Peran Organisasi Internasional dalam Men

Peran International Organization of Migration (IOM) dalam
Menangani Masalah Migran
Studi Kasus : Masalah Migran Suriah di Eropa Periode 2012-2015
Diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan dalam mata kuliah Seminar Ilmu
Hubungan Internasional

Alvan Neira Putra
2012 230 117

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jakarta
April 2016

1

Daftar Isi
Halaman
Bab I Pendahuluan……………………………………………..

3


1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………..

3

1.2 Masalah Pokok dan Pertanyaan Penelitian…………………..

10

1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………..

11

1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………

11

1.5 Sistematika Penulisan………………………………………..

12


Bab II Kerangka Teori…………………………………………

14

2.1 Kerangka Konseptual………………………………………....

14

2.1.1 Teori Liberalis Institusionalis……………………………….

16

2.1.2 Organisasi Internasional…………………………………….

18

2.1.3 Migrasi………………………………………………………

20


2.1.4 Peran…………………………………………………………

23

2.2 Kerangka Pemikiran……………………………………………

25

2.3 Hipotesis……………………………………………………….

26

Bab III Metodologi Penelitian……………………………………

27

Daftar Pustaka…………………………………………………….

32


2

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Ilmu Hubungan Internasional merupakan sesuatu yang kompleks. Ilmu ini
mempelajari tentang bagaimana mengatur relasi/hubungan suatu bangsa dengan
bangsa lain demi mencapai kepentingan nasionalnya. Dalam ruang lingkup
Hubungan Internasional banyak terdapat kajian yang membahas isu-isu utama seperti
Ekonomi, Politik, Keamanan hingga isu-isu kontemporer seperti Lingkungan, Gender
dan hal lainnya.
Berkembangnya isu-isu kontemporer juga menunjukkan bahwa dunia telah
dihadapkan pada transformasi baru setelah Perang Dingin (Cold War) dimana isu-isu
baru mulai menjadi perhatian utama peneliti Hubungan Internasional. Semakin
meluasnya fenomena ini juga didorong oleh peran teknologi dan globalisasi yang
terjadi di seluruh dunia. Semakin meluasnya isu-isu kontemporer juga membawa
perubahan pada semakin menguatnya peran aktor non-negara (non-state actor) dalam
menangani setiap permasalahan yang ada (Budi Winarno, 2011)
Salah satu hal yang masih menjadi isu yang belum terselesaikan hingga saat
ini yakni masalah kependudukan dalam Hubungan Internasional, terutama masalah di

bidang migrasi. Masalah kependudukan mulai menjadi isu penting seiring
berkembangnya era globalisasi yang memungkinkan pergerakan manusia secara
bebas (freedom movement of people). Pergerakan manusia yang secara bebas ini tentu

3

saja tidak selalu membawa dampak positif tetapi banyak pula dampak negatif yang
ditimbulkan akibat hal tersebut.
Dalam hal ini, salah satu permasalahan paling sering muncul ialah masalah
migrasi. Perubahan politik global yang ditandai dengan adanya ketidakstabilan politik
di berbagai negara yang mencakup masalah seperti krisis, perang dan bencana alam
membuat banyak pihak turut serta terlibat dan masuk ke dalam ranah konflik tersebut.
Berkembangnya tingkat eskalasi konflik dari waktu ke waktu membuat warga negara
yang terlibat terpaksa harus meninggalkan daerahnya dengan tujuan mencari
perlindungan.
Semakin berkembangnya permasalahan ini juga mengundang perhatian dari
beberapa organisasi internasional antara lain UNHCR (United NationsHigh
Commissioner for Refugees) dan IOM (International Organization of Migration).
Kedua organisasi internasional ini merupakan organisasi yang bertugas dalam
menangani masalah kependudukan dalam hubungan internasional. Masalah

kependudukan bila tidak segera diatasi bisa berkembang menjadi sebuah ancaman
yang serius bagi suatu negara. Untuk itulah peran serta kedua organisasi ini menjadi
sangat penting untuk mencegah agar permasalahan tersebut semakin meluas.
Globalisasi yang berkembang di seluruh dunia telah membuat kawasan dunia
menjadi tanpa batas (borderless). Salah satu contoh dari dampak globalisasi yang
dapat dilihat sekarang ialah Migrasi. Adanya perpindahan arus penduduk atau migrasi

4

telah menjadi isu utama yang menjadi perhatian peneliti HI saat ini. Hal ini
dikarenakan suatu tatanan masyarakat yang dinamis, banyak individu melakukan
migrasi karena ingin memperoleh nasib yang lebih baik di negara mereka sebelumnya
selain itu juga karena adanya keinginan untuk menetap atau tidak di daerah tujuan
(Lee, 1996).
Fenomena migrasi ialah fenomena yang kompleks, karena hal ini menyangkut
mobilitas penduduk yang melampaui batas-batas wilayah dan budaya (Ziotnik, 1992).
Banyaknya arus lalu lintas manusia (movement of people) yang terjadi juga
berpotensi menimbulkan permasalahan tersendiri seperti perdagangan manusia
(human trafficking), penyelundupan (smuggling) dan narkotika. Pengawasan terhadap
orang-orang asing tidak hanya dilakukan pada saat mereka memasuki suatu wilayah

tetapi juga saat mereka berada di wilayah tersebut termasuk kegiatannya. Hal ini
dilakukan untuk mencegah dampak negatif akibat arus pergerakan manusia tersebut.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendefinisikan migrasi sebagai :
“Migrasi ialah suatu perpindahan tempat tinggal dari suatu unit administrasi
ke unit administrasi yang lain (United Nations, 1970)

Maksud dari pernyataan di atas ialah bahwa migrasi ialah sekelompok orang
yang berusaha melakukan perjalanan lintas batas negara tidak peduli masalah jarak

5

maupun penyebabnya, hal ini termasuk kedalam pengungsi, migrasi ekonomi hingga
kelompok individu yang ingin berkumpul kembali bersama keluarganya.
Salah satu dari beberapa penyebab migrasi yang terjadi ialah karena
peperangan, banyak individu maupun kelompok individu melakukan migrasi karena
alasan konflik peperangan. Dalam hal ini migrasi mencakup aspek perubahan tempat
tinggal, tujuan migrasi dan adanya keinginan untuk menetap atau tidak di daerah
tujuan (Dewi, 2012). Salah satu aspek fundamental yang penting ialah adanya
keinginan untuk memperoleh harapan hidup yang lebih baik apabila mereka
melakukan migrasi.

Salah satu contoh dari fenomena migrasi ini ialah konflik sipil di Suriah, suatu
konflik yangbermula dari demonstrasi anti pemerintah secara damai hingga
berkembang menjadi eskalasi konflik paling buruk setelah militer memutuskan untuk
mengatasi konflik tersebut dengan kekerasan. Selain itu, konflik yang bertujuan
untuk menggulingkan rezim pemerintahan dari Bashar Assad ini telah menimbulkan
banyak korban jiwa dan membuat ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal
tinggal, banyak dari mereka yang terpaksa mengungsi ke wilayah Timur Tengah dan
sebagian lain ke wilayah Eropa untuk menghindari dampak peperangan yang semakin
meluas.
Adanya perang sipil yang terjadi telah mengakibatkan sekitar 2,7 juta rakyat
Suriah pergi meninggalkan negaranya dan bertambah menjadi dua kali lipatnya pada

6

tahun 2014 untuk mencari perlindungan (Bidinger, 2014). Negara-negara di kawasan
Timur Tengah dan Eropa menjadi negara utama tujuan para migran tersebut, hampir
sekitar 1,1 juta jiwa dari migran berada di Lebanon hingga saat ini, sementara
gelombang migran yang lain menempati daerah Irak, Yordania, Mesir, dan Turki
(Orchard and Miller, 2014).
Sementara itu, banyak pula dari para migran yang memilih untuk mengungsi

ke wilayah-wilayah Uni Eropa dan sekitarnya, hampir sekitar 123.000 jiwa migran
telah berada di Eropa dan sekitar 31.000 jiwa telah mengajukan aplikasi status
permohonan sebagai pencari suaka hingga saat ini (Orchard and Miller, 2014). Bukan
tanpa alasan mereka memilih wilayah Eropa sebagai negara tujuan, selain karena
kondisi geografis dan politik Timur Tengah yang tidak stabil dan riskan, negaranegara Eropa dianggap lebih terbuka terhadap pengungsi dan sebagian negara-negara
Uni Eropa telah memberlakukan kuota bagi negara anggotanya untuk menanggulangi
masalah imigran ini.
Beberapa negara Uni Eropa telah mempunyai program tersendiri dalam
menangani masalah migran tersebut, yakni Jerman, Swiss dan Prancis. Salah satu
contoh program yang disediakan ialah visa humaniter (humanitarian visa) yang mana
mengijinkan setiap pemohon aplikasi untuk memperoleh status sebagai pencari suaka
guna mendapatkan perlindungan internasional (International Rescue Committee,
2015). Dalam kasus ini, Jerman telah menampung sekitar 35.000 migran Suriah dari
total 123.000 migran suriah sejak tahun 2013, hal ini juga menjadikan Jerman sebagai

7

negara mayoritas terbesar sebagai penampung migran hingga saat ini (Orchard and
Miller, 2014)
Sepanjang tahun 2012 hingga 2013, Jerman telah berkonstribusi sebesar 440

juta poundsterling dalam bantuan penanganan bagi para migran, bantuan tersebut
mencakup bantuan yang bersifat humaniter dan perkembangan berkelanjutan, hal ini
juga menjadikan Jerman sebagai negara pemberi bantuan terbesar untuk para migran
Suriah dan negara-negara disekitarnya (Orchard and Miller, 2014). Bantuan tersebut
bernama Germany’s Temporary Humanitarian Programme (THAP) atau Program
Bantuan Humaniter Jerman yang dicanangkan sejak 2013 dengan tujuan untuk
memberikan status legal bagi migran Suriah yang tinggal di negaranya.
Sebagai negara yang menjadi tujuan favorit para migran, Jerman juga
seringkali dihadapkan pada persoalan yang rumit karena semakin banyaknya
pengajuan permohonan aplikasi pencari suaka yang terus berdatangan setiap saat.
Permasalahan yang terjadi seringkali banyak migran yang ingin memasuki Eropa
melalui jalur ilegal dan bahkan beberapa memakai jasa penyelundup (smuggling)
agar bisa masuk. Ironisnya, ketika mereka telah mendarat dengan selamat pun kondisi
mereka sangat memprihatinkan, banyak dari para kamp-kamp migran didirikan
dengan fasilitas seadanya sehingga banyak migran yang terancam kekurangan
makanan, air, tempat berlindung, dan informasi (International Rescue Committee,
2015).

8


Permasalahan lain yang timbul ialah, para migran ini juga hidup dalam
keadaan yang tidak jelas. Banyak dari mereka yang masih tertahan di negara-negara
perbatasan serta hidup dalam keadaan yang tidak pasti, menunggu status apakah
mereka dapat diterima sebagai pencari suaka atau tidak. Dalam hal ini. penulis
tertarik untuk mengangkat suatu masalah karena ingin mengetahui bagaimana peran
aktor non-negara (non-state actor) dalam menangani suatu masalah yang berkaitan
dengan isu-isu kontemporer. Salah satu organisasi internasional yakni International
Organization of Migration (IOM) menaruh perhatian besar terhadap permasalahan
ini. Sebagai salah satu organisasi yang berfokus pada bidang migrasi yang tersebar di
seluruh dunia, IOM telah terlibat langsung dalam usahanya untuk mengurangi jumlah
migrasi ilegal serta membantu migran untuk mendapatkan perlindungan internasional
(Natalie and Newson, 2015).
Salah satu bentuk keterlibatan IOM ialah pada permasalahan migran Suriah di
Eropa beberapa tahun terakhir. Hingga tahun 2015, IOM telah menerima dana
bantuan dengan total 48 juta dolar AS dari dana yang dibutuhkan sebesar 246 juta
dolar AS dari negara-negara donatur yang diperuntukkan untuk beberapa sektor
seperti NFI (Non-Food Items), kesehatan, bantuan uang dan transportasi, tempat
tinggal, bantuan sosial dan psikis dan fasilitas lainnya. Bantuan tersebut tersebar
secara merata bukan hanya di Suriah saja tetapi juga di berbagai negara-negara yang
menjadi tempat singgah sementara para pengungsi seperti Yordania, Turki dan
Libanon (Regional Response to Syria Crisis, 2015). Selain bantuan yang bersifat

9

humaniter, IOM juga menyediakan bantuan yang bersifat teknis dan administratif
seperti fasilitas rehabilitasi mental untuk para migran, bantuan transportasi bagi yang
ingin mengungsi ke negara lain hingga fasilitas pemindahan tempat tinggal sukarela
(resettlement). IOM juga bekerjasama dengan organisasi internasional lain seperti
UNHCR dan Palang Merah Internasional (ICRC) dalam proses mendistribusikan
bantuan. Dalam perkembangan selanjutnya, IOM sampai saat ini masih
mengupayakan evakuasi migran yang masih berada di zona berbahaya ke beberapa
negara Eropa sebagai tempat transit sementara dalam jumlah kecil melalui program
fasilitas transit darurat (Emergency Transit Facilities),(Orchard and Miller, 2014)
dan membantu migran yang masih terjebak di daerah perbatasan menuju Eropa
(International Rescue Committee, 2015).Dalam hal ini, IOM telah berperan secara
nyata dan aktif dalam membantu menangani masalah migran yang tersebar di Eropa.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, maka rumusan
masalah yang akan di buat dalam penelitian ini ialah
“Bagaimana Peran International Organization of Migration (IOM) dalam
menangani masalah migran Suriah di Eropa periode 2012-2015 ?”

10

1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dijabarkan dalam penelitian ini ialah:


Mengetahui sejauh mana peran dan keterlibatan International Organization of



Migration (IOM) dalam menangani permasalahan migran Suriah.
Mengetahui bagaimana dan apa saja upaya yang telah dilakukan oleh
International Organization of Migration (IOM) selama periode waktu yang



ditentukan.
Mengetahui sejauh mana efektivitas bantuan yang diberikan International
Organization of Migration (IOM) dalam menangani masalah migran Suriah.

1.4 Manfaat Penelitian
Secara spesifik penelitian ini terbagi ke dalam beberapa manfaat, antara lain :


Secara akademis, penelitian ini sebagai syarat untuk melanjutkan ke mata



kuliah tingkat akhir yakni Skripsi ilmu hubungan internasional.
Secara teoritis, penelitian ini dapat meningkatkan pengalaman mahasiswa
terhadap ilmu pengetahuan dengan menerapkan konsep/teori ke dalam suatu
permasalahan. Khususnya yang berkaitan dengan isu-isu kontemporer dalam



hubungan internasional.
Secara analitis, penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan daya analisis
mahasiswa dalam memecahkan suatu persoalan melalui penyelesaian sudut
pandang yang berbeda.

11

1.5 Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh, penelitian ini akan diuraikan ke
dalam beberapa bahasan Bab,antara lain:


Bab 1 Pendahuluan
Dalam bab ini, penelitian ini akanmembahas tentang Latar Belakang Masalah,

pokok permasalahan ,tujuan penelitian, kegunaan serta sistematika penulisan.
Masalah yang akan diangkat dalam fokus ini ialah bagaimana peran dan keterlibatan
IOM dalam menangani masalah migran Suriah di Eropa


Bab II Kerangka Teori
Dalam Bab ini akan dibahas lebih lanjut tentang definisi konsep dan teori

yang relevan dengan permasalahan yang akan diangkat. Konsep dan teori yang
digunakan akan membantu penelitian ini dalam menjawab pertanyaan dari rumusan
masalah.


Bab III Metode Penelitian
Pada Bab ini dibahas tentang metode penelitian makalah yang bersifat

kualitatif dan sub-bab dari penulisan antara lain desain penelitian, pendekatan
penelitian, metode penelitian, sifat penelitian, unit analisa, definisi/batasan konsep,
teknik analisis/pengumpulan data dan hipotesis.


Bab IV Pembahasan
Bab ini membahas bagaimana sejarah terbentuknya IOM hingga usahanya

menangani berbagai masalah migran yang terjadi di Suriah. Bab ini juga akan

12

menampilkan data-data pendukung dari IOM sendiri terkait dengan distribusi bantuan
untuk para migran Suriah di Eropa.


Bab V Daftar Pustaka

Bab II
Kerangka Teori

2.1 Kerangka Konseptual
Dalam mengkaji dan meneliti permasalahan yang akan diangkat sesuai
dengan judul penelitian yakni “Bagaimana Peran International Organization of
Migration (IOM) dalam menangani masalah migran Suriah di Eropa periode
2012-2015 ?” , digunakan dengan pendekatan Liberalisme yakni Liberal
Institusionalis (Institusional Liberalism). Teori Liberalis Institusional dianggap
relevan untuk menjelaskan fenomena ini secara keseluruhan karena penulis ingin
menganalisa suatu permasalahan melalui pendekatan aktor non-negara atau
International Non-Governmental Organization (INGO).

13

Liberalisme awalnya berkembang pada tahun 1795 oleh Immanuel Kant
dalam esainya yang berjudul Perpetual Peace (perdamaian abadi). Kant menegaskan
dalam konsepnya tentang pentingnya suatu aturan yang sistematis dan mendalam
tentang masalah perdamaian dunia guna mencapai tatanan dunia yang adil (Steans
and Pettiford, 2009). Hal inilah yang mendorong berkembangnya inovasi dan
perkembangan dalam pemikiran teori Liberal dalam Hubungan Internasional. Kaum
Liberalisme sangat menjunjung tinggi sifat perdamaian dan keamanan karena hal
tersebut mampu menguatkan tatanan internasional yang telah tercipta saat ini.
Salah satu cara Liberalisme dengan memberikan konstribusinya ialah dengan
memberikan pemahaman tentang bagaimana Institusi dan tatanan dunia bekerja, atau
disebut juga dengan Liberal Institusionalis (Jackson dan Sorensen, 2009). Kaum
Liberal berpendapat bahwa keberadaan institusi internasional semakin dianggap
penting sebagai pelengkap bagi keberadaan negara, hal ini disebabkan munculnya
isu-isu baru (isu kontemporer) yang tidak lagi dapat ditangani oleh negara seorang
diri. Berbagai institusi diciptakan untuk memecahkan setiap permasalahan khusus
dan pihak-pihak yang mau bekerjasama di dalamnya secara signifikan, seperti
perdagangan akan memperoleh keuntungan bersama (Steans and Pettiford, 2004).
Liberal Institusional ialah suatu paham dalam perspektif Liberalis yang
menekankan pentingnya peran besar yang dilakukan aktor non-negara pada di dalam
sistem internasional. Robert Keohane (1995) menjelaskan pandangannya terhadap
bahwa negara bukan hanya sebagai aktor atau objek kajian utama dalam ilmu HI

14

tetapi juga menekankan pentingnya peran institusi atau organisasi internasional dalam
suatu sistem HI. Peranan suatu institusi diharapkan bisa menjadi wadah pemangku
kepentingan dan mengurangi masalah yang timbul akibat adanya ketidakpercayaan
antar negara serta mengurangi ketakutan suatu negara terhadap negara lain.

2.1.1 Teori Liberalis Institusionalis
Robert Keohane dan Lisa L.Martin (1995) dalam bukunya yang berjudul “The
Promise of Institusionalist Theory” menyatakan bahwa :
“Organisasi Internasional hadir untuk menjadi komponen penting dalam
penciptaan perdamaian dengan operasional yang menjadi timbal balik balik
mengingat politik internasional dibatasi oleh power dan perbedaan kepentingan
negara-negara serta tidak mungkin jika menerapkan pemerintahan hierarkhi yang
efektif”(h.50)

Keohane percaya bahwa adanya integrasi antar negara bermanfaat untuk
memenuhi kebutuhan masing-masing, dengan adanya tingkat interdependensi yang
tinggi dari masing-masing negara, maka mereka akan bersama-sama membentuk
suatu institusi guna menghadapi masalah secara bersama. Keohane juga berpendapat

15

bahwa pembentukan institusi tersebut dapat mengurangi biaya serta memajukan
kerjasama antar negara. Institusi disini terbagi menjadi dua yaitu institusi formal
seperti PBB, WTO yang memiliki kemampuan untuk memonitor aktifitas negara
anggotanya dan institusi tidak formal atau seringkali disebut dengan rejim. Rejim ini
merupakan semacam persetujuan yang agak formal dimana suatu institusi yang
membuat aturan kemudian ditaati oleh pemerintahannya. Rejim ini juga digunakan
oleh negara untuk menghadapi aktifitas dan isu-isu bersama dalam
hubungan

internasional

seperti

perjanjian

dalam

bidang

transportasi, komunikasi dan lingkungan.
Terkait dengan pentingnya peran Organisasi Internasional sendiri, pada
penelitian ini juga akan menjelaskan bagaimana suatu organisasi internasional
menjadi salah satu aktor penting dalam menangani suatu isu dalam Hubungan
Internasional. Suatu organisasi dibentuk untuk menjawab tantangan permasalahan
dalam ilmu HI yang semakin berkembang, dalam hal ini ada banyak sekali sekali isuisu yang tidak dapat ditangani oleh aktor negara seorang diri. Organisasi-organisasi
ini memiliki tujuan dan bidang tersendiri, seperti IOM yang khusus menangani
masalah migrasi. Keberadaan IOM juga semakin nyata dengan semakin konsistennya
organisasi ini terlibat aktif dalam menangani permasalahan migran di seluruh dunia,
salah satu hal yang membuat IOM tetap kokoh berdiri hingga saat ini ialah karena
keberadaannya masih dibutuhkan oleh negara, tidak lagi hanya sebagai pihak ketiga
namun juga sebagai aktor utama dalam penyelesaian suatu masalah.

16

Keberadaan organisasi ini juga memberikan pandangan bahwa institusi
dianggap semakin penting dalam mengakomodir kepentingan berbagai pihak. Suatu
institusi diharapkan bisa membantu memelihara perdamaian dunia dan menciptakan
stabilitas politik yang lebih baik. Dalam hal ini, peranan IOM sudah terlihat dengan
fokus utama mereka dalam penanganan, bantuan serta melakukan kerja sama dengan
aktor negara dan non-negara lainnya. Hal ini sesuai dengan prinsip Liberal
Institusionalis sendiri yang berlandaskan pada keteraturan, kerjasama dan saling
percaya dan menghormati satu sama lain.

2.1.2 Organisasi Internasional
Seiring dengan perkembangan bentuk pola kerja sama dalam Hubungan
Internasional, peranan Organisasi Internasional menjadi semakin menonjol sebagai
aktor non-negara. Walaupun negara tetap dianggap aktor paling dominan di dalam
bentuk-bentuk kerjasama Internasional, namun perlu diakui bahwa eksistensi
organisasi internasional non-pemerintah yang semakin hari semakin banyak
jumlahnya.
Rudy T.May (2005) menjelaskan definisi Organisasi Internasional sebagai
“Pola kerjasama yang melintasi batas-batas negara, dengan didasari struktur
organisasi yang jelas dan lengkap serta diharapkan atau diproyeksikan untuk
berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga

17

guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati
bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun antara sesama
kelompok non-pemerintah pada negara yang berbeda.”(h.3).
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, Organisasi Internasional bersifat
lintas-batas baik regional maupun internasional dan mempunyai tujuan-tujuan yang
telah disepakati sebelumnya. Hal inilah yang menjadikan Organisasi Internasional
tumbuh karena adanya kepentingan dari masyarakat internasional yang memerlukan
suatu wadah atau alat untuk mencapai tujuannya, dengan melakukan kerjasama itulah
diharapkan adanya manfaat timbal-balik yang akan mereka peroleh.
Kriteria

persyaratan

bagi

setiap

International

Non-Governmental

Organization (INGO) menurut “The Union of International Association” adalah:


Tujuan

organisasi

internasional

harus

sepenuhnya

bersifat/berciri

Internasional dengan mencakup hubungan bilateral (antar dua negara), atau


sekurang-kurangnya mencakup kegiatan organisasi pada 3 (tiga) negara.
Keanggotannya bersifat terbuka, mencakup individu-individu serta kelompokkelompok di wilayah atau negara yang termasuk dalam ruang lingkup



organisasi tersebut
Pendanaan atau pembiayaan pokok (substansial) bagi kegiatan organisasi
harus berasal, atau mencakup sumbangan dari sekurang-kurangnya 3 (tiga)
negara. (Rudy, T.May, 2005)

18

Dalam perkembangannya, Organisasi Internasional dibagi menjadi beberapa
bidang kegiatan contohnya Bidang Ekonomi, Lingkingan Hidup, Kesehatan dan
Keamanan. Salah satu contoh Organisasi Internasional yang akan dibahas pada
penelitian ini ialah International Organization of Migration (IOM) yang bergerak di
bidang kependudukan (migrasi). IOM sendiri pada awalnya ialah suatu organisasi
antar-pemerintah yang ditujukan untuk menempatkan kembali pengungsi akibat
perang dunia ke-2 dan selanjutnya menjadi organisasi yang menangani masalah
migrasi di seluruh dunia. Dalam hal ini, IOM juga berfokus pada masalah
perlindungan hak-hak migran, manajemen perbatasan, bantuan imigrasi dan visa.
IOM juga seringkali dimintai bantuan oleh suatu negara atau turun langsung secara
sukarela dalam membantu menangani tantangan-tantangan yang kompleks dalam
manajemen migrasi.Sebagai salah satu organisasi internasional yang memiliki status
sebagai pengamat di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), IOM juga memiliki badan
konstitusi yang jelas seperti majelis, komite eksekutif, dan badan pengurus.

2.1.3 Migrasi
Pada awalnya, sejarah migrasi sendiri bermula dari Benua Eropa dimana pada
tahun 1933 sampai dengan 1945 bertepatan dengan perang dunia ke-II, banyak orangorang Yahudi melarikan diri dari Jerman dan Austria ke sejumlah negara lain di Eropa
untuk mencari keselamatan. Kemudian pada tahun 1955 dimana etnis Indochina yang
notabene merupakan korban dari Perang Vietnam melakukan migrasi besar-besaran

19

ke wilayah Eropa untuk menghindari dampak perang dan yang terakhir pada tahun
1991 ketika berlangsung perang Yugoslavia dimana jutaan rakyat Bosnia dan
Herzegovina kehilangan tempat tinggal akibat perang dan sisanya terpaksa
mengungsi ke sebagian wilayah Eropa.
Everest S.Lee (1995) mendefinisikan migrasi dalam arti luas sebagai
perubahan tempat tinggal secara permanen dan tidak ada pembatasan mengenai jarak
perpindahan, sifat ataukah perpindahan itu bersifat memaksa atau sukarela. Dalam
hal ini, bisa dikatakan bahwa migrasi ialah suatu gerakan penduduk dari suatu tempat
ke tempat lain dengan adanya tujuan untuk menetap di negara yang dituju.
Beberapa faktor suatu masyarakat melakukan migrasi antara lain didasari oleh
faktor ekonomi antara lain adanya keinginan untuk memperoleh kehidupan yang
lebih baik di negara yang dituju, faktor demografi dimana suatu masyarakat
melakukan migrasi karena naiknya kepadatan penduduk di suatu daerah hingga faktor
fisik seperti peperangan, konflik etnis/politik dan bencana alam.
Isu-isu

kontemporer

dalam

Hubungan

Internasional

juga

telah

menitikberatkan pada isu Migrasi ini, seiring dengan semakin meningkatnya interaksi
antar aktor-aktor HI, batas-batas geografis negara menjadi tidak jelas dan
perpindahan penduduk bisa dilakukan dengan

mudah dan cepat. Untuk lebih

jelasnya,para pelaku migrasi bisa dibedakan menjadi beberapa kelompok antara lain:
 Settlers, yaitu migran yang ingin tinggal secara permanen di negara yang



dituju
Contract workers, yaitu migran yang akan tinggal kerja di negara tertentu
sesuai jangka waktu kontrak kerjanya.

20



Professionals, yaitu para pekerja migran yang berasal dari perusahaan-



perusahaan yang sudah mapan yang berpindah dari satu negara ke negara lain
Undocumented workers, yaitu para migran yang bekerja secara ilegal di
negara yang dituju. Biasanya para migran ini sudah kadaluarsa izin
tinggalnya, menggunakan visa wisata/ turis, dan masuk melalui proses



penyelundupan (people smugling).
Asylum seekers and refugees, yaitu para pencari perlindungan yang telah
meninggalkan negara asal mereka untuk lari dari ancaman bahaya. Apabila
klaim perlindungan telah dipenuhi oleh negara yang dituju, maka status
mereka berubah menjadi pengungsi. Permasalahan migran Suriah yang terjadi
di Eropa masuk dalam kategori ini (Yudhi Indrajati, n.d)
Salah satu penyebab utama besarnya arus migran beberapa tahun belakangan

ini ialah karena alasan konflik peperangan, seperti yang terjadi di Suriah beberapa
tahun belakangan ini. Adanya kecenderungan eskalasi konflik yang terus meningkat
membuat masyarakat kehilangan rasa aman dan perlindungan. Negara asal mereka
dianggap tidak bisa lagi melindungi hak hidup mereka, hal inilah yang mendorong
mereka melakukan migrasi ke daerah-daerah lain dengan harapan bisa memperoleh
rasa aman akibat konflik yang terjadi di negara asalnya. Dampak dari migrasi juga
terasa di negara-negara tujuan para migran, setiap negara tujuan migran mempunyai
regulasi tersendiri mengenai batas migran yang akan masuk ke negaranya sementara
banyak migran yang masih belum mendapatkan perlindungan tentunya juga menjadi
permasalahan tersendiri tidak hanya untuk negara namun juga untuk aktor non-

21

negara. Dalam hal ini, aktor non-negara juga mempunyai organisasi tertentu untuk
menangani fenomena migrasi ini seperti UNHCR dan IOM.

2.1.4 Peran
Peran menurut Soekanto (2009) didefinisikan sebagai suatu proses dinamis
kedudukan (status). Seorang individu atau kelompok dituntut untuk melaksanakan
hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukan yang ia peroleh saat ini, apabila ia telah
melakukan hal tersebut maka ia dianggap telah melakukan suatu proses peranan.
Dalam Hubungan Internasional, proses peranan dianggap penting karena
beberapa hal yakni, dalam ilmu HI setiap aktor baik negara maupun non-negara
memiliki status dan kedudukan yang sama dan segala proses interaksi yang terjadi
didalamnya diatur oleh norma-norma sehingga diharapkan berbagai pihak bisa
mentaati setiap hukum internasional yang berlaku, kemudian setiap aktor dalam HI
memiliki suatu ekspektasi peran, yakni suatu proses bagaimana aktor-aktor HI
bertindak dalam situasi tertentu sebagaimana yang diharapkan oleh orang lain, dalam
hal ini masyarakat internasional. Konsep peran ini sangat penting karena setiap
prosesnya memberikan suatu kerangka konseptual dalam studi perilaku di dalam
organisasi (Satria, 2015)
Berkaitan dengan aktor non-negara, setiap organisasi internasional memiliki
peran tersendiri. Organisasi internasional sebagai suatu bentuk pengaturan kerja sama

22

yang memberi manfaat timbal balik untuk mencapai tujuan yang telah disepakati
bersama juga memiliki peran spesifik sesuai golongan organisasi tersebut seperti
ruang lingkup, bidang kegiatan, pola kerjasama dan kewenangan (Rudy, T.May,
2005). Dalam hal ini setiap keberadaan organisasi internasional mempunyai peranan
tersendiri, seperti IOM yang mempunyai peranan khusus di bidang migrasi. Sebagai
role model dalam bidang ini, IOM diharapkan mampu untuk bertindak dan
melaksanakan kegiatan sesuai dengan fungsi yang diharapkan.

2.2 Kerangka Pemikiran

23

Dalam menentukan proses kerangka pemikiran,terlebih dahulu kita harus
menganalisis dari masing-masing tingkat variabel yang ada. Variabel disini terbagi
dalam dua jenis,yaitu Variabel Independen dan Variabel Dependen. Kedua variabel
ini sangat penting dalam proses perumusan masalah penelitian dan saling
mempengaruhi satu sama lain.
Kerangka pemikiran disini menunjukan hubungan antar model yang
digunakan dalam suatu penelitian. Berdasarkan konsep-konsep yang telah dipaparkan
di atas telah dijelaskan peranan aktor non-negara dalam menangani isu-isu
kontemporer. Untuk lebih jelasnya konsep kerangka pemikiran akan digambarkan
sebagai berikut :
Unit Analisa

Unit Eksplanasi

Peran
International
Kelompok
ISIS
Organization of
Migration (IOM)

Permasalahan
migran
Kehadiran ISIS
Suriahancaman
di Eropa
sebagai
periode
2012-2015
bagi Amerika
Serikat

2.3 Hipotesis

24

Berdasarkan pemaparan konsep dan teori yang telah dijabarkan diatas, maka
dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut :
Dalam hal ini, kehadiran International Organization of Migration (IOM) telah
banyak berperan dalam membantu mengatasi permasalahan migran Suriah di Eropa
dikarenakan IOM telah banyak memberikan bantuan untuk para migran, baik yang
bersifat moril, finansial maupun teknis. Bantuan yang telah didistribusikan hingga
saat ini juga efektif dalam membantu menanggulangi masalah migran yang masih
terlantar serta mereka yang masih tertahan di berbagai wilayah perbatasan di sekitar
negara Eropa.

Bab III

25

Metodologi Penelitian
3.1 Desain Penelitian
Salah satu syarat agar penelitian bisa berjalan dengan baik dan benar ialah
bagaimana penulis memahami suatu metodologi. Metodologi menurut Mohtar
Mas’oed disini ialah suatu prosedur yang dipakai dalam mendeskripsikan,
menjelaskan dan meramalkan suatu kajian ilmiah. Sedangkan desain penelitian yang
dimaksud disini ialah bahwa suatu pengaturan dimana rancangan penelitian haruslah
tersusun secara sistematis terlebih dahulu sebelum dibuatnya fakta. (Lexy.J, 2001).
Desain penelitian dalam penelitian kualitatif disesuaikan seperti dengan kenyataan di
lapangan.
Dalam penyusunan penelitian ini, adapun penulis melakukan literature review
yaitu membandingkan hasil penelitian dengan tema sejenis kemudian penulis
mencoba mengangkat permasalahan baru yang tidak ditemukan di literature review
sebelumnya. Penulis melakukan literature review berdasarkan hasil jurnal migrasi
karangan Andrew Miller dan Sarah Bidinger dimana dalam kedua jurnal tersebut
telah membahas masing-masing peran negara perbatasan dalam penanganan masalah
migrasi, namun belum ditemukan peran Organisasi Internasional dalam penanganan
lebih lanjut. Hal itulah yang menjadi acuan penulis dalam menemukan permasalahan
lain yang terkait dengan tema sejenis.

26

3.2 Pendekatan Penelitian
Dalam bagian ini menjelaskan bagaimana suatu proses penelitian diteliti dan
dipahami berdasarkan pada metodologi yang ada. Dalam penelitian ini, penulis
menganalisa suatu permasalahan yakni peran suatu Organisasi Internasional dengan
pendekatan kualitatif karena pendekatan ini dapat digunakan untuk menganalisa,
meneliti dan mengkonstruksikan obyek penelitian dengan lebih jelas serta untuk
memastikan kebenaran data yang diperoleh. Metode penelitian kualitatif dilakukan
karena objek suatu penelitian bisa berkembang dari waktu ke waktu dan juga
kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika objek tersebut (Moleong,
2001).
3.3 Metode Penelitian
Dalam menyusun suatu rancangan penelitian, metode penelitian yang
dimaksud ialah suatu cara atau metode yang digunakan untuk mengumpulkan dan
menganalisa data-data yang terjadi dalam suatu masalah (Tatang M, 1996).
Metode penelitian membicarakan megenai tata cara pelaksanaan penelitian
dan dalam proses penyusunan makalah ini penulis berpedoman pada metode
penelitian eksplanatif yakni bertujuan untuk mengumpulkan informasi aktual secara
rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengindetifikasi masalah atau memeriksa
kondisi dan praktek-praktek yang berlaku. Permasalahan yang ada dirumuskan secara
rinci kemudian dijabarkan secara analitis. Dalam penelitian ini, digunakan metode

27

studi kasus (study case) dimana study case sendiri merupakan metode yang
menitikberatkan penelitian mendalam pada suatu kelompok atau organisasi dan
kemudian data yang diperoleh selanjutnya dianalisa lebih lanjut. Studi kasus dalam
penelitian ini ialah menganalisis suatu organisasi yang bergerak di bidang Migrasi,
yakni IOM dalam peranannya dalam mengatasi suatu permasalahan.

3.4 Sifat Penelitian
Dalam penelitian ini, analisis suatu masalah yang akan penulis kemukakan
lebih bersifat ke arah deskriptif-eksplanatif. Analisis bersifat eksplanatif disini
berguna agar lebih bisa berfokus pada masalah yang akan diangkat serta kemudian
bisa menjelaskan secara spesifik fenomena yang akan diteliti. Permasalahan yang
akan diteliti lebih jauh yakni bagaimana suatu aktor dalam Hubungan Internasional
yakni Organisasi Internasional dalam menangani permasalahan yang berkaitan
dengan isu-isu kontemporer yakni migrasi.

3.5 Unit Analisa
Bogdan dan Taylor (1975:79) mendefinisikan unit analisa data sebagai proses
rincian secara formal untuk menentukan tema dan merumuskan hipotesis.

28

Singkatnya, proses analisa data bertujuan untuk menemukan jawaban sementara atas
suatu permasalahan penelitian yang dapat digunakan untuk merumuskan teori secara
keseluruhan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Unit Analisa yakni
Organisasi Internasional atau secara spesifik penulis ingin membahas tema tentang
peranan International Organization of Migration (IOM) dalam penanganan masalah
migran.

3.6 Batasan/Definisi Konsep
Mohtar Mas’oed (1994) mendefinisikan konsep sebagai sifat-sifat dari obyek
yang akan dipelajari bagi studi tertentu. Sebuah konsep digunakan oleh peneliti untuk
menyederhanakan kenyataan yang kompleks dengan mengkategorikan hal-hal yang
kita temui berdasarkan dengan ciri-ciri yang relevan
Konsep yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Organisasi Internasional
2. Migrasi
3. Peranan

3.7 Metode Pengumpulan Data
Dalam suatu penelitian ilmiah, diperlukan sumber-sumber data yang akurat
dan tepat agar hasil penelitian dapat dipertanggung jawabkan keabsahannya. Lofland

29

dan Lofland (1984:47) mendefinisikan metode pengumpulan data sebagai sumber
data utama dalam penelitian kualitatif yakni kata-kata dan tindakan selebihnya data
tertulis, foto dan statistik.
Dalam penelitian kali ini, penulis menggunakan metode studi literatur/pustaka
dan juga memperoleh sumber data dari dokumen pribadi, studi ilimiah, buku dan
jurnal baik yang terdapat di internet dan perpustakaan untuk memperoleh data-data
valid tentang penelitian yang akan dibahas. Sumber-sumber tertulis dianggap sebagai
pedoman yang kaya akan data dan informasi yang mempermudah penulisan
penelitian (Lexy J, 2001)

3.8 Metode Analisis Data
Patton (1980:289) mendefinisikan analisis data sebagai proses mengatur
urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu kategori dan satuan uraian dasar.
Berbeda dengan penafsiran data, teknik analisis data memberikan arti yang signifikan
terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan yang sistematis di
antara dimensi-dimensi uraian.
Dalam penelitian kali ini, penulis mencoba melakukan analisis data beberapa
langkah yakni, pertama penulis melakukan Reduksi data yakni tindakan untuk
pengorganisasian, pengumpulan dan klasifikasi data-data sedemikian rupa kemudian
data disajikan dalam bentuk informasi teks dan gambar (tabel, diagram, grafik) dan
yang terakhir ialah penarikan kesimpulan atas suatu permasalahan.

30

Daftar Pustaka
Buku
Steans, Jill & Lloyd Pettiford. (2009). Hubungan Internasional; Perspektif dan Tema.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
T.May, Rudy. (2005). Administrasi dan Organisasi Internasional. Bandung : PT
Refika Aditama

31

Robert, Jackson & Georg Sorensen (2009). Pengantar Studi Hubungan Internasional
(Dadan Suryadipura : penerjemah). Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Winarno. Budi (2011). Isu-isu Global Kontemporer. Jakarta : PT Buku Seru
Keohane, Robert O & Lisa L Martin. (1995). “The Promise of Institutionalist
Theory”. International Security 20
Indrajati, Yudhi (n.d). Modul Mata Kuliah Pengantar Ilmu Hubungan Internasional.
Jakarta

Mas’oed, Mohtar (2000). Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin dan Metodologi.
Jakarta : LP3ES, 1990
Moleong, Lexy.J (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Tatang, M.Amirin (1986). Menyusun Rencana Penelitian . Jakarta : CV Rajawali.

Jurnal
(2015). IOM Regional Response to Syria Crisis. Reporting Period. July 2015
(2015). Syria Crisis IOM Appeal : Humanitarian Response Plan (HRP) Syrian Arab
Republic, Regional Refugee and Resilience Plan (3RP)
International Rescue Committee. (2015). Europe’s Refugee Crisis: Policy Brief.
London. Rescue.org
Laczko, Frank, et al. (2013). World Migration Report: Migrant Well Being and
Develompent. France. IOM

32

Dewi, Elisabeth (2012). Migrasi Internasional dan Politik Luar Negeri Indonesia.
Jakarta : Universitas Katolik Parahyangan
Fitria (2015). Refugees Protection in Third World Countries : Indonesian Practices.
Jakarta : Padjajaran Jurnal Ilmu Hukum Vol. 2 Nomor 1
Orchard, Cynthia & Andrew Miller (2014). Protection in Europe for Refugees in
Syria. Refugees Studies Centre, Oxford : Forced Migration Policy Briefing
10
Natali, Claudia & Michael Newson (2015). Migration Policy Service. IOM &
Eurasylum. Vol.5 Number 4
Bidinger, Sarah, et al (2013). Protecting Syrian Refugees : Laws, Policies and Global
Responsibility Sharing. Boston University School of Law. 617-353-3131

Website
http://perilakuorganisasi.com/teori-institusional-institutional-theory-2.html diakses
pada tanggal 17 April 2016 , 19.30 WIB
https://harryanshari18.wordpress.com/2014/03/22/kacamata-hubungan-internasionalala-robert-keohane/ diakses pada tanggal 17 April 2016. 19.45 WIB
http://www.materibelajar.id/2016/01/definisi-peran-dan-pengelompokan-peran.html
diakses pada tanggal 17 April 2016, 19.47 WIB
http://www.diaryapipah.com/2012/05/pengertian-penelitian-kualitatif.html diakses
pada tanggal 3 Mei 2016, 13.30 WIB
http://www.pengertianpakar.com/2015/05/teknik-pengumpulan-dan-analisis-datakualitatif.html diakses pada tanggal 24 Mei 2016, 18.45 WIB

33

34