Analisis Pengelolaan dan Tingkat Kepatuhan Petuga Memahami SOP (standar Operasional Prosedur) Terhadap Kualitas Linen Laundry di Rumah Sakit Umum Royal Prima Kota Medan Tahun 2016

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Rumah Sakit

2.1.1 Pengertian Rumah Sakit
Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif, yang menyediakan, pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat (Permenkes RI, 2008)
Rumah sakit sebagai sarana upaya perbaikan kesehatan yang melaksanakan
pelayanan kesehatan sekaligus sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan
penelitian, ternyata memiliki dampak posititf dan negatif terhadap lingkungan
sekitarnya. Rumah sakit dalam menyelenggarakan upaya pelayanan rawat jalan,
rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik, dan nonmedik
menggunakan teknologi yang dapat memengaruhi lingkungan di sekitarnya
(Adisasmito, 2007).
2.1.2 Jenis-jenis Rumah Sakit
Adapun jenis-jenis rumah sakit adalah sebagai berikut (Amalia, 2011):

1.

Rumah Sakit Umum
Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang melayani hampir seluruh

penyakit umum, dan biasanya memiliki institusi perawatan darurat yang siaga 24
jam (ruang gawat darurat) untuk mengatasi bahaya dalam waktu secepatnya dan
memberikan pertolongan pertama. Rumah Sakit Umum ini biasanya merupakan

7

7
Universitas Sumatera Utara

8

fasilitas yang mudah ditemui di suatu negara dengan kapasitas rawat inap sangat
besar untuk perawatan intensif ataupun jangka panjang. Rumah sakit jenis ini juga
dilengkapi dengan fasilitas bedah, bedah plastik, ruang bersalin, laboratorium, dan
fasilitas lainnya. Tetapi kelengkapan fasilitas ini bisa saja bervariasi sesuai

kemampuan penyelenggaraanya.
Menurut SK Menkes RI Nomor 983/Menkes/SK/XI/1992 tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit Umum, fungsi Rumah Sakit Umum adalah sebagai
berikut :

2.

a.

Menyelenggarakan pelayanan medik

b.

Menyelenggarakan pelayan penunjang medis dan non medis

c.

Menyelenggarakan pelayanan asuhan keperawatan

d.


Menyelenggarakan pelayanan rujukan

e.

Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan

f.

Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan

g.

Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan

Rumah Sakit Terspesialisasi
Rumah sakit jenis ini mencangkup trauma center, rumah sakit anak, rumah

sakit manula, atau rumah sakit yang melayani kepentingan khusus seperti
psychiatric (pyschiatric hospital), penyakit pernapasan, dan lain-lain. Rumah sakit

terspesialisasi ini bisa berdiri atas gabungan ataupun hanya satu bangunan.
Kebanyakan mempunyai afiliasi dengan universitas atau pusat riset medis tertentu

Universitas Sumatera Utara

9

3.

Rumah Sakit Penelitian/ Pendidikan
Rumah sakit penelitian/ pendidikan adalah rumah sakit umum yang terkait

dengan kegiatan penelitian dan pendidikan di fakultas kedokteran pada suatu
universitas/ lembaga pendidikan tinggi. Biasanya rumah sakit ini dipakai untuk
pelatihan dokter-dokter muda, uji coba berbagai macam obat baru atau teknik
pengobatan baru. Rumah sakit ini diselenggarakan oleh pihak universitas/
perguruan tinggi sebagai salah satu wujud pengabdian masyarakat/ Tri Dharma
perguruan tinggi.
4.


Rumah Sakit Lembaga/ Perusahaan
Rumah Sakit Lembaga/ Perusahaan merupakan rumah sakit yang didirikan

oleh suatu lembaga/ perusahaan untuk melayani pasien-pasien yang merupakan
anggota lembaga tersebut/ karyawan perusahaan tersebut. Alasan pendirian rumah
sakit ini bisa karena penyakit yang berkaitan dengan kegiatan lembaga tersebut
misalnya rumah sakit miiter, lapangan udara), bentuk jaminan sosial/ pengobatan
gratis bagi karyawan, atau karena letak/ lokasi perusahaan yang terpencil/ jauh
dari rumah sakit umum. Biasanya rumah sakit lembaga/ perusahaan di Indonesia
juga menerima pasien umum dan menyediakan ruang gawat darurat untuk
masyarakat umum.
2.1.3 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang rumah sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yaitu kegiatan pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,

Universitas Sumatera Utara

10


mencegah dan menyembuhkan penyakit, dan memulihkan kesehatan. Untuk
menjalankan tugas sebagaimana Rumah Sakit mempunyai fungsi :
a.

Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.

b.

Pemeliharaan dan peningkata kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis
yaitu upaya kesehatan perorangan tingkat lanjut dengan mendayagunakan
pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik.

c.

Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.


d.

Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
kesehatan

dalam

rangka

peningkatan

pelayanan

kesehatan

dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
2.1.4 Tipe-tipe Rumah Sakit
Dari fungsi dan tugas rumah sakit yang telah disebutkan diatas, terjadilah

penggolongan tipe rumah sakit berdasarkan kemampuan rumah sakit tersebut
memberikan pelayanan medis kepada pasien. Ada 5 tipe rumah sakit di Indonesia,
yaitu rumah sakit tipe A, B, C, D, E.
1.

Rumah Sakit Tipe A
Adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis
dan subspesialis luas oleh pemerintah ditetapkan sebagai rujukan tertinggi
(Top Referral Hospital) atau disebut pula sebagai rumah sakit pusat.

Universitas Sumatera Utara

11

2.

Rumah Sakit Tipe B
Adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis
dan subspesialis terbatas. Rumah sakit ini didirikan disetiap ibukota propinsi
yang menampung pelayanan rujukan di rumah sakit kabupaten.


3.

Rumah Sakit Tipe C
Adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis
terbatas. Rumah sakit ini didirikan disetiap ibukota kabupaten (Regency
Hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari puskesmas.

4.

Rumah Sakit Tipe D
Adalah rumah sakit yang bersifat transisi dengan kemampuan hanya
memberikan pelayanan kedokteran umum dan gigi. Rumah sakit ini
menampung rujukan yang berasal dari puskesmas.

5.

Rumah Sakit Tipe E
Adalah rumah sakit khusus (spesial hospital) yang menyelenggarakan hanya
satu macam pelayan kesehatan kedokteran saja. saat ini banyak rumah sakit

kelas ini ditemukan misal, rumah sakit kusta, paru, jantung, kanker, ibu dan
anak.

2.2

Laundry Rumah Sakit
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit adalah

melalui pelayanan penunjang non medik, khususnya dalam pengelolaan linen di
rumah sakit (Depkes RI 2004).
Laundry rumah sakit adalah tempat penyucian linen yang dilengkapi dengan
sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan bahan desinfektan, mesin uap,

Universitas Sumatera Utara

12

pengering, meja dan meja setrika. Unit laundry merupakan unit yang melakukan
pengolahan linen rumah sakit, khususnya linen yang merupakan kelengkapan
tempat tidur pasien rawat inap (Jumadewi, 2014).

2.3

Linen
Linen adalah bahan/alat yang terbuat dari kain tenun. Menurut bidang

laundry ada linen kotor infeksius dan linen kotor non infeksius. (Djojodibroto,
1997).
Linen operasi (baju, celana, jas, macam-macam laken, topi, masker, doek,
sarung kaki, sarung meja, alas meja instrumen,mitela, barak schort).
Ada bermacam – macam jenis linen yang digunakan di rumah sakit. Jenis linen
yang dimaksud antara lain:
1. Sprei laken
2. Perlak
3. Sarung bantal
4. Sarung guling
5. Selimut
6. Alas kasur
7. Bed cover
8. Tirai/ gorden
9. Kelambu
10. Taplak
11. Baju pasien
12. Handuk

Universitas Sumatera Utara

13

2.3.1 Linen Bersih (clean linen)
Menurut Peninsula Comunity Health (2012) linen bersih (clean linen)
adalah linen yang tidak digunakan sejak terakhir di laundry.
2.3.2 Linen Kotor non Infeksius
Linen kotor yang sudah digunakan baik terkena darah ataupun cairan tubuh
lain; dan semua linen yang digunakan oleh pasien yang terkena infeksi (baik
kotor/ternoda ataupun tidak) (Pennisula Community Health, 2012). Ada
penjelasan lain menurut Laundry Management Policy (2013) linen kotor non
infeksius adalah linen yang sudah digunakan tetapi tetap kering.
2.3.3 Linen Kotor Infeksius
Adalah linen yang terkontaminasi dengan darah/ cairan tubuh yang masih
basah atau linen yang sudah digunakan oleh pasien dari sumber isolasi (Laundry
Management Policy, 2013). Menurut Depkes RI (2004) linen kotor terinfeksi
adalah linen yang terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh dan feses terutama
yang berasal dari Infeksi TB Paru, infeksi Salmonella dan Shigella (sekresi dan
eksresi), HBV dan HIV (jika terdapat noda darah) dan infeksi lainnya yang
spesifik (SARS).
2.4

Peran dan Fungsi Pengelolaan Linen
Peran pengelolaan manajemen linen di rumah sakit cukup penting. Diawali

dari perencanaan, salah satu subsistem pengelolaan linen adalah proses pencucian.
Alur aktivitas fungsional dimulai dari linen kotor, penimbangan, pemilahan,
proses pencucian, pemerasan, pengeringan, sortir noda, penyetrikaan, sortir linen
rusak, pelipatan, merapikan mengepak, atau mengemas, menyimpan, dan

Universitas Sumatera Utara

14

mendistribusikan ke unit-unit

yang membutuhkannya, sedangkan linen yang

rusak dikirim kekamar jahit (Depkes RI, 2004).
Untuk melaksanakan aktivitas tersesebut dengan lancar dan baik, maka
diperlukan alur yang terencana dengan baik, peran sentral lainnya adalah
perencanaan, pengadaan, pemusnahan, kontrol dan pemeliharaan fasilitas
kesehatan, dan lain-lain, sehingga linen dapat tersedia di unit-unit yang
membutuhkan.
2.5

Pengelolaan Linen

2.5.1 Struktur Organisasi
Pengelolaan linen di rumah sakit merupakan tanggung jawab dari penunjang
medik. Saat ini struktur pengelolaan linen sangat beragam. Pada umumnya
diserahkan pada bagian rumah tangga atau bagian pencucian dan strelisasi bagian
sanitasi, bahkan pencucian linen dapat dikontrakan pada pihak ketiga (di luar
rumah sakit) atau yang kita kenal dengan metode out sourching. Hal ini
berdasarkan pemikiran bahwa :
a.

Beban kerja berbeda di setiap rumah sakit

b.

Adanya keterbatasan lahan di rumah sakit

c.

Adanya keterbatasan tenaga kesehatan

d.

Manajemen perlu berkonsentrasipada core bisnis yaitu jasa layanan kesehatan
yang artinya adalah perawatan dan pengobatan
Kewenangan pengaturan dan struktur organisasi unit pengelolaan linen

laundry diserahkan sepenuhnya kepada direktur rumah sakit, disesuaikan dengan
kondisi rumah sakit masing-masing (Depkes RI, 2004).

Universitas Sumatera Utara

15

2.5.2 Tata Laksana Pengelolaan
Dalam Buku Pedoman Manajemen Linen Rumah Sakit, Direktorat Jendral
Pelayanan Medik, Depkes RI (2004), tata laksana dalam pengelolaan linen terdiri
dari :Perencanaan, Penerimaan linen kotor, Penimbangan, Pensortiran/ pemilahan,
Proses pencucian, Pemerasan, Pengeringan, Sortir noda, Penyetrikaan, Sortir linen
rusak, Pelipatan, Merapikan, pengepakan,/ pengemasan, Penyimpanan, Distribusi,
Perawatan kualitas linen, Pencatatan dan pelaporan
2.6

Manajemen Lingkungan Rumah Sakit
Manajemen lingkungan rumah sakit merupakan management yang tidak

statis tetapi sesuatu yang dinamis sehingga diperlukan adaptasi atau penyesuaian
bila terjadi perubahan di rumah sakit yang mencakup sumber daya, proses dan
kegiatan rumah sakit, misalnya perubahan perundang-undangan dan pengetahuan
yang disebabkan oleh perkembangan teknologi (Adisasmito, 2009).
Rumah sakit agar dapat memenuhi kebijakan lingkungan, maka perlu
membuat tujuan manajemen lingkungan. Tujuan harus mencakup aspek
lingkungan yang diindentifikasi, dampak yang terkait maupun penilaian awal.
Dalam menentukan tujuan dan sasaran lingkungan perlu diperhatikan beberapa
hal, yaitu kesesuaian dengan kebijakan lingkungan, hubungan dengan aspek dan
dampak yang telah diidentifikasi dan peran serta karyawan untuk memenuhinya
(Adisasmito,2009).

Universitas Sumatera Utara

16

Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan alat-alat sarana
(tools). Tools merupakan syarat suatu usaha untuk mencapai hasil yang
ditetapkan. Tools tersebut dikenal 5M, yaitu man, money, machines, method, dan
makets (Tjokroamidjojo,2009).
2.6.1 Man (SDM)
Proses pengelolaan kain linen laundry diawali dengan petugas linen
laundry mengambil kain linen yang kotor non infeksius dan linen yang infeksius
disetiap ruangan seperti di perkantoran / administrasi, poliklinik/rawat jalan, unit
gawat darurat, ruang rawat inap, unir khusus (intensive care unit, neonatal
intensive care unit, ruang isolasi), dan kamar operasi.
Menurut KepMenKes 1204/Menkes/SK/X/2004 petugas pengelola sampah
harus menggunakan alat pelindung diri yang terdiri dari :
1.

Topi /helm

2.

Masker

3.

Pelindung mata

4.

Pakaian panjang

5.

Apron

6.

Pelidung kaki /sepatu boot

7.

Sarung tangan
Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan.

Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk
mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya
manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya

Universitas Sumatera Utara

17

orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan. Manajemen tidak lepas
dari SDM (Sumber Daya Manusia), koordinasi antar manusia yang dikendalikan
untuk mencapai tujuan merupakan proses manajemen yang meliputi 5 (lima)
elemen dasar sumber daya manusia :
1. Kegiatan sumber daya untuk mencapai tujuan
2. Proses dilakukan secara rasional
3. Melalui manusia lain
4. Menggunakan metode dan teknik tertentu dalam lingkungan organisasi
tertentu.
Prinsip-prinsip umum manajemen yang berkaitan dengan sumber daya
manusia adalah sebagai berikut:
1. Adanya pembagian kerja, kualitas anggota perlu diperhatikan baik fisik,
mental, pendidikan, pengalaman, keimanan, dan ketaqwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
2. Disiplin merupakan ketaatan, kepatuhan untuk mengikuti aturan yang
menjadi tanggung jawabnya.
3. Kewenangan dan tanggung jawab setiap pekerja untuk melaksanakan
pekerjaanya sesuai pembagian tugas yang diberikan kepadanya.
4. Penggajian karyawan sangat menentukan dalam kelancaran tugas.
5. Mekanisme kerja dalam organisasi sehingga anggota tahu siapa yang
menjadi atasan dan bertanggung jawab kepada siapa dan sebaliknya.

Universitas Sumatera Utara

18

6. Inovasi, pengembangan inisiatif dari pekerja agar berkembang kearah
perubahan kemajuan.
Hubungan manajemen dengan sumber daya manusia merupakan proses
usaha pencapaian tujuan melalui kerjasama dengan orang lain untuk mencapai
tujuan (Marsum dkk,2009).
2.6.2 Money (Pembiayaan)
Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang
merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat
diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu, uang
merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu
harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa
uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang
dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu
organisasi (Hapsari,2010).
2.6.3 Machines (Sarana dan Prasarana)
2.6.3.1 Sarana
Sarana fisik untuk instalasi pencucian mempunyai persyaratan tersendiri,
terutama

untuk

pemasangan

peralatan

pencucian

yang

baru.

Sebelum

pemasangan, data lengkap SPA (sarana, prasarana, alat) diperlukan untuk
memudahkan koordinasi dan jejaring selama pengoperasiannya. Tata letak dan
hubungan antar ruangan memerlukan perencanaan teknik yang matang,

Universitas Sumatera Utara

19

untuk memudahkan penginstalan termasuk instalan listrik, uap, air panas, dan
penunjang lainnya, misalnya mendekatkan power house dengan steam boiler dan
penunjang lainnya.
2.6.3.2 Prasarana
1.

Prasarana Listrik
Sebagian besar peralatan pencucian menggunakan daya listrik. Kabel yang

diperlukan untuk instalasi listrik sebagai penyalur daya digunakan kabel dengan
jenis NYY untuk instalasi dalam gedung, dan jenis NYFGBY untuk instalasi luar
gedung pada kabel Feeder antara panel induk utama sampai panel Gedung
Instalasi Pencucian. Adapun tenaga listrik yang digunakan di Instalasi Pencucian
terbagi menjadi dua bagian antara lain :
a.

Instalasi penerangan

b.

Instalasi tenaga
Daya instalasi pencucian cukup besar terutama untuk mesin cuci, mesin

pemeras, mesin pengering, dan alat setrika.
2.

Prasarana Air
Prasarana air untuk instalasi pencucian memerlukan sedikitnya 40% dari

kebutuhan air di rumah sakit atau diperkirakan 200 liter per tempat tidur per hari.
Kebutuhan air untuk proses pencucian dengan kualitas air bersih sesuai standar
air. Reservoir dan pompa perlu disiapkan untuk menjaga tekana air 2kg/cm2.
Air yang digunakan untuk mencuci mempunyai standar air bersih
berdasarkan PerMenKes No.416 tahun 1992 dan standar khusus bahan kimia
dengan penekanan tidak adanya :

Universitas Sumatera Utara

20

a.

Hardness – garam (calcium, carbonate dan chloride) standar baku mutu : 090 ppm
Garam akan mengubah warna linen putih menjadi ke abu-abuan dan linen
warna akan cepat pudar. Mesin cuci akan berkerak (scale forming) sehingga
akan menyumbat saluran-saluran air dan mesin.

b.

Iron – Fe (besi) Standar baku mutu : 0 – 0,1 ppm
Linen putih akan menjadi kekuning-kuningan (yellowing) dan linen warna
akan cepat pudar. Mesin cuci akan berkarat.
Kedua polutan tersebut (hardness dan besi) mempunyai sifat alkali,

sehingga linen yang rusak akibat kedua kotoran tersebut harus dilakukan
penetralan pH.
3.

Prasarana Uap
Prasarana uap pada instalasi pencucian digunakan pada proses pencucian,

pengeringan dan setrika, yakni penggunaan uap panas dengan tekanan uap
minimum 5 kg/cm2. Kualitas uap yang baik adalah dengan fraksi kekeringan
minimum 70% (pada skala 0-100%) dan temperatur ideal 70oC
4.

Peralatan dan Bahan Pencuci
Peralatan pada instalasi pencucian menggunakan bahan pencuci kimiawi

dengan komposisi dan kadar tertentu, agar tidak merusak bahan yang dicuci/
linen, mesin pencuci, kulit petugas yang melaksanakan dan limbah buangannya
tidak merusak lingkungan.

Universitas Sumatera Utara

21

a.

Peralatan pada instalasi pencuci antara lain :
1. Mesin cuci/ Washing machine
2. Mesin peras/ Washing extractor
3. Mesin pengering/ Drying tumbler
4. Mesin penyetrika/ Flatwork ironer
5. Mesin penyetrika pres/ Presser ironer

b.

Produk bahan kimia
Proses kimiawi akan berfungsi dengan baik apabila 3 faktor diatas

bereaksi dengan baik. Menggunakan bahan kimia berlebihan tidak akan membuat
hasil menjadi lebih baik, begitu pula apabila kekurangan.
Bahan kimia yang dipakai secara umum terdiri dari :
1.

Alkali
Mempunyai peran meningkatkan fungsi atau peran deterjen dan emulsifier
serta membuka pori linen

2.

Detergen = sabun pencuci
Mempunyai peran menghilangkan kotoran yang bersifat asam secara global

3.

Emulsifier
Mempunyai peran untuk mengemulsi kotoran yang berbentu minyak dan
lemak.

4.

Bleach = pemutih
Mengangkat kotoran/ noda, mencemerlangkan linen, dan bertindak sebagai
desinfektan, baik pada linen yang berwarna (ozone) dan yang putih (chlorine)

Universitas Sumatera Utara

22

5.

Sout/ penetral
Menetralkan sisa dari bahan kimia pemutih sehingga pH-nya menjadi 7 atau
netral.

6.

Softener
Melembutkan linen. Digunakan pada proses akhir pencucian

7.

Starch/ kanji
Digunakan pada proses akhir pencucian untuk membuat linen menjadi kaku,
juga sebagai pelindung linen terhadap noda sehingga noda tidak sampai ke
serat.

5.

Pemeliharaan Ringan Peralatan
Alat cuci pada instalasi pencucian laundry rumah sakit dijalankan oleh

para operator alat, dengan demikian para operator alat harus memelihara
peralatannya. Berbagai kelainan pada saat pengoperasiannya, misalnya kelainan
bunyi pada alat dapat segera dikenalai oleh para operator. Pemeliharaan ringan
peralatan pencucian terdiri dari :
1.

Pembersihan peralatan sebelum dan sesudah pemakaian, dilakukan setiap
hari.

2.

Pemeriksaan bagian-bagian yang bergerak, dilakukan pemeriksaan satu bulan
sekali yaitu pada bearing, engsel pintu alat atau roda yang berputar

3.

Pemeriksaan V-belt dilakukan setiap satu bulan, yakni secara visual dengan
melihat keretakan lempeng v-belt, dan dengan perabaan untuk menilai
kehalusan v-belt dan ketegangannya (kelenturan).

4.

Pemeriksaan pipa uap panas (steam) dilakukan setiap akan dimulai
menjalankan alat pencucian.

Universitas Sumatera Utara

23

2.6.4 Methods (Metode)
Dalam pelaksanaan kerja diperlukan metode-metode kerja. Suatu tata cara
kerja yang baik akan memperlancar jalannya pekerjaan. Sebuah metode dapat
dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan
memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitasfasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha.
Perlu diingat meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya
tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan
memuaskan. Dengan demikian, peran utama dalam manajeman tetap manusianya
sendiri (Marsum dkk,2007)
2.6.5 Market (Pasar)
Memasarkan kualitas pelayanan, kinerja kerja kemasyarakat luas sangat
penting. Sebab bila pemasaran tidak berjalan dengan baik maka akan berdampak
pada banyak tidaknya masyarakat yang menggunakan jasa dari rumah sakit
tersebut. Oleh sebab itu mempromosikan merupakan faktor yang menentukan
keberhasilah dalam suatu produk yang dihasilkan.
2.7
1.

Fasilitas ruangan
Ruang penerimaan linen
Ruangan ini memuat :
a. Tempat menerima linen yang terinfeksi dan tidak terinfeksi. Linen yang
diterima harus sudah terpisah, kantung warna kuning untuk yang
terinfeksi dan kantung warna putih untuk yang tidak terinfeksi.

Universitas Sumatera Utara

24

b. Timbangan duduk
c. Ruang cukup untuk troli pembawa linen kotor untuk dilakukan
desinfektan sesuai Standar Sanitasi Rumah Sakit.
d. Sirkulasi udara perlu diperhatikan dengan memasang fan atau exhaust
fan dan penerangan minimal kategori pencahayaan D= 100-200 lux.
Sesuai pedoman pencahayaan rumah sakit.
2.

Ruang pemisahan linen
Ruang ini memuat meja panjang untuk mensortir jenis linen yang tidak
terinfeksi. Sirkulasi udara perlu diperhatikan dengan memasang fan dan
penerangan minimal kategori pencahayaan D= 200-500 lux sesuai pedoman
pencahayaan rumah sakit, lantai dalam ruangan ini tidak boleh dari bahan
licin.

3.

Ruang pencucian dan pengeringan linen
Ruang ini memuat :
a.

Mesin cuci

b.

Mesin pengering
Bagi rumah sakit yang belum memiliki mesin pencuci harus disiapkan :
1) Bak pencuci yang terbagi tiga yaitu bak perendam non infeksius,
bak infeksius dengan desinfektan, dan bak untuk pembilas
2) Disiapkan instalasi air bersih dengan drainasenya
3) Lantai dalam ruangan ini tidak dibuat dari bahan yang licin dan
diperhatikan kemiringannya.

Universitas Sumatera Utara

25

4.

Ruang penyetrikaan linen
Ruang ini memuat :
a.

Penyetrikaan linen menggunakan Flatwork Ironers, pressing ironer
yang membutuhkan tenaga listrik sekitar 3,8 Kva- 4 Kva per alat atau
jenis yang menggunakan uap dari boiler dengan tekanan kerja sekitar 5
kg/cm2 dan tenaga listrik sekitar 1 kva per unit alat.

b.

Alat setrika biasa yang menggunakan listrik sekitar 200 va per alat

c.

Sirkulasi udara perlu diperhatikan dengan memasang fan dan exhaust
fan untuk penerangan minimal kategori pencahayaan D=200-500 lux
sesuai pedoman pencahayaan rumah sakit.

5.

Ruang penyimpanan linen
Ruang ini memuat :
a.

Lemari dan rak untuk menyimpan linen

b.

Meja adminitrasi

Ruang ini bebas dari debu dan pintu selalu tertutup.
Sirkulasi udara dipertahankan tetap baik dengan memasang fan/exhaust fan.
Dan penerangan minimal kategori pencahayaan D= 200-500 Lux sesuai
pedoman pencahayaan rumah sakit, suhu 22-27oC dan kelembapan 45-75%
RH.
6.

Ruang distribusi linen
Ruang ini memuat :
a.

Meja panjang untuk penyerahan linen bersih kepada pengguna.

Sirkulasi udara perlu diperhatikan dengan memasang fan dan penerangan
minimal kategori pencahayaan C= 100-200 Lux sesuai pedoman pencahayaan
rumah sakit.

Universitas Sumatera Utara

26

2.8

Standar Operasional Prosedur (SOP)
Menurut Depkes RI (1995), standar operasional prosedur (SOP) adalah

suatu prosedur tetap yang merupakan tata atau tahapan yang harus dilalui dalam
suatu proses kerja tertentu yang dapat diterima oleh seseorang yang berwenang
atau yang bertanggung jawab untuk mempertahankan kondisi tersebut tertentu
sehingga suatu kegiatan dapat selesai secara efektif dan efisien. Adapun tujuan
SOP antara lain:
1.

Agar petugas menjaga konsitensi dantingkat kinerja petugas atau tim
dalam organisasi atau unit.

2. Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam
organisasi.
3. Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas
terkait.
4. Melindungi organisasi dan staff dari kesalahan yang mungkin akan terjadi.
Untuk menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan, dalam menjalankan
tugas.
Menurut

Kepmenkes

1204/Menkes/SK/X/2004

standar

operasional

prosedur (SOP) Linen di Instalasi Laundry terdiri dari:
1. Pengumpulan, dilakukan :
a. Pemilahan antara linen infeksius dan non-infeksius dimulai dari
sumber dan memasukan linen ke dalam kantong plastik sesuai
jenisnya dan diberi label.
b. Menghitung dan mencatat linen diruangan.

Universitas Sumatera Utara

27

2. Penerimaan
a. Mencatat linen yang diterima dan telah terpisah antara infeksius dan
non-infeksius
b. Linen dipilah berdasarkan tingkat kekotorannya.
c. Menimbang berat linen untuk menyesuaikan dengan kapasitas mesin
cuci dan kebutuhan deterjen dan desinfektan.
d. Membersihkan linen kotor dan tinja, darah, urin, dan muntahan
kemudian merendamnya menggunakan desinfektan.
e. Mencuci dikelompokan berdasarkan tingkat kekotorannya.
3. Pencucian
a. Membersihkan linen kotor dari tinja, urin, darah, dan muntahan
kemudian merendamnya dengan menggunakan desinfektan.
b. Mencuci diklompokkan berdasarkan tingkat kekotoranya.
4.

Pengeringan

5. Penyetrikaan
a. Biasa dilakukan secara manual. Dengan menyemprotkan pewangi dan
pelicin, mesin pelipat otomatis juga tersedia untuk sprei dan handuk
baik skala kecil sampai skala besar.
6. Penyimpanan
a.

Linen harus dipisah sesuai jenisnya

b.

Linen baru yang diterima ditempatkan dilemari gudang penyimpanan

c.

Pintu lemari selalu di tutup

Universitas Sumatera Utara

28

7. Distribusi dilakukan berdasarkan kartu tanda terima dari petugas penerima,
kemudian petugas menyerahkan linen bersih kepada petugas ruangan sesuai
kartu tanda terima.
8. Pengangkutan
a. Kantong untuk membungkus linen bersih harus dibedakan dengan
kantong yang digunakan untuk membungkus linen kotor
b. Menggunakan kereta dorong yang berbeda dan tertutup antara linen
kotor dan linen bersih. Kereta dorong harus dicuci dengan desinfektan
setelah digunakan mengangkut linen kotor.
c. Rumah

sakit

yang

tidak

mempunyai

laundry

tersendiri,

pengangkutannya dari dan ke tempat laundry harus menggunakan
mobil khusus.
Petugas yang bekerja dalam pengelolaan laundry linen harus menggunakan
pakaian kerja khusus, alat pelindung diri seperti masker dan sarung tangan, dan
dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala, serta dianjurkan memperoleh
imunisasi hepatitis B.
2.8.1 Standar operasional prosedur (SOP) pencucian Linen Infeksius RS
Royal Prima
1. Pengumpulan
a. Pemilahan linen infeksius dengan menempatkan linen infeksius ke
dalam kantong plastik kuning.
b. Pencatatan jumlah linen.

Universitas Sumatera Utara

29

2. Penimbangan
a. Pencatatan linen yang diterima.
b. Penimbangan linen untuk menyesuaikan dengan kapasitas mesin cuci :
-

Ukuran besar diatas 100 kg.

-

Ukuran sedang dan kecil 25-100 kg.

3. Pencucian
a. Linen dimasukkan keember khusus yang berisi brodklin dan herviklir
dengan air panas selama 1 hari.
b. Melakukan pemanasan-desinfeksi selama 5 menit pada mesin cuci
sebelum melakukan proses pencucian.
c. Melakukan

penambahan

deterjen,alkali,

bleach,

untuk

proses

pencucian selama 20 menit.
d. Melakukan pembilasan sebanyak 2 kali.
e. Menambah softener pada bilasan terakhir.
4. Pengeringan
a. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan mesin pengering/drying
yang mempunyai suhu 70UUC selama 10 menit.
5. Penyetrikaan
a. Suhu mesin setrika disetel antara 70-80UUC.
6. Penyimpanan
a. Pemisahan linen berdasarkan jenisnya.
b. Linen baru yang diterima ditempatkan pada bagian bawah.
c. Pintu lemari selalu ditutup.

Universitas Sumatera Utara

30

7. Distribusi
a. Dilakukan berdasarkan kartu tanda terima dari petugas penerima,
kemudian petugas menyerahkan linen bersih kepada petugas ruangan
sesuai kartu tanda terima.
8. Pengangkutan
a. Perlindungan khusus berupa kantong untuk membungkus linen bersih
harus dibedakan dengan linen kotor.
b. Waktu pengankutan linen bersih dan kotor tidak pada waktu
bersamaan.
c. Alat angkut linen bersih dan linen kotor berbeda dan tertutup
d. Pemberian desinfektan pada kereta dorong setelah mengangkut linen
kotor.
2.8.2 Standar operasional prosedur (SOP) Linen non infeksius di Instalasi
Linen Laundry RS Royal Prima.
1. Pengumpulan
a. Pemilahan linen

infeksius dengan menempatkan linen

infeksius ke dalam kantong plastik kuning.
b. Pencatatan jumlah linen.
2. Penimbangan
a. Pencatatan linen yang diterima.
b. Penimbangan linen untuk menyesuaikan dengan kapasitas
mesin cuci :

Universitas Sumatera Utara

31

-

Ukuran besar diatas 100 kg.

-

Ukuran sedang dan kecil 25-100 kg.
3. Pencucian
a. Melakukan pemanasan-desinfeksi selama 5 menit pada mesin
cuci sebelum melakukan proses pencucian.
b. Melakukan penambahan deterjen,alkali, bleach, untuk proses
pencucian selama 20 menit.
c. Melakukan pembilasan sebanyak 2 kali.
d. Menambah softener pada bilasan terakhir.
4. Pengeringan
a. Pengeringan

dilakukan

dengan

menggunakan

mesin

pengering/drying yang mempunyai suhu 70UUC selama 10
menit.
5. Penyetrikaan
a. Suhu mesin setrika disetel antara 70-80UUC.
6. Penyimpanan
a. Pemisahan linen berdasarkan jenisnya.
b. Linen baru yang diterima ditempatkan pada bagian bawah.
c. Pintu lemari selalu ditutup.
7. Distribusi
a. Dilakukan berdasarkan kartu tanda terima dari petugas
penerima, kemudian petugas menyerahkan linen bersih kepada
petugas ruangan sesuai kartu tanda terima.

Universitas Sumatera Utara

32

8. Pengangkutan
a. Perlindungan khusus berupa kantong untuk membungkus linen
bersih harus dibedakan dengan linen kotor.
b. Waktu pengankutan linen bersih dan kotor tidak pada waktu
bersamaan.
c. Alat angkut linen bersih dan linen kotor berbeda dan tertutup
d. Pemberian desinfektan pada kereta dorong setelah mengangkut
linen kotor.
2.9

Kepatuhan prosedur kerja
Menurut Adiwimarta, Maulana dan Suratman (2005) dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia, kepatuhan didefenisikan sebagai kesetiaan, ketaatan, atau
loyalitas. Kepatuhan yang dimaksud disini adalah ketaatan dalam pelaksanaan
prosedur tetap yang telah dibuat. Menurut Smet (1999), kepatuhan adalah tingkat
seseorang melaksanakan suatu cara atau berprilaku sesuai dengan apa yang
disarankan atau dibebankan kepadanya. Dalam hal ini kepatuhan pelaksanaan
prosedur tetap adalah untuk selalu memenuhi petunjuk dan peraturan-peraturan
ditempat bekerja. Kepatuhan merupakan modal dasar seseorang berprilaku.
Menurut Kelman (2003) dijelaskan bahwa perubahan sikap dan prilaku
individu diawali proses patuh, Pada awalnya individu mematuhi intruksi/anjuran
tanpa kerelaan untuk melakukan tindakan tersebut dan seringkali karena ingin
menghindari hukuman/sanksi jika dia tidak patuh atau untuk memproleh imbalan
yang dijanjikan jika dia mematuhi anjuran tersebut. Tahap ini disebut tahap
kepatuhan (compliance). Biasanya perubahan yang terjadi pada tahap ini sifatnya

Universitas Sumatera Utara

33

sementara, artinya bahwa tindakan itu dilakukan selama masih ada pengawasan.
Tetapi begitu pengawasan itu mengandur/hilang, prilaku itupun ditiinggalkan.
Kepatuhan individu yang berdasarkan rasa terpaksa atau ketidak pahama tentang
pentingnya prilaku yang baru, dapat disusul dengan kepatuhan yang berbeda
jenisnya, yaitu kepatuhan demi menjaga hubungan baik dengan tokoh yang
menganjurkan perubahan tersebut.
Perubahan prilaku individu baru dapat menjadi optimal jika perubahan
tersebut terjadi melalui proses internalisasi dimana prilaku yang baru itu dianggap
bernilai positif bagi diri individu itu sendiri dan digaabung dengan nilai-nilai lain
dari hidupnya.

Universitas Sumatera Utara

34

2.10 KERANGKA KONSEP

OUTPUT

PROSES

Memenuhi
Kepmenkes

INPUT
Standart operasional
prosedure
(SOP)laundry :

1. Man (SDM)

1. Kepmenkes
1204/Menkes/SK
/X/2004

2. Money
(Pembiayaan)

1204/Menkes/SK/X/
2004

sehingga

kualitas linen tidak
bernoda dan harum.

3. Machines (Sarana
dan Prasarana)

1.

4. Methods
(Metode)





Petugas Pencucian Linen
Koordinator Laundry
Kepala Bagian Penunjang
Medis

Tidak
Memenuhi
Kepmenkes
1204/Menkes/S
K/X/2004
sehingga
kualitas linen
bernoda, dan
bau.

Universitas Sumatera Utara