Respons pertumbuhan dan hasil sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench)terhadap jarak tanam dan waktu penyiangan gulma

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Usaha peningkatan produksi bahan pangan terus dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan pangan terutama makanan pokok terus meningkat sejalan
dengan laju pembangunan dan pertambahan penduduk. Usaha ini tidak
terbatas pada tanaman pangan utama melainkan penganekaraman (diversifikasi)
dengan mengembangkan tanaman pangan alternatif seperti sorgum (Sorghum
bicolor (L). Moench). Sorgum merupakan komoditas pangan alternatif yang
memiliki

potensi

cukup

besar

untuk

dikembangkan

di


Indonesia

(Mudjishono dan Damardjati, 1987).
Sebagai bahan pangan, kandungan gizi pada sorgum sangat bersaing
dengan beras dan jagung, bahkan kandungan protein dan kalsium lebih tinggi.
Kandungan protein dan kalsium pada sorgum mencapai 11,0 g dan 28,0 mg, pada
beras 6,8 g dan 6,0 mg, sedangkan pada jagung 8,7 g dan 9,0 mg per 100 gram
bagian dapat dimakan. Selain itu, sorgum juga mengandung zat besi, fosfor, dan
vitamin B1 yang lebih tinggi dibandingkan beras. Kandungan besi, fosfor, dan
vitamin B1 pada sorgum berturut-turut 4.4 mg, 287 mg, dan 0.38 mg sedangkan
pada beras kandungan ketiga zat tersebut hanya 0.8 mg, 140 mg, dan 0.12 mg
(Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, 1992).
Benih sorgum dapat tumbuh dengan baik pada berbagai agroekosistem dan
tingkat cekaman kekeringan (FAO 2002). Sorgum mampu beradaptasi pada
kondisi kekeringan. Secara fisiologis, permukaan daun sorgum yang mengandung
lapisan lilin dan sistem perakaran yang ekstensif, fibrous, dan dalam cenderung

membuat tanaman lebih efisien dalam absorpsi dan pemanfaatan air (laju
evapotranspirasi sangat rendah).

Salah satu aspek budidaya pada tanaman sorgum yang penting adalah
waktu penyiangan yang tepat. Karena pada awal pertumbuhan sorgum kurang
dapat bersaing dengan gulma, karena itu harus diusahakan agar areal tanaman
pada

saat

tanaman

masih

muda

harus

bersih

dari

gulma


(Balai Informasi pertanian, 1990).
Selain itu, populasi tanaman dan jarak tanam merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi hasil produksi. Peningkatan tingkat kerapatan tanam
persatuan luas sampai batas tertentu dapat meningkatkan hasil biji, akan tetapi
penambahan jumlah tanam akan menurunkan hasil karena terjadinya persaingan
hara, air, radiasi matahari, dan ruang tumbuh sehingga akan mengurangi jumlah
biji pertanaman (Irfan, 1999).
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian guna
mengetahui respon pertumbuhan dan hasil sorgum terhadap jarak tanam dan
waktu penyiangan gulma.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh jarak tanam dan waktu
penyiangan

gulma

terhadap

pertumbuhan


dan

hasil

sorgum

(Sorghum bicolor (L.) Moench).
Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh jarak tanam dan waktu penyiangan gulma yang berbeda
terhadap pertumbuhan dan hasil sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) dan
interaksi antara jarak tanam dan waktu penyiangan gulma yang berbeda.

Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana di
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan diharapkan menjadi
sumber informasi bagi petani untuk menentukan jarak tanam dan waktu
penyiangan gulma yang tepat agar diperoleh hasil yang optimum.