Peran Indonesia Dalam Organisasi Internasional G-20 (The Group Of Twenty) Chapter III V

BAB III
KEDUDUKAN INDONESIA DALAM G-20
A. LATAR BELAKANG MASUKNYA INDONESIA KE DALAM G-20
Posisi Indonesia dalam G-20 sangat jelas yaitu mendukung secara penuh
wadah formal yang merangkul negara maju dan berkembang.Indonesia menyadari
bahwa keterlibatannya dalam G-20 memberi peluang bagi Indonesia untuk
semakin mendunia.Inilah saatnya prestasi, produk, budaya dan ide-ide Indonesia
semakin menjadi bagian dari dinamika di tingkat global. 145
Pemerintah Indonesia mengakui bahwa G-20 adalah forum yang penting
dan Indonesia seharusnya berpartisipasi penuh di dalamnya.Ini menjadi dorongan
kuat bagi Indonesia untuk memainkan peran serius dalam pertemuan-pertemuan
G-20.Bagi Indonesia, G-20 pertama-tama adalah sebuah forum ekonomi yang
penting di mana Indonesia dapat mempromosikan kepentingan ekonomi
nasionalnya dan berkontribusi pada pembentukan tata kelola ekonomi global. 146
Indonesia sendiri sebenarnya sudah menjadi anggota sejak G-20 masih
berupa forum menteri keuangan dan gubernur bank sentral. Ketika kapasitas G-20
ditingkatkan menjadi forum kepala negara, yang artinya forum tersebut akan lebih
powerful dan lebih di dengar, Indonesia tetap diundang sebagai anggota. Lain
halnya dengan Mesir yang telah menjadi anggota ketika G-20 masih berupa forum
menteri keuangan dan gubernur bank sentral, namun tidak menjadi anggota ketika
G-20 menjadi forum kepala negara. 147


145

Yulius. P. Hermawan, op. cit., hlm. 39.
Ibid, hlm. 40.
147
Robby Aulia Fadila, Implementasi Gagasan Navigating A Turbulent Ocean Dan
Thousand Friends-Zero Enemy Dalam Keanggotaan Indonesia Di G-20, sebagaimana dimuat
dalam
146

Universitas Sumatera Utara

Pemimpin-pemimpin Indonesia mengakui bahwa G-20 bukan saja forum
ekonomi, tetapi juga forum yang menjadi tempat pertemuan bagi beragam budaya
dan peradaban. Presiden Yudhoyono menyatakan G-20 tidak hanya sebagai
economic powerhouse, tetapi juga sebagai civilation powerhouse dengan alasan
sebagai berikut:
“G-20 pertama kali mengakomodasi semua peradaban besar tidak hanya negaranegara Barat, tetapi juga China, Korea Selatan, India, Afrika Selatan, dan lainlain termasuk tiga negara dengan penduduk Muslim yang besar : Arab Saudi,
Turki dan Indonesia. G-7, G-8, atau bahkan Dewan Keamanan PBB tidak

membesar-besarkan pemisahan ini.G-20 merupakan perwakilan dari komunitas
global multi-peradaban.Mungkin ini yang membuat mengapa G-20 berhasil
menahan hancurnya global.Pergeseran dan tindakan terkoordinasi negaranegara G-20 telah memulai stabilisasi sistem finansial kita dan memulihkan
kepercayaan menjadi tanda-tanda awal pemulihan ekonomi.”148
Dengan demikian, karena G-20 merupakan suatu forum tempat
bergabungnya berbagai peradaban, G-20 menjadi lebih penting lagi bagi
Indonesia yang ingin mengambil peran sebagai jembatan perbedaan. Menteri Luar
Negeri Indonesia, Marty Natalegawa menekankan bahwa posisi Indonesia dalam
G-20 menjadi jalan bagi Indonesia untuk memperluas jaringan diplomasi dan pada
saat yang sama membantu memecahkan masalah yang dunia sedang hadapi. G-20
yang secara definisi adalah suatu kelompok terbatas, di mana Indonesia menjadi
anggota tetap, menjadi alat untuk menampilkan sosok Indonesia sebagai pemain
yang berpengaruh di level dunia. 149

https://www.academia.edu/8979237/Naskah_Buku_Indonesia_ASEAN_and_Dinamika_G20_Bagi
an_Robby_30051, hlm. 48, diunduh pada tanggal 3 Februari 2017.
148
Pidato Presiden Dr. Susilo Bambang Yudhoyono “Towards Harmony Among
Civilizations” sebagaimana dimuat dalam http://indonesia-oslo.no/towards-harmony-amongcivilizations-speech-at-the-john-f-kennedy-school-of-government-harvard-university/,
diakses

pada tanggal 3 Februari 2017.
149
Yulius. P. Hermawan, op. cit., hlm. 40-42.

Universitas Sumatera Utara

Yulius dalam bukunya “Peran Indonesia dalam G-20: Latar Belakang,
Peran dan Tujuan Keanggotaan Indonesia” mengemukakan latar belakang
Indonesia bergabung dalam G-20 yaitu:
1.

Indonesia

merupakan

salah

satu

negara


berkembang

yang

karena

pertumbuhan ekonominya tercatat cukup penting di antara negara-negara
berkembang lainnya dimasukkan dalam kategori emerging economy; sebagai
emerging economy Indonesia mendapat hak istimewa untuk duduk dalam
klub tersebut.
2.

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat
setelah China, Amerika Serikat dan India.

3.

Mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam dan karenanya dapat
memainkan peran potensial untuk menjembatani perbedaan-perbedaan di

antara peradaban dunia. Kehadiran Indonesia sebagai negara dengan
mayoritas Muslim memberikan citra positif bagi G-20 terutama untuk
menangkis persepsi negatif dari clash of civilization (benturan peradaban)
antara peradaban Barat dan Islam. G-20 menunjukkan bahwa Barat siap
bekerjasama dengan negara-negara Islam.

4.

Indonesia merupakan negara demokrasi baru yang dalam proses konsolidasi.
Keanggotaan Indonesia dapat memberikan inspirasi ke negara-negara lain
untuk mempromosikan demokrasi dan mempertahankan pertumbuhan
ekonomi tinggi.

5.

Secara geografis Indonesia memiliki posisi yang signifikan. Indonesia
merupakan satu-satunya anggota ASEAN yang menjadi anggota tetap G-20.
Tentu saja bisa ditambahkan bahwa Indonesia adalah salah satu negara

Universitas Sumatera Utara


berkembang yang di masa lalu pernah terpuruk oleh krisis ekonomi yang
dahsyat dan kini telah berhasil mengatasinya dengan relatif baik. 150
Keunikan ini diyakini menjadi alasan kuat dipilihnya Indonesia dalam G-20.
Selain potensinya sebagai global buyer yang besar di dunia karena jumlah
penduduknya yang besar, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil akan
berdampak sistemik ke stabilitas pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan
Asia Tenggara, dan lebih lanjut memberikan kontribusi stabilitas perekonomian di
Asia dan dunia. Keberhasilan Indonesia akan menjadi model yang menarik pula
bagi penguatan sistem demokrasi liberal di dunia. Memiliki sejumlah keunikan ini
tugas Indonesia menjadi ganda.Selain memperjuangkan kepentingan nasionalnya,
Indonesia diharapkan dapat memadukan kepentingan negara-negara berkembang
secara umum dan kepentingan-kepentingan negara-negara di Asia Tenggara. 151
Selain itu, keanggotaan Indonesia dalam G-20 sekiranya disebabkan
karena ada empat hal, yaitu: 1. Gross Domestic Product (GDP) atau Produk
Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang cukup tinggi; 2. konstelasi kekuatan
ekonomi yang telah berubah; 3. dibutuhkannya koordinasi antara major power
dan emerging market seperti Indonesia; dan 4. pengaruh Indonesia yang semakin
besar dan luas. 152
1.


Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB)
Indonesia.
PDB adalah salah satu indikator utama yang digunakan untuk mengukur
kesehatan ekonomi suatu negara.Di tengah badai krisis finansial global,

150

Ibid, hlm.v-vi.
Ibid.
152
Robby Aulia Fadila, Implementasi Gagasan Navigating A Turbulent Ocean Dan
Thousand Friends-Zero Enemy Dalam Keanggotaan Indonesia Di G-20, loc. cit.
151

Universitas Sumatera Utara

ketika sebagian besar negara-negara maju dan berkembang mengalami
dampak yang signifikan dengan melambannya laju pertumbuhan PDB,
Indonesia tetap stabil menjaga laju pertumbuhan PDB-nya. Indonesia mampu

bertahan di angka rata-rata pertumbuhan PDB 6% sejak tahun 2007,
walaupun sempat turun sedikit ke angka 4,5% tetapi Indonesia jauh lebih baik
dari negara-negara maju sebagian besar negara berkembang lainnya, termasuk
negara-negara ASEAN. Padahal pada krisis finansial 1998-1999 PDB
Indonesia jatuh hingga angka -13%.Pertumbuhan PDB Indonesia adalah yang
tercepat di Asia, setelah China dan India, bahkan di dunia.Hal tersebut karena
kuatnya

fundamental

ekonomi

Indonesia

pasca

reformasi

birokrasi


Kementerian Keuangan.Pertumbuhan Indonesia juga didukung oleh kondisi
politik dan keamanan yang relatif stabil.Kondisi demikian yang membuat
iklim investasi Indonesia semakin membaik.Hingga kini Indonesia ada di
urutan ke-20 negara tujuan investasi asing langsung. Banyak pengamat
ekonomi nasional dan internasional memprediksi bahwa angka pertumbuhan
PDB Indonesia akan terus naik dari tahun ke tahun. 153
2.

Berubahnya konstelasi kekuatan ekonomi dunia.
Di abad 21 ini kekuatan ekonomi dunia tidak lagi di dominasi oleh negaranegara maju seperti AS, Uni Eropa, dan Jepang. Telah muncul kekuatankekuatan baru dari negara berkembang sebagai new emerging market, seperti
China, India, Brazil, Turki, Afrika Selatan dan sebagainya termasuk
Indonesia. Para pakar ekonomi internasional percaya bahwa negara-negara
industri baru tersebut berpotensi menggeser kekuatan negara-negara mapan

153

Ibid, hlm. 49.

Universitas Sumatera Utara


dalam ekonomi dunia. Untuk negara Brazil, Rusia, India, dan China (BRIC),
secara global omset mereka mencapai 15% dari seluruh ekonomi dunia, 13%
melalui perdagangan global. Mereka hamper 3 triliun dolar AS atau 40% dari
total seluruh cadangan devisa dunia. Itu hanya BRIC, belum jika ditambah
negara-negara berkembang lainnya, seperti Indonesia, Turki, Korea Selatan,
Meksiko,

Afrika

Selatan,

Argentina,

dan Arab Saudi.

Sementara,

perekonomian negara-negara industri maju semakin terpuruk ketika krisis
2008 dan mencapai puncaknya pada 2009. 154
3.


Dibutuhkannya koordinasi antara major power dan emerging power.
Dengan semakin teredukasinya kekuatan dan peran negara-negara maju,
serta semakin meningkatnya kekuatan dan peran negara-negara berkembang,
maka dibutuhkan koordinasi dan kolaborasi antar keduanya untuk mengatasi
krisis

finansial global.Biasanya

dalam

mengatasi berbagai

masalah

perekonomian dunia, baik perdagangan maupun keuangan, negara-negara
maju yang tergabung dalam G-8 selalu berinisiatif dan saling berkoordinasi
untuk mengatasi masalah tersebut.Dengan koordinasi dan kolaborasi,
kemudian terbentuk G-20 yang menghimpun hampir seluruh total PDB dan
perdagangan dunia dan lebih dari setengah total populasi dunia. Dengan
kapasitas G-20 akan lebih capable dan suaranya akan lebih di dengar dan
lebih memiliki posisi tawar dengan lembaga-lembaga perekonomian lain,
seperti WTO, IMF, dan Bank Dunia. Diharapkan dengan berkoordinasinya
major power dengan emerging power dapat mengatasi krisis ekonomi yang

154

Ibid, hlm. 50-51.

Universitas Sumatera Utara

sedang terjadi, merehabilitasi kondisi pasca krisis, serta mencegah terjadinya
krisis yang berkelanjutan dan semakin besar. 155
4.

Pengaruh Indonesia yang semakin besar dan luas.
Keanggotaan Indonesia di G-20 mencerminkan pengaruh Indonesia yang
semakin

meningkat

di

dunia

internasional.Dalam

beberapa

forum

internasional, Indonesia tidak hanya membawa kepentingan nasionalnya saja,
tetapi membawa kepentingan negara-negara berkembang lainnya, terutama
ASEAN.Peran internasional Indonesia juga semakin meningkat terlihat dari
politik

luar

negerinya

selalu

aktif

dalam

merespon

isu-isu

internasional.Indonesia juga merupakan pemain utama dalam upaya
memajukan dan menjaga stabilitas di kawasan.Dengan melihat peran dan
pengaruh Indonesia yang semakin besar dan luas tersebut, Indonesia juga
diharapkan

mampu

berkontribusi

aktif

dalam

upaya

mengatasi,

merehabilitasi, dan mencegah krisis ekonomi global. 156
Sebagai hasil partisipasi aktif di G-20, Indonesia telah berhasil memetik
beberapa manfaat konkret, antara lain: (i) Indonesia masuk sebagai anggota baru
Financial Stability Forum (FSF) yang merupakan standard setting body bagi
sistem keuangan; (ii) Indonesia telah mendapatkan Deferred Drawdown Option
(DDO) dari Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia (ADB), Jepang, dan Australia
bagi program pengentasan masyarakat dari kemiskinan dan infrastruktur yang
kemudian menjadi model bagi GESF; (iii) G-20 yang merupakan pemegang
saham terbesar di ADB atas inisiatif Indonesia berhasil meningkatkan permodalan
ADB guna mendorong pembangunan di kawasan Asia; dan (iv) negara maju
155
156

Ibid, hlm. 52.
Ibid, hlm. 53.

Universitas Sumatera Utara

berkomitmen untuk memberikan peningkatan kapasitas bagi penegmbangan
sektor keuangan di negara berkembang. Terdapat juga manfaat non-keuangan,
seperti komitmen G-20 untuk menjamin dan melindungi hak pekerja migran. 157
B. PERKEMBANGAN G-20 SAAT INI
Pada tanggal 4 dan 5 September 2016, Presiden Jokowi menghadiri
Konferensi Tingkat Tinggi yang digelar di Hangzhou International Expo Center
(HIEC), di Hangzhou, China, dengan didampingi oleh Menteri Luar Negeri Retno
Marsudi, Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri Sekertaris Kabinet Pramono
Anung. 158
Presiden China Xi Jinping telah mengarahkan bahwa tema KTT G20 di
Hangzhou adalah inovasi, keterhubungan dan pembangunan ekonomi dunia yang
inklusif, berdasarkan kebutuhan masing-masing negara guna mendukung
pertumbuhan ekonomi dunia yang lebih stabil dan berkelanjutan, di tengah situasi
yang kurang mendukung. 159
Para pemimpin dunia yang tergabung dalam kelompok 20 ekonomi utama
(G20) berkumpul di Hangzhou, Tiongkok.160Selain 20 negara anggota, KTT kali
ini juga diikuti oleh beberapa negara tamu, yakni Spanyol, Chad, Mesir,
Kazakhstan, Laos, Senegal, Singapura dan Thailand. Tak ketinggalan, sejumlah
pimpinan organisasi internasional maupun perwakilannya juga hadir, seperti PBB,

157

Anggito Abimanyu, op.cit.,hlm. 214.
Pesan Jokowi di KTT 2016 Hangzhou Menginspirasi Pemimpin-Pemimpin Negara,
sebagiamana dimuat dalam http://redaksiindonesia.com/read/pesan-jokowi-di-ktt-2016-hangzhoumenginspirasi-pemimpin-pemimpin-negara-g20.html, diakses pada tanggal 4 Februari 2017.
159
China Targetkan Tiga Hal Pada KTT G20, sebagaimana dimuat dalam
http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2016/08/16/251629/china-targetkan-tiga-hal-padaktt-g20/#.WJVeZ_l9600, diakses pada tanggal 4 Februari 2017.
160
Isi Pidato Jokowi, Peran Indonesia di G20, sebagaimana dimuat dalam
https://news.idntimes.com/indonesia/full/rizal/isi-pidato-jokowi-peran-indonesia-di-g20,diakses
pada tanggal 4 Februari 2017.
158

Universitas Sumatera Utara

Bank Dunia, Organisasi Buruh Internasional (ILO), Organisasi Perdagangan
Dunia (WTO), Dana Moneter Internasional (IMF), dan lainnya. 161
Dalam KTT tersebut Jokowi akan membawa isu tiga pilar, yakni inovasi,
revolusi industri baru, dan ekonomi digital.Jokowi juga menyampaikan ide
tentang sistem perpajakan nasional, kerjasama di bidang pemberantasan korupsi,
juga mengangkat isu penanganan terorisme.Ada pun cara yang disarankan oleh
Presiden Jokowi ialah dengan menggalakkan pembangunan infrastruktur serta
meningkatkan kerja sama teknologi ramah lingkungan dan mengurangi
kesenjangan teknologi, melibatkan sektor swasta, masyarakat sipil, dan organisasi,
memberlakukan berbagai kebijakan dalam negeri untuk memastikan ketahanan
pangan, serta akses kepada pendidikan dan kesehatan. 162
Dalam hal memerangi tindak pidana korupsi, Jokowi menjelaskan bentukbentuk yang telah dilaksanakan oleh pemerintahannya mulai dari mendorong
transparansi anggaran, penegakan hukum, hingga sosialisasi nilai-nilai antikorupsi
di masyarakat. 163
Dalam hal penanganan terorisme merupakan salah satu faktor penentu
ekonomi dunia, dengan cara terbaik yaitu dengan mengedepankan 'smart
approach', yakni menyeimbangkan pendekatan antara ‘soft power’ dan ‘hard
power’, karena dengan pendekatan kekuatan militer selama ini terbukti tidak

161

KTT G20 2016 Dimulai, Presiden Jokowi Jadi Pembicara Utama di Sesi 2,
sebagaimana dimuat dalam http://setkab.go.id/ktt-g20-2016-dimulai-presiden-jokowi-jadipembicara-utama-di-sesi-2/, diakses pada tanggal 4 Februari 2017.
162
Pesan Jokowi di KTT 2016 Hangzhou Menginspirasi Pemimpin-Pemimpin Negara,
loc. cit.
163
Jokowi Minta Negara G-20 Contoh Indonesia Dalam Memberantas Korupsi,
sebagaimana
dimuat
dalam
http://nasional.kompas.com/read/2016/09/05/17441281/jokowi.minta.negara.g20.contoh.indonesia.dalam.memberantas.korupsi, diakses pada tanggal 4 Februari 2017.

Universitas Sumatera Utara

cukup ampuh untuk memberantas terorisme yang masih terjadi menimpa negaranegara G20, seperti Perancis, Turki, bahkan Indonesia. 164
Wakil Menteri Luar Negeri China, Li Baodong mengatakan bahwa dalam
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20, China menetapkan target utama yang
akan dicapai yaitu:
1.

Dapat berperan lebih dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi global yang
lebih stabil;

2.

Memperkuat kerjasama dan kemitraan internasional di bidang ekonomi untuk
bersama-sama menghadapi tantangan dan resiko ekonomi dunia yang masih
mengalami kelesuan serta tekanan;

3.

Inovasi membangun kelembagaan dan menciptakan landasan mekanisme
bersama, untuk penanganan krisis dalam pemerintahan jangka panjang. 165
Wakil Menteri Luar Negeri China Li Baodong, mengatakan, KTT G20

adalah forum ekonomi, membahas tentang situasi ekonomi dunia yang saat ini
sedang kita hadapi bersama, bukan membahas isu lain. Ia menekankan situasi
ekonomi global masih dalam kondisi lesu dan tidak menentu sebaiknyafokus pada
situasi ekonomi global yang masih tidak menentu dan mengalami perlambatan
dan jangan memasukkan isu lain yang tidak relevan. 166
KTT G-20 ini menghasilkan Rencana Aksi Hangzhou.Para pemimpin
negara-negara ekonomi utama di dalam G-20 sepakat menggunakan alat
kebijakan ganda termasuk reformasi fiskal, moneter dan struktural untuk
menghindari risiko jangka pendek dan meneliti potensi pertumbuhan jangka

164

Pesan Jokowi di KTT 2016 Hangzhou Menginspirasi Pemimpin-Pemimpin Negara,

loc. cit.
165
166

China Targetkan Tiga Hal Pada KTT G20, loc. cit.
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

menengah dan jangka panjang. Negara-negara G-20 harus bekerja sama untuk
mengkoordinasikan kebijakan makro mereka dengan jauh lebih erat dan mengimplementasikan Rencana Aksi Hangzhou. Kebijakan-kebijakan yang
mestinya tidak hanya memperbanyak jumlah permintaan tapi juga memperbaiki
kualitas suplai. 167
Sebuah komunike ditetapkan, yang mengklarifikasi arah pembangunan,
target, langkah-langkah kerja sama G-20, sementara Konsensus Hangzhou
dicapai tentang usaha memfasilitasi pertumbuhan ekonomi dunia melalui
berbagai langkah jangka panjang, komprehensif, terbuka, inovatif dan inklusif.
Para anggota G-20 juga menyetujui pengembangan kampanye anti-korupsi
termasuk pembentukan pusat riset tentang repatriasi buronan dan pemulihan
aset di Tiongkok.Para pemimpin G20 juga sepakat untuk melanjutkan usaha
mendorong reformasi kuota dan hak suara di lembaga-lembaga keuangan
internasional. 168
KTT G-20 Hangzhou yang digelar pada 4-5 September telah meluluskan
beberapa dokumen tentang pemberantasan korupsi, antara lain, Prinsip Tingkat
Tinggi tentang pemberantasan korupsi, mendirikan pusat anti korupsi di Tiongkok
dan program aksi anti korupsi kelompok G-20 pada 2017-2018. Ini menandakan
bahwa kerja sama internasional dalam masalah pemberantasan korupsi telah
mencapai hasil penting.
Tercapainya hasil-hasil tersebut telah mencerminkan keinginan bersama
para anggota G-20 tentang peningkatan kerja sama anti korupsi, khususnya dalam

167

KTT G20 Hasilkan Rencana Aksi Hangzhou, sebagaimana dimuat dalam
http://harian.analisadaily.com/ekonomi-internasional/news/ktt-g20-hasilkan-rencana-aksihangzhou/261255/2016/09/06, diakses pada tanggal 4 Februari 2017.
168
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

pengejaran buronan dan pengembalian aset negara yang dibawa lari ke luar
negeri. Ini menandakan bahwa Tiongkok telah mengayunkan satu langkah yang
penting menuju pembentukan pola kerja sama baru dalam bidang anti korupsi
internasional.
Prinsip Tingkat Tinggi tentang Pemberantasan Korupsi yang dirancang
oleh Tiongkok diterima secara bulat oleh berbagai pihak. Dokumen itu merupakan
dokumen anti korupsi yang mempunyai pengaruh luas di bawah mekanisme kerja
sama utama dunia.
Selain Prinsip Tingkat Tinggi, Program Aksi Anti Korupsi serta
pembentukan Pusat Anti Korupsi G-20 di Tiongkok juga adalah hasil penting
yang dicapai dalam KTT kali ini. Di antaranya, Program Aksi merupakan rencana
aksi dalam waktu dekat, Prinsip Tingkat Tinggi merupakan dokumen pedoman
konkret dan Pusat Anti Korupsi akan bertugas menyusun program pemberantasan
pada masa mendatang. Peningkatan upaya anti korupsi merupakan kesepahaman
politik masyarakat internasional, sekaligus salah satu topik penting bagi kelompok
G-20. Tercapainya hasil-hasil tersebut menandakan kerja sama internasional
dalam pemberantasan korupsi telah memasuki tahap perkembangan yang baru. 169
Di tahun 2016, pembahasan yang mengemuka pada KTT G20 antara
lain: 170
1.

Strengthening Policy Coordination and Breaking a New Path for Growth

169

KTT G20 Hangzhou Capai Hasil Dalam Pemberantasan Korupsi, sebagaimana dimuat
dalam http://indonesian.cri.cn/201/2016/09/08/1s162472.htm, diakses pada tanggal 4 Februari
2017.
170
Sherpa
G20,
KTT,
sebagaimana
dimuat
dalam
http://sherpag20indonesia.ekon.go.id/index.php?r=site/content&content=ktt, diakses pada tanggal
4 Februari 2017.

Universitas Sumatera Utara

a. Pentingnya mencapai target pertumbuhan global sebesar 2% pada 2018
melalui peningkatan produktifitas ekonomi dengan memanfaatkan sumbersumber alternatif baru (inovasi, revolusi industri baru, dan ekonomi
digital); dan
b. Pentingnya negara-negara G20 untuk melakukan collective actions dan
memperkuat koordinasi kebijakan (fiskal, moneter dan reformasi
struktural) guna meningkatkan pertumbuhan global dan menghindari low
growth trap.
2.

More Effective and Efficient Global Economic and Financial Governance
a. Penguatan arsitektur keuangan internasional guna meningkatkan ketahanan
ekonomi global;
b. Kerja

sama perpajakan

internasional

untuk

mewujudkan

sistem

perpajakan yang adil dan modern;
c. Pengaruh korupsi dan aliran keuangan yang tidak wajar terhadap
pertumbuhan ekonomi; dan
d. Penerapan tata kelola energi yang lebih efektif dan berkelanjutan,
khususnya menyangkut energy access, energy efficiency dan renewable
energy.
3.

Robust International Trade and Investment
a. Pentingnya keterbukaan ekonomi dan dukungan terhadap multilateral
trading system (MTS);
b. Mendorong global value chains (GVCs) yang inklusif; dan
c. Penanganan masalah excess capacity in steel dan ratifikasi Trade
Facilitation Agreement (TFA).

Universitas Sumatera Utara

4.

Inclusive and Interconnected Development
Pentingnya upaya bersama untuk mewujudkan implementasi Agenda 2030

5.

Other Issues Affecting World Economy
Dampak terorisme, anti-microbial resistence (AMR), dan pengungsi
terhadap upaya mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan serta upaya
mengatasinya.
Pada KTT G20 tahun 2016, para Kepala Pemerintahan/Negara

menyepakati G-20 Leaders’ Communique Hangzhou Summit dan meng-endorse
28 outcome documents, termasuk berbagai rencana aksi untuk implementasi
komitmen yang dihasilkan. 171
C. KEPENTINGAN-KEPENTINGAN INDONESIA DALAM G-20
Manfaat G-20 sangat besar bagi Indonesia tidak hanya untuk mengukil
posisi kita di antara negara berkembang lainnya, tetapi terlebih karena posisi
Indonesia bisa secara langsung berpartisipasi dalam membentuk arsitektur
ekonomi dan finansial global sesuai dengan kepentingan Indonesia. Banyak hal
yang menjadi kepentingan Indonesia sendiri di G-20 adalah untuk: (i) memitigasi
dampak krisis terhadap Indonesia dan negara berkembang yang secara tidak adil
terkena dampak dari krisis yang bermula di negara maju melalui penurunan aliran
modal ke negara berkembang yang menghambat proses pembangunan dan
pencapaian tujuan pembangunan millennium (MDGs); (ii) mengamankan posisi
Indonesia dan negara berkembang di dalam sistem ekonomi dan finansial global
yang baru dengan mencegah terbentuknya standard regulasi yang berpotensi
merugikan perkembangan sektor keuangan dan sebaliknya justru mengupayakan
171

Dokumen-dokumen hasil pertemuan KTT G-20 dapat dilihat dan diunduh pada web
resmi G-20 sebagaimana dimuat dalam https://www.g20.org/.

Universitas Sumatera Utara

agar sistem yang baru mendukung pengembangannya; (iii) mendorong
dilakukannya reformasi lembaga keuangan internasional melalui peningkatan
keterwakilan negara berkembang dalam proses governance.
Sebagai

implementasi,

Indonesia

secara

konsisten

memperjuangkan

dibentuknya instrumen pendanaan yang murah, bersifat tanpa persyaratan dan
percepatan pencairan yang diperuntukkan bagi negara berkembang dengan
kerangka kebijakan dan fundamental yang baik seperti Indonesia. 172
Keanggotaan Indonesia dalam G-20 juga memiliki misi untuk meraih
kepentingan nasionalnya. Berikut ini adalah kepentingan Indonesia dalam
keanggotaannya di G-20, yang diurutkan berdasar yang paling potensial:
1.

Pembangunan Nasional
Pembangunan ekonomi nasional ini dapat diraih dari dampak yang
diberikan oleh G-20. Keuntungan G-20 dalam bidang pembangunan ekonomi,
yaitu mempromosikan pemulihan ekonomi melalui stimulus ekonomi/fiskal
yang terkoordinasi dengan baik; mencegah munculnya proteksionisme
melalui monitoring laporan WTO; meningkatkan modal Bank Dunia melalui
General Capital Increase (GCI); mempromosikan reformasi kuota IMF
sebesar 6% dari negara yang over-represented ke negara yang underrepresented, termasuk emerging market dan negara berkembang; dan dengan
kapasitas kekuatan ekonominya, G-20 mampu menjadi penggerak utama
untuk berbagai isu yang belum terselesaikan. 173
a. Mempromosikan Pemulihan Ekonomi Melalui Stimulus Ekonomi/Fiskal
yang Terkoordinasi dengan Baik.
172

Anggito Abimanyu, op.cit.,hlm. 212-213.
Robby Aulia Fadila, Implementasi Gagasan Navigating A Turbulent Ocean Dan
Thousand Friends-Zero Enemy Dalam Keanggotaan Indonesia Di G-20, op. cit., hlm. 66.
173

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan data yang dimiliki Bank Indonesia, dampak krisis
manusia global ke Indonesia lebih banyak ditransmisikan lewat jalur
perdagangan atau makroekonomi dibandingkan jalur finansial. Kurang
kuatnya intensitas dampak krisis melalui jalur finansial secara langsung
antara lain disebabkan oleh rendahnya penempatan dana perbankan atau
lembaga keuangan domestik terhadap aset-aset bermasalah dari pasar
finansial global. Hal ini tidak terlepas dari berbagai peraturan Bank
Indonesia yang menerapkan sejumlah batasan terhadap aktivitas yang
dilakukan perbankan. 174
Cukup signifikannya dampak krisis melalui jalur perdagangan ini
tidak terlepas dari karakteristik ekspor Indonesia yang didominasi oleh
komoditas primer dan negara tujuan ekspor.Struktur ekspor yang terkait
dengan ketergantungan terhadap komoditas primer yang secara umum
masih didominasi oleh minyak bumi, gas alam, dan tekstil. Dalam
konteks negara tujuan ekspor, pasar utama ekspor Indonesia cenderung
terkonsentrasi pada sejumlah negara, di mana lebih dari separuh pangsa
ekspor tertuju ke empat sampai lima negara saja. Selama tahun 20002007, mitra dagang utama Indonesia meliputi Jepang, AS, Singapura,
Korea Selatan, dan China.
Sektor-sektor yang paling terkena imbas krisis global adalah sektor
yang mengandalkan permintaan eksternal, seperti manufaktur, pertanian,
dan pertambangan. Terpukulnya kinerja sektor-sektor ini pada akhirnya

174

Outlook Ekonomi Indonesia 2009-2014, Krisis Finansial Global dan Dampaknya
terhadap Perekonomian Indonesia, Biro Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia,
Edisi Januari 2009, hlm. 55.

Universitas Sumatera Utara

akan berujung pada gelombang pemutusan hubungan kerja 175 jika tidak
adanya koordinasi antara major power dan emerging power untuk
mengatasi krisis finansial global ini.
b. Mencegah Munculnya Proteksionisme melalui Monitoring Laporan WTO.
Belajar dari great depression 1930, di saat resesi terjadi di sektor
finansial, negara-negara yang mengalami krisis justru saling berlombalomba melakukan proteksionisme perdagangan untuk mengakali krisis
yang terjadi. Alhasil, everybody lose. Jika semua negara saling melakukan
proteksi, kegiatan perdagangan internasional akan lumpuh dan krisis
semakin meluas. Oleh karena itu, wajib bagi G-20 melakukan koordinasi
guna mencegah munculnya proteksionisme melalui monitoring WTO.G20 yang menghimpun 85% perdagangan dunia, jika kompak bersuara di
WTO, maka secara tidak langsung keputusan WTO ditentukan oleh G-20.
c. Meningkatkan Modal Bank Dunia Melalui General Capital Increase
(CGI).
Melalui koordinasi dan kolaborasi antar negara major power dan
emerging market, G-20 telah berhasil meningkatkan modal Bank Dunia
sebesar 3,5 milyar dollar AS, dan akan terus meningkat hingga 58,4
milyar dollar AS sesuai dengan yang telah disepakati bersama di G-20.
Peningkatan modal ini akan dialokasikan dan akan sangat membantu
kinerja International Bank for Reconstruction and Development (IBRD)
dan International Development Association (IDA), sebagai lembaga di
bawah kelompok Bank Dunia, untuk kembali membantu negara-negara

175

Ibid, hlm. 61-67.

Universitas Sumatera Utara

anggotanya ke tingkat

pinjaman seperti sebelum krisis.

IBRD

bertanggung jawab mendukung negara-negara berpenghasilan menengah
melalui pinjaman, jaminan dan nasihat atau tinjauan.Sedangkan IDA
bertanggungjawab mendukung negara-negara termiskin di dunia melalui
pinjaman lunak, hibah, dan jaminan. Hal-hal tersebut tentu saja akan
sangat

membantu

Indonesia

dan

negara-negara

tujuan

ekspor

Indonesia. 176
d. Mempromosikan Reformasi Kuota IMF sebesar 6% dari Negara yang
Over-represented ke Negara yang Under-represented.
Segala keputusan dan kebijakan IMF adalah ditentukan oleh negaranegara anggotanya. Meskipun hampir semua negara di dunia adalah
anggota, IMF didikte oleh negara-negara maju, yaitu AS, Jepang, Jerman,
Inggris, Perancis, Kanada, dan Italia atau lebih dikenal dengan G-7. G-7
memegang lebih dari 40% saham dan suara di IMF.Hal ini sangat tidak
menguntungkan negara-negara lainnya, terutama negara berkembang,
karena

kuota

IBRD.Sementara

IMF

juga

IBRD

berkembang.Melalui

digunakan
sangat

G-20,

dalam

dibutuhkan

negara-negara

kepemilikan
oleh

saham

negara-negara

berkembang

berhasil

mempromosikan reformasi kuota IMF karena memiliki kapasitas tawar
yang lebih kuat dari sebelumnya.
Pada April 2009, telah disepakati reformasi peningkatan kapasitas
voting negara-negara berkembang dan transisi atau Developing and
Transition Countries (DTC) dalam IBRD dari 42,5% menjadi 44,6%
176

Robby Aulia Fadila, Implementasi Gagasan Navigating A Turbulent Ocean Dan
Thousand Friends-Zero Enemy Dalam Keanggotaan Indonesia Di G-20, op.cit., hlm. 70.

Universitas Sumatera Utara

dengan meningkatkan basic votes menjadi 5,55% dari total suara yang
ada, dan mengalokasikan saham IBRD yang dimiliki oleh negara-negara
maju kepada 16 negara berkembang dan transisi. 177 Dengan begitu
walaupun Indonesia akan lebih banyak mengeluarkan uang, namun akan
sangat bermanfaat bagi posisi Indonesia di IMF dan Bank Dunia untuk
menunjang proses pembangunan di Indonesia. Selain itu, dengan
kepemilikan suara yang lebih besar, posisi pemerintahan di IMF dan Bank
Dunia akan lebih melibatkan tokoh-tokoh dari negara berkembang, salah
satu contohnya adalah posisi Direktur Pelaksana Bank Dunia yang diisi
oleh Sri Mulyani Indrawati dari Indonesia.
e. G-20 Mampu Menjadi Penggerak Utama Untuk Berbagai Isu yang Belum
Terselesaikan.
Sebagai forum yang terdiri dari 90% dari total PDB dunia, 85% dari
total perdagangan dunia, dan 2/3 dari jumlah populasi penduduk dunia, G20 akan menjadi penggerak utama dalam menangani isu-isu dunia yang
belum terselesaikan, terutama isu ekonomi dan pembangunan. Selain
membahas penanganan krisis ekonomi, forum G-20 juga membahas
penanganan perubahan iklim, korupsi, kemiskinan, keamanan pangan, dan
sebagainya.Hal

ini

lebih

menguntungkan

terjadinya

percepatan

177

Enchanging Voice and Participation of Developing and Transition Countries in The
World Bank Group: Update and Proposals for Discussion, 29 September 2009. Sebagaimana
dimuat
dalam
http://siteresources.worldbank.org/DEVCOMMINT/Documentation/22335196/DC20090011%28E%29Voice.pdf, diakses pada tanggal 7 Februari 2017.

Universitas Sumatera Utara

penyelesaian masalah dan percepatan pembangunan bagi negara-negara
berkembang termasuk Indonesia. 178
2.

Meningkatnya Peran Indonesia dalam Hubungan Internasional
Keterlibatan Indonesia dalam G-20 secara tidak langsung telah dan akan
terus meningkatkan peran Indonesia dalam hubungan internasional. Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya, dengan kapasitas G-20 yang mewakili
hampir keseluruhan kapasitas ekonomi dan populasi dunia akan mampu
menjadi penggerak utama dalam menangani berbagai masalah di dunia,
terutama masalah pembangunan. 179

3.

Terciptanya Perdamaian Dunia
Perdamaian dalam konteks keanggotaan Indonesia di G-20 bukanlah
mengenai isu keamanan tradisional, melainkan isu keamanan kontemporer,
yaitu keamanan manusia (human security).United Nations Development
Programme (UNDP) mengidentifikasi keamanan manusia ke dalam tujuh
dimensi: keamanan ekonomi; keamanan pangan; keamanan kesehatan;
keamanan lingkungan; keamanan personal; keamanan komunitas; dan
keamanan politik. Sementara ketujuh dimensi dari human security tersebut
berkaitan erat dengan kemiskinan. 180Jika kemiskinan terjadi dalam tingkat
yang sangat besar dan tidak kunjung dapat diatasi, maka keamanan manusia
berpotensi terganggu.Kemiskinan dapat disebabkan oleh krisis finansial
global.

178

Robby Aulia Fadila,Implementasi Gagasan Navigating A Turbulent Ocean Dan
Thousand Friends-Zero Enemy Dalam Keanggotaan Indonesia Di G-20, op.cit., hlm. 72.
179
Ibid, hlm. 73.
180
Devyani Mani, Human Security: Concept and Definitions, 32nd International Training
Course in Regional Development, (Nagoya-Japan: UNCRD), hlm. 1.

Universitas Sumatera Utara

Dalam sebuah penelitian mengenai dampak krisis finansial di beberapa
negara, banyak orang yang kehilangan pekerjaannya akibat krisis finansial,
termasuk di Indonesia bahkan negara-negara maju jumlahnya lebih besar
karena di negara maju memang merupakan sumber dari krisis finansial global
tersebut.Tidak adanya lapangan pekerjaan merupakan sumber kemiskinan,
sedangkan kemiskinan berkaitan erat dengan keamanan manusia.Oleh karena
itu, dengan keanggotaan Indonesia dalam G-20 secara tidak langsung
Indonesia berperan menciptakan dan menjaga perdamaian dunia. 181
4.

Pulihnya Citra Indonesia
Secara otomatis, keanggotaan Indonesia dalam G-20 dapat memulihkan
dan meningkatkan citra Indonesia di mata dunia internasional, mengingat
bahwa keanggotaan di G-20 merupakan posisi yang strategis dan tidak semua
negara dapat bergabung dalam klub eksekutif tersebut. Terlebih G-20
merupakan forum utama ekonomi dunia yang menjadi penggerak utama
dalam membahas isu-isu ekonomi dan pembangunan di dunia.Walaupun citra
merupakan konsep yang abstrak, namun hal tersebut dapat diukur dari
apresiasi dan pengakuan dunia terhadap komitmen Indonesia dalam
mengatasi masalah-masalah internasional. 182
Dalam hal ini sedikitnya ada tiga kepentingan spesifik yang Indonesia

perjuangkan dalam proses G-20. Kepentingan tersebut mencakup:
1.

Penanganan Krisis Ekonomi
Menjadi anggota G-20 pertama-tama memberikan Indonesia suatu
kepercayaan lebih untuk menjaga perekonomian mampu bertahan dalam
181

Robby Aulia Fadila, Implementasi Gagasan Navigating A Turbulent Ocean Dan
Thousand Friends-Zero Enemy Dalam Keanggotaan Indonesia Di G-20, op.cit., hlm. 74.
182
Ibid, hlm. 75.

Universitas Sumatera Utara

krisis besar yang melanda dunia.Indonesia sedikitnya telah mengalami dua
krisis ekonomi sejak tahun 1990-an. Krisis pertama terparah terjadi pada
1997-1998 yang ditandai dengan jatuhnya nilai Rupiah terhadap Dollar
Amerika Serikat.Pada krisis pertama, angka pengangguran meledak menjadi
sekitar 40juta.Semakin tinggi angka pengangguran terbuka maka semakin
besar potensi kerawanan sosial yang ditimbulkannya, seperti contohnya
kriminalitas. Gizi buruk juga akan memperburuk kondisi kesehatan
masyarakat. Krisis kedua terjadi pada tahun 2008 yang merupakan imbas dari
krisis finansial yang terjadi di Amerika Serikat.Pada krisis ini para produsen
lokal menghadapi masalah untuk menjual produk-produk di pasar global
seperti Amerika Serikat karena kemampuan potential global buyers
(masyarakat di negara maju yang terkena krisis) rendah.Untuk dapat bertahan
para produsen harus memberhentikan tenaga kerja mereka dan membuat
kebijakan-kebijakan mendesak.
Setelah mengalami dua kali krisis ekonomi, Indonesia memiliki
kesempatan untuk memberi kontribusi pada pembentukan arsitektur ekonomi
global yang tahan terhadap krisis serupa yang mungkin terjadi di masa depan.
Mengkonsolidasikan pemulihan ekonomi dan menghindarkan krisis serupa
menjadi kepentingan Indonesia dalam G-20.Memulihkan kepercayaan pasar
dan menangani dampak krisis merupakan dua sasaran utama pemerintah
Indonesia dalam jangka pendek.Untuk mencapai sasaran tersebut, pemerintah
Indonesia memperkenalkan jaminan deposit, injeksi kapital, regulasi
finansial, dan jaringan pengaman sosial di tingkat domestik.Pemerintah juga
memanfaatkan pendekatan bilateral ke pemerintah-pemerintah asing dan

Universitas Sumatera Utara

lembaga internasional.G-20 telah menjadi forum paling strategis di mana
pendekatan Indonesia untuk mengembalikan kepercayaan pasar dan
menangani dampak krisis dapat diaktualisasikan. 183
2.

Peningkatan Daya Saing Bangsa di Tingkat Global
Indonesia mengakui bahwa daya saing nasionalnya masih lemah dan
karenanya Indonesia perlu untuk membuat upaya serius meningkatkannya.
Daya saing bangsa dapat ditingkatkan melalui dua pendekatan:
a. Pertama, produk domestik Indonesia masih sulit berkompetisi dengan
produk-produk asing dalam pasar global karena produk-produk tersebut
gagal untuk memenuhi standard kualitas internasional. Ini merupakan
suatu ironi karena Indonesia telah dikenal baik sebagai negara yang
memiliki sumber-sumber alam yang sangat kaya, tetapi kurang memiliki
kemampuan untuk mengeksplorasi dan membuat produk-produk yang
memenuhi permintaan internasional bagi kualitas standard. Dengan
bergabung dalam klub besar saperti G-20, Indonesia berharap dapat
memperoleh keuntungan dengan meningkatkan kemampuan saingnya
bagi produk-produk domestik di pasar global. Bergabung dalam klub
besar, Indonesia mendapat suatu kesempatan untuk meningkatkan credit
rating sebagai tempat aman bagi investasi asing. Investasi asing diyakini
penting

untuk

mempromosikan

sektor-sektor

produktivitas

yang

berkualitas tinggi sehingga menstimulus pertumbuhan ekonomi yang
seimbang dan berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
yang menjadi kepentingan nasional yang vital.

183

Yulius. P. Hermawan, op. cit., hlm. 42-44.

Universitas Sumatera Utara

b. Kedua, untuk meningkatkan daya saing bangsa menekankan pentingnya
posisi tawar-menawar (bargaining position) yang lebih tinggi dalam arena
internasional. Bahwa menjadi G-20 telah membantu Indonesia untuk
mendapatkan posisi tawar yang diperhitungkan masyarakat internasional.
Suara Indonesia sekarang didengar dan dihormati oleh bangsa-bangsa lain
dalam forum-forum internasional. Ini karena kenyataan bahwa Indonesia
memperoleh posisi strategis, dengan memiliki akses ke klub ekonomi
yang sangat berpengaruh dan memiliki kompetensi untuk mewakili
kepentingan-kepentingan bangsa-bangsa lain dalam proses G-20.
Menjadi anggota G-20 menunjukkan bahwa kemampuan Indonesia untuk
berkontribusi dalam upaya global menangani krisis ekonomi telah diakui oleh
negara maju dan negara berkembang.Pelaku-pelaku pasar global saat ini
memiliki kepentingan yang lebih besar di Indonesia dan siap untuk
berinvestasi lebih di negara ini. 184
Kehadiran Indonesia dalam forum G-20 memberikan dampak positif untuk
memberikan rasa “confidence” kepada para investor terkait potensi ekonomi
Indonesia.Hal ini penting di saat Indonesia sedang melakukan akselerasi dan
percepatan pembangunan infrastruktur di sejumlah bidang.Keterbatasan
pembiayaan oleh APBN membuat pemerintah mengundang investor dalam
dan luar negeri untuk terlibat.Forum G-20 merupakan media bagi Indonesia
untuk mempromosikan potensi investasi infrastruktur.185
3.

Peningkatan Citra yang Luwes di Forum Internasional

184

Ibid, hlm. 44-46.
Firmanzah, Peran Indonesia dalam G-20, sebagaimana dimuat dalam
http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/116747-%5B_Konten_%5D-PeranHen0001.pdf, diakses pada tanggal 7 Februari 2017.
185

Universitas Sumatera Utara

G-20 adalah rumah yang menjadi sumber kekuatan ekonomi dan
peradaban.Dalam

konteks

rumah

peradaban,

Indonesia

menjembatani perbedaan di antara peradaban termasuk

siap
Barat

untuk
dan

Islam.Indonesia siap untuk menunjukkan wajah Islam yang moderat, toleran,
dan modern.Pentingnya peran Indonesia dalam forum-forum internasional
sebagai upaya untuk membangun citra nasional.Indonesia saat ini telah
mendapatkan kesempatan besar untuk semakin aktif dalam forum
internasional dengan menemukan solusi terbaik bagi masalah-masalah global
dan memperluas jaringannya melalui G-20.
Dengan menjalankan pemulihan citra ini tentunya pemerintah Indonesia
menyisipkan keperntingan ini ke dalam perangkat politik luar negerinya,
antara lain ke dalam tujuan politik luar negeri, sasaran politik luar negeri,
serta program dan kebijakan Kementerian Luar Negeri RI. Disebutkan bahwa
salah satu tujuan politik luar negeri Indonesia adalah untuk meningkatkan
citra Indonesia melalui diplomasi publik dengan sasaran politik luar negeri
untuk menguatkan dukungan dan kepercayaan masyarakat internasional bagi
terpeliharanya keutuhan dan integrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia
dan pemulihan ekonomi nasional.
Selain dari pihak pemerintah Indonesia, kelompok LSM pun mengakui
vitalnya G-20 bagi citra Indonesia.Salah satu responden dari sebuah LSM
internasional menyatakan bahwa forum G-20 menjadi peluang bagi Indonesia
tidak dipandang sebagai under-developed country (negara terbelakang), tetapi
benar-benar sebagai emerging economy yang memiliki potensi.Di forumforum internasional seperti G-20, Indonesia menjadi dipandang sebagai

Universitas Sumatera Utara

negara demokratis dan menjadi sarana promosi citra Indonesia yang
mendatangkan investasi bagi perekonomian Indonesia.Tidak hanya itu, di
dalam G-20 Indonesia dapat melihat kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh
negara maju, kemudian menerapkannya pada negara sendiri. 186Tidak hanya
membahas tentang upaya pemulihan krisis di zona Eropa tetapi juga sebagai
sumber informasi untuk pengambilan kebijakan ekonomi dalam negeri. 187
D. TANTANGAN-TANTANGAN

BAGI

PENINGKATAN

PERAN

INDONESIA DALAM G-20
Pembahasan sebelumnya telah menunjukkan bagaimana Indonesia telah
berupaya untuk memainkan peran aktifnya dalam proses G-20.188Namun sejumlah
kendala-kendala dihadapi Indonesia untuk berkontribusi dan berperan aktif dalam
G-20, yang dibagi ke dalam dua faktor.Faktor yang pertama merupakan faktor
domestik, sedangkan faktor kedua adalah faktor G-20 itu sendiri.
1.

Faktor Domestik
a. Tidak adanya badan khusus yang dibentuk untuk fokus membidangi G-20
Hal ini menyebabkan sulitnya berkoordinasi antar departemen dan
para pemangku kepentingan yang lain. Sebagai forum utama yang
membicarakan ekonomi dunia, yang tentu saja terkandung kepentingan
Indonesia di dalamnya, sudah seharusnya Indonesia memiliki badan atau
sub-departemen khusus untuk fokus mengkoordinir, merencanakan,

186

Yulius. P. Hermawan, op. cit., hlm. 46-49.
Firmanzah, Peran Indonesia dalam G-20, loc. cit.
188
Yulius. P. Hermawan, op. cit., hlm. 62.

187

Universitas Sumatera Utara

mengawasi, dan mengevaluasi kiprah dan pencapaian Indonesia di G-20
serta G-20 itu sendiri. 189
b. Kapabilitas Indonesia dalam menjalankan hal-hal yang telah disepakati di
G-20
Sebagai negara berkembang yang masih banyak masalah dalam negeri
yang harus dihadapi, seperti pertumbuhan, kemiskinan, pengangguran,
korupsi, ketidakpastian hukum, terorisme, dan lain sebagainya, kapabilitas
Indonesia untuk menjalankan semua deklarasi yang telah disepakati di
KTT-KTT G-20 menjadi dipertanyakan. Sumber daya dan konsentrasi
pemerintah Indonesia pastinya akan terbagi dengan masalah-masalah
domestik dan pelaksanaan kesepakatan G-20.
Khusus masalah korupsi dan hukum Indonesia yang bisa dibilang
salah satu sumber masalah utama di Indonesia, dapat menjadi penghambat
pelaksanaan deklarasi pemimpin G-20. Dana yang dianggarkan atau
dihibahkan untuk stimulus misalnya, jika tidak tepat sasaran karena
dikorupsi akan tidak berjalan sesuai fungsinya. Atau, pungutan liar dan
kepastian hukum yang tidak jelas dapat menghambat investor masuk ke
Indonesia. Walaupun kesepakatan KTT G-20 bersifat tidak mengikat,
namun suatu negara tidak bisa berharap negara-negara lain akan
menjalankan kesepakatan yang telah dibuat jika negara tersebut sendiri
juga tidak menjalankannya. Dan, semuanya akan menjadi sia-sia. 190
2.

Faktor G-20
a. Kapabilitas G-20
189

Robby Aulia Fadila,Implementasi Gagasan Navigating A Turbulent Ocean Dan
Thousand Friends-Zero Enemy Dalam Keanggotaan Indonesia Di G-20, op.cit., hlm. 76.
190
Ibid, hlm. 77.

Universitas Sumatera Utara

Sebagai forum utama yang membahas perekonomian dunia, G-20
menjadi harapan semua pihak untuk menyepakati kebijakan-kebijakan
yang mendukung upaya pemulihan krisis ekonomi global dan masalahmasalah pembangunan lainnya.Namun, pada kenyataannya ekspektasi
tersebut tidak berbanding lurus dengan yang ada di lapangan.Salah satu
contohnya adalah perseteruan antara AS dengan China mengenai perang
mata uang keduanya.Masyarakat internasional mengharapkan perseteruan
keduanya dapat diselesaikan di G-20 agar iklim perdagangan dan situasi
di WTO dapat kembali normal.Dengan demikian kapabilitas G-20 sebagai
forum utama ekonomi dunia menjadi dipertanyakan.Hal tersebut tentu
menyulitkan Indonesia untuk lebih berperan aktif upaya pemulihan
ekonomi global dalam kapasitasnya sebagai salah satu anggota G-20.191
b. Banyaknya Kepentingan
20 negara berarti 20 kepentingan, bahkan bisa lebih. Maka, tidak
heran jika sering terjadi dead lock dalam perundingan. Walaupun visinya
sama, yaitu mengatasi krisis ekonomi global, namun semua negara
tersebut pastinya membawa kepentingan nasionalnya masing-masing.
Benturan-benturan

kepentingan

itu

tidak

dapat

dihindari

dan

menyebabkan sulitnya mencapai kata sepakat.Hal ini sangat lazim.Inilah
salah satu kendala Indonesia. Di satu sisi ingin berkontribusi aktif
mengatasi masalah dunia, di sisi lain banyak terjadi benturan yang
menyebabkan mandeknya upaya Indonesia tersebut. 192

191
192

Ibid, hlm. 78.
Ibid, hlm. 79.

Universitas Sumatera Utara

Munculnya sejumlah tantangan yang harus dihadapi Indonesia dalam
peningkatan perannya di G-20.Tantangan-tantangan itu bersifat internal, dan
sementara tantangan-tantangan lain bersifat eksternal. Tantangan-tantangan
internal meliputi kesulitan dalam melakukan koordinasi diantara kementerian
terkait khususnya sejak G-20 memasukkan agenda non finansial; perubahan
politik akibat persaingan di antara politisi yang mempengaruhi kerja menterimenteri terkait dalam melaksanakan komitmen-komitmen Indonesia dalam G-20;
dan sistem birokrasi yang tidak efisien yang mempengaruhi penerapan aturan
yang transparan dalam mendukung perekonomian terbuka. Tantangan eksternal
mencakup sistem global yang kompleks, penentangan negara-negara berkembang
terhadap legitimasi dan efektivitas G-20 dan keraguan atas keseriusan negara
maju untuk memenuhi kepentingan negara-negara berkembang. 193
1.

Tantangan yang Bersifat Internal, meliputi:
a. Koordinasi Antar Kementerian
Terdapat kesan bahwa terjadi persaingan di antara kementerian untuk
menjalankan tugas dalam proses G-20 khususnya sejak G-20 memutuskan
untuk memperluas isu-isu dan agenda di tahun 2008. Sejak pendiriannya
di tahun 1999, Menteri Keuangan dan Bank Indonesia telah menjadi
pemain utama dalam menjalankan tugas Indonesia dalam proses G-20.
Koordinasi tidak menjadi isu yang sulit karena masing-masing telah
memperoleh tugas yang khusus.Kementerian Keuangan menangani isuisu finansial, sementara Bank Sentral menangani regulasi perbankan.
Kementerian Keuangan menjalankan tugas menginformasikan komitmen-

193

Yulius. P. Hermawan, op. cit., hlm. 62.

Universitas Sumatera Utara

komitmen G-20 ke kantor-kantor kementerian lain dan kemudian
memainkan peran kunci dalam mengkoordinasikan
komitmen-komitmen

tersebut.

Kementerian

tersebut

implementasi
membangun

koordinasi regular dengan Bank Indonesia, Badan Perencanaan dan
Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Badan Pengawas Pasar Modal
(Bapepam). Koordinasi ini disesuaikan dengan isu yang menjadi topik
pembahasan sesuai dengan proses G-20.
Keputusan pemimpin-pemimpin G-20 untuk memasukkan isu-isu non
finansial dalam agenda G-20 membuat koordinasi antar kementerian
menjadi

sesuatu

yang

tidak

mudah.Pemerintah

Indonesia

telah

membentuk dua koordinator yang tugasnya adalah mengembangkan
koordinasi antara kementerian-kementerian terkait.Koordinator pertama
menangani masalah-masalah finansial.Koordinator kedua menangani isuisu non finansial.Kementerian Keuangan menjalankan koordinasi isu
finansial, sementara Kementerian Luar Negeri memfokuskan pada isu-isu
non finansial seperti perubahan iklim, anti korupsi, terorisme, dll, yang
relevan dengan agenda yang dibicarakan dalam G-20. 194
b. Ketidakpastian Perubahan Politik
Ketidakpastian politik merupakan hambatan lain yang berpengaruh
terhadap peran Indonesia dalam G-20. Sulit mengharapkan bahwa menteri
yang diharuskan paling berperan dalam G-20 untuk berkonsentrasi pada
peningkatan kontribusinya dalam G-20 jika posisinya dalam politik

194

Ibid, hlm. 62-63.

Universitas Sumatera Utara

domestik terus dipertanyakan oleh para politisi di parlemen ataupun para
pengamat politik.
Harus diakui kompetensi individual sangat penting dalam forumforum internasional dalam konteks di mana tidak adanya semacam
pedoman tertulis menjadi kerangka kerja menteri dan pejabat senior
terkait. Hal ini tentunya mendorong perumusan agenda baru oleh
pemerintah perihal rumusan pedoman yang berorientasi jangka panjang
tersebut, sehingga siapa pun pejabat yang memimpin tidak akan
menimbulkan kekhawatiran. Ketidakpastian tersebut berpengaruh secara
langsung pada formasi vocal point sendiri yang kadang menimbulkan
kekhawatiran jika Indonesia harus mulai lagi dari awal, karena secara
logika hal tersebut akan menyita waktu dan menghambat pergerakan
Indonesia. 195
c. Birokrasi yang Tidak Efisien dan Masalah-Masalah Domestik
Ta