1884070 2242941

16 1700000 2000000 1525200 1794353

17 2000000 2500000 1794353 2242941

18 2100000 2500000 1884070 2242941

19 2200000 2600000 1973788 2332658

20 2000000 2300000 1794353 2063506

21 1800000 2200000 1614917 1973788

22 1700000 2000000 1525200 1794353

23 1500000 1900000 1345764 1704635

24 1800000 2200000 1614917 1973788

25 2200000 2600000 1973788 2332658

26 1600000 2000000 1435482 1794353

27 1800000 2000000 1614917 1794353

28 2100000 2500000 1884070 2242941

29 2200000 2600000 1973788 2332658

30 2200000 2700000 1973788 2422376

31 1600000 2000000 1435482 1794353

32 2300000 2700000 2063506 2422376


(3)

34 1500000 1800000 1345764 1614917

35 1450000 1750000 1300906 1570059

36 1500000 1800000 1345764 1614917

37 1500000 1900000 1345764 1704635

38 1400000 1700000 1256047 1525200

39 1600000 1800000 1435482 1614917

40 1400000 1700000 1256047 1525200

41 1500000 1800000 1345764 1614917

42 1400000 1600000 1256047 1435482

43 1500000 1900000 1345764 1704635

44 1400000 1800000 1256047 1614917

45 1600000 1900000 1435482 1704635

46 1200000 1500000 1076612 1345764

47 1600000 1900000 1435482 1704635

48 1500000 1900000 1345764 1704635

49 1450000 1750000 1300906 1570059

50 2000000 2350000 1794353 2108364

51 1500000 1800000 1345764 1614917

52 1600000 1900000 1435482 1704635

53 1600000 1900000 1435482 1704635

54 1800000 2100000 1614917 1884070

55 1700000 2000000 1525200 1794353

56 1500000 1850000 1345764 1659776

57 1800000 2000000 1614917 1794353

58 1600000 1900000 1435482 1704635

59 1500000 1800000 1345764 1614917

60 1700000 2000000 1525200 1794353

61 1200000 1500000 1076612 1345764

62 1600000 1900000 1435482 1704635

63 2100000 2500000 1884070 2242941

64 1500000 1800000 1345764 1614917

65 1200000 1500000 1076612 1345764

66 1400000 1800000 1256047 1614917

67 2000000 2300000 1794353 2063506

68 1800000 2100000 1614917 1884070

69 1200000 1500000 1076612 1345764

70 1700000 2000000 1525200 1794353

71 1300000 1600000 1166329 1435482


(4)

73 1300000 1500000 1166329 1345764

74 1500000 1850000 1345764 1659776

75 1300000 1600000 1166329 1435482

76 1200000 1500000 1076612 1345764

77 1600000 1800000 1435482 1614917

78 2100000 2500000 1884070 2242941

79 1600000 1800000 1435482 1614917

80 2000000 2300000 1794353 2063506

81 1500000 1800000 1345764 1614917

82 1500000 1950000 1345764 1749494

83 1600000 2200000 1435482 1973788

84 1650000 2150000 1480341 1928929

85 1800000 2200000 1614917 1973788

86 2000000 2400000 1794353 2153223

87 2400000 2800000 2153223 2512094

88 2200000 2900000 1973788 2601811

89 2000000 2200000 1794353 1973788

90 2000000 2250000 1794353 2018647

91 2000000 2300000 1794353 2063506

92 1700000 2200000 1525200 1973788

93 1500000 1850000 1345764 1659776

94 1400000 1850000 1256047 1659776

95 2200000 2500000 1973788 2242941

96 1700000 2000000 1525200 1794353

97 2100000 2500000 1884070 2242941

98 2100000 2500000 1884070 2242941

99 2200000 2600000 1973788 2332658

100 2000000 2300000 1794353 2063506

Tahun

Dasar 2009 1

Inflasi

Tahun 2010 7,65% = 0.0765

1 + 0.0765 =

1.0765 1.0765 x 1.0354

= 1.1146081 Inflasi

Tahun 2011 3,54% = 0.0354

1+ 0.0354 = 1.0354


(5)

Lampiran 5. Hasil Uji-t Pendapatan Masyarakat

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 Sesudah ada

Dana PNPM 1856706.4065 100 312675.08011 31267.50801 Sebelum ada

Dana PNPM 1712000.0000 100 306422.82796 30642.28280

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Sesudah ada Dana PNPM & Sebelum

ada Dana PNPM 100 .963 .000

Paired Samples Test

Paired Differences t df

Sig. (2-tailed)

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 Sesudah ada Dana PNPM - Sebelum ada Dana PNPM

144708.40653 84923.95103 8492.39510 127855.65221 161557.16085 17.040 99 .000


(6)

Dokumen yang terkait

Efektivitas Pelaksanaan Pinjaman Dana Bergulir Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Kelurahan Karang Berombak Kecamatan Medan Barat

9 74 97

PENGARUH PROGRAM DANA BERGULIR PNPM MANDIRI PERKOTAAN TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PENGARUH PROGRAM DANA BERGULIR PNPM MANDIRI PERKOTAAN TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT (Studi kasus di Kelurahan Kricak Kecamatan Tegalrejo di Kota Yogyakarta Provinsi Dae

0 5 15

EFEKTIVITAS PROGRAM PINJAMAN BERGULIR TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Efektivitas Program Pinjaman Bergulir Terhadap Kesejahteraan Masyarakat (Studi Korelasi Pada PNPM Mandiri Perkotaan di BKM “Amanah Sejahtera” Kelurahan Siswodipuran Kecamatan Boyolal

0 0 18

Dampak Program Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Medan Kota

0 0 14

Dampak Program Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Medan Kota

0 0 2

Dampak Program Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Medan Kota

0 0 7

Dampak Program Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Medan Kota

0 0 15

Dampak Program Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Medan Kota Chapter III V

0 0 46

Dampak Program Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Medan Kota

0 0 3

Dampak Program Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Medan Kota

0 0 14