Bentuk, Fungsi dan Makna Masjid Lautze di Jakarta Pusat

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini diuraikan konsep terkait variabel yang digunakan dalam judul
skripsi, landasan teori sebagai acuan dalam penelitian penulis dan tinjauan pustaka
yang berisi tentang hasil penelitian terdahulu.
2.1 Konsep
Konsep merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan objek
secara abstrak. Agar pembaca segera menangkap secara jelas tentang maksud peneliti
sebenarnya, peneliti harus menjelaskan atau memberi penegasan arti atau pengertian
kata-kata kunci dalam judul (Hamidi, 2010:41).
2.1.1 Bentuk
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999 : 135) “Bentuk adalah
bangun, rupa, wujud, sistem, susunan kalimat atau acuan”. Maka, serupa dengan J.J
Honingmann yang dalam buku pelajaran antropologinya yang berjudul The World of
Man (1959 : hlm. 11- 12) membedakan adanya tiga “gejala kebudayaan”, yaitu (1)
ideas, (2) activities, dan (3) artifacts, Koentjaraningrat (1986:186) berpendirian
bahwa kebudayaan itu ada tiga wujudnya yaitu:
1. Gagasan (wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilainilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya yang bersifat abstrak, tidak dapat
diraba atau difoto. Bila gagasan dituangkan dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari


9
Universitas Sumatera Utara

kebudayaan ideal sering berada dalam karangandan buku-buku hasil karya para
penulis. Sekarang kebudayaan juga banyak tersimpan dalam disk, arsip dll.
2. Aktivitas
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta
tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. Sering disebut sebagai sistem sosial.
Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia-manusia yang berinteraksi,
berhubungan, bergaul dengan lain, selalu menurut pola-pola tertentu yang
berdasarkan adat tata kelakuan. Sebagai rangkaian aktivitas manusia-manusia dalam
suatu masyarakat, sistem sosial itu bersifat konkret, terjadi disekeliling kita seharihari, bisa diobservasi, difoto dan didokumentasikan.
3. Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik sebagai benda-benda dan hasil karya
manusia. Karena berupa hasil fisik dari aktivitas, perbuatan, karya manusia, maka
sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan. Berupa benda- benda yang
dapat dilihat, diraba dan didokumentasikan.
Bentuk yang dimaksud dalam penelitian ini adalah wujud dan bagian-bagian
Masjid Lautze di Jakarta Pusat baik secara umum maupun lebih spesifik mulai dari

bentuk bangunan itu sendiri, denah bangunan, dan aktivitas yang terdapat pada masjid.
2.1.2 Fungsi
Menurut Boediono dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999:163), “fungsi
adalah manfat, guna, faedah. Setiap benda, pekerjan, kesenian dalam kebudayan
memilki fungsi masing-masing menurut kegunaannya”. Fungsi kebudayaan antara
lain sebagai berikut:
10
Universitas Sumatera Utara

1. Mempersatukan masyarakat.
2. Memenuhi kebutuhan- kebutuhan masyarakat.
3. Mendorong terjadinya perubahan masyarakat.
Fungsi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana Masjid Lautze
di Jakarta Pusat menjadi sebuah sarana yang memberikan manfaat dan menjadi suatu
kebutuhan bagi masyarakat.
2.1.3 Makna
Menurut Boediono dalam KBBI (2009:384) “Makna adalah arti atau maksud
yang penting di dalamnya”.
Hal ini dijelaskan secara kritis oleh Roger M. Keesing (1997:18) dibawah ini:
“Pertama, makna kebudayaan dipandang sebagai pola dari perilaku,digunakan

mengacu kepada pola kehidupan suatu kehidupan sosial masyarakat. Menyangkut
kegiatan regulasi sosial maupun material (rumah dan peralatan hidup) yang
berkembang secara teratur merupakan karakteristik dari masyarakat yang
bersangkutan dalam konteks etnik tertentu. Berdasarkan pengertian ini, kebudayaan
merupakan fenomena peristiwa-peristiwa atau kegiatan-kegiatan sosial dan bendabenda yang dapat diamati (behaviorsm). Kedua, makna kebudayaan dipandang
sebagai pola perilaku, digunakan mengacu kepada suatu sistem pengetahuan dan
kepercayaan yang dikontruksi secara sosial (melalui sosialisasi) sebagai pedoman
manusia dalam menelaah atau menginterpretasi pengalaman, persepsi mereka
menentukan tindakan dan memilih diantara alternative yang ada. Berdasarkan
pengertian ini, kebudayaan pada prinsipnya mengacu kepada dunia gagasan/ide
(cognitivism).”
Makna yang terdapat didalam penelitian ini berupa simbol-simbol seperti
bentuk ornament, bentuk pintu, lampion dan warna pada masjid. Penulis akan
menguraikan maknanya menurut kepercayaan agama Islam dan menurut kebudayaan
dalam masyarakat Tionghoa karena Masjid Lautze ini hanya mengadaptasi simbol
tersebut dan bukan merupakan sebuah kepercayaan tertentu.

11
Universitas Sumatera Utara


2.1.4 Masjid
Secara etimologi, kata “masjid” berasal dari sebuah kata pokok dalam bahasa
Arab, sajada (tempat sujud). Kata sajada ini lalu mendapatkan awalan ma, sehingga
terbentuklah kata Masjid. Dalam lafal orang Indonesia, kata masjid ini kebanyakan
diucapkan menjadi “mesjid”. Barangkali hal tersebut dikarenakan pengaruh
pemakaian awalan me pada kebanyakan bahasa Indonesia (Anom, 1999).
Secara harfiah, masjid diartikan sebagai tempat duduk atau setiap tempat yang
dipergunakan untuk beribadah. Masjid juga berarti “tempat shalat berjamaah” atau
tempat salat untuk umum (orang banyak).
Selain masjid juga ada beberapa tempat yang dipergunakan untuk beribadah
yaitu surau atau langgar dan musholla. Surau atau langgar adalah tempat salat bagi
orang muslim yang biasanya terletak berdekatan dengan beberapa rumah kelompok
kecil atau kelompok keluarga. Bangunannya terbuat dari papan yang berbentuk
panggung. Musholla juga berfungsi sebagai tempat salat dan mengaji tetapi tidak
digunakan untuk salat Jumat karena keterbatasan tempat (kapasitas).
Berbeda dengan surau dan musholla, fungsi masjid paling utama adalah
sebagai tempat melaksanakan ibadah berjamaah dimana hal tersebut merupakan
syi’ar Islam terbesar. Salat berjamaah merupakan salah satu indikator utama
keberhasilan dalam memakmurkan masjid. Masjid digunakan untuk jamaah yang
lebih banyak seperti salat Jumat, salat Ied, salat Tarawih, ceramah dan lainnya.

Masjid saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat, baik dalam bentuk
bangunan serta fungsinya. Disamping menjadi tempat ibadah, masjid telah menjadi
sarana berkumpul, menuntut ilmu, bertukar pengalaman, pusat dakwah dan lain
12
Universitas Sumatera Utara

sebagainya. Banyak masjid didirikan umat Islam baik masjid umum, masjid kampus,
masjid kantor maupun yang lainnya.
Masjid Lautze merupakan masjid yang bergaya tiongkok. Masjid ini tidak
memiliki kubah seperti pada umumnya dan berbentuk ruko tetapi dapat dikatakan
sebagai masjid yang sah secara hakiki karena memenuhi syarat masjid yang utama
yaitu melaksanakan ibadahnya dengan berjamaah karena kapasitas masjid ini dapat
menampung sekitar 500 jamaah. Masjid ini terletak di kawasan perdagangan Pasar
Baru Jakarta Pusat sehingga masjid ini hanya melaksanakan dua salat fardhu saja
seperti salat Dzuhur dan salat Ashar dan salat Jumat pada hari Jumat.
Mengenai masjid yang hanya buka pada siang hari ini, penulis bertanya
kepada salah satu ustadz, menurut Ustadz Khairul Akmal Rangkuti mengunci pintu
masjid diperbolehkan sepanjang untuk menjaga atau mengamankan aset masjid.
Memang ada pendapat yang tidak memperbolehkannya seperti Imam Abu Hanifah.
Menurut Badruddin az-Zarkasy, dalam sebagian kitab madzhab hanafi terdapat

keterangan yang memakruhkan penguncian pintu masjid dengan dasarkan kepada
firman Allah ta’ala :
‫ﺐ‬
ً ‫ﺤ ِﺮﻳ‬
َ ‫ﺤ َﻨ ِﻔﻴﱠ ُﺔ َﻭ َﺫ‬
َ ‫ﻤ ْﻨ‬
َ ‫ﻫ‬
َ ‫ﻤﺎ ُﻳ ْﻜ َﺮ ُﻩ ﺃَﻧﱠ ُﻪ ﺇِﻟَﻰ ﺍ ْﻟ‬
َ ‫ﺸﺒِ ُﻪ ِﻷَﻧﱠ ُﻪ ﺍ ْﻟ‬
َ ‫ﻦ ﺍ ْﻟ‬
َ ‫ﺼﻼ َ ِﺓ ِﻣ‬
ْ َ‫ﺴﺠِ ِﺪ ﺑَﺎﺏِ ﺇِﻏْ ﻼ َﻕُ ﺗ‬
ْ ‫ﻤ‬
ْ ‫ﻊ ُﻳ‬
‫ﺍﻟ ﱠ‬
َ
َ
َ
َ
ْ

ْ
َ
‫ﱠ‬
َ
‫ﻤ ْﻨ ُﻊ‬
‫ﻟ‬
‫ﺍ‬
‫ﻭ‬
‫ﻦ‬
‫ﻣ‬
‫ﺓ‬
‫ﻼ‬
‫ﺼ‬
‫ﺍﻟ‬
‫ﻡ‬
‫ﺍ‬
‫ﺮ‬
‫ﺣ‬
‫ﻪ‬
‫ﻟ‬

‫ﻮ‬
‫ﻘ‬
‫ﻟ‬
‫ﻰ‬
‫ﻟ‬
‫ﺎ‬
‫ﻌ‬
‫ﺗ‬
‫ﻦ‬
‫ﻣ‬
‫ﻭ‬
‫ﻢ‬
‫ﻠ‬
‫ﻅ‬
‫ﺃ‬
‫ﻦ‬
‫ﻤ‬
‫ﻣ‬
‫ﻊ‬
‫ﻨ‬

‫ﻣ‬
‫ﺪ‬
‫ﺟ‬
‫ﺎ‬
‫ﺴ‬
‫ﻣ‬
‫ﻪ‬
‫ﻠ‬
‫ﺍﻟ‬
‫ﺃ‬
‫ﺮ‬
‫ﻛ‬
‫ﻳ‬
‫ﺎ‬
‫ﻬ‬
َ
ْ‫ﻥ‬
ْ‫ﺬ‬
ِ
ِ

ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
َ َ ْ َ َ ُ
َ َ َ
َ َ
ْ
ْ ‫َ ََ َ ﱠ‬
‫ﱠ‬
َ ُ َ ‫ﻓِﻴ‬
ٌ َ َ
‫ﻤ ُﻪ‬
َ
َ ‫ﺧ َﺮﺍﺑِ َﻬﺎ ﻓِﻲ َﻭ‬
ْ ‫ﺳ َﻌﻰ‬
ُ ‫ﺍﺳ‬
“Madzhab hanafi berpendapat bahwa mengunci pintu masjid hukumnya

adalah makruh tahrim sebab identik dengan menghalangi salat. Sedangkan
menghalangi salat adalah diharamkan karena firman Allah ta’ala: ‘Dan siapakah yang
lebih zalim daripada orang yang melarang di dalam masjid-masjid Allah untuk

13
Universitas Sumatera Utara

menyebut nama-Nya, dan berusaha merobohkannya?’ (QS Al-Baqarah[2]: 114),”
(Lihat al-Mawsu’atul Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, Mesir, Darus Shafwah, juz XXXVII,
halaman

288).

Namun pandangan kelompok hanafi yang cenderung tidak memperbolehkan
menutup atau mengunci pintu masjid dengan alasan yang dikemukakan diatas oleh
Badruddin az-Zarkasyi sedikit dipersoalkan. Menurutnya, pendapat yang menyatakan
ketidakbolehan untuk mengunci pintu masjid itu harus diletakkan dalam situasinya.
Zaman dulu pendapat ini relevan, namun pada saat ini dimana banyak sekali terjadi
kriminalitas. Karenanya mengunci masjid diperbolehkan misalnya untuk menjaga
barang-barang milik masjid.
‫ﻒ‬
‫َﻛ ُﺜ َﺮﺕِ َﻭ َﻗ ْﺪ َﺯ َﻣ ُﻨ َﻨﺎ َﻓﺄَ ﱠﻣﺎ‬
ِ ‫ﻒ َﺯ َﻣﺎ‬
ِ َ‫ﺍﻟﺴﻠ‬
َ ِ‫ﺧﻮﻟ‬
َ ‫ﻥ ﻓﻰ‬
َ ِ‫ﻞ َﺫﻟ‬
َ ‫ﻫﺬَﺍ َﻛﺎﻥَ َﻓ ِﻘﻴ‬
ُ ‫ﻚ ﻓِﻰ َﻭ‬
‫ﱠ‬
ِ‫ﺱ َﻓ َﻼ ﺍ ْﻟﺠِ َﻨﺎﻳَﺎﺕ‬
ِ ِ‫ﺣﺘِﻴَﺎﻁًﺎ ﺑِ ِﺈﻏْ َﻼﻗ‬
َ ‫ﻪ ﺑَ ْﺄ‬
َ ‫ﺍ ْﻟ‬.....
ْ ِ‫ﺴﺠِ ِﺪ َﻣ َﺘﺎﻉِ َﻋﻠَﻰ ﺍ‬
ْ ‫ﻤ‬
“(Tetapi) pandangan yang memakrukan penutupan pintu masjid disangkal.
Maka dikatakan bahwa hal ini berlaku pada masa lampau. Adapaun zaman sekarang
dimana banyak sekali tindakan kriminal maka tidak apa-apa mengunci pintu masjid
untuk menjaga barang-barang masjid dan menjaga masjid dari jalan rumah
sekitarnya.” (Lihat Badruddin az-Zarkasyi I’lamus Sajid bi Ahkamil Masjid, Beirut,
Darul Kutub al-Ilmiyyah, cet ke-1, 1416 H/1995 M, halaman 239).
Berdasarkan pemaparan diatas, setidaknya ada dua pandangan mengenai
hukum menutup pintu masjid. Ada yang mengatakan boleh dan ada yang mengatakan
tidak. Kedua pandangan ini tidak perlu dipertentangkan. Keduanya bisa diambil
sesuai dengan kondisi dan situasi dimana masjid itu berada.

14
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan wawancara awal penulis dengan pengurus masjid, Masjid Lautze
sangat rawan kriminalitas. Beberapa kali ditemukan kotak amal hilang bersama
beberapa unit komputer yang terdapat didalam masjid, sehingga demi keamanan dan
kenyamanan bersama masjid ini hanya buka mulai pukul 09.00 – 17.00 WIB.

2.2 Landasan Teori
Teori dipergunakan sebagai landasan untuk memahami, menjelaskan, menilai
suatu objek atau data yang dikumpulkan, sekaligus sebagai pembimbing yang
menuntun dan memberi arah di dalam penelitian. Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan teori fungsionalisme dan teori semiotik.
2.2.1 Fungsionalisme
Kata Fungsionalisme merupakan kata dengan akhiran –isme, yang dalam
bahasa Indonesia kata ini berarti sebuah paham. Paham juga disebut sebagai salah
satu bentuk aliran atau cara berpikir. Kata fungsi sejauh ini dimaknai sebagai
kegunaan suatu hal.
Fungsionalisme adalah sebuah studi tentang operasi mental, mempelajari
fungsi-fungsi dalam menjembatani antara kebutuhan manusia dan lingkungannya.
Fungsionalisme menekankan pada totalitas dalam hubungan pikiran dan perilaku.
Dengan demikian, hubungan antara manusia dengan lingkungannya merupakan etnik
manisfestasi dari pikiran dan perilaku (Lydia dan Maratus, 2009).
Bronislaw Malinowski (1884-1942) merupakan tokoh yang mengembangkan
teori fungsional mengenai kebudayaan atau a functional theory of cultural. Teori dari
Malinowski ini menjelaskan bahwa segala aktivitas kebudayaan itu sebenarnya
15
Universitas Sumatera Utara

memuaskan suatu rangkaian kebutuhan naluri manusia yang berhubungan dengan
kehidupannya. Kebutuhan itu meliputi kebutuhan primer/biologis maupun kebutuhan
sekunder/psikologis, kebutuhan mendasar yang muncul dari kebudayan itu sendiri.
Malinowski berpendapat bahwa pada dasarnya kebutuhan manusia sama, baik
itu kebutuhan yang bersifat biologis maupun yang bersifat psikologis dan kebudayaan
pada pokoknya memenuhi kebutuhan tersebut. Menurut Malinowski (1997:51), ada
tiga tingkatan yang harus terekayasa dalam kebudayaan, yaitu:
1. Kebudayaan harus memenuhi kebutuhan biologis, seperti kebutuhan akan
pangan dan prokreasi.
2. Kebudayaan harus memenuhi kebutuhan instrumental, seperti kebutuhan
akan hukum dan pendidikan.
3. Kebudayaan harus memenuhi kebutuhan integratif seperti agama dan
kesenian.
Melalui tingkatan abstraksi tersebut, Malinowski kemudian mempertegas inti
dari teorinya dengan mengasumsikan bahwa segala kegiatan/aktivitas manusia dalam
unsur-unsur kebudayaan sebenarnya bermaksud menemukan suatu rangkaian dari
sejumlah kebutuhan naluri manusia yang berhubungan dengan seluruh kehidupannya.
Kelompok sosial atau organisasi sebagai contoh, awalnya merupakan kebutuhan
manusia yang suka berkumpul dan berinteraksi, perilaku ini berkembang dalam
bentuk yang lebih solid dalam artian perkumpulan tersebut dilembagakan melalui
rekayasa manusia.
Dalam konsep fungsionalisme Malinowski dijelaskan beberapa unsur
kebutuhan pokok manusia yang terlembagakan dalam kebudayaan dan berfungsi
16
Universitas Sumatera Utara

untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan manusia. Seperti kebutuhan gizi (nutrition),
keselamatan dan ketahanan (safety), rekreasi (relaxation), pergerakan (movement),
dan tumbuh kembang (growth). Setiap lembaga sosial (dalam istilah Malinowski,
institution) memiliki bagian-bagian yang harus dipenuhi dalam kebudayaan.
2.2.2 Semiotik
Semiotika berasal dari bahasa Yunani semeion, yang berarti tanda atau sign
dalam bahasa inggris. Semiotika adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti
kode, bahasa, kata, sinyal, gerak isyarat, lampu lalu lintas, bendera dan sebagainya.
Semiotika (semiotics) adalah ilmu tentang tanda dan kode-kodenya serta
penggunaannya dalam masyarakat (Piliang, 2003:21).
Charles Sanders Peirce (1839-1914) seorang ahli filsafat dan tokoh terkemuka
dalam semiotika modern Amerika menegaskan bahwa manusia dapat berfikir dengan
sarana tanda, dan berkomunikasi dengan sarana tanda. Tanda-tanda memungkinkan
manusia berfikir, berhubungan dengan orang lain dan memberi makna pada apa yang
ditampilkan oleh alam semesta. Teori Peirce ini telah menyempurnakan teori
Saussure sebelumnya, dimana objek benar-benar mempresentasikan maknanya.
Peirce mengemukakan teori segitiga makna atau triangle meaning yang terdiri
dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign), objek, dan interpretant. Tanda adalah
sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan
merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu
sendiri. Tanda menurut peirce terdiri dari:
1. Ikon

17
Universitas Sumatera Utara

Ikon merupakan tanda yang memiliki “rupa”. Sebagai mana yang telah ada
wujud nyatanya. Penggambaran ikon ada dengan dua cara, yaitu ilustratif (sesuai
bentuk asli) dan diagramatik (dalam bentuk penyederhanaan).
Contoh: pohon, gunung, daun, tempat sampah, buku, dsb.
2. Indeks
Indeks merupakan tanda yang menunjuk kepada sebuah arti, indeks sering
juga disebut petunjuk.
Contoh: marka jalan, lampu lalu-lintas, plang nama jalan, dsb.
3. Simbol
Simbol merupakan tanda yang bersifat mewakili sebuah hal yang lebih besar
yang ada dibelakangnya. Simbol juga bisa menunjukkan arti yang telah disepakati
bersama
Contoh: logo perusahaan, simbol-simbol budaya dan keagamaan.
Acuan tanda ini disebut objek. Objek atau acuan tanda adalah konteks sosial
yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda. Interpretant atau
pengguna tanda adalah sebuah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda
dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak
seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Hal yang terpenting dalam proses
semiotika adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda.

2.3

Tinjauan Pustaka
Sebelum peneliti menyusun karya ilmiah ini lebih lanjut maka peneliti terlebih

dahulu menelusuri semua jenis referensi yang berhubungan dengan judul peneliti
18
Universitas Sumatera Utara

seperti buku, jurnal papers, artikel, disertasi, tesis, skripsi, dan karya ilmiah lainnya.
Hal ini dilakukan untuk membantu peneliti dalam penyusunan dan karya ilmiah ini
serta memastikan bahwa data yang akan diteliti tidak sama dengan skripsi yang
sebelumnya. Adapun beberapa tinjauan pustaka yang peneliti gunakan dalam
penelitian ini sebagai kajian terdahulu adalah:
(1) Tjahjana (2012) dalam tesis berjudul Akulturasi Budaya dalam Arsitektur
Bangunan Masjid lautze 2 Bandung. Dalam penelitiannya memaparkan terjadinya
akulturasi serta unsur-unsur budaya dalam arsitektur bangunan masjid lauzte 2
bandung. Akulturasi yang terdapat pada bangunan ini adalah budaya Tionghoa dan
budaya Islam. Akulturasi budaya dalam bangunan Masjid Lautze 2 ini dapat dikaji
melalui unsur-unsur budaya yang ada didalamnya. Unsur budaya tersebut dapat
dilihat dari bentuk fisik bangunan masjid, antara lain atap masjid, ornamen-ornamen
yang ada serta warna yang digunakan dalam arsitekturnya. Tesis master ini penulis
gunakan sebagai bahan pustaka penulis dalam memahami unsur-unsur budaya yang
terdapat pada masjid.
(2) Sitepu (2014) dalam skripsi berjudul Bentuk, Fungsi dan Makna
Bangunan Pagoda Shwedagon di Brastagi. Dalam penelitiannya memaparkan
bagaimana bentuk, fungsi dan makna bangunan Pagoda di Brastagi dan menganalisis
setiap ornamen dan simbol-simbol yang terdapat pada bangunan pagoda tersebut.
Skripsi ini menggunakan teori fungsionalisme dari Malinowski yang mengemukakan
bahwa kebudayaan harus memenuhi kebutuhan biologis, instrumental dan integratif.
Skripsi sarjana ini penulis gunakan sebagai bahan pustaka penulis dalam memahami
secara lebih baik terkait bentuk, fungsi, makna bangunan yang terdapat pada masjid.
19
Universitas Sumatera Utara

(3) Afrilliani (2015) dalam skripsi berjudul Analisis Semiotik Budaya
Terhadap Bangunan Masjid Jami’ Tan Kok Liong di Kota Bogor. Dalam
penelitiannya memaparkan bagaimana bentuk dan makna nilai budaya ornamen khas
Tiongkok yang terdapat pada pada Masjid Jami’ Tan Kok Liong di kota Bogor serta
biografi sang pendiri masjid. Skripsi sarjana ini penulis gunakan sebagai bahan
pustaka penulis dalam memahami makna-makna kebudayaan pada masjid.
(4) Safitri (2013) dalam skripsi berjudul Bentuk, Fungsi, Makna Ornamen
pada Tiga Bangunan Vihara di Binjai. Dalam penelitiannya memaparkan tentang
bagaimana fungsi dari tiga bangunan yang ada pada vihara di Binjai dan menganalisis
setiap ornamen atau simbol-simbol yang ada pada tiga bangunan vihara tersebut.
Skripsi

ini

menggunakan

teori

fungsionalisme

untuk

menganalisis

fungsi

bangunannya dan teori semiotik digunakan untuk menganalisis makna ornamen atau
simbol bangunan vihara tersebut bagi masyarakat. Skripsi sarjana ini penulis gunakan
sebagai bahan pustaka penulis dalam memahami aplikasi teori fungsionalisme dan
semiotik pada masjid.
(5) Suratno (2016) dalam skripsi berjudul Kajian Nilai dan Semiotik Budaya
pada Bangunan Masjid Cheng Hoo di Palembang. Dalam penelitiannya memaparkan
makna dan nilai budaya di setiap lambang atau gaya bangunan Tiongkok yang
terdapat pada Masjid Cheng Hoo Palembang.

nilai dan semiotik budaya yang

terdapat di masjid tersebut. Skripsi ini menggunakan teori semiotik budaya untuk
menganalisis makna di setiap lambang atau gaya bangunan pada masjid tersebut.
Skripsi sarjana ini penulis gunakan sebagai bahan pustaka penulis dalam memahami
aplikasi teori semiotik budaya yang terdapat pada masjid.
20
Universitas Sumatera Utara