Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Muscular Endurance pada Pemain Sepak Bola di Beberapa Klub Sepak Bola Kota Medan Tahun 2015

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Prestasiolahragayangmenurun ditingkatASEAN(Association of Southeast

Asian Nations), terutama di bidang sepakbola, menjadi suatu keprihatinan

tersendiri bagikondisi olahragawan profesional di Indonesia. Timolahraga di
Indonesia memerlukan perhatian yanglebih karena melalui olahraga bisa
mengangkat namadan mempersatukan bangsa baik tingkat nasionalmaupun
internasional. Salah satu komponen yang penting dalam sepakbola adalah
kesegaran jasmani. Sepakbola merupakan olahraga ketahananyang berlangsung
selama 90 menit sehingga dibutuhkankesegaran jasmani yang baik agar pemain
dapat terus bertanding dan mengeluarkan kemampuan terbaiknya hingga akhir
pertandingan (Penggalih& Huriyati, 2007).
Kesegaran jasmani adalah suatu keadaan energi dan kekuatan yang
dimiliki atau dicapai seseorang dalam kaitannya dengan kemampuan untuk
melakukan aktivitas fisik tanpa mengalami kelelahan berlebihan.Kesegaran

jasmani berkaitan dengan kesehatan ketika aktivitas fisik dapat dilakukan tanpa
kelelahan berlebihan, terpelihara seumur hidup, dan sebagai konsekuensinya
memiliki risiko lebih rendah untuk terjadinya penyakit kronik lebih awal.
Komponen kesegaran jasmani secara garis besar dibagi menjadi dua yakni
kesegaran jasmani yang berhubungan dengan ketrampilan (meliputi kecepatan,
daya ledak otot, ketangkasan, keseimbangan, dan koordinasi) dan kesegaran
jasmani yang berhubungan dengan kesehatan (meliputikekuatan otot, daya tahan
otot, kelenturan, daya tahan kardiorespirasi, dan komposisi tubuh)(Nieman, 2001).
Salah satu komponen kesegaran jasmani yang penting dalam hubungannya
dengan olahraga sepakbola adalah stamina ( muscle endurance). Hal tersebut
dikarenakan stamina pemain sepakbola sangat menentukan kemampuan
bertanding seorang pemain di dalam lapangan selama 90 menit. Muscular
endurance adalah kemampuan otot untuk berkontraksi berulang-ulang sampai

waktu tertentu dan menunjukkan seberapa lama seseorang dapat mempertahankan

penggunaan ototnya. Salah satu cara seorang profesional untuk mengukur muscle
endurance adalah dengan menentukan berat maksimal yang mampu diangkat

seseorang selama 20 kali secara terus menerus(Hopson, Donatelle&Littrell, 2008).

Kesegaran jasmani dipengaruhioleh dua faktor utama yaitu faktor internal
dan eksternal. Faktor internal meliputi genetik, umur, dan jenis kelamin.
Sementara faktor eksternal meliputi aktivitas fisik, kelelahan, lingkungan, dan
kebiasaan merokok serta faktor lain seperti status kesehatan, komposisi tubuh, dan
status gizi (Muchtar,1992). Beberapa penelitian menunjukkan efek positif dan
negatif dari komposisi tubuh dalam hal ini lemak pada kesegaran jasmani. Otot
atau jaringan bebas lemak secara umum memiliki efek yang menguntungkan
karena hal ini berkaitan dengan produksi dan konduksi tenaga ( force), sedangkan
lemak yang berlebihan dilaporkan akan meningkatkan nilai metabolik latihan.
Peningkatan sejumlah massa tubuh tanpa lemak dikaitkan dengan tingkat
konsumsi oksigen maksimal. Namun lemak tubuh yang terlalu sedikit juga bisa
mengakibatkan turunnya efektivitas kesegaran jasmani (Battinelli, 2000).
Pengurangan kekuatan otot pada kelompok dengan indeks massa tubuh
yang rendah dapat dijelaskan dengan dasar kurangnya energi. Ada penelitian yang
menyatakan bahwa otot dari kelompok obese mempunyai infiltrasi komponen
lemak dan perubahan penyebaran dari serat otot tipe I dan tipe II yang akan
mengubah kekuatan dan ketahanan otot (Delmonicoet al., 2009; Norman et al.,
2011). Beberapa penelitian tentang kesegaran jasmani berkaitan dengan komposisi
tubuh telah dilakukan. Penelitian pada laki-laki dewasa di Jepang menunjukkan
bahwa kesegaran jasmani pada laki-laki obesitas lebih rendah dibandingkan

subyek normal atau borderline(Miyatake, Nishikawa&Fujii, 2001).
Penelitian yang dilakukan oleh Pralhadrao et al.(2013) terhadap 180
subjek yang terdiri dari 90 laki-laki dan 90 perempuan yang berusia 18-21 tahun
menunjukkan bahwa ada korelasi negatif antara IMT, persentase lemak tubuh
dengan ketahanan handgrip, tetapi tidak signifikan pada populasi yang
overweight. Pada populasi overweight, kekuatan absolut handgrip mungkin tidak

terganggu, tetapi ketahanan handgrip akan mulai berkurang dengan meningkatnya
persentase lemak tubuh bukan peningkatan massa tubuh.

Kekuatan dan ketahanan penting dalam menentukan performa seorang
pemain sepakbola, juga sebagai kunci penting dari kemampuan fisik dan pengatur
utama yang penting dalam sepakbola (Hoff &Helgerud, 2004). Latihan kekuatan
maksimal juga dapat meningkatkan running economy pada pelari dan pemain
sepakbola (Hoff &Helgerud, 2003; Storen et al.,2008). Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Hoff &Helgerud(2003), dilaporkan bahwa perubahan yang
signifikan pada running economy dari 4,7% pemain sepakbola setelah intervensi
latihan kekuatan maksimal dapat meningkatkan 1 maksimal perulangan half-squat
sampai 33%.
Selain itu, kemampuan aerobik dan faktor utamanya VO2max(Maximal

Oxygen Uptake)sangat penting pada level sepakbola tertinggi untuk berlari dalam
waktu yang lama dan bergerak sepanjang pertandingan (Hoff& Helgerud, 2004).
Disamping itu, kemampuan aerobik juga dapat membantu pemain menempuh 812 km dalam intensitas rata-rata 80-90% dari denyut nadi maksimal atau
mendekati ambang batas laktat. Meningkatnya VO2maxjuga meningkatkan jarak
tempuh selama pertandingan dan juga berhubungan dengan peningkatan 25%
penguasaan bola dan peningkatan 100% jumlah sprint yang dilakukan (Helgerud
et al., 2001).

Kemampuan fisiologis, teknik, dan taktik sangat penting di dalam olahraga
terutama sepakbola. Faktor-faktor diantaranya kelincahan, kecepatan berlari,
ketinggian lompatan, dan kemampuan untuk mengeluarkan energi merupakan
yang utama. Oleh karena lamanya pertandingan sepakbola, setidaknya 90% energi
harus dikeluarkan secara aerobik selama 90 menit pertandingan, pemain harus
berlari sekitar 10 km dalam intensitas yang mendekati ambang batas aerobik atau
sekitar 80-90% denyut nadi maksimal (Bangsbo, 1994; Helgerud et al., 2001;
Reilly & Ball, 1984). Oleh karena kesegaran jasmani terutama muscle endurance
sangat penting bagi seorang pemain sepakbola, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara indeks massa tubuh
dengan muscleendurance pada pemain sepakbola di beberapa klub sepakbola kota
Medan.


1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

pertanyaan peneliti sebagai berikut:
Apakah ada hubungan antara indeks massa tubuh denganmuscular endurance
pada pemain sepakbola di beberapa klub sepak bola Kota Medan?

1.3.

Hipotesa
Indeks Massa Tubuh berbanding terbalik dengan muscle endurance pada

pemain sepak bola di beberapa klub sepak bola.

1.4

Tujuan penelitian


1.4.1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh denganmuscular
endurance pada pemain sepakbola di beberapa klub sepak bola Kota Medan.

1.4.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1. Mengukur berat badan pemain sepakbola di beberapa klub sepak bola Kota
Medan.
2. Mengukur tinggi badan pemain sepakbola di beberapa klub sepak bola
Kota Medan.
3. Melakukan tes untuk mendapatkan nilai muscle endurance.
4. Menilaibagaimana hubungan antara indeks massa tubuh denganmuscular
endurance pada pemain sepakbola di beberapa klub sepak bola Kota

Medan.

1.5.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat :

1. Memberikan pengetahuan dan informasi kepada klub sepakbola yang
diteliti bahwa muscular endurance ada kaitannya dengan indeks massa
tubuh sehingga mereka dapat lebih memperhatikan dan mengontrol
komposisi tubuhnya sehingga prestasi yang diraih lebih maksimal.
2. Dapat dijadikan sebagai bahan penambah pengetahuan bahwa ada
hubungan antara muscular endurance dengan indeks massa tubuh
seseorang terutama pada pemain sepakbola.
3.Dapat memberikan kontribusi ilmiah, memberikan pengalaman meneliti,
mengembangkan kemampuan di bidang penelitian, dan menambah
kemampuan menganalisis suatu penelitian.
4. Dapat menjadi acuan penelitian selanjutnya.

BAB 2