Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen dengan good corporate governance sebagai variabel intervening pada perusahaan jasa di bursa efek Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Signaling Theory dan Agency Theory
Menurut teori signaling yang dikemukakan oleh Modigliani dan Miller
bahwa jika ada kenaikan dividen, sering diikuti dengan kenaikan harga saham.
Sebaliknya penurunan dividen pada umumnya menyebabkan harga saham turun.
Fenomena ini dapat dianggap sebagai bukti bahwa para investor lebih menyukai
dividen daripada capital gains. Kenaikan dividen merupakan sinyal kepada para
investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik
di masa mendatang. Sebaliknya, sutu penurunan dividen atau kenaikan dividen
yang dibawah kenaikan normal diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa
perusahaan menghadapi masa sulit.
Agency Theory menyatakan hubungan agensi muncul ketika satu orang
atau lebih (principal) memperkerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu
jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada
agent tersebut. Hubungan antara principal dan agent dapat mengarah pada kondisi
ketidakseimbangan informasi karena agent berada pada posisi yang memiliki
informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan dengan principal.
2.1.2 Kebijakan Dividen
8
Universitas Sumatera Utara
Dividen adalah bagian dari laba bersih yang dibagikan kepada para
pemegang saham (pemilik modal sendiri) selain dibagi kepada pemegang saham
dalam bentuk dividen, laba bersih itu ditahan di dalam perusahaan untuk
membiayai operasi selanjutnya dan disebut sebagai retained earning (Husnan,
1996).
Dividen adalah pembagian laba yang dibayarkan kepada pemegang saham
berdasarkan pada banyaknya saham yang dimiliki (Siegel dan Shim, 1999).
Kebijakan dividen sering dianggap sebagai sinyal bagi investor dalam menilai
baik buruknya perusahaan. Hal ini disebabkan kebijakan dividen dapat membawa
pengaruh terhadap harga saham perusahaan (Hatta, 2002)
Kebijakan dividen adalah suatu masalah bagi perusahaan-perusahaan
dengan perolehan-perolehan positif. Hal ini merupakan suatu masalah dan
kesempatan bagi perusahaan-perusahaan tertentu. Mereka memiliki sumber daya
(kas) untuk membayar dividen, sebagaimana hak legal (keberadaan laba ditahan).
Dividen merupakan suatu perluasan pengambilan keputusan oleh dewan direksi
dari suatu perusahaan yang disetujui oleh para pemegang saham (Salim, 2011:
119)
Kebijakan dividen adalah bersangkutan dengan penentuan pembagian
pendapatan antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada para
pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan di dalam perusahaan,
yang berarti pendapatan tersebut harus ditahan di dalam perusahaan atau dengan
kata lain kebijakan dividen berkaitan dengan penentuan berapa proporsi dari laba
9
Universitas Sumatera Utara
yang akan dibagikan sebagai dividen dan berapa proporsi yang ditahan untuk
diinvestasikan (Riyanto, 2001: 265)
Kebijakan dividen merupakan kebijakan yang terkait dengan kebijakan
pembayaran dividen oleh perusahaan dan terkait dengan keputusan pembagian
laba apakah laba akan ditahan atau dibayarkan sebagai dividen serta penentuan
besar kecilnya dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Rasio
pembayaran dividen (DPR) menentukan jumlah laba yang dibagi dalam bentuk
dividen kas dan laba ditahan sebagai sumber pendanaan. Kebijakan dividen
diukur dengan perbandingan antara dividen yang dibayarkan dengan laba bersih
yang didapat dan biasanya disajikan dalam bentuk presentase dividend payout
ratio.
2.1.3 Liquidity Ratio
Liquidity ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka pendek. Likuiditas merupakan pertimbangan utama
dalam kebijakan deviden.
Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampauan
perusahaan-perusahaan membayar semua kewajiban fianansial jangka pendek
pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia.
Likuidiatas tidak hanya berkenaan dengan keadaan keseluruhan keuangan
perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan kemampuannya mengubah aktiva lancar
tertentu menjadi uang kas.
10
Universitas Sumatera Utara
Riyanto (2008) menyatakan bahwa likuiditas adalah masalah yang
berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban
keuangannya
yang
segera
harus
dipenuhi.
Suatu perusahaan yang mempunyai asset lancar sedemikian besarnya sehingga
mampu memenuhi segala kewajiban keuangannya yang segera harus terpenuhi,
dikatakan bahwa perusahaan tersebut likuid, dan sebaliknya apabila suatu
perusahaan tidak memiliki aset lancar yang cukup untuk memenuhi segala
kewajiban keuangannya yang segera harus terpenuhi dikatakan perusahaan
tersebut insolvable.
Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui
sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang
lancar. Dengan demikian rasio likuiditas berpengaruh dengan kinerja keuangan
perusahaan sehingga rasio ini memiliki hubungan dengan harga saham
perusahaan.
Current ratio (CR) digunakan untuk mengukur seberapa besar
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya terhadap
aktiva lancar yang mereka miliki. Current asset meliputi marketable securities,
account receivable, inventory, sedangkan current liabilities meliputi account
payable, short term notes payable, current maturities of longterm debt, accrued
taxes dan accrued expenses.
2.1.4 Leverage
11
Universitas Sumatera Utara
Leverage adalah kemampuan perusahaan untuk menggunakan aktiva atau
dana yang mempunyai beban tetap untuk memperbesar tingkat penghasilan bagi
pemilik perusahaan. Leverage ratio adalah rasio yang mengukur seberapa jauh
atau besar perusahaan telah didanai atau dibiayai oleh hutang (Raharjaputra,
2009;199)
Debt to equity ratio digunakan sebagai proksi untuk mengukur leverage.
Debt to equity ratio (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal
sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Oleh karena itu semakin rendah
DER maka akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar
kewajibannya (Prihantoro, 2003)
2.1.5 Profitabilitas
Menurut Anaroraga dan Widianti (1997) dalam Arfan dan Antasari (2008)
bahwa
“Profitabilitas
menggambarkan
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan keuntungan, baik dihubungkan dengan modal sendiri maupun
modal bersama”.
Menurut
Riyanto
(2001)
profitabilitas
perusahaan
menunjukkan
perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba.
Profitabilitas merupakan kemampuan manajemen untuk memperoleh laba. Untuk
mengukur tingkat profitabilitas, penelitian ini menggunakan Return on Assets
(ROA) sebagai proksi profitabilitas dengan skala pengukuran berupa rasio. ROA
merupakan tingkat keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan dalam
12
Universitas Sumatera Utara
menjalankan operasionalnya. ROA mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
menggunakan investasi yang ada dan memaksimalkan profitabilitas perusahaan.
Perusahaan dengan profitabilitas tinggi tentu kemampuan mereka untuk
membayar dividen kepada para pemegang saham juga tinggi.
2.1.6 Asset Growth
Perusahaan yang berkembang adalah perusahaan yang mengalami
peningkatan pertumbuhan dalam perkembangan usahanya dari tahun ke tahun.
Pertumbuhan pada total aset yang besar akan menurunkan pembayaran dividen
kepada pemegang saham karena pengelola perusahaan memanfaatkan laba yang
diperoleh perusahaan untuk aktivitas pendanaan internal peluang investasi yang
ada, sehingga semakin besar pertumbuhan pada total aset akan mengakibatkan
perusahaan menurunkan pembayaran dividen. Semakin besar kebutuhan dana di
masa yang akan datang akan semakin memungkinkan perusahaan menahan
keuntungan dan tidak membayarkannya sebagai dividen (Wahyudi dan Baidori,
2008).
2.1.7 Return On Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) adalah rasio profitabilitas yang membandingkan
antar net profit perusahaan dengan aset bersihnya (ekuitas atau modal). Rasio ini
mengukur berapa banyak keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan
dibandingkan dengan modal yang disetor oleh pemegang saham.
13
Universitas Sumatera Utara
ROE membandingkan laba bersih setelah pajak dengan ekuitas yang telah
diinvestasikan pemegang saham perusahaan (Van Horne dan Wachowicz, 2005).
Rasio ini menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan
nilai buku para pemegang saham dan sering kali digunakan dalam
membandingkan dua atau lebih perusahaan atas peluang investasi yang baik dan
manajemen biaya yang efektif.
Menurut
Tandelilin
(2002),
ROE
mereflesikan
seberapa
banyak
perusahaan telah memperoleh hasil atas dana yang telah diinvestasikan oleh
pemegang saham baik secara langsung atau dengan laba yang telah ditahan.
2.1.8 Good Corporate Governance (GCG)
Menurut
(Suta,
2000)
meluasnya
kebutuhan
terhadap
GCG
dilatarbelakangi oleh :
-
Berkembangnya
equity
market,
terutama
di
negara-negara
maju
mengharuskan bagi perusahaan dan pelaku pasar lainnya untuk lebih
transparan, fair dan terbuka dalam pembuatan keputusan perusahaan.
-
Adanya kompetisi yang semakin tajam terhadap sumber-sumber keuangan
yang dikelola oleh dana pensiun, asuransi, mutual funds, dan institusiinstitusi keuangan lainnya.
-
Semakin meningkatnya keterlibatan masyarakat (stakeholders) baik
langsung maupun tidak langsung, dalam kaitannya dengan lingkungan
hidup, tenaga kerja, pengguna dana masyarakat, pajak, dan lain-lain, akan
mengharuskan perusahaan untuk mengembangkan GCG.
-
Adanya keharusan dari pemerintah terutama yang terkait dengan regulated
industry seperti pasar modal, perbankan, dan industri-industri penting
lainnya.
14
Universitas Sumatera Utara
Corporate governance mengarahkan pengelolaan perusahaan pada upaya
pencapaian profit dan sustainability secara seimbang (Daniri, 2006). Pencapaian
keuntungan
tersebut
merupakan
wujud
pemenuhan
pemegang
saham
(shareholder) dan tidak dapat dilepaskan dari upaya pencapaian sustainability
yang merupakan wujud pemenuhan kepentingan para pemangku kepentingan
(stakeholders).
Corporate governance berkaitan dengan bagaimana para investor yakin
bahwa manajer akan memberikan keuntungan dan tidak akan melakukan
ekspropriasi yang tidak menguntungkan terhadap dana yang telah ditanamkan
oleh investor (Shleifer dan Vishny, 1989 dalam Darmawati, 2005)
Tata kelola yang baik sebagai bentuk dari perlindungan investor sehingga
membuat investor yang merasa terproteksi akan bersedia mendapatkan dividen
yang lebih rendah dan laba perusahaan dapat digunakan untuk reinvestasi
(Santoso, 2008)
Corporate governance sebagai penentu besarnya kebijakan dividen
(Gluger, 2003). Perusahaan yang melaksanakan corporate governance dapat
mendatangkan pertambahan yang signifikan untuk dividend to cash flow ratio
(Kowalewski et al, 2007).
2.2 Review Peneliti Terdahulu
Penelitian ini meneliti tentang hubungan antara liquidity ratio, leverage,
profitabilitas, asset growth, return on equity terhadap kebijakan dividen dengan
15
Universitas Sumatera Utara
good corporate governance sebagai variabel intervening, merujuk dari beberapa
penelitian terdahulu yaitu :
Silviana et al (2014) meneliti tentang analisis variabel-variabel yang
mempengaruhi kebijakan dividen menghasilkan bahwa secara simultan keempat
variabel yang digunakan memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan
dividen. Secara parsial menunjukkan bahwa variabel return on equity berpengaruh
signifikan positif terhadap kebijakan dividen dan variabel debt to equity ratio,
asset growth dan cash ratio berpengaruh signifikan negatif terhadap kebijakan
dividen.
Kurniawan (2012) meneliti tentang variabel-variabel yang mempengaruhi
kebijakan pembayaran dividen pada perusahaan Industri Otomotif yang terdaftar
di BEI menghasilkan bahwa variabel current ratio, debt to equity ratio, free cash
flow mempunyai pengaruh secara parsial terhadap dividend payout ratio.
Sedangkan variabel return on asset dan growth potential tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio.
Sulistiyowati ( 2010 ) meneliti tentang pengaruh profitabilitas, leverage,
dan growth terhadap kebijakan dividen dengan good corporate governance
sebagai variabel intervening menghasilkan bahwa tidak mempunyai pengaruh
terhadap kebijakan dividen dengan GCG sebagai variabel intervening. Analisis
menunjukkan bahwa dengan analisis regresi berganda tidak ada satupun variabel
independen dan variabel kontrol yang secara statistik berpengaruh terhadap
kebijakan dividen.
16
Universitas Sumatera Utara
Hikmah ( 2010 ) meneliti tentang analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kebijakan dividen: pendekatan teori stakeholder menghasilkan
bahwa besarnya perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap DPR,
agency cost berpengaruh negatif dan signifikan terhadap DPR, konsentrasi
kepemilikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap DPR, biaya transaksi
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap DPR. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa yang terbukti berpengaruh signifikan terhadap DPR adalah
tiga variabel yaitu free cash flow, konsentrasi kepemilikan dan transaction cost.
Sandy (2013) meneliti tentang pengaruh profitabilitas dan likuiditas
terhadap kebijakan dividen kas pada perusahaan otomotif menghasilkan bahwa
rasio likuiditas yang terdiri atas current ratio dan quick ratio tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen kas. Rasio likuiditas
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban
jangka pendek. Perusahaan dalam membayar dividen memerlukan aliran kas
keluar, sehingga harus tersedia likuiditas yang cukup. Pada current ratio dan
quick ratio. Pada current ratio dan quick ratio terdapat kas sebagai salah satu
sumber untuk pembayaran dividen, namun besarnya current ratio dan quick ratio
tidak hanya dipengaruhi oleh kas saja namun juga oleh beberapa akun seperti
piutang dan persediaan.
Siregar ( 2007 ) meneliti tentang pengaruh pemisahan hak aliran kas dan
hak kontrol terhadap dividen menghasilkan bahwa terjadi konsentrasi kepemilikan
di tangan pemegang saham pengendali yang menyebabkan meningkatnya konflik
keagenan antara pemegang saham pengendali dengan pemegang saham minoritas.
17
Universitas Sumatera Utara
Konsentrasi aliran kas merupakan insentif bagi pemegang saham pengendali
untuk menghindari tindakan ekspropriasi.
Suharli ( 2007 ) meneliti tentang pengaruh profitability dan investment
opportunity set terhadap kebijakan dividen tunai dengan likuiditas sebagai
variabel penguatn menghasilkan bahwa likuiditas dapat digunakan sebagai
variabel
moderator
karena
memberikan
hasil
yang
signifikan
dalam
mempengaruhi profitabilitas dan kesempatan investasi tapi dari kedua variabel
independen hanya profitabilitas yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen.
Ardestani et al (2013) meneliti tentang Dividend Payout Policy,
Investment Opportunity Set and Corporate Financing in the Industrial Product
Sector of Malaysia menghasilkan bahwa set kesempatan investasi dan jatuh tempo
utang adalah faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan
dividen payout perusahaan sampel. Selain itu, profitabilitas dan risiko memainkan
peran penting dalam menentukan kebijakan dividen di sektor produk industri dari
Malaysia.
Moscu et al (2014) meneliti tentang Dividend Policy and Payout Ratio,
Evidence from Bucharest Stock Exchange menghasilkan bahwa kebijakan yang
ditetapkan oleh teori keuangan tidak berlaku dalam praktek perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Bucharest, tidak termasuk residu dianalisis, dihitung
sebagai rata-rata nilai dividen yang diberikan oleh semua perusahaan di semua
tahun, jumlah yang sama dengan 0,243 lei / saham. Mengenai rata-rata tingkat
pembagian dividen selama 2005-2012 itu adalah 17,29%, dan hanya 26
perusahaan telah diberikan rata-rata tingkat distribusi yang lebih tinggi dari rata-
18
Universitas Sumatera Utara
rata didaftarkan oleh semua perusahaan dalam kebijakan sample.dividend. Lebih
dari 33,33% pada periode 2005-2012, perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Bucharest disukai praktek dividen residual, sama dengan nol. Kebijakan sisa lebih
disukai oleh perusahaan yang fokus pada pertumbuhan bisnis. Sementara akan ada
peluang investasi lain ditandai dengan cara NPV positif, perusahaan tidak akan
membagikan dividen.
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
No
1.
2.
Nama Peneliti
Topik
Variabel Penelitian
Charlina
Silviana,
R.Rustam
Hidayat, Nila
Firdausi
Nuzula
( 2014)
Analisis
variabelvariabel yang
mempengaruh
i kebijakan
dividen
Variabel Dependen:
Kebijakan Dividen
Iwan
Kurniawan
( 2012 )
Variabelvariabel yang
mempengaruh
i kebijakan
pembayaran
dividen pada
perusahaan
Industri
Otomotif yang
terdaftar di
BEI
Variabel Dependen:
Kebijakan Dividen
Hasil Penelitian
Variabel Independen:
Return on equity
Debt to equity ratio
Asset growth
Cash ratio
Variabe lIndependen:
Current ratio
Debt to equity ratio
Return on Asset
Free Cash Flow
Growth Potential
Return on Equity
berpengaruh signifikan
dan positif terhadap
kebijakan dividen
Debt to Equity Ratio,
Asset Growth, dan
Cash Ratio
berpengaruh signifikan
dan negatif terhadap
kebijakan dividen.
Current Ratio, Debt to
Equity, dan Free Cash
Flow memiliki
pengaruh terhadap
kebijakan dividen.
Return of Asset dan
Growth Potential tidak
memiliki pengaruh
yang signifikan
terhadap kebijakan
dividen.
19
Universitas Sumatera Utara
3.
4.
Indah
Sulistiyowati
( 2010 )
Khoirul
Hikmah
( 2010 )
Pengaruh
profitabilitas,
leverage, dan
growth
terhadap
kebijakan
dividen
dengan good
corporate
governance
sebagai
variabel
intervening
Variabel Dependen:
Kebijakan Dividen
Analisis
faktor-faktor
yang
mempengaruh
i kebijakan
dividen:
pendekatan
teori
stakeholder
Variabel Dependen:
Kebijakan Dividen
Variabel Independen:
Profitabilitas
Leverage
Growth
Profitabilitas,
Leverage, dan Growth
tidak memiliki
pengaruh terhadap
kebijakan dividen.
Variabel Intervening:
Good Corporate
Governance
Variabel Independen:
Besar perusahaan
Agency cost
Konsentrasi
kepemilikan
Free cash flow
Biaya transaksi
Firm Size,Agency
Cost, dan Transaction
Cost memiliki
pengaruh negatif dan
signifikan terhadap
kebijakan dividen.
Konsentrasi
Kepemilikan memiliki
pengaruh positif yang
signifikan terhadap
kebijakan dividen.
Free Cash Flow
berpengaruh negative
dan tidak signifikan
terhadap kebijakan
dividen.
5.
Pratana Puspa
Midiastuty,
Eddy Suranta,
Rini Indriani,
Elizabeth
( 2008 )
Analisis
kebijakan
dividen : suatu
pengujian
dividen
signaling
theory dan
Variabel Dependen:
Kebijakan Dividen
Variabel Independen:
Reaksi pasar
Profitabilitas
Konsentrasi
Reaksi Pasar,
Profitabilitas, dan
Kosentrasi
Kepemilikan memiliki
pengaruh yang positif
dan signifikan
terhadap kebijakan
20
Universitas Sumatera Utara
6.
7.
8.
9.
Ahmad Sandy
dan Nur
Fadjrih Asyik
( 2013 )
Baldrie Siregar
( 2007 )
Michell
Suharli
( 2007 )
Hananeh
Shahteimoori
rent extraction
hypothesis
kepemilikan
dividen.
Pengaruh
Profitabilitas
dan Likuiditas
Terhadap
Kebijakan
Dividen Kas
Pada
Perusahaan
Otomotif
Variabel Dependen:
Kebijakan Dividen
Pengaruh
pemisahan
hak aliran kas
dan hak
kontrol
terhadap
dividen
Variabel Dependen:
Kebijakan Dividen
Pengaruh
profitability
dan
investment
Variabel Dependen:
Kebijakan Dividen
opportunity
set terhadap
kebijakan
dividen tunai
dengan
likuiditas
sebagai
variabel
penguat
Variabel Independen:
Profitability
Investment
opportunity set
Variabel Moderating:
Likuiditas
Investment
Opportunity Set tidak
memiliki pengaruh
terhadap kebijakan
dividen.
Dividend
Payout Policy,
Variabel Dependen:
Dividen Payout
Investment
Opportunity Set dan
Variabel Independen:
Rasio Profitabilitas
Rasio Likuiditas
Variabel Independen:
Hak aliran kas
Hak kontrol
Return on Asset
berpengaruh signifikan
terhadap kebijakan
dividen kas.
Profit Margin, Return
on Equity, Current
Ratio, Quick Ratio
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
kebijakan dividen kas
Hak Aliran Kas dan
Hak Kontrol memiliki
pengaruh yang positif
dan signifikan
terhadap kebijakan
dividen.
Profitabilitas memiliki
pengaruh yang postif
dan signifikan
terhadap kebijakan
dividen.
21
Universitas Sumatera Utara
10.
Addestani,
Siti Zaleha
Abdul Rasid,
Rohaida
Basiruddin,
Mohammadgh
orban Mehri
Investment
Opportunity
Set and
Corporate
Financing in
the Industrial
Product Sector
of Malaysia
Policy
Reluca
Georgiana
Moscu,
Carmen Judith
Grigorescu,
Ligia Prodan
Dividend
Policy and
Payout Ratio,
Evidence from
Bucharest
Stock
Exchange
Variabel Dependen:
Dividend Policy
Variabel Independen:
Investment
opportunity set
Corporate Financing
Corporate Financing
memiliki pengaruh
positif yang signifikan
terhadap kebijakan
dividen.
Payout Ratio memiliki
pengaruh terhadap
kebijakan dividen.
Variabel Independen:
Payout Ratio
Dari hasil penelitian terdahulu dapat ditarik beberapa kesimpulan yang
dapat dijadikan bahwa referensi maupun perbandingan bagi penulis. Menurut
Kurniawan (2012) dan Sandy (2013) liquidity ratio atau Current Ratio memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen.
Menurut Silviana (2014) dan Sulistiyowati (2010) leverage tidak
berpengaruh terhadap kebijakan dividen, tetapi berbeda dengan pendapat
Kurniawan (2012) yang menyatakan bahwa leverage memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kebijakan dividen.
Penelitian yang dilakukan oleh Sulistiyowati (2010) mengatakan bahwa
profitabilitas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen,
tetapi berbeda dengan pendapat Midiastuty (2008) dan Suharli (2007) yang
menyatakan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap kebijakan dividen.
22
Universitas Sumatera Utara
Menurut Silviana (2014), Kurniawan (2012), dan Sulistiyowati (2010)
menyatakan pendapat bahwa asset growth atau growth potential tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen.
Meurut Silviana (2014) bahwa Return on Equity memiliki pengaruh yang
signifikan positif terhadap kebijakan dividen, tetapi berbeda dengan pendapat
Sandy (2013) bahwa Return on Equity tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kebijakan dividen.
Hasil penelitian terdahulu terdapat pro dan kontra tentang beberapa
variabel yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen. Dari perbedaan pendapat
tersebut peneliti ingin melakukan penelitian tentang pengaruh liquidity ratio,
leverage, profitabilitas, asset growth, return on equity, dan good corporate
governance terhadap kebijakan dividen yang terjadi pada perusahaan jasa yang
terdaftar di BEI.
23
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Signaling Theory dan Agency Theory
Menurut teori signaling yang dikemukakan oleh Modigliani dan Miller
bahwa jika ada kenaikan dividen, sering diikuti dengan kenaikan harga saham.
Sebaliknya penurunan dividen pada umumnya menyebabkan harga saham turun.
Fenomena ini dapat dianggap sebagai bukti bahwa para investor lebih menyukai
dividen daripada capital gains. Kenaikan dividen merupakan sinyal kepada para
investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik
di masa mendatang. Sebaliknya, sutu penurunan dividen atau kenaikan dividen
yang dibawah kenaikan normal diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa
perusahaan menghadapi masa sulit.
Agency Theory menyatakan hubungan agensi muncul ketika satu orang
atau lebih (principal) memperkerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu
jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada
agent tersebut. Hubungan antara principal dan agent dapat mengarah pada kondisi
ketidakseimbangan informasi karena agent berada pada posisi yang memiliki
informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan dengan principal.
2.1.2 Kebijakan Dividen
8
Universitas Sumatera Utara
Dividen adalah bagian dari laba bersih yang dibagikan kepada para
pemegang saham (pemilik modal sendiri) selain dibagi kepada pemegang saham
dalam bentuk dividen, laba bersih itu ditahan di dalam perusahaan untuk
membiayai operasi selanjutnya dan disebut sebagai retained earning (Husnan,
1996).
Dividen adalah pembagian laba yang dibayarkan kepada pemegang saham
berdasarkan pada banyaknya saham yang dimiliki (Siegel dan Shim, 1999).
Kebijakan dividen sering dianggap sebagai sinyal bagi investor dalam menilai
baik buruknya perusahaan. Hal ini disebabkan kebijakan dividen dapat membawa
pengaruh terhadap harga saham perusahaan (Hatta, 2002)
Kebijakan dividen adalah suatu masalah bagi perusahaan-perusahaan
dengan perolehan-perolehan positif. Hal ini merupakan suatu masalah dan
kesempatan bagi perusahaan-perusahaan tertentu. Mereka memiliki sumber daya
(kas) untuk membayar dividen, sebagaimana hak legal (keberadaan laba ditahan).
Dividen merupakan suatu perluasan pengambilan keputusan oleh dewan direksi
dari suatu perusahaan yang disetujui oleh para pemegang saham (Salim, 2011:
119)
Kebijakan dividen adalah bersangkutan dengan penentuan pembagian
pendapatan antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada para
pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan di dalam perusahaan,
yang berarti pendapatan tersebut harus ditahan di dalam perusahaan atau dengan
kata lain kebijakan dividen berkaitan dengan penentuan berapa proporsi dari laba
9
Universitas Sumatera Utara
yang akan dibagikan sebagai dividen dan berapa proporsi yang ditahan untuk
diinvestasikan (Riyanto, 2001: 265)
Kebijakan dividen merupakan kebijakan yang terkait dengan kebijakan
pembayaran dividen oleh perusahaan dan terkait dengan keputusan pembagian
laba apakah laba akan ditahan atau dibayarkan sebagai dividen serta penentuan
besar kecilnya dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Rasio
pembayaran dividen (DPR) menentukan jumlah laba yang dibagi dalam bentuk
dividen kas dan laba ditahan sebagai sumber pendanaan. Kebijakan dividen
diukur dengan perbandingan antara dividen yang dibayarkan dengan laba bersih
yang didapat dan biasanya disajikan dalam bentuk presentase dividend payout
ratio.
2.1.3 Liquidity Ratio
Liquidity ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka pendek. Likuiditas merupakan pertimbangan utama
dalam kebijakan deviden.
Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampauan
perusahaan-perusahaan membayar semua kewajiban fianansial jangka pendek
pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia.
Likuidiatas tidak hanya berkenaan dengan keadaan keseluruhan keuangan
perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan kemampuannya mengubah aktiva lancar
tertentu menjadi uang kas.
10
Universitas Sumatera Utara
Riyanto (2008) menyatakan bahwa likuiditas adalah masalah yang
berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban
keuangannya
yang
segera
harus
dipenuhi.
Suatu perusahaan yang mempunyai asset lancar sedemikian besarnya sehingga
mampu memenuhi segala kewajiban keuangannya yang segera harus terpenuhi,
dikatakan bahwa perusahaan tersebut likuid, dan sebaliknya apabila suatu
perusahaan tidak memiliki aset lancar yang cukup untuk memenuhi segala
kewajiban keuangannya yang segera harus terpenuhi dikatakan perusahaan
tersebut insolvable.
Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui
sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang
lancar. Dengan demikian rasio likuiditas berpengaruh dengan kinerja keuangan
perusahaan sehingga rasio ini memiliki hubungan dengan harga saham
perusahaan.
Current ratio (CR) digunakan untuk mengukur seberapa besar
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya terhadap
aktiva lancar yang mereka miliki. Current asset meliputi marketable securities,
account receivable, inventory, sedangkan current liabilities meliputi account
payable, short term notes payable, current maturities of longterm debt, accrued
taxes dan accrued expenses.
2.1.4 Leverage
11
Universitas Sumatera Utara
Leverage adalah kemampuan perusahaan untuk menggunakan aktiva atau
dana yang mempunyai beban tetap untuk memperbesar tingkat penghasilan bagi
pemilik perusahaan. Leverage ratio adalah rasio yang mengukur seberapa jauh
atau besar perusahaan telah didanai atau dibiayai oleh hutang (Raharjaputra,
2009;199)
Debt to equity ratio digunakan sebagai proksi untuk mengukur leverage.
Debt to equity ratio (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal
sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Oleh karena itu semakin rendah
DER maka akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar
kewajibannya (Prihantoro, 2003)
2.1.5 Profitabilitas
Menurut Anaroraga dan Widianti (1997) dalam Arfan dan Antasari (2008)
bahwa
“Profitabilitas
menggambarkan
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan keuntungan, baik dihubungkan dengan modal sendiri maupun
modal bersama”.
Menurut
Riyanto
(2001)
profitabilitas
perusahaan
menunjukkan
perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba.
Profitabilitas merupakan kemampuan manajemen untuk memperoleh laba. Untuk
mengukur tingkat profitabilitas, penelitian ini menggunakan Return on Assets
(ROA) sebagai proksi profitabilitas dengan skala pengukuran berupa rasio. ROA
merupakan tingkat keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan dalam
12
Universitas Sumatera Utara
menjalankan operasionalnya. ROA mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
menggunakan investasi yang ada dan memaksimalkan profitabilitas perusahaan.
Perusahaan dengan profitabilitas tinggi tentu kemampuan mereka untuk
membayar dividen kepada para pemegang saham juga tinggi.
2.1.6 Asset Growth
Perusahaan yang berkembang adalah perusahaan yang mengalami
peningkatan pertumbuhan dalam perkembangan usahanya dari tahun ke tahun.
Pertumbuhan pada total aset yang besar akan menurunkan pembayaran dividen
kepada pemegang saham karena pengelola perusahaan memanfaatkan laba yang
diperoleh perusahaan untuk aktivitas pendanaan internal peluang investasi yang
ada, sehingga semakin besar pertumbuhan pada total aset akan mengakibatkan
perusahaan menurunkan pembayaran dividen. Semakin besar kebutuhan dana di
masa yang akan datang akan semakin memungkinkan perusahaan menahan
keuntungan dan tidak membayarkannya sebagai dividen (Wahyudi dan Baidori,
2008).
2.1.7 Return On Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) adalah rasio profitabilitas yang membandingkan
antar net profit perusahaan dengan aset bersihnya (ekuitas atau modal). Rasio ini
mengukur berapa banyak keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan
dibandingkan dengan modal yang disetor oleh pemegang saham.
13
Universitas Sumatera Utara
ROE membandingkan laba bersih setelah pajak dengan ekuitas yang telah
diinvestasikan pemegang saham perusahaan (Van Horne dan Wachowicz, 2005).
Rasio ini menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan
nilai buku para pemegang saham dan sering kali digunakan dalam
membandingkan dua atau lebih perusahaan atas peluang investasi yang baik dan
manajemen biaya yang efektif.
Menurut
Tandelilin
(2002),
ROE
mereflesikan
seberapa
banyak
perusahaan telah memperoleh hasil atas dana yang telah diinvestasikan oleh
pemegang saham baik secara langsung atau dengan laba yang telah ditahan.
2.1.8 Good Corporate Governance (GCG)
Menurut
(Suta,
2000)
meluasnya
kebutuhan
terhadap
GCG
dilatarbelakangi oleh :
-
Berkembangnya
equity
market,
terutama
di
negara-negara
maju
mengharuskan bagi perusahaan dan pelaku pasar lainnya untuk lebih
transparan, fair dan terbuka dalam pembuatan keputusan perusahaan.
-
Adanya kompetisi yang semakin tajam terhadap sumber-sumber keuangan
yang dikelola oleh dana pensiun, asuransi, mutual funds, dan institusiinstitusi keuangan lainnya.
-
Semakin meningkatnya keterlibatan masyarakat (stakeholders) baik
langsung maupun tidak langsung, dalam kaitannya dengan lingkungan
hidup, tenaga kerja, pengguna dana masyarakat, pajak, dan lain-lain, akan
mengharuskan perusahaan untuk mengembangkan GCG.
-
Adanya keharusan dari pemerintah terutama yang terkait dengan regulated
industry seperti pasar modal, perbankan, dan industri-industri penting
lainnya.
14
Universitas Sumatera Utara
Corporate governance mengarahkan pengelolaan perusahaan pada upaya
pencapaian profit dan sustainability secara seimbang (Daniri, 2006). Pencapaian
keuntungan
tersebut
merupakan
wujud
pemenuhan
pemegang
saham
(shareholder) dan tidak dapat dilepaskan dari upaya pencapaian sustainability
yang merupakan wujud pemenuhan kepentingan para pemangku kepentingan
(stakeholders).
Corporate governance berkaitan dengan bagaimana para investor yakin
bahwa manajer akan memberikan keuntungan dan tidak akan melakukan
ekspropriasi yang tidak menguntungkan terhadap dana yang telah ditanamkan
oleh investor (Shleifer dan Vishny, 1989 dalam Darmawati, 2005)
Tata kelola yang baik sebagai bentuk dari perlindungan investor sehingga
membuat investor yang merasa terproteksi akan bersedia mendapatkan dividen
yang lebih rendah dan laba perusahaan dapat digunakan untuk reinvestasi
(Santoso, 2008)
Corporate governance sebagai penentu besarnya kebijakan dividen
(Gluger, 2003). Perusahaan yang melaksanakan corporate governance dapat
mendatangkan pertambahan yang signifikan untuk dividend to cash flow ratio
(Kowalewski et al, 2007).
2.2 Review Peneliti Terdahulu
Penelitian ini meneliti tentang hubungan antara liquidity ratio, leverage,
profitabilitas, asset growth, return on equity terhadap kebijakan dividen dengan
15
Universitas Sumatera Utara
good corporate governance sebagai variabel intervening, merujuk dari beberapa
penelitian terdahulu yaitu :
Silviana et al (2014) meneliti tentang analisis variabel-variabel yang
mempengaruhi kebijakan dividen menghasilkan bahwa secara simultan keempat
variabel yang digunakan memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan
dividen. Secara parsial menunjukkan bahwa variabel return on equity berpengaruh
signifikan positif terhadap kebijakan dividen dan variabel debt to equity ratio,
asset growth dan cash ratio berpengaruh signifikan negatif terhadap kebijakan
dividen.
Kurniawan (2012) meneliti tentang variabel-variabel yang mempengaruhi
kebijakan pembayaran dividen pada perusahaan Industri Otomotif yang terdaftar
di BEI menghasilkan bahwa variabel current ratio, debt to equity ratio, free cash
flow mempunyai pengaruh secara parsial terhadap dividend payout ratio.
Sedangkan variabel return on asset dan growth potential tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio.
Sulistiyowati ( 2010 ) meneliti tentang pengaruh profitabilitas, leverage,
dan growth terhadap kebijakan dividen dengan good corporate governance
sebagai variabel intervening menghasilkan bahwa tidak mempunyai pengaruh
terhadap kebijakan dividen dengan GCG sebagai variabel intervening. Analisis
menunjukkan bahwa dengan analisis regresi berganda tidak ada satupun variabel
independen dan variabel kontrol yang secara statistik berpengaruh terhadap
kebijakan dividen.
16
Universitas Sumatera Utara
Hikmah ( 2010 ) meneliti tentang analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kebijakan dividen: pendekatan teori stakeholder menghasilkan
bahwa besarnya perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap DPR,
agency cost berpengaruh negatif dan signifikan terhadap DPR, konsentrasi
kepemilikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap DPR, biaya transaksi
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap DPR. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa yang terbukti berpengaruh signifikan terhadap DPR adalah
tiga variabel yaitu free cash flow, konsentrasi kepemilikan dan transaction cost.
Sandy (2013) meneliti tentang pengaruh profitabilitas dan likuiditas
terhadap kebijakan dividen kas pada perusahaan otomotif menghasilkan bahwa
rasio likuiditas yang terdiri atas current ratio dan quick ratio tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen kas. Rasio likuiditas
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban
jangka pendek. Perusahaan dalam membayar dividen memerlukan aliran kas
keluar, sehingga harus tersedia likuiditas yang cukup. Pada current ratio dan
quick ratio. Pada current ratio dan quick ratio terdapat kas sebagai salah satu
sumber untuk pembayaran dividen, namun besarnya current ratio dan quick ratio
tidak hanya dipengaruhi oleh kas saja namun juga oleh beberapa akun seperti
piutang dan persediaan.
Siregar ( 2007 ) meneliti tentang pengaruh pemisahan hak aliran kas dan
hak kontrol terhadap dividen menghasilkan bahwa terjadi konsentrasi kepemilikan
di tangan pemegang saham pengendali yang menyebabkan meningkatnya konflik
keagenan antara pemegang saham pengendali dengan pemegang saham minoritas.
17
Universitas Sumatera Utara
Konsentrasi aliran kas merupakan insentif bagi pemegang saham pengendali
untuk menghindari tindakan ekspropriasi.
Suharli ( 2007 ) meneliti tentang pengaruh profitability dan investment
opportunity set terhadap kebijakan dividen tunai dengan likuiditas sebagai
variabel penguatn menghasilkan bahwa likuiditas dapat digunakan sebagai
variabel
moderator
karena
memberikan
hasil
yang
signifikan
dalam
mempengaruhi profitabilitas dan kesempatan investasi tapi dari kedua variabel
independen hanya profitabilitas yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen.
Ardestani et al (2013) meneliti tentang Dividend Payout Policy,
Investment Opportunity Set and Corporate Financing in the Industrial Product
Sector of Malaysia menghasilkan bahwa set kesempatan investasi dan jatuh tempo
utang adalah faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan
dividen payout perusahaan sampel. Selain itu, profitabilitas dan risiko memainkan
peran penting dalam menentukan kebijakan dividen di sektor produk industri dari
Malaysia.
Moscu et al (2014) meneliti tentang Dividend Policy and Payout Ratio,
Evidence from Bucharest Stock Exchange menghasilkan bahwa kebijakan yang
ditetapkan oleh teori keuangan tidak berlaku dalam praktek perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Bucharest, tidak termasuk residu dianalisis, dihitung
sebagai rata-rata nilai dividen yang diberikan oleh semua perusahaan di semua
tahun, jumlah yang sama dengan 0,243 lei / saham. Mengenai rata-rata tingkat
pembagian dividen selama 2005-2012 itu adalah 17,29%, dan hanya 26
perusahaan telah diberikan rata-rata tingkat distribusi yang lebih tinggi dari rata-
18
Universitas Sumatera Utara
rata didaftarkan oleh semua perusahaan dalam kebijakan sample.dividend. Lebih
dari 33,33% pada periode 2005-2012, perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Bucharest disukai praktek dividen residual, sama dengan nol. Kebijakan sisa lebih
disukai oleh perusahaan yang fokus pada pertumbuhan bisnis. Sementara akan ada
peluang investasi lain ditandai dengan cara NPV positif, perusahaan tidak akan
membagikan dividen.
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
No
1.
2.
Nama Peneliti
Topik
Variabel Penelitian
Charlina
Silviana,
R.Rustam
Hidayat, Nila
Firdausi
Nuzula
( 2014)
Analisis
variabelvariabel yang
mempengaruh
i kebijakan
dividen
Variabel Dependen:
Kebijakan Dividen
Iwan
Kurniawan
( 2012 )
Variabelvariabel yang
mempengaruh
i kebijakan
pembayaran
dividen pada
perusahaan
Industri
Otomotif yang
terdaftar di
BEI
Variabel Dependen:
Kebijakan Dividen
Hasil Penelitian
Variabel Independen:
Return on equity
Debt to equity ratio
Asset growth
Cash ratio
Variabe lIndependen:
Current ratio
Debt to equity ratio
Return on Asset
Free Cash Flow
Growth Potential
Return on Equity
berpengaruh signifikan
dan positif terhadap
kebijakan dividen
Debt to Equity Ratio,
Asset Growth, dan
Cash Ratio
berpengaruh signifikan
dan negatif terhadap
kebijakan dividen.
Current Ratio, Debt to
Equity, dan Free Cash
Flow memiliki
pengaruh terhadap
kebijakan dividen.
Return of Asset dan
Growth Potential tidak
memiliki pengaruh
yang signifikan
terhadap kebijakan
dividen.
19
Universitas Sumatera Utara
3.
4.
Indah
Sulistiyowati
( 2010 )
Khoirul
Hikmah
( 2010 )
Pengaruh
profitabilitas,
leverage, dan
growth
terhadap
kebijakan
dividen
dengan good
corporate
governance
sebagai
variabel
intervening
Variabel Dependen:
Kebijakan Dividen
Analisis
faktor-faktor
yang
mempengaruh
i kebijakan
dividen:
pendekatan
teori
stakeholder
Variabel Dependen:
Kebijakan Dividen
Variabel Independen:
Profitabilitas
Leverage
Growth
Profitabilitas,
Leverage, dan Growth
tidak memiliki
pengaruh terhadap
kebijakan dividen.
Variabel Intervening:
Good Corporate
Governance
Variabel Independen:
Besar perusahaan
Agency cost
Konsentrasi
kepemilikan
Free cash flow
Biaya transaksi
Firm Size,Agency
Cost, dan Transaction
Cost memiliki
pengaruh negatif dan
signifikan terhadap
kebijakan dividen.
Konsentrasi
Kepemilikan memiliki
pengaruh positif yang
signifikan terhadap
kebijakan dividen.
Free Cash Flow
berpengaruh negative
dan tidak signifikan
terhadap kebijakan
dividen.
5.
Pratana Puspa
Midiastuty,
Eddy Suranta,
Rini Indriani,
Elizabeth
( 2008 )
Analisis
kebijakan
dividen : suatu
pengujian
dividen
signaling
theory dan
Variabel Dependen:
Kebijakan Dividen
Variabel Independen:
Reaksi pasar
Profitabilitas
Konsentrasi
Reaksi Pasar,
Profitabilitas, dan
Kosentrasi
Kepemilikan memiliki
pengaruh yang positif
dan signifikan
terhadap kebijakan
20
Universitas Sumatera Utara
6.
7.
8.
9.
Ahmad Sandy
dan Nur
Fadjrih Asyik
( 2013 )
Baldrie Siregar
( 2007 )
Michell
Suharli
( 2007 )
Hananeh
Shahteimoori
rent extraction
hypothesis
kepemilikan
dividen.
Pengaruh
Profitabilitas
dan Likuiditas
Terhadap
Kebijakan
Dividen Kas
Pada
Perusahaan
Otomotif
Variabel Dependen:
Kebijakan Dividen
Pengaruh
pemisahan
hak aliran kas
dan hak
kontrol
terhadap
dividen
Variabel Dependen:
Kebijakan Dividen
Pengaruh
profitability
dan
investment
Variabel Dependen:
Kebijakan Dividen
opportunity
set terhadap
kebijakan
dividen tunai
dengan
likuiditas
sebagai
variabel
penguat
Variabel Independen:
Profitability
Investment
opportunity set
Variabel Moderating:
Likuiditas
Investment
Opportunity Set tidak
memiliki pengaruh
terhadap kebijakan
dividen.
Dividend
Payout Policy,
Variabel Dependen:
Dividen Payout
Investment
Opportunity Set dan
Variabel Independen:
Rasio Profitabilitas
Rasio Likuiditas
Variabel Independen:
Hak aliran kas
Hak kontrol
Return on Asset
berpengaruh signifikan
terhadap kebijakan
dividen kas.
Profit Margin, Return
on Equity, Current
Ratio, Quick Ratio
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
kebijakan dividen kas
Hak Aliran Kas dan
Hak Kontrol memiliki
pengaruh yang positif
dan signifikan
terhadap kebijakan
dividen.
Profitabilitas memiliki
pengaruh yang postif
dan signifikan
terhadap kebijakan
dividen.
21
Universitas Sumatera Utara
10.
Addestani,
Siti Zaleha
Abdul Rasid,
Rohaida
Basiruddin,
Mohammadgh
orban Mehri
Investment
Opportunity
Set and
Corporate
Financing in
the Industrial
Product Sector
of Malaysia
Policy
Reluca
Georgiana
Moscu,
Carmen Judith
Grigorescu,
Ligia Prodan
Dividend
Policy and
Payout Ratio,
Evidence from
Bucharest
Stock
Exchange
Variabel Dependen:
Dividend Policy
Variabel Independen:
Investment
opportunity set
Corporate Financing
Corporate Financing
memiliki pengaruh
positif yang signifikan
terhadap kebijakan
dividen.
Payout Ratio memiliki
pengaruh terhadap
kebijakan dividen.
Variabel Independen:
Payout Ratio
Dari hasil penelitian terdahulu dapat ditarik beberapa kesimpulan yang
dapat dijadikan bahwa referensi maupun perbandingan bagi penulis. Menurut
Kurniawan (2012) dan Sandy (2013) liquidity ratio atau Current Ratio memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen.
Menurut Silviana (2014) dan Sulistiyowati (2010) leverage tidak
berpengaruh terhadap kebijakan dividen, tetapi berbeda dengan pendapat
Kurniawan (2012) yang menyatakan bahwa leverage memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kebijakan dividen.
Penelitian yang dilakukan oleh Sulistiyowati (2010) mengatakan bahwa
profitabilitas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen,
tetapi berbeda dengan pendapat Midiastuty (2008) dan Suharli (2007) yang
menyatakan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap kebijakan dividen.
22
Universitas Sumatera Utara
Menurut Silviana (2014), Kurniawan (2012), dan Sulistiyowati (2010)
menyatakan pendapat bahwa asset growth atau growth potential tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen.
Meurut Silviana (2014) bahwa Return on Equity memiliki pengaruh yang
signifikan positif terhadap kebijakan dividen, tetapi berbeda dengan pendapat
Sandy (2013) bahwa Return on Equity tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kebijakan dividen.
Hasil penelitian terdahulu terdapat pro dan kontra tentang beberapa
variabel yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen. Dari perbedaan pendapat
tersebut peneliti ingin melakukan penelitian tentang pengaruh liquidity ratio,
leverage, profitabilitas, asset growth, return on equity, dan good corporate
governance terhadap kebijakan dividen yang terjadi pada perusahaan jasa yang
terdaftar di BEI.
23
Universitas Sumatera Utara