Peran Indonesia Dalam Organisasi Internasional G-20 (The Group Of Twenty)

BAB II
ASPEK HISTORIS DAN YURIDIS DARI KEBERADAAN G-20 SEBAGAI
ORGANISASI INTERNASIONAL
A. ASPEK HUKUM ORGANISASI INTERNASIONAL
1. Pengertian dan Unsur-Unsur Organisasi Internasional
Organisasi internasional memang merupakan salah satu fenomena baru
dalam tata masyarakat internasional.Organisasi internasional baru muncul sekitar
abad ke-19, ditandai dengan berdirinya International Telecommunication
Organization (I.T.U) pada tanggal 17 Mei 1865. Selanjutnya diikuti oleh
organisasi internasional dalam bidang lain sampai pada berdirinya Liga BangsaBangsa pada tahun 1918 dan penggantinya Perserikatan Bangsa-Bangsa pada
tanggal 24 Oktober 1945, serta disusul oleh organisasi internasional dalam
berbagai bidang kehidupan. 44
Dalam Hukum Internasional positif, tidak ada satu pasal pun yang
memberikan batasan tentang apa yang dimaksud dengan organisasi internasional
itu. Namun demikian, para ahli berusaha mengemukakan pendapat mereka
mengenai apa sebenarnya yang dimaksud dengan organisasi internasional. 45Para
sarjana hukum internasional pada umumnya tidak merumuskan definisi organisasi
internasional secara langsung, namun cenderung memberikan ilustrasi yang
substansinya

44


mengarah pada kriteria-kriteria serta elemen-elemen dasar

I Wayan Parthiana, Pengantar Hukum Internasional, (Bandung: Mandar Maju, 1990),

hlm. 68.
45

Hasnil Basri Siregar, Hukum Organisasi Internasional, (Medan: Kelompok Studi
Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU, 1994), hlm. 67.

Universitas Sumatera Utara

atauminimal yang harus dimiliki oleh suatu entitas yang bernama organisasi
internasional. 46 Beberapa diantaranya dikemukakan di bawah ini: 47
1.

Bowett D.W
Bowett dalam bukunya The Law of International 48 mengakui tidak ada
batasan yang umum tentang pengertian organisasi internasional. Walaupun

demikian, ia mencoba memberi batasan dengan menyatakan bahwa: 49
“.... and no generally accepted definition of public international union has
ever been reached. In general, however, they were permanent associations
(i.e. postal or railway administrations), based upon a treaty of a multilateral
rather than a bilateral type and with some definite criterion of purpose”. 50
“…. dan tidak ada suatu batasan mengenai organisasi publik internasional
yang dapat diterima secara umum. Pada umumnya, organisasi ini merupakan
organisasi permanen (sebagai contoh, jawatan pos atau administrasi kereta
api), yang didirikan berdasarkan perjanjian internasional yang kebanyakan
merupakan perjanjian multilateral daripada perjanjian bilateral yang disertai
beberapa kriteria tertentu mengenai tujuannya”. 51
Substansi pendapat tersebut bahwa organisasi publik internasional
merupakan organisasi permanen berdasarkan suatu perjanjian internasional
yang sifatnya multilateral berdasarkan kriteria dan tujuan tertentu. 52

2.

Starke

46


Ade Maman Suherman, op.cit., hlm. 45.
Hasnil Basri Siregar, loc.cit.
48
Ibid.
49
Ade Maman Suherman, op.cit., hlm. 45.
50
Hasnil Basri Siregar, loc.cit.
51
DW. Bowett, Hukum Organisasi Internasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 1995), hlm. 3.
52
Ade Maman Suherman, op.cit., hlm. 45.
47

Universitas Sumatera Utara

Dalam bukunya An Introduction to International Law, yang membahas
secara terpisah/bab tersendiri “International Institutions”.Ia juga tidak
memberikan


batasan

yang

khusus

mengenai

pengertian

organisasi

internasional. Ia hanya membandingkan fungsi, hak dan kewajiban serta
wewenang berbagai organ lembaga internasional dengan negara modern. Hal
demikian diutarakannya dengan mengatakan bahwa:
“In the first place, just as functions of the modern state and the rights, duties
and powers of its instrumentalities are governed by a branch of municipal
law called State Constitutional Law, so international institutions are similarly
conditioned by a body of rules may will be described as international

constitutional law”.
“Pertama-tama, seperti fungsi suatu negara modern dengan hak, kewajiban
dan kekuasaan yang dimiliki berbagai alat perlengkapannya, itu semuanya
diatur oleh hukum nasional, yang dinamakan Hukum Tata Negara (State
Constitutional Law) sehingga dengan demikian organisasi internasional yang
ada, sama halnya dengan alat perlengkapan negara modern yang diatur oleh
semacam Hukum Tata Negara”
Dengan demikian maksud Starke itu ialah bahwa lembaga internasional ini
mempunyai beberapa persamaan dengan negara modern, meskipun tidak
selalu mengikuti garis yang sama dengan konstitusi negara modern. 53
3.

Sumaryo Suryokusumo

53

Hasnil Basri Siregar, op.cit., hlm. 67-68.

Universitas Sumatera Utara


Beliau pun tidak menjabarkan definisi organisasi internasional secara
terperinci dalam suatu rangkaian kalimat yang secara limitatif.Beberapa
penjelasannya dapat diuraikan berikut ini. 54
“Organisasi internasional adalah suatu proses; organisasi internasional juga
menyangkut aspek-aspek perwakilan dari tingkat proses tersebut yang telah
dicapai pada waktu tertentu. Organisasi internasional diperlukan dalam
rangka kerjasama, menyesuaikan dan mencari kompromi untuk meningkatkan
kesejahteraan serta memecahkan persoalan bersama, serta mengurangi
pertikaian yang timbul.” 55
Untuk

menjelaskan

gambaran

organisasi

internasional,

beliau


mendeskripsikan karakteristik dari sebuah organisasi internasional sebagai
berikut.
“Mengenai ciri organisasi internasional yang mencolok ialah merupakan
suatu organisasi yang permanen untuk melanjutkan fungsinya yang telah
ditetapkan. Organisasi itu mempunyai suatu instrument dasar (constituent
instrument) yang akan memuat prinsip-prinsip dan tujuan, struktur maupun
cara organisasi itu bekerja. Organisasi internasional dibentuk berdasarkan
perjanjian.Organisasi itu mengadakan kegiatannya sesuai dengan persetujuan
atau rekomendasi serta kerjasama dan bukan semata-mata bahwa kegiatan itu
haruslah dipaksakan/dilaksanakan.”
Sumaryo Suryokusumo mendefinisikan organisasi internasional dari segi
tahapan-tahapan dalam rangka pendirian organisasi internasional dengan
tujuan untuk mengurangi berbagai sengketa antarnegara anggota dan demi
54
55

Ade Maman Suherman, op.cit., hlm. 48.
Sumaryo Suryokusumo, Hukum Organisasi Internasional, (Jakarta: UI Press, 1990),


hlm. 10.

Universitas Sumatera Utara

kesejahteraan bersama sesuai dengan apa yang dituangkan dalam konstitusi
organisasi. Definisi diatas dapat dikatakan mengedepankan “utilityapprach”. 56
4.

Daniel S. Cheever dan H. Field Haviland Jr.
Menurut Daniel S. Cheever dan H. Field Haviland Jr, dalam bukunya
“Organizing For Peace: International Organization In World Affairs”
memberikan define secara sederhana mengenai organisasi internasional
sebagai: 57
“Any cooperative arrangement instituted among states, usually by a basic
agreement, to perform some mutually advantageous functions implemented
through periodic meetings and staff activities”. 58
(Terjemahan bebas: pengaturan bentuk kerjasama internasional yang
melembaga antara negara-negara, umumnya berlandaskan suatu persetujuan
dasar untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang memberikan manfaat timbal
balik yang dilaksanakan melalui pertemuan-pertemuan serta kegiatankegiatan staf secara berkala). 59


5.

NA Maryan Green
Na Maryan Green memberikan batasan langsung tentang organisasi
internasional dengan menyatakan:
“international organization is an organization established by a treaty to
which three or more States are parties.”

56

Ade Maman Suherman, op.cit., hlm. 48.
Ibid, hlm. 49.
58
T. May Rudy, op.cit., hlm. 2.
59
Ade Maman Suherman, op.cit., hlm. 49.
57

Universitas Sumatera Utara


(Terjemahan bebas: “organisasi internasional adalah organisasi yang dibentuk
berdasarkan suatu perjanjian dengan tiga atau lebih negara-negara menjadi
peserta”).60
6.

Boer Mauna
Boer Mauna dalam bukunya “Hukum Organisasi Internasional”
menegaskan bahwa:
“Organisasi internasional adalah suatu perhimpunan negara-negara yang
merdeka dan berdaulat yang bertujuan untuk mencapai kepentingan bersama
melalui organ-organ dari perhimpunan itu sendiri”.
Pendapat Boer Mauna di atas mencantumkan persyaratan bahwa
organisasi internasional harus dibentuk oleh negara-negara yang merdeka dan
berdaulat.Apabila melihat pendapat-pendapat sebelumnya, unsur merdeka
dan berdaulat tidak menjadi variabel mutlak untuk berdirinya suatu organisasi
internasional. 61

7.


Teuku May Rudy
Dalam hal ini Teuku May Rudy berpendapat, organisasi internasional akan
lebih lengkap dan menyeluruh jika didefinisikan sebagai berikut:
“Pola kerjasama yang melintasi batas-batas negara, dengan didasari struktur
organisasi yang jelas dan lengkap serta diharapkan atau diproyeksikan untuk
berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan
melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan

60
61

Ibid, hlm. 50.
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

serta disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun
anatara sesama kelompok non-pemerintah pada negara yang berbeda”. 62
Istilah organisasi internasional memiliki pengertian ganda yaitu digunakan
dalam arti luas maupun dalam arti sempit.Dalam arti luas organisasi internasional
itu mengarah kepada setiap organisasi yang melintasi batas-batas negara
(internasional), baik yang bersifat publik dan privat. Sedangkan dalam arti sempit
akan mengarah kepada setiap organisasi internasional yang bersifat publik sematamata. 63
Pada ilmu-ilmu sosial, khususnya dalam bidang studi internasional yang
dimaksud dengan organisasi internasional itu adalah lazimnya organisasi
internasional dalam arti sempit.Yaitu organisasi yang dibentuk atau didirikan oleh
pemerintah-pemerintah (Intergovernmental Organization). Sedangkan diluar
Intergovernmental

Organization

tersebut

terdapat

beribu-ribu

organisasi

internasional yang pembentukannya tidak melalui pemerintah-pemerintah akan
tetapi didirikan privat, yang disebut Non-Governmental Organization. 64
Organisasi internasional dalam pengertian luas oleh J.G. Starke dan D.W.
Bowett disebut Lembaga-Lembaga Internasional (International Institutions).65
G.I. Tunkin menyebut nama lain bagi organisasi internasional dalam arti
sempit (IGO) dengan istilah ISO (Interstate Organization) yaitu organisasi antar
negara. 66
Teuku May Rudy menyatakan unsur-unsur untuk suatu organisasi
internasional, yaitu:
62

T. May Rudy, op.cit., hlm. 3.
Hasnil Basri Siregar, op.cit., hlm. 1.
64
Ibid.
65
Ibid.
66
Ibid.
63

Universitas Sumatera Utara

1) kerjasama yang ruang lingkupnya melintasi batas negara;
2) mencapai tujuan-tujuan yang disepakati bersama;
3) baik antarpemerintah maupun nonpemerintah,
perlu pula dipenuhi unsur-unsur:
4) struktur organisasi yang jelas dan lengkap;
5) melaksanakan fungsi secara berkesinambungan. 67
2. Dasar Hukum Eksistensi Organisasi Internasional
Istilah sumber hukum organisasi internasional telah digunakan dalam
empat pengertian: 68
Pertama, sebagai kenyataan historis tertentu, kebiasaan yang sudah lama
dilakukan, persetujuan atau perjanjian resmi yang dapat membentuk sumber
hukum organisasi internasional. Sebagai contoh dari kenyataan sejarah
pembentukan PBB adalah Konferensi Dumbarton Oaks 1944 yang mengususlkan
perumusan 50 pasal rancangan Piagam PBB, Konferensi Organisasi Internasional
yang berlangsung di San Fransisco tahun 1945 sebagai kelanjutan dalam
merampungkan rancangan Piagam dan Konferensi Yalta 1945 yang khususnya
mengusulkan adanya badan di dalam PBB yang bertanggungjawab mengenai
keamanan nasional para anggota. 69
Kedua, instrumen pokok yang dimiliki oleh organisasi internasional dan
memerlukan ratifikasi dari semua anggotanya. Instrumen pokok ini dapat berupa
Piagam (PBB, OAS, OAU, dan Organisasi Konferensi Islam), Convenant (Liga
Bangsa-Bangsa), Final Act (Konferensi Keamanan dan Kerjasama Eropa atau
lazim disebut Helsinki Accords), Pact (Liga Arab, Warsawa), Treaty (NATO,
67

T. May Rudy, op.cit., hlm. 4.
Hasnil Basri Siregar, op.cit., hlm. 24.
69
Sumaryo Suryokusumo, op.cit., hlm. 26.
68

Universitas Sumatera Utara

SEATO), Statute (IAEA, OPEC), Deklarasi (ASEAN), Constitution (UNIDO,
ILO, WHO, UNESCO), dan lain-lain. 70
Ketiga, ketentuan-ketentuan lainnya mengenai peraturan tata cara
organisasi internasional beserta badan-badan yang berada di bawah naungannya,
termasuk cara kerja mekanisme yang ada pada organisasi tersebut. Peraturanperaturan semacam itu merupakan elaborasi dan pelengkap instrumen pokok yang
ada, yang semuanya itu memerlukan persetujuan bersama dari para anggota.71
Keempat, hasil-hasil yang ditetapkan atau diputuskan oleh organisasi
internasional yang wajib atau harus dilaksanakan baik oleh para anggotanya
maupun badan-badan yang ada di bawah naungannya.Hasil-hasil itu bisa
berbentuk resolusi, keputusan, deklarasi atau rekomendasi. 72
Setiap organisasi internasional mempunyai aturan-aturan yang merupakan
hukumnya sendiri.Bagaimana suatu organisasi internasional memperlakukan
hukumnya tergantung pada organisasi internasional itu sendiri.Dapat dipastikan
suatu organisasi internasional mempunyai anggaran dasar sebagai landasan
bekerjanya organisasi internasional tersebut.Untuk perkembangan hukum
selanjutnya dari organisasi internasional tersebut tergantung pada keputusan yang
dibuat alat perlengkapan/organ dari organisasi internasional.Kewenangan dari
suatu alat perlengkapan/organ untuk membuat keputusan ditetapkan dalam
anggaran dasarnya. 73
Perjanjian internasional yang dibuat antara negara-negara untuk membuat
suatu organisasi internasional biasanya disebut Anggaran Dasar Organisasi

70

Ibid, hlm. 26-27.
Ibid, hlm. 28-29.
72
Ibid, hlm. 30.
73
Sri Setianingsih Suwardi, op.cit., hlm. 183.
71

Universitas Sumatera Utara

Internasional.Anggaran dasar suatu organisasi internasional itu tidak selalu
berbentuk suatu dokumen hukum yang tersendiri.Sebagai contoh anggaran dasar
ICAO adalah bagian dari Chicago Convention on International Civil
Aviation.Konvenan LBB dan anggaran dasar ILO aslinya adalah bagian dari
perjanjian perdamaian tahun 1919 (peace treaties). 74
Anggaran dasar organisasi internasional pada umumnya adalah suatu
perjanjian multilateral. Yang membedakan anggaran dasar suatu organisasi
internasional dengan perjanjian multilateral pada umumnya menurut Henry G.
Schermers adalah: 1) Membentuk suatu badan hukum (creation of a legal person),
2) Pembatasan untuk reservasi (limitation on reservation), 3) Pembaruan secara
diam-diam (tacit renewal). 75
1) Membentuk Suatu Badan Hukum
Tidak seperti perjanjian internasional pada umumnya, anggaran dasar
suatu organisasi internasional tidak hanya mengatur masalah hak dan kewajiban
negara pihak, tetapi yang penting anggaran dasar ini membentuk subjek hukum
internasional baru.Sebagai subjek hukum internasional, organisasi internasional
mempunyai alat perlengkapan/organ sendiri serta mengambil sendiri bagian dalam
hubungan internasional.Bahkan organisasi internasional dapat menjadi pihak
dalam suatu perjanjian internasional.Tujuan dari anggaran dasar organisasi
internasional adalah menentukan struktur dan aturan dari fungsi suatu organisasi
internasional. 76
2) Pembatasan untuk Reservasi

74

Ibid, hlm. 183-184.
Ibid, hlm. 184.
76
Ibid, hlm. 184-185.

75

Universitas Sumatera Utara

Walaupun pada perjanjian multilateral reservasi adalah hal yang
diperbolehkan, tetapi untuk suatu anggaran dasar suatu organisasi internasional
reservasi tidak dikehendaki. Hal ini disebabkan karena negara anggota suatu
organisasi internasional tidak hanya bekerja sama dengan anggota yang lain untuk
berpartisipasi dalam suatu organisasi internasional, tetapi negara anggotanya
bersama-sama memutuskan masalah-masalah penting. Oleh karenanya maka
negara-negara anggota membutuhkan aturan yang sama yang mengikat mereka
untuk mencapai tujuan dari suatu organisasi. Di samping itu suatu anggaran dasar
bila diperlukan untuk disesuaikan dengan kebutuhan organisasi internasional
dapat diadakan perubahan. 77
3) Pembaruan Secara Diam-Diam
Suatu organisasi internasional harus dapat beradaptasi dengan perubahan
yang

ada

dalam

masyarakat.Organisasi

internasional

mempunyai

alat

perlengkapan/organ yang diberi wewenang untuk mengadakan perubahan
anggaran dasar bila itu diperlukan.Anggaran dasar suatu organisasi internasional
biasanya telah menentukan bagaimana suatu anggaran dasar itu diubah.Meskipun
tidak

ada

ketentuan

untuk

perubahan,

konstitusi

dapat

diubah.

Alat

perlengkapan/organ dari suatu organisasi internasional dapat mengadakan
penafsiran atas ketentuan dalam konstitusi sesuai dengan tujuan oganisasi; bila
penafsiran itu tidak ditolak berarti negara anggota menyetujuinya dan penafsiran
itu akan mengikat.
Walaupun amandemen telah ditentukan alat perlengkapan utama/organ
utama mana dalam organisasi internasional itu yang berhak mengadakan

77

Ibid, hlm. 185.

Universitas Sumatera Utara

amandemen, kadang-kadang masih dibutuhkan adanya suatu sidang khusus
(special review conference), gunanya adalah mendapatkan suatu pandangan yang
komprehensif untuk suatu perubahan.Dibutuhkan ratifikasi dari para anggota
untuk amandemen suatu anggaran dasar sebelum amandemen itu berlaku
didasarkan pada perlunya ada kesepakatan (concent principle) berbeda dengan
prinsip legislatif (legislative principle). 78
a.

Prinsip Kesepakatan (Concent Principle)
Kebutuhan akan adanya kesepakatan dari para anggota untuk berlakunya
suatu amandemen dari suatu anggaran dasar merupakan prinsip yang telah
lama dianut oleh masyarakat internasional. Menurut ketentuan Pasal 94(a)
Konvensi ICAO maka tahap pertama, amandemen itu harus disetujui dua per
tiga suara di Assembly.Tahap kedua, untuk dapat berlaku harus diratifikasi
oleh tidak kurang dari dua per tiga anggota Assembly dan hanya in respect of
states yang meratifikasi amandemen tersebut.79

b.

Prinsip Legislatif (The Legislative Principles)
Dalam prinsip legislatif ini maka diperlukan suara mayoritas untuk
menentukan amandemen yang akan mengikat anggota yang tidak setuju
(minoritas). Prinsip ini dianut dalam Pasal 108 Piagam PBB.Menurut Pasal
108 Piagam PBB suatu amandemen disetujui dua per tiga anggota Majelis
Umum dan diratifikasi oleh dua per tiga anggota PBB termasuk anggota tetap
Dewan

78
79

Keamanan,

amandemen

lalu

berlaku

untuk

semua

Ibid, hlm. 186-187.
Ibid, hlm. 187-188.

Universitas Sumatera Utara

anggota.Amandemen yang telah disetujui oleh dua per tiga anggota dan kalau
perlu diratifikasi akan berlaku mengikat semua anggota.80
Selain kedua prinsip di atas ada amandemen yang dibedakan antara
amandemen minor dan mayor, minor amandemen perubahannya cukup dengan
prinsip

legislatif

(legislative

principle),

sedangkan

mayor

amandemen

perubahannya memerlukan kesepakatan (concent principle).Berlakunya suatu
amandemen ditentukan oleh anggaran dasar itu sendiri.Biasanya amandemen
untuk penambahan suatu alat perlengkapan/organ utama biasanya berlaku efektif
sehari setelah amandemen sah. 81
Ada kemungkinan suatu anggota menolak untuk amandemen, hal ini bisa
terjadi dalam amandemen dengan prinsip kesepakatan atau pada penerapan prinsip
legislatif tetapi anggota menolak untuk menerima kehendak mayoritas.Dalam hal
ini ada kemungkinan anggota yang menolak dapat mengundurkan diri. 82
3. Syarat-Syarat Organisasi Internasional
Suatu prasyarat untuk berdirinya suatu organisasi internasional adalah
adanya keinginan untuk bekerja sama yang jelas-jelas kerja sama internasional
tersebut akan bermanfaat dalam bidangnya dengan syarat organisasi tidak
melanggar kekuasaan dan kedaulatan negara anggota. Menurut Kernes dalam
studinya mengenai Central Amerika memaparkan syarat yang harus dipenuhi
untuk mendirikan sebuah organisasi supranasional yang dapat dijelaskan sebagai
berikut.83
In his study on Central America, he considered why the five Central
American republics, which have strived to create a federation for 135 years, have
80

Ibid, hlm. 188-189.
Ibid, hlm. 189.
82
Ibid, hlm. 190.
83
Ade Maman Suherman, op.cit., hlm. 61.

81

Universitas Sumatera Utara

never succeded in uniting. He draws some conclusions which may be valid for all
attempts to establish supranational or federal organization.
1. No supranational authority is possible without representative government in
the participating states. The electrorate of democratic state will never
transfer to an organization partly composed of dictatorships. A dictatorships
will not accept direct communication between international organization and
its citizens.
2. The state concerned must have a sufficiently developed governmental
structure. A supranational organization can not function properly if it is
unable to make states.
3. Nationalism should be not be a prominent feature of any of the participant
states.
4. The states should have sufficient common interest. This may also include such
factors as the size of their respective national debts. 84
Menurut Thomas L. Karnes (1961), syarat-syarat mendirikan organisasi
internasional antara lain:
1.

Harus ada perwakilan resmi pemerintah. Karena negara yang menerapkan
sistem pemilihan umum secara demokratis tidak mungkin mentransfer
kekuasaannya secara terpisah dari garis diktatorianisme/kepemerintahan.
Apalagi tidak banyak pemerintahan yang akan menerima terjadinya
komunikasi secara langsung antara organisasi internasional dengan warga
negaranya.

2.

Konsentrasi negara harus pada upaya mengembangkan struktur pemerintahan.
Karena jika tidak maka organisasi supranasional tidak mungkin dapat
berfungsi bagi negara.

3.

Nasionalisme tidak boleh menjadi ciri utama dari setiap negara partisipan.

4.

Negara-negara anggota harus memiliki kepentingan bersama. Hal ini juga
menjadi faktor yang menentukan besarnya respek negara dilihat dari
keuntungan yang akan didapatkanya dalam organisasi. 85

84

Ibid.
Pendirian dan Pembubaran Oraganisasi Internasional, sebagaimana dimuat dalam
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/371/jbptunikompp-gdl-dewitriwah-18515-7-babvi(-).pdf,
diakses pada tanggal 30 Januari 2017.
85

Universitas Sumatera Utara

Persyaratan pendirian organisasi internasional menurut Konvensi Wina
(artikel 2) 1969: “International agreement concluded between states in written
form and governed by international law, whether embodied in a single instrument
or in two or more related instruments, and whatever its particular designation.” 86
Berdasarkan unsur-unsur di atas, maka persyaratan suatu organisasi
internasional dapat diperinci sebagai berikut:
1.

Dibuat oleh negara sebagai para pihak (contracting state).

2.

Berdasarkan perjanjian tertulis dalam satu, dua, atau lebih instrumen.

3.

Untuk tujuan tertentu.

4.

Dilengkapi dengan organ.

5.

Berdasarkan hukum internasional. 87
Schermers berpendapat suatu organisasi internasional harus memenuhi

syarat sebagai berikut:
1.

Dibentuk oleh suatu perjanjian internasional.

2.

Memiliki organ yang terpisah dari negara-negara anggotanya.

3.

Diatur oleh hukum internasional publik. 88
4. Hak dan Kewajiban Organisasi Internasional sebagai Subjek Hukum
Internasional
Subjek hukum adalah pemegang hak dan kewajiban menurut hukum dan

pemegang hak dan kewajiban hukum itu memiliki kemampuan untuk mengadakan
hubungan-hubungan hukum dengan sesama pemegang hak dan kewajiban

86

Organisasi
Internasional
sebagai
SHI,
sebagaimana
dimuat
dalam
http://learning.borneo.ac.id/pluginfile.php/921/course/overviewfiles/Organisasi%20Internasional%
20sebagai%20SHI.pdf?forcedownload=1, diakses pada tanggal 30 Januari 2017.
87
Ade Maman Suherman, op.cit., hlm. 62.
88
Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan Dan Fungsi Dalam Era
Dinamika Global Edisi Ke-2, (Bandung: PT ALUMNI, 2008), hlm. 475.

Universitas Sumatera Utara

hukum.Jadi, organisasi internasional merupakan pemegang hak dan kewajiban
menurut hukum internasional. 89
Kedudukan organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional
tidak diragukan lagi, walaupun pada mulanya belum ada kepastian tentang hal
tersebut.90
Organisasi Internasional diperhitungkan sebagai salah satu subjek dari
hukum internasional hanya terjadi baru-baru ini saja.Pada akhir abad ke-19 dan
awal abad ke-20, para ahli hukum internasional mengklaim bahwa hanya negara
saja yang dapat dibebani hak dan kewajiban di hadapan hukum internasional. 91
Dengan diterimanya organisasi internasional sebagai subjek hukum
internasional, berarti organisasi internasional itu mempunyai hak dan kewajiban
menurut hukum internasional. Hak dan kewajiban tersebut antara lain mempunyai
wewenang untuk menuntut di depan pengadilan, sebaliknya juga dapat dituntut,
memperoleh dan memiliki benda-benda bergerak, mempunyai kekebalan
(immunity) dan hak-hak istimewa (privileges).

92

Setiap subjek hukum internasional memiliki tingkat hak dan kewajiban
yang berbeda.Misalnya, negara dan individu, negara merupakan subjek hukum
internasional yang utama dan karena itu memiliki hak dan kewajiban penuh di
hadapan hukum internasional 93, sedangkan individu tidak memiliki hak untuk
menentukan derajat hak dan kewajiban suatu subjek hukum internasional. Hal ini
dapat dilihat dari tiga indikator, yaitu apakah subjek yang bersangkutan memiliki
89

Sri Setianingsih Suwardi, op.cit., hlm. 7-8
Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, Buku I Bagian Umum
(Bandung: Binacipta, 1982), hlm. 95.
91
Jan Klabbers, Introduction to Internasional Institutional Law, (Cambridge: Cambridge
University Press, 2002), hlm. 42.
92
Sri Setianingsih Suwardi, op.cit., hlm. 8
93
Jan Klabbers, op.cit., hlm. 43.
90

Universitas Sumatera Utara

hak untuk membuat perjanjian internasional, apakah subjek yang bersangkutan
memiliki hak untuk mengirim dan menerima perwakilan, dan yang terakhir adalah
apakah subjek yang bersangkutan memeiliki hak untuk dapat mengajukan dan
menerima tuntutan internasional. Apabila salah satu dari indikator ini terpenuhi,
maka subjek yang bersangkutan dapat dianggap sebagai subjek hukum
internasional.Subjek hukum negara memenuhi ketiga indikator ini, sementara
subjek lainnya tidak, atau setidaknya memenuhi tetapi secara terbatas. 94
Untuk mengetahui apakah suatu organisasi internasional mempunyai
status sebagai subjek hukum internasional, maka harus dilihat dari anggaran dasar
organisasi internasional tersebut. Dalam anggaran dasar organisasi internasional
tersebut juga diketahui apakah organisasi internasional tersebut mempunyai
organ/alat

perlengkapan

yang

mempunyai

wewenang

menurut

hukum

internasional, misalnya membuat perjanjian dengan subjek hukum internasional
lainnya, atas nama organisasi tersebut.95
McNair dalam bukunya menyatakan bahwa: 96
“If fully sovereign states possesses a treaty power when acting alone, it is
not surprising to fine the same power attribute to an internasional organization
which they have created from the members of which usually sovereign states.”
Jadi jelaslah menurut Mc. Nair, organisasi internasional mempunyai wewenang
membuat perjanjian internasional.Vienna Convention menyebutkan bahwa

94

Ibid, hlm. 44.
Sri Setianingsih Suwardi, loc.cit.
96
Mc. Nair, The Law of Treaties, (Oxford: The Claredon Press, 1961), hlm. 50.
95

Universitas Sumatera Utara

kapasitas organisasi internasional untuk membuat perjanjian internasional diatur
oleh aturan yang ditentukan oleh organisasi yang bersangkutan. 97
Organisasi internasional memiliki kapasitas untuk mengirim dan
menerima perwakilan.Hal ini dapat dibuktikan dari praktik-praktik yang ada
bahwa terdapat sejumlah organisasi internasional yang memiliki utusan permanen
pada organisasi-organisasi internasional. 98Organisasi Internasional juga saling
menempatkan perwakilannya pada organisasi internasional lainnya, seperti yang
telah dikonfirmasi oleh International Court of Justice (ICJ) pada 1988. 99
Mahkamah

Internasional

menyatakan

personalitas

hukum

sebuah

organisasi internasional berbeda dengan negara-negara yaitu adanya pembatasan
prinsip spesialitas.Ini berarti bahwa suatu organisasi internasional hanya dapat
melaksanakan kapasitas yuridik yang dimilikinya dalam batas-batas dan untuk
tujuan yang telah ditetapkan oleh piagam konstitutif organisasi itu.Yang dimaksud
dengan kapasitas di sini ialah kesanggupan untuk melaksanakan sejumlah hak dan
kewajiban yang lekat pada kepemilikan personalitas dan yang diatur oleh
ketentuan-ketentuan akte konstitutif. Hak dan kewajiban organisasi internasional
adalah mencakup beberapa aspek:
a.

Organisasi-organisasi internasional dapat membuat perjanjian-perjanjian
internasional dengan negara-negara anggota, negara-negara lain atau
organisasi-organisasi internasional lainnya seperti termaktub dalam Pasal 6

97

Pasal 6 Vienna Convention on The Law of Treaties between States and International
Organizations or between International Organizations 1986.
98
Contohnya, pada Desember 1995, terdapat sekitar 125 negara-negara yang
menempatkan diplomat-diplomatnya di European Community.Kebanyakan dari negara-negara
tersebut menggabungkan perwakilannya pada EC dengan kedutaanya pada Belgia.EC sendiri
memiliki perwakilannya yang ditempatkan, misalnya di Jenewa, Tokyo, dan Washington DC.
99
Jan Klabbers, op.cit., hlm. 47.

Universitas Sumatera Utara

Konvensi Wina 1986 100 tentang Hukum Perjanjian antara Negara-Negara dan
Organisasi-Organisasi Internasional;
b.

Organisasi-organisasi internasional pada umumnya mempunyai hak legasi
pasif dan hak legasi aktif. Dalam hak legasi pasif, masing-masing organisasi
internasional dapat mengadakan hubungan dengan misi-misi tetap negaranegara anggota yang menginginkannya. Misi-misi tetap ini merupakan misi
diplomatik yang sesungguhnya dan yang diakreditasikan kepada satu atau
beberapa organisasi internasional. Misi-misi tersebut dilengkapi dengan
personil diplomatik yang bertugas sebagai penghubung antara pemerintah
negara pengirim dan organisasi internasional. Dalam hal hak legasi aktif,
organisasi-organisasi internasional itu sendiri yang mempunyai misi
diplomatik

di

negara-negara

tertentu

atau

di

organisasi-organisasi

internasional lainnya, seperti yang dilakukan PBB dan Uni Eropa;
c.

Organisasi-organisasi internasional mempunyai hak untuk mengajukan
pengaduan internasional atas kerugian yang diderita, terutama dengan cara
mengajukan protes, pembentukan angket, perundingan atau penyelesaian
melalui arbitrasi atau hukum dalam hal di mana status organ yang dituntut
memungkinkannya, dan juga mempunyai personalitas yuridik;

d.

Organisasi internasional memiliki otonomi keuangan dan kapasitasnya untuk
mempunyai anggaran belanja sendiri. Otonomi ini sekaligus merupakan
akibat dan jaminan personalitas internasional dari organisasi yang berbeda
dengan personalitas negara-negara anggota. 101

100

Pasal 6 Konvensi Wina 1986 yaitu kapasitas suatu organisasi internasional untuk
membuat perjanjian-perjanjian internasional diatur oleh ketentuan-ketentuan organisasi itu sendiri.
101
Boer Mauna, op.cit., hlm. 480-482.

Universitas Sumatera Utara

Hak dan kewajiban organisasi internasional tersebut adalah benar-benar
hak dan kewajiban organisasi internasional dan bukan hak dan kewajiban negaranegara

yang

menjadi

anggota organisasi

internasional

tersebut

secara

individual. 102
B. ASPEK HISTORIS DAN ORGANISASI DARI G-20
1. Latar Belakang Pembentukan G-20
G-20 atau Kelompok 20 ekonomi utama adalah kelompok 19 negara
dengan perekonomian besar di dunia ditambah dengan Uni Eropa. Secara resmi
G-20 dinamakan The Group of Twenty (G-20) Finance Ministers and Central
Bank Governors atau Kelompok Duapuluh Menteri Keuangan dan Gubernur Bank
Sentral. Kelompok ini dibentuk tahun 1999 sebagai forum yang secara sistematis
menghimpun kekuatan-kekuatan ekonomi maju dan berkembang untuk membahas
isu-isu penting perekonomian dunia. 103Keanggotaan kelompok ini merupakan
gabungan dari negara-negara maju (G-7) dan kelompok representatif negaranegara berkembang 104 yang pada dasarnya merupakan forum global untuk
mendiskusikan isu-isu moneter internasional dengan tujuan yang mengarah pada
stabilitas keuangan internasional.
Pertemuan perdana G-20 berlangsung di Berlin, 15-16 Desember 1999
dengan tuan rumah menteri keuangan Jerman dan Kanada. Mereka mengundang

102
103

Sri Setianingsih Suwardi, op.cit., hlm. 9.
Purnama Wulandari, G-20 dan Krisis Finansial Global, Jurnal ISIP, Januari 2010,

hlm. 52.
104

Sebagian besar negara anggota G-20 adalah negara-negara dengan Purchasing Power
Parity (PPP) terbesar dengan sedikit modifikasi. Belanda, Polandia, dan Spanyol masuk ke dalam
representasi Uni Eropa, sementara Iran dan Taiwan tidak diikutsertakan. Thailand dari wilayah
Asia Tenggara juga tidak diikutsertakan meski memiliki PPP di atas Afrika Selatan. Beberapa
pertimbangan seperti signifikansi suatu negara secara sistemis terhadap perekonomian global
(systematically important to global economy) dan keefektifan diskusi kelompok kecil G-20
menjadi dasar demografis keanggotaan G-20, lihat G-20 Official Publications, The Group of
Twenty: A History, hlm. 20.

Universitas Sumatera Utara

menteri-menteri keuangan dan gubernur bank sentral dari beberapa negara yang
dipandang sistemik dalam pertemuan bulan Desember 1999 di Berlin. Hadir
dalam pertemuan tersebut adalah menteri-menteri keuangan dan gubernur bank
sentral dari negara anggota G-7 (Amerika Serikat, Inggris, Italia, Jerman, Jepang,
Kanada, Perancis), Rusia (yang sudah pula bergabung dalam G-8), Afrika Selatan,
Arab Saudi, Argentina, Australia, Brazil, China, India, Indonesia, Korea Selatan,
Meksiko, Turki, dan Uni Eropa. Pertemuan Berlin ini menandai secara resmi
lahirnya G-20. Partisipan yang hadir kemudian menjadi anggota forum dialog
informal tersebut. 105
Latar belakang pembentukan forum ini berawal dari terjadinya Krisis
Keuangan 1998 dan pendapat yang muncul pada forum G-7 mengenai kurang
efektifnya pertemuan itu bila tidak melibatkan kekuatan-kekuatan ekonomi lain
agar keputusan-keputusan yang mereka buat memiliki pengaruh yang lebih besar
dan mendengarkan kepentingan-kepentingan yang barangkali tidak tercakup
dalam kelompok kecil itu. Kelompok ini menghimpun hampir 90% GNP dunia,
80% total perdagangan dunia dan dua per tiga penduduk dunia. 106
Lahinya G-20 dilatarbelakangi oleh konteks globalisasi yang terus
menguat. Serangkaian krisis ekonomi yang terjadi pada dekade tahun 1990-an
membuktikan bahwa dunia baru membutuhkan pendekatan baru untuk merespon
dunia yang semakin kecil. Nilai peso Meksiko jatuh di bulan Desember 1994
menandai krisis finansial di negara ini yang imbasnya dirasakan pada negaranegara di Amerika Selatan, Indonesia, Thailand dan Korea Selatan mengalami

105
106

Oscar Angga Pradhipta, op.cit,.hlm 2-3.
Purnama Wulandari, loc. cit.

Universitas Sumatera Utara

krisis moneter yang parah pada tahun 1997 dan dampaknya dirasakan di negaranegara kawasan Asia.
Kerentanan finansial juga dirasakan di Rusia pada tahun 1998, di Brazil
pada tahun 1998-2002, Turki pada tahun 1999-2002, dan Argentina pada tahun
2000-2001. Berbagai negara seperti China dan India telah merespom krisis dengan
berbagai cara; apapun cara yang ditempuh telah beresiko pada meledaknya angka
pengangguran dan melemahnya daya beli masyarakat, lebih lanjut ini berdampak
sistemik pada transaksi perdagangan dunia.
Krisis finansial yang terjadi pada tahun 1990-an tersebut menjadi perhatian
serius menteri-menteri keuangan negara-negara maju dan mengantarkan pada
pengakuan bahwa sudah saatnya mereka harus mengajak negara-negara yang
perekonomiannya menguat (emerging economies) untuk bergabung dalam diskusi
tentang penataan struktuf finansial global. Adalah Paul Martin, Menteri Keuangan
Kanada dan Lawrence Summer, Menteri Keuangan Amerika Serikat yang
kemudian mengambil inisiatif untuk memulai penyelenggaraan dialog-dialog G22
dan G33, di mana negara-negara dengan perekonomian yang signifikan secara
geografis dan ekonomik turut diundang di dalamnya. 107
Paul Martin menulis di Foreign Affairs mengenai pentingnya dan perlunya
negara-negara untuk duduk bersama membicarakan dan menilai setiap situasi di
negara-negara lain seperti kebijakan dan langkah-langkah apa yang akan mereka
lakukan. Untuk itulah sejumlah negara baik Negara maju maupun negara
berkembang yang tergabung dalam forum G20 bertindak untuk mengatasi krisis
finansial global yang bermula di AS ini.Forum ini diakui sebagai tempat diskusi

107

Yulius. P. Hermawan, op. cit., hlm. 4-5.

Universitas Sumatera Utara

informal, dimana sifatnya sangat terbuka dan konstruktif sehingga mendorong
para wakil negara untuk berbicara mengenai topik utama yang menjadi perhatian
bersama yang berkaitan dengan stabilitas ekonomi global. 108
Dialog G-20 yang regular diselenggarakan pada bulan Desember 1999 dan
terus dilembagakan setiap tahunnya hingga saat ini. G-20 disebut oleh para
perintisnya sebagai terobosan baru “to make a smaller world governable and
fairer” (untuk membuat dunia yang semakin kecil dapat dikelola dan lebih adil.
G-20 dapat didefiniskan sebagai komite baru untuk mengelola isu-isu
ekonomi global.Komite yang awalnya beranggotakan menteri-menteri keuangan
dan gubernur bank sentral dari 8 negara G-8 109 ditambah 10 negara dengan
perekonomian yang menguat plus Australia dan Uni Eropa.110
G-20 dipandang sebagai kompromi baru yang lebih baik antara kerjasamakerjasama multilateral yang ada.Jumlahnya yang lebih besar, sekalipun tidak
terlalu besar dibandingkan G-7, memberikan peluang bagi dialog-dialog yang
lebih luwes dengan hasil nyata yang lebih cepat, jumlahnya tentu jauh lebih
sedikit dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (192 negara) yang terkesan sangat lambat
dalam penanganan isu-isu krusial yang dihadapi dunia.Dengan penetapan jumlah
yang terbatas, G-20 meyakini kemampuan dan efektivitas untuk mencapai tujuantujuan bersama.
Pertemuan-pertemuan rutin pun digelar sejak pertemuan pertama G-20 di
Berlin, Jerman.G-20 fokus pada penanganan krisis ekonomi, kebijakan yang
kondusif bagi pertumbuhan ekonomi, penguatan sistem finansial di masingmasing negara anggota dan, sebagai respon terhadap serangan teroris 9/11 di
108

Purnama Wulandari, loc. cit.
G-8 adalah Amerika Serikat, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Prancis, Rusia
110
Yulius. P. Hermawan, op. cit., hlm. 6.
109

Universitas Sumatera Utara

gedung kembar New York, kerjasama dalam pembekuan pendanaan terorisme.
Dialog kemudian mengembangkan diskusi pada pentingnya reformasi lembagalembaga keuangan Bretton Woods, IMF, dan Bank Dunia. Reformasi ini dilihat
sebagai prekondisi penting untuk memperkuat struktur finansial global yang
relative kokoh dalam mengantisipasi krisis ekonomi di masa depan. 111
Krisis ekonomi Amerika Serikat pada tahun 2007 semakin menempatkan
pentingnya G-20. Para pendukung pelembagaan G-20 melihat perlunya
peningkatan dialog G-20 dari level kementerian ke level Konferensi Tingkat
Tinggi (KTT). Hanya pemimpin politik yang dapat membuat keputusankeputusan strategis yang sekalipun tidak legally binding (mengikat secara hukum)
namun berimplikasi pada pemenuhan komitmen politik yang lebih kuat. Dengan
demikian kesepakatan yang dibuat dalam forum intergovernmental di tingkat
tertinggi akan membawa penyesuaian-penyesuaian kebijakan di masing-masing
negara, termasuk keputusan yang sifatnya teknis. Menjadikan forum G-20 di
tingkat pemimpin tertinggi membuat keputusan-keputusan yang dibuat dalam
forum tersebut menjadi ‘implementable’ (bersifat dapat diterapkan).
Untuk menghindarkan perdebatan yang sering terjadi di KTT lain, G-20
fokus pada komonalitas di antara anggota-anggotanya.KTT mengadopsi prinsipprinsip esensial yang tidak hanya membentuk citra dan nilai simbolik, tetapi juga
meningkatkan profil G-20 yang penting secara politik.Ini penting untuk membuat
G-20 dapat memulai suatu diskusi tentang bagaimana membangun stabilitas dan
kapabilitas untuk mengelola krisis ekonomi, isu-isu yang otoritasnya berada di
tangan menteri-menteri keuangan dan gubernur bank sentral.

111

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Selain pertemuan tingkat tinggi, pertemuan pejabat senior, menteri
keuangan dan gubernur bank sentral, G-20 juga memiliki organ pertemuan
Sherpa. Pertemuan Sherpa diselenggarakan sebelum KTT yang dimaksudkan
untuk mensinkronisasikan isu-isu yang secara khusus akan diagendakan dalam
KTT. Dengan demikian pertemuan di tingkat leader dapat menjadi lebih efektif
karena lebih fokus pada masalah-masalah dan kepentingan komonalitas dengan
pendekatan yang telah disepakati bersama di tingkat pejabat senior, kementerian
dan

pejabat

Sherpa; 112

daripada

membawa

perbedaan-perbedaan

yang

dikhawatirkan justru akan memperpanjang perdebatan di tingkat pimpinan
negara. 113
2. Tujuan Pembentukan G-20
Dalam era globalisasi sekarang ini kepentingan suatu bangsa tidak bisa
dicapai dengan tangan sendiri namun era ini kinerja yang digunakan untuk
mencapai suatu kepentingan lebih kepada kerjasama, baik itu bilateral maupun
multilateral.Kepentingan ekonomi yang diperjuangkan oleh negara-negara di
dunia pun begitu adanya.Koalisi-koalisi sengaja dibentuk sebagai sarana yang
bertujuan untuk mempermudah jalannya pencapaian kepentingan masing-masing
negara dalam hal ekonomi.
Forum G-20 berdiri pada tahun 1999 pada momentum setelah krisis
moneter menimpa negara-negara Asia.Forum ini terbentuk dari keinginan para
menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara-negara G-7 yang

112

Sherpa adalah wakil yang ditunjuk oleh Presiden untuk menangani isu-isu non
keuangan.Sedangkan isu keuangan dibahas oleh Menteri Keuangan dan Gubernur Bank
Sentral.Isu-isu non-keuangan yang dibahas oleh Sherpa antara lain terkait pembangunan,
ketenagakerjaan, energi, anti-korupsi, perdagangan dan investasi, kesehatan, perubahan iklim, antiterorisme, dan pengungsi.
113
Yulius. P. Hermawan, op. cit., hlm. 8-9.

Universitas Sumatera Utara

menginginkan forum diskusi yang lebih luas untuk membahas isu moneter
internasional.Tujuannya yakni mempromosikan kerjasama global dalam mencapai
pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dan menguntungkan semua
pihak. 114
Dari

sudut

pandang

negara-negara

industri

maju,

negara-negara

berkembang telah menunjukkan bahwa situasi ekonomi dan politik negaranya
telah banyak berubah dari waktu ke waktu, dan memunculkan pandangan bahwa
negara-negara berkembang merupakan sumber pertumbuhan bagi perekonomian
global. Hal ini tidak lepas kaitannya dari pesatnya pertumbuhan perdagangan
global yang kemudian mendorong meningkatnya harga komoditi dan bahan baku
yang sebagian besar berasal dari negara-negara berkembang dalam jangka waktu
yang singkat. 115
Fokus utama G-20 bertujuan untuk mencapai konsensus, utamanya dalam
lingkupan penguatan pasar finansial.Dengan demikian, G-20 secara aktif
mendiskusikan kebijakan fiskal dan moneter.Untuk kebijakan fiskal, isu yang
sering didiskusikan adalah mekanisme untuk meningkatkan efisiensi dan
efektifitas pengeluaran negara, desain kerangka fiskal jangka menengah, dan
koordinasi untuk pengaturan pengeluaran di berbagai tingkatan berbeda di dalam
struktur pemerintahan. 116Sedangkan kebijakan moneter umumnya membahas
hubungan antarbank, bentuk penguatan mata uang serta suku bunga.

114

“to broaden the dialogue on key economic and financial policy issues among
systemically significant economies and promote co-operation to achieve stable and sustainable
world economic growth that benefits all.” lihat G-20 Official Publications, op.cit., hlm. 8.
115
Komunike G-20 dan Proses Penanganan Krisis Finansial Global, sebagaimana dimuat
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/133589-T%2027885-Kerjasama%20G-20dalam
Metodologi.pdf, diakses pada tanggal 1 Februari 2017.
116
“with respect to fiscal policy, the debate focused on ways of finding the “fiscal space”
necessary for a country to finance its social and economic objectives. Issues addressed included
mechanisms for improving the efficiency and effectiveness of government spending, the design of

Universitas Sumatera Utara

G-20 mengklaim memiliki mandat global dan karenanya G-20 tidak
sekedar menjalankan peran sebagai forum biasa. Mandatnya adalah untuk
memberi kontribusi bagi penguatan arsitektur keuangan internasional dan
memberikan kesempatan bagi dialog tentang kebijakan-kebijakan nasional,
kerjasama internasional dan lembaga-lembaga keuangan internasional. Melalui
dialog ini G-20 berharap dapat membantu pertumbuhan dan pembangunan di
dunia. G-20 bukan hanya memberikan perhatian khusus dalam hal upaya untuk
memenuhi harapan setiap anggota forum dan bagaimana dapat memberikan
manfaat bagi semua anggota forum.Namun sebagai pemegang mandat global, G20 juga bertanggungjawab untuk memberikan manfaat bagi negara-negara yang
tidak diundang dalam forum tersebut.G-20 merupakan forum yang berambisi
untuk dapat mencapai tujuan yang maha besar yang berkeinginan untuk
menyelesaikan masalah-masalah global yang dihadapi bangsa-bangsa di dunia
dengan cara-cara yang efektif. 117
Ratusan komitmen telah dibuat dalam bidang finansial, perbankan dan
perdagangan terutama sejak forum ini meningkatkan levelnya pada tingkat
pemimpin (Konferensi Tingkat Tinggi/KTT) di tahun 2008. 118 Beberapa contoh
komitmen prioritas misalnya adalah kesepakatan untuk memperkuat fleksibilitas
nilai tukar (Exchange Rates) dan menahan diri untuk melakukan devaluasi mata
uang masing-masing anggota; komitmen negara maju untuk melakukan
medium-term fiscal frameworks, and the coordination of spending across different levels of
government.” lihat G-20 Official Publications, op.cit., hlm. 39.
117
Evaluasi Akuntabilitas dan Efektivitas G-20, sebagaimana dimuat dalam
http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/Evaluasi%20Akuntabilitas%20dan%20Efektivitas%
20G20.pdf, diakses pada tanggal 1 Februari 2017.
118
Lihat deklarasi pemimpin G-20 dari KTT G-20 di Washington (November 2008)
hingga KTT G-20 di Los Cabos (Juni 2012): misalnya Washington Summit’s Declaration; Cannes
Summit Final Declaration, Building Our Common Future: Renewed Collective Action for the
Benefit of All, Cannes, 4 November 2011; dan G-20 Leader’s Declaration, Los Cabos 18-19 Juni
2012.

Universitas Sumatera Utara

konsolidasi fiskal dengan menerapkan kebijakan-kebijakan yang jelas, kredibel
dan spesifik; komitmen emerging market economies untuk mengadopsi kebijakan
makroekonomik untuk meningkatkan ketahanan perekonomian mereka; komitmen
untuk mencabut kebijakan proteksionisme dalam perdagangan termasuk
pembatasan ekspor dan kebijakan yang tidak konsisten dengan kesepakatan dalam
WTO. 119
3. Keanggotaan G-20
Jika dibandingkan dengan

institusionalisasi

layaknya

rezim-rezim

internasional lain seperti PBB, forum G-20 tidak memiliki staf dan sekretariat
tetap.120 Secara de jure, G-20 bukan sebuah organisasi internasional yang
memiliki legitimasi formal dan sistem administrasi yang baku seperti Bank Dunia,
IMF, ADB, AfDB atau WTO. G-20 tak lebih dari forum konsultasi atau kongsi
informal yang diinisiasi oleh negara-negara industri maju guna menegosiasi
berbagai kebijakan ekonomi global. 121
Karena G-20 tidak memiliki staf tetap122 maka G-20 dipimpin oleh
seorang ketua.Melihat pentingnya posisi ketua, maka pada tahun 2002 dibentuk
Troika 123 untuk memastikan kontinuitas misi yang dibawa oleh G-20.Ini adalah
inovasi unik di antara kelompok-kelompok internasional.
Anggota G-20 yang terdiri dari gabungan negara anggota G-7, negara
maju non anggota G-7 (Australia dan Korea Selatan), BRIC (Brazil, Rusia, India,
China/RRT) dan negara dengan ekonomi yang potensial seperti Argentina,
119

Lihat Evaluasi Akuntabilitas dan Efektivitas G-20, loc. cit.
Lihat Komunike G-20 dan Proses Penanganan Krisis Finansial Global, loc. cit.
121
Sebagaimana dimuat dalam http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t17743.pdf, diakses pada
tanggal 1 Februari 2017.
122
Wikipedia, G-20 Ekonomi Utama, loc. cit.
123
Troika adalah terdiri dari ketua sebelum, yang sedang menjabat, dan akan menjabat di
G-20. Fungsi lain Troika adalah memastikan ketua yang dan akan terpilih telah siap menjalankan
tugasnya.
120

Universitas Sumatera Utara

Meksiko, Afrika Selatan, Turki, Arab Saudi, dan Indonesia serta Uni Eropa
kemudian melakukan pertemuan dengan tujuan mencapai beberapa kebijakan
guna mendukung rezim yang sesuai. 124
Fitur unik dari G-20 terletak dari penggunaan media internet secara
ekstensif.Setiap negara ketua tahun berjalan memiliki situs web-nya masingmasing yang berfungsi efektif pada masa jabatannya itu.Publikasi umum G-20
tersedia bagi khalayak luas di web tersebut. Para anggota G-20 juga memiliki
akses tersendiri ke web, dan dapat mengakses makalah-makalah dan materi-materi
lainnya yang berkaitan dengan pertemuan internal, serta dapat menyimpan
dokumen-dokumennya di web yang sama. 125

4. Struktur Kelembagaan dan Pengambilan Keputusan
Dalam banyak aspek, G-20 merupakan model baru dari G-7 di mana dalam
kelompok itu tersedia forum informal bagi para anggotanya untuk berdebat. Oleh
karena tidak adanya piagam, sistem pemungutan suara, atau keputusan-keputusan
yang bersifat mengikat secara hukum, negara-negara G-20 memiliki posisi yang
sama dan berinteraksi secara sepadan. 126Penekanan forum lebih ditujukan pada
mencapai konsensus terkait isu-isu penting, dan semua anggotanya di dorong
untuk berdebat secara bebas, ketimbang beretorika berdasarkan teks yang sudah
disiapkan sebelumnya.Forum ini tidak memiliki sekretariat dan staf permanen,

124

Lihat di http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t17743.pdf, loc. cit.
Data yang digunakan mengacu dari publikasi online G-20 saat ketua tahun berjalan G20
adalah
Jerman
(2017),
sebagaimana
dimuat
dalam
https://www.g20.org/Webs/G20/EN/Home/home_node.html, diakses pada tanggal 1 Februari
2017.
126
Oscar Angga Pradhipta, op.cit,.hlm 6.
125

Universitas Sumatera Utara

sehingga layanan kesekretariatan disediakan oleh negara yang menjabat sebagai
ketua tahun berjalan.
Namun forum G-20 memiliki struktur koordinasi khususnya Indonesia
seperti yang ada pada gambar berikut ini. 127

Gambar 1.
Struktur Koordinasi G-20 Indonesia. 128

sumber : Kantor Sherpa G-20 Indonesia

Kursi Ketua G-20 sangat unik karena dirotasi berdasarkan anggotaanggotanya, dan dipegang oleh Troika.Sistem inovatif yang dicipt