Tingkat Adopsi Petani Terhadap Penggunaan Pupuk Sesuai Dosis Anjuran Pada Usaha Tani Padi Sawah (Studi kasus: Desa Sidoarjo Dua Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

(1)

BAB II

TINJAUN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjaun Pustaka 2.1.1 Padi

Padi merupakan tanaman semi aquatik yang cocok di tanam di lahan tergenang. Meskipun demikian, padi juga baik di tanami di lahan tanpa genangan asal kebutuhan airnya dicukupi. Oleh karena itu, baik di Indonesia maupun di negara lain padi di tanam di dua jenis lahan utama yaitu lahan sawah dan ladang (lahan kering). Di Indonesia padi ditanam di dua musim berbeda, yaitu musim hujan dan musim kemarau (Suparyono, 1993).

Tanaman padi sawah memerlukan curah hujan antara 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun dengan ketinggian tempat optimal 0-1500 mdpl. Suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman padi 23 °C. Intensitas sinar matahari penuh tanpa naungan. Budidaya padi sawah dapat dilakukan disegala musim. Air sangat dibutuhkan oleh tanaman padi. Pada musim kemarau, air harus tersedia untuk meningkatkan produksi. Tanah yang baik mengandung pasir, debu dan lempung (Anonimus,2013).

Padi (Oryza sativa l.) tumbuh baik di daerah tropis dan sub-tropis. Untuk padi sawah, ketersediaan air yang mampu menggenangi lahan tempat penanaman sangat penting. Oleh karena air menggenang terus-menerus maka tanah sawah harus memiliki kemampuan menahan air yang tinggi, seperti tanah yang lempung. Untuk kebutuhan air tersebut, diperlukan sumber mata air yang besar, kemudian ditampung dalam bentuk waduk (danau).


(2)

Tidak semua jenis tanah cocok untuk areal persawahan. Hal ini dikarenakan tidak semua jenis tanah dapat dijadikan lahan tergenang air. Padahal dalam sistem tanah sawah, lahan harus tetap tergenang air agar kebutuhan air tanaman padi tercukupi sepanjang musim tanam. Tanah yang baik untuk areal persawahan adalah tanah yang mampu memberikan kondisi tumbuh tanaman padi. Kondisi yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi sangat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu posisi topografi yang berkaitan dengan kondisi hidrologi, porositas tanah yang rendah dan tingkat keasaman tanah yang netral, sumber air alam, serta kanopinas modifikasi sistem alam oleh kegiatan manusia (Suparyono dan Setyono, 1997).

2.1.2 Pupuk

Pupuk merupakan bahan yang diberikan ke dalam tanah baik yang organik maupun non organik dengan maksud untuk mengganti kehilangan unsur hara dari dalam tanah dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalal keadaan faktor keliling atau lingkungan baik (Mulyani Sutejo, 2002)

Pupuk mengenal istilah makro dan mikro. Meskipun belakangan ini jumlah pupuk cenderung makin beragam dengan aneka merek, kita tidak akan terkecoh. Apapun namanya dan negara manapun pembuatnya, dari segi unsur yang dikandungnya tetap saja hanya ada dua golongan pupuk, yaitu pupuk makro dan pupuk mikro. Sebagai patokan dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya. Secara umum pupuk hanya dibagi dalam dua kelompok berdasrkan asalnya, yaitu:

1. Pupuk anorganik seperti urea (pupuk N), TSP atau SP-36 (pupuk P), KCL (pupuk P), KCL (pupuk K)


(3)

2. Pupuk Organik seperti pupuk kandang, kompos, humus, dan pupuk hijau. Lahirnya pupuk produk baru yang cara pemberiannya lain dari biasanya maka pupuk pun dibagi lagi berdasarkan cara pemberiannya sebagai berikut.

1. Pupuk Akar ialah segala jenis pupuk yang diberikan lewat akar. Misalnya, TSP, ZA, KCL, Kompos, Pupuk kandang, dan Dekaform. 2. Pupuk daun ialah segala macam pupuk yang diberikan lewat daun

dengan cara penyemprotan (Pinus lingga dan Marsono, 2000)

2.1.3 Tingkat Adopsi

Menurut Soekartawi (1986), adopsi teknologi baru adalah merupakan proses yang terjadi dari petani untuk menerapkan teknologi tersebut pada usahataninya. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

a. Umur

Makin muda petani biasanya mempunyai semangat ingin tahu apa yang belum diketahui, sehingga dengan demikian petani berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya belum berpengalaman soal adopsi inovasi tersebut.

b. Tingkat pendidikan petani

Pendidikan merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya akan menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern. Petani yang berpendidikan tinggi akan lebih cepat dalam melaksanakan adopsi.


(4)

c. Luas Pemilikan lahan

Petani yang memiliki lahan yang luas akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani yang berlahan sempit, hal ini di karenakan keefisienan penggunaan sarana produksi.

d. Pengalaman bertani

Petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani pemula, hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan. e. Tingkat pendapatan

Tingkat pendapatan adalah jumlah pendapatan bersih yang diterima dari usahatani serta non usahatani lainnya.

Untuk menunjang pembangunan pertanian tidak terlepas dari kemampuan petani dalam menerapkan teknologi secara efektif dan penyuluh bertindak sebagai jembatan dan sekaligus penghantar teknologi.Teknologi maksudnya disini adalah teknologi pertanian yang berarti cara-cara bagaimana penyebaran benih, pemeliharaan tanaman,memungut hasil,serta pula benih pupuk,obat-obatan,pemberantasan hama,sumber tenaga kerja dan kombinasi jenis-jenis usaha oleh para petani sebagai fungsinya selaku pengelola untuk mengambil keputusan (Suhardiyono,1992).

Pada dasarnya perilaku petani sangat di pengaruhi oleh pengetahuan, kecakapan dan sikap mental petani itu sendiri.Dengan digiatkannya penyuluhan pertanian,diharapkan akan terjadi perubahan-perubahan terutama pada perilaku serta bentuk-bentuk kegiatannya seiring degan terjadinya perubahan cara berpikir,cara kerja,cara hidup,pengetahuan dan sikap mental yang lebih terarah


(5)

dan lebih menguntungkan dirinya beserta keluarganya maupun lingkungannya (Slamet,2003).

Menurut Van den Ban dan Hawkins (2003) tingkat adopsi dipengaruhi oleh persepsi petani tentang ciri-ciri inovasi dan perubahan yang di kehendaki oleh inovasi dalam pengelolaan pertanian dari keluarga petani.Inovasi biasanya diadopsi dengan cepat karena:

- Memiliki keuntungan relatif tinggi bagi petani

- Kompabilitas/keselarasan dengan nilai-nilai,pengalaman,kebutuhan - Kompleksitas/tidak rumit

- Dapat dicoba - Dapat diamati

Konsep pertanian sebagai suatu industri yang berbasis teknologi mencakup banyak inovasi selain pengenalan singkat tentang teknologi yang baru.Tahap-tahapnya,dari bentuk mereka yang paling mendasar,termasuk penemuan, adaptasi, penerimaan, pemakaian dan penyesuaian.


(6)

2.2 Landasan Teori

Secara sempit ilmu pertanian dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang bercocok tanam. Tetapi arti yang terkandung dalam ilmu pertanian yang sesungguhnya jauh lebih dalam. Yaitu suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang pertanian, baik mengenai subsektor peternakan dan hortikultura, subsektor perkebuna, maupun subsektor perikanan. Imu ini mulai dari pemilihan benih (pemuliaan), pengolahan tanah, penanaman, penyiangan, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit, sampai panen dan juga pasca panen (Daniel, 2002)

Fungsiproduksi adalah suatu fungsi yang menunjukan hubungan antara hasil produksi (output) maksimum yang dapat dihasilkan dari suatu ramuan faktor-faktor produksi (input) tertentu dengan teknologi tertentu. Fungsi produksi dinyatakan sebagai P=f (Q) dimana P adalah total produksi dan Q jumlah input atau faktor-faktor produksi (Wibisono, 1999).

Istilah fungsi produksi ditemukan dalam ilmu ekonomi yang dimaksud dengan fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor produksi (input). Dalam bentuk matematika sederhana fungsi produksi ini dituliskan sebagai berikut:

Y = f(x1, x2,...xn) Dimana:

Y = Hasil produksi fisik (output)

X1, x2,...xn= faktor-faktor produksi (input) (Mubyarto, 1989)


(7)

Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang perkaitan diantara tingkat produksi sesuatu barang dengan jumlah input produksi yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam analisis tersebut dimisalkan bahwa satu input produksi seperti tenaga kerja merupakan satu satunya faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya sedangkan faktor-faktor produksi lainnya seperti modal, tanah dan teknologi dianggap tidak mengalami perubahan (Sukirno, 2000)

Hasil lebih yang semakin berkurang (law of diminishing return) merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dipisah-pisahkan dari teori produksi. Hukum tersebut menjelaskan sifat pokok dari perkaitan diantara tingkat produksi dan iput produksi yang digunakan untuk mewujudkan produksi tersebut. Law of diminishing return menyatakan bahwa apabila faktor produksi yang dapat diubahjumlahnya teru menerus ditambah sebanyak 1 unit, pada mulanya produksi total akan semakin banyak pertambahannya, tetapi sesudah mencapai tingkat tertentu produksi tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya mencapai nilai negatif dan ini menyebabkan pertambahan produksi total semakin lambat dan akhirnya ia mencapai tingkat yang maksimum kemudian menurun (Sukirno, 2000)

Dengan demikian pada hakikatnya law of diminishing return menyatakan bahwa perkaitan diantara tingkat produksi dan jumlah satu input produksi yang digunakan dapat digunakan dalam tiga tahap yaitu:

a. Tahap pertama : Produksi total mengalami petambahan yang semakin cepat, b. Tahap Kedua : produksi total pertambahannya semakin lama semakin kecil, dan c. Tahap ketiga ; produksi total semakin lama semakin berkurang.


(8)

Hukum law of diminishing return dapat dilihat pada kurva berikut:

Daerah irrasional

Gambar 1. Kurva Total Produksi, Produksi Rata-Rata dan Produksi Marginal

Dalam keadan yang seperti itu produksi marginal bertambah tinggi dan sifat ini dapat dilihat pada kurva MP (yaitu kurva produksi marginal). Selanjutnya pertambahan penggunaan input produksi tidak akan menambah produksi total secepat seperti sebelumnya. Keadaan ini digambarkan oleh (i) kurva produksi marginal yang terus menurun, dab (ii) kurva total produksi yang mulai cembung keatas. Sebelum input produksi digunakan pada tahap kedua, produksi marginal adalah lebih tinggi daripada produksi rata-rata. Maka kurva produksi rata-rata bertambah tinggi. Pada saat input produksi bertambah ke tahap II kurva marginal produksi memotong kurva produksi rata-rata. Sesudah perpotongan tersebut kurva


(9)

produksi rata menurun ke bawah yang menggambarkan bahwa produksi rata-rata semakin bertambah sedikit. Perpotongan diantara kurva MP dan kurva AP adalah menggambarkan permulaan dari tahap kedua. Pada keadaan ini produksi rata-rata mencapai tingkat yang paling tinggi. Pada tahap kedua, penggunaan input produksi dikatakan efisien dikarenakan jumlah input produksi yang digunakan sesuai dengan hasil produksi yang maksimal (Sukirno, 2000).

Pada tahap ketiga dimana kurva MP memotong sumbu datar dan sesudahnya kurva tersebut dibawah sumbu datar. Keadaan ini menggambarkan bahwa produksi marginal mencapai angka negative. Kurva total produksi (TP) mulai menurun pada tingkat ini, yang menggambarkan bahwa produksi total semakin berkurang apabila lebih banyak input produksi yang digunakan. Keadaan pada tahap ketiga ini menggambarkan bahwa input produksi yang digunakan adalah jauh melebihi daripada yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan produksi tersebut secara efesien (Sukirno, 2000).


(10)

2.3 Kerangka Pemikiran

Petani padi sawah melakukan usahatani padi sawah berdasarkan teknologi

usahatani padi sawah. Salah satu teknologi yang diterapkan yaitu teknologi penggunaan pupuk sesuai dosis anjuran. Penyuluh mempunyai peranan penting dalam memperkenalkan teknologi tersebut kepada petani, karena dengan bantuan penyuluh maka inovasi akan cepat diterima oleh masyarakat tani khususnya petani padi sawah.

Dalam mengadopsi suatu teknologi, petani dipengaruhi oleh beberapa faktor sosial ekonomi yaitu: umur, tingkat pendidikan, luas lahan. Pengalaman bertani, dan tingkat pendapatan.

Dalam mengadopsi teknologi petani juga tidak lepas dari masalah-masalah yang mempengaruhi keputusan petani dalam menerima dan menolak suatu teknologi.

Penerapan teknologi yang menguntungkan akan lebih banyak terjadi apabila tingkat adopsi petani tinggi. Pada akhirnya suatu teknologi diterapkan petani dapat diukur berdasarkan tinggi rendahnya tingkat adopsinya.


(11)

Adapun skematis kerangka pemikiran di atas adalah sebagai berikut :

Ket : : Ada pengaruh : Terdiri dari

Gambar 1 : Skema Kerangka Pemikiran

Petani PadiSawah

Negatif Faktor Sosial ekonomi: 1. Umur 2. Tingkat

pendidikan 3. Luas lahan 4. Pengalaman

bertani 5. Tingkat

pendapatan Teknologi

Penggunaan Pupuk

Positif Masalah dan

Upaya

Usahatani Padi Sawah


(12)

2.4Hipotesis Penelitian

1. Tingkat Adopsi petani terhadap penggunaan pupuk sesuai jenis dan dosis anjuran di daerah penelitian adalah positif

2. Ada pengaruh faktor sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, luas lahan, pengalaman bertani, dan tingkat pendapatan) secara parsial terhadap tingkat adopsi penggunaan pupuk sesuai jenis dan dosis anjuran pada usahatani padi sawah di daerah penelitian.

3. Ada pengaruh faktor sosial ekonomi ekonomi (umur, tingkat pendidikan, luas lahan, pengalaman bertani, dan tingkat pendapatan) secara serempak terhadap tingkat adopsi penggunaan pupuk sesuai jenis dan dosis anjuran pada usahatani padi sawah di daerah penelitian


(1)

Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang perkaitan diantara tingkat produksi sesuatu barang dengan jumlah input produksi yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam analisis tersebut dimisalkan bahwa satu input produksi seperti tenaga kerja merupakan satu satunya faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya sedangkan faktor-faktor produksi lainnya seperti modal, tanah dan teknologi dianggap tidak mengalami perubahan (Sukirno, 2000)

Hasil lebih yang semakin berkurang (law of diminishing return) merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dipisah-pisahkan dari teori produksi. Hukum tersebut menjelaskan sifat pokok dari perkaitan diantara tingkat produksi dan iput produksi yang digunakan untuk mewujudkan produksi tersebut. Law of diminishing return menyatakan bahwa apabila faktor produksi yang dapat diubahjumlahnya teru menerus ditambah sebanyak 1 unit, pada mulanya produksi total akan semakin banyak pertambahannya, tetapi sesudah mencapai tingkat tertentu produksi tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya mencapai nilai negatif dan ini menyebabkan pertambahan produksi total semakin lambat dan akhirnya ia mencapai tingkat yang maksimum kemudian menurun (Sukirno, 2000)

Dengan demikian pada hakikatnya law of diminishing return menyatakan bahwa perkaitan diantara tingkat produksi dan jumlah satu input produksi yang digunakan dapat digunakan dalam tiga tahap yaitu:

a. Tahap pertama : Produksi total mengalami petambahan yang semakin cepat, b. Tahap Kedua : produksi total pertambahannya semakin lama semakin kecil, dan c. Tahap ketiga ; produksi total semakin lama semakin berkurang.


(2)

Hukum law of diminishing return dapat dilihat pada kurva berikut:

Daerah irrasional

Gambar 1. Kurva Total Produksi, Produksi Rata-Rata dan Produksi Marginal

Dalam keadan yang seperti itu produksi marginal bertambah tinggi dan sifat ini dapat dilihat pada kurva MP (yaitu kurva produksi marginal). Selanjutnya pertambahan penggunaan input produksi tidak akan menambah produksi total secepat seperti sebelumnya. Keadaan ini digambarkan oleh (i) kurva produksi marginal yang terus menurun, dab (ii) kurva total produksi yang mulai cembung keatas. Sebelum input produksi digunakan pada tahap kedua, produksi marginal adalah lebih tinggi daripada produksi rata-rata. Maka kurva produksi rata-rata bertambah tinggi. Pada saat input produksi bertambah ke tahap II kurva marginal produksi memotong kurva produksi rata-rata. Sesudah perpotongan tersebut kurva


(3)

produksi rata menurun ke bawah yang menggambarkan bahwa produksi rata-rata semakin bertambah sedikit. Perpotongan diantara kurva MP dan kurva AP adalah menggambarkan permulaan dari tahap kedua. Pada keadaan ini produksi rata-rata mencapai tingkat yang paling tinggi. Pada tahap kedua, penggunaan input produksi dikatakan efisien dikarenakan jumlah input produksi yang digunakan sesuai dengan hasil produksi yang maksimal (Sukirno, 2000).

Pada tahap ketiga dimana kurva MP memotong sumbu datar dan sesudahnya kurva tersebut dibawah sumbu datar. Keadaan ini menggambarkan bahwa produksi marginal mencapai angka negative. Kurva total produksi (TP) mulai menurun pada tingkat ini, yang menggambarkan bahwa produksi total semakin berkurang apabila lebih banyak input produksi yang digunakan. Keadaan pada tahap ketiga ini menggambarkan bahwa input produksi yang digunakan adalah jauh melebihi daripada yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan produksi tersebut secara efesien (Sukirno, 2000).


(4)

2.3 Kerangka Pemikiran

Petani padi sawah melakukan usahatani padi sawah berdasarkan teknologi

usahatani padi sawah. Salah satu teknologi yang diterapkan yaitu teknologi penggunaan pupuk sesuai dosis anjuran. Penyuluh mempunyai peranan penting dalam memperkenalkan teknologi tersebut kepada petani, karena dengan bantuan penyuluh maka inovasi akan cepat diterima oleh masyarakat tani khususnya petani padi sawah.

Dalam mengadopsi suatu teknologi, petani dipengaruhi oleh beberapa faktor sosial ekonomi yaitu: umur, tingkat pendidikan, luas lahan. Pengalaman bertani, dan tingkat pendapatan.

Dalam mengadopsi teknologi petani juga tidak lepas dari masalah-masalah yang mempengaruhi keputusan petani dalam menerima dan menolak suatu teknologi.

Penerapan teknologi yang menguntungkan akan lebih banyak terjadi apabila tingkat adopsi petani tinggi. Pada akhirnya suatu teknologi diterapkan petani dapat diukur berdasarkan tinggi rendahnya tingkat adopsinya.


(5)

Adapun skematis kerangka pemikiran di atas adalah sebagai berikut :

Ket : : Ada pengaruh : Terdiri dari

Gambar 1 : Skema Kerangka Pemikiran

Petani PadiSawah

Negatif Faktor Sosial ekonomi: 1. Umur 2. Tingkat

pendidikan 3. Luas lahan 4. Pengalaman

bertani 5. Tingkat

pendapatan Teknologi

Penggunaan Pupuk

Positif Masalah dan

Upaya

Usahatani Padi Sawah


(6)

2.4Hipotesis Penelitian

1. Tingkat Adopsi petani terhadap penggunaan pupuk sesuai jenis dan dosis anjuran di daerah penelitian adalah positif

2. Ada pengaruh faktor sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, luas lahan, pengalaman bertani, dan tingkat pendapatan) secara parsial terhadap tingkat adopsi penggunaan pupuk sesuai jenis dan dosis anjuran pada usahatani padi sawah di daerah penelitian.

3. Ada pengaruh faktor sosial ekonomi ekonomi (umur, tingkat pendidikan, luas lahan, pengalaman bertani, dan tingkat pendapatan) secara serempak terhadap tingkat adopsi penggunaan pupuk sesuai jenis dan dosis anjuran pada usahatani padi sawah di daerah penelitian


Dokumen yang terkait

Analisis Tingkat Ketimpangan Pendapatan dan Kemiskinan Petani Padi Sawah di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Deli Serdang

19 143 103

Hubungan Antara Tingkat Adopsi Teknologi Dengan Produktivitas Padi Sawah Lahan Irigasi (Kasus : Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

3 41 78

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Antara Petani Pengguna Pompa Air Dan Petani Pengguna Irigasi Pada Lahan Irigas) Di Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus: Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

2 36 140

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Penggunaan Pupuk Sesuai Dosis Anjuran Pada Usaha Tani Padi Sawah (Studi kasus: Desa Sidoarjo Dua Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

3 55 82

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Penggunaan Pupuk Sesuai Dosis Anjuran Pada Usaha Tani Padi Sawah (Studi kasus: Desa Sidoarjo Dua Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 8

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Penggunaan Pupuk Sesuai Dosis Anjuran Pada Usaha Tani Padi Sawah (Studi kasus: Desa Sidoarjo Dua Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 1

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Penggunaan Pupuk Sesuai Dosis Anjuran Pada Usaha Tani Padi Sawah (Studi kasus: Desa Sidoarjo Dua Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 7

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Penggunaan Pupuk Sesuai Dosis Anjuran Pada Usaha Tani Padi Sawah (Studi kasus: Desa Sidoarjo Dua Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 1

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Penggunaan Pupuk Sesuai Dosis Anjuran Pada Usaha Tani Padi Sawah (Studi kasus: Desa Sidoarjo Dua Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 22

ANALISIS TINGKAT KETIMPANGAN PENDAPATAN DAN KEMISKINAN PETANI PADI SAWAH (Kasus : Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang) SKRIPSI

1 9 12