Analisis Pemasaran Jagung ( Studi kasus : Kelurahan Tigabinanga Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo)

(1)

ANALISIS PEMASARAN JAGUNG

( Studi kasus : Kelurahan Tigabinanga Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo)

SKRIPSI

OLEH :

SISKA YULIANITA LUBIS 030334032

SEP – AGRIBISNIS

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ANALISIS PEMASARAN JAGUNG

( Studi Kasus : Kelurahan Tigabinanga Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo )

SKRIPSI

Oleh :

SISKA YULIANITA LUBIS 030334032

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

( Ir. Luhut Sihombing, MP ) ( Ir. H. Hasman Hasyim, M. Si )

Ketua Anggota

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2008


(3)

RIWAYAT HIDUP

SISKA YULIANITA LUBIS, lahir pada tanggal 17 Juli 1985 di Kota Medan,

sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari Bapak Drs. H. Syahrul Lubis, Apt dan Ibu Hj. Mahyani Siregar.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagi berikut : 1. Tahun 1991 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri 104245 Kota Lubuk

Pakam tamat tahun 1997.

2. Tahun 1997 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Nusantara kota Lubuk Pakam tamat tahun 2000.

3. Tahun 2000 masuk Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 2 Lubuk Pakam tamat tahun 2003.

4. Tahun 2003 diterima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

5. Bulan Juni 2007 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Huta Rakyat, Kecamatan Sidikalang, Kabupaten Dairi.

6. Bulan Juni 2008 melaksanakan Penelitian Skripsi di Kelurahan Tigabinanga, kecamatan Tigabinanga, Kabupaten Karo.


(4)

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Adapun judul skripsi ini adalah “ANALISIS PEMASARAN JAGUNG

(Studi Kasus : Kelurahan Tigabinanga Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo)”. Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini izinkanlah penulis dengan hati ikhlas menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan sebagai Ketua Departemen Sosial Ekonomi Pertanian.

2. Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing 3. Ibu Ir. Salmiah sebagai Sekretaris departemen Sosial Ekonomi Pertanian. 4. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen social Ekonomi Pertanian

khususnya Kak Lisbet, Kak Rumi dan Kak Yani.

5. Ayahanda Drs. H. Syahrul Lubis, Apt, Ibunda Hj. Mahyani Siregar dan Nenek tercinta, Adinda Silvani Amalia Lubis,Amd dan Wiman Akbar Lubis yang kusayangi serta Lagut_na Cha atas doa dan kasih sayang, motivasi dan dukungan baik moril dan materil.

6. Buat temam-teman Anggi, Ovie, Siti, Ruri dan Ratna atas motivasi dan bantuan dalam penulisan skripsi ini.


(5)

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dengan segala kerendahan hati penulis sangat terbuka serta mengharapkan kritik yang membangun dari pembaca agar skripsi ini dapat lebih baik.

Akhir kata, dengan rasa ikhlas penulis memanjatkan Doa kehadirat Allah SWT, agar kita swemua dilindungi dan diberi kekuatan oleh-Nya, Amin.

Medan, Agustus 2008 Penulis,


(6)

Hal

RINGKASAN……….... i RIWAYAT HIDUP……….. ..

ii KATA PENGANTAR………

iii

DAFTAR TABEL……… iv DAFTAR GAMBAR………..

v

DAFTAR LAMPIRAN……….. vi PENDAHULUAN

Latar Belakang……… 1

Identifikasi Masalah……… 5

Tujuan Penelitian………... 6

Kegunaan Penelitian……….. 6

TINJAUAN AGRONOMI, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Tinajauan Agronomi Tanaman Jagung………... 7

Tinjauan Ekonomi Tanaman Jagung………. 9

Landasan Teori……….. 12

Kerangka Pemikiran……….. 14

Hipotesis Penelitian……… 19

METEDOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian………. 20

Metode Pengambilan Sampel………. 21


(7)

Produsen………. 21

Pedagang/Lembaga Pemasaran………. 21

Metode Pengumpulan Data……… 22

Metode Analisis Data……… 22

Defenisi dan Batasan Operasional………. 24

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

Gambaran Umum Daerah Penelitian………. 27

Penggunaan Tanah………. 27

Keadaan Penduduk……….... 28

Perekonomian Kelurahan………... 32

Sarana dan Prasarana………. 32

Karakteristik Petani Sampel dan Pedagang Sampel……….. 34

Petani Sampel……… 34

Pedagang Sampel……….. 35

HASIL DAN PEMBAHASAN

Saluran Pemasaran Jagung di Dartah Penelitian……….. 41

Fungsi-fungsi Pemasaran Yang Dilakukan Setiap

Mata Rantai Pemasaran……… 46

Biaya Pemasaran, Price Spread dan Share Margin Pemasaran

Pada Setiap Saluran Pemasaran……… 49

Efesiensi Pemasaran Jagung………. 65

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan……….. 69


(8)

Saran………. 70

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

1. Luas Pertanaman, Produksi dan Produktivitas Jagung Per Desa/

Kelurahan di Kecamatan Tigabinanga Tahun 2006……… 20


(9)

Tigabinanga Tahun 2006……… .28

3. Distribusi Penduduk Menurut kelompok Umur di Kelurahan

Tigabinanga Tahun 2006………. 29

4. Distribusi Penduduk Menurut Suku Bangsa di Kelurahan

Tigabinanga Tahun 2006 ……….. 30

5. Distribusi Penduduk Menurut Agama di Kelurahan Tigabinanga Tahun 2006………

31

6. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di

Kelurahan Tigabinanga Tahun 2006………. 32

7. Sarana dan Prasarana di Kelurahan Tigabinanga Tahun 2006……… 33

8. Karakteristik Petani Sampel Tahun 2007……….

34

9. Karakteristik Agen Sampel Tahun 2007……….

35

10.Karateristik Pedagang Pengumpul Sampel Tahun 2007……… 36

11.Karakteristik Pedagang Besar Sampel Tahun 2007……….. 37


(10)

12.Karakteristik Pedagang Pengecer Sampel Tahun 2007……….. 38

13.Karakteristik Kilang (gudang)Pemipil Kalurahan Tigabinanga

Tahun 2007……… 39

14.Karakteristik Pabrik Pengolahan/Penggilingan Jagung………. 40

15.Fungsi-fungsi Pemasaran Jagung yang Dilakukan Petani dan Pedagang…. 47

16.Komponen Biaya, Price Spread dan Share Margin Jagung Pipil Kering per Kg Menjadi Ransum Ternak Melalui Saluran I……… 51

17.Komponen Biaya, Price Spread dan Share Margin Jagung Pipil Kering per Kg Menjadi Tepung Jagung Melalui Saluran II……… 54

18.Komponen Biaya, Price Spread dan Share Margin Jagung Pipil Kering per Kg Menjadi Jagung Giling Melalui Saluran II……… 55

19.Komponen Biaya, Price Spread dan Share Margin Jagung Bulat per Kg Melalui Saluran II……… 56

20.Komponen Biaya, Price Spread dan Share Margin Jagung Pipil Kering per Kg Menjadi Jagung Tepung Melalui Saluran III……… 59


(11)

21.Komponen Biaya, Price Spread dan Share Margin Jagung Bulat per Kg Melalui Saluran II………

60

22.Komponen Biaya, Price Spread dan Share Margin Jagung Pipil Kering per Kg Menjadi Jagung Tepung Melalui Saluran IV……… 63

23.Komponen Biaya, Price Spread dan Share Margin Jagung Bulat

per Kg Melalui Saluran IV……… 64

24. Rekapitulasi Efesiensi Pemasaran Jagung……….

68

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

1. Tanaman Jagung………

7

2. Buah Jagung………..


(12)

3. Skema Kerangka Pemikiran………... 18

4. Saluaran I Pemasaran Jagung………

.42

5. Saluran II Pemasaran Jagung………

44

6. Saluran III Pemasaran Jagung………..

45

7. Salur

an IV Pemasaran Jagung……….. 46


(13)

Lampiran Hal

1. Data Petani Sampel Kelurahan Tigabinanga………

1

2. Data Agen Jagung Kelurahan Tigabinanga………... 2

3. Data Pedagang Pengumpul Jagung Kelurahan Tigabinanga……… 2

4. Data Pedagang Besar Jagung Kelurahan Tigabinanga………. 3

5. Data Pedagang Pengecer Jagung………..

3

6. Data Kilang (Gudang) Pemipil Jagung Kelurahan Tigabinanga……….. 4

7. Data Pabrik Pengolahan/Penggilingan Jagung………... 5

8. Fungsi Pemasaran yang Dilakukan Oleh Petani……….. 6

9. Fungsi Pemasaran yang Dilakukan Oleh Agen……….. 6

10.Fungsi Pemasaran yang Dilakukan Oleh Pedagang Pengumpul………. 6


(14)

11.Fungsi Pemasaran yang Dilakukan Oleh Pedagang Besar……….. 7

12.Fungsi Pemasaran yang Dilakukan Oleh Pedagang Pengecer……… 7

13.Fungsi Pemasaran yang Dilakukan Oleh Pabrik Penggilingan/Pengolahan…. 7

14.Voleme Penjualan dan Biaya Pemasaran Agen Jagung……… 8

15.Voleme Penjualan dan Biaya Pemasaran Pedagang Pengumpul Jagung……. 9

16.Voleme Penjualan dan Biaya Pemasaran Pedagang Besar Jagung………….. 10

17.Jenis Penjualan dan Biaya Pemasaran Pedagang Pengecer Jagung

per Kg……….. .11

18.Jenis Penjualan dan Biaya Pemasaran Pabrik Pengolahan/Penggilingan Jagung per Kg……….


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting, karena selain bertujuan menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, pertanian juga merupakan sektor andalan penyumbang devisa negara dari sektor non migas. Besarnya kesempatan kerja yang diserap dan besarnya jumlah penduduk yang masih bergantung pada sektor ini memberikan arti bahwa dimasa mendatang sektor ini masih perlu ditingkatkan (Soekartawi, 1995).

Di Indonesia, jagung merupakan bahan pangan penting sumber karbohidrat kedua setelah beras. Di samping itu, jagung pun digunakan sebagai bahan makanan ternak (pakan) dan bahan baku industri. Penggunaan sebagai bahan pakan yang sebagian besar untuk ternak ayam ras menunjukkan tendensi makin meningkat setiap tahun dengan laju kenaikan lebih dari 20%. Sebaliknya, penggunaan jagung untuk bahan pangan menurun

(Adisarwanto dan Erna, 2000).

Provinsi Sumatera Utara dalam tahun 2008 diharapakan menjadi sentra produsen jagung terbesar di Indonesia. Hal ini diupayakan untuk menjawab tantangan kekurangan jagung di Sumatera Utara. Untuk berbagi kepentingan, Sumatera Utara masih kekurangan jagung. Kebutuhan jagung Sumatera Utara mencapai 2000 ton per hari sementara kebutuhan ini hanya dipenuhi sebesar 700 ton. Akibatnya kekurangan itu harus dipenuhi dengan cara mengimpor. Agar


(16)

impor itu bisa dikurangi, Sumut terus berupaya mengembangkan produksi jagung. Diantaranya Kabupaten Toba Samosir dengan melakukan kerjasama dengan investor Singapura telah mengembangkan lahan jagung seluas 40000 Ha, di Tapanuli Utara 52000 Ha serta di Tapanuli Selatan 41000 Ha (Pemprovsu, 2007).

Kebutuhan jagung tidak setiap saat terpenuhi. Walaupun jagung mudah diusahakan dan selalu ditanam, namun pada saat tertentu persediaan jagung dipasaran bebas berkurang. Meskipun ada kadang-kadang harganya cukup tinggi. Hal ini merupakan masalah bagi peternak, sebab peternak dituntut untuk memenuhi ransum ternaknya demi kelangsungan usahanya. Agar kelangsungan

persediaan jagung tetap ada, berbagai cara dan usaha telah dilakukan (Aak, 1993).

Dengan basis data yang memadai kita bisa memperkirakan produksi atau kebutuhan secara lebih tepat. Dari data ini kita baru bisa melakukan pengembangan daerah yang pantas menjadi sentra jagung hingga produksi jagung sesuai dengan kebutuhan sehingga pasokan komoditas ini lebih terjamin. Penataan wilayah sentra juga akan memudahkan pedagang melakukan pengangkutan sehingga biaya transportasi lebih murah. Selama ini pedagang mengalami kesulitan melakukan pengumpulan jagung karena wilayah penghasil jagung terpencar sehingga mengakibatkan ongkos transportasi mahal. Pada akhirnya biaya ini akan di bebankan kepada petani (Kompas, 2007).

Pemasaran merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat pendapatan petani dari semua penjualan produksi usahataninya. Pemasaran atau marketing pada prinsipnya adalah aliran barang dari produsen ke konsumen..


(17)

Aliran barang ini dapat terjadi karena adanya lembaga pemasaran (Soekartawi, 1995).

Pemasaran produk agraris, termasuk hortikultura, cendurung merupakan proses yang agak kompleks, sehingga saluran distribusi lebih panjang dan mencakup lebih banyak perantara. Ada beberapa ciri produksi pertanian yang mempengaruhi pemasaran hasil hasil pertanian : pertama, produksi dilakukan secara kecil kecilan. Kedua, produksi terpencar. Ketiga, produksi musiman, menyebabkan kesulitan dalam tataniaga, yang mengharuskan adanya fasilitas fasilitas penyimpanan yang sudah pasti menyebabkan bertambahnya biaya tataniaga (Soekartawi, 2002).

Dalam ilmu ekonomi, faktor produksi adalah sumber daya yang digunakan dalam sebuah proses produksi barang dan jasa. Pada awalnya, faktor produksi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya alam, dan kewirausahaan. Namun pada perkembangannya, faktor sumber daya alam diperluas cakupannya menjadi seluruh benda, baik langsung dari alam ataupun tidak, yang digunakan oleh perusahaan, yang kemudian disebut sebagai faktor fisik (physical resources). Selain itu, beberapa ahli juga menganggap sumber daya informasi sebagai sebuah faktor produksi, mengingat semakin pentingnya peran informasi di era globalisasi ini (Satari, 1982).

Produksi pertanian itu terjadi karena adanya perpaduan antara faktor faktor alam, tenaga kerja dan modal di bawah asuhan atau pengelolaan manusia (petani). Fungsi unsur alam dalam usahatani atau usaha pertanian di pandang dari sudut social ekonomi sangat tergantung pada sifat atau tujuan dari usaha pertanian itu (Tohir, 1991).


(18)

Setelah tanah, modal adalah nomor dua pentingnya dalam produksi pertanian dalam arti sumbangannya pada nilai produksi. Dalam arti kelangkaannya bahkan peranan faktor modal lebih menonjol lagi. Itulah sebabnya telah disebutkan pula bahwa kadang kadang orang mengatakan bahwa “modal” satu satunya milik petani adalah tanah disamping tenaga kerjanya yang dinilai rendah. Pengertian modal disini bukanlah dalam arti kiasan yaitu barang atau apapun yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan petani dalam hal ini tidak lain adalah untuk mempertahankan hidupnya bersama keluarganya. Dalam pengertian ekonomi, modal adalah barang atau uang yang bersama sama faktor faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru yaitu dalam hal ini hasil pertanian (Mubyarto, 1972).

Untuk meningkatkan produktivitas petani, meningkatkan pendapatan atau kesejahteraan dapat di tempuh dengan upaya meningkatkan persatuan luas, persatuan waktu, serta mendistribusikan tenaga kerja seoptimalnya (Satari, 1982).

Banyak kendala yang dihadapi petani dalam mengelola tanamannya seperti kurangnya modal petani dalam membeli input produksi seperti bibit, pupuk, dan obat obatan. Selain itu petani kurang mengetahui informasi pasar sehingga dalam berusahatani mereka selalu tidak pernah untung (Mubyarto, 1972).

Usahatani pada umumnya dilaksanakan pada areal sempit, dimana tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Teknologi yang dipakai sederhana. Umumnya cara permodalannya lebih baanyak padat karya dari pada padat modal sehingga petani tidak mampu membeli teknologi (Hernanto, 1996).


(19)

Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan jasa baik kepada para konsumen saat ini maupun konsumen yang akan datang (Stanton, 1996).

Sistem pemasaran adalah kumpulan lembaga lembaga yang melakukan tugas pemasaran, barang, jasa, ide, orang, dan faktor-faktor lingkungan yang saling memberikan pengaruh, dan membentuk serta mempengaruhi hubungan perusahaan dengan pasarnya. Sistem pemasaran sangat kompleks lagi dengan masuknya faktor resiko dan faktor ketidakpastian. Dalam sistem pemasaran total perusahaan terdapat suatu bauran pemasaran sebagai inti dari sistem pemasaran total perusahaan (Swastha dan Irawan, 1990).

Di daerah penelitian umumnya petani mengusahakan tanaman jagung dari berbagai jenis varietas yaitu P- 12 (varietas A), Bisi 9 (varietas B), dan NK- 22 (varietas C).

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

a. Bagaimanakah saluran pemasaran jagung di daerah penelitian ?

b. Fungsi-fungsi pemasaran apa saja yang dilakukan oleh lembaga pemasaran di daerah penelitian?

c. Berapa besar biaya pemasaran, price spread dan share margin pada setiap saluran pemasaran jagung yang ada di daerah penelitian?


(20)

d. Bagaimana tingkat efesiensi setiap saluran pemasaran jagung di daerah penelitian ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka ditetapkan tujuan penelitian sebagai berikut:

a. Untuk menganalisis saluran pemasaran jagung di daerah penelitian

b. Untuk menganalisis fungsi-fungsi pemasaran jagung yang dilakukan setiap lembaga pemasaran di daerah penelitian.

c. Untuk menganalisis besar biaya pemasaran, price spread dan share margin pada setiap saluran pemasaran jagung yang ada di daerah penelitian.

d. Untuk menganalisis tingkat efesiensi setiap saluran pemasaran jagung di daerah penelitian.

1.4. Kegunaan Penelitian

Diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat bagi berbagai pihak antara lain:

a. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah maupun lembaga lainnya dalam membuat kebijakan khususnya dalam bidang Analisis Pemasaran Jagung. b. Memberi masukan bagi pihak yang membutuhkan, baik untuk kepentingan

akademis maupun non akademis.

c. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lainnya yang berhubungan dengan analisis pemasaran jagung di Sumatera Utara.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Agronomi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

Tanaman jagung termasuk dalam famili graminae, dengan sistematika (taksonomi) sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Poales

Famili : Poacea (Graminae)

Genus : Zea

Species : Zea mays L.

(Rahmat Rukmana, 1997).


(22)

Sejak ribuan tahun yang lalu tanaman jagung yang berasal dari Amerika sudah ditanam dan telah dibudidayakan di Peru Dan Meksiko, dan berkembang terutama di daerah Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Akhirnya jagung berkembang ke Spanyol, Portugis, Prancis, Italia, dan bagian utara Afrika. Pada awal abad keenam belas menyebar ke India dan Cina. Di Indonesia yang pertama kali membawa tanaman jagung adalah orang-orang Portugis dan Spanyol. Setelah itu jagung merupakan tanaman penting kedua setelah padi dan sebagian besar banyak ditanam di Pulau Jawa, terutama di Jawa Timur (Suprapto, 1986).

Tanaman jagung cocok ditanam di Indonesia, karena kondisi tanah dan iklim yang sesuai. Di samping itu tanaman jagung tidak banyak menuntut persyaratan tumbuh serta pemeliharaannya lebih mudah, maka wajar jika banyak petani yang selalu mengusahakan lahannya dengan tanaman jagung (Aak, 1993).

Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus, hampir berbagai macam tanah dapat diusahakan untuk tanaman jagung. Tetapi jagung yang ditanam pada tanah gembur, subur dan kaya akan humus dapat memberi hasil dengan baik. Di samping itu drainase dan aerasi yang baik serta pengolahan yang bagus akan membantu keberhasilan usaha pertanaman jagung (Aak, 1993).

Mutu benih didasarkan pada mutu genetik, fisik, dan fisiologi. Mutu genetik menyangkut kontaminasi dengan benih tanaman atau varietas lain. Mutu fisik benih dicerminkan oleh tingkat kebersihan benih dari sisa tanaman, tangkai, batang, pecahan benih yang ukurannya kurang dari separo benih, atau kerikil. Sementara mutu fisiologi benih diukur dari tingkat viabilitasnya, termasuk daya kecambah dan vigor (Adisarwanto dan Erna, 2000).


(23)

Benih jagung merupakan biji tanaman jagung yang tumbuh menjadi tanaman muda. Selanjutnya, tanaman muda tersebut menjadi tanaman dewasa yang dapat menghasilkan bunga dan berbuah. Benih jagung dapat dikatakan pula sebagai ovul (biji) masak yang terdiri dari embrio tanaman, jaringan cadangan makanan, dan selubung penutup yang berbentuk vegetatif. Untuk menghasilkan tanaman dewasa dengan produksi maksimal, salah satunya melalui penggunaan benih bermutu. Penggunaan mutu benih berkualitas menjadi faktor penting dalam menghasilkan produktivitas tinggi (Purnomo dan Hartono, 2007).

Untuk mendapatkan tanaman dengan produksi tinggi dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit maka sekarang ini banyak digunakan verietas unggul yang diperoleh dari hasil persilangan dua induk yang bersifat baik. Saat ini verietas unggul jagung sudah cukup banyak. Varietas unggul ini dapat dikelompokan menjadi dua yaitu, varietas bersari bebas dan varietas hibrida. Varietas bersari bebas memiliki sumber genetik yang luas sehingga bersifat mantap dan mempunyai daya adaptasi yang luas. Adapun keuntungan menggunakan varietas bersari bebas adalah harga benih relatif murah dan dapat ditanam beberapa kali tanpa mengalami degenerasi atau perubahan generasi. Sementara keuntungan varietas hibrida adalah potensi hasilnya lebih tinggi serta pertumbuhan dan hasil lebih seragam. Sayangnya harga benih varietas hibrida lebih mahal (Najiyarti dan Danarti, 1999).

2.2. Tinjauan Ekonomi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

Produksi jagung yang berupa biji jagung dapat dikomsumsi oleh manusia, baik itu disajikan dalam bentuk makanan, maupun diproses terlebih dahulu


(24)

menjadi beras ataupun tepung. Sedangkan konsumsi dari produksi jagung yang diperlukan secara tidak langsung oleh manusia ialah jagung untuk makanan ternak (Aak, 1993).

Kebutuhan jagung dalam negeri tergolong tinggi. Untuk kebutuhan pakan jagung merupakan komponen sumber energi utama yaitu sekitar 40%-60% dari komposisi pakan. Untuk menggantikan jagung dengan sumber lain tidak mudah karena perbedaan nutirisi, harga jagung yang relatif murah dibandingkan sumber energi lain dan pasar bahan baku lain (kecuali beras) belum berkembang sebaik jagung, dengan demikian subtitusi jagung dengan bahan lainnya juga terbatas jumlahnya (Amang, 1993).

Untuk mengurangi ketergantungan impor dan sekaligus meningkatkan pendapatan petani pemerintah Sumatera Utara berupaya meningkatkan produksi dan produktivitas jagung. Swasembada jagung harus dicapai. Upaya mencapai swasembada jagung dilakukan antara lain dengan mengupayakan produktivitas jagung petani terus meningkat yang bisa diperoleh dari pemakaian bibit berkualitas dan perluasan areal tanaman. Saat ini rata rata produktivitas di Sumut 33,84 kw/tahun memang sudah di atas yang dihasilkan secara nasional 33,44 kw/tahun. Untuk mengejar swasembada bahkan surplus, Sumut menargetkan produktivitas jagung petani sudah bisa mencapai 70 kw/hektar dalam kurun waktu yang tidak lama lagi. Sementara luas areal tanaman jagung juga akan ditingkatkan dari sekitar 200 ribu hektar yang sudah ada pada saat ini (Pemprovsu, 2007).

Sentra produksi jagung masih didominasi di Pulau Jawa, yaitu sekitar 65%, sedangkan di luar pulau Jawa hanya sekitar 35%. Hingga tahun 2003, produksi jagung di dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan. Untuk


(25)

menutupi kekurangannya, pemerintah mengimpor jagung dari beberapa negara produsen. Padahal, sejak tahun 2001 pemerintah telah menggalakkan sebuah program yang dikenal dengan sebutan Gema Palagung (Gerakan Mandiri Padi, Kedelai, dan Jagung). Dengan adanya program tersebut, ternyata memang dapat memacu petani untuk meningkatkan produktivitasnya dan terbukti dapat meningkatkan produksi jagung dalam negeri, tetapi tetap belum dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri (Purnomo dan Hartono, 2003).

Dari sisi pasar, potensi pemasaran jagung terus mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari semakin berkembangnya industri peternakan yang pada akhirnya akan meningkatkan permintaan jagung sebagai campuran pakan ternak. Selain bahan pakan ternak, saat ini juga berkembang produk pangan dari jagung dalam bentuk tepung jagung di kalangan masyarakat. Produk tersebut banyak dijadikan bahan baku untuk pembuatan produk pangan. Dengan gambaran potensi pasar jagung tersebut, tentu membuka peluang bagi petani untuk menanam jagung atau meningkatkan produksi jagung. Potensi pasar jagung di Indonesia pun semakin terbuka luas setelah adanya larangan impor jagung dari beberapa negara

karena terindikasi membawa bibit penyakit mulut dan kuku (Purnomo dan Hartono, 2003).

Keuntungan bertanam jagung ternyata sangat besar. Selain biji sebagai hasil utama, batang jagung merupakan bahan pakan ternak yang sangat potensial. Dengan demikian, dalam pengusahaan jagung selain mendapat biji atau tongkol jagung, masih ditambah lagi dengan brangkasannya yang juga memiliki nilai ekonomi tinggi (Aak,1993).


(26)

Hampir seluruh bagian tanaman jagung memiliki nilai ekonomis. Secara umum, beberapa manfaat bagian bagian tanaman jagung dijelaskan sebagai berikut:

 Batang dan daun muda untuk pakan ternak.

 Batang dan daun tua (setelah panen) untuk pupuk hijau atau kompos.

 Batang dan daun kering untuk kayu bakar.

 Batang jagung untuk lanjaran (turus).

 Batang jagung untuk pulp (bahan kertas).

 Buah jagung muda untuk sayuran, perkedel, bakwan, dan sambal goreng. (Purnomo dan Hartono, 2003).

2.3. Landasan Teori

Pada analisis ekonomi, data penerimaan biaya dan pendapatan usaha sangat perlu diketahui. Penerimaan usaha adalah perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga jual yang berlaku saat itu. Biaya usaha adalah semua pengeluaran yang dipergunakan baik mempengaruhi ataupun tidak mempengaruhi jumlah produksi yang dihasilkan dan pendapatan usaha merupakan selisih antara penerimaan usaha dan pengeluaran (Soekartawi, 2006).

Kotler (1998) mendefenisikan pemasaran sebagai suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka inginkan dan butuhkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Dasar pemikiran pemasaran dimulai dari kebutuhan dan keinginan manusia. Manusia


(27)

membutuhkan makanan, udara, air, pakain dan tempat berlindung untuk bertahan hidup.

Sistem pemasaran biasanya berkisar pada kegiatan antara pemasok barang dan jasa, perusahaan dan pasar. Hubungan ketiga komponen ini biasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan kegiatan lain. Sistem pemasaran berkaitan erat dengan sistem manajemen informasi. Sistem informasi pasar sangat penting bagi pemasaran bukan saja dilihat dari kepentingan informasi itu sendiri tetapi juga kegunaan informasi tersebut untuk pengembangan perusahaan dan tentu saja penting untuk pengembangan manajemen pemasaran (Soekartawi, 2002).

Ditinjau dari aspek ekonomi kegiatan pemasaran pertanian dikatakan sebagai kegiatan yang produktif sebab pemasaran pertanian dapat meningkatkan guna waktu (time utility), guna tempat (place utility), guna bentuk (form utility) dan guna kepemilikan (possession utility). Guna waktu artinya produk pertanian dapat tersedia bagi konsumen pada setiap waktu. Untuk meningkatkan guna waktu harus dilakukan aktivitas penyimpanan yang membutuhkan biaya penyimpanan (storage cost). Untuk meningkatkan guna tempat diperlukan pengangkutan yang membutuhkan biaya pemindahan (transfer cost) dan agar untuk meningkatkan guna bentuk dari produk pertanian diperlukan pengolahan yang membutuhkan biaya pengolahan (processing cost). Komoditi pertanian yang mengalami peningkatan guna tempat, waktu dan guna bentuk ini baru bisa memenuhi kebutuhan konsumen, apabila sudah terjadi pemindahan hak milik dari produsen ataupun lembaga pemasaran kepada konsumen. Agar terjadi pemindahan hak milik ini harus dilakukan transaksi yang membutuhkan biaya transaksi (transaction cost) (Sudiyono, 2004).


(28)

Dalam pemasaran komoditi pertanian terdapat perbedaan harga di tingkat pengecer (konsumen akhir) dengan harga di tingjat petani. Perbedaan ini disebut margin pemasaran. Margin pemasaran dapat di defenisikan dengan 2 cara. Pertama, margin pemasaran merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani. Kedua, margin pemasaran merupakan biaya dari jasa penawaran yang dibutuhkan sebagai akibat permintaan dan penawaran dari jasa pemasaran (Sudiyono, 2004).

2.4. Kerangka Berpikir

Pemasaran terdiri dari tindakan-tindakan yang menyebabkan berpindahnya hak milik atas benda-benda atau jasa yang menimbulkan distribusi fisik produk atau jasa. Pemasaran sebagai bagian dari produksi yang terdiri dari tindakan menciptakan berbagai nilai guna (utility) yaitu nilai guna, bentuk, waktu, tempat ataupun kepemilikan.

Panjang pendeknya saluran pemasaran suatu barang niaga ditandai oleh berapa banyaknya pedagang perantara yang dilalui oleh barang niaga tersebut sejak dari produsen hingga konsumen akhir. Umumnya petani ataupun produsen jagung tidak menjual langsung hasil panenya kepada konsumen. Mereka menjual hasil panen ke agen ataupun pedagang pengumpul. Agen selalu berusaha mencari dan membeli jagung ke tempat tinggal petani. Agen kemudian menjualnya kepada pedagang pengumpul yang ada. Dari pedagang pengumpul, jagung ini dijual kepada pedagang besar yang akan menjualnya ke pabrik pengolahan ataupun pabrik penggilingan. Hasil pengolahan/penggilingan jagung di jual kepada pedagang pengecer untuk dijual langsung ke konsumen.


(29)

Dari petani ada juga yang dijual langsung kepada pedagang pengumpul. Dari pedagang besar ada juga jagung pipil kering yang dijual ke pedagang pengecer tanpa melalui pabrik pengolahan/penggilingan. Selama proses itu masing-masing lembaga melakukan fungsi-fungsi pemasaran, misalnya pembelian, penjualan, sortasi, transpotasi, pengolahn, pengepakan, penyimpanan dan lain-lain. Pedagang pengumpul mempunyai posisi yang kuat dalam pemasaran jagung. Mereka ini memiliki modal besar dan mampu menentukan harga pembelian dan harga penjualan dalam batas-batas tertentu, sehingga menghasilkan sejumlah keuntungan (profit) yang diinginkan.

Bila pedagang perantara dalam rantai pemasaran jagung yang dilalui banyak, maka dikatakan bahwa saluran pemasaran dari jagung tersebut panjang. Saluran pemasaran yang panjang biasanya memperbesar biaya pemasaran dan margin pemasaran dan ini menjadi beban bagi konsumen.

Sistem pemasaran (tataniaga/marketing) baru dapat dikatakan efesien apabila:

1. Mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya yang serendah-rendahnya, dan

2. Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayarkan konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan produksi dan pemasaran barang tersebut.

Semakin dekat jarak tataniaga yang digunakan produsen sampai ketangan konsumen akhir, maka semakin tinggi keuntungan yang diperoleh dan sebaliknya semakin jauh lembaga tataniaga yang dilalui dari produsen sampai ketangan konsumen maka semakin rendah keuntungan yang diperoleh produsen.


(30)

Tiap lembaga pemasaran akan melakukan fungsi pemasaran yang berbeda satu sama lain yang dicirikan oleh aktivitas yang dilakukan. Dengan adanya pelaksanaan fungsi pemasaran, maka akan terbentuk biaya pemasaran. Besarnya biaya pemasaran menentukan tingkat harga yang diterima produsen dan lembaga pemasaran atas jasa lembaga-lembaga pemasaran jagung dan harga jual akan didapatkan margin keuntungan yang merupakan pengukuran untuk efesiensi pemasaran. Berarti semakin banyak lembaga pemasaran yang berperan dalam pemasaran jagung, maka sistem pemasaran jagung tidak efesien

Biaya pemasaran komoditi pertanian biasanya diukur secara kasar dengan share margin dan price spread. Margin pemasaran adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang dibayar kepada penjual pertama dan harga yang dibayar oleh pembeli terakhir. Sedangkan istilah price spread digunakan untuk menyatakan perbedaan tingkat harga dan menunjukkan jumlah uang yang diperlukan untuk menutupi biaya barang-barang diantara dua tingkat pasar, misalnya pasar local (pasar pengumpul local) dan pasar grosir atau pasar grosir dan eceran.

Dalam arti sempit biaya pemasaran seringkali dibatasi artinya sebagai biaya penjualan yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menjual barang ke pasar. Biaya pemasaran yang tinggi dapat membuat sistem pemasaran kurang efesien. Dalam arti yang lebih luas biaya pemasaran tidak hanya meliputi biaya penjualan saja, tetapi didalamnya biaya penyimpanan, pengepekan, transportasi, pengolahan, dan biaya promosi.

Analisis biaya pemasaran menurut fungsi pemasaran dapat dilakukan dengan cara menentukan dengan jelas fungsi-fungsi pemasaran, menggolongkan


(31)

tiap-tiap jenis biaya pemasaran dan menentukan biaya per satuan kegiatan pemasaran.

Sifat umum dari margin pemasaran antara lain:

1. Margin pemasaran antara satu komoditi hasil pertanian dengan komoditi lain berbeda. Hal ini disebabkan karena perbedaan jasa yang diberikan pada berbagai komoditi mulai dari produsen sampai ketingkat pengecer untuk konsumen akhir.

2. Margin pemasaran relative stabil dalam jangka pendek terutama dalam hubungan dan fluktuasi harga-harga produk pertanian.

Untuk memudahkan dan mengarahkan pemikiran ini maka disusun skema kerangka pemikiran sebagai berikut :


(32)

GAMBAR 2.3. SKEMA KERANGKA BERPIKIR ANALISIS PEMASARAN JAGUNG

Keterangan :

= Pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran

= Saluran Pemasaran

Efisiensi Pemasaran Marjin Pemasaran

Fungsi Pemasaran

Harga Penjualan

Share Margin Biaya Pemasaran Petani

Jagung

Kilang

Ped. Pengecer

Pabrik Penggilingan

Agen Pedagang

Pengumpul

Pedagang Besar Konsumen


(33)

2.5. Hipotesis Penelitian

Dari landasan teori yang sudah dibuat, maka diajukan beberapa hipotesis sebagai berikut:

a. Saluran pemasaran jagung di daerah penelitian terdiri dari empat saluran pemasaran.

b. Ada beberapa fungsi pemasaran yang dilakukan lembaga pemasaran di daerah penelitian.

c. Biaya pemasaran, share margin dan price spread jagung berbeda untuk setiap saluran pemasaran.

d. Pemasaran jagung di daerah penelitian pada setiap saluran pemasaran sudah efisien.


(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditetapkan di Desa Tigabinanga Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo. Daerah penelitian ini ditetapkan secara Purposive. Adapun pertimbangannya adalah desa ini merupakan wilayah sentra produksi jagung di Kabupaten Karo, dan daerah ini mudah dijangkau oleh peneliti sehingga mempermudah penelitian. Berikut ini ditampilkan data luas lahan jagung per desa di Kecamatan Tigabinanga.

Tabel 3.1. Luas Pertanaman, Produksi dan Produktivitas Jagung Per Desa/Kelurahan di Kecamatan Tigabinanga Tahun 2006

No Desa Luas Pertanaman Produksi Produktivitas (Ton/Ha)

Ha % Ton %

1 Tigaberingin 525 6,23 5.005,5 6,94 9,53

2 Kutagaloh 210 2,49 2.177,5 3,02 10,36

3 Kutaraja 286 3,39 3.216 4,46 11,24

4 Bunga Baru 405 4,81 3.600 4,99 8,88

5 Pergendangan 425 5,05 3.283 4,5 7,72

6 Tigabinanga 845 10,05 6.300 8,74 7,45

7 Gunung 300 3,56 3.072 4,26 10,24

8 Perlamben 320 3,80 3.250 4,51 10,15

9 Kuala 310 3,68 4.647,5 6,45 14,99

10 Kuta Buara 260 3,09 1.890 2,62 7,26

11 Lau Kapur 285 3,38 3.200 4,44 11,22

12 Kem-kem 308 3,66 2.800 3,88 9,09

13 Kuta Bangun 787 9,35 5.915 8,21 7,51

14 Simolap 260 3,09 1.500 2,08 5,76

15 Suka Julu 375 4,45 1.625 2,25 4,33

16 Kuta Mbaru 680 8,08 4.724,5 6,58 6,83

17 Perbesi 838 9,95 6.095 8,46 7,27

18 Limang 610 7,24 5.460 7,57 8,95

19 Kuta Gerat 385 4,57 4.200 5,83 10,90

Jumlah 8414 100 72041 100 8,56


(35)

Dari Tabel 3.1. dapat dilihat bahwa kelurahan Tigabinanga merupakan kelurahan dengan luas pertanaman jagung terbesar yaitu sekitar 845 Ha. Produksi di kelurahan Tigabinanga sebesar 6300 ton.

3.2. Metode Pengambilan Sampel 3.2.1. Untuk Produsen

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah Metode Simple Random Sampling dengan pertimbangan bahan sampel penelitian bersifat homogen atau rata rata memiliki karakter yang sama. Jumlah populasi petani jagung yang terdapat di desa Tigabinanga berjumlah 520 KK, dari jumlah tersebut ditetapkan sampel sebanyak 31 KK populasi petani jagung.

Jumlah sampel dapat diperoleh dengan menggunakan rumus Slovin :

n = Ne N +

1

Keterangan :

n = Besarnya sampel N = Besarnya populasi e = Margin error (3%)

n =

)

03

.

0

(

520

1

520

+

n = 31


(36)

3.2.2. Pedagang atau Lembaga Pemasaran

Sampel pedagang adalah orang-orang yang terlibat dalam

mendistribusikan jagung hasil produksi petani hingga ke konsumen akhir. Pedagang perantara ditentukan dengan metode penelusuran yaitu dengan menelusuri semua pedagang yang terlibat dan yang mengambil jagung hasil produksi produsen sampel didaerah penelitian mulai dari agen, pedagang pengumpul, pedagang besar, pabrik pengolahan/penggilingan dan pedagang pengecer.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan dan wawancara langsung dengan petani jagung. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Dinas Pertanian Tingkat I Propinsi Sumatera Utara, Dinas Pertanian Kabupaten Karo, Dinas Pertanian Kecamatan Tigabinanga, Kantor Kepala Desa Tigabinanga serta literatur yng ada hubungannya dengan penelitian ini.

3.4. Metode Analisis Data.

Data yang diperoleh dari lapangan terlebih dahulu ditabulasi secara sederhana dan selanjutnya dianalisis sesuai dengan metode analisis yang sesuai.

Untuk identifikasi masalah 1 (saluran pemasaran) diuji dengan analisis deskriptif berdasarkan survey dan pengamatan yang dilakukan di daerah penelitian.


(37)

Identifikasi masalah 2, 3, dan 4 dihitung dengan menggunakan analisis tabulasi sederhana yaitu menghitung besar volume penjualan, biaya pemasaran, price spread dan share margin untuk setiap saluran pemasaran. Dari hasil tersebut dapat diketahui besar margin keuntungan yang diterima masing-masing lembaga pemasaran.

Untuk menghitung margin pemasaran digunakan rumus:

Mji = Cij + πi………. (1) atau Mji = Psi – Pbi………... (2)

Maka akan diperoleh margin pemasaran total adalah : Mj = Σ Mji... (3) Dimana:

Mj = margin pemasaran total

Mji = margin pada lembaga pemasaran ke-i

Psi = harga penjualan pada lembaga pemasaran ke-i Pbi = harga pembelian pada pemasaran ke-i

Cij = biaya pemasaran untuk melaksanakan fungsi pemasaran ke-i oleh lembaga pemasaran ke-j

πi = keuntungan lembaga pemasaran ke-i

margin pemasaran ini terdiri dari biaya biaya untuk melakukan fungsi pemasaran dan keuntungan lembaga pemasaran. Margin pemasaran yang tinggi tidak selalu mengindikasikan keuntungan yang tinggi, tergantung berapa besar biaya biaya yang harus dikeluarkan lembaga lembaga pemasaran untuk melakukan fungsi pemasaran.


(38)

Sedangkan untuk menghitung bagian yang diterima oleh masing masing lembaga pemasaran atau share margin digunakan rumus :

Sm = Pp/Pk x 100%

Dimana :

Sm = Share margin (%)

Pp = Harga yang diterima produsen dan pedagang (Rp) Pk = Harga yang dibayar oleh konsumen (Rp)

Price spread dapat diperoleh dengan mengelompokkan biaya biaya pemasaran menurut kelompok biaya yang sama. Sedangkan tingkat efesiensi dapat diperoleh dari besarnya share margin biaya pemasaran ditiap saluran pemasaran ataupun dihitung dengan menggunakan rumus:

Ep = ×100%

dipasarkan yang

produk Nilai

pemasaran Biaya

Maka pemasaran yang tidak efesien akan terjadi jika: 1. Biaya pemasaran makin besar

2. Nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar Kriteria untuk menyatakan suatu efesiensi pemasaran terjadi apabila:

1. Biaya pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran dapat lebih tinggi

2. Persentase perbedaan harga yang dibayar konsumen dan yang diterima produsen tidak terlalu tinggi

3. Tersedianya fasilitas fisik pemasaran 4. Adanya kompetisi pasar yang sehat (Soekartawi, 2002).


(39)

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalah pahaman dalam mengartikan hasil penelitian ini, maka dibuat beberapa defensi dan batasan operasional sebagai berikut :

3.5.1 Defenisi :

1. Produsen adalah petani sampel yang mengusahakan lahan dengan komoditi jagung di daerah penelitian baik sebagai pemilik ataupun sewa. 2. Luas lahan adalah luas usahatani petani atau produsen dengan komoditi

jagung yang diukur dalam Ha.

3. Konsumen adalah pembeli jagung yang merupakan konsumen akhir yang langsung membeli jagung dari produsen jagung ataupun dari pedagang perantara.

4. Pemasaran adalah proses aliran barang dari produsen hingga ke konsumen akhir yang disertai penambahan guna bentuk melalui proses pengolahn, guna tempat melalui proses pengangkutan dan guna waktu melalui proses penyimpanan.

5. Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyalurkan atau menjual jagung dari produsen kepada konsumen akhir.

6. Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran dalam menyalurkan jagung dari produsen hingga ke konsumen akhir. 7. Price Spread adalah sebaran harga yang dikelompokkan berdasarkan

komponen biaya yang sama.

8. Margin pemasaran adalah selisih antara harga beli konsumen dengan harga jual pedagang


(40)

9. Share Margin adalah bagian harga yang diterima oleh setiap lembaga pemasaran terhadap harga beli konsumen dalam bentuk persen.

10.Efesiensi pemasaran adalah nisbah antara biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan tiap unit produk dibagi dengan nilai produk yang dipasarkan, dinyatakan dalam persen (%).

3.5.2. Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Desa Tigabinanga Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo.

2. Waktu penelitian 2008.

3. Sampel penelitian adalah petani yang melakukan usahatani tanaman jagung, pelaku-pelaku ekonomi yang memasarkan dan konsumen jagung.


(41)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelurahan Tigabinanga Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo, dengan luas wilayah 1820 Ha. Kelurahan Tigabinanga terletak pada ketinggian 600 m dpl, dengan suhu rata-rata 18˚ C – 27˚ C. Secara administratif kelurahan Tigabinanga memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

- Sebelah Utara : Desa Uruk Biru

- Sebelah Selatan : Desa Gunung

- Sebelah Barat : Desa Kuala

- Sebelah Timur : Desa Kuta Galuh

Jarak kelurahan Tigabinanga dengan ibukota kecamatan ± 200 m, jarak ibukota kabupaten 33 km dan jarak ibukota provinsi 113 km.

4.1.2. Penggunaan Tanah

Penggunaan tanah dapat memberikan gambaran bagaimana tingkat kemampuan suatu masyarakat memanfaatkan alam demi kesejahteraannya.

Luas wilayah kelurahan penelitian, kelurahan Tigabinanga menurut fungsinya dibagi menjadi areal persawahan, tanah kering/ladang, perumahan/perkantoran, tanah wakaf, bangunan umum dan lain-lain. Tabel 4.1 berikut ini dapat menggambarkan penggunaan wilayah kelurahan Tigabinanga.


(42)

Tabel 4.1. Distribusi Penggunaan Tanah di Kelurahan Tigabinanga, Tahun 2006

No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Pesentase (%)

1 Sawah 55 3,02

2 Ladang 1350 74,17

3 Tanah wakaf 6 0,32

4 Pemukiman 135 7,41

5 Bangunan umum 4 0,21

6 Empang (kolam) 2 0,10

7 Jalan desa 7 0,38

8 Tanah belum dikelola 261 14,34

Total 1820 100

Sumber : Kantor Kelurahan Tigabinanga 2007

Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa, penggunaan lahan yang paling banyak diusahakan adalah perladangan dengan luas 1350 Ha (74,17%), tanah untuk pemukiman seluas 135 Ha (7,41%), sawah 55 Ha (3,02%), tanah wakaf 6 Ha (0,32%), bangunan umum 4 Ha (0,21%), empang (kolam) 2 Ha (0,10%), jalan desa 7 Ha (0,38%), sedangkan tanah yang belum dikelola sekitar 261 Ha (14,34%).

4.1.3. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk kelurahan Tigabinanga sebanyak 4094 jiwa dengan jumlah kepala rumah tangga sebanyak 1105 KK, yang terdiri 1885 jiwa laki-laki dan 2209 jiwa perempuan.


(43)

Distribusi penduduk menurut kelompok umur di kelurahan Tigabinanga dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini :

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kelurahan Tigabinanga, Tahun 2006

No Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 0-4 219 5,35%

2 5-9 237 5,78%

3 10-14 278 6,79%

4 15-29 860 21,00%

5 30-34 1109 27,08%

6 45-49 935 22,83%

7 >60 456 11,13%

Jumlah 4094 100

Sumber : Kantor Kelurahan Tigabinanga 2007

Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa kelompok usia produktif (15-60) adalah sebanyak 2904 (70,91%). Usia 0-4 sebanyak 219 jiwa (5,35%), usia 5-9 sebanyak 237 jiwa (5,78%), usia 10-14 sebanyak 278 jiwa (6,79%) dan usia > 60 terdapat 456 jiwa (11,13%). Hal ini memberikan gambaran ketersediaan tenaga kerja di kelurahan Tigabinanga masih cukup besar.


(44)

Distribusi penduduk menurut suku bangsa di kelurahan Tigabinanga dapat dilihat Tabel 4.3 di bawah ini :

Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Menurut Suku Bangsa di Keluruhan Tigabinanga, Tahun 2006

No Suku Bangsa Jumlah (KK) Persentase(%)

1 Karo 2650 64,72

2 Jawa 762 18,61

3 Batak 429 10,47

4 Aceh 253 6,17

Jumlah 4094 100

Sumber : Kantor Kelurahan Tigabinanga 2007

Dari Tabel 4.3 dapat dilihat ada empat suku yang terdapat di daerah penelitian. Dimana suku yang paling banyak terdapat di daerah penelitian adalah suku Karo dengan persentase 64,72% , suku Jawa 18,61% , suku Batak 10,47% dan suku Aceh 6,17%.


(45)

Distribusi penduduk menurut agama di kelurahan Tigabinanga dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah ini :

Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Menurut Agama di Kelurahan Tigabinanga, Tahun 2006

No Agama Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Islam 1721 42,03

2 Kristen Protestan 1547 37,78

3 Kristen Katolik 792 19,34

4 Hindu 5 0,12

5 Budha - -

6 Aliran Kepercayaan 29 0,70

Jumlah 4094 100

Sumber : Kantor Kelurahan Tigabinanga 2007

Dari Tabel 4.4 dapat dilihat ada empat yang paling banyak dianut oleh masyarakat di kelurahan Tigabinanga. Agama yang paling banyak di kelurahan Tigabinanga adalah agama Islam dengan persentasse 42,03%, Kristen Protestan 37,78%, Kristen Katolik 19,34% dan sebagian kecil agama Hindu 0,12% dan aliran kepercayaan 0,70%.


(46)

4.1.4 Perekonomian Kelurahan

Tabel 4.5. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan Tigabinanga, Tahun 2006

No Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Petani 839 61,51

2 Pegawai Negeri Sipil (PNS), ABRI, Polisi, Swasta

183 13,41

3 Wiraswasta 89 6,52

4 Pensiunan 44 3,22

5 Pertukangan 25 1,83

6 Buruh Tani 141 10,33

7 Lain-lain 43 3,15

Jumlah 1364 100

Sumber : Kantor Kelurahan Tigabinanga 2007

Dari Tabel 4.5 dapat dilihat penduduk kelurahan Tigabinanga mempunyai sumber mata pencaharian utama dari pekerjaan sebagai petani dengan persentase 61,51%, PNS (ABRI, Polisi, Swasta) 13,41%, buruh tani 10,33% dan wiraswasta 6,52%. Sebagian kecil pensiunan 3,22% dan sebagian bergerak dibidang pertukangan 1,83% dan lain-lain 3,15%.

4.1.5. Sarana dan Prasarana

Adapun saran dan prasarana yang terdapat di kelurahan Tigabinanga dapat dilihat pada Tabel 4.6 di bawah ini :


(47)

Tabel 4.6. Sarana dan Prasarana di Kelurahan Tigabinanga, Tahun 2006

No Uraian Jumlah

1 Tempat Ibadah :

- Mesjid 2

- Mushola 1

- Gereja 2

2 Fasilitas Pendidikan

- SDN dan Swasta 3

- SLTP N dan Swasta 3

- SMU N dan Swasta 3

3 Fasilitas Kesehatan

- Rumah Sakit Umum 1

- Rumah Sakit Swasta 2

- Balai Pengobatan 1

- Apotik 2

4 Alat Transportasi :

- Bus Umum (Angkot) 64

- Becak 15

- Mobil Dinas 3

- Mobil Pribadi 54

- Truk 22

5 Kios Pertanian 2

6 Kamar Mandi 5

7 Kilang Pemipilan Jagung/Gudang 6

8 Kantor Kelurahan 1

9 Telepon Umum 1

10 Pemilik Pesawat Telepon 195

Sumber : Kantor Lurah Tigabinanga

Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana sudah cukup lengkap di kelurahan Tigabinanga. Sebab, sudah terdapat sarana pendidikan mulai


(48)

dari tingkat dasar sampai tingkat menengah. Sarana kesehatan juga sudah lengkap, dimana sudah terdapat rumah sakit umum dan swasta serta pengobatan lainnya. Begitu juga dengan transportasi, bus umum (angkot) sudah tersedia, tempat ibadah juga sudah ada. Unutuk memudahkan komunikasi antara sesama masyarakat baik dekat maupun jauh, sudah tersedia telepon umum maupun telepon rumah serta HP pun sudah ada di daerah penelitian.

4.2. Karakteristik Petani Sampel

4.2.1. Petani Jagung di Kelurahan Tigabinanga

Petani jagung adalah orang yang memiliki mata pencaharian sebagai petani jagung, melakukan kegiatan produksi mulai dari mengolah tanah sampai pada kegiatan panen dan bertempat tinggal di kelurahan Tigabinanga. Yang termasuk karakteristik petani sampel adalah umur, pendidikan, jumlah tanggungan, dan luas lahan. Dimana jumlah sampel petani yang diambil dalam penelitian ini adalah 31 KK. Karakteristik petani sampel tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut :

Tabel 4.7. Karakteristik Petani Sampel Kelurahan Tigabinanga, Tahun 2008

No Uraian Rentang Rataan

1 Luas Lahan (Ha) 1-2 1,59

2 Pendidikan 6-12 9,38

3 Umur (Tahun) 32-58 46,45

4 Pengalaman Bertani (Tahun) 5-20 12,64

5 Jumlah Tanggungan (Orang) 1-6 3,48


(49)

Dari Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa rata-rata luas lahan petani sampel 1,59 Ha. Tingkat pendidikan petani sampel rata-rata 9.38 tahun yang berarti tingkat pendidikan petani adalah tamatan SMP. Rata-rata pengalaman betani jagung di daerah penelitian terbilang cukup lama yaitu 12,64 tahun. Rata-rata jumlah tanggungan petani sampel adalah sebanyak 3,48 orang.

4.2.2. Pedagang Sampel

Penentuan pedagang sampel dilakukan dengan cara bertanya petani kepada siapa mereka menjual jagung, dimana tempat tinggalnya. Dengan cara tersebut diperoleh jenis pedagang mulai dari agen sampai ke pedagang besar.

• Agen

Agen adalah pedagang yang membeli jagung langsung dari petani . Agen yang diambil sebagai sampel adalah agen yang membeli jagung dari petani di kelurahan dan menjualnya ke pedagang pengumpul ataupun pedagang besar. Berdasarkan survey di daerah penelitian diperoleh 4 agen jagung. Karakteristik agen sampel meliputi umur agen, jumlah tanggungan, lama pendidikan dan pengalaman sebagai agen, dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Karakteristik Agen Sampel Kelurahan Tigabinanga, Tahun 2008

No Uraian Rentang Rataan

1 Umur agen (tahun) 37-52 43,00

2 Jumlah tanggungan (jiwa) 3-4 03,50

3 Lama pendidikan (tahun) 6-12 09,25

4 Pengalaman sebagai agen (tahun) 10-12 10,75


(50)

Dari Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa rata-rata umur agen adalah 43 tahun dengan interval antara 37-52 tahun, jumlah tanggungan rata-rata 3,5 jiwa dengan interval 3-4 jiwa, tingkat pendidikan rata-rata 9,25 atau setara dengan SMP, sedangkan pengalaman sebagai agen rata-rata 10,75 dengan rentang 10-12 tahun.

• Pedagang Pengumpul

Pedagang pengumpul adalah pedagang yang membeli jagung baik dari petani maupun dari agen kemudian menjual jagung tersebut ke pedagang besar. Dari hasil survey diperoleh 4 pedagang pengumpul. Karakteristik pedagang pengumpul yang diperoleh meliputi umur petani, lama pendidikan, jumlah tanggungan dan pengalaman sebagai pedagang pengumpul. Karakteristik pedagang pengumpul ini dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9. Karakteristik Pedagang Pengumpul Sampel Kelurahan Tigabinanga, Tahun 2008

No Uraian Rentang Rataan

1 Umur (tahun) 30-59 39,33

2 Jumlah tanggungan (jiwa) 4-5 04,50

3 Lama pendidikan (tahun) 6-12 09,50

4 Pengalaman sebagai pedagang pengumpul (tahun) 5-9 7,00 Sumber : Lampiran 3

Dari Tabel 4.9 diketahui bahwa rata-rata umur pedagang pengumpul adalah 39,33 tahun dengan interval antara 30-59 tahun, jumlah tanggungan rata-rata 4,50 jiwa dengan interval 4-5 jiwa, tingkat pendidikan rata-rata-rata-rata 9,50 tahun atau setara dengan SMP, sedangkan pengalaman sebagai pedagang pengumpul rata-rata 7 tahun.


(51)

• Pedagang Besar

Pedagang besar adalah pedagang yang membeli jagung baik dari pedagang pengumpul ataupun agen dan menjualnya ke pabrik pengolahan/penggilingan jagung. Sampel pedagang besar di ambil 3 orang dengan karakteristik sampel meliputi umur (tahun), jumlah tanggungan, lama pendidikan dan pengalaman sebagai pedagang besar. Dapat dilihat pada Tabel 4.10di bawah ini.

Tabel 4.10. Karakteristi8k Pedagang Besar Sampel Kelurahan Tigabinanga, Tahun 2008

No Uraian Rentang Rataan

1 Umur (tahun) 35-52 43,00

2 Jumlah tanggungan (jiwa) 3-6 04,33

3 Lama pendidikan (tahun) 8-17 12,33

4 Pengalaman sebagai pedagang besar (tahun) 6-18 10,67 Sumber : Lampiran 4

Dari Tabel 4.10 diketahui bahwa rata-rata umur pedagang besar adalah 43 tahun dengan interval antara 35-52 tahun, jumlah tanggungan rata-rata 4,33 jiwa dengan interval 3-6 jiwa, tingkat pendidikan rata-rata 12,33 tahun atau setara dengan SMU, sedangkan pengalaman sebagai pedagang besar rata-rata 10,67 tahun.

• Pedagang Pengecer

Pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli jagung dari pedagang besar ataupun dari pabrik pengolahan/penggilingan dalam bentuk jagung pipil kering, jagung giling, jagung tepung ataupun jagung bulat. Sampel pedagang pengecer di ambil 4 orang dengan karakteristik sampel meliputi umur (tahun),


(52)

jumlah tanggungan, lama pendidikan dan pengalaman sebagai pedagang besar. Dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut ini:

Tabel 4.11. Karakteristik Pedagang Pengecer Sampel Kelurahan Tigabinanga, Tahun 2008

No Uraian Rentang Rataan

1 Umur (tahun) 33-49 40,25

2 Jumlah tanggungan (jiwa) 2-4 03,50

3 Lama pendidikan (tahun 9-12 10,50

4 Pengalaman sebagai pedagang pengecer (tahun) 6-12 8,00 Sumber : Lampiran 5

Dari Tabel 4.11 diketahuibahwa umur rata-rata pedagang pengecer adalah 40,25 tahun dengan rentang 33-49 tahun, jumlah tanggungan rata-rata 3,50 jiwa dengan rentang 2-4 orang, lama pendidikan rata-rata 10,50 tahun atau setara SMU, sedangkan penglaman sebagai pedagang pengecer rata-rata 8 tahun.

4.2.3. Kilang (Gudang) Pemipil

Hasil panen jagung petani terlebih dahuli dibawa ke kilang untuk dipipil kemudian dijual kepada pedagang perantara yang ada. Berdasarkan hasil survey terdapat 4 kilang (gudang) pemipil jagung yang ada di kelurahan Tigabinanga. Kilang digunakan sebagai tempat penampungan, jasa pemipil dan tempat penyimpan jagung. Karakteristik kilang pemipil jagung antara lain : umur pemilik, lama kilang berdiri, luas kilang, jasa pipil, jumlah pekerja dan inventaris kilang. Karakteristik kilang dapat dilhat pada Tabel 4.12 berikut ini :


(53)

Tabel 4.12. Karakteteristik Kilang (gudang) Pemipil Kelurahan Tigabinanga, Tahun 2008

No Uraian Rentang Rataan

1 Umur pemilik (tahun) 50-60 57,50

2 Lama berdiri (tahun) 2,5-15 8,13

3 Luas bangunan (tahun) 0,3-0,9 0,55

4 Inventaris kilang :

- Mesin pipil 2-3 2,25

- Jeep 1-4 2,5

- Truk 0-2 0,25

- Timbangan 1-2 1,50

- Sorong 2-3 2,25

5 Jasa pipil kilang (Rp/Kg) 60 60

6 Jumlah tenaga kerja (jiwa) 10-18 13,25

Sumber : Lampiran 6

Berdasarkan Tabel 4.12 diketahui bahwa rata-rata lama berdirinya kilang adalah 8.13 tahun dengan rentang 2.5-15 tahun, luas bangunan rata-rata 0.55 ha. Jasa pipil kilang rata-rata Rp.60/kg,yang dikenakan kepada petani jagung. Jumlah pekerja rata-rata 13 orang dengan inventaris kilang rata-rata 13 orang dengan inventaris kilang rata-rata 2,25 mesin pipil; 2,5 jeep; 0,25 truk, 1,50 timbangan dan 2,25 sorong.

4.2.4. Pabrik Pengolahan/Penggilingan Jagung

Hasil pembelian jagung oleh pedagang besar dijual kepada pabrik penggilingan/pengolahan. Berdasarkan hasil survei di pabrik ini jagung diolah menjadi ransum ternak, digiling menjadi jagung tepung, jagung giling dan jagung bulat. Karakteristik pabrik jagung antara lain : lama pabrik beroperasi, luas pabrik,


(54)

harga beli dan harga jual. Karakteristik kilang dapat dilihat pada Tabel 4.13 berikut

Tabel 4.13. Karakteristik Pabrik Pengolahan/Penggilingan Jagung, Tahun 2008

No Uraian Rentang Rataan

1 Lama beroperasi (tahun) 10-26 18

2 Luas bangunan (Ha) 0,70-0,85 0,775

3 Harga beli (Rp/Kg) 1800 1800

4 Harga jual (Rp/Kg) 2150-3500 2700

Sumber : Lampiran 7

Berdasarkan Tabel 4.13 diketahui bahwa rata-rata lama berdirinya pabrik adalah 18 tahun dengan rentang 10-26 tahun, luas bangunan rata-rata 0,775 Ha dengan rentang 0,70-0,85. Harga beli rata-rata dari pedagang besar Rp 1800 dan harga jual rata-rata Rp 2700 dengan rentang harga Rp 2150 – Rp 3500.


(55)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Saluran Pemasaran Jagung di Daerah Penelitian

Sistem pemasaran jagung didaerah penelitian terdiri atas 3 subsistem, yang saling berkaitan , yaitu :

1. Produsen/Petani jagung adalah yang mengusahakan lahan dengan komoditi jagung di daerah penelitian.

2. Pedagang perantara meliputi agen, pedagang pengumpul, pedagang besar dan pedagang pengecer.

3. Konsumen, yaitu mereka yang membeli jagung dari pedagang perantara untuk dikonsumsi.

Keseluruhan sistem ini memiliki tujuan yang sama yakni mendistribusikan jagung dari lahan pertanian sampai ketangan konsumen, sehingga dalam pergerakan subsistem ini terbentuklah saluran-saluran pemasaran. Untuk mendistribusikan jagung sampai ketangan konsumen setiap lembaga pemasaran melakukan fungsi pemasaran dan menimbulkan biaya pemasaran.

Produsen (petani jagung) melakukan kegiatan pembelian input-input produksi, penanaman, pemeliharaan jagung hingga ke pemanenan. Harga jagung yang dijual petani ke pedagang perantara berfluktuasi tergantung pada tinggi rendahnya kadar air jagung. Makin rendah kadar air jagung maka harga jual akan semakin tinggi pula.

Di kelurahan Tigabinanga hasil panen jagung petani terlebih dahulu dibawa ke kilang untuk di pipil, kemudian jagung dijual ke agen ataupun ke


(56)

pedagang pengumpul. Petani yang menjual jagung kepada agen disebabkan petani terikat dalam hal pinjaman modal baik berupa uang, maupun input-input produksi. Dalam hal ini terjadi hubungan timbal balik antara petani dengan agen dimana petani meminjam modal untuk usahatani jagung dari agen dan harus menjual jagung kepada agen untuk melunasi hutang-hutangnya.

Sedangkan peranan kilang (gudang) dalam mata rantai pemasaran jagung didaerah penelitian adalah :

1. Sebagai tempat penampung jagung 2. Sebagai jasa pemipilan jagung 3. Sebagai jasa penyimpanan

4. Kadang sebagai pemberi pinjaman Saprodi bagi petani jagung.

Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan terdapat 4 jenis saluran pemasaran jagung di daerah penelitian.

a. Saluran I

Keterangan :

= Pelaksanaan fungsi pemasaran

Gambar 5.1. Saluran I Pemasaran Jagung

Pada saluran pertama (Gambar 5.1), petani terlebih dahulu membawa jagung ke kilang untuk dipipil. Kemudian petani menjual jagung pipil kering ini kepada agen. Agen menjual jagung pipil kepada pedagang pengumpul. Dari

Petani Jagung

Kilang

Ped. Pengecer

PT. Pokhan Charoen

Agen Pedagang

Pengumpul

Pedagang Besar Konsumen


(57)

pedagang pengumpul jagung pipil ini di jual kepada pedagang besar. Dari pedagang besar jagung dijual ke PT. Pokphan di Medan. Di pabrik ini jagung pipil kering diolah menjadi pakan atau ransum. Oleh pabrik pengolahan jagung pipilan kering tersebut diolah dengan bahan tambahan lain (suplemen) seperti dedak 10%, kedelai 21,5%, bungkil kelapa 3%, tepung ikan 10%, mineral 0,5%, namun jagung merupakan komposisi utama sebanyak 55 %.

Selanjutnya pabrik menjual pakan ternak kepada distributor atau pedagang pengecer di dalam dan di luar kota Medan. Pedagang pengecer masing-masing kota menjual ransum atau pakan ternak ini kepada konsumen. Untuk mengetahui biaya dari masing-masing lembaga pemasaran, dapat dilihat berdasarkan saluran pemasaran jagung yang ada.

Umumnya petani tidak menjual jagung langsung kepada pabrikan karena takut terjadi monopoli harga dari perusahaan. Yang menjadi pabrik pengolahan dari pemasaran jagung pada saluran I ini adalah PT. Pokphan Charoen. Pabrikan ini membeli jagung dari kelurahan Tigabinanga melalui pedagang besar yang telah memiliki kontrak kerjasama terlebih dahulu dengan perusahaan. Pembelian ini dilakukan dengan membuat kontrak perjanjian antara pabrik sebagai pembeli dengan pedagang besar. Di dalam kontrak perjanjian tertera syarat-syarat jagung yang akan dibeli dan biaya-biaya yang akan dikeluarkan oleh pabrik. Dari pabrik jagung yang telah diolah menjadi ransum di jual ke pedagang pengecer untuk di salurkan ke konsumen.


(58)

b. Saluran II

Keterangan :

= Pelaksanaan fungsi pemasaran

Gambar 5.2. Saluran II Pemasaran Jagung

Pada saluran ke dua (Gambar 5.2), petani terlebih dahulu membawa jagung ke kilang untuk dipipil. Kemudian petani menjual jagung pipil kering ini kepada agen. Agen menjual jagung pipil kepada pedagang pengumpul. Dari pedagang pengumpul jagung pipil ini di jual ke pedagang besar.

Pada saluran dua ini, pedagang besar menjual jagung pipil ke pabrik penggilingan untuk diolah menjadi tepung kagung, jagung giling ataupun jagung bulat. Berbeda dengan Pokphan pabrik penggilingan ini mengolah jagung tanpa menggunakan bahan tambahan. Pedagang besar tidak memiliki kontrak untuk menjual jagung tersebut ke pabrik penggilingan ini. Selanjutnya, pedagang pengecer membeli jagung olahan dari pabrikan dan menjualnya kepada konsumen.

Petani Jagung

Kilang

Ped. Pengecer

Pabrik Penggilingan

Agen Pedagang

Pengumpul

Pedagang Besar Konsumen


(59)

c. Saluran III

Keterangan :

= Pelaksanaan fungsi pemasaran

Gambar 5.3. Saluran III Pemasaran Jagung

Pada saluran ketiga (Gambar 5.3), petani terlebih dahulu membawa jagung ke kilang untuk dipipil. Petani menjual jagung ini kepada agen. Agen menjual jagung ini ke pedagang pengumpul. Kemudian, pedagang pengumpul menjual jagung pipil kepada pedagang besar.

Pada saluran III, pedagang besar menjual jagung kepada pedagang pengecer. Pedagang pengecer ini mengolah jagung pipil menjadi jagung tepung dalam partai kecil dan sebagian menjadi jagung bulat. Hasil olahan pedagang pengecer ini dijual ke konsumen sehingga pedagang pengecer ini memperoleh tambahan keuntungan.

Petani Jagung

Kilang

Ped. Pengecer

Agen Pedagang

Pengumpul

Pedagang Besar Konsumen


(60)

d. Saluran IV

Keterangan :

= Pelaksanaan fungsi pemasaran

Gambar 5.4. Saluran IV Pemasaran Jagung

Pada saluran IV (Gambar 5.4) petani terlebih dahulu membawa jagung ke kilang untuk dipipil. Petani menjual jagung kepada pedagang pengumpul dengan harga yang lebih mahal dibandingkan jika dijual ke agen. Selanjutnya, pedagang pengumpul menjual jagung pipil ini ke pedagang besar. Pedagang besar menjual jagung kepada pedagang pengecer. Pedagang pengecer ini mengolah sendiri jagung pipil kering menjadi jagung tepung dalam partai kecil dan sebagian menjadi jagung bulat. Hasil olahan ini dijual pedagang pengecer ke konsumen akhir.

5.2. Fungsi Pemasaran Yang Dilakukan Setiap Mata Rantai Pemasaran Fungsi pemasaran merupakan unsur penting dalam proses pemasaran

jagung. Fungsi pemasaran dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran untuk memperlancar penyampaian hasil produksi jagung dari pihak petani jagung hingga kepada konsumen akhir.

Petani Jagung

Kilang

Ped. Pengecer Pedagang

Pengumpul

Pedagang Besar

Konsumen Akhir


(61)

Dalam proses pemasaran jagung, fungsi-fungsi pemasaran yang dilaksanakan oleh petani dan lembaga bervariasi. Setiap lembaga akan melakukan fungsi pemasaran mulai dari fungsi pembelian hingga ke fungsi penjualan. Konsekuensi dari pelaksanaan fungsi ini adalah munculnya biaya-biaya setiap fungsi. Fungsi pemasaran jagung yang dilakukan masing-masing lembaga pemasaran dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut:

Tabel 5.1. Fungsi-fungsi Pemasaran Yang Dilakukan Petani dan Pedagang

Fungsi Pemasaran

Petani Agen Pengumpul P. Besar

Pabrik Pengolahan/ Penggilingan

Pengecer

Pembelian X

Penjualan √ √ √ √ √ √

Penyimpanan X √ √ √ 0 0

Transportasi √ √ √ √ √ √

Sortasi X X 0 √ 0 X

Pembiayaan √ √ √ √ √ √

Pengepakan √ X X X √ 0

Marketing Loss

X X X X X X

Resiko √ √ √ √ √ √

Sumber: Lampiran 8, 9, 10,11, 12, dan 13

Keterangan: √ = Melaksanakan fungsi tersebut X = Tidak melaksanakan

0 = Tidak selalu melakukan, tergantung pada keadaan

Dari Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa setiap lembaga pemasaran memerankan fungsi pemasaran yang berbeda-beda. Setiap lembaga pemasaran memerankan fungsi pemasaran paling sedikit 5 fungsi. Namun tidak ada lembaga pemasaran yang melakukan keseluruhan fungsi pemasaran. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh seluruh lembaga pemasaran (pedagang) adalah fungsi pembelian, penjualan, transportasi, financing (pembiayaan) dan fungsi resiko.


(62)

Fungsi penyimpanan kadang dilakukan oleh pabrik pengolahan/penggilingan dan pedagang pengecer. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi biaya transportasi. Penyimpanan jagung umumnya di masukkan di dalam goni dan disimpan di gudang sebelum diolah dan dijual kembali sehingga tidak menyebabkan biaya yang tinggi.

Seluruh lembaga pemasaran jagung melakukan fungsi transportasi untuk memasarkan jagung hingga konsumen akhir. Salah satu biaya terbesar dalam setiap lembaga pemasaran adalah biaya transportasi.

Lembaga pemasaran yang melakukan fungsi sortasi pada saat membeli ataupun menjual jagung adalah pedagang besar. Sedangkan petani, agen dan pedagang pengecer tidak melakukan sortasi. Sortasi dilakukan dengan memisahkan jagung berdasarkan varietas dan kadar air jagung. Varietas jagung disini maksudnya jenis bibit yang ditanam. Varietas yang sering digunakan adalah P-12, NK-22, dan BISI 9. Varietas P-12 dibeli biasanya dari petani dengan harga yang lebih tinggi dibanding varietas jagung yang lainnya.

Setiap lembaga pemasaran melakukan pembiayaan sendiri atas semua kegiatan pemasaran jagung. Besar kecilnya pembiayaan (modal) tergantung kepada besar kecilnya volume jagung yang dipasarkan.

Namun Marketing Loss tidak dialami oleh masing-masing lembaga pemasaran. Hal ini disebabkan karena penjualan jagung pada masing-masing lembaga semuanya dapat diterima oleh konsumen.

Dari uraian-uraian diatas diketahui setiap lembaga melakukan minimal 5 fungsi pemasaran yaitu fungsi pembelian, penjualan, transportasi, resiko, dan pembiayaan.


(63)

5.3. Biaya Pemasaran, Price Spread dan Share Margin Pada Setiap Saluran Pemasaran

Untuk menganalisis price spread dan margin pemasaran di setiap saluran pemasaran maka perlu dihitung biaya pemasaran yang dilakukan oleh masing petani dan lembaga pemasaran. Untuk mengetahui biaya dari masing-masing lembaga pemasaran dapat dilihat berdasarkan saluran pemasaran jagung yang ada.

5.3.1. Analisis Pemasaran, Price Spread dan Share Margin Pada Saluran I (Petani – Kilang – Agen – Pengumpul _ Pedagang Besar - Pabrik Pengolahan - Pedagang Pengecer – Konsumen)

Dalam setiap periode panen agen membeli jagung dari petani sekitar 350 ton hingga 470 ton dalam bentuk jagung pipilan. Dengan rata-rata pembelian 410 ton. Harga beli agen dari petani jagung bervariasi, tinggi rendahnya harga jagung dipengaruhi oleh kadar air jagung. Kadar air jagung yang baik adalah 13%. Rata-rata harga beli agen dari petani adalah Rp 1.075/kg.

Agen menjual jagung pipilan tersebut ke pedagang pengumpul. Jumlah agen yang diambil sebagai sampel berjumlah 4 orang. Harga jual jagung pipil dari agen ke pedagang pengumpul juga bervariasi, tergantung kadar air jagung, 13% adalah kadar air jagung yang baik dengan harga jual rata-rata Rp 1.200/kg.

Biaya pemasaran yang ditanggung oleh agen terdiri dari biaya transportasi sebesar Rp 65/kg dan upah bongkar muat Rp 25/kg. Sehingga besar keuntungan yang diperoleh agen adalah Rp 40/kg jagung pipil kering.


(64)

Pedagang pengumpul membeli jagung pipil dari agen dengan harga Rp 1.200/kg. Biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul terdiri dari biaya transportasi Rp 120/kg, upah bongkar muat Rp 25/kg, retribusi Rp 4/kg dan sewa truk untuk mengangkut jagung Rp 67,6/kg. Keuntungan yang diperoleh pedagang pengumpul dalam penjualan jagung adalah Rp 83,4/kg jagung pipil kering yang dijual.

Dari pedagang pengumpul, jagung tersebut dijual kepada pedagang besar dengan harga Rp 1.500/kg. Ada juga pedagang besar yang datang langsung ke kelurahan pada saat panen. Biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang besar terdiri dari biaya transportasi Rp 120/kg, upah bongkar muat Rp 25/kg, retribusi Rp 9,4/kg dan sewa truk untuk mengangkut jagung Rp 67,6/kg. Keuntungan yang diperoleh pedagang besar adalah Rp 78/kg.

Dari pedagang besar jagung dijual ke pabrik pengolahan yaitu PT. Pokphan Charoen untuk dijadikan sebagai ransum atau pakan ternak. Jagung hasil olahan dijual ke pedagang pengecer. Selanjutnya pedagang pengecer menjualnya kepada konsumen.

Dari uraian diatas dapat dibuat biaya pemasaran, price spread, share margin dan profit margin per kg jagung pada saluran pemasaran tersebut sebagai berikut:


(65)

Tabel 16. Komponen Biaya, Price Spread dan Share Margin Jagung Pipil Kering per Kg Menjadi Ransum Ternak Melalui Saluran I

Komponen Biaya Price Spread (Rp/Kg) Share Margin (%)

1. Agen

a. Harga Beli Jagung dari Petani 1075 28,29 b. Biaya Pemasaran :

- Transportasi 65 1,71

- Upah Bongkar Muat 25 0,66

Total 90 2,37

c. Profit Agen 40 1,05

2. Pedagang Pengumpul

a. Harga Beli Jagung dari Agen 1200 31,58 b. Biaya -biaya Pemasaran :

- Transportasi 120 3,16

- Upah Bongkar Muat 25 0,66

- Retribusi 4 0,12

- Sewa Truk 67,6 1,78

Total 216,6 5,70

c. Profit Pedagang Pengumpul 83,4 2,19 3. Pedagang Besar

a. Harga Beli Jagung dari Pedagang Pengumpul 1500 39,47 b. Biaya-biaya Pemasaran

- Transportasi 120 3,16

- Upah Bongkar Muat 25 0,66

- Retribusi 9,4 0,25

- Sewa Truk 67,6 1,78

Total 222 5,84

c. Profit Pedagang Besar 78 2,05

4. PT. Pokphan Charoen (Ransum Ternak)

a. Harga Beli Jagung dari Pedagang Besar 1800 47,37 b. Biaya-biaya Pemasaran dan Pengolahan

- Transportasi 125 3,29

- Upah Bongkar Muat 15 0,39

- Pengolahan 500 13,15

- Bahan Tambahan 900 23,68

- Pengepakan 40 1,26

Total 1580 41,58

c. Profit Pabrik Pengolahan 120 3,16 5. Pedagang Pengecer

a. Harga Beli dari Pabrikan 3500 92,11 b. Biaya-biaya Pemasaran

- Transportasi 120 3,16

- Upah Bongkar Muat 25 0,66

- Retribusi 30 0,76

- Pengepakan 15 0,39

Total 190 5,00

c. Profit Pedagang Pengecer 110 3,55 Harga Beli Konsumen (Ransum Ternak) 3800 100 Total Margin Keuntungan 431,4 12


(66)

Dari Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan agen, pedagang pengumpul, pedagang besar, pabrik pengolahan dan pedagang pengecer adalah Rp 2298.6 per kg, sedangkan harga jual petani adalah Rp 1075 per kg dan harga beli konsumen adalah Rp 3800/kg. Dengan demikian margin pemasaran jagung melalui saluran I adalah Rp 2725, profit pedagang pada saluran I adalah Rp 431,4/kg atau rata-rata Rp 86,28/kg.

5.3.2. Analisis Pemasaran, Price Spread dan Share Margin Pada Saluran II (Petani – Kilang – Agen – Pedagang Pengumpul – Pedagang Besar – Pabrik Penggilingan – Pedagang Pengecer – Konsumen)

Jagung hasil penen petani di bawa ke kilang untuk dipipil kemudian dijual ke agen. jasa pipil untuk kilang sebesar Rp 60/kg ditanggung oleh petani. Selanjutnya, jagung pipil tersebut dijual agen ke pedagang pengumpul. Harga jual agen ke pedagang pengumpul adalah Rp 1200/kg. adapun biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul adalah retribusi, transportasi, upah bongkar muat dan sewa truk untuk mengangkut jagung. Keuntungan yang diperoleh pedagang pengumpul pada saluran II yaitu Rp 83,4/kg. Dari pedagang pengumpul jagung pipil tersebut dijual ke pedagang besar.

Pada saluran II pedagang besar menjual jagung pipil kering ke pabrik penggilingan. Di pabrik jagung menjadi tepung jagung, jagung giling dan jagung bulat. Biaya yang dikeluarkan oleh pabrik penggilingan antara lain biaya transportasi, upah bongkar muat, biaya penggilingan, pengepakan dan rendemen. Selanjutnya pedagang pengecer membeli jagung dengan harga Rp 2650/kg untuk tepung jagung, Rp 2500/kg untuk jagung giling dan Rp 2150/kg untuk jagung


(67)

bulat/jagung pipil kering. Pedagang pengecer menjualnya ke konsumen dengan harga Rp 3100/kg untuk tepung jagung, Rp 2900/kg untuk jagumg giling dan Rp 2500/kg untuk jagung bulat/jagung pipil kering. Dengan demikian keuntungan yang diperoleh pedagang pengecer adalah Rp 230/kg tepung jagung Rp 180/kg untuk jagung giling dan Rp 130/kg untuk jagung bulat/jagung pipil kering.

Dari hasil penjualan masing-masing lembaga pemasaran pada saluran II dapat dibuat analisis price spread, profit margin dan share margin dari masing-masing jagung olahan tersebut sebagai berikut :


(1)

Lampiran 17. Jenis Penjualan dan Biaya Pemasaran Pedagang Pengecer Jagung per Kg

Nomor Responden

Jenis Pembelian

Sumber Pembalian

Harga Beli (Rp/Kg)

Jenis Penjualan

Harga Jual (Rp)

Biaya Pengolahan

Transportasi (Rp/Kg)

Retribusi (Rp/Kg)

UBM (Rp/Kg)

Packing (Rp/Kg)

Profit (Rp/Kg)

Dijual Kepada

1 Jagung Bulat P. Besar 1.800 Tepung

Jagung 3.100 520 250 30 25 15 460 Konsumen

Jagung Bulat 2.500 250 30 25 15 380 Konsumen

2 Jagung Giling 2.500 Jagung Giling 2.900 150 30 25 15 180 Konsumen

Jagung Bulat UD Lancar 2.150 Jagung Bulat 2.500 150 30 25 15 130 Konsumen

Tepung Jagung 2.650 Jagung Tepung 3.100 150 30 25 15 230 Konsumen

3 Jagung Bulat P. Besar 1.800 Tepung

Jagung 3.100 520 250 30 25 15 460 Konsumen

1.800 Jagung Bulat 2.500 250 30 25 15 380 Konsumen

4 Ransum

Ternak Pokphan 3.500

Ransum

Ternak 3.800 120 30 25 15 110 Konsumen

Jumlah 4.500 23.500 1040 360 28,2 75 120 234


(2)

Lampiran 18. Jenis Penjualan dan Biaya Pemasaran Pabrik Pengolahan/Penggilingan Jagung per Kg

Nama Sumber Pembelian

Jenis Pembalian

Harga Beli (Rp/Kg)

Jenis Penjualan

Harga Jual (Rp/Kg)

Dijual Kepada

UBM (Rp/Kg)

Transportasi

(Rp/Kg) Pengolahan Rendemen

Biaya Tambahan

Packing (Rp/Kg)

Profit (Rp/Kg)

PT. Pokphan P. Besar Jagung Pipil 1.800 Ransum

Ternak 3.500 Pengecer 15 125 500 900 40 120

P. Besar Jagung Pipil 1.800 Tepung Jagung 2.650 Pengecer 25 130 370 125 20 180

UD. Lancar P. Besar Jagung Pipil 1.800 Jagung Giling 2.500 Pengecer 25 130 350 35 20 140

P. Besar Jagung Pipil 1.800 Jagung Bulat 2.150 Pengecer 25 130 20 175

Jumlah 7.200 10.800 90 515 1.220 160 900 100 615

Rataan 1.800 2.700 22,5 128,75 305 80 225 25 153,75

Keterangan:

1.

Biaya Pengolahan terdiri dari biaya tenaga kerja, bahan bakar yang digunakan, listrik dan pajak usaha yang dikeluarkan oleh PT.

Pokphan Charoen dan UD. Lancar per harinya dalam mengolah jagung menjadi ransum/pakan ternak, jagung tepung, jagung giling

dan jagung bulat.

2.

Biaya tambahan yang dikeluarkan oleh PT. Pokphan Charoen terdiri dari biaya penggunaan bahan lain sebagai tambahan jagung

menjadi ransum ternak. Bahan tambahan lain ini antara lain dedak 10%, bungkil kelapa 3%, kedele 21.5%, tepung ikan 10% dan


(3)

mineral 0.5%. Sedangkan UD. Lancar tidak mengeluarkan biaya tambahan karena jagung merupakan bahan utama pembuatan

jagung giling dan jagung tepung.


(4)

Lampiran 2. Data Agen Jagung di Kelurahan Tigabinanga

Nomor

Responden

Umur (Tahun)

Lama

Pendidikan

(Tahun)

Pengalaman

(Tahun)

Jumlah

Tanggungan

(Jiwa)

1

52

9

12

4

2

42

6

10

4

3

41

10

10

3

4

37

12

11

3

Total

172

37

43

14

Rataan

43

9,25

10,75

3,5

Lampiran 3. Data Pedagang Pengumpul Jagung di Kelurahan Tigabinanga

Nomor

Responden

Umur (Tahun)

Lama

Pendidikan

(Tahun)

Pengalaman

(Tahun)

Jumlah

Tanggungan

(Jiwa)

1

59

6

9

5

2

30

11

6

4

3

40

9

5

5

4

35

12

5

4

Total

236

38

42

18


(5)

Lampiran 4. Data Pedagang Besar Jagung di Kelurahan Tigabinanga

Nomor

Responden

Umur (Tahun)

Lama

Pendidikan

(Tahun)

Pengalaman

(Tahun)

Jumlah

Tanggungan

(Jiwa)

1

52

8

18

6

2

35

12

6

3

3

42

17

8

4

Total

129

37

32

13

Rataan

43

12,33

10,67

4,33

Lampiran 5. Data Pedagang Pengecer Jagung di Kelurahan Tigabinanga

Nomor

Responden

Umur (Tahun)

Lama

Pendidikan

(Tahun)

Pengalaman

(Tahun)

Jumlah

Tanggungan

(Jiwa)

1

49

9

12

4

2

33

12

6

3

3

44

9

8

4

4

35

12

6

2

Total

161

42

32

13


(6)

Lampiran 1. Karakteristik Petani Sampel Usahatani Jagung

Nomor

Sampel

Luas

Lahan

(Ha)

Sosial

Ekonomi

Tanam Per

thn Kali

Pendidikan

(Thn)

Umur (thn)

Pengalaman

Bertani

(Thn)

Jumlah

Tanggungan

(Orang)

1

2

6

32

7

2

2

2

2

12

40

10

4

2

3

1,5

6

59

15

3

2

4

2

6

50

13

5

2

5

1

9

40

8

4

2

6

1

6

45

7

2

2

7

2

12

46

10

3

2

8

2

9

56

20

5

2

9

1

9

49

11

2

2

10

2

6

51

20

2

2

11

2

6

55

15

3

2

12

1

12

57

13

5

2

13

2

12

35

7

1

2

14

1

12

30

5

2

2

15

2

9

58

20

6

2

16

2

9

51

10

2

2

17

1,5

12

56

18

5

2

18

2

12

54

10

3

2

19

1

6

49

15

4

2

20

1

9

35

7

2

2

21

2

6

50

20

4

2

22

1,5

12

42

10

3

2

23

2

12

45

15

4

2

24

1

12

52

20

5

2

25

1

9

41

15

2

2

26

2

6

50

17

4

2

27

1

12

30

5

3

2

28

2

9

55

20

4

2

29

1

12

32

10

5

2

30

2

9

50

13

6

2

31

1,5

12

45

6

3

2

Total

43

291

1440

392

108

62