Pengan Keluarga Sebagai Caregiver Dalam Merawat Pasien Skizofrenia di Rumah

9

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Orang dengan skizofrenia (ODS) atau dikenal dengan orang yang kurang

waras adalah seseorang yang mengalami suatu gangguan psikis yang
mempengaruhi timbulnya pikiran, persepsi dan perilaku yang aneh. Skizofrenia
berasal dari kata Yunani yaitu schizo yang artinya terbagi atau terpecah sedangkan
phrenia artinya pikiran. Jadi skizofrenia adalah seseorang yang pikirannya terbagi
atau terpecah (Nevid dkk., 2003).
Mungkin kita pernah melihat di jalan khususnya jalan raya, orang yang
berpakaian compang-camping, kulit penuh dengan kotoran, memiliki rambut
gimbal, kusut dan berbau seperti bertahun-tahun tidak dicuci, digunting, disisir
dan juga terlihat berbicara sendiri tanpa ada lawan bicara. Pada kondisi ini
biasanya kita langsung menyebut orang tersebut sebagai “orang gila”, “kurang
waras” dan lainnya. Orang-orang dengan seperti inilah yang disebut dengan

penderita skizofrenia (Videback, 2008).
Penyebab seseorang menderita skizofrenia belum diketahui secara pasti
sampai saat ini. Para ahli menemukan bahwa beberapa skizofrenia disebabkan
karena adanya gangguan multiple yang saling berinteraksi. Gangguan multiple
tersebut disebabkan beberapa faktor diantaranya : faktor herediter / genetik, faktor
psikologis, faktor lingkungan dan faktor organis (Julianan, 2013).

1
Universitas Sumatera Utara

10

Lumbantobing (2007) menyatakan bahwa, prevalensi terjadinya skizofrenia
untuk populasi umum sebesar 1% dan angka insiden skizofrenia 1 per 10.000
orang tiap tahun, dimana angka kejadiannya jauh lebih tinggi pada pria
dibandingkan wanita. Pada pria biasanya terjadi berkisar antara usia 15-25 tahun
sedangkan pada wanita usia 25-35 tahun.
World Health Organization (2007) mendapatkan hasil bahwa setiap tahun
terdapat lebih dari satu juta orang mengalami gangguan jiwa diseluruh dunia.
Penyakit ini menjadi masalah serius dibeberapa negara seperti di Amerika Serikat,

Inggris, dan Belanda. The American Psychiatric Association / APA di Miami,
Florida Amerika Serikat pada tahun 1995 menemukan bahwa jumlah penderita
skizofrenia cukup tinggi mencapai 1 per 100 penduduk. Royal Collage of
Psychiatric di Inggris melaporkan bahwa 1 diantara 100 orang mengembangkan
skizofrenia pada suatu saat dalam hidupnya (Cumming, 2010).
Di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 0,17 % penduduk Indonesia
mengalami gangguan mental berat atau skizofrenia. Data statistik Departemen
Kesehatan Republik Indonesia yang bekerjasama dengan Pusat Data dan
Informasi menyatakan bahwa gangguan jiwa terbesar adalah skizofrenia yaitu
sekitar 400.000 orang (Dep. Kes, 2014). Hasil pengumpulan data oleh Riset
Kesehatan Dasar mendapatkan bahwa jumlah penderita yang menggalami
gangguan mental berat prevalensi tertinggi berada di Provinsi Jawa Barat dimana
pasien-pasien tersebut pernah dipasung oleh keluarganya (Rikesdas, 2013).
Direktur RS Jiwa Prof Ildrem Provinsi Sumatra Utara pada tahun 2016,
jumlah penderita gangguan jiwa di Sumatera Utara sebanyak 98,01 % , gangguan

Universitas Sumatera Utara

11


mental dan perilaku akibat penggunaan zat adiktif

sebanyak 1%, dan untuk

gangguan mental organik 0,9 % ( Waspada, 2016).
Penderita skizofrenia membutuhkan penanganan khusus dari tim medis yang
berada di Rumah Sakit Jiwa. Namun masih banyak juga penderita skizofrenia
yang belum mendapatkan perawatan, dimana sepertiga dari jumlah penderita
skizofrenia belum mendapatkan perawatan karena kurangnya tempat perawatan
(Jusuf, 2006).
Penderita skizofrenia semestinya di rawat di Rumah Sakit Jiwa, namun ada
beberapa dari penderita skizofrenia yang di rawat di rumah oleh keluarganya.
Faktor yang menyebabkan penderita skizofrenia di rawat dirumah berhubungan
dengan perawatan, termasuk diantaranya biaya pengobatan, tanggung jawab untuk
mengawasi kondisi mental penderita skizofrenia, stigma sehubungan dengan
mental penderita skizofrenia yang muncul dari interaksi dengan masyarakat di
lingkungan, serta distress emosional akibat tanda gejala dari skizofrenia (Mc
Donell dkk dalam Nurarnah, 2012).
Merawat pasien skizofrenia tidaklah mudah, khususnya keluarga sebagai
caregiver utama. Schwartz dan Gildron (dalam Nainggolan dan Hidayat, 2013)

menyatakan bahwa keluarga yang anggota keluarganya ada penderita skizofrenia
merasakan beban yang berbeda dengan keluarga lain pada umumnya. Fausiah
(dalam Nainggolan dan Hidayat, 2013) menemukan bahwa beban fisik dan mental
yang dialami oleh keluarga sebagai caregiver dari penderita skizofrenia.
Family Caregiver Alliance (FCA, 2006) menyebutkan bahwa dari sepuluh
caregiver satu diantaranya memiliki kesehatan fisik yang memburuk selama

Universitas Sumatera Utara

12

menjadi caregiver. Meskipun keluarga yang merasakan beban yang sangat berat,
pada umumnya tetap menunjukkan rasa tanggung jawab, dukungan dan kasih
sayang yang besar terhadap anggota keluarga mereka yang menderita skizofrenia
(Subandi, 2008).
Keluarga sebagai unit terdekat individu memiliki kedekatan emosional yang
mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari keluarga (Friedman, Bowden &
Jones, 2010). Umumnya bila salah seorang anggota keluarga menderita sakit,
keluarga juga akan turut merasakan beban masalah dari anggota keluarganya
tersebut, dan cenderung turut campur tangan dalam mengatasi masalah serta

mencari solusi bagi anggota keluarganya.
Umumnya untuk kasus skizofrenia sendiri bila ada anggota keluarga yang
menderita skizofrenia, keluarga merasa kesulitan untuk mencari solusi, hal ini
disebabkan keluarga merasa malu untuk mengakui bahwa ada salah seorang dari
anggota keluarganya ada yang menderita skizofrenia (Anas, 2002).
Stigma negatif yang diberikan masyarakat terhadap keluarga yang salah
seorang anggota keluarganya menderita skizofrenia membuat mereka diasingkan
dari lingkungan, diremehkan dan menjadi bahan pergunjingan di lingkungan yang
akhirnya membuat sikap masyarakat terhadap keluarga tersebut menjadi negatif
(Annas, 2004). Kondisi ini berdampak pada psikologis keluarga, sehingga
keluarga merasa semakin terbeban oleh anggota keluarga yang menderita
skizofrenia dan penderita skizofrenia sendiri atau yang lebih sering disebut Orang
dengan Skizofrenia (ODS) dikucilkan oleh keluarga karena dianggap sebagai
pembawa malapetaka (Nurhayati, 2008).

Universitas Sumatera Utara

13

Beban yang dirasakan akan mempengaruhi caregiver dalam merawat anggota

keluarga yang sakit. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu ditemukan adanya
keletihan dan kelelahan yang dirasakan keluarga selama merawat pasien
skizofrenia dirumah. Hal tersebut terjadi karena keluarga harus dapat memenuhi
kebutuhan pasien dalam melakukan pemenuhan aktifitas. Sementara respon
psikologis keluarga selama merawat ialah adanya rasa jenuh dan bosan dialami
keluarga karena telah merawat pasien dalam jangka waktu yang lama dan
timbulnya rasa jengkel atau kesal terhadap pasien karena selama perawatan pasien
tidak kooperatif dalam menjalani perawatan yang diberikan oleh keluarga. Oleh
karena itu, peneliti ingin mengetahui bagaimana “Pengalaman keluarga sebagai
caregiver dalam merawat pasien skizofrenia di rumah”.

1.2.

Rumusan Masalah
Keluarga merupakan orang terdekat yang dapat membantu seorang jika

seseorang sedang sakit ataupun saat dalam kondisi yang sulit. Secara khusus
untuk perawatan yang diberikan keluarga terhadap anggota keluarganya yang
sakit terutama pada anggota keluarga yang mengalami skizofrenia merupakan
suatu tanggung jawab dan pilihan yang sulit, karena tidak semua orang ataupun

keluarga mau dan mampu melakukan perawatan secara penuh. Berdasarkan latar
belakang tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
“Pengalaman keluarga sebagai caregiver dalam merawat pasien skizofrenia
dirumah“.

Universitas Sumatera Utara

14

1.3. Tujuan Penelitian
Mengeksplorasi Pengalaman keluarga sebagai caregiver dalam merawat
pasien skizofrenia di rumah.

1.4.

Manfaat Penelitian

1.4.1. Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam
pengembangan pengetahuan pada mata kuliah keperawatan jiwa komunitas agar

mahasiswa mendapatkan gambaran pengalaman keluarga sebagai caregiver dalam
merawat pasien skizofrenia dirumah.
1.4.2. Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi perawat jiwa
komunitas untuk memberikan support dan memberikan pendidikan mengenai
perawatan yang perlu dilakukan kepada keluarga sebagai caregiver dalam
merawat pasien skizofrenia di rumah.
1.4.3. Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai evidance based
bagi peneliti selanjutnya terkait pengalaman keluarga sebagai caregiver dalam
merawat pasien skizofrenia di rumah.
1.4.4. Bagi Keluarga caregiver Skizofrenia
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran bagi keluarga
yang nantinya akan menjadi caregiver bagi anggota keluarga yang menderita
skizofrenia dalam memberikan perawatan di rumah.

Universitas Sumatera Utara