Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen dengan good corporate governance sebagai variabel intervening pada perusahaan jasa di bursa efek Indonesia Chapter III VI
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep
Dalam penelitian ini kerangka konsep dapat digambarkan sebagai berikut :
Liquidity Ratio
(x1)
Leverage
(x2)
Profitabilitas
(x3)
Good Corporate
Governance
(Y1)
Kebijakan
Dividen
(Y2)
Asset Growth
(x4)
Return On Equity
(X5)
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Kebijakan dividen dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya liquidity
ratio, leverage, profitabilitas, asset growth, dan return on equity. Dalam hal ini
peneliti menggunakan kebijakan dividen sebagai variabel dependen dan meneliti
apakah liquidity ratio, leverage, profitabilitas, asset growth, return on equity dan
good corporate governace dapat berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
24
Universitas Sumatera Utara
Dan apakah good corporate governance dapat mempengaruhi hubungan
antara liquidity ratio, leverage, profitabilitas, asset growth dan return on equity
dengan kebijakan dividen menjadi hubungan tidak langsung.
Liquidity ratio adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Liquidity ratio yang digunakan adalah
current ratio. Current ratio menunjukkan sejauh mana akitva lancar menutupi
kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan
kewajiban lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban
jangka pendeknya. Penelitian Kurniawan (2012) menemukan bahwa current ratio
mempengaruhi kebijakan dividen.
Leverage adalah penggunaan aset dan sumber dana oleh perusahaan yang
memiliki biaya tetap dengan tujuan agar meningkatkan keuntungan potensial
pemegang saham. Leverage merupakan penggunaan sumber-sumber pembiayaan
perusahaan, baik yang merupakan sumber pembiayaan jangka pendek maupun
sumber pembiayaan jangka panjang akan menimbulkan suatu efek. Dengan
demikian diharapkan bahwa perusahaan yang menggunakan aset dan sumber dana
dengan bertujuan meningkatkan keuntungan diharapkan dapat mempengaruhi
kebijakan dividen untuk membagikan dividen kepada para pemegang saham.
Profitabilitas bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba, sehingga hasil profitabilitas bisa menjadi tolak ukur atau
gambaran tentang efektivitas dalam kinerja manajemen ditinjau dari keuntungan
yang diperoleh dibandingkan dengan hasil penjualan dan investasi perusahaan.
Profitabilitas merupakan hasil bersih dari sejumlah kebijakan dan keputusan
25
Universitas Sumatera Utara
perusahaan. Dengan demikian, profitabilitas dapat mempengaruhi kebijakan
dividen karena profitabilitas menjadi tolak ukur dalam menentukan kebijakan
dividen.
Asset growth digunakan untuk melihat tingkat pertumbuhan total aset
perusahaan dari tahun ke tahun. Peningkatan total aset perusahaan merupakan hal
yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan. Semakin cepat
tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, maka semakin besar kebutuhan dana yang
diperlukan untuk membiayai pertumbuhan tersebut. Semakin besar kebutuhan
dana
untuk masa mendatang maka perusahaan lebih senang untuk menahan
labanya daripada membayarkannya sebagai dividen kepada pemegang saham.
Pemikiran tersebut didukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Silviana et al
(2014) yang menyimpulkan bahwa asset growth secara parsial berpengaruh
signifikan dan negatif terhadap kebijakan dividen.
Return on Equity (ROE) untuk membandingkan antar laba bersih (net
profit) perusahaan dengan aset bersihnya. Rasio ini mengukur berapa banyak
keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan dibandingkan dengan modal yang
disetor oleh pemegang saham. ROE yang besar menunjukkan bahwa keuntungan
yang diperoleh oleh perusahaan maka perusahaan dapat membayarkan dividen
dalam jumlah besar pula. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan
Silviana et al (2014) bahwa ROE secara parsial berpengaruh positif terhadap
kebijakan dividen.
Good Corporate Governance (GCG) adalah prinsip yang mengarahkan
dan mengendalikan perusahaan untuk dapat mencapai keseimbangan antara
26
Universitas Sumatera Utara
kekuatan
serta
kewenangan
perusahaan
dalam
memberikan
pertanggungjawabannya kepada para shareholder khususnya, dan stakeholders
pada umumnya. Tentu saja hal ini bertujuan untuk mengatur kewenangan direktur,
manajer, pemegang saham dan pihak lain yang berhubungan dengan
perkembangan
perusahaan
di
lingkungan
tertentu.
Prinsip-prinsip
GCG
memegang peranan penting untuk pemenuhan informasi penting yang berkaitan
dengan kinerja suatu perusahaan sebagai bahan pertimbangan para pemegang
saham atau calon investor untuk menanamkan modalnya dan perlindungan
terhadap kedudukan pemegang saham dari penyalahgunaan wewenang dan
penipuan yang bisa dilakukan oleh direksi atau komisaris perusahaan.
3.2 Hipotesis Penelitian
Liquidity ratio menunjukan kemampuan perusahan untuk memenuhi
kewajiban-kewajiban keuangannya yang harus segera dibayar. Liquidity ratio
yang digunakan adalah current ratio, dimana apabila current ratio rendah
biasanya dianggap menunjukan terjadinya masalah dalam likuiditas. Sebaliknya
jika current ratio-nya terlalu tinggi juga kurang bagus karena menunjukan
banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan
perusahaan dalam mendapatkan laba. Apabila perusahaan dapat mencapai target
laba yang diinginkan, perusahaan tersebut wajib membagikannya kepada para
pemegang saham dalam bentuk dividen. Laba ini terdiri dari laba yang ditahan
dan laba yang dibagikan, untuk memutuskan hal tersebut akan dibuat suatu
27
Universitas Sumatera Utara
kebijakan yang mempertimbangkan banyak hal dan hal inilah yang dapat
mempengaruhi kebijakan dividen.
Selain liquidity ratio, leverage juga merupakan salah satu hal yang dapat
mempengaruhi suatu kebijakan yang akan dibuat karena leverage digunakan
untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Analisis
ini digunakan untuk mengukur seberapa banyak dana yang di-supply oleh pemilik
perusahaan dalam proporsinya dengan dana yang diperoleh dari kreditur
perusahaan atau untuk mengukur sampai berapa jauh perusahaan telah dibiayai
dengan utang jangka panjang. Ada beberapa pertimbangan tertentu dari
perusahaan dalam mengatur perpaduan sumber modal mana yang akan dipakai.
Salah satu sumber modal perusahaan adalah dengan menerbitkan saham ke pasar
modal. Dengan mendaptkan modal dari hasil penerbitan saham maka perusahaan
memiliki kewajiban untuk membayarkan keuntungan dari operasi perusahaan
kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen.
Profitabilitas juga dapat mempengaruhi suatu kebijakan terutama
kebijakan dividen karena profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk
mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode
tertentu dan juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen
dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas manajemen dapat dilihat
dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan.
Lain halnya dengan asset growth, rasio ini digunakan untuk mengetahui
peningkatan pertumbuhan total aset perusahaan dari tahun ke tahun. Apabila aset
perusahaan semakin besar maka hal ini berpengaruh terhadap menentukan
28
Universitas Sumatera Utara
kebijakan dividen karena perusahaan akan lebih memilih untuk membiayai
ekspansi daripada membayar dividen.
Laba yang dihasilkan oleh perusahaan tentunya akan dibagikan dalam
bentuk dividen setelah laba tersebut dikurangi dengan beban pajak. Oleh sebab
itu, return on equity juga mempengaruhi dalam menentukan kebijakan dividen
karena ROE digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri.
Good Corporate Governance (GCG) adalah prinsip yang mengarahkan
dan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan
serta kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawabannya kepada
para shareholder khususnya, dan stakeholders pada umumnya. Tentu saja hal ini
dimaksudkan untuk mengatur kewenangan direktur, manajer, pemegang saham
dan pihak lain yang berhubungan dengan perkembangan perusahaan di
lingkungan tertentu.
Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis yang diajukan peneliti adalah
sebagai berikut:
H1: Variabel liquidity ratio, leverage, profitabilitas, asset growth, return on
equity dan good corporate governance berpengaruh langsung signifikan
terhadap kebijakan dividen secara simultan dan parsial.
Liquidity ratio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, leverage juga merupakan salah
satu hal yang dapat mempengaruhi suatu kebijakan yang akan dibuat karena
leverage digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai
29
Universitas Sumatera Utara
dengan hutang, kemudian profitabilitas mengukur tingkat keuntungan bersih yang
diperoleh perusahaan, lalu asset growth untuk melihat tingkat pertumbuhan aset
perusahaan, dan yang terakhir adalah ROE mengukur laba bersih sesudah pajak.
Semua variabel tersebut dapat mempengaruhi kebijakan dividen secara tidak
langsung melalui good corporate governance karena good corporate governance
merupakan suatu sistem pengelolaan perusahaan yang mencerminkan hubungan
yang sinergi antara manajemen dan pemegang saham.
Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis yang diajukan peneliti adalah
sebagai berikut:
H2 : Variabel liquidity ratio, leverage, profitabilitas, asset growth, dan return on
equity berpengaruh tidak langsung signifikan terhadap kebijakan dividen
melalui good corporate governance sebagai variabel intervening.
30
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kausalitas. Penelitian kausalitas
bertujuan menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dari suatu peristiwa
atau fenomena dan berusaha untuk memberikan bukti empiris dan menganalisa
apa saja yang mempengaruhi kebijakan deviden dan good corporate governance.
4.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan cara
memverifikasi perusahaan-perusahaan yang listing di BEI khususnya perusahaan
jasa tahun 2012-2015 dengan menggunakan www.idx.co.id.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah perusahaan jasa yang
terdaftar di BEI. Peneliti lebih fokus kepada perusahaan jasa karena banyaknya
data yang dapat dinilai dalam kebijakan yang dilkaukan perusahaan dalam
menentukan kebijakan deviden. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan
jasa yaitu sebanyak 305 perusahaan.
Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dengan memperhatikan
31
Universitas Sumatera Utara
kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria-kriteria yang harus dipenuhi untuk
menjadi sampel penelitian:
1. Perusahaan yang
masuk dalam pemeringkatan penerapan corporate
governance yang dilakukan oleh The Indonesian Institute for Corporate
Governance (IICG) berupa skor pemeringkatan Corporate Governance
Perception Index (CGPI) tahun 2011
2. Perusahaan yang mengalami tingkat pertumbuhan yang tinggi ditandai
dengan nilai pertumbuhan yang positif
3. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan auditan per 31
Desember dan dinyatakan dalam mata uang rupiah
4. Data perusahaan lengkap dengan variabel yang akan diteliti.
Berdasarkan criteria tersebut maka jumlah perusahaan yang memenuhi
kriteria sebagai sampel adalah sebanyak 10 perusahaan.
Tabel 4.2 Daftar Nama Sampel
No.
Kode
Nama Perusahaan
1
ANTM
PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk
2
BNGA
PT. Bank CIMB Niaga Tbk
3
BMRI
PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk
4
BBNI
PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
5
BBTN
PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
6
GIAA
PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk
7
TLKM
PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk
8
BJBR
PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat & Banten Tbk
32
Universitas Sumatera Utara
9
JSMR
PT. Jasa Marga (Persero) Tbk
10
WIKA
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk
4.4 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah
pengambilan data sekunder yaitu data laporan keuangan perusahaan jasa di BEI
tahun 2012-2015.
4.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Dalam penelitian ini, yang dijadikan variabel dependen adalah Kebijakan
Deviden (Y2), variabel intervening adalah Good Corporate Governance (Y1)
sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah Liquidity Ratio (X1),
Leverage (X2), Profitabilitas (X3), Asset Growth (X4), dan Return on Equity (X5)
4.5.1 Variabel Dependen (Kebijakan Deviden)
Dividen adalah bagian dari laba bersih yang dibagikan kepada para
pemegang saham (pemilik modal sendiri) selain dibagi kepada pemegang saham
dalam bentuk dividen, laba bersih itu ditahan di dalam perusahaan untuk
membiayai operasi selanjutnya dan disebut sebagai retained earning. Kebijakan
dividen diukur dengan skala rasio menggunakan Dividend Payout Ratio (DPR)
yaitu rasio dividen per lembar saham biasa atas laba per lembar saham. Dengan
perhitungan sebagai berikut:
33
Universitas Sumatera Utara
4.5.2 Variabel Independen
4.5.2.1 Liquidity Ratio
Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapat dihitung melalui
sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan utang
lancar. Dengan perhitungan sebagai berikut:
4.5.2.2 Leverage
Debt to Equity Ratio (DER) digunakan sebagai proksi untuk mengukur
leverage. DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh
kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang
digunakan untuk membayar utang. Dengan perhitungan sebagai berikut:
4.5.2.3 Profitabilitass
Profitabilitas menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau
modal yang menghasilkan laba. Dengan perhitungan sebagai berikut:
4.5.2.4 Asset Growth
Pertumbuhan pada total asset yang besar akan menurunkan pembayaran
deviden kepada pemegang saham karena pengelola memanfaatkan laba yang
diperoleh perusahaan untuk aktivitas pendanaan internal peluang investasi yang
34
Universitas Sumatera Utara
ada, sehingga semakin besar pertumbuhan pada total asset akan mengakibatkan
perusahaan menurunkan pembayaran deviden. Dengan perhitungan sebagai
berikut:
4.5.2.5 Return on Equity
Return on Equity (ROE) yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur laba
bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. ROE yang besar menunjukkan bahwa
keuntungan yang diperoleh perusahaan juga besar sehingga perusahaan dapat
membayarkan dividen dalam jumlah besar pula. Dengan perhitungan sebagai
berikut:
4.5.3 Variabel Intervening (Good Corporate Governance)
Corporate Governance mengarahkan pengelolaan perusahaan pada upaya
pencapaian profit dan sustainability secara seimbang. Pencapaian keuntungan
tersebut merupakan wujud pemenuhan pemegang saham (shareholder) dan tidak
dapat dilepaskan dari upaya pencapaian sustainability yang merupakan wujud
pemenuhan kepentingan para stakeholders. Dengan perhitungan sebagai berikut:
GCG = Corporate Governance Perception Index (CGPI)
Untuk selengkapnya dapat dilihat pada tabel definisi operasional variabel
di bawah ini:
Tabel 4.3 Definisi Operasional Variabel
35
Universitas Sumatera Utara
Nama Variabel
Dependen:
Kebijakan
Dividen
(Y)
Independen:
Liquidity Ratio
( X1 )
Independen:
Leverage
( X2 )
Independen:
Profitabilitas
( X3 )
Definisi
Parameter
Operasional
Skala
Pengukuran
Kebijakan
perusahaan
dalam hal
pendistribusian
sebagian
keuntungan
perusahaan yang
akan diberikan
kepada para
pemegang
saham.
Rasio
Rasio
untuk
mengukur
kemampuan
perusahaan
untuk memenuhi
kewajiban
jangka pendek.
Rasio
Rasio
yang
mengukur
kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi
seluruh
kewajibannya.
Rasio
Rasio
yang
mengukur
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan
laba/profit.
Rasio
36
Universitas Sumatera Utara
Independen:
Asset Growth
( X4 )
Independen:
Return On
Equity
(X5)
Untuk
mengukur
peningkatan
pertumbuhan
dalam
perkembangan
usaha dari tahun
ke tahun.
Rasio
Untuk
mengukur laba
bersih sesudah
pajak
dengan
modal sendiri.
Untuk
mengukur
Good Corporate
seberapa
baik
Governance
perusahaan
( X5 )
menerapkan
GCG
Rasio
Intervening:
Corporate Governace Perception
Index
Interval
4.6 Metode dan Teknik Analisa Data
4.6.1 Metode Analisis Data
Model analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan model
analisis jalur (Path Analysis). Untuk keabsahan hasil analisis maka terlebih dahulu
dilakukan uji kualitas instrument penelitian, uji normalitas data, dan uji asumsi
klasik. Pengolahan data akan dilakukan dengan menggunakan alat bantu aplikasi
software SPSS.
Analisis jalur adalah perluasan dari analisis regresi linear berganda dimana
penggunaan analisis regresi untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel
37
Universitas Sumatera Utara
yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori. Hubungan kausalitas antar
variabel telah dibentuk dengan model berdasarkan landasan teori (Ghozali, 2013).
4.6.2 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis
jalur. Penelitian ini diuji dengan beberapa uji statistik yang terdiri dari uji asumsi
klasik dan uji hipotesis.
4.6.2.1 Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis
regresi maka diperlukan pengujian asumsi klasik agar datanya bermakna dan
bermanfaat seperti:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal. Metode yang
digunakan untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak adalah
dengan analisis grafik, yaitu melihat normal probability plot yang
membandingkan distribusi kumulatif dan distribusi normal. Distribusi
normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data akan
dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah normal,
maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis
diagonalnya (Ghozali:2013).
38
Universitas Sumatera Utara
2. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan
penggangu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena
observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan dengan satu sama
lainnya. Metode pengujian yang sering digunakan adalah dengan uji
Durbin-Watson (DW) yaitu dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka berarti
terdapat autokorelasi
2) Jika
d terletak antara dU dan (4-dU) maka berart tidak ada
autokorelasi
3) Jika d terletak anatara dL dan dU atau antara (4-dU) dan (4-dL)
maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.
3. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korealsi antar variabel independen. Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen
(Ghozali:2013).
Dalam
penelitian
ini,
untuk
menguji
terjadinya
multikolinearitas dalam suatu model regresi, dilakukan uji variance
inflaction factor (VIF). Nilai cut off yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai Tolerance < 0,10 atau
39
Universitas Sumatera Utara
sama dengan nilai VIF > 10 (Ghozali:2013). Artinya jika nilai VIF lebih
dari 10, maka dinyatakan model tersebut memiliki multikolinearitas,
demikian juga sebaliknya.
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah model regresi yang
memiliki persamaan variance residual suatu pengamatan dengan
pengamatan lain, atau homokedastisitas (Ghozali:2013). Dalam penelitian
ini, untuk mendeteksi ada tidaknya terjadi heteroskedastisitas, dilaukan
dengan melihat dari pola gambar scatterplot model tersebut. Jika tidak ada
pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0
pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
4.6.2.2 Uji Hipotesis
Berdasarkan hipotesis yang diajukan, maka model analisis jalur dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Persamaan regresinya adalah:
40
Universitas Sumatera Utara
Dimana:
= Good Corporate Governance
= Kebijakan Deviden
= Liquidity Ratio
= Leverage
= Profitabilitas
= Asset Growth
= Return On Equity
= Konstanta
= Koefisien Regresi
= Eror
Y1
Y2
X1
X2
X3
X4
X5
Dengan persamaan structural:
Dimana:
Y1
Y2
X1
X2
X3
X4
X5
= Good Corporate Governance
= Kebijakan Deviden
= Liquidity Ratio
= Leverage
= Profitabilitas
= Asset Growth
= Return On Equity
= Koefisien Regresi
= Eror
Pengujian hipotesis yang dilakukan ini mengguanakan uji-F (uji signifikansi
simultan) dan uji-t (uji signifikansi parsial) dan koefisien determinasi (
seperti yang diuraikan sebagai berikut:
1. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
41
Universitas Sumatera Utara
bersama-sama terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini,
digunakan tingkat signifikansi 5% atau 0,005. Adapun langkah-langkah
dalam pengambilan keputusan untuk uji statistic F :
1) Dengan melihat nilai signifikansi, apabila nilai sig
< 0,005 maka
dapat disimpulkan bahwa variabel independen secara simultan atau
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
atau hipotesis diterima.
2) Demikian juga sebaliknya, apabbila nilai sig
> 0,005 maka dapat
disimpulkan bahwa variabel independen secara simultan atau
bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen atau hipotesis ditolak.
2. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistic t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Dalam penelitian ini, digunakan tingkat signifikansi 5% atau
0,005. Adapun langkah-langkah dalam pengambilan keputusan untuk uji
statistic t adalah:
1) Dengan melihat nilai signifikan, apabila nilai sig
< 0,005 maka
dapat disimpulkan bahwa variabel independen secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen atau hipotesis
diterima.
42
Universitas Sumatera Utara
2) Demikian juga sebaliknya, apabila nilai sig
> 0,005 maka dapat
disimpulkan bahwa variabel independen secara parsial tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen atau hipotesis ditolak.
3. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi
pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hamper
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
independen.
43
Universitas Sumatera Utara
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1
Hasil Penelitian
5.1.1
Statistik Deskriptif
Setelah melalui berbagai tahapan penelitian yang telah direncanakan,
penelitian ini menghasilkan berbagai hal yang berhubungan dengan masalah yang
diajukan pada bagian awal. Hasil statistik deskriptif memberikan gambaran umum
terhadap data yang digunakan dalam penelitian ini sebelum mengadakan
pengujian hipotesis terhadap kualitas data yang digunakan untuk menjamin
terpenuhinya asumsi yang diperlukan terhadap model regresi.
Pada penelitian ini menggunakan kebijakan dividen dengan variabel
independen dengan menggunakan variabel liquidity ratio (CR), leverage (DER),
profitabilitas (ROA), asset growth (AG) dan return on equity (ROE). Sedangkan
variabel dependennya adalah kebijakan dividen yang diproksikan dengan DPR.
Dan Good Good Corporate Governance (GCG) sebagai variabel intervening.
Setelah dilakukan regresi atas penelitian ini, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 5.1
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
CR
40
1.00
871.50
2.7956E2
259.76996
DER
40
.21
11.40
4.9015
3.65403
ROA
40
.79
22.91
6.0878
6.51245
AG
40
5700614
9.E8
1.77E8
2.406E8
ROE
40
7.99
59.20
20.6155
11.42688
DPR
40
15.64
578.20
1.3880E2
151.12819
44
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.1
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
CR
40
1.00
871.50
2.7956E2
259.76996
DER
40
.21
11.40
4.9015
3.65403
ROA
40
.79
22.91
6.0878
6.51245
AG
40
5700614
9.E8
1.77E8
2.406E8
ROE
40
7.99
59.20
20.6155
11.42688
DPR
40
15.64
578.20
1.3880E2
151.12819
Valid N (listwise)
40
Dari tabel 5.1 statistik deskriptif dapat dijelaskan bahwa jumlah sampel data
adalah 10 perusahaan yang diambil dengan menggunakan jenis data sekunder.
Dari tabel diatas akan dijelaskan dibawah ini, yaitu :
a.
Liquidity ratio yang diproksikan dengan CR mempunyai nilai minimum
sebesar 1,00 sedangkan nilai maksimumnya 871,50 dengan rata–rata sebesar
2,795 dan standar deviasi sebesar 259,76996. Hal ini menunjukkan bahwa
CR sangat berfluktuasi karena selisih nilai minimum dan maksimum cukup
besar,
sehungga
mengindikasikan
bahwa
variabel
liquidity
ratio
berdistribusi normal.
b.
Leverage yang diproksikan dengan DER mempunyai nilai minimum sebesar
0,21 sedangkan nilai maksimumnya sebesar 11,40 dengan rata rata sebesar
4,9015 dan standar deviasi sebesar 3.65403. Hal ini menunjukkan bahwa
DER sangat berfluktuasi karena selisih nilai minimum dan maksimum
cukup besar, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel leverage
berdistribusi normal.
45
Universitas Sumatera Utara
c.
Profitabilitas yang diproksikan dengan ROA mempunyai nilai miminum
0,79 dengan nilai maksimum sebesar 22,91 dengan rata–rata sebesar 6.0878
dan standar deviasi sebesar 6.51245. Hal ini menunjukkan bahwa ROA
sangat berfluktuasi karena selisih antara nilai minimum dan maksimum
cukup besar, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel profitabilitas
berdistribusi normal.
d.
Aset Growth mempunyai nilai minimum sebesar 5.700614 dengan nilai
maksimum sebesar 9.E8 dengan rata – rata sebesar 1.77E8 dan standar
deviasi sebesar 2.406E8. Hal ini menunjukkan bahwa asset growth sangat
berfluktuasi karena selisih antara nilai minimum dan maksimum cukup
besar, sehingga dapat disimpulkan bahwa asset growth berdistribusi normal.
e.
Retun on Equity (ROE) mempunyai nilai minimum sebesar 7,99 dengan
nilai maksimum sebesar 59,20 dengan rata–rata sebesar 20,6155 dan standar
deviasi sebesar 11,42688. Hal ini menunjukkan bahwa ROE sangat
berfluktuasi karena selisih antara nilai minimum dan maksimum cukup
besar, sehingga dapat disimpulkan bahwa ROE berdistribusi normal.
f.
Kebijakan dividen yang diproksikan dengan DPR mempunyai nilai
minimum sebesar 15,64 dengan nilai maksimum sebesar 578,20, dengan
nilai rata–rata sebesar 1,3880E2 dan standar deviasi sebesar 151.12819. Hal
ini menunjukkan bahwa DPR sangat berfluktuasi karena selisih antara nilai
minimum dan maksimum cukup besar, sehingga dapat disimpulkan bahwa
DPR berdistribusi normal.
46
Universitas Sumatera Utara
5.1.2
Uji Asumsi Klasik
Dalam penelitian ini pengujian asumsi klasik hanya dilakukan terhadap uji
normalitas dan uji heterokedastisitas, uji multikolinearitas dan uji autokorelasi.
5.1.2.1 Hasil Uji Normalitas
Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi
variabel dependen dan independen yang digunakan dalam penelitian mempunyai
distribusi normal atau tidak. Model regresi yang layak adalah model yang
mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Uji normalitas data
digambarkan dengan menggunakan grafik histogram dan kolmogrov smirnov test.
Hasil pengujian normalitas data dapat dilihat dibawah ini:
Gambar 5.1 Histogram Nomalitas
Berdasarkan hasil uji asumsi klasik diketahui adanya distribusi data yang
cenderung normal, dimana pola distribusi gambar membentuk gelombang yang
melengkung ke tengah dan tidak miring ke kanan dan tidak miring ke kiri, atau
47
Universitas Sumatera Utara
dengan kata lain nilai residual histogram mendekati angka nol sehingga data
berdistribusi normal. Untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak maka
juga dapat dilihat dari tabel Uji kolmogorov smirnov test.
Tabel 5.2 Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
Normal Parametersa
Most Extreme Differences
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
40
.0000000
92.48978436
.161
.161
-.098
1.021
Uji
normali
tas
yang
diduku
.248
ng
a. Test distribution is Normal.
dengan
melihat uji one sample K-S yaitu berdasarkan tabel diatas dengan melihat data
Residual Asymp.Sig (2 Tailed) diatas sebesar 0,248, artinya nilai tersebut lebih
besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
5.1.2.2 Hasil Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas ini dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan
lainnya tetap, maka disebut homoskedastisitas, sebaliknya jika varians berbeda,
maka
disebut
heterokedastisitas
(Erlina,2007).
Berikut
hasil
pengujian
heterokedastisitas pada tabel 5.3 dibawah ini:
48
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan gambar 5.3 diatas dapat dilihat bahwa titik – titik menyebar
secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa model regresi ini layak dipakai dan tidak mengandung adanya
heterokedastisitas.
5.1.2.3 Hasil Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi antar variabel dilakukan dengan menggunakan uji
Durbin Watson. Dari hasil pengolahan data dapat dilihat pada tabel 5.4 dibawah
ini:
Tabel 5.4 Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
Durbin-Watson
1
.566a
.320
.220
1.87958
.715
a. Predictors: (Constant), CR,DER,ROA,AG,ROE
b. Dependent Variable: DPR
49
Universitas Sumatera Utara
Untuk tingkat signifikansi α = 0,05 dengan jumlah data 10 perusahaan,
maka diperoleh nilai Durbin Watson sebagai berikut :
= 0,243 dan
= 2,822.
Hipotesis :
Ho = Tidak ada autokorelasi
H1 = Ada autokorelasi
Dari hasil perhitungan diatas, maka diperoleh nilai DW = 0,715 diantara
= 2,822 dan 4 -
= 1,178, maka
= 0,243 < dw = 0,715 < 4 -
= 1,178
artinya tidak terdapat autokorelasi antar variabel.
5.1.2.4 Hasil Uji Multikolinearitas
Pengujian multikolinearitas ini digunakan untuk melihat apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen, Ghozali (2009).
Pengujian dilakukan dengan melihat nilai Collinearity Statistic dan nilai koefisien
korelasi diantara variabel independen. Nilai yang umumnya digunakan untuk
menunjukkan tidak adanya multikolinearitas terjadi apabila nilai Tolerance ≥ 0,10
atau dengan nilai VIF ≤ 10. Sebaliknya terjadi apabila nilai Tolerance < 0,10 atau
dengan nilai VIF > 10. Hasil pengujian multikolinearitas dapat dilihat pada tabel
5.5 dibawah ini:
Tabel 5.5 Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model
1
Tolerance
CR
VIF
.654
1.530
50
Universitas Sumatera Utara
DER
ROA
AG
.330
3.033
.133
7.525
.623
1.605
.243
4.111
ROE
a. Dependent Variable: DPR
Dari hasil di atas, maka dapat dilihat bahwa nilai VIF untuk semua variabel
independen lebih kecil dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Terima Ho, artinya tidak terdapat multikolinearitas.
5.1.3 Hasil Uji Hipotesis Pertama
Berdasarkan dari hasil analisis dengan menggunakan program SPSS maka
diperoleh hasil regresi yang mempengaruhi kebijakan dividen sebagai berikut :
TABEL 5.6 HASIL KOEFISIEN DETERMINASI CR, DER, ROA, AG,ROE
TERHADAP DPR
Model Summary
Adjusted R
Model
R
R Square
Square
Std. Error of the Estimate
1
.770a
.593
.518
.71961
Berdasarkan tabel 5.6 hasil koefisien determinasi di atas menunjukkan
bahwa nilai R sebesar 0,770 artinya bahwa variabel independen dengan variabel
51
Universitas Sumatera Utara
dependen melalui variabel intervening mempunyai hubungan yang cukup erat.
Sedangkan nilai Adjusted R Square sebesar 0,518 atau 51,8% artinya bahwa
variabel independen seperti liquidity ratio, leverage, profitabilitas, asset growth
dan return on equity dapat menjelaskan variabel dependen yaitu kebijakan dividen
sebesar 51,8% dan sisanya sebesar 48,2% dijelaskan oleh variabel lain diluar
variabel yang diteliti atau variabel yang tidak termasuk ke dalam model penelitian
ini yang dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut ini:
Tabel 5.7 HASIL ANALISIS PENGARUH CR, DER, ROA, AG,ROE SECARA SIMULTAN
TERHADAP DPR
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
Regression
Residual
Df
Mean Square
24.849
6
4.141
17.089
33
.518
41.937
39
F
7.998
Sig.
.000a
Total
a. Predictors: (Constant), CR, DER, ROA ,AG, ROE, GCG
b. Dependent Variable: DPR
Berdasarkan tabel 5.7 secara simultan di atas dapat dilihat bahwa nilai
signifikansi F adalah sebesar 0,000 dan F hitung sebesar 7,998. Nilai F tabel
berdasarkan tabel statistik adalah sebesar F-Tabel = 6,16. Signifikansi F = 0,000 ≤
tingkat signifikan yang digunakan α = 5%(0,05) dan F hitung = 7.998 > F Tabel
6,16.
52
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan kriteria di atas yang telah ditetapkan, hal ini menunjukkan
bahwa seluruh independen yaitu liquidity ratio, leverage, profitabilitas, asset
growth dan return on equity berpengaruh secara simultan terhadap variabel
dependen yaitu kebijakan dividen melalui Good Corporate Governance.
Dari regresi yang diperoleh maka dapat dibuat persamaan regresi linear
sederhana sebagai berikut :
Y = 4.185 – 0,002CR – 0,095DER – 0,007ROA + 4.082AG + 0,028ROE
Tabel 5.8 Hasil Regresi CR,DER,ROA, AG, ROE Terhadap DPR
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
CR
DER
ROA
AG
Std. Error
4.185
.355
-.002
.000
-.095
Standardized
Coefficients
Beta
t
Sig.
11.786
.000
-.514
-4.474
.000
.046
-.336
-2.077
.045
-.007
.041
-.044
-.175
.862
4.082E-9
.000
.947
8.044
.000
.028
.017
.309
1.640
.110
ROE
a. Dependent Variable: DPR
53
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan persamaan regresi tersebut di atas, maka pengaruh dari
masing-masing variabel dapat dilihat sebagai berikut :
1.
Nilai Konstanta (bo) = 4.185, menunjukkan bahwa apabila nilai semua
variabel liquidity ratio, leverage, profitabilitas, asset growth, ROE dan GCG
maka kebijakan dividen sebesar 4,185.
2.
Nilai koefisien liquidity ratio = -0.002, menunjukkan bahwa setiap terjadi
kenaikan liquidity ratio sebesar 1 maka akan terjadi penerimaan kebijakan
dividen sebesar 0.002 dengan asumsi variabel lain dianggap konstan.
Signifikansi variabel liquidity ratio sebesar 0.000 atau 0% < α = 5%. Maka
variabel liquidity ratio secara parsial berpengaruh negative dan signifikan
terhadap kebijakan dividen.
3.
Nilai koefisien leverage = -0.095, menunjukkan bahwa setiap terjadi
kenaikan leverage sebesar 1 maka akan terjadi penurunan kebijakan dividen
sebesar 0.095 dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Signifikansi
variabel leverage sebesar 0.045 atau 45% < α = 5%. Maka Variabel
leverage secara parsial berpengaruh negatf dan signifikan terhadap
kebijakan dividen.
4.
Nilai koefisien profitabilitas = -0.007, menunjukkan bahwa setiap terjadi
kenaikan profitabilitas sebesar 1 maka akan terjadi penurunan kebijakan
dividen sebesar 0.007 dengan asumsi variabel lain dianggap konstan.
Signifikansi variabel profitabilitas sebesar 0.862 atau 86.2% > α = 5%.
Maka variabel profitabilitas secara parsial tidak berpengaruh terhadap
kebijakan dividen.
54
Universitas Sumatera Utara
5.
Nilai koefisien asset growth = 4.082, menunjukkan bahwa setiap terjadi
kenaikan asset growth sebesar 1 maka akan terjadi peningkatan kebijakan
dividen sebesar 4.082 dengan asumsi variabel lain dianggap konstan.
Signifikansi variabel asset growth sebesar 0.000 atau 0% < α = 5%. Maka
variabel asset growth secara parsial berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kebijakan dividen.
6.
Nilai koefisien Return on Equity = 0.028, menunjukkan bahwa setiap terjadi
kenaikan ROE sebesar 1 maka akan terjadi peningkatan kebijakan dividen
sebesar 0.028 dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Signifikansi
variabel ROE sebesar 0.110 atau 11% > α = 5%. Maka variabel ROE secara
parsial tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
5.1.4 Hasil Uji Hipotesis Kedua
5.1.4.1 Pengaruh Liquidity Ratio Terhadap Kebijakan Dividen Melalui Good
Good Corporate Governance
Pengaruh liquidity ratio terhadap kebijakan dividen melalui Good Good
Corporate Governance sesuai dengan gambar 5.2 dibawah ini:
55
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.2 Pengaruh Liquidity Ratio (CR) Terhadap Kebijakan Dividen
(DPR) melalui Good Corporate Governance (GCG)
Perhitungan pengaruh langsung dan tidak langsung liquidity ratio terhadap
kebijakan dividen disajikan pada tabel berikut :
Tabel 5.9 Uji Regresi CR,DER,ROA,AG,ROE Terhadap DPR
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
4.185
.355
CR
-.002
.000
DER
-.095
.046
ROA
-.007
AG
Standardized
Coefficients
Beta
T
Sig.
11.786
.000
-.514
-4.474
.000
-.336
-2.077
.045
.041
-.044
-.175
.862
4.082E-9
.000
.947
8.044
.000
.028
.017
.309
1.640
.110
ROE
a. Dependent Variable: DPR
Tabel 5.10 Uji Regresi CR,DER,ROA,AG,ROE Terhadap GCG
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
20.606
3.477
.005
.004
DER
-.210
ROA
Beta
t
Sig.
5.926
.000
.244
1.214
.233
.450
-.132
-.466
.644
-.249
.397
-.279
-.626
.535
4.616E-11
.000
.002
.009
.993
.045
.167
.089
.271
.788
CR
AG
Standardized
Coefficients
ROE
a. Dependent Variable: GCG
Tabel 5.11 Uji Regresi GCG Terhadap DPR
Coefficientsa
56
Universitas Sumatera Utara
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
B
1
(Constant)
Std. Error
4.480
.617
-.004
.029
Coefficients
Beta
t
Sig.
7.264
.000
-.134
.894
GCG
-.022
a. Dependent Variable: DPR
Dari tabel di atas dan kerangka konsep penelitian di atas, dapat
diinterprestasikan pengaruh langsung dan tidak langsung liquidity ratio terhadap
kebijakan dividen dengan menggunakan analisis jalur (path analysis) dapat
dihitung sebagai berikut :
Pengaruh langsung :
-
CR ke DPR
= -0,514
Pengaruh tidak langsung :
-
CR ke GCG ke DPR
= 0,244 x- 0,022
Jumlah pengaruh tidak langsung
= -0,005
= -0,005
Dari hasil diatas pengaruh liquidity ratio terhadap kebijakan dividen lebih
besar pengaruh langsung daripada pengaruh tidak langsung. Oleh sebab itu Good
Corporate Governance bukanlah variabel intervening yang baik. Maka dapat
disimpulkan bahwa liquidity ratio berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
5.1.4.2 Pengaruh Leverage Terhadap Kebijakan Dividen Melalui Good
Corporate Governance
Pengaruh leverage terhadap kebijakan dividen melalui Good Corporate
Governance sesuai dengan gambar 5.3 dapat dilihat dibawah ini:
57
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.3 Pengaruh Leverage (DER) Terhadap Kebijakan Dividen (DPR)
melalui Good Corporate Governance (GCG)
Dari data tabel dan kerangka konsep di atas, dapat dilihat pengaruh
langsung dan tidak langsung leverage terhadap kebijakan dividen dengan
menggunakan analisis jalur ( path analysis) dapat dihitung sebagai berikut :
Pengaruh langsung
-
DER ke DPR
= - 0,336
Pengaruh tidak langsung
-
DER ke GCG ke DPR
= -0,132 x-0,022
-
Jumlah pengaruh tidak langsung
= 0,003
= 0,003
Dari hasil di atas pengaruh leverage terhadap kebijakan dividen lebih besar
nilai pengaruh tidak langsung daripada pengaruh langsung. Oleh sebab itu,
variabel Good Corporate Governance merupakan variabel intervening yang baik.
Maka dapat disimpulkan leverage berpengaruh terhadap kebijakan dividen
melalui Good Corporate Governance.
5.1.4.3 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen Melalui Good
Corporate Governance
58
Universitas Sumatera Utara
Pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan dividen melalui Good Corporate
Governance sesuai dengan gambar 5.4 dapat dilihat dibawah ini:
Gambar 5.4 Pengaruh profitabilitas (ROA) terhadap kebijakan dividen (DPR)
melalui Good Corporate Governance (GCG)
Dari data tabel dan kerangka konsep di atas, dapat dilihat pengaruh
langsung dan tidak langsung profitabilitas terhadap kebijakan dividen dengan
menggunakan analisis jalur ( path analysis) dapat dihitung sebagai berikut :
Pengaruh langsung
-
ROA ke DPR
= - 0,044
Pengaruh tidak langsung
-
ROA ke GCG ke DPR
= -0,279 x-0,022
Jumlah pengaruh tidak langsung
= 0,006
= 0,006
Dari hasil di atas pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan dividen lebih
besar nilai pengaruh tidak langsung daripada pengaruh langsung. Oleh sebab itu,
variabel Good Corporate Governance merupakan variabel intervening yang baik.
Maka dapat disimpulkan profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen
melalui Good Corporate Governance.
59
Universitas Sumatera Utara
5.1.4.4 Pengaruh Asset Growth Terhadap Kebijakan Dividen Melalui Good
Corporate Governance
Pengaruh asset growth terhadap kebijakan dividen melalui Good Corporate
Governance sesuai dengan gambar 5.5 dapat dilihat dibawah ini:
Gambar 5.5 Pengaruh Asset Growth terhadap kebijakan dividen (DPR)
melalui Good Corporate Governance (GCG)
Dari data tabel dan kerangka konsep di atas, dapat dilihat pengaruh
langsung dan tidak langsung asset growth terhadap kebijakan dividen dengan
menggunakan analisis jalur ( path analysis) dapat dihitung sebagai berikut :
Pengaruh langsung
-
AG ke DPR
= 0,947
Pengaruh tidak langsung
-
AG ke GCG ke DPR
= 0,002 x-0,022
Jumlah pengaruh tidak langsung
= -0,0044
= -0,0044
Dari hasil di atas pengaruh asset growth terhadap kebijakan dividen lebih
besar nilai pengaruh langsung daripada pengaruh tidak langsung. Oleh sebab itu,
variabel Good Corporate Governance merupakan bukan variabel intervening
yang baik. Maka dapat disimpulkan asset growth berpengaruh terhadap kebijakan
dividen.
60
Universitas Sumatera Utara
5.1.4.5 Pengaruh Return On Equity Terhadap Kebijakan Dividen Melalui
Good Corporate Governance
Pengaruh return on equity terhadap kebijakan dividen melalui Good
Corporate Governance sesuai dengan gambar 5.6 dapat dilihat dibawah ini:
Gambar 5.6 Pengaruh Return on equity (ROE) terhadap kebijakan dividen
(DPR) melalui Good Corporate Governance (GCG)
Dari data tabel dan kerangka konsep di atas, dapat dilihat pengaruh
langsung dan tidak langsung return on equity terhadap kebijakan dividen dengan
menggunakan analisis jalur ( path analysis) dapat dihitung sebagai berikut :
Pengaruh langsung
-
ROE ke DPR
= 0,309
Pengaruh tidak langsung
-
ROE ke GCG ke DPR
= 0,089 x-0,022
Jumlah pengaruh tidak langsung
= -0,002
= -0,002
Dari hasil di atas pengaruh return on equity terhadap kebijakan dividen
lebih besar nilai pengaruh langsung daripada pengaruh tidak langsung. Oleh sebab
itu, variabel Good Corporate Governance merupakan bukan variabel intervening
61
Universitas Sumatera Utara
yang baik. Maka dapat disimpulkan return on equity
berpengaruh terhadap
kebijakan dividen.
5.2
Pembahasan
5.2.1 Hasil Uji Hipotesis Pertama
Berdasarkan uji asumsi klasik yang dilakukan pada model regresi I, dapat
diketahui bahwa model regresi tersebut telah memenuhi syarat uji asumsi klasik
sehingga layak digunakan untuk menganalisa pengaruh liquidity ratio, leverage,
profitabilitas, asset growth, dan return on equity berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan dividen.
Nilai Adjusted R Square sebesar 0,518 atau 51,8% artinya bahwa variabel
independen seperti liquidity ratio, leverage, profitabilitas, asset growth dan return
on equity dapat menjelaskan variabel dependen kebijakan dividen sebesar 51,8%.
Hasil ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel independen berpengaruh
terhadap kebijakan dividen.
Hasil pengujian variabel liquidity ratio
mempunyai nilai signifikansi
sebesar 0,000 < α = 5% dan berpengaruh negatif dilihat dari nilai koefisien -0.002
Hal ini menunjukkan bahwa variabel liquidity ratio berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan jasa yang terdaftar di BEI
periode tahun 2012 – 2015. Pengaruh negatif dan signifikan menunjukkan bahwa
semakin tinggi liquidity ratio berarti mengakibatkan semakin
rendahnya
kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. Hal ini tidak sejalan dengan
Signaling Theory yang mengemukakan bahwa dengan tingkat likuiditas yang
62
Universitas Sumatera Utara
tinggi mampu meningkatkan keyakinan para investor bahwa perusahaan dapat
membayar dividen yang tinggi. Namun, penelitian ini sejalan dengan Silviana et
al (2014) yang menyatakan bahwa liquidity ratio berpengaruh negatif signifikan
terhadap kebijakan dividen.
Variabel leverage mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,045 < α = 5% dan
berpengaruh negatif dilihat dari nilai koefisien -0.095. Hal ini menunjukkan
bahwa variabel leverage bepengaruh negative dan signifikan terhadap kebijakan
dividen pada perusahaan jasa yang terdaftar di BEI periode tahun 2012 – 2015.
Pengaruh negatif signifikan menunjukkan semakin tinggi DER berarti semakin
tinggi pula tingkat komposisi hutang perusahaan sehingga mengakibatkan
rendahnya kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. Hal ini tidak sesuai
dengan Signaling Theory yang menyatakan bahwa dengan tingkat leverage yang
tinggi mampu meningkatkan keyakinan para investor bahwa perusahaan dapat
membayar dividen yang tinggi, tetapi hasil penelitian ini sejalan dengan
Sulistiyowati et al (2010) yang menyatakan hasilnya bahwa leverage berpengaruh
negative dan signifikan terhadap kebijakan dividen.
Variabel profitabilitas mempunyai nilai signifikan sebesar 0,862 > α = 5%.
Hal ini menunjukkan bahwa variabel profitabilitas tidak berpengaruh terhadap
kebijakan dividen pada perusahaan jasa yang terdaftar di BEI periode tahun
2012–2015. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi ROA yaitu tingkat
keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan dalam menjalankan operasionalnya
tidak mempengaruhi dividen yang akan dibagikan. Hasil penelitian ini tidak
63
Universitas Sumatera Utara
sejalan dengan Indah (2010) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh
negatif signifikan terhadap kebijakan dividen.
Variabel assets growth mempunyai nilai signifikan sebesar 0,000 < α = 5%
dan berpengaruh positif dilihat dari nilai koefisien 4.082. Hal ini menunjukkan
bahwa variabel assets growth berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kebijakan dividen pada perusahaan jasa yang terdaftar di BEI periode tahun
2012-2015. Pengaruh positif dan signifikan ini menunjukkan bahwa pertumbuhan
perusahaan dapat dilihat dari sisi penjualan, asset maupun laba bersih perusahaan.
Pertumbuhan perusahaan yang dapat diwujudkan dengan menggunakan investasi
dengan sebaik-baiknya. Hal penelitian ini sesuai dengan Signaling Theory yang
menyatakan bahwa dengan tingkat asset growth yang tinggi mampu
meningkatkan keyakinan para investor bahwa perusahaan dapat membayar
dividen yang tinggi. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
Iwan (2012) yang menyatakan bahwa pertumbuhan pada total asset yang besar
akan menurunkan pembayaran dividen kepada pemegang saham dan penelitian
yang menyatakan bahwa assets growth tidak berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan dividen.
Variabel ROE mempunyai nilai signifikan sebesar 0,110 > α = 5%. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel ROE tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen
pada perusahaan jasa yang terdaftar di BEI periode tahun 2012 – 2015. Dengan
hasil penelitian yang menunjukkan hasil tidak berpengaruh artinya semakin tinggi
nilai ROE maka tidak akan mempengaruhi nilai DPR. Hasil penelitian ini tidak
sejalan dengan Signaling Theory yang mengemukakan bahwa dengan tingkat
64
Universitas Sumatera Utara
ROE yang tinggi mampu meningkatkan keyakinan para investor bahwa
perusahaan dapat membayar dividen yang tinggi. Namun hasil penelitian ini
sejalan dengan hasil penelitian Ahmad (2013) yang menyatakan bahwa ROE tidak
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.
5.2.2
Hasil Uji Hipotesis Kedua
Variabel intervening merupakan variabel mediating yang fungsinya
memediasi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen
(Ghozali, 2005). Untuk menguji pengaruh variabel intervening digunakan metode
Path Analysis.
Sebagaimana yang dilihat pada gambar dari variabel liquidity ratio terhadap
kebijakan dividen lebih besar pengaruh langsung daripada pengaruh tidak
langsung. Oleh sebab itu good corporate governance bukanlah variabel
intervening yang baik. Maka dapat disimpulkan bahwa liquidity ratio berpengaruh
terhadap kebijakan dividen.
Variabel leverage terhadap kebijakan dividen lebih besar nilai pengaruh
tidak langsung daripada pengaruh langsung. Oleh sebab itu, variabel good
corporate governance merupakan variabel intervening yang baik. Maka dapat
disimpulkan leverage berpengaruh terhadap kebijakan dividen melalui good
corporate governance.
Variabel profitabilitas terhadap kebijakan dividen lebih besar nilai pengaruh
tidak langsung daripada pengaruh langsung. Oleh sebab itu, variabel Good
Corporate Governance merupakan variabel intervening yang baik. Maka dapat
65
Universitas Sumatera Utara
disimpulkan profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen melalui Good
Corporate Governance.
Variabel asset growth terhadap kebijakan dividen
lebih besar nilai
pengaruh langsung daripada pengaruh tidak langsung. Oleh sebab itu, variabel
Good Corporate Governance merupakan bukan variabel intervening yang baik.
Maka dapat disimpulkan asset growth berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
Variabel return on equity terhadap kebijakan dividen lebih besar nilai
pengaruh langsung daripada pengaruh tidak langsung. Oleh sebab itu, variabel
Good Corporate Governance merupakan bukan variabel intervening yang baik.
Maka dapat disimpulkan return on equity berpengaruh terhadap kebijakan
dividen.
Dari penjelasan di atas, peran good corporate governance diyakini akan
dapat membatasi perilaku secara tero
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep
Dalam penelitian ini kerangka konsep dapat digambarkan sebagai berikut :
Liquidity Ratio
(x1)
Leverage
(x2)
Profitabilitas
(x3)
Good Corporate
Governance
(Y1)
Kebijakan
Dividen
(Y2)
Asset Growth
(x4)
Return On Equity
(X5)
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Kebijakan dividen dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya liquidity
ratio, leverage, profitabilitas, asset growth, dan return on equity. Dalam hal ini
peneliti menggunakan kebijakan dividen sebagai variabel dependen dan meneliti
apakah liquidity ratio, leverage, profitabilitas, asset growth, return on equity dan
good corporate governace dapat berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
24
Universitas Sumatera Utara
Dan apakah good corporate governance dapat mempengaruhi hubungan
antara liquidity ratio, leverage, profitabilitas, asset growth dan return on equity
dengan kebijakan dividen menjadi hubungan tidak langsung.
Liquidity ratio adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Liquidity ratio yang digunakan adalah
current ratio. Current ratio menunjukkan sejauh mana akitva lancar menutupi
kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan
kewajiban lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban
jangka pendeknya. Penelitian Kurniawan (2012) menemukan bahwa current ratio
mempengaruhi kebijakan dividen.
Leverage adalah penggunaan aset dan sumber dana oleh perusahaan yang
memiliki biaya tetap dengan tujuan agar meningkatkan keuntungan potensial
pemegang saham. Leverage merupakan penggunaan sumber-sumber pembiayaan
perusahaan, baik yang merupakan sumber pembiayaan jangka pendek maupun
sumber pembiayaan jangka panjang akan menimbulkan suatu efek. Dengan
demikian diharapkan bahwa perusahaan yang menggunakan aset dan sumber dana
dengan bertujuan meningkatkan keuntungan diharapkan dapat mempengaruhi
kebijakan dividen untuk membagikan dividen kepada para pemegang saham.
Profitabilitas bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba, sehingga hasil profitabilitas bisa menjadi tolak ukur atau
gambaran tentang efektivitas dalam kinerja manajemen ditinjau dari keuntungan
yang diperoleh dibandingkan dengan hasil penjualan dan investasi perusahaan.
Profitabilitas merupakan hasil bersih dari sejumlah kebijakan dan keputusan
25
Universitas Sumatera Utara
perusahaan. Dengan demikian, profitabilitas dapat mempengaruhi kebijakan
dividen karena profitabilitas menjadi tolak ukur dalam menentukan kebijakan
dividen.
Asset growth digunakan untuk melihat tingkat pertumbuhan total aset
perusahaan dari tahun ke tahun. Peningkatan total aset perusahaan merupakan hal
yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan. Semakin cepat
tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, maka semakin besar kebutuhan dana yang
diperlukan untuk membiayai pertumbuhan tersebut. Semakin besar kebutuhan
dana
untuk masa mendatang maka perusahaan lebih senang untuk menahan
labanya daripada membayarkannya sebagai dividen kepada pemegang saham.
Pemikiran tersebut didukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Silviana et al
(2014) yang menyimpulkan bahwa asset growth secara parsial berpengaruh
signifikan dan negatif terhadap kebijakan dividen.
Return on Equity (ROE) untuk membandingkan antar laba bersih (net
profit) perusahaan dengan aset bersihnya. Rasio ini mengukur berapa banyak
keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan dibandingkan dengan modal yang
disetor oleh pemegang saham. ROE yang besar menunjukkan bahwa keuntungan
yang diperoleh oleh perusahaan maka perusahaan dapat membayarkan dividen
dalam jumlah besar pula. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan
Silviana et al (2014) bahwa ROE secara parsial berpengaruh positif terhadap
kebijakan dividen.
Good Corporate Governance (GCG) adalah prinsip yang mengarahkan
dan mengendalikan perusahaan untuk dapat mencapai keseimbangan antara
26
Universitas Sumatera Utara
kekuatan
serta
kewenangan
perusahaan
dalam
memberikan
pertanggungjawabannya kepada para shareholder khususnya, dan stakeholders
pada umumnya. Tentu saja hal ini bertujuan untuk mengatur kewenangan direktur,
manajer, pemegang saham dan pihak lain yang berhubungan dengan
perkembangan
perusahaan
di
lingkungan
tertentu.
Prinsip-prinsip
GCG
memegang peranan penting untuk pemenuhan informasi penting yang berkaitan
dengan kinerja suatu perusahaan sebagai bahan pertimbangan para pemegang
saham atau calon investor untuk menanamkan modalnya dan perlindungan
terhadap kedudukan pemegang saham dari penyalahgunaan wewenang dan
penipuan yang bisa dilakukan oleh direksi atau komisaris perusahaan.
3.2 Hipotesis Penelitian
Liquidity ratio menunjukan kemampuan perusahan untuk memenuhi
kewajiban-kewajiban keuangannya yang harus segera dibayar. Liquidity ratio
yang digunakan adalah current ratio, dimana apabila current ratio rendah
biasanya dianggap menunjukan terjadinya masalah dalam likuiditas. Sebaliknya
jika current ratio-nya terlalu tinggi juga kurang bagus karena menunjukan
banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan
perusahaan dalam mendapatkan laba. Apabila perusahaan dapat mencapai target
laba yang diinginkan, perusahaan tersebut wajib membagikannya kepada para
pemegang saham dalam bentuk dividen. Laba ini terdiri dari laba yang ditahan
dan laba yang dibagikan, untuk memutuskan hal tersebut akan dibuat suatu
27
Universitas Sumatera Utara
kebijakan yang mempertimbangkan banyak hal dan hal inilah yang dapat
mempengaruhi kebijakan dividen.
Selain liquidity ratio, leverage juga merupakan salah satu hal yang dapat
mempengaruhi suatu kebijakan yang akan dibuat karena leverage digunakan
untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Analisis
ini digunakan untuk mengukur seberapa banyak dana yang di-supply oleh pemilik
perusahaan dalam proporsinya dengan dana yang diperoleh dari kreditur
perusahaan atau untuk mengukur sampai berapa jauh perusahaan telah dibiayai
dengan utang jangka panjang. Ada beberapa pertimbangan tertentu dari
perusahaan dalam mengatur perpaduan sumber modal mana yang akan dipakai.
Salah satu sumber modal perusahaan adalah dengan menerbitkan saham ke pasar
modal. Dengan mendaptkan modal dari hasil penerbitan saham maka perusahaan
memiliki kewajiban untuk membayarkan keuntungan dari operasi perusahaan
kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen.
Profitabilitas juga dapat mempengaruhi suatu kebijakan terutama
kebijakan dividen karena profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk
mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode
tertentu dan juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen
dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas manajemen dapat dilihat
dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan.
Lain halnya dengan asset growth, rasio ini digunakan untuk mengetahui
peningkatan pertumbuhan total aset perusahaan dari tahun ke tahun. Apabila aset
perusahaan semakin besar maka hal ini berpengaruh terhadap menentukan
28
Universitas Sumatera Utara
kebijakan dividen karena perusahaan akan lebih memilih untuk membiayai
ekspansi daripada membayar dividen.
Laba yang dihasilkan oleh perusahaan tentunya akan dibagikan dalam
bentuk dividen setelah laba tersebut dikurangi dengan beban pajak. Oleh sebab
itu, return on equity juga mempengaruhi dalam menentukan kebijakan dividen
karena ROE digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri.
Good Corporate Governance (GCG) adalah prinsip yang mengarahkan
dan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan
serta kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawabannya kepada
para shareholder khususnya, dan stakeholders pada umumnya. Tentu saja hal ini
dimaksudkan untuk mengatur kewenangan direktur, manajer, pemegang saham
dan pihak lain yang berhubungan dengan perkembangan perusahaan di
lingkungan tertentu.
Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis yang diajukan peneliti adalah
sebagai berikut:
H1: Variabel liquidity ratio, leverage, profitabilitas, asset growth, return on
equity dan good corporate governance berpengaruh langsung signifikan
terhadap kebijakan dividen secara simultan dan parsial.
Liquidity ratio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, leverage juga merupakan salah
satu hal yang dapat mempengaruhi suatu kebijakan yang akan dibuat karena
leverage digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai
29
Universitas Sumatera Utara
dengan hutang, kemudian profitabilitas mengukur tingkat keuntungan bersih yang
diperoleh perusahaan, lalu asset growth untuk melihat tingkat pertumbuhan aset
perusahaan, dan yang terakhir adalah ROE mengukur laba bersih sesudah pajak.
Semua variabel tersebut dapat mempengaruhi kebijakan dividen secara tidak
langsung melalui good corporate governance karena good corporate governance
merupakan suatu sistem pengelolaan perusahaan yang mencerminkan hubungan
yang sinergi antara manajemen dan pemegang saham.
Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis yang diajukan peneliti adalah
sebagai berikut:
H2 : Variabel liquidity ratio, leverage, profitabilitas, asset growth, dan return on
equity berpengaruh tidak langsung signifikan terhadap kebijakan dividen
melalui good corporate governance sebagai variabel intervening.
30
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kausalitas. Penelitian kausalitas
bertujuan menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dari suatu peristiwa
atau fenomena dan berusaha untuk memberikan bukti empiris dan menganalisa
apa saja yang mempengaruhi kebijakan deviden dan good corporate governance.
4.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan cara
memverifikasi perusahaan-perusahaan yang listing di BEI khususnya perusahaan
jasa tahun 2012-2015 dengan menggunakan www.idx.co.id.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah perusahaan jasa yang
terdaftar di BEI. Peneliti lebih fokus kepada perusahaan jasa karena banyaknya
data yang dapat dinilai dalam kebijakan yang dilkaukan perusahaan dalam
menentukan kebijakan deviden. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan
jasa yaitu sebanyak 305 perusahaan.
Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dengan memperhatikan
31
Universitas Sumatera Utara
kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria-kriteria yang harus dipenuhi untuk
menjadi sampel penelitian:
1. Perusahaan yang
masuk dalam pemeringkatan penerapan corporate
governance yang dilakukan oleh The Indonesian Institute for Corporate
Governance (IICG) berupa skor pemeringkatan Corporate Governance
Perception Index (CGPI) tahun 2011
2. Perusahaan yang mengalami tingkat pertumbuhan yang tinggi ditandai
dengan nilai pertumbuhan yang positif
3. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan auditan per 31
Desember dan dinyatakan dalam mata uang rupiah
4. Data perusahaan lengkap dengan variabel yang akan diteliti.
Berdasarkan criteria tersebut maka jumlah perusahaan yang memenuhi
kriteria sebagai sampel adalah sebanyak 10 perusahaan.
Tabel 4.2 Daftar Nama Sampel
No.
Kode
Nama Perusahaan
1
ANTM
PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk
2
BNGA
PT. Bank CIMB Niaga Tbk
3
BMRI
PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk
4
BBNI
PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
5
BBTN
PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
6
GIAA
PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk
7
TLKM
PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk
8
BJBR
PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat & Banten Tbk
32
Universitas Sumatera Utara
9
JSMR
PT. Jasa Marga (Persero) Tbk
10
WIKA
PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk
4.4 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah
pengambilan data sekunder yaitu data laporan keuangan perusahaan jasa di BEI
tahun 2012-2015.
4.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Dalam penelitian ini, yang dijadikan variabel dependen adalah Kebijakan
Deviden (Y2), variabel intervening adalah Good Corporate Governance (Y1)
sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah Liquidity Ratio (X1),
Leverage (X2), Profitabilitas (X3), Asset Growth (X4), dan Return on Equity (X5)
4.5.1 Variabel Dependen (Kebijakan Deviden)
Dividen adalah bagian dari laba bersih yang dibagikan kepada para
pemegang saham (pemilik modal sendiri) selain dibagi kepada pemegang saham
dalam bentuk dividen, laba bersih itu ditahan di dalam perusahaan untuk
membiayai operasi selanjutnya dan disebut sebagai retained earning. Kebijakan
dividen diukur dengan skala rasio menggunakan Dividend Payout Ratio (DPR)
yaitu rasio dividen per lembar saham biasa atas laba per lembar saham. Dengan
perhitungan sebagai berikut:
33
Universitas Sumatera Utara
4.5.2 Variabel Independen
4.5.2.1 Liquidity Ratio
Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapat dihitung melalui
sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan utang
lancar. Dengan perhitungan sebagai berikut:
4.5.2.2 Leverage
Debt to Equity Ratio (DER) digunakan sebagai proksi untuk mengukur
leverage. DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh
kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang
digunakan untuk membayar utang. Dengan perhitungan sebagai berikut:
4.5.2.3 Profitabilitass
Profitabilitas menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau
modal yang menghasilkan laba. Dengan perhitungan sebagai berikut:
4.5.2.4 Asset Growth
Pertumbuhan pada total asset yang besar akan menurunkan pembayaran
deviden kepada pemegang saham karena pengelola memanfaatkan laba yang
diperoleh perusahaan untuk aktivitas pendanaan internal peluang investasi yang
34
Universitas Sumatera Utara
ada, sehingga semakin besar pertumbuhan pada total asset akan mengakibatkan
perusahaan menurunkan pembayaran deviden. Dengan perhitungan sebagai
berikut:
4.5.2.5 Return on Equity
Return on Equity (ROE) yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur laba
bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. ROE yang besar menunjukkan bahwa
keuntungan yang diperoleh perusahaan juga besar sehingga perusahaan dapat
membayarkan dividen dalam jumlah besar pula. Dengan perhitungan sebagai
berikut:
4.5.3 Variabel Intervening (Good Corporate Governance)
Corporate Governance mengarahkan pengelolaan perusahaan pada upaya
pencapaian profit dan sustainability secara seimbang. Pencapaian keuntungan
tersebut merupakan wujud pemenuhan pemegang saham (shareholder) dan tidak
dapat dilepaskan dari upaya pencapaian sustainability yang merupakan wujud
pemenuhan kepentingan para stakeholders. Dengan perhitungan sebagai berikut:
GCG = Corporate Governance Perception Index (CGPI)
Untuk selengkapnya dapat dilihat pada tabel definisi operasional variabel
di bawah ini:
Tabel 4.3 Definisi Operasional Variabel
35
Universitas Sumatera Utara
Nama Variabel
Dependen:
Kebijakan
Dividen
(Y)
Independen:
Liquidity Ratio
( X1 )
Independen:
Leverage
( X2 )
Independen:
Profitabilitas
( X3 )
Definisi
Parameter
Operasional
Skala
Pengukuran
Kebijakan
perusahaan
dalam hal
pendistribusian
sebagian
keuntungan
perusahaan yang
akan diberikan
kepada para
pemegang
saham.
Rasio
Rasio
untuk
mengukur
kemampuan
perusahaan
untuk memenuhi
kewajiban
jangka pendek.
Rasio
Rasio
yang
mengukur
kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi
seluruh
kewajibannya.
Rasio
Rasio
yang
mengukur
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan
laba/profit.
Rasio
36
Universitas Sumatera Utara
Independen:
Asset Growth
( X4 )
Independen:
Return On
Equity
(X5)
Untuk
mengukur
peningkatan
pertumbuhan
dalam
perkembangan
usaha dari tahun
ke tahun.
Rasio
Untuk
mengukur laba
bersih sesudah
pajak
dengan
modal sendiri.
Untuk
mengukur
Good Corporate
seberapa
baik
Governance
perusahaan
( X5 )
menerapkan
GCG
Rasio
Intervening:
Corporate Governace Perception
Index
Interval
4.6 Metode dan Teknik Analisa Data
4.6.1 Metode Analisis Data
Model analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan model
analisis jalur (Path Analysis). Untuk keabsahan hasil analisis maka terlebih dahulu
dilakukan uji kualitas instrument penelitian, uji normalitas data, dan uji asumsi
klasik. Pengolahan data akan dilakukan dengan menggunakan alat bantu aplikasi
software SPSS.
Analisis jalur adalah perluasan dari analisis regresi linear berganda dimana
penggunaan analisis regresi untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel
37
Universitas Sumatera Utara
yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori. Hubungan kausalitas antar
variabel telah dibentuk dengan model berdasarkan landasan teori (Ghozali, 2013).
4.6.2 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis
jalur. Penelitian ini diuji dengan beberapa uji statistik yang terdiri dari uji asumsi
klasik dan uji hipotesis.
4.6.2.1 Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis
regresi maka diperlukan pengujian asumsi klasik agar datanya bermakna dan
bermanfaat seperti:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal. Metode yang
digunakan untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak adalah
dengan analisis grafik, yaitu melihat normal probability plot yang
membandingkan distribusi kumulatif dan distribusi normal. Distribusi
normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data akan
dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah normal,
maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis
diagonalnya (Ghozali:2013).
38
Universitas Sumatera Utara
2. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan
penggangu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena
observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan dengan satu sama
lainnya. Metode pengujian yang sering digunakan adalah dengan uji
Durbin-Watson (DW) yaitu dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka berarti
terdapat autokorelasi
2) Jika
d terletak antara dU dan (4-dU) maka berart tidak ada
autokorelasi
3) Jika d terletak anatara dL dan dU atau antara (4-dU) dan (4-dL)
maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.
3. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korealsi antar variabel independen. Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen
(Ghozali:2013).
Dalam
penelitian
ini,
untuk
menguji
terjadinya
multikolinearitas dalam suatu model regresi, dilakukan uji variance
inflaction factor (VIF). Nilai cut off yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai Tolerance < 0,10 atau
39
Universitas Sumatera Utara
sama dengan nilai VIF > 10 (Ghozali:2013). Artinya jika nilai VIF lebih
dari 10, maka dinyatakan model tersebut memiliki multikolinearitas,
demikian juga sebaliknya.
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah model regresi yang
memiliki persamaan variance residual suatu pengamatan dengan
pengamatan lain, atau homokedastisitas (Ghozali:2013). Dalam penelitian
ini, untuk mendeteksi ada tidaknya terjadi heteroskedastisitas, dilaukan
dengan melihat dari pola gambar scatterplot model tersebut. Jika tidak ada
pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0
pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
4.6.2.2 Uji Hipotesis
Berdasarkan hipotesis yang diajukan, maka model analisis jalur dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Persamaan regresinya adalah:
40
Universitas Sumatera Utara
Dimana:
= Good Corporate Governance
= Kebijakan Deviden
= Liquidity Ratio
= Leverage
= Profitabilitas
= Asset Growth
= Return On Equity
= Konstanta
= Koefisien Regresi
= Eror
Y1
Y2
X1
X2
X3
X4
X5
Dengan persamaan structural:
Dimana:
Y1
Y2
X1
X2
X3
X4
X5
= Good Corporate Governance
= Kebijakan Deviden
= Liquidity Ratio
= Leverage
= Profitabilitas
= Asset Growth
= Return On Equity
= Koefisien Regresi
= Eror
Pengujian hipotesis yang dilakukan ini mengguanakan uji-F (uji signifikansi
simultan) dan uji-t (uji signifikansi parsial) dan koefisien determinasi (
seperti yang diuraikan sebagai berikut:
1. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
41
Universitas Sumatera Utara
bersama-sama terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini,
digunakan tingkat signifikansi 5% atau 0,005. Adapun langkah-langkah
dalam pengambilan keputusan untuk uji statistic F :
1) Dengan melihat nilai signifikansi, apabila nilai sig
< 0,005 maka
dapat disimpulkan bahwa variabel independen secara simultan atau
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
atau hipotesis diterima.
2) Demikian juga sebaliknya, apabbila nilai sig
> 0,005 maka dapat
disimpulkan bahwa variabel independen secara simultan atau
bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen atau hipotesis ditolak.
2. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistic t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Dalam penelitian ini, digunakan tingkat signifikansi 5% atau
0,005. Adapun langkah-langkah dalam pengambilan keputusan untuk uji
statistic t adalah:
1) Dengan melihat nilai signifikan, apabila nilai sig
< 0,005 maka
dapat disimpulkan bahwa variabel independen secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen atau hipotesis
diterima.
42
Universitas Sumatera Utara
2) Demikian juga sebaliknya, apabila nilai sig
> 0,005 maka dapat
disimpulkan bahwa variabel independen secara parsial tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen atau hipotesis ditolak.
3. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi
pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hamper
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
independen.
43
Universitas Sumatera Utara
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1
Hasil Penelitian
5.1.1
Statistik Deskriptif
Setelah melalui berbagai tahapan penelitian yang telah direncanakan,
penelitian ini menghasilkan berbagai hal yang berhubungan dengan masalah yang
diajukan pada bagian awal. Hasil statistik deskriptif memberikan gambaran umum
terhadap data yang digunakan dalam penelitian ini sebelum mengadakan
pengujian hipotesis terhadap kualitas data yang digunakan untuk menjamin
terpenuhinya asumsi yang diperlukan terhadap model regresi.
Pada penelitian ini menggunakan kebijakan dividen dengan variabel
independen dengan menggunakan variabel liquidity ratio (CR), leverage (DER),
profitabilitas (ROA), asset growth (AG) dan return on equity (ROE). Sedangkan
variabel dependennya adalah kebijakan dividen yang diproksikan dengan DPR.
Dan Good Good Corporate Governance (GCG) sebagai variabel intervening.
Setelah dilakukan regresi atas penelitian ini, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 5.1
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
CR
40
1.00
871.50
2.7956E2
259.76996
DER
40
.21
11.40
4.9015
3.65403
ROA
40
.79
22.91
6.0878
6.51245
AG
40
5700614
9.E8
1.77E8
2.406E8
ROE
40
7.99
59.20
20.6155
11.42688
DPR
40
15.64
578.20
1.3880E2
151.12819
44
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.1
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
CR
40
1.00
871.50
2.7956E2
259.76996
DER
40
.21
11.40
4.9015
3.65403
ROA
40
.79
22.91
6.0878
6.51245
AG
40
5700614
9.E8
1.77E8
2.406E8
ROE
40
7.99
59.20
20.6155
11.42688
DPR
40
15.64
578.20
1.3880E2
151.12819
Valid N (listwise)
40
Dari tabel 5.1 statistik deskriptif dapat dijelaskan bahwa jumlah sampel data
adalah 10 perusahaan yang diambil dengan menggunakan jenis data sekunder.
Dari tabel diatas akan dijelaskan dibawah ini, yaitu :
a.
Liquidity ratio yang diproksikan dengan CR mempunyai nilai minimum
sebesar 1,00 sedangkan nilai maksimumnya 871,50 dengan rata–rata sebesar
2,795 dan standar deviasi sebesar 259,76996. Hal ini menunjukkan bahwa
CR sangat berfluktuasi karena selisih nilai minimum dan maksimum cukup
besar,
sehungga
mengindikasikan
bahwa
variabel
liquidity
ratio
berdistribusi normal.
b.
Leverage yang diproksikan dengan DER mempunyai nilai minimum sebesar
0,21 sedangkan nilai maksimumnya sebesar 11,40 dengan rata rata sebesar
4,9015 dan standar deviasi sebesar 3.65403. Hal ini menunjukkan bahwa
DER sangat berfluktuasi karena selisih nilai minimum dan maksimum
cukup besar, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel leverage
berdistribusi normal.
45
Universitas Sumatera Utara
c.
Profitabilitas yang diproksikan dengan ROA mempunyai nilai miminum
0,79 dengan nilai maksimum sebesar 22,91 dengan rata–rata sebesar 6.0878
dan standar deviasi sebesar 6.51245. Hal ini menunjukkan bahwa ROA
sangat berfluktuasi karena selisih antara nilai minimum dan maksimum
cukup besar, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel profitabilitas
berdistribusi normal.
d.
Aset Growth mempunyai nilai minimum sebesar 5.700614 dengan nilai
maksimum sebesar 9.E8 dengan rata – rata sebesar 1.77E8 dan standar
deviasi sebesar 2.406E8. Hal ini menunjukkan bahwa asset growth sangat
berfluktuasi karena selisih antara nilai minimum dan maksimum cukup
besar, sehingga dapat disimpulkan bahwa asset growth berdistribusi normal.
e.
Retun on Equity (ROE) mempunyai nilai minimum sebesar 7,99 dengan
nilai maksimum sebesar 59,20 dengan rata–rata sebesar 20,6155 dan standar
deviasi sebesar 11,42688. Hal ini menunjukkan bahwa ROE sangat
berfluktuasi karena selisih antara nilai minimum dan maksimum cukup
besar, sehingga dapat disimpulkan bahwa ROE berdistribusi normal.
f.
Kebijakan dividen yang diproksikan dengan DPR mempunyai nilai
minimum sebesar 15,64 dengan nilai maksimum sebesar 578,20, dengan
nilai rata–rata sebesar 1,3880E2 dan standar deviasi sebesar 151.12819. Hal
ini menunjukkan bahwa DPR sangat berfluktuasi karena selisih antara nilai
minimum dan maksimum cukup besar, sehingga dapat disimpulkan bahwa
DPR berdistribusi normal.
46
Universitas Sumatera Utara
5.1.2
Uji Asumsi Klasik
Dalam penelitian ini pengujian asumsi klasik hanya dilakukan terhadap uji
normalitas dan uji heterokedastisitas, uji multikolinearitas dan uji autokorelasi.
5.1.2.1 Hasil Uji Normalitas
Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi
variabel dependen dan independen yang digunakan dalam penelitian mempunyai
distribusi normal atau tidak. Model regresi yang layak adalah model yang
mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Uji normalitas data
digambarkan dengan menggunakan grafik histogram dan kolmogrov smirnov test.
Hasil pengujian normalitas data dapat dilihat dibawah ini:
Gambar 5.1 Histogram Nomalitas
Berdasarkan hasil uji asumsi klasik diketahui adanya distribusi data yang
cenderung normal, dimana pola distribusi gambar membentuk gelombang yang
melengkung ke tengah dan tidak miring ke kanan dan tidak miring ke kiri, atau
47
Universitas Sumatera Utara
dengan kata lain nilai residual histogram mendekati angka nol sehingga data
berdistribusi normal. Untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak maka
juga dapat dilihat dari tabel Uji kolmogorov smirnov test.
Tabel 5.2 Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
Normal Parametersa
Most Extreme Differences
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
40
.0000000
92.48978436
.161
.161
-.098
1.021
Uji
normali
tas
yang
diduku
.248
ng
a. Test distribution is Normal.
dengan
melihat uji one sample K-S yaitu berdasarkan tabel diatas dengan melihat data
Residual Asymp.Sig (2 Tailed) diatas sebesar 0,248, artinya nilai tersebut lebih
besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
5.1.2.2 Hasil Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas ini dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan
lainnya tetap, maka disebut homoskedastisitas, sebaliknya jika varians berbeda,
maka
disebut
heterokedastisitas
(Erlina,2007).
Berikut
hasil
pengujian
heterokedastisitas pada tabel 5.3 dibawah ini:
48
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan gambar 5.3 diatas dapat dilihat bahwa titik – titik menyebar
secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa model regresi ini layak dipakai dan tidak mengandung adanya
heterokedastisitas.
5.1.2.3 Hasil Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi antar variabel dilakukan dengan menggunakan uji
Durbin Watson. Dari hasil pengolahan data dapat dilihat pada tabel 5.4 dibawah
ini:
Tabel 5.4 Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
Durbin-Watson
1
.566a
.320
.220
1.87958
.715
a. Predictors: (Constant), CR,DER,ROA,AG,ROE
b. Dependent Variable: DPR
49
Universitas Sumatera Utara
Untuk tingkat signifikansi α = 0,05 dengan jumlah data 10 perusahaan,
maka diperoleh nilai Durbin Watson sebagai berikut :
= 0,243 dan
= 2,822.
Hipotesis :
Ho = Tidak ada autokorelasi
H1 = Ada autokorelasi
Dari hasil perhitungan diatas, maka diperoleh nilai DW = 0,715 diantara
= 2,822 dan 4 -
= 1,178, maka
= 0,243 < dw = 0,715 < 4 -
= 1,178
artinya tidak terdapat autokorelasi antar variabel.
5.1.2.4 Hasil Uji Multikolinearitas
Pengujian multikolinearitas ini digunakan untuk melihat apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen, Ghozali (2009).
Pengujian dilakukan dengan melihat nilai Collinearity Statistic dan nilai koefisien
korelasi diantara variabel independen. Nilai yang umumnya digunakan untuk
menunjukkan tidak adanya multikolinearitas terjadi apabila nilai Tolerance ≥ 0,10
atau dengan nilai VIF ≤ 10. Sebaliknya terjadi apabila nilai Tolerance < 0,10 atau
dengan nilai VIF > 10. Hasil pengujian multikolinearitas dapat dilihat pada tabel
5.5 dibawah ini:
Tabel 5.5 Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model
1
Tolerance
CR
VIF
.654
1.530
50
Universitas Sumatera Utara
DER
ROA
AG
.330
3.033
.133
7.525
.623
1.605
.243
4.111
ROE
a. Dependent Variable: DPR
Dari hasil di atas, maka dapat dilihat bahwa nilai VIF untuk semua variabel
independen lebih kecil dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Terima Ho, artinya tidak terdapat multikolinearitas.
5.1.3 Hasil Uji Hipotesis Pertama
Berdasarkan dari hasil analisis dengan menggunakan program SPSS maka
diperoleh hasil regresi yang mempengaruhi kebijakan dividen sebagai berikut :
TABEL 5.6 HASIL KOEFISIEN DETERMINASI CR, DER, ROA, AG,ROE
TERHADAP DPR
Model Summary
Adjusted R
Model
R
R Square
Square
Std. Error of the Estimate
1
.770a
.593
.518
.71961
Berdasarkan tabel 5.6 hasil koefisien determinasi di atas menunjukkan
bahwa nilai R sebesar 0,770 artinya bahwa variabel independen dengan variabel
51
Universitas Sumatera Utara
dependen melalui variabel intervening mempunyai hubungan yang cukup erat.
Sedangkan nilai Adjusted R Square sebesar 0,518 atau 51,8% artinya bahwa
variabel independen seperti liquidity ratio, leverage, profitabilitas, asset growth
dan return on equity dapat menjelaskan variabel dependen yaitu kebijakan dividen
sebesar 51,8% dan sisanya sebesar 48,2% dijelaskan oleh variabel lain diluar
variabel yang diteliti atau variabel yang tidak termasuk ke dalam model penelitian
ini yang dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut ini:
Tabel 5.7 HASIL ANALISIS PENGARUH CR, DER, ROA, AG,ROE SECARA SIMULTAN
TERHADAP DPR
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
Regression
Residual
Df
Mean Square
24.849
6
4.141
17.089
33
.518
41.937
39
F
7.998
Sig.
.000a
Total
a. Predictors: (Constant), CR, DER, ROA ,AG, ROE, GCG
b. Dependent Variable: DPR
Berdasarkan tabel 5.7 secara simultan di atas dapat dilihat bahwa nilai
signifikansi F adalah sebesar 0,000 dan F hitung sebesar 7,998. Nilai F tabel
berdasarkan tabel statistik adalah sebesar F-Tabel = 6,16. Signifikansi F = 0,000 ≤
tingkat signifikan yang digunakan α = 5%(0,05) dan F hitung = 7.998 > F Tabel
6,16.
52
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan kriteria di atas yang telah ditetapkan, hal ini menunjukkan
bahwa seluruh independen yaitu liquidity ratio, leverage, profitabilitas, asset
growth dan return on equity berpengaruh secara simultan terhadap variabel
dependen yaitu kebijakan dividen melalui Good Corporate Governance.
Dari regresi yang diperoleh maka dapat dibuat persamaan regresi linear
sederhana sebagai berikut :
Y = 4.185 – 0,002CR – 0,095DER – 0,007ROA + 4.082AG + 0,028ROE
Tabel 5.8 Hasil Regresi CR,DER,ROA, AG, ROE Terhadap DPR
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
CR
DER
ROA
AG
Std. Error
4.185
.355
-.002
.000
-.095
Standardized
Coefficients
Beta
t
Sig.
11.786
.000
-.514
-4.474
.000
.046
-.336
-2.077
.045
-.007
.041
-.044
-.175
.862
4.082E-9
.000
.947
8.044
.000
.028
.017
.309
1.640
.110
ROE
a. Dependent Variable: DPR
53
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan persamaan regresi tersebut di atas, maka pengaruh dari
masing-masing variabel dapat dilihat sebagai berikut :
1.
Nilai Konstanta (bo) = 4.185, menunjukkan bahwa apabila nilai semua
variabel liquidity ratio, leverage, profitabilitas, asset growth, ROE dan GCG
maka kebijakan dividen sebesar 4,185.
2.
Nilai koefisien liquidity ratio = -0.002, menunjukkan bahwa setiap terjadi
kenaikan liquidity ratio sebesar 1 maka akan terjadi penerimaan kebijakan
dividen sebesar 0.002 dengan asumsi variabel lain dianggap konstan.
Signifikansi variabel liquidity ratio sebesar 0.000 atau 0% < α = 5%. Maka
variabel liquidity ratio secara parsial berpengaruh negative dan signifikan
terhadap kebijakan dividen.
3.
Nilai koefisien leverage = -0.095, menunjukkan bahwa setiap terjadi
kenaikan leverage sebesar 1 maka akan terjadi penurunan kebijakan dividen
sebesar 0.095 dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Signifikansi
variabel leverage sebesar 0.045 atau 45% < α = 5%. Maka Variabel
leverage secara parsial berpengaruh negatf dan signifikan terhadap
kebijakan dividen.
4.
Nilai koefisien profitabilitas = -0.007, menunjukkan bahwa setiap terjadi
kenaikan profitabilitas sebesar 1 maka akan terjadi penurunan kebijakan
dividen sebesar 0.007 dengan asumsi variabel lain dianggap konstan.
Signifikansi variabel profitabilitas sebesar 0.862 atau 86.2% > α = 5%.
Maka variabel profitabilitas secara parsial tidak berpengaruh terhadap
kebijakan dividen.
54
Universitas Sumatera Utara
5.
Nilai koefisien asset growth = 4.082, menunjukkan bahwa setiap terjadi
kenaikan asset growth sebesar 1 maka akan terjadi peningkatan kebijakan
dividen sebesar 4.082 dengan asumsi variabel lain dianggap konstan.
Signifikansi variabel asset growth sebesar 0.000 atau 0% < α = 5%. Maka
variabel asset growth secara parsial berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kebijakan dividen.
6.
Nilai koefisien Return on Equity = 0.028, menunjukkan bahwa setiap terjadi
kenaikan ROE sebesar 1 maka akan terjadi peningkatan kebijakan dividen
sebesar 0.028 dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Signifikansi
variabel ROE sebesar 0.110 atau 11% > α = 5%. Maka variabel ROE secara
parsial tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
5.1.4 Hasil Uji Hipotesis Kedua
5.1.4.1 Pengaruh Liquidity Ratio Terhadap Kebijakan Dividen Melalui Good
Good Corporate Governance
Pengaruh liquidity ratio terhadap kebijakan dividen melalui Good Good
Corporate Governance sesuai dengan gambar 5.2 dibawah ini:
55
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.2 Pengaruh Liquidity Ratio (CR) Terhadap Kebijakan Dividen
(DPR) melalui Good Corporate Governance (GCG)
Perhitungan pengaruh langsung dan tidak langsung liquidity ratio terhadap
kebijakan dividen disajikan pada tabel berikut :
Tabel 5.9 Uji Regresi CR,DER,ROA,AG,ROE Terhadap DPR
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
4.185
.355
CR
-.002
.000
DER
-.095
.046
ROA
-.007
AG
Standardized
Coefficients
Beta
T
Sig.
11.786
.000
-.514
-4.474
.000
-.336
-2.077
.045
.041
-.044
-.175
.862
4.082E-9
.000
.947
8.044
.000
.028
.017
.309
1.640
.110
ROE
a. Dependent Variable: DPR
Tabel 5.10 Uji Regresi CR,DER,ROA,AG,ROE Terhadap GCG
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
20.606
3.477
.005
.004
DER
-.210
ROA
Beta
t
Sig.
5.926
.000
.244
1.214
.233
.450
-.132
-.466
.644
-.249
.397
-.279
-.626
.535
4.616E-11
.000
.002
.009
.993
.045
.167
.089
.271
.788
CR
AG
Standardized
Coefficients
ROE
a. Dependent Variable: GCG
Tabel 5.11 Uji Regresi GCG Terhadap DPR
Coefficientsa
56
Universitas Sumatera Utara
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
B
1
(Constant)
Std. Error
4.480
.617
-.004
.029
Coefficients
Beta
t
Sig.
7.264
.000
-.134
.894
GCG
-.022
a. Dependent Variable: DPR
Dari tabel di atas dan kerangka konsep penelitian di atas, dapat
diinterprestasikan pengaruh langsung dan tidak langsung liquidity ratio terhadap
kebijakan dividen dengan menggunakan analisis jalur (path analysis) dapat
dihitung sebagai berikut :
Pengaruh langsung :
-
CR ke DPR
= -0,514
Pengaruh tidak langsung :
-
CR ke GCG ke DPR
= 0,244 x- 0,022
Jumlah pengaruh tidak langsung
= -0,005
= -0,005
Dari hasil diatas pengaruh liquidity ratio terhadap kebijakan dividen lebih
besar pengaruh langsung daripada pengaruh tidak langsung. Oleh sebab itu Good
Corporate Governance bukanlah variabel intervening yang baik. Maka dapat
disimpulkan bahwa liquidity ratio berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
5.1.4.2 Pengaruh Leverage Terhadap Kebijakan Dividen Melalui Good
Corporate Governance
Pengaruh leverage terhadap kebijakan dividen melalui Good Corporate
Governance sesuai dengan gambar 5.3 dapat dilihat dibawah ini:
57
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.3 Pengaruh Leverage (DER) Terhadap Kebijakan Dividen (DPR)
melalui Good Corporate Governance (GCG)
Dari data tabel dan kerangka konsep di atas, dapat dilihat pengaruh
langsung dan tidak langsung leverage terhadap kebijakan dividen dengan
menggunakan analisis jalur ( path analysis) dapat dihitung sebagai berikut :
Pengaruh langsung
-
DER ke DPR
= - 0,336
Pengaruh tidak langsung
-
DER ke GCG ke DPR
= -0,132 x-0,022
-
Jumlah pengaruh tidak langsung
= 0,003
= 0,003
Dari hasil di atas pengaruh leverage terhadap kebijakan dividen lebih besar
nilai pengaruh tidak langsung daripada pengaruh langsung. Oleh sebab itu,
variabel Good Corporate Governance merupakan variabel intervening yang baik.
Maka dapat disimpulkan leverage berpengaruh terhadap kebijakan dividen
melalui Good Corporate Governance.
5.1.4.3 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen Melalui Good
Corporate Governance
58
Universitas Sumatera Utara
Pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan dividen melalui Good Corporate
Governance sesuai dengan gambar 5.4 dapat dilihat dibawah ini:
Gambar 5.4 Pengaruh profitabilitas (ROA) terhadap kebijakan dividen (DPR)
melalui Good Corporate Governance (GCG)
Dari data tabel dan kerangka konsep di atas, dapat dilihat pengaruh
langsung dan tidak langsung profitabilitas terhadap kebijakan dividen dengan
menggunakan analisis jalur ( path analysis) dapat dihitung sebagai berikut :
Pengaruh langsung
-
ROA ke DPR
= - 0,044
Pengaruh tidak langsung
-
ROA ke GCG ke DPR
= -0,279 x-0,022
Jumlah pengaruh tidak langsung
= 0,006
= 0,006
Dari hasil di atas pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan dividen lebih
besar nilai pengaruh tidak langsung daripada pengaruh langsung. Oleh sebab itu,
variabel Good Corporate Governance merupakan variabel intervening yang baik.
Maka dapat disimpulkan profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen
melalui Good Corporate Governance.
59
Universitas Sumatera Utara
5.1.4.4 Pengaruh Asset Growth Terhadap Kebijakan Dividen Melalui Good
Corporate Governance
Pengaruh asset growth terhadap kebijakan dividen melalui Good Corporate
Governance sesuai dengan gambar 5.5 dapat dilihat dibawah ini:
Gambar 5.5 Pengaruh Asset Growth terhadap kebijakan dividen (DPR)
melalui Good Corporate Governance (GCG)
Dari data tabel dan kerangka konsep di atas, dapat dilihat pengaruh
langsung dan tidak langsung asset growth terhadap kebijakan dividen dengan
menggunakan analisis jalur ( path analysis) dapat dihitung sebagai berikut :
Pengaruh langsung
-
AG ke DPR
= 0,947
Pengaruh tidak langsung
-
AG ke GCG ke DPR
= 0,002 x-0,022
Jumlah pengaruh tidak langsung
= -0,0044
= -0,0044
Dari hasil di atas pengaruh asset growth terhadap kebijakan dividen lebih
besar nilai pengaruh langsung daripada pengaruh tidak langsung. Oleh sebab itu,
variabel Good Corporate Governance merupakan bukan variabel intervening
yang baik. Maka dapat disimpulkan asset growth berpengaruh terhadap kebijakan
dividen.
60
Universitas Sumatera Utara
5.1.4.5 Pengaruh Return On Equity Terhadap Kebijakan Dividen Melalui
Good Corporate Governance
Pengaruh return on equity terhadap kebijakan dividen melalui Good
Corporate Governance sesuai dengan gambar 5.6 dapat dilihat dibawah ini:
Gambar 5.6 Pengaruh Return on equity (ROE) terhadap kebijakan dividen
(DPR) melalui Good Corporate Governance (GCG)
Dari data tabel dan kerangka konsep di atas, dapat dilihat pengaruh
langsung dan tidak langsung return on equity terhadap kebijakan dividen dengan
menggunakan analisis jalur ( path analysis) dapat dihitung sebagai berikut :
Pengaruh langsung
-
ROE ke DPR
= 0,309
Pengaruh tidak langsung
-
ROE ke GCG ke DPR
= 0,089 x-0,022
Jumlah pengaruh tidak langsung
= -0,002
= -0,002
Dari hasil di atas pengaruh return on equity terhadap kebijakan dividen
lebih besar nilai pengaruh langsung daripada pengaruh tidak langsung. Oleh sebab
itu, variabel Good Corporate Governance merupakan bukan variabel intervening
61
Universitas Sumatera Utara
yang baik. Maka dapat disimpulkan return on equity
berpengaruh terhadap
kebijakan dividen.
5.2
Pembahasan
5.2.1 Hasil Uji Hipotesis Pertama
Berdasarkan uji asumsi klasik yang dilakukan pada model regresi I, dapat
diketahui bahwa model regresi tersebut telah memenuhi syarat uji asumsi klasik
sehingga layak digunakan untuk menganalisa pengaruh liquidity ratio, leverage,
profitabilitas, asset growth, dan return on equity berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan dividen.
Nilai Adjusted R Square sebesar 0,518 atau 51,8% artinya bahwa variabel
independen seperti liquidity ratio, leverage, profitabilitas, asset growth dan return
on equity dapat menjelaskan variabel dependen kebijakan dividen sebesar 51,8%.
Hasil ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel independen berpengaruh
terhadap kebijakan dividen.
Hasil pengujian variabel liquidity ratio
mempunyai nilai signifikansi
sebesar 0,000 < α = 5% dan berpengaruh negatif dilihat dari nilai koefisien -0.002
Hal ini menunjukkan bahwa variabel liquidity ratio berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan jasa yang terdaftar di BEI
periode tahun 2012 – 2015. Pengaruh negatif dan signifikan menunjukkan bahwa
semakin tinggi liquidity ratio berarti mengakibatkan semakin
rendahnya
kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. Hal ini tidak sejalan dengan
Signaling Theory yang mengemukakan bahwa dengan tingkat likuiditas yang
62
Universitas Sumatera Utara
tinggi mampu meningkatkan keyakinan para investor bahwa perusahaan dapat
membayar dividen yang tinggi. Namun, penelitian ini sejalan dengan Silviana et
al (2014) yang menyatakan bahwa liquidity ratio berpengaruh negatif signifikan
terhadap kebijakan dividen.
Variabel leverage mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,045 < α = 5% dan
berpengaruh negatif dilihat dari nilai koefisien -0.095. Hal ini menunjukkan
bahwa variabel leverage bepengaruh negative dan signifikan terhadap kebijakan
dividen pada perusahaan jasa yang terdaftar di BEI periode tahun 2012 – 2015.
Pengaruh negatif signifikan menunjukkan semakin tinggi DER berarti semakin
tinggi pula tingkat komposisi hutang perusahaan sehingga mengakibatkan
rendahnya kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. Hal ini tidak sesuai
dengan Signaling Theory yang menyatakan bahwa dengan tingkat leverage yang
tinggi mampu meningkatkan keyakinan para investor bahwa perusahaan dapat
membayar dividen yang tinggi, tetapi hasil penelitian ini sejalan dengan
Sulistiyowati et al (2010) yang menyatakan hasilnya bahwa leverage berpengaruh
negative dan signifikan terhadap kebijakan dividen.
Variabel profitabilitas mempunyai nilai signifikan sebesar 0,862 > α = 5%.
Hal ini menunjukkan bahwa variabel profitabilitas tidak berpengaruh terhadap
kebijakan dividen pada perusahaan jasa yang terdaftar di BEI periode tahun
2012–2015. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi ROA yaitu tingkat
keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan dalam menjalankan operasionalnya
tidak mempengaruhi dividen yang akan dibagikan. Hasil penelitian ini tidak
63
Universitas Sumatera Utara
sejalan dengan Indah (2010) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh
negatif signifikan terhadap kebijakan dividen.
Variabel assets growth mempunyai nilai signifikan sebesar 0,000 < α = 5%
dan berpengaruh positif dilihat dari nilai koefisien 4.082. Hal ini menunjukkan
bahwa variabel assets growth berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kebijakan dividen pada perusahaan jasa yang terdaftar di BEI periode tahun
2012-2015. Pengaruh positif dan signifikan ini menunjukkan bahwa pertumbuhan
perusahaan dapat dilihat dari sisi penjualan, asset maupun laba bersih perusahaan.
Pertumbuhan perusahaan yang dapat diwujudkan dengan menggunakan investasi
dengan sebaik-baiknya. Hal penelitian ini sesuai dengan Signaling Theory yang
menyatakan bahwa dengan tingkat asset growth yang tinggi mampu
meningkatkan keyakinan para investor bahwa perusahaan dapat membayar
dividen yang tinggi. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
Iwan (2012) yang menyatakan bahwa pertumbuhan pada total asset yang besar
akan menurunkan pembayaran dividen kepada pemegang saham dan penelitian
yang menyatakan bahwa assets growth tidak berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan dividen.
Variabel ROE mempunyai nilai signifikan sebesar 0,110 > α = 5%. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel ROE tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen
pada perusahaan jasa yang terdaftar di BEI periode tahun 2012 – 2015. Dengan
hasil penelitian yang menunjukkan hasil tidak berpengaruh artinya semakin tinggi
nilai ROE maka tidak akan mempengaruhi nilai DPR. Hasil penelitian ini tidak
sejalan dengan Signaling Theory yang mengemukakan bahwa dengan tingkat
64
Universitas Sumatera Utara
ROE yang tinggi mampu meningkatkan keyakinan para investor bahwa
perusahaan dapat membayar dividen yang tinggi. Namun hasil penelitian ini
sejalan dengan hasil penelitian Ahmad (2013) yang menyatakan bahwa ROE tidak
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.
5.2.2
Hasil Uji Hipotesis Kedua
Variabel intervening merupakan variabel mediating yang fungsinya
memediasi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen
(Ghozali, 2005). Untuk menguji pengaruh variabel intervening digunakan metode
Path Analysis.
Sebagaimana yang dilihat pada gambar dari variabel liquidity ratio terhadap
kebijakan dividen lebih besar pengaruh langsung daripada pengaruh tidak
langsung. Oleh sebab itu good corporate governance bukanlah variabel
intervening yang baik. Maka dapat disimpulkan bahwa liquidity ratio berpengaruh
terhadap kebijakan dividen.
Variabel leverage terhadap kebijakan dividen lebih besar nilai pengaruh
tidak langsung daripada pengaruh langsung. Oleh sebab itu, variabel good
corporate governance merupakan variabel intervening yang baik. Maka dapat
disimpulkan leverage berpengaruh terhadap kebijakan dividen melalui good
corporate governance.
Variabel profitabilitas terhadap kebijakan dividen lebih besar nilai pengaruh
tidak langsung daripada pengaruh langsung. Oleh sebab itu, variabel Good
Corporate Governance merupakan variabel intervening yang baik. Maka dapat
65
Universitas Sumatera Utara
disimpulkan profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen melalui Good
Corporate Governance.
Variabel asset growth terhadap kebijakan dividen
lebih besar nilai
pengaruh langsung daripada pengaruh tidak langsung. Oleh sebab itu, variabel
Good Corporate Governance merupakan bukan variabel intervening yang baik.
Maka dapat disimpulkan asset growth berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
Variabel return on equity terhadap kebijakan dividen lebih besar nilai
pengaruh langsung daripada pengaruh tidak langsung. Oleh sebab itu, variabel
Good Corporate Governance merupakan bukan variabel intervening yang baik.
Maka dapat disimpulkan return on equity berpengaruh terhadap kebijakan
dividen.
Dari penjelasan di atas, peran good corporate governance diyakini akan
dapat membatasi perilaku secara tero