Keharmonisan Antara Umat Beragama Kristen Dengan Umat Beragama Islam Di Kelurahan Tigabinanga Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latarbelakang Masalah
Indonesia adalah negara dengan penduduk terbesar ke empat di Dunia

setelah, Republik Rakyat Tiongkok, India, dan Amerika Serikat dengan jumlah
penduduk 237,6 juta penduduk (www.bps.go.id). Di benua Asia penduduk
Indonesia menempati urutan ke tiga di bawah Republik Rakyat Tiongkok (RRT)
dan India serta menjadi negara dengan jumlah penduduk terbesar di Asia
Tenggara. Jumlah penduduk yang hampir menyentuh setengah milyar ini menjadi
unik karena komposisi penduduk Indonesia yang sangat beragam. Wilayah
Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke menghadirkan
masyarakat yang terdiri atas 1340 suku bangsa. Dari jumlah tersebut, suku Jawa
merupakan etnis terbesar dengan komposisi mencapai 41% dari total jumlah
penduduk Indonesia (Sensus Penduduk 2010).
Keragaman masyarakat Indonesia tidak hanya pada suku bangsa saja.
Aliran kepercayaan yang ada juga sangat banyak. Negara mengakui enam agama
yang dianut masyarakat dan dilindungi oleh undang-undang. Keenam agama
tersebut adalah Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu

serta berbagai aliran kepercayaan lainnya. Berdasarkan data dari Badan Pusat
Statistik pada tahun 2010, agama Islam menjadi agama dengan penganut terbesar
di Indonesia. Berikut adalah tabel komposisi penduduk Indonesia menurut agama
yang dianut :

1
Universitas Sumatera Utara

Tabel 1.1
Persentase Penduduk Indonesia Berdasarkan Agama
No Agama
Persentase
Angka Absolut
(dari populasi total)
(juta jiwa)
1
Muslim
87.2
207.2
2

Kristen
6.9
16.5
3
Katolik
2.9
6.9
4
Hindu
1.7
4.0
5
Buddha
0.7
1.7
6
Konghucu
0.05
0.1
Total

100%
236, 4
Sumber: Badan Pusat Statistik, Sensus Penduduk (2010)
Provinsi Sumatera Utara adalah salah satu provinsi dengan tingkat
keberagaman penduduk yang cukup tinggi. Sumatera Utara memiliki dua puluh
delapan kabupaten dan delapan kota administratif. Masyarakat Sumatera Utara
berasal dari berbagai etnik dan etnik Jawa, Batak, dan Melayu menjadi mayoritas.
Dari aspek agama, agama Islam dan Kristen Protestan menjadi agama mayoritas
yang dianut oleh penduduk sebagaimana tertera dalam tabel berikut:
Tabel 1.2.
Persentase Penduduk Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan Agama
No
Agama
Jumlah
1
Islam
8.579.830
2
Kristen Protestan
3.509.700

3
Katolik
516.037
4
Hindu
14.644
5
Buddha
303.548
6
Khong Hu Chu
984
7
Dll
5.088
8
Tidak Diketahui
52.373
Jumlah
12.982.204

Sumber: Badan Pusat Statistik, Sensus Penduduk (2010)
Salah satu kabupaten di Sumatera Utara yang komposisi penduduknya
beragam adalah Kabupaten Karo. Jumlah penduduk di kabupaten ini mencapai
362.307 orang disertai dengan keberagaman agama yang dianut oleh masyarakat
Karo. Pada umumnya masyarakat Kabupaten Karo menganut tiga agama besar

2
Universitas Sumatera Utara

yaitu Islam, Kristen Protestan dan Kristen katolik dengan komposisi yaitu
26,16%, 58,21%, dan 14,72%. Kabupaten karo terbagi atas tujuh belas kecamatan,
yaitu Barus Jahe, Berastagi, Dolat Rakyat, Juhar, Kabanjahe, Kuta Buluh, Lau
Baleng, Mardinding, Merdeka, Merek, Munte, Naman Teran, Payung, Simpang
Empat, Tigabinanga, Tiganderket, dan Tigapanah (karokab.bps.go.id).

Gambar 1.1. Peta Kabupaten Karo
Kelurahan Tigabinanga adalah salah satu dari dua puluh wilayah
administrasi di kecamatan Tigabinanga. Kelurahan Tigabinanga menjadi satusatunya kelurahan di kecamatan Tigabinanga dan menjadi ibukota dari kecamatan
Tigabinanga. Luas wilayah kelurahan Tigabinanga adalah 11 km2 dengan jumlah
penduduk 4187 jiwa yang berasal dari 1314 rumah tangga. (karokab.bps.go.id).

Mayoritas penduduk kelurahan Tigabinanga berprofesi sebagai petani. Selain
sebagai petani masyarakat kelurahan Tigabinanga ada juga yang berprofesi
sebagai wiraswasta, pegawai negeri, dan lain-lain. Keragaman profesi tersebut
didukung oleh letak kelurahan Tigabinanga yang cukup strategis sebagai ibukota
kecamatan dan daerah perlintasan yang menghubungkan Kabupaten Aceh

3
Universitas Sumatera Utara

Tenggara dan Kabupaten Gayo Lues (Nanggroe Aceh Darussalam) dengan
beberapa kabupaten dan kota di Sumatera Utara seperti Karo, Deli Serdang,
Medan, hingga Langkat. Kelurahan Tigabinanga tidak memiliki lahan persawahan
namun di daerah perladangan terdapat lahan coklat, jagung dan kelapa.
Keberagaman masyarakat kelurahan Tigabinanga juga akan terlihat dari
komposisi suku dan agama. Kelurahan Tigabinanga adalah sebuah wilayah yang
pada dahulunya ditempati oleh masyarakat adat dan dipimpin oleh Marga
Sebayang sehingga sampai saat ini Marga Sebayang mendapat julukan “Simanteki
Kuta”. Namun seiring perkembangan zaman banyak pendatang yang bekerja di
Tigabinanga hingga akhirnya menetap. Tak ayal dewasa ini banyak penduduk
kelurahan Tigabinanga yang berasal dari luar daerah seperti Jawa, Batak Toba,

Minang, dan sebagainya. Selain dari suku, agama masyarakat yang dahulunya
mayoritas Kristen Protestan dewasa ini sudah cukup beragam. Untuk melihat
bagaimana komposisi penduduk berdasarkan agama, sudah tersaji di dalam tabel
berikut:
Tabel 1.3.
Jumlah Penduduk Menurut Desa/Kelurahan dan Agama yang Dianut Tahun 2015
Islam
Protestan Katolik Hindu Budha
No Desa/Kelurahan
Lainnya
1
Lau Kapur
15
497
35
0
0
4
2
Kem Kem

14
559
45
0
0
3
3
Gunung
28
782
53
0
0
4
4
Sp. Pergendangan
399
0
0
0

0
0
5
Pergendangen
79
1.706
97
0
0
10
6
Tigabinanga
732
3.618
443
0
0
24
7
Kuta Galoh

19
363
218
0
0
3
8
Kuta Raja
53
366
101
0
0
2
9
Bunga Baru
98
682
184
0

0
6
10 Pertumbuken
64
354
121
0
0
29
11 Kuala
105
849
384
0
0
71
12 Kuta Buara
5
2
260
0
0
3
13 Simolap
21
280
36
0
0
14
14 Kuta Bangun
76
1.578
129
0
0
18
4
Universitas Sumatera Utara

15
16
17
18
19
20

Sukajulu
8
537
30
0
Kuta Mbaru Punti
6
376
23
0
Kuta Gerat
7
357
32
0
Limang
51
1.134
63
0
Perbesi
30
2.700
150
0
Batumamak
8
406
21
0
Total
1.818
17.146
2.425
0
Sumber: Kecamatan Tigabinanga Dalam Angka Tahun 2016

0
0
0
0
0
0
0

20
25
0
15
118
5
374

Berdasarkan data di atas bahwa komposisi masyarakat Tigabinanga
adalah: 15,2 % memeluk agama Islam; 75,1 % memeluk agama Kristen Protestan;
9,2% memeluk agama Katolik; dan 0,5 % memeluk agama maupun keyakinan
lainnya. Untuk menunjang kegiatan ibadah masyarakat maka di kelurahan
Tigabinanga terdapat dua buah Masjid, sebuah Mushola, dan tiga buah Gereja
Protestan (Kecamatan Tigabinanga Dalam Angka tahun 2016).
Keberagaman yang ada tidak lantas menyebabkan perpecahan di
masyarakat. Kerukunan dan keharmonisan penduduk sangat terlihat di masyarakat
Tigabinanga. Hal ini dapat dilihat dari kurun waktu yang sudah sangat lama
hampir tidak pernah terdengar adanya benturan maupun konflik antar umat
beragama yang berpotensi mengganggu hubungan antar umat beragama. Masdar
Hilmy menyatakan bahwa sebuah masyarakat dapat dikatakan dewasa dalam hal
kerukunan dan toleransi beragama manakala mereka memiliki tingkat kekenyalan
sosiologis yang tinggi dalam mengelola, memfilter, dan selanjutnya menangkal
berbagai bentuk isu provokatif di seluruh tingkatan: kecil, sedang, dan berat.
Berbagai konflik dan kerusuhan sosial benuansa SARA terjadi akibat minimnya
(bahkan absennya) kekenyalan sosiologis dimaksud. Sementara itu, roh dari
kekenyalan sosiologis adalah rasionalitas publik yang bekerja untuk menimbang

5
Universitas Sumatera Utara

keuntungan dan kerugian dari sebuah tindakan kolektif (Kompas, 12 September
2016).
Keharmonisan yang tercipta di masyarakat Tigabinanga tidak terlepas dari
adanya proses akulturasi yang terjadi di tengah kehidupan masyarakat. Akulturasi
secara sederhana dapat dipahami sebagai proses penerimaan kebudayaan dari luar
tanpa menghilangkan identitas pribadi. Akulturasi terjadi manakala kebudayaan
kedua kelompok ras yang bertemu mulai berbaur dan berpadu (Soekanto,
2004:148). Menurut Banton (dalam Soekanto, 2004: 148) akulturasi sering terjadi
antara kebudayaan dua masyarakat yang posisinya relatif sama, namun tidak
menutup kemungkinan terhadap bentuk akulturasi antara dua masyarakat yang
posisinya tidak sama. Akulturasi pada masyarakat kelurahan Tigabinanga cukup
mudah terlihat, salah satunya pada saat berinteraksi dan bersosialisasi dengan
masyarakat yang berbeda agama. Hampir di setiap kegiatan adat masyarakat
Tigabinanga yang beragama Kristen dan Islam berkumpul guna mengikuti acara
adat istiadat. Acap kali kita menemukan kaum perempuan (ibu) yang beragama
Islam mengenakan hijab yang disesuaikan dengan pakaian adat yang harus
dikenakan. Selain itu ciri khas yang dapat dijadikan indikator harmonisnya
kehidupan anatar umat beragama di kelurahan Tigabinanga adalah dari sisi
makanan. Hampir setiap kali ada acara adat maupun acara keagamaan makanan
yang disajikan adalah makanan yang bisa dikonsumsi oleh semua masyarakat atau
dengan kata lain halal bagi umat Muslim.
Nasih dan Agung (2011) menyatakan bahwa ada banyak bentuk kegiatan
yang dilakukan secara bersama-sama antara umat muslim dan Hindu di Malang
Raya yang menyebabkan terbangunnya perilaku harmoni diantara masyarakat.

6
Universitas Sumatera Utara

Terdapat empat bentuk kegiatan kemasyarakatan yang menjadi modal utama
harmonisasi hubungan antara umat Muslim dan Hindu yakni kegiatan desa,
kegiatan kenegaraan, kegiatan keagamaan, dan kegiatan pelestarian budaya lokal.
Hal mendasar yang menjadi penyebab harmonisnya hubungan antara umat Hindu
dan Islam adalah adanya saling pengertian dan toleransi diantara keduanya serta
dibentuknya sistem sosial yang disepakati bersama tanpa mengorbankan aqidah
masing-masing. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Retnowati (2014)
mengenai kehidupan antar umat beragama di Situbondo mengungkapkan bahwa
integrasi dalam masyarakat dilakukan dengan menggunakan modal sosial yaitu
bahasa sebagai alat komunikasi warga masyarakat sehari-hari, ketergantungan
secara fungsional dalam pekerjaan dan ekonomi, kegiatan sosial, gotong royong
dan tolong menolong dan kegiatan keagamaan yang dirayakan bersama oleh
warga masyarakat, dan yang terakhir adalah kultur Madura.
Widya

(2010)

menggambarkan

bagaimana

toleransi

masyarakat

Yogyakarta yang dominan memeluk agama Islam terhadap masyarakat non
dominan. Secara umum, terdapat dua kategori besar yang signifikan memberi
warna dalam toleransi inter-religi di Yogyakarta. Kategori pertama merujuk pada
kelompok Islam Jawa sebagai kelompok yang lebih dominan. Sedangkan kategori
kedua merujuk pada kelompok Islam yang lebih puritan dalam posisinya yang
tidak terlalu dominan. Kategori Islam Jawa diberikan kepada masyarakat Jawa
yang melaksanakan ajaran Islam secara sinkretik untuk membedakan dengan
kelompok Islam Puritan yang melaksanakan ajaran agama Islam secara lebih
ketat. Agama dalam falsafah hidup masyarakat Jawa ditafsirkan bukan sebagai
identitas penting dan harus ditonjolkan. Identitas kejawaan justru lebih kuat

7
Universitas Sumatera Utara

melekat pada diri mereka masing-masing dibanding identitas keislaman atau
identitas keagamaan lain. Kejawaan lebih mendasari keyakinan spritual seorang
Jawa dibanding agama apapun.
Kondisi masyarakat kelurahan Tigabinanga mirip dengan falsafah hidup
orang Jawa di Yogyakarta yang falsafah hidupnya tidak mementingkan label
Islam, Kristen atau agama lain, namun cara mengekspresikan diri dalam
pengalaman mistis. Ekspresi keagamaan orang Jawa ditunjukkan dalam ungkapan
manunggaling kawula gusti, sejauh mana sebagai makhluk ia dapat “manunggal”
atau menyatu dengan gusti. Daripada fanatik dengan agama, yang lebih utama
adalah memaknai spiritualitas (Widya, 2010 : 157-158).
Geertz (dalam Mutis, dkk, 2008 : 1) mengatakan “Kalau bangsa Indonesia
tidak pandai mengelola keanekaragaman etnik, budaya dan solidaritas sosial,
maka Indonesia akan pecah menjadi negara kecil. Apabila potensi sosio-kultural
itu tidak dikelola dengan baik, besar kemungkinannya akan melahirkan
pergesekan-pergesekan kultural yang berujung pada ketidakstabilan politik dan
disintegrasi bangsa”. Keanekaragaman bangsa Indonesia dewasa ini menjadikan
penelitian ini layak dan penting untuk dilaksanakan guna memberi masukan
kepada pemangku kebijakan dalam mencegah konflik, menjaga keutuhan dan
kesatuan bangsa, serta dapat dijadikan sebagai modal sosial dalam mendukung
berbagai program pembangunan yang telah dicanangkan.
Berdasarkan latar belakang tersebut saya tertarik untuk meneliti
bagaimana terciptanya keharmonisan antar umat beragama di dalam kehidupan

8
Universitas Sumatera Utara

masyarakat kelurahan Tigabinanga yang telah terjalin sekian lama dan masih tetap
terjaga dengan baik hingga saat ini.
1.2.

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana upaya masyarakat dalam menjaga keharmonisan antara
umat beragama Kristen dan umat beragama Islam di kelurahan
Tigabinanga? Upaya yang saya maksud adalah upaya masyarakat
dalam menjalin hubungan dengan masyarakat lainnya yang berbeda
agama dalam berbagai bentuk di kehidupan sehari-hari.
2. Apa faktor-faktor yang mendukung terbentuknya keharmonisan
kehidupan antara umat beragama Kristen dan umat Islam di kelurahan
Tigabinanga?

1.3.

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji secara lebih

mendalam bagaimana terciptanya keharmonisan kehidupan antara umat beragama
Kristen dan umat beragama Islam di wilayah kelurahan Tigabinanga.
1.4.

Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan peneliti tentang keharmonisan umat beragama

Kristen dengan umat beragama Islam di Kelurahan Tigabinanga dan menambah
khazanah pengetahuan ilmiah ilmu sosial terutama ilmu Sosiologi. Selain itu
penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi untuk penelitian.

9
Universitas Sumatera Utara

1.4.2. Manfaat Praktis
a.

Sebagai latihan dasar bagi mahasiswa dalam menerapkan ilmu yang telah
didapatkan di bangku kuliah.

b.

Menjadi bahan masukan bagi pemangku kebijakan dalam mendukung
setiap program pembangunan yang menjadikan masyarakat sebagai modal
utama tercapainya program tersebut.

c.

Dapat dijadikan acuan ataupun sebuah konsep bagi daerah lainnya dalam
menangani kasus mengenai kehidupan antar umat beragama, seperti
konflik.

1.5.

Defenisi Konsep
Konsep adalah defenisi abstrak mengenai gejala atau realita atau suatu

pengertian yang nantinya akan menjelaskan suatu gejala (Suyanto dan Sutinah,
2005: 49). Konsep yang ada menjadi panduan dan acuan bagi peneliti saat
melakukan penelitian agar tidak terjadi kerancuan. Adapun konsep dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Akulturasi
Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), akulturasi adalah
percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling
mempengaruhi. Secara sederhana akulturasi dapat dipahami sebagai pertemuan
dua budaya dimana identitas masing-masing budaya tidak hilang.

10
Universitas Sumatera Utara

2. Pluralisme
Secara harafiah pluralisme berarti jamak, beberapa, berbagai hal,
kepelbagaian atau banyak. Oleh sebab itu sesuatu dikataan plural senantiasa terdiri
dari banyak hal, beberapa jenis, pelbagai sudut pandang (Tanuwibowo, dkk,
2002:7).
3. Multikulturalisme
Blum (dalam Andre Ata Ujan, dkk 2011:14) menawarkan defenisi
multikulturalisme sebagai sebuah pemahaman, penghargaan dan penilaian atas
budaya seseorang, serta sebuah penghormatan dan keingintahuan tetang budaya
etnis lain. Multikultural meliputi sebuah penilaian terhadap budaya-budaya orang
lain, bukan dalam arti menyetujui seluruh aspek dari budaya-budaya tersebut,
melainkan mencoba melihat bagaimana sebuah budaya yang asli dapat
mengekspesikan nilai bagi anggota-anggotanya sendiri.

4. Masyarakat Majemuk
Istilah majemuk diperkenalkan oleh J.S. Furnivall. Masyarakat Indonesia
menurut Furnivall (dalam Nasikun 2011:35), merupakan suatu masyarakat
majemuk (plural societies), yakni suatu msyarakat yang terdiri atas dua atau lebih
elemen yang hidup sendiri-sendiri tanpa ada pembauran satu sama lain di dalam
suatu kesatuan politik. Sebagai masyarakat majemuk, masyarakat Indonesia
disebut sebagai suatu tipe masyarakat daerah tropis di mana mereka yang
berkuasa dan yang dikuasai memiliki perbedaan ras.

11
Universitas Sumatera Utara

5. Integrasi Sosial
Integrasi berasal dari bahasa inggris "integration" yang berarti
kesempurnaan atau keseluruhan. Integrasi sosial

dimaknai

sebagai proses

penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan
masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki
keserasian fungsi. Menurut KBBI, integrasi merupakan pembauran hingga
menjadi kesatuan yang utuh atau bulat. Merujuk pada Vocabulaire Philosophique
Lalende (dalam Soleman B. Taneko 1986:112), integrasi merupakan suatu usaha
untuk membangun interdepedensi yang lebih erat antara bagian-bagian atau unsurunsur dari masyarakat, sehingga tercipta suatu keadaan yang harmonis, yang
memungkinkan terjalinnya kerja sama dalam rangka mencapai tujuan yang telah
disepakati bersama.

12
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Asimilasi Antara Penduduk Migran Dengan Penduduk Lokal (Studi kasus : Interaksi Multietnis di Kelurahan Tigabinanga,Kecamatan Tigabinanga, Kabupaten Karo)

4 73 108

Analisis Pemasaran Jagung ( Studi kasus : Kelurahan Tigabinanga Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo)

39 242 110

Kerukunan umat beragama antara islam, kristen dan sunda wiwitan: Studi Kasus Kelurahan Cigugur Kecamatan Cigugur, Kuningan-Jawa Barat.

3 40 129

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA DI DESA BANARAN (STUDI HUBUNGAN ANTAR UMAT ISLAM, KRISTEN PROTESTAN, Kerukunan antar Umat Beragama Di Desa Banaran(Studi Hubungan Antar Umat Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu Dan Buddha).

0 1 17

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA DI DESA BANARAN (STUDI HUBUNGAN ANTAR UMAT ISLAM, KRISTEN PROTESTAN, Kerukunan antar Umat Beragama Di Desa Banaran(Studi Hubungan Antar Umat Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu Dan Buddha).

0 1 13

Keharmonisan Antara Umat Beragama Kristen Dengan Umat Beragama Islam Di Kelurahan Tigabinanga Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo

0 0 21

Keharmonisan Antara Umat Beragama Kristen Dengan Umat Beragama Islam Di Kelurahan Tigabinanga Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo

0 0 4

Keharmonisan Antara Umat Beragama Kristen Dengan Umat Beragama Islam Di Kelurahan Tigabinanga Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo

0 0 2

Keharmonisan Antara Umat Beragama Kristen Dengan Umat Beragama Islam Di Kelurahan Tigabinanga Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo

0 1 10

KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ANTARA MASYARAKAT ISLAM DAN KRISTEN DI KELURAHAN PACCINONGANG KECAMATAN SOMBA OPU KABUPATEN GOWA

0 0 88