Analisis Komparasi Alternatif Pengganti Tanaman Jeruk di Kabupaten Karo (Studi Kasus di Desa Sukanalu, Kecamatan Barusjahe)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Usahatani Kopi (Coffea Sp)
Kopi dikenal sebagai bahan penyegar. Di era perdagangan bebas saat ini,
kopi menjadi komoditi perdagangan yang sangat menguntungkan. Komoditas kopi
sebagai bahan baku utama industri kopi bubuk, mutu menjadi penentu daya saing
di pasar ekspor maupun dalam negeri. Di Indonesia mula-mula tanaman kopi
perkebunan banyak terdapat di Jawa Tengah yakni daerah Semarang, Sala, Kedu,
dan di Jawa Timur terutama di daerah Basuki dan Malang. Di Sumatera terdapat
di Lampung, Palembang, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara. Dengan
berkembangnya daerah-daerah yang membudidayakan kopi, maka semakin
berkembang pulalah areal perkebunan kopi di Indonesia (AAK, 2009).
Untuk mendapatkan hasil produksi kopi yang baik sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor produksi yang mendukung proses produksi kopi tersebut. Faktor
produksi tersebut adalah lahan, modal, tenaga kerja, dan faktor lingkungan.
Masing-masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait satu
sama lain. Kalau salah satu faktor tidak tersedia maka proses produksi tidak akan
berjalan dengan baik. Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi proses
produksi seperti iklim, kondisi lingkungan dan kondisi tanah (Daniel, 2002).

Tanaman kopi yang dirawat dengan baik umumnya mulai berproduksi
pada umur 2,5 – 3 tahun tergantung pada iklim dan jenisnya. Umur ekonomis kopi
dapat mencapai 10 – 15 tahun. Namun demikian tingkat produksi kopi sangat
dipengaruhi oleh tingkat pemeliharaannya seperti pemupukan, pemberantasan
hama dan penyakit dan juga pemilihan bibit (Ernawaty dkk, 2008).

Universitas Sumatera Utara

8

2.1.1. Syarat Tumbuh
Kopi adalah satu jenis tanaman tropis, yang dapat tumbuh dimana saja,
terkecuali pada tempat-tempat yang terlalu tinggi dengan temperatur yang sangat
dingin atau daerah-daerah tandus yang memang tidak cocok bagi kehidupan
tanaman. Mutu kopi yang baik sangat tergantung pada jenis bibit yang ditanam,
keadaan iklim, tinggi tempat dan lain-lain; dan kesemuanya ini dapat
mempengaruhi perkembangan hama dan penyakit. Demikian pula cuaca pun
sangat berpengaruh terhadap produksi (Ernawaty dkk, 2008).
Secara umum tanaman kopi tumbuh pada ketinggian 500 - 2000 m dari
permukaan laut dengan suhu rata-rata 21-24 0C dan menghendaki curah hujan

2000 - 3000 mm. Kopi Arabika dapat hidup di dataran rendah sampai dataran
tinggi. Tetapi di dataran rendah kurang dari 1000 m dari permukaan laut, mudah
diserang oleh penyakit karat daun Hemileia vastatrix. Demikian juga pada
ketinggian melebihi 1700 m sudah tidak baik lagi, karena sudah terlalu dingin,
lebih-lebih pada malam hari. Kopi Arabika yang baik pada tinggi 1000 – 1700 m,
dengan suhu 16 – 20 0C. Suhu ini penting karena mempengaruhi cepat/lambatnya
kopi itu mulai menghasilkan (AAK, 2009).
Tanaman kopi menghendaki tanah yang lapisan atasnya dalam dan
gembur, lebih baik pada tanah yang bahan organisnya tinggi, lebih-lebih bila
tanah itu berasal dari abu gunung berapi. Selain memilih tanah seperti tersebut
diatas, tanaman kopi menyukai struktur tanah yang baik dengan kandungan bahan
organik 3%, reaksi tanah asam yang ringan dengan pH 6 – 6.5, tetapi tanah yang
lebih asam juga baik, asalkan keadaan fisik tanah juga baik (AAK, 2009).

Universitas Sumatera Utara

9

2.1.2. Hama dan Penyakit
Beberapa jenis hama dan penyakit penting tanaman kopi antara lain

Serangga hama PBKo (Hypothenemus hampei) menjadi hama sangat merusak
pada buah kopi sehingga mengakibatkan penurunan produksi dan kualitas hasil
secara nyata karena menyebabkan banyak biji kopi yang berlubang. Kehilangan
hasil oleh hama PBKo dapat mencapai lebih dari 50% apabila serangannya tinggi
dan tidak dilakukan tindakan pengendalian secara tepat. Tingkat serangan sebesar
20% dapat mengakibatkan penurunan produksi sekitar 10%. Untuk menekan
kehilangan hasil oleh hama PBKo, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Jember (Puslit Koka) telah menerapkan teknologi perangkap Hypotan
(Ernawaty dkk, 2008).
Hama lainnya yang menyerang tanaman kopi adalah nematoda.
Pratylenchus coffeae dan Radopholus similis merupakan nematoda endoparasit
yang berpindah‐pindah. Daur hidup P.coffeae sekitar 45 hari dan R.similis sekitar
1 bulan. Tanaman kopi yang terserang kelihatan kerdil, daun menguning dan
gugur.

Pertumbuhan

cabang‐cabang

primer


terhambat

sehingga

hanya

menghasilkan sedikit bunga, bunga prematur dan banyak yang kosong. Bagian
akar-akar serabut membusuk, berwarna coklat atau hitam. Pada serangan berat
tanaman akhirnya mati (Semangun, 2000).

2.1.3. Manfaat Tanaman Kopi
Kopi merupakan salah satu komoditi perdagangan penting saat ini.
Minuman kopi merupakan minuman yang berasal dari proses pengolahan
dan ekstraksi biji tanaman kopi. Minuman kopi berwarna hitam pekat yang
mampu memberikan cita rasa unik bagi yang meminumnya. Bahkan tidak sedikit

Universitas Sumatera Utara

10


orang menjadi kecanduan karena cita rasa kopi karena adanya kandungan kafein
yang terdapat dalam kopi itu sendiri. Kopi dipercaya memberi efek kesegaran
setelah mengkonsumsinya. Kafein yang terdapat dalam kopi adalah senyawa
kimia alkaloid dikenal sebagai trimetilsantin dengan rumus molekul C8H10N4O2.
Jumlah kandungan zat kafein yang terdapat dalam kopi antara 1% hingga 1,5%
(AAK, 2009).

2.2. Usahatani Cabai Merah (Capsicum annum. L)
Cabai adalah tanaman tahunan dengan tinggi mencapai satu meter,
merupakan tumbuhan perdu yang berkayu, buahnya berasa pedas, dan tumbuh di
daerah dengan iklim tropis. Cabai mempunyai nilai ekonomis yang baik karena
penggunaannya yang cukup luas. Selain itu, cabai juga merupakan salah satu
komoditas ekspor yang cukup potensial (Anonim, 1993).

2.2.1. Syarat Tumbuh
Tanaman cabai dikenal sebagai tanaman yang memiliki daya adaptasi yang
luas. Cabai dapat ditanam hampir di semua jenis tanah dan tipe iklim yang
berbeda. Walaupun demikian, daerah yang paling cocok untuk pertanaman cabai
berdasarkan luas areal penanamannya dijumpai pada jenis tanah mediteran dan
alluvial tipe iklim D3/E3 (0-5 bulan basah dan 4-6 bulan kering). Tanaman cabai

dapat tumbuh di berbagai jenis tanah dengan drainase tanah cukup baik dan air
tersedia cukup. Untuk pertumbuhan optimum, cabai memerlukan tanah yang
gembur, berstruktur remah, bebas gulma, dan mengandung cukup air serta unsur
hara. Tingkat kemasaman (pH) tanah 5,5 – 6,8 merupakan keadaan yang baik bagi
pertumbuhan cabai. Pada tanah yang ber-pH lebih dari 7, tanaman cabai sering

Universitas Sumatera Utara

11

memperlihatkan gejala klorosis (tanaman kerdil dan daun menguning yang
disebabkan kekurangan unsur besi). Pada tanah masam (pH kurang dari 5,5) cabai
tumbuh kerdil karena keracunan aluminium (Al) atau mangan (Mn). Pemberian
kapur dolomit atau kaptan sebanyak 1 – 1,5 ton/ha bagi tanah ber-pH dibawah 5,5
pada umumnya dapat meningkatkan hasil cabai (Anonim, 1993).
Secara topografis tanaman cabai dapat tumbuh pada ketinggian 0 – 1.200
m di atas permukaan laut. Akan tetapi, di dataran tinggi yang berkabut dan
berkelembaban tinggi, tanaman cabai mudah terserang penyakit. Cabai akan
tumbuh baik pada daerah yang curah hujan rata-rata tahunannya antara 600 –
1.250 mm dengan bulan kering 3 – 8,5 dan pada tingkat penyinaran matahari lebih

dari 45%. Keberhasilan budi daya cabai selain ditentukan oleh varietas,
pembenihan, pemeliharaan, dan penanganan panen, juga ditentukan oleh tingkat
kesesuaian lahannya (Tjahjadi, 2007).

2.2.2. Hama dan Penyakit
Banyak sekali jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman cabai di
Indonesia antara lain hama Ulat gerayak (Spodoptera litura F), Trips (Thrips
parvispinus Karny), Lalat buah (Dacus dorsalis Hend), Kutu daun (Myzus
persicae Sulz), Tungau kuning (Polyhaqotarsonemus latus Banks), dan Ulat buah
(Helicoverpa armigera Hbn). Penyakit Antraknosa (Colletotrichum capsici dan C.
gloesporoides), Bercak daun (Cercospora capsici dan Phytopthora capsici)
(Prajnanta, 2005).

Universitas Sumatera Utara

12

2.2.3. Manfaat Tanaman Cabai
Cabai merah Besar (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis
sayuran yang memilki nilai ekonomi yang tinggi. Cabai mengandung berbagai

macam senyawa yang berguna bagi kesehatan manusia. Cabai mengandung
antioksidan yang berfungsi untuk menjaga tubuh dari serangan radikal bebas.
Kandungan terbesar antioksidan ini adalah pada cabai hijau. Cabai juga
mengandung Lasparaginase dan Capsaicin yang berperan sebagai zat antikanker.
Selain itu kandungan vitamin A dan vitamin C yang cukup tinggi pada cabai dapat
memenuhi kebutuhan harian setiap orang, namun harus dikonsumsi secukupnya
untuk menghindari nyeri lambung (Tjahjadi, 2007).

2.3. Usahatani Kol atau Kubis (Brassica oleracea var capitata)
Kol atau kubis dalam penelitian ini ialah kubis yang dapat membentuk
telur yang bentuknya seperti kepala. Umumnya semai kubis yang baru tumbuh
mempunyai hipokotil yang berwarna merah, panjang beberapa centimeter, dua
keping, akar tunggang dan akar serabut. Daun pertama mempunyai tangkai yang
panjang dan tangkai-tangkai daun selanjutnya makin memendek, kemudian daun
membentuk roset. Daun kubis tidak berbulu tetapi tertutup lapisan lilin. Daundaun pertama yang tidak membengkok dapat mencapai panjang lebih kurang 30
cm. Daun-daun yang berikutnya mulai membengkok dan membungkus atau
menutup daun-daun muda yang terbentuk kemudian, makin lama daun muda yang
terbentuk makin banyak sehingga seakan-akan membentuk telur atau kepala
(Pracaya, 1989).


Universitas Sumatera Utara

13

2.3.1. Syarat Tumbuh
Kubis dapat ditanam hampir di semua jenis tanah. Tanah yang ideal yaitu
tanah liat berpasir yang cukup bahan organik. Memerlukan cukup air tetapi tidak
berlebihan. Di tanah ringan dapat ditanam pada waktu musim hujan karena tanah
tersebut dapat meresap dan melewatkan air sedang tanah yang sedikit berat lebih
bai ditanam pada waktu musim kemarau karena tanah tersebut dapat menahan air
lebih banyak. Untuk tanaman musim hujan drainase harus cukup baik karena
kalau berlebihan air, tanaman mudah terkena penyakit dan mati. Sedang untuk
tanaman musim kemarau harus dipikirkan soal pemberian air karena kalau
kekurangan air tanaman menjadi kerdil atau mati. Kubis tidak dapat tumbuh baik
di tanah yang sangat asam. Pada pH 4,3 hasilnya akan sangat berkurang, tetapi
pada pH 6,0 hasil akan meningkat cukup banyak. Sebaiknya pH jangan melebihi
6,5 kecuali ada serangan penyakit akar membengkak (clubroot) yang serius pH
perlu dinaikkan sampai netral atau alkalis (Cahyono, 1995).
Pertumbuhan kubis paling baik di daerah yang hawanya dingin.
Temperatur optimum pertumbuhan adalah 150C, sedang diatas 250C pertumbuhan

kubis terhambat. Tanaman kubis memerlukan sinar matahari yang cukup. Apabila
ditanam di tempat yang kurang mendapat sinar matahari, pertumbuhannya kurang
baik, mudah terserang penyakit, pada waktu kecil terjadi pertumbuhan etiolasi
(Pracaya, 1989).

2.3.2. Hama dan Penyakit
Beberapa jenis hama yang sering menyerang tanaman kubis diantaranya
ulat plutella. Gejala akibat serangan setadium yang membahayakan adalah larva
karena menyerang permukaan daun dan melubangi daging daun (epidermis),

Universitas Sumatera Utara

14

gejala serangan yang khas adalah daun berlubang- lubang seperti jendela yang
menerawang dan tinggal urat-urat daunnya saja. Upaya pengendalian secara non
kimia dapat dilakukan dengan cara kultur teknik, misalnya melakukan pergililran
tanaman yang bukan familinya. Tumpang sari tanaman kubis dengan tomat,
bawang daun dan jagung.Penanaman perangkap (trap crop) seperti rape ataupun
mustard di sekeliling kebun kubis. Secara hayati (biologi) dengan melepas

predator atau parasitoid Cotesia Plutella Kurdj, Diadegma eucerophaga, dan Dsemiclausum. Secara kimia dapat dilakukan dengan menggunakan perangkap
berupa Sex pheromone sintetis yang di pasang di sekitar kebun kubis. Insektisida
selektif berbahan aktif Baccillus thuringensis (Cahyono, 1995).
Hama ulat croci dengan ciri dan gejala bentuk telur pipih dan menyerupai
genteng merah hidup secara berkelompok pada permukaan daun kubis sebelah
bawah. Gejala serangan menyerang krop hingga titik tumbuh dan terdapat
kelompok-kelompok kotoran ulat sejenis ramat yang melekat pada daun kubis.
Krop berlubang-lubang sehingga kualitasnya menurun. Upaya pengendalian non
kimia dapat dilakukan denagn kultur teknik, antara lain dengan mengatur waktu
tanam yang tepat, pergiliran tanaman, melakukan tumpang sari kubis dengan
tomat, bawang-daun dan jagung, atau penanaman tanaman perangkap seperti Rape
atau Mustard di sekeliling kebun kubis. Secara biologis (hayati) dengan melepas
parasitoid Sturmia sp dan Inareolata sp. Kimia dapat dilakukan dengan
insektisida selektif (Pracaya, 1989).
Penyakit tanaman kol antara lain adalah penyakit busuk hitam yang
disebabkan oleh bakteri. Upaya pengendalian yaitu non kimia dapat dilakukan
dengan menanam benih yang sehat. Benih direndam dengan air panas 50°C

Universitas Sumatera Utara

15

selama 30 menit. Mengadakan pergiliran tanaman yang bukan family Cruciferae
minimal selama tiga tahun terutama di daerah basis penyakit busuk hitam.
Menjaga kebersihan kebun, menanam jenis atau varietas kubis yang tahan
terhadap penyakit busuk hitam, antara lain KK Cross, KY Cross dan Constanta.
Kimia dapat dilakukan dengan menyemprot bakterisida seperti Agrimysin ataupun
Agrept pada kosentrasi 0,1% - 0,2% (Pracaya, 1989).
Penyakit rebah semai dengan ciri dan gejala adalah semai rebah
disebabkan oleh jamur Rhizoctonia atau Phytium yang mengakibatkan batang
semaian kubis rebah seperti tersiram air panas. Upaya pengendalian non kimia
dapat dilakukan dengan merendam benih dengan air panas 55°C - 60°C selama 30
menit, mengurangi kelembaban pesemaian (pembibitan). Secara kimia dapat
dilakukan dengan menyeterilisasi media persemaian, misalnya dengan Basamis-G
pada dosis 40 – 60 gr/m² (Pracaya, 1989).

2.3.3. Manfaat Tanaman Kol atau Kubis
Sebagai bahan pangan untuk keperluan masakan seperti sup, sayur lodeh,
pecel, lotek dan lain-lain atau dimakan langsung (lalapan) bersama menu lain.
Manfaat lain dapat dibuat produk makanan instan seperti mie, makanan ringan
dan makanan cepat saji lainnya. Di bidang kesehatan, dapat digunakan sebagai
pencegah dan obat sariawan, penyakit beri-beri, penyakit Xerophthalmia, radang
syaraf, lemahnya otot-otot, luka-luka pada tepi mulut, dermatitis bibir menjadi
merah dan radang lidah, kandungan niacin dapat mencegah penyakit palagra dan
pembentuk tulang dan gigi (Anonymous, 1993).

Universitas Sumatera Utara

16

2.4. Landasan Teori
2.4.1. Defenisi Usahatani
Pertanian adalah

kegiatan

manusia dalam

membuka lahan dan

menanaminya dengan berbagai jenis tanaman yang termasuk tanaman semusim
maupun tanaman tahunan dan tanaman pangan maupun tanaman non pangan serta
digunakan untuk memelihara ternak maupun ikan. Pengertian tersebut sangat
sederhana karena tidak dilengkapi dengan berbagai tujuan dan alasan mengapa
lahan dibuka dan diusahakan oleh manusia. Apabila pertanian dianggap sebagai
sumber kehidupan dan lapangan kerja maka pertanian dapat mengandung dua arti
yaitu (1) Dalam arti sempit atau sehari-hari diartikan sebagai kegiatan bercocok
tanam dan (2) Dalam arti luas diartikan sebagai kegiatan yang menyangkut proses
produksi yang menghasilkan bahan-bahan kebutuhan manusia yang dapat berasal
dari tumbuhan maupun hewan yang disertai dengan usaha untuk memperbaharui,
memperbanyak (reproduksi) dan mempertimbangkan faktor ekonomis. Ilmu yang
mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan manusia dalam
melakukan pertanian disebut ilmu usahatani (Suratiyah, 2008).
Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan
efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu.
Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya
yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya. Dikatakan efisien bila
pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (out put) yang melebihi
masukan (input) (Soekartawi, 1995).

Universitas Sumatera Utara

17

Produksi komoditas pertanian dapat dinyatakan sebagai perangkat
prosedur dan kegiatan yang terjadi dalam penciptaan komoditas berupa kegiatan
usahatani maupun usaha lainnya. Proses produksi lebih dikenal sebagai budidaya
tanaman merupakan usaha bercocok tanam di lahan untuk menghasilkan bahan
segar (raw material). Beberapa faktor yang mempengaruhi produksi pertanian
antara lain lahan pertanian, tenaga kerja, modal, pupuk, pestisida, bibit, teknologi
dan manajemen (Rahim dan Astuti, 2008).

2.4.2. Pengambilan Keputusan Dalam Usahatani
Pengambilan keputusan adalah suatu proses untuk memilih satu cara atau
arah tindakan dari beberapa alternatif yang ada demi tercapainya hasil yang
diinginkan. Pemilihan (choosing) menandakan adanya pilihan; yaitu ada alternatif
untuk dipilih. Bila tidak ada alternatif maka tidak ada keputusan yang akan
diambil. Dan alternatif harus layak, harus realistik dan dapat dijangkau.
Pengambilan keputusan yang efisien menuntut bahwa tujuan yang jelas telah ada
dibenak pengambil keputusan. Proses pengambilan keputusan hanyalah
merupakan prosedur yang logis untuk mengidentifikasi masalah, menganalisanya,
dan menghasilkan pemecahan. Hal itu dapat dilaksanakan secara formal, tetapi
dapat juga berlangsung secara tidak formal setelah minum kopi selama beberapa
menit tanpa laporan tertulis sama sekali. Makin penting persoalan, makin
cenderung diadakan proses yang bersifat formal (Downey dan Erickson, 2009).
Untuk membantu membuat keputusan yang tepat, petani dapat melakukan
dengan berbagai cara. Misalnya: Secara intuisi yaitu berdasarkan pada keyakinan
dan perasaan sendiri. Secara memohon bantuan kepada kekuatan gaib. Contohnya
bila kesulitan air, akan sembahyang meminta hujan. Secara memohon bantuan

Universitas Sumatera Utara

18

kekuatan duniawi. Contohnya memohon bantuan kepada dukun. Secara akal sehat
yaitu mendasarkan diri pada pengetahuan dan kemampuan sendiri yang menurut
pendapatnya merupakan keputusan yang paling tepat tanpa mendengar pendapat
orang lain. Secara logika murni, yaitu dengan kemampuan sendiri membuat
beberapa alternatif, lalu menimbang-nimbang dan akhirnya mengambil suatu yang
paling tepat dan sesuai. Secara metode ilmiah, yaitu menurut prosedur dan
sistematis seperti berikut: Mencari hakekat masalahnya, mengumpulkan data dan
fakta yang relevan, Mengolah dan menganalisis. Menemukan beberapa alternatif.
Menentukan cara pemecahan yang terbaik. Memperoleh hipotesis, dicoba,
dievaluasi, kemudian diputuskan apakah cara pemecahan tersebut dapat
dilaksanakan atau tidak (Suratiyah, 2008).
Secara ekonomi ada empat prinsip pengambilan keputusan oleh individu:
Prinsip 1. Orang menghadapi pertukaran (tradeoff); Untuk mendapatkan sesuatu
yang diinginkan, individu biasanya harus mengorbankan sesuatu lain yang samasama berharga untuk suatu tujuan. Tradeoff lain yang dihadapi oleh masyarakat
adalah efisiensi (efficiency) berarti masyarakat mendapatkan manfaat yang
optimal atas penggunaan sumber-sumber daya yang langka. Menyadari tradeoff
yang harus dihadapi sangatlah penting karena semua orang akan dapat mengambil
keputusan terbaik jika semua pilihan yang ada dimengerti dengan baik. Prinsip 2.
Biaya adalah apa yang dikorbankan untuk mendapatkan sesuatu; Karena semua
orang

menghadapi

tradeoff,

maka

untuk

mengambil

keputusan

harus

membandingkan biaya dan manfaat dari setiap tindakan yang akan dilakukan.
Prinsip 3. Orang rasional berpikir pada batas-batas; Keputusan

dalam

hidup

jarang ada yang benar-benar hitam atau putih, tetapi biasanya berada di daerah

Universitas Sumatera Utara

19

abu-abu. Para ekonom menggunakan istilah perubahan marginal (marginal
changes) untuk menjelaskan penyesuaian-penyesuaian terhadap sebuah rencana
kerja yang sudah ada sebelumnya. Dengan membandingkan keuntungan marginal
dan biaya marginal, dapat diambil sebuah keputusan. Seorang pengambil
keputusan yang rasional akan bertindak, jika dan hanya jika, keuntungan dari
tindakan tersebut melebihi biaya marginalnya. Prinsip 4. Orang tanggap terhadap
insentif; Karena manusia mengambil keputusan dengan cara membandingkan
keuntungan dan biaya, kebiasaan mereka akan berubah jika ada perubahan pada
keuntungan atau biayanya. Artinya, kita tanggap terhadap insentif. Penting untuk
memahami pengaruh dari harga terhadap perilaku jual beli di pasar. Pembuat
kebijakan publik tidak boleh melupakan pentingnya insentif, karena banyak
kebijakan yang bisa mengubah biaya atau keuntungan bagi orang-orang, sehingga
mengubah perilaku mereka (Mankiw, 2006).
Agribisnis dapat dibagi menjadi tiga sektor yang saling tergantung secara
ekonomis, yaitu sektor masukan (input), produksi (farm), dan sektor keluaran
(output). Agribisnis meliputi seluruh sektor bahan masukan, usahatani, produk
yang memasok bahan masukan usahatani; terlibat dalam produksi; dan pada
akhirnya menangani pemrosesan, penyebaran, penjualan secara borongan dan
penjualan eceran produk kepada konsumen akhir. Sektor pusat dalam agribisnis
adalah sektor produksi usahatani. Apabila ukuran, tingkat keluaran, dan efisiensi
sektor ini bertambah, sektor lain juga akan ikut bertambah. Baik buruknya
keadaan sektor ini akan berdampak langsung terhadap situasi keuangan sektor
masukan dan sektor keluaran agribisnis (Downey dan Erickson, 2009).

Universitas Sumatera Utara

20

2.4.3. Biaya Usahatani
Biaya usahatani merupakan korbanan yang dilakukan oleh petani dalam
mengelola usahataninya dalam memperoleh hasil yang maksimal. Biaya usahatani
dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak
tetap (variable cost). Biaya tetap (fixed cost) diartikan sebagai biaya yang tidak
dipengaruhi oleh besarnya produksi komoditas pertanian. Contohnya sewa lahan,
alat-alat pertanian dan penyusutannya, pajak, dan sebagainya. Biaya tidak tetap
(variable cost) biaya yang dipengaruhi oleh besar-kecilnya produksi komoditas
pertanian. Contohnya biaya untuk sarana produksi komoditas pertanian seperti
penambahan tenaga kerja, penambahan pupuk dan pestisida, dan sebagainya. Cara
menghitung biaya tetap (fixed cost) adalah sebagai berikut:

FC = ∑��=0 X�P��

Dimana: Xi : banyaknya input ke-i
Pxi: harga dari variable Xi (input)
Persamaan ini dapat digunakan untuk menghitung biaya total. Total biaya atau
total cost (TC) adalah jumlah dari biaya tetap atau fixed cost (FC) dengan biaya
tidak tetap atau variable cost (VC) sehingga persamaannya adalah sebagai
berikut:

TC = FC + VC
(Rahim dan Astuti, 2008).
Untuk menghitung biaya dan pendapatan dalam usahatani dapat digunakan
tiga macam pendekatan yaitu:
1. Pendekatan nominal.

Universitas Sumatera Utara

21

Pendekatan nominal tanpa memperhitungkan nilai uang menurut waktu
(time value of money) tetapi yang dipakai adalah harga yang berlaku, sehingga
dapat langsung dihitung jumlah pengeluaran dan jumlah penerimaan dalam suatu
periode proses produksi. Formula menghitung pendapatan nominal adalah sebagai
berikut:
Penerimaan – Biaya Total

=

Pendapatan

=

Py x Y

Py

=

Harga produksi (Rp/Kg)

Y

=

Jumlah produksi (kg)

=

Biaya tetap + Biaya variabel

=

(FC) + (VC)

Penerimaan

Biaya total
(TC)

Pendekatan nominal sangat sederhana dan mudah tetapi mengandung
kelemahan. Jika pada kenyataannya petani memanfaatkan modal luar berupa
pinjaman atau kredit maka atas pinjaman tersebut pasti dikenakan bunga. Untuk
mengatasi kelemahan tersebut dapat digunakan pendekatan yang memperhatikan
nilai uang yaitu future value approach dan present value approach. Jika dipakai
nilai uang atau time value of money maka besarnya tingkat bunga akan
berpengaruh pada nilai uang terkait dengan waktu.
2. Pendekatan future value.
Pendekatan ini memperhitungkan semua pengeluaran dalam proses
produksi dibawa ke nanti pada saat panen atau saat akhir proses produksi.
FV = (1 + i)t
Bulan ke-

P t = P o (1 + i)t
1

2

3

4
1.01

1.02
1.03

1
x
x
x
x

Universitas Sumatera Utara

22

3. Pendekatan Present Value
Pendekatan ini memperhitungkan semua pengeluaran dan penerimaan
dalam proses produksi dibawa ke saat awal atau sekarang, saat dimulainya proses
produksi.
PV =

1

(1+�)�

Po = Pt

Bulan ke-

1

(1+�)�

1
1

x
x

2

3

4

0.99
0.98

x
0.97
x
Pendekatan nominal memang sederhana dan mudah, tetapi mengabaikan
nilai waktu uang. Bagi usahatani yang menggunakan modal sendiri, pendekatan
nominal tidak bermasalah karena pada dasarnya memang tidak memperhitungkan
bunga modal sendiri. Tetapi bagi usaha tani yang menggunakan modal luar (kredit
usahatani atau kredit lainnya) nilai waktu uang sangat penting, karena uang
sekarang mempunyai kelebihan dapat menghasilkan bunga (Suratiyah, 2008).
Dalam perhitungan biaya dan pendapatan usahatani, perlu diperhatikan
beberapa asumsi sebagai berikut:
-

Harga-harga faktor produksi, seperti harga pupuk, pestisida, dan upah tenaga
kerja, dianggap tidak berubah atau konstan selama usahatani berlangsung.

-

Sewa lahan tidak mengalami perubahan selama usahatani berlangsung.

-

Harga jual tidak berubah selama usahatani berlangsung.

-

Usahatani dikelola dengan menggunakan tenaga kerja dari luar (upahan)
dengan waktu kerja 6-7 jam per hari (Anonim, 2004).

Universitas Sumatera Utara

23

2.4.4. Penerimaan dan Pendapatan Usahatani
Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi dengan harga jual.
Pernyataan ini dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:

R = Y x Py
Dimana: R : Penerimaan
Y : Produsi yang diperoleh dalam usahatani
Py : Harga Y
Dalam menghitung total penerimaan usahatani perlu dipisahkan antara analisis
parsial usahatani dan analisis simultan usahatani. Bila sebidang lahan ditanami
berbagai macam tanaman maka disebut analisis keseluruhan usahatani (wholefarm
analysis). Sebaliknya, bila hanya satu tanaman yang diteliti maka disebut analisis
parsial usahatani (Rahim dan Astuti, 2008).
Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua
biaya. Pendapatan usahatani dapat dirumuskan sebagai berikut:
Pd = R –TC
R = Y x Py
TC = FC + VC
Dimana:
Pd : Pendapatan usahatani
R : Penerimaan (revenue)
TC : Total biaya (total cost)
FC : Biaya tetap (fixed cost)
VC : Biaya variabel (variable cost)
Y : Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani
Py : Harga Y
(Rahim dan Astuti, 2008).
Usahatani keluarga (family farms) bertujuan akhir pendapatan petani,
sehingga apabila pendapatan masih positif maka usahatani masih berjalan terus.
Hal ini disebabkan petani tidak mungkin mogok kerja. Inilah uniknya perhitungan
dengan memakai pendekatan pendapatan petani karena sepanjang semua normal

Universitas Sumatera Utara

24

pendapatan petani pasti positif sehingga dapat dan mudah diterima. Sebaliknya,
jika pendekatan keuntungan maka belum tentu positif (rugi), meskipun demikian,
kenyataannya usahatani tetap jalan terus (Suratiyah, 2008).

2.4.5. Risiko dan Tingkat Pengembalian
Risiko dapat dikatakan sebagai suatu peluang terjadinya kerugian atau
kehancuran. Lebih luas, risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya
hasil yang tidak diinginkan atau berlawanan dari yang diinginkan. Dalam industri
keuangan pada umumnya, terdapat suatu jargon “high risk bring about high
return”, artinya jika ingin memperoleh hasil yang lebih besar, akan dihadapkan
pada risiko yang lebih besar pula. Kehidupan usaha penuh dengan risiko, baik itu
risiko finansial maupun manajerial.
David K. Eiteman, Arthur I Stonehill dan Michael H. Moffet mengatakan
bahwa risiko dasar adalah the mismatching of interest rate bases for associated
assets and liabilities. Sehingga secara umum risiko dapat ditangkap sebagai
bentuk keadaan ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya
dengan keputusan yang diambil berdasarkan suatu pertimbangan. Menurut salah
satu definisi, risiko (risk) adalah sama dengan ketidakpastian (uncertainty). Secara
umum risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi seseorang atau
perusahaan dimana terdapat kemungkinan yang merugikan. Return atau
pengembalian adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan, individu dan
institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukan. Menurut R. J. Shook, return
merupakan laba investasi, baik melalui bunga atau deviden.
Risk and return adalah kondisi yang dialami oleh perusahaan, institusi, dan
individu dalam keputusan investasi yaitu, baik kerugian maupun keuntungan

Universitas Sumatera Utara

25

dalam suatu periode akuntansi. Hubungan antara risiko dengan tingkat
pengembalian adalah:
1. Bersifat linear atau searah.
2. Semakin tinggi tingkat pengembalian maka semakin tinggi pula risiko.
3. Semakin besar asset yang kita tempatkan dalam keputusan investasi maka
semakin besar pula risiko yang timbul dari investasi tersebut.
4. Kondisi linear hanya mungkin terjadi pada pasar yang bersifat normal.

2.4.6. Analisis Finansial
Analisis secara finansial yang perlu diperhatikan adalah hasil untuk modal
yang ditanam dalam proyek yaitu hasil yang diterima oleh petani, pengusaha,
perusahaan swasta, atau badan pemerintah atau siapa saja yang berkepentingan
dalam pembangunan proyek. Hasil analisis finansial sering disebut juga dengan
”private return”. Perhitungan pada analisis finansial antara lain:
1. NPV (Net Present Value)
Kriteria investasi dengan menggunakan Net Present Value (NPV) atau
keuntungan bersih yaitu menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan
nilai sekarang penerimaan kas bersih dimasa yang akan datang. Faktor-faktor
yang mempengaruhi NPV adalah tingkat bunga atau tingkat diskonto (discount
rate) yang digunakan (i), besarnya biaya investasi (I), pendapatan yang ditentukan
oleh produksi dan harga (R), biaya produksi (C) dan umur tanaman (t). Kelebihan
dari menggunakan metode NPV yaitu NPV memasukkan faktor nilai waktu dari
uang, mempertimbangkan semua aliran kas proyek (usahatani) dan mengukur
besaran absoulut dan bukan relatif.

Universitas Sumatera Utara

26

Rumusannya sebagai berikut:


NPV = �
Keterangan :

�=0

B t − Ct
(1 + i)t

NPV = Jumlah pendapatan bersih diwaktu sekarang selama n tahun (Rp)
Bt

= Penerimaan proyek pada tahun ke-t (Rp)

Ct

= Biaya proyek pada tahun ke-t (Rp)

n

= Umur ekonomis proyek

i

= Tingkat diskonto (%)

Net Present Value memiliki tiga nilai dengan artian sebagai berikut:


NPV < 0 (negatif), mengartikan bahwa sampai pada t tahun investasi masih
merugi sehingga tidak layak dilaksanakan.



NPV = 0, waktu tepat dimana biaya investasi dapat dikembalikan sehingga
perusahaan tidak mendapat keuntungan atau merugi.



NPV > 0 (positif), menunjukkan kondisi perusahaan menguntungkan, dengan
semakin besarnya NPV maka semakin besar pula keuntungan yang akan
dicapai.

2. Net B/C (Net Benefit-Cost Ratio)
Net

B/C

merupakan

perbandingan

sedemikian

rupa

sehingga

pembilangnya terdiri atas Presen value total dari benefit bersih dalam tahun-tahun
dimana benefit bersih itu bernilai positif, sedangkan penyebutnya terdiri atas
present value total dari biaya bersih dalam tahun-tahun dimana benefit bersih itu
bernilai negatif yaitu biaya kotor lebih besar dari benefit kotor.

Universitas Sumatera Utara

27

Rumus :


B t − Ct
t…>0
�=1 (1 + i)
B
Net �C =

Bt − Ct

t… 0 dan Bt-Ct < 0
Keterangan :

Net B/C = Net Benefit-Cost Ratio
Bt = Penerimaan pada tahun –t
Ct = Biaya pada tahun-t
Bt-Ct = Benefit bersih
i = Tingkat suku bunga (%)
n = Umur ekonomis proyek
Apabila :
Net B/C > 1 = Proyek layak untuk dilaksanakan
Net B/C < 1 = Proyek tidak layak dilaksanakan

3. IRR (Internal Rate of return)
Internal Rate of return (IRR) merupakan alat yang untuk mengukur tingkat
pengembalian modal. Kriteria layak atau tidak layak bagi suatu usaha adalah bila
IRR lebih besar daripada tingkat suku bunga yang berlaku saat usaha itu
dilaksanakan.
Rumus :
NPV1

��� = �1 + �NPV1−NPV2� X �2 − �1

Universitas Sumatera Utara

28

Keterangan :
NPV1 = NPV pada tingkat suku bunga rendah
NPV2 = NPV pada tingkat suku bunga tinggi
i1 = tingkat suku bunga rendah
i2 = tingkat suku bunga tinggi
Apabila :
IRR< tingkat diskonto : Proyek tidak dapat dilaksanakan
IRR= tingkat diskonto : Proyek tidak mendapatkan keuntungan ataupun
kerugian
IRR> tingkat diskonto : Proyek dapat dilaksanakan

2.5. Penelitian Sebelumnya
Barus (2012) dalam “Studi Tentang Konversi Tanaman Jeruk Menjadi
Tanaman Kopi di Desa Barusjahe Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo”
mengatakan bahwa beberapa faktor yang menyebabkan petani di Kecamatan
Barusjahe mengganti tanaman jeruk menjadi kopi adalah modal (biaya
operasional per bulan) usahatani kopi relatif lebih sedikit dibanding usahatani
jeruk. Untuk luas lahan lebih kecil dari satu hektar pada tanaman kopi dibutuhkan
modal Rp 600.000,- sampai Rp 1.150.000,- per bulan, sedangkan tanaman jeruk
Rp 1.400.000,- sampai 2.450.000 per bulan. Pemeliharaan tanaman kopi relatif
lebih mudah dibanding tanaman jeruk, dimana tanaman jeruk pemeliharaannya
lebih intensif dan tanaman jeruk rentan akan hama penyakit, sehingga
penyemprotan pestisida harus sering dilakukan. Faktor lainnya adalah harga jual

Universitas Sumatera Utara

29

kopi yang relatif lebih tinggi dibanding jeruk. Harga jual jeruk paling tinggi
adalah Rp 8.000/Kg sedangkan harga kopi mencapai Rp 21.500/Kg.
Bongsu Hutagalung (2005) dalam ”Analisis Pendapatan Petani Kopi dan
Kaitannya dengan Pengembangan Wilayah Kabupaten Karo” mengatakan terdapat
pengaruh yang siginifikan secara bersama-sama antara faktor-faktor produksi luas
lahan, bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja terhadap usahatani kopi.
Pengaruh faktor produksi secara parsial hanya luas lahan yang memiliki pengaruh
secara signifikan sedangkan faktor lainnya (pupuk, obat-obatan, bibit dan tenaga
kerja) secara parsial tidak signifikan berpengaruh secara nyata. Terdapat pengaruh
yang signifikan secara bersama-sama maupun secara parsial antara biaya produksi
(luas lahan, modal kerja, dan upah tenaga kerja) terhadap pendapatan usaha tani
kopi.
Depari (2013), dengan penelitian ”Pengaruh Sistem Pengelolaan Usahatani
Cabai Merah (Capsicum Annum L.) terhadap Jumlah Produksi dan Tingkat
Pendapatan (Studi Kasus: Desa Ajijulu, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)
menyatakan bahwa pada sistem pengelolaan biasa, frekuensi panen dapat
mencapai 18.8 kali per satu musim tanam. Pada sistem pengelolaan intensif
frekuensi panen mencapai 25,9 kali per satu musim tanam. Pengelolaan usahatani
cabai merah berpengaruh nyata terhadap jumlah produksi dan tingkat pendapatan.

2.6. Kerangka Pemikiran
Produktivitas merupakan istilah dalam kegiatan produksi sebagai
perbandingan antara luaran (output) dengan masukan (input). Produktivitas
merupakan suatu ukuran yang menyatakan bagaimana baiknya sumber daya diatur
dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang optimal. Produktivitas tanaman

Universitas Sumatera Utara

30

jeruk di Desa Sukanalu Kecamatan Barusjahe mengalami penurunan akibat
serangan hama dan penyakit, sehingga beberapa petani telah mengganti tanaman
jeruk menjadi tanaman lain diantaranya tanaman kopi, cabai merah dan kol.
Komoditi kopi menjadi komoditi perdagangan penting saat ini. Khusus
kopi arabika terus mengalami perkembangan, mengingat bahwa kopi arabika
memiliki permintaan yang cukup tinggi di pasar dunia. Beralihnya petani kopi
Sumatera Utara menanam jenis arabika membuat ekspor kopi arabika terus
mengalami peningkatan dan menciptakan harga kopi yang cukup baik.
Kabupaten Karo memiliki prospek yang cerah untuk pengembangan
tanaman cabai. Tanaman ini merupakan salah satu komoditas pilihan dan banyak
diusahai masyarakat sekaligus menjadi komoditi yang dipasarkan ke daerah lain,
guna memenuhi permintaan akan komoditas ini. Di Indonesia cabai merah
merupakan bahan sebuah masakan sehingga cabai merah sangat diperlukan oleh
sebagian besar ibu ramah tangga sebagai pelengkap bumbu dapur. Di samping
untuk memenuhi keperluan konsumsi di dalam negeri, cabe merah juga diekspor
meskipun jumlahnya masih relatif kecil.
Tanaman kol/kubis memiliki banyaknya manfaat bagi kesehatan
masyarakat. Ditunjang harga yang murah, maka potensi pasar untuk kol sangat
terbuka. Peluang pasar komoditi ini tidak hanya terbatas didalam negeri, namun
juga telah menjangkau ke beberapa negara lain seperti taiwan, Malaysia,
Hongkong, Singapura, Jepang, Jerman dan lain-lain.
Dalam rangka mencari suatu ukuran menyeluruh tentang layak atau tidak
layaknya suatu usahatani dijalankan dapat dilihat dari beberapa indeks. Indeksindeks tersebut disebut kriteria investasi (investment criteria). Beberapa kriteria

Universitas Sumatera Utara

31

investasi yang sering digunakan untuk mengetahui kelayakan suatu usahatani
antara lain NPV (Net Present Value), Net B/C ratio (Benefit Cost Ratio), IRR
(Internal Rate of Return). Kriteria-kriteria ini umumnya digunakan untuk
mengetahui kelayakan suatu proyek yang bersifat tahunan, sehingga kriteriakriteria ini digunakan untuk mengetahui kelayakan usahatani tanaman tahunan
seperti tanaman kopi. Untuk mengetahui kelayakan usahatani tanaman musiman
dapat digunakan analisis biaya dan pendapatan, analisis titik impas (Breakeven
Point), R/C ratio, π/C ratio dan R/L ratio.

Universitas Sumatera Utara

32

Skema Kerangka Pemikiran:

Penurunan produktivitas
tanaman jeruk

Petani mengganti
tanaman jeruk

Cabai

Kopi

Analisis Finansial
• NPV
• Net B/C
• IRR





Kol/Kubis

Analisis Usahatani
Analisis Biaya dan Pendapatan
Analisis BEP (Breakeven Point)
- BEP penerimaan
- BEP produksi
- BEP harga
Analisis Kelayakan (R/C ratio,
π/C ratio, R/L ratio)

Kelayakan Usahatani

Layak

Tidak Layak

Keterangan:
NPV
= Net Present Value
Net B/C = Benefit Cost Ratio
IRR
= Internal Rate of Return
BEP
= Breakeven Point
R
= Revenue (Penerimaan)
C
= Cost (Biaya)

π

= Keuntungan

L

= Land rent (Sewa lahan)

Universitas Sumatera Utara

33

2.7. Hipotesis
1. Ada perbedaan biaya dan pendapatan, titik impas (breakeven point), dan
kalayakan dari usahatani cabai merah dan kol.
2. Usahatani kopi adalah usahatani yang layak secara finansial.
3. Ada perbedaan biaya dan pendapatan usahatani cabai merah dengan usahatani
kol.
4. Ada perbedaan biaya dan pendapatan usahatani kopi dengan usahatani cabai
merah.
5. Ada perbedaan biaya dan pendapatan usahatani kopi dengan usahatani
kol/kubis.

Universitas Sumatera Utara