Insiden Hiperbilirubimenia Pada Bayi Aterm Di RSUP Haji Adam Malik Medan Pada Tahun 2014

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Berat Bayi Lahir

2.1.1. Pengertian
Berat bayi lahir adalah berat badan bayi yang di timbang dalam waktu 1 jam pertama
setelah lahir. Hubungan antara berat lahir dengan umur kehamilan, berat bayi lahir dapat
dikelompokan : bayi kurang bulan (BKB), yaitu bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi <
37 minggu (259 hari). Bayi cukup bulan (BCB), bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi
antara 37-42 minggu (259-293 hari), dan Bayi lebih bulan (BLB), bayi yang dilahirkan
dengan masa gestasi > 42 minggu (294 hari) (Kosim dkk., 2009).
2.1.2. Klasifikasi Bayi Aterm
Menurut Kosim dkk (2009) Bayi aterm berdasarkan berat badan dapat dikelompokan
menjadi :
a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Berat yang dilahirkan dengan berat lahir 2500-4000 gram.

2.1.3.


Bayi Berat Lahir Rendah

2.1.3.1. Pengertian
Berat Badan lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram. Menurut WHO (2003), BBLR dibagi menjadi tiga group yaitu prematuritas, intra
uterine growth restriction (IUGR) dan karena keduanya.
BBLR sering digunakan sebagai indikator dari IUGR di negara berkembang karena
tidak tersedianya penilaian usia kehamilan yang valid. BBLR ini berbeda dengan prematur
karena BBLR diukur dari berat atau massa, sedangkan prematur diukur dari umur bayi
dalam kandungan. BBLR belum tentu prematur, sementara prematur juga belum tentu
BBLR kalau berat lahirnya diatas 2500 gram. Namun di banyak kasus kedua kondisi ini
muncul bersamaan karena penyebabnya saling berhubungan.
Berdasarkan ACC/SCN (2000) prematur adalah bayi aterm dengan usia kehamilan
kurang dari 37 minggu. Kebanyakan bayi prematur memiliki berat kurang dari 2500 gram.
Sedangkan pengertian IUGR atau pertumbuhan janin terhambat, merupakan bagian dari
BBLR yang sangat penting bagi negara-negara berkembang. IUGR atau pertumbuhan janin
terhambat, merupakan suatu kondisi dimana pertumbuhan janin telah dibatasi. Lingkungan
gizi yang tidak memadai dalam rahim dapat menjadi salah satu penyebab terbatasnya
pertumbuhan janin. IUGR biasanya dinilai secara klinis ketika janin lahir dengan

mengkaitkan ukuran bayi aterm ke durasi kehamilan menggunakan persentil 10th dari acuan
populasi. Ukuran kecil untuk usia kehamilan atau ketidakmampuan janin untuk mencapai
potensi pertumbuhannya menunjukkan IUGR. Bayi dengan IUGR didiagnosis mungkin
BBLR usia kehamilan aterm (> 37 minggu kehamilan dan 2500 gr.
Berat badan lahir merupakan indikator penting kesehatan bayi, faktor determinan
kelangsungan hidup dan faktor untuk pertumbuhan fisik dan mental bayi di masa yang akan
datang.
Menurut UNICEF and WHO (2004), penurunan kejadian BBLR merupakan salah
satu kontribusi penting dalam Millennium Development Goal (MDGs) untuk menurunkan
kematian anak. Pencapaian tujuan dari MDGs dicapai dengan memastikan kesehatan anak
pada awal kehidupannya dan BBLR merupakan salah satu indikator untuk menilai kemajuan
dari tujuan MDGs ini.

Namun, berat badan lahir masih merupakan masalah kesehatan di negara-negara
berkembang, dengan perkiraan masih terdapat lebih dari 95% BBLR terjadi di negara
berkembang.
Menurut data WHO, berdasarkan total kelahiran di dunia, terdapat 15,5% kelahiran
dengan BBLR. Kelahiran dengan BBLR dua kali lebih banyak di negara berkembang
dibandingkan dengan negara maju, dengan sebanyak 72% terjadi di Asia. Sementara di Asia
Selatan diperkirakan setiap tahunnya terjadi BBLR pada 15-30 juta bayi (lebih dari 20 %).

2.1.3.2. Faktor Faktor Yang Menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah
A. Faktor Ibu
1. Gizi saat hamil yang kurang
Kekurangan gizi selama hamil akan berakibat buruk terhadap janin.
Penentuan status gizi yang baik yaitu dengan mengukur berat badan ibu
sebelum hamil dan kenaikkan berat badan selama hamil. Kekurangan gizi
pada ibu hamil dapat memengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat
menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat
bawaan, anemia pada bayi, asfiksia. Intra partum (mati dalam kandungan)
lahir dengan berat badan rendah (BBLR). Pertambahan berat badan selama
kehamilan rata-rata 0,3-0,5 kg/minggu. Bila dikaitkan dengan usia
kehamilan, kenaikan berat badan selama hamil muda 5 kg, selanjutnya tiap
trimester (II dan III) masing-masing bertambah 5 kg. Pada akhir kehamilan,
pertambahan berat badan total adalah 9-12 kg. Bila terdapat kenaikan berat
badan yang berlebihan, perlu dipikirkan adanya risiko bengkak, kehamilan
kembar, hidroamnion, atau anak besar. Indikator lain untuk mengetahui status
gizi ibu hamil adalah dengan mengukur lingkar lengan atas (LLA).LLA
kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status gizi yang kurang/
buruk. Ibu berisiko untuk melahirkan anak dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR). Dengan demikian, bila hal ini ditemukan sejak awal kehamilan,

petugas dapat memotivasi ibu agar ia lebih memperhatikan kesehatannya
(Hidayati, 2009).

2. Umur
Berat badan lahir rendah juga berkolerasi dengan usia ibu. Persentase
tertinggi bayi dengan berat badan lahir rendah terdapat pada kelompok
remaja dan wanita berusia lebih dari 40 tahun. Ibu-ibu yang terlalu muda
seringkali secara emosional dan fisik belum matang, selain pendidikan pada
umumnya rendah, ibu yang masih muda masih tergantung pada orang lain.
Kelahiran bayi BBLR lebih tinggi pada ibu-ibu muda berusia kurang dari 20
tahun. Remaja seringkali melahirkan bayi dengan berat lebih rendah. Hal ini
terjadi karena mereka belum matur dan mereka belum memiliki sistem
transfer plasenta seefisien wanita dewasa.
Pada ibu yang tua meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi
badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat
memengaruhi janin intra uterin dan dapat menyebabkan kelahiran BBLR.
Faktor usia ibu bukanlah faktor utama kelahiran BBLR, tetapi kelahiran
BBLR tampak meningkat pada wanita yang berusia di luar usia 20 sampai 35
tahun.
3. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat

Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin
kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan karena
keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan
jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan mengalami
peningkatan risiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III,
termasuk karena alasan plasenta previa, anemia dan ketuban pecah dini serta
dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (Hidayat dan Alimul, 2008).
4.

Paritas ibu
Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin
sehingga melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan perdarahan saat
persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah.

5.

Penyakit menahun ibu
- Asma bronkiale
Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantung dari sering dan
beratnya serangan, karena ibu dan janin akan kekurangan oksigen (O2)

atau hipoksia.

Keadaan hipoksia bila tidak segera diatasi tentu akan berpengaruh pada
janin, dan sering terjadi keguguran, persalinan premature atau berat janin
tidak sesuai dengan usia kehamilan (gangguan pertumbuhan janin).
- Infeksi saluran kemih dengan bakteriuria tanpa gejala (asimptomatik):
Frekuensi bakteriuria tanpa gejala kira-kira 2-10%, dan dipengaruhi oleh
paritas, ras, sosioekonomi wanita hamil tersebut. Beberapa peneliti
mendapatkan adanya hubungan kejadian bakteriuria dengan peningkatan
kejadian anemia dalam kehamilan, persalinan premature, gangguan
pertumbuhan janin, dan preeklampsia.
- Hipertensi
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang
terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada
permulaan persalinan, hipertensi dalam kehamilan menjadi penyebab
penting dari kelahiran mati dan kematian neonatal. Ibu dengan hipertensi
akan menyebabkan terjadinya insufisiensi plasenta, hipoksia sehingga
pertumbuhan janin terhambat dan sering terjadi kelahiran prematur.
Hipertensi pada ibu hamil merupakan gejala dini dari pre-eklamsi,
eklampsi dan penyebab gangguan pertumbuhan janin sehingga

menghasilkan berat badan lahir rendah.
6.

Gaya hidup
Konsumsi obat-obatan pada saat hamil: Peningkatan penggunaan obatobatan (11-27% wanita hamil, bergantung pada lokasi geografi) telah
mengakibatkan makin tingginya insiden kelahiran premature, BBLR, defek
kongenital, ketidakmampuan belajar, dan gejala putus obat pada janin.
Konsumsi alkohol pada saat hamil: Penggunaan alkohol selama masa hamil
dikaitkan dengan keguguran (aborsi spontan), retardasi mental, BBLR dan
sindrom alkohol janin (Bobak, 2004).

B. Faktor Kehamilan
Komplikasi Hamil
- Pre-eklampsia/Eklampsia
Pre-eklampsia/Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan
janin dalam kandungan atau IUGR dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan
karena Pre-eklampsia/Eklampsia pada ibu akan menyebabkan perkapuran di
daerah plasenta, sedangkan bayi memperoleh makanan dan oksigen dari
plasenta, dengan adanya perkapuran di daerah plasenta, suplai makanan dan
oksigen yang masuk ke janin berkurang (Zulaikha, 2010).

- Ketuban Pecah Dini
Ketuban dinyatakan pecah sebelum waktunya bila terjadi sebelum proses
persalinan berlangsung. Ketuban Pecah Dini (KPD) disebabkan oleh karena
berkurangnya kekuatan membran yang diakibatkan oleh adanya infeksi yang
dapat berasal dari vagina dan serviks.
Pada persalinan normal selaput ketuban biasanya pecah atau dipecahkan
setelah pembukaan lengkap, apabila ketuban pecah dini, merupakan masalah
yang penting dalam obstetri yang berkaitan dengan penyulit kelahiran
prematur dan terjadinya infeksi ibu.
- Hidramnion
Hidramnion atau kadang-kadang disebut juga polihidramnion adalah keadaan
di mana banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc. Gejala hidramnion terjadi
semata-mata karena faktor mekanik sebagai akibat penekanan uterus yang
besar kepada organ-organ seputarnya. Hidramnion harus dianggap sebagai
kehamilan dengan risiko tinggi karena dapat membahayakan ibu dan anak.
Prognosis anak kurang baik karena adanya kelainan kongenital, prematuritas,
prolaps funikuli dan lain-lain (Varney, 2008).
- Hamil ganda/Gemeli
Berat badan janin pada kehamilan kembar lebih ringan daripada janin pada
kehamilan tunggal pada umur kehamilan yang sama. Sampai kehamilan 30

minggu kenaikan berat badan janin kembar sama dengan janin kehamilan
tunggal. Setelah itu, kenaikan berat badan lebih kecil, mungkin karena
regangan

yang

berlebihan

menyebabkan

peredaran

darah

plasenta

mengurang. Berat badan satu janin pada kehamilan kembar rata-rata 1000
gram lebih ringan daripada janin kehamilan tunggal. Berat badan bayi aterm

umumnya pada kehamilan kembar kurang dari 2500 gram. Suatu faktor

penting dalam hal ini ialah kecenderungan terjadinya partus prematurus
(Hani, 2010).
- Perdarahan Antepartum
Perdarahan antepartum merupakan perdarahan pada kehamilan diatas 22
minggu hingga mejelang persalinan yaitu sebelum bayi dilahirkan (Saifuddin,
2002). Komplikasi utama dari perdarahan antepartum adalah perdarahan yang
menyebabkan anemia yang menyebabkan keadaan ibu semakin jelek.
Keadaan ini yang menyebabkan gangguan ke plasenta yang mengakibatkan
anemia pada janin bahkan terjadi intrauterin yang mengakibatkan kematian
janin intrauterin. Bila janin dapat diselamatkan, dapat terjadi berat badan
lahir rendah, sindrom gagal napas dan komplikasi asfiksia (Wiknjosastro,
1999).
C. Faktor janin
- Cacat Bawaan (kelainan kongenital)
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi
yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan
dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) atau bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi Berat
Lahir Rendah dengan kelainan kongenital yang mempunyai berat kira-kira
20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya (Maulana, 2008).

- Infeksi Dalam Rahim
Infeksi hepatitis terhadap kehamilan bersumber dari gangguan fungsi hati
dalam mengatur dan mempertahankan metabolisme tubuh, sehingga aliran
nutrisi ke janin dapat terganggu atau berkurang. Oleh karena itu, pengaruh
infeksi hepatitis menyebabkan abortus atau persalinan prematuritas dan
kematian janin dalam rahim. Wanita hamil dengan infeksi rubella akan
berakibat buruk terhadap janin. Infeksi ini dapat menyebabkan bayi berat
lahir rendah, cacat bawaan dan kematian janin.

2.2.

Hiperbilirubinemia

2.2.1. Pengertian
Hiperbilirubin adalah keadaan ikterus yang terjadi pada bayi baru lahir, yang
dimaksud dengan ikterus yang terjadi pada bayi baru lahir adalah meningginya kadar
bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler sehingga terjadi perubahaan warna menjadi
kuning pada kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya. Nilai normal: bilirubin
indirek 0,3-1,1 mg/dl, bilirubin direk 0,1–0,4 mg/dl (Ngastiyah, 2000).
Hiperbilirubin merupakan gejala fisiologis (terdapat pada 25-50% neonatus cukup
bulan dan lebih tinggi pada neonatus kurang bulan). Hiperbilirubin adalah meningkatnya
kadar bilirubin dalam darah yang kadar nilainya lebih dari normal (Suriadi dan Yuliana,
2001).
Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah melebihi
batas atas nilai normal bilirubin serum.Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana
konsentrasi bilirubin dalam darah berlebihan sehingga menimbulkan jaundice pada
neonates.
Hiperbilirubin adalah kondisi dimana terjadi akumulasi bilirubin dalam darah yang
mencapai kadar tertentu dan dapat menimbulkan efek patologis pada neonatus ditandai
joudince pada sclera mata, kulit, membrane mukosa dan cairan tubuh.
Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum (hiperbilirubinemia) yang
disebabkan oleh kelainan bawaan, juga dapat menimbulkan ikterus (Suzanne and Smeltzer,
2002).
Hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin yang dapat menimbulkan efek pathologis
(Markum, 1991).
2.2.2. Metabolisme Bilirubin
75%dari bilirubin yang ada pada BBL yang berasal dari penghancuran hemoglobin
,dan 25%dari mioglobin ,sitokrom ,katalase dan tritofan pirolase .satu gram bilirubin yang
hancur menghasilkan 35 mg bilirubin. Bayi cukup bulan akan menghancurkan eritrosit
sebanyak satu gram/hari dalam bentuk bilirubin indirek yang terikat dengan albumin bebas
(1 gram albumin akan mengikat 16 mg bilirubin). Bilirubin indirek larut dalam lemak dan
bila sawar otak terbuka, bilirubin akan masuk kedalam otak dan terjadilah kernikterus. yang
memudahkan terjadinya hal tersebut ialah imaturitas, asfiksia/hipoksia, trauma lahir, BBLR
(kurang dari 2500 gram), infeksi, hipoglikemia, hiperkarbia.didalam hepar bilirubin akan
diikat oleh enzim glucuronil transverse menjadi bilirubin direk yang larut dalam air,

kemudian diekskresi kesistem empedu, selanjutnya masuk kedalam usus dan menjadi
sterkobilin sebagian di serap kembali dan keluar melalui urin sebagai urobilinogen.
Pada BBL bilirubin direk dapat di ubah menjadi bilirubin indirek didalam usus
karena disini terdapat beta-glukoronidase yang berperan penting terhadap perubahan
tersebut bilirubin indirek ini diserap kembali oleh usus selanjutnya masuk kembali ke hati
(inilah siklus enterohepatik) (Aminullah, 1999).
Keadaan ikterus di pengaruhi oleh :
a. Faktor produksi yang berlebihan melampaui pengeluaran nya terdapat pada
hemolisis yang meningkat seperti pada ketidakcocokan golongan darah (Rh, ABO
antagonis,defisiensi G-6-PD dan sebagainya).
b. Gangguan dalam uptake dan konjugasi hepar di sebabkan imaturitas hepar,
kurangnya substrat untuk konjugasi (mengubah) bilirubin, gangguan fungsi hepar
akibat asidosis, hipoksia, dan infeksi atau tidak terdapat enzim glukoronil
transferase (G-6-PD).
c. Gangguan tranportasi bilirubin dalam darah terikat oleh albumin kemudian di
angkut oleh hepar. Ikatan ini dapat di pengaruhi oleh obat seperti salisilat dan
lain-lain. Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak bilirubin indirek yang
bebas dalam darah yang mudah melekat pada otak (terjadi krenikterus).
2.2.3 Patofisiologi Hiperbilirubinemia
Peningkatan kadar Bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan . Kejadian
yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban Bilirubin pada sel hati
yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran Eritrosit,
Polisitemia (Mitayani, 2009). Gangguan pemecahan Bilirubin plasma juga dapat
menimbulkan peningkatan kadar Bilirubin tubuh. Keadaan lain yang memperlihatkan
peningkatan kadar Bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi Hepar atau
neonatus yang mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu.Pada
derajat tertentu Bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas
terutama ditemukan pada Bilirubin Indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi mudah
larut dalam lemak.

Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila Bilirubin tadi
dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak disebut Kernikterus.
Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada saraf pusat tersebut mungkin akan timbul

apabila kadar Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg/dl (Hazinki, 1984. Mudah tidaknya kadar
Bilirubin melewatisawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung pada keadaan neonatus.
Bilirubin (Markum, 1991).