STUDI TENTANG KONVERSI TANAMAN JERUK MENJADI TANAMAN KOPI DI DESA BARUSJAHE KECAMATAN BARUSJAHE KABUPATEN KARO.

(1)

STUDI TENTANG KONVERSI TANAMAN

JERUK MENJADI TANAMAN KOPI DI DESA

BARUSJAHE KECAMATAN BARUSJAHE

KABUPATEN KARO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

OLEH:

NATALISA CRYSELLA BARUS 308131072

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2012


(2)

(3)

(4)

ABSTRAK

Natalisa Crysella Barus, NIM.308131072, Studi Tentang Konversi Tanaman Jeruk

Menjadi Tanaman Kopi di Desa Barusjahe Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo. Jurusan pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan konversi tanaman jeruk menjadi tanaman kopi dilihat dari 1.) luas lahan, 2.) modal, 3.) pemeliharaan, 4.) harga.

Penelitian ini dilakukan di Desa Barusjahe pada bulan Juni tahun 2012. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 75 KK sekaligus dijadikan sebagai sampel penelitan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah komunikasi langsung. teknik analisis yang digunakan yaitu teknik deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan : (1) Luas lahan yang lebih dominan diusahakan oleh petani berkisar < 1 Ha. Hal ini disebabkan lahan yang diperoleh dari arisan orang tua responden. (2) Modal yang dibutuhkan untuk tanaman kopi lebih sedikit dibandingkan tanaman jeruk, dimana untuk tanaman kopi dengan luas lahan < 1 Ha dibutuhkan modal sekitar Rp. 600.000 – Rp. 1.150.000/ bulannya, sedangkan modal untuk tanaman jeruk dengan luas lahan < 1 Ha yaitu berkisar Rp. 1.400.000 – Rp. 2.450.000/ bulannya. (3) Pemeliharaan yang dibutuhkan untuk tanaman jeruk lebih sulit dibandingkan tanaman kopi, dimana untuk tanaman jeruk pemeliharaannya lebih intensif dan tanaman jeruk rentan akan hama penyakit, sehingga penyemprotan pestisida harus sering dilakukan. (4) harga penjualan jeruk yang diperoleh responden paling tinggi adalah Rp. 8.000 Kg sedangkan harga kopi mencapai Rp. 21.500/Kg.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Karunianya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Studi Tentang Konversi Tanaman Jeruk Menjadi Tanaman Kopi di Desa Barusjahe Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo ”. Penulisan skripsi ini dibuat sebagai suatu kewajiban dalam memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan, pengalaman dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, untuk kesempurnaan tulisan ini, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak yang menaruh simpati dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini.

Dalam kesempatan ini penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan karena didampingi oleh orang-orang yang telah turut membantu secara akademik dan dukungan moral sampai dengan skripsi ini selesai. Oleh karena itu saya mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Ibnu Hajar Damanik. M,Si selaku Rektor Universitas Negeri

Medan beserta stafnya.

2. Bapak Drs. H. Restu, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

3. Bapak Drs. W. Lumbantoruan, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.


(6)

4. Ibu Dra. Asnidar, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidkan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

5. Bapak Drs. Kamarlin Pinem M.Si selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah banyak membantu dan membimbing Penulis sejak awal penulisan proposal sampai akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Bapak/Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Geografi terutama Ibu Dra. Elfayetti, M.P

dan Ibu Dra. Rosni, M,Pd, sebagai Dosen Penguji yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran pada penulisan skripsi ini.

7. Bapak H. Siagian selaku tata usaha Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

8. Bapak Muliady Barus selaku Kepala Desa Barusjahe Kecamatan Barusjahe

Kabupaten Karo.

9. Kedua Orangtuaku yang saya cintai dan saya sayangi, Ayahku K. Barus dan Ibuku R. Br Ginting terimakasih atas perhatian dan Doanya yang tak henti-hentinya, serta tak pernah lelah dan bosan memberikan nasihat dan motivasi hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10.Buat Abang dan Adik-adik ku tercinta ( Abang Metro Prantara Barus AMKL, Adik Melody makedoni Barus dan Memory Michael Barus). Terimakasih buat dukungan dan Doanya selama ini.

11.Keluarga besar Barus rumah siberas dan Ginting suka yang telah banyak memberikan motivasi yang luar biasa.

12.Sahabatku Tersayang Murni Simanihuruk, Cici Suarni Bakkara, Eva Suranta Manjorang, Pretty M. Simanjuntak, Febryani S. Zendrato, Romauli Sipayung, Darlin Simanullang, Rimma Nababan, dan semua stambuk 2008 Kelas


(7)

B_Reguler, A_Reguler, A_Ekstensi dan B_Ekstensi yang telah memberikan dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini.

13.UKKMK-Unimed atas pembentukan karakter yang telah diberikan melalui

pelayanan yang diberikan kepada penulis.

14.Teman-teman PPLT 2011 Khususnya Neny Lestari Sinaga, Nova Martina

Saragih, Lenny Pardosi, Evan Nainggolan, Daniel, Hendrix Tarigan, Ifoando Pasaribu, Mita, Dani yang memberikan motivasi kepada penulis.

15.Teman-teman kost Jl. Rela No. 115 dan keluarga Amang Boru Tony Sinaga yang

selalu memberikan dukungan semoga rasa persaudaraan tetap erat.

16.Teman-teman satu bimbingan skripsi (Adelina Ginting, Cici Bakkara, Lesvita Ginting, dan Lady Sembiring ) yang selalu memberi semangat kepada penulis dari awal sampai akhir penyusunan skripsi ini.

Hanya ucapan Terima Kasih dan Doa yang dapat penulis ucapkan. Kiranya Tuhan melimpahkan Rahmat dan KaruniaNya kepada kita semua. Akhir kata penulis mengucapkan Terima Kasih. Semoga skripsi ini besar manfaatnya kepada kita semua. Amin.

Medan, Juli 2012 Penulis

Natalisa Crysella Barus NIM.308131072


(8)

DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...i

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ...ii

KATA PENGANTAR ...iii

ABSTRAK ...vi

KEASLIAN TULISAN ...vii

DAFTAR ISI ...viii

DAFTAR TABEL ...x

DAFTAR GAMBAR ...xi

DAFTAR LAMPIRAN ...xii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A.Latar Belakang Masalah ...1

B.Identifikasi Masalah ...5

C.Pembatasan Masalah ...6

D.Rumusan Masalah ...6

E. Tujuan Penelitian ...7

F. Manfaat Penelitian ...7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...8

A.Kerangka Teoritis...8

B.Penelitian yang Relevan ...27

C.Kerangka Berpikir ...29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...32

A.Lokasi Penelitian ...32

B.Populasi dan SampelPenelitian ...32

C.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...33

D.Teknik Pengumpulan Data ...34

E. Teknik Analisis Data...34

BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ...35

A.Kondisi Fisik ...35

B.Kondisi Non – Fisik ...37

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...46

A.Hasil Penelitian ...46

B.Pembahasan ...62

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN...66


(9)

B.Saran ...67

DAFTAR PUSTAKA ...68 LAMPIRAN ...70


(10)

DAFTAR TABEL

No. Uraian Hal

1. Program Pemupukan Tanaman Jeruk Yang Sudah Menghasilakan ...23

2. Dosis Pemupukan Tanaman Kopi Per Tahun ...24

3. Bentuk Penggunaan Lahan ...36

4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur ...38

5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...40

6. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ...41

7. Sarana dan Prasarana Pendidikan ...43

8. Sarana dan Prasarana Ibadah ...43

9. Sarana dan Prasarana Transportasi ...44

10. Sarana dan Prasarana Kesehatan ...45

11. Penggolongan Usia Responden ...46

12. Pendidikan Responden...47

13. Luas Lahan Pertanian Responden ...48

14. Intensitas Pemupukan Tanaman Jeruk Responden Per tahun ...50

15. Intensitas Pemupukan Tanaman Kopi Responden Per Tahun ...52

16. Modal yang Dibutuhkan Untuk Tanaman Jeruk ...54

17. Modal yang Dibutuhkan Untuk Tanaman Kopi ...55

18. Perbandingan Modal Untuk Tanaman Jeruk dan Tanaman Kopi ...56

19. Harga Penjualan Jeruk Pada Saat Panen Raya ...57

20. Harga Penjualan Jeruk Pada Saat Panen Musiman...57

21. Harga Penjualan Kopi ...58

22. Produksi Tanaman Jeruk Per Tahun ...59

23. Produksi Tanaman Kopi Pertahun ...59


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Uraian Hal

1. Skema Kerangka Berpikir...31

2. Luas Lahan Kopi Responden ...49

3. Pengalihan Tanaman Jeruk Menjadi Tanaman Kopi ...61


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Uraian Hal

1. Peta Kabupaten Karo ...70 2. Peta Kecamatan Barusjahe ...71 3. Lembar Wawancara Penelitian ...72


(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan di Indonesia hingga saat ini tetap diletakkan pada sektor pertanian. Ini disebabkan karena pembangunan industri dan kerajinan tangan masih tetap memerlukan dukungan dari sektor pertanian serta kondisi penduduk dan tenaga kerja rakyat Indonesia masih hidup atau bekerja pada sektor pertanian, sehingga mengakibatkan suatu produk nasional yang berasal dari pertanian (Mubyarto, 1989).

Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting dalam menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, selain itu sektor pertanian merupakan andalan penyumbang devisa Negara termasuk di dalamnya tanaman jeruk dan tanaman kopi. Dewasa ini perkembangan tanaman jeruk di Indonesia terutama jeruk rakyat cukup pesat. Hal ini memberi harapan meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan petani jeruk. Peluang untuk perkembangan tanaman jeruk di Indonesia memang sangat memungkinkan, terutama dilihat dari ekologi yang mendukung.

Jeruk merupakan salah satu tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Di Indonesia sendiri, jeruk sudah tumbuh subur sejak ratusan tahun lalu. Bangsa Belanda yang pertama kali membawa dan mengembangkan tanaman jeruk di Indonesia. Mereka mendatangkan jeruk manis dan jeruk keprok dari Amerika dan Itali sehingga tidak mengherankan apabila sekarang ini banyak ditemui buah jeruk hampir di seluruh Indonesia. Dengan semakin berkembangnya pengetahuan dan


(14)

2

teknologi, manusia mencoba untuk mengembangkan jeruk secara besar-besaran. Hal ini dilakukan karena buah jeruk banyak disukai masyarakat dan banyak mengandung vitamin bagi masyarakat serta pemasaran buah jeruk yang cukup baik dan menguntungkan bagi petani jeruk.

Pada tahun 2004, luas areal tanaman jeruk mencapai 70.000 Ha dengan total produksi sebesar 1.600.000 ton, sekaligus menempatkan posisi Indonesia sebagai Negara penghasil utama jeruk dunia ke 13 setelah Vietnam. Tanaman jeruk tersebar di seluruh Indonesia, dengan sentra produksi utama terdapat di provinsi Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Sekitar 70-80 % jenis jeruk yang dikembangkan petani adalah jeruk siam. (Dalam prospek dan arah pengembangan Agrobisnis.www.Litbang deptan ac.id 2010).

Desa Barusjahe yang beriklim tropis sangat potensial untuk usaha pertanian. Keadaan tanah yang subur sangat mendukung untuk pertanian jeruk. Kecamatan Barusjahe merupakan penghasil jeruk terbesar di Kabupaten Karo. Memang, tanaman jeruk tergolong mudah diusahakan, apalagi daerah yang beriklim tropis, sehingga petani di Desa Barusjahe mayoritas mengusahai tanaman jeruk. Akan tetapi, lahan jeruk yang luas tidak di imbangi dengan pengelolaan yang memadai hal ini diakibatkan karena tingginya biaya untuk tanaman jeruk. Pemeliharaan tanaman jeruk seperti pemupukan, penyemprotan, pemangkasan, dan penjarangan buah jarang dilakukan. Pada tahun 2006 luas lahan jeruk di Desa Barusjahe 350 Ha, menurun menjadi 150 Ha pada tahun 2012.

Nilai ekonomis tanaman jeruk dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan petaninya yang relatif tinggi. Keuntungan usaha tani jeruk biasanya diperoleh pada


(15)

3

tahun ke-4, dengan besar yang bervariasi tergantung jenis maupun lokasi. Walaupun produksi usaha tani jeruk nasional cukup tinggi namun prakteknya dilapangan, pedagang jeruk terkendala oleh buruknya pemasaran. Apalagi petani memanen secara bersamaan sehingga harga buah jeruk menjadi jatuh. Itu juga dikarenakan jeruk merupakan tanaman musiman dan juga pengaruh musim panen buah lain seperti mangga, rambutan, duku dan lainnya mengakibatkan harga buah jeruk menjadi tidak stabil.

Besarnya modal pada penanaman jeruk dan tingginya harga pupuk dan pestisida mengakibatkan tingginya biaya pemeliharaan tanaman jeruk. Sehingga pada kenyataannya antara modal dan tingginya biaya pemeliharaan tanaman jeruk tidak seimbang dengan harga buah jeruk yang sangat tidak stabil. Ketidakstabilan harga jeruk sangat berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat di Desa Barusjahe.

Ketua Asosiasi Petani Jeruk Kabupaten Karo Saul Surbakti mengatakan, saat ini kondisi jeruk dari Karo atau yang sering disebut Jeruk Medan semakin menurun produksinya. Sebab, petani tidak memiliki gairah lagi mengembangkannya dan bahkan banyak yang telah mengalihfungsikan lahan ke komoditas tanaman lain yang lebih menguntungkan. Rendahnya daya saing jeruk lokal selain karena faktor harga yang disebabkan biaya produksi tinggi, juga dikarenakan kualitas dan kuantitas produksi jeruk lokal kini semakin menurun akibat banyaknya serangan hama dan penyakit. Sekarang produksi tanaman jeruk merosot drastis dari 437.149 ton menjadi 293.460 ton/tahun.

Meningkatnya kebutuhan dan persaingan ekonomi masyarakat dalam pemanfaatan lahan memerlukan pemikiran yang seksama sebagai mengambil


(16)

4

keputusan yang tetap sehingga bisa meningkatkan penggunaan lahan untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan tujuan perubahan status sosial ekonomi kearah yang lebih baik. Dari hasil wawancara dengan Roni bukit (petani jeruk di Desa Barusjahe) mengatakan bahwa yang menjadi masalah utama adalah banyaknya hama menyerang tanaman jeruk sehingga mengakibatkan pembusukan daun, bunga, dan batang. Diterangkannya, modal untuk satu hektar tanaman jeruk ukuran/jarak tanam 5 x 4 meter (sekitar 450 - 500 batang) membutuhkan penyemprotan hama tiga kali dalam sebulan dengan biaya sekitar Rp 500.000 , termasuk upah tenaga kerja . Biaya pemupukan (pupuk kimia), 6 kg/batang Rp 50.000 . Biaya pupuk kandang 2 truck cold diesel Rp 2,4 juta. Harga jeruk saat ini tidak sebanding dengan modal yang dikeluarkan petani yakni dari Rp 4.000 – 5.000/Kg. Hal tersebut sangat mempengaruhi pendapatan petani jeruk.

Tanaman kopi adalah salah satu bahan dagang yang mempunyai arti penting sebagai komoditi eksport yang terus mengalami peningkatan dimana nilai devisanya menempati urutan ketiga setelah tanaman karet dan kepala sawit. Sejak puluhan tahun yang lalu kopi sudah diusahakan pemerintah dan masyarakat. Tanaman kopi ini di usahakan mulai luasan kecil yang hanya beberapa puluh atau ratusan meter persegi hingga mencapai luasan ribu kilometer persegi.

kopi merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan penghasil devisa ekspor, sumber pendapatan petani dan penghasil bahan baku industri, penciptaan lapangan kerja dan pengembangan wilayah (Achmad,2006). Dengan data-data tersebut maka strategi pengembangan industri kopi di Indonesia harus mengacu pada potensi keragaman yang dimiliki oleh kopi itu sendiri, supaya peningkatan produksi


(17)

5

kopi diharapkan sejalan dengan pertumbuhan konsumsi kopi di dalam negeri. Termasuk, untuk mewujudkan pengembangan industri hilir kopi di dalam negeri.

Demikian juga di Desa Barusjahe tanaman kopi memiliki pengaruh penting bagi petani . Saat ini harga kopi berkisar Rp 20.000 – Rp 25.000/kg . Bila dibandingkan dengan tanaman jeruk modal untuk tanaman kopi jauh lebih sedikit sehingga petani lebih memilih untuk mengusahai tanaman kopi. Luas areal tanaman kopi di Desa Barusjahe tiap tahunnya semakin meningkat. Dari data yang diperoleh dalam survei pendahuluan , mulai dari tahun 2006(50 ha), tahun 2007(76 ha), tahun 2008(95 ha), tahun 2009(118 ha), tahun 2010( 125 ha) dan tahun 2011 (150 ha).

Tanaman jeruk merupakan hasil pertanian yang sangat terkenal di Kecamatan Barusjahe. Hampir seluruh daerah di Kecamatan Barusjahe berpenghasilan dari tanaman jeruk, akan tetapi lima tahun terakhir ini masyarakat petani jeruk di Desa Barusjahe menggantikan tanaman jeruk menjadi tanaman kopi. Melihat dari kenyataan tersebut, maka penulis sangat tertarik untuk meneliti studi tentang konversi tanaman jeruk menjadi tanaman kopi di Desa Barusjahe Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi konversi tanaman jeruk menjadi tanaman kopi di Desa Barusjahe Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo. Faktor- faktor yang dimaksud adalah modal, luas lahan, harga, pemasaran , dan pemeliharaan mencakup pemupukan, penyemprotan hama, dan


(18)

6

pemangkasan. Dimana produksi jeruk di Desa Barusjahe semakin menurun, sebab petani tidak memiliki gairah lagi untuk mengembangkannya. Rendahnya daya saing jeruk lokal selain karena faktor harga yang disebabkan biaya produksi tinggi, juga dikarenakan kualitas dan kuantitas jeruk di Desa Barusjahe semakin menurun akibat serangan hama dan penyakit.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka penulis membatasi masalah dalam penelitian ini yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi konversi tanaman jeruk menjadi tanaman kopi di Desa Barusjahe Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo yang terdiri dari luas lahan, modal, pemeliharaan, dan harga.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah faktor luas lahan menyebabkan konversi tanaman jeruk menjadi tanaman kopi di Desa Barusjahe Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo?

2. Apakah faktor modal menyebabkan konversi tanaman jeruk menjadi

tanaman kopi di Desa Barusjahe Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo?

3. Apakah faktor pemeliharaan menyebabkan konversi tanaman jeruk menjadi

tanaman kopi di Desa Barusjahe Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo?

4. Apakah faktor harga menyebabkan konversi tanaman jeruk menjadi tanaman


(19)

7

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Faktor luas lahan yang menyebabkan konversi tanaman jeruk menjadi tanaman kopi di Desa Barusjahe Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo.

2. Faktor modal yang menyebabkan konversi tanaman jeruk menjadi

tanaman kopi di Desa Barusjahe Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo.

3. Faktor pemeliharaan yang menyebabkan konversi tanaman jeruk menjadi

tanaman kopi di Desa Barusjahe Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo.

4. Faktor harga yang menyebabkan konversi tanaman jeruk menjadi

tanaman kopi di Desa Barusjahe Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah setempat dalam melaksanakan pembangunan dalam bidang pertanian khususnya tanaman kopi.

2. Sebagai bahan masukan bagi petani jeruk yang mengganti tanaman jeruk menjadi tanaman kopi.

3. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan berpikir bagi penulis dalam bidang pertanian jeruk dan kopi.


(20)

66

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Sesuai dengan hasil pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Luas lahan yang lebih dominan diusahakan oleh responden berkisar < 1 Ha. Luas lahan ini tergolong ke dalam luas lahan yang sempit sesuai dengan pernyataan mubyarto (1989). Hal ini disebabkan lahan yang diperoleh dari warisan orang tua responden. Nilai ekonomis tanaman jeruk dalam luasan < 1 Ha kurang mendukung bagi petani sehingga mendorong petani untuk mengganti tanaman jeruk menjadi tanaman kopi.

2. Modal yang dibutuhkan untuk tanaman kopi lebih sedikit dibandingkan tanaman

jeruk, dimana untuk tanaman kopi dengan luas lahan < 1 Ha dibutuhkan modal sekitar Rp. 600.000 – Rp. 1.150.000/ bulannya, sedangkan modal untuk tanaman jeruk dengan luas lahan < 1 Ha yaitu berkisar Rp. 1.400.000 – Rp. 2.450.000/ bulannya. Dapat dilihat bahwa responden mengganti tanaman jeruk menjadi kopi karena modalnya relatif terjangkau.

3. Pemeliharaan yang dibutuhkan untuk tanaman jeruk lebih sulit dibandingkan tanaman kopi, dimana untuk tanaman jeruk pemeliharaannya lebih intensif dan tanaman jeruk rentan akan hama penyakit, sehingga penyemprotan pestisida harus sering dilakukan.

4. harga penjualan jeruk yang diperoleh responden paling tinggi adalah Rp. 3.000/ Kg pada saat panen raya dan pada saat panen musiman harga penjualan jeruk


(21)

67

yang diperoleh responden paling tinggi 8.000/Kg. Sedangkan harga kopi mencapai Rp. 21.500/Kg. jumlah nominal penjualan kopi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan jeruk.

B. Saran

1. Luas lahan petani di Desa Barusjahe pada umumnya tergolong luas lahan yang sempit. Oleh karena itu perlu peningkatan luas lahan yang nantinya akan meningkatkan hasil produksi patani.

2. Untuk menunjang pertanian yang maju sebaiknya pemerintah Kabupaten Karo memberikan pinjaman untuk petani.

3. Produksi hasil pertanian yang diperoleh petani tergolong sedang agar

memperoleh hasil yang lebih baik, perlu peningkatan pada pemupukan dan pemeliharaan pada tanaman kopi.

4. Pada pemasaran kopi, petani sering terkendala oleh harga yang tidak stabil, oleh karena itu kepada Pemerintah Kabupaten Karo perlu memperluas daerah pemasaran kopi. Ini diharapkan akan mampu meninggkatkan harga kopi dan petani akan termotivasi untuk meningkatkan produksi kopi mereka.


(22)

68

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto.2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta

Herman.1993. Penuntun Praktis Budidaya Tanaman Jeruk.Jakarta: Mahkota

Hetti, Yovita. 1993. Pemilihan Tanaman dan Lahan Sesuai Kondisi Lingkungan dan Pasar. Jakarta: Penebar Swadaya.

Karo, Hosanna (2010) dengan judul Analisis usaha tani kopi di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. Jurnal. http://repository.usu.ac.handle/123456789/7507

Lucky, P. 2010. Studi tentang produksi dan pemasaran jeruk di kecamatan simpang empat kabupaten karo. Skripsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi FIS-Unimed.

Mubyarto.2001. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES

Moscher,A.T.1987.Membangun dan Menggerakkan Pertanian.Jakarta:Yasaguna

Nainggolan, Tetty. 2004. Faktor-faktor yang mendorong petani dalam usaha tanaman kopi di Desa Saornauli Hatoguan .Skripsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi FIS-Unimed.

Reinjes.1992.Pertanian Masa Depan.Yogjakarta: Kanisius

Sudaryati Endang (2004) dengan judul Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kopi rakyat di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung. Jurnal.

http://eprints.undip.ac.id/9680/

Soekartawi.1986. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian.Jakarta:Universitas

Indonesia.(UI Press).


(23)

69

Tim Karya Tani Mandiri. 2010 . Pedoman Budidaya Tanaman Kopi.Bandung: CV.Nuansa Aulia.

William,Stanton.1998. Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga

http://jurnalmepaekonomi.blogspot.com/2010/05/( diakses sabtu,25-2;2012).

(http://www.antarasumut.com/berita-sumut/berita-sumut/beritadaerah/kabupaten- karo-berita-daerah/diakses rabu,21-3;2012).

http://www.google.co.id/#q=pengertian+konversi+tanaman&hl=id&tbm(diakses selasa,21-2;2012).


(1)

pemangkasan. Dimana produksi jeruk di Desa Barusjahe semakin menurun, sebab petani tidak memiliki gairah lagi untuk mengembangkannya. Rendahnya daya saing jeruk lokal selain karena faktor harga yang disebabkan biaya produksi tinggi, juga dikarenakan kualitas dan kuantitas jeruk di Desa Barusjahe semakin menurun akibat serangan hama dan penyakit.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka penulis membatasi masalah dalam penelitian ini yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi konversi tanaman jeruk menjadi tanaman kopi di Desa Barusjahe Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo yang terdiri dari luas lahan, modal, pemeliharaan, dan harga.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah faktor luas lahan menyebabkan konversi tanaman jeruk menjadi tanaman kopi di Desa Barusjahe Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo? 2. Apakah faktor modal menyebabkan konversi tanaman jeruk menjadi

tanaman kopi di Desa Barusjahe Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo? 3. Apakah faktor pemeliharaan menyebabkan konversi tanaman jeruk menjadi

tanaman kopi di Desa Barusjahe Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo? 4. Apakah faktor harga menyebabkan konversi tanaman jeruk menjadi tanaman


(2)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Faktor luas lahan yang menyebabkan konversi tanaman jeruk menjadi tanaman kopi di Desa Barusjahe Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo. 2. Faktor modal yang menyebabkan konversi tanaman jeruk menjadi

tanaman kopi di Desa Barusjahe Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo. 3. Faktor pemeliharaan yang menyebabkan konversi tanaman jeruk menjadi

tanaman kopi di Desa Barusjahe Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo. 4. Faktor harga yang menyebabkan konversi tanaman jeruk menjadi

tanaman kopi di Desa Barusjahe Kecamatan Barusjahe Kabupaten Karo.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah setempat dalam melaksanakan pembangunan dalam bidang pertanian khususnya tanaman kopi.

2. Sebagai bahan masukan bagi petani jeruk yang mengganti tanaman jeruk menjadi tanaman kopi.

3. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan berpikir bagi penulis dalam bidang pertanian jeruk dan kopi.


(3)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Sesuai dengan hasil pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Luas lahan yang lebih dominan diusahakan oleh responden berkisar < 1 Ha. Luas lahan ini tergolong ke dalam luas lahan yang sempit sesuai dengan pernyataan mubyarto (1989). Hal ini disebabkan lahan yang diperoleh dari warisan orang tua responden. Nilai ekonomis tanaman jeruk dalam luasan < 1 Ha kurang mendukung bagi petani sehingga mendorong petani untuk mengganti tanaman jeruk menjadi tanaman kopi.

2. Modal yang dibutuhkan untuk tanaman kopi lebih sedikit dibandingkan tanaman jeruk, dimana untuk tanaman kopi dengan luas lahan < 1 Ha dibutuhkan modal sekitar Rp. 600.000 – Rp. 1.150.000/ bulannya, sedangkan modal untuk tanaman jeruk dengan luas lahan < 1 Ha yaitu berkisar Rp. 1.400.000 – Rp. 2.450.000/ bulannya. Dapat dilihat bahwa responden mengganti tanaman jeruk menjadi kopi karena modalnya relatif terjangkau.

3. Pemeliharaan yang dibutuhkan untuk tanaman jeruk lebih sulit dibandingkan tanaman kopi, dimana untuk tanaman jeruk pemeliharaannya lebih intensif dan tanaman jeruk rentan akan hama penyakit, sehingga penyemprotan pestisida harus sering dilakukan.

4. harga penjualan jeruk yang diperoleh responden paling tinggi adalah Rp. 3.000/ Kg pada saat panen raya dan pada saat panen musiman harga penjualan jeruk


(4)

yang diperoleh responden paling tinggi 8.000/Kg. Sedangkan harga kopi mencapai Rp. 21.500/Kg. jumlah nominal penjualan kopi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan jeruk.

B. Saran

1. Luas lahan petani di Desa Barusjahe pada umumnya tergolong luas lahan yang sempit. Oleh karena itu perlu peningkatan luas lahan yang nantinya akan meningkatkan hasil produksi patani.

2. Untuk menunjang pertanian yang maju sebaiknya pemerintah Kabupaten Karo memberikan pinjaman untuk petani.

3. Produksi hasil pertanian yang diperoleh petani tergolong sedang agar memperoleh hasil yang lebih baik, perlu peningkatan pada pemupukan dan pemeliharaan pada tanaman kopi.

4. Pada pemasaran kopi, petani sering terkendala oleh harga yang tidak stabil, oleh karena itu kepada Pemerintah Kabupaten Karo perlu memperluas daerah pemasaran kopi. Ini diharapkan akan mampu meninggkatkan harga kopi dan petani akan termotivasi untuk meningkatkan produksi kopi mereka.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto.2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta

Herman.1993. Penuntun Praktis Budidaya Tanaman Jeruk.Jakarta: Mahkota

Hetti, Yovita. 1993. Pemilihan Tanaman dan Lahan Sesuai Kondisi Lingkungan dan Pasar. Jakarta: Penebar Swadaya.

Karo, Hosanna (2010) dengan judul Analisis usaha tani kopi di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. Jurnal. http://repository.usu.ac.handle/123456789/7507

Lucky, P. 2010. Studi tentang produksi dan pemasaran jeruk di kecamatan simpang empat kabupaten karo. Skripsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi FIS-Unimed.

Mubyarto.2001. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES

Moscher,A.T.1987.Membangun dan Menggerakkan Pertanian.Jakarta:Yasaguna

Nainggolan, Tetty. 2004. Faktor-faktor yang mendorong petani dalam usaha tanaman kopi di Desa Saornauli Hatoguan .Skripsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi FIS-Unimed.

Reinjes.1992.Pertanian Masa Depan.Yogjakarta: Kanisius

Sudaryati Endang (2004) dengan judul Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kopi rakyat di Kecamatan Candiroto Kabupaten Temanggung. Jurnal.

http://eprints.undip.ac.id/9680/

Soekartawi.1986. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian.Jakarta:Universitas Indonesia.(UI Press).


(6)

Tim Karya Tani Mandiri. 2010 . Pedoman Budidaya Tanaman Kopi.Bandung: CV.Nuansa Aulia.

William,Stanton.1998. Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga

http://jurnalmepaekonomi.blogspot.com/2010/05/( diakses sabtu,25-2;2012).

(http://www.antarasumut.com/berita-sumut/berita-sumut/beritadaerah/kabupaten- karo-berita-daerah/diakses rabu,21-3;2012).

http://www.google.co.id/#q=pengertian+konversi+tanaman&hl=id&tbm(diakses selasa,21-2;2012).