Sistem Pengadaan Bahan Pustaka Pada Perpustakaan Umum Kota Tebing Tinggi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi
2.1.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan Perguruan Tinggi Merupakan sebuah sarana penunjang yang
didirikan untuk mendukung kegiatan Civitas Akademik, dimana Perguruan Tinggi
itu berada. Dalam buku pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi disebutkan
bahwa, Perpustakaan Perguruan Tinggi merupakan unsur penunjang Perguruan
Tinggi dalam kegiatan pendidikan , penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat.
Menurut Syahrial-Pamuntjak (2000, 5) dalam bukunya Pedoman
Penyelenggaraan Perpustakaan, menyatakan bahwa :
Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah perpustakaan yang tergabung
dalam lingkungan pendidikan tinggi, baik yang berupa perpustakaan
universitas, perpustakaan fakultas, perpustakaan akademi, dan
perpustakaan sekolah tinggi.
Dalam buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004, 3) bahwa,
“perpustakaan perguruan tinggi merupakan unsur penunjang perguruan tinggi,
yang bersama-sama dengan unsur yang lainnya, berperan serta dalam
melaksanakan tercapainya visi dan misi perguruan tingginya”. Selanjutnya
dinyatakan bahwa, “yang dimaksud dengan perguruan tinggi adalah universitas,

institut, sekolah tinggi, akademi, politeknik, dan perguruan tinggi lain yang
sederajat”.
Sedangkan menurut Sutarno dalam bukunya Perpustakaan dan Masyarakat
(2003, 35) mendefinisikan, “perpustakan perguruan tinggi merupakan yang berada
dalam suatu perguruan tinggi dan yang sederajat yang berfungsi mencapai tri
dharma perguruan tinggi, sedangkan penggunanya adalah seluruh civitas
akademika”.
Berdasarkan beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa
perpustakaan perguruan tinggi yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa
perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang berada di bawah

Universitas Sumatera Utara

naungan sebuah universitas atau perguruan tinggi lainnya yang sederajat yang
penggunanya adalah mahasiswa dan civitas akademika. Perpustakaan perguruan
tinggi sering disebut sebagai jantungnya universitas karena tanpa perpustakaan
tersebut maka proses pelaksanaan pembelajaran mungkin kurang optimal.

2.1.2 Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan perguruan tinggi bukan hanya untuk mengumpulkan dan

menyimpan bahan-bahan pustaka, tetapi dengan adanya penyelenggaraan
perpustakaan diharapkan dapat membantu civitas akademika dalam proses
belajar-mengajar. Segala bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan perguruan
tinggi harus dapat menunjang proses belajar mengajar maka dalam pengadaan
bahan pustaka hendaknya mempertimbangkan kurikulum perkuliahan dan
kebutuhan penggunanya.
Menurut Syahrial-Pamuntjak (2000, 5) dalam bukunya Pedoman
Penyelenggaraan Perpustakaan, menyatakan bahwa, ”perpustakaan Perguruan
Tinggi tujuannya membantu perguruan tinggi dalam menjalankan program
pengajaran”.
Sebagai

bagian

dari

institusi

perguruan


tinggi,

perpustakaan

diselenggarakan dengan tujuan untuk menunjang pelaksanaan program perguruan
tinggi sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan dan
pengajaran, penelitian serta pengabdian kepada masyarakat. Menurut Yuven
(2010, 1) tujuan perpustakaan perguruan tinggi dapat dijabarkan sebagai berikut ;
1. Dalam menunjang pendidikan dan pengajaran maka Perpustakaan
Perguruan Tinggi bertujuan untuk mengumpulkan, mengolah, menyimpan,
menyajikan dan menyebarluaskan informasi untuk mahasiswa dan dosen
sesuai dengan kurikulum yang berlaku
2. Dalam menunjang penelitian maka kegiatan Perpustakaan Perguruan
Tinngi adalah mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan dan
menyebarluaskan informasi bagi peneliti baik intern institusi atau ekstern
di luar institusi.
3. Dalam menunjang pengabdian kepada masyarakat maka Perpustakaan
Perguruan Tinggi melakukan kegiatan dengan mengumpulkan, mengolah,
menyimpan, menyajikan dan menyebarluaskan informasi bagi masyarakat.
4. Pada dasarnya tugas Perpustakaan Perguruan Tinggi secara umum adalah

menyusun kebijakan dan melakukan tugas rutin untuk mengadakan,

Universitas Sumatera Utara

mengolah dan merawat pustaka serta mendayagunakan untuk kepentingan
civitas academica pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan penyelenggaraan
perpustakaan perguruan tinggi adalah menjalankan pelaksanaan program
perguruan tinggi sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi untuk memberikan
pelayanan informasi dan bahan lainnya untuk pemenuhan kebutuhan informasi
masyarakat penggunanya, guna mendukung pelaksanaan program perguruan
tingginya.
2.1.3 Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan perguruan tinggi berfungsi untuk hal-hal yang bersifat
informatif, edukatif akademik (ilmiah), dan penelitian yang dapat menunjang
berjalanya Tri Dharma perguruan tinggi yaitu pendidikan, penelitian dan
pengabdian masyarakat. Dalam usaha melaksanakan Tri Dharma perguruan
tinggi, maka perpustakaan berfungsi menyediakan informasi guna memenuhi
kebutuhan penggunanya.
Di dalam buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (Depdiknas,

2004, 3) perpustakaan memiliki berbagai fungsi sebagai berikut :
1. Fungsi Edukasi
Perpustakaan merupakan sumber belajar para sivitas akademika, oleh karena
itu koleksi yang disediakan adalah koleksi yang medukung pencapaian tujuan
pembelajaran, pengorganisasian bahan pembelajaran setiap program studi,
koleksi tentang strategi belajar mengajar dan materi pendukung pelaksanaan
evaluasi pembelajaran.
2. Fungsi Informasi
Perpustakaan merupakan sumber informasi yang mudah diakses oleh pencari
dan pengguna informasi.
3. Fungsi Riset
Perpustakaan mempersiapkan bahan – bahan primer dan sekunder yang paling
mutakhir sebagai bahan untuk melakukan penelitian dan pengkajian ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni. Koleksi pendukung penelitian di
perpustakaan perguruan tinggi mutlak dimiliki, karena tugas perguruan tinggi
adalah menghasilkan karya – karya penelitian yang dapat diaplikasikan untuk
kepentingan pembangunan masyarakat dalam berbagai bidang.
4. Fungsi Rekreasi
Perpustakaan harus menyediakan koleksi rekreatif yang bermakna untuk
membangun dan mengembangkan kreativitas, minat dan daya inovasi

pengguna perpustakaan.

Universitas Sumatera Utara

5. Fungsi Publikasi
Perpustakaan selayaknya juga membantu melakukan publikasi karya yang
dihasilkan oleh warga perguruan tingginya yakni sivitas akademik dan staf
non-akademik.
6. Fungsi Deposit
Perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan pengetahuan yang
dihasilkan oleh warga perguruan tingginya.
7. Fungsi Interpretasi
Perpustakaan sudah seharusnya melakukan kajian dan memberikan nilai
tambah terhadap sumber – sumber informasi yang dimilikinya untuk
membantu pengguna dalam melakukan dharmanya. Berdasarkan pendapat
yang dikemukakan di atas fungsi perpustakaan
Sedangkan Yuven (2010, 2) menyatakan bahwa fungsi perpustakaan
perguruan tinggi dapat dijabarkan lebih rinci sebagai berikut :
a) Studying Center, artinya bahwa perpustakaan merupakan pusat belajar
maksudnya dapat dipakai untuk menunjang belajar (mendapatkan informasi

sesuai dengan kebutuhan dalam jenjang pendidikan)
b) Learning Center, artinya berfungsi sebagai pusat pembelajaran (tidak hanya
belajar) maksudnya bahwa keberadaan perpustakaan difungsikan sebagai
tempat untuk mendukung proses belajar dan mengajar. (Undang-undang No 2
Tahun 1989 Pasal 35: Perpustakaan harus ada di setiap satuan pendidikan
yang merupakan sumber belajar).
c) Research Center, hal ini dimaksudkan bahwa perpustakaan dapat
dipergunakan sebagai pusat informasi untuk mendapatkan bahan atau data
atau nformasi untuk menunjang dalam melakukan penelitian.
d) Information Resources Center, maksudnya bahwa melalui perpustakaan
segala macam dan jenis informasi dapat diperoleh karena fungsinya sebagai
pusat sumber informasi.
e) Preservation of Knowledge center, bahwa fungsi perpustakaan juga sebagai
pusat pelestari ilmu pengetahuan sebagai hasil karya dan tulisan bangsa yang
disimpan baik sebagai koleksi deposit, local content atau grey literatur
f) Dissemination of Information Center, bahwa fungsi perpustakaan tidak hanya
mengumpulkan, pengolah, melayankan atau melestarikan namun juga
berfungsi dalam menyebarluaskan atau mempromosikan informasi.
g) Dissemination of Knowledge Center, bahwa disamping menyebarluaskan
informasi perpustakaan juga berfungsi untuk menyebarluaskan pengetahuan

(terutama untuk pengetahuan baru)
Berdasarkan pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa perpustakaan
perguruan

tinggi

sangat

penting

bagi

masyarakat

penggunanya

dalam

mengembangkan ilmu pengetahuan dan untuk memperoleh informasi yang
berguna dalam pengembangan pendidikan sebagai fungsi edukasi, informasi, riset,

rekreasi, publikasi, deposit dan interpretasi.

Universitas Sumatera Utara

2.2 Pengertian Pengadaan Bahan Pustaka
Pengadaan bahan pustaka adalah salah satu dari kegiatan pelayanan teknis
pada suatu perpustakaan dalam usaha untuk memberikan informasi yang
dibutuhkan oleh para pengguna sesuai dengan perkembangan zaman. Melalui
kegiatan pengadaan bahan pustaka tersebut, perpustakaan berusaha menghimpun
bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi perpustakaan baik itu koleksi seperti
buku, majalah, jurnal, surat kabar, brosur dan koleksi non cetak seperti kaset,
audio visual, mikrofilm, mikrofis, piringan hitam, video kaset, CD-ROM dan lainlain.
Menurut Sutarno (2006, 174) “Pengadaan atau akuisisi koleksi bahan
pustaka merupakan proses awal dalam mengisi perpustakaan dengan sumbersumber informasi”.
Menurut pendapat Sumantri, (2002, 29) Pengadaan bahan pustaka atau
koleksi adalah proses menghimpun dan menyeleksi bahan pustaka yang akan
dijadikan koleksi, hendaknya koleksi harus relevan dengan minat dan kebutuhan
peminjam serta lengkap dan aktual.
Menurut Darmono, (2001, 57) Pengadaan bahan pustaka merupakan
rangkain dari kebijakan pengembangan koleksi akhirnya akan bermuara pada

kegiatan pengadaan bahan pustaka.
Dari uraian beberapa pengertian pengadaan bahan pustaka yang
dikemukakan oleh para ahli di atas dapat dinyatakan bahwa pengadaan bahan
pustaka adalah rangkain kegiatan untuk menghimpun dan menyeleksi bahan
pustaka yang sekaligus berdasarkan peraturan kebijakan pengadaan bahan pustaka
sehingga dapat memenuhi bahan pustaka yang diminati penggunanya.

2.3 Tujuan Pengadaan Bahan Pustaka
Pengadaan bahan pustaka dimaksudkan agar koleksi perpustakaan sesuai
dengan kebutuhan pengguna. Kesesuain diharapkan dapat meningkatkan
pemanfaatan koleksi perpustakaan. Koleksi perpustakaan harus terbina dari suatu
seleksi yang sistematis dan terarah disesuaikan dengan tujuan, rencana, anggaran,
yang tersedia. Dengan adanya pengadaan bahan pustaka maka koleksi

Universitas Sumatera Utara

perpustakaan dapat dibina sebaik mungkin sehingga tujuan perpustakaan dapat
tercapai.Perpustakaan Nasional RI (2002, 6) menyatakan bahwa program
pengembangan koleksi bertujuan:
1. Menetapkan kebijakan pada rencana pengadaan bahan pustaka.

2. Menetapkan metode yang sesuai dan terbaik untuk pengadaan.
3. Mengadakan

pemeriksaan

langsung

pada

bahan

pustaka

yang

dikembangkan.
4. Mengadakan kerjasama antara perpustakaan pada pengadaan bahan
pustaka dan pelayanan setiap unit perpustakaan
5. Melakukan evaluasi pada koleksi yang dimiliki perpustakaan.

2.4 Fungsi Pengadaan Bahan Pustaka
Fungsi pengadaan bahan pustaka adalah menghimpun dan menyediakan
bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi perpustakaan. Bagian pengadaan
bahan pustaka juga mengusahakan agar buku-buku yang dibutuhkan ada dalam
koleksi.
Bagian pengadaan bahan pustaka juga sangat memerlukan pembinaan
bahan pustaka atau koleksi. Pembinaan koleksi perpustakaan merupakan salah
satu dari kerja pelayanan teknis yang harus dilakukan perpustakaan dalam
usahanya untuk memberikan pelayanan informasi kepada pengguna. Untuk itu,
perlu disadari oleh petugas, anggota staff, dan pengguna bahwa secara umum
menjaga koleksi perpustakaan menjadi tanggung jawab bersama.
Kebijakan pengadaan bahan pustaka berfungsi sebagai:
1. Pedoman bagi para selektor untuk bekerja lebih terarah.
2. Sarana komunikasi untuk memberitahu pada para pemakai, administrator,
dewan pembina dan pihak lain, apa cakupan dan ciri-ciri koleksi yang
telah ada dan rencana untuk pengembangaan selanjutnya.
3. Sarana perencanaan untuk membantu dalam proses alokasi dana.

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan menurut Darmono (2001, 55) kebijakan pengadaan koleksi
Berfungsi sebagai pedoman, sarana komunikasi, dan perencanaan sebab kebijakan
tersebut:
1. Menjelaskan cakupan koleksi yang telah ada dan rencana pengembangan
selanjutnya, agar diketahui oleh staf perpustakaan, pemakai, administrator,
dan dewan pembina perpustakaan.
2. Memberi deskripsi yang sistis tentang strategi pengolahan dan
pengembangan koleksi yang diterapkan di perpustakaan.
3. Menjadi pedoman bagi para pustakawan sehingga ketaatan dalam proses
seleksi dan seleksi terjamin, koleksi yang responsive dan seimbang
terbentuk dan dana dimanfaatkan dengan sebijaksana mungkin.
4. Menjadi standar tolok ukur untuk menilai sejauh mana sasaran
pengembangan koleksi tercapai.
5. Berfungsi sebagai sumber informasi dan paduan bagi staf yang baru mulai
berpartisipasi dalam pengembangan koleksi.
6. Memperlancar koordinasi antar anggota staf pengadaan koleksi.
7. Memperlancar kerjasama antar perpustakaan dalam pengembangan koleksi
8. Membantu menjaga kontinuitas, khususnya apabila koleksi besar, serta
menjadi kerangka kerja yang memperlancar transisi dari pustakawan lama
ke penggantinya.
9. Membantu pustakawan menghadapi pengadaan berkenaan dengan bahan
yang telah diseleksi atau ditolak.
10. Mengurangi pengaruh kolektor tertentu dan selera pribadi.
11. Membantu mempertanggung jawabkan alokasi anggaran.
12. Menjadi sarana komunikasi, baik dengan masyarakat yang dilayani
maupun pihak luar lain yang memerlukan informasi mengenai tujuan dan
rencana pengadaan dan pengembangan koleksi.
Salah satu unsur pokok perpustakaan adalah koleksi, karena pelayanan
tidak dapat dilaksanakan secara maksimal apabila tidak didukung oleh adanya
koleksi yang memadai. Koleksi bahan pustaka haruslah relevan dengan kebutuhan

Universitas Sumatera Utara

setiap program studi dari perguruan tinggi tersebut. Untuk memberikan pelayanan
informasi dalam rangka mencapai tujuan perpustakaan perguruan tinggi,
Perpustakaan harus berusaha untuk menyediakan berbagai informasi dan bahan
pustaka yang sesuai dengan kebutuhan lingkungan perguruan tinggi dimana
perpustakaan berada.
Menurut Sumardji (1998, 22) “Koleksi perpustakaan adalah sekumpulan
atau sekelompok bahan pustaka yang berisi karya-karya mengenai informasi
tertentu yang disusun secara sistematis.” Sedangkan menurut Darmono (2001, 60)
“Koleksi adalah sekumpulan rekaman informasi dalam berbagai bentuk tercetak
(buku, majalah, surat kabar) dan bentuk tidak tercetak (bentuk mikro, bahan audio
visual, peta)”.
Suatu perguruan tinggi menyediakan informasi dan koleksi-koleksinya
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi dan
pengetahuan ilmiah lainya, untuk mendukung seluruh kegiatan sivitas akademi
masyarakat perguruan tinggi tersebut.
Koleksi yang dimiliki perpustakaan memiliki fungsi sebagaimana yang
dinyatakan dalam Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004: 30)
bahwa fungsi koleksi adalah:
1. Fungsi pendidikan
Untuk Menunjang program pendidikan dan pengajaran, perpustakaan
mengadakan bahan pustaka yang sesuai atau relevan dengan jenis dan tingkat
program yang ada.
2. Fungsi penelitian
Untuk menunjang program penelitian perguruan tinggi, perpustakaan
menyediakan sumber informasi tentang berbagai hasil penelitian dan kemajuan
ilmu pengetahuan mutakhir.
3. Fungsi referensi
Fungsi ini melengkapi fungsi yang di atas dengan menyediakan bahan
bahan referensi diberbagai bidang dan alat-alat bibliografis yang diperlukan untuk
menelusur informasi.

Universitas Sumatera Utara

4. Fungsi umum
Perpustakaan perguruan tinggi juga merupakan pusat informasi bagi
masyarakat di sekitarnya, fungsi ini berhubungan dengan program pengabdian
masyarakat dan pelestarian bahan pustaka serta hasil budaya manusia yang lain.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa koleksi perpustakaan
mempunyai fungsi pendidikan, penelitian, referensi dan umum. Maka jelaslah
bahwa koleksi perpustakaan adalah unsur pokok perpustakaan yang harus dibina
secara teratur dan terencana.

2.5 Jenis Bahan Pustaka
Untuk dapat memberikan informasi semaksimal mungkin kepada
pengguna, maka perpustakaan harus berusaha menyediakan koleksi yang beraneka
ragam, jenis dan bentuk, serta kandungan informasinya sesuai dengan kebutuhan
pengguna. Koleksi perpustakaan tidak terbatas hanya pada buku saja, tetapi
meliputi segala macam bentuk cetak dan rekaman.
Menurut Yulia (1995, 3) jenis bahan pustaka yang tercakup dalam koleksi
perpustakaan adalah:
1. Karya cetak
Karya cetak adalah hasil pikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk
cetak yaitu seperti :
a. Buku
Bahan pustaka yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan yang paling
umum terdapat dalam koleksi perpustakaan. Berdasarkan standar dari
unesco tebal buku paling sedikit 49 halaman tidak termasuk kulit maupun
jaket buku. Diantaranya buku fiksi, buku teks dan buku rujukan.
b. Terbitan berseri
Bahan pustaka yang direncanakan untuk diterbitkan terus dalam jangka
waktu terbit tertentu. Yang termasuk dalam bahan pustaka ini adalah
harian (surat kabar), majalah (mingguan, bulanan, dan lainya) laporan
yang terbit dengan jangka waktu tertentu, seperti laporan tahunan, triwulan
dan sebagainya.
2. Karya noncetak
Karya noncetak adalah hasil pikiran manusia yang dituangkan tidak dalam
bentuk cetak seperti buku atau majalah, melainkan dalam bentuk lain
seperti rekaman suara, rekaman video, rekaman gambar, dan sebagainya.
Istilah lain yang dipakai untuk bahan pustaka ini adalah bahan non buku,

Universitas Sumatera Utara

atau pun bahan pandang dengar, yang termasuk dalam jenis bahan pustaka
ini adalah:
• Rekaman suara, yaitu bahan pustaka dalam bentuk pita kaset dan
piringan hitam. Sebagai contoh untuk koleksi perpustakaan adalah
buku pelajaran bahasa Inggris yang dikombinasikan dengan pita kaset.
• Gambar hidup dan rekaman video, yang termasuk dalam bentuk ini
adalah film dan kaset video. Kegunaannya selain yang bersifat
rekreasi juga dipakai untuk pendidikan. Misalnya untuk pendidikan
pemakai, dalam hal ini bagaimana mencari menggunakan
perpustakaan.
• Bahan grafika. Ada dua tipe bahan grafika yaitu bahan pustaka yang
dapat dilihat langsung (misalnya lukisan, bagan, foto, gambar teknik
dan sebagainya) dan yang harus dilihat dengan bantuan alat (misalnya
selid, transparasi, dan filmstrip).
• Bahan kartografi, yang termasuk ke dalam jenis ini adalah peta, atlas,
bola dunia, foto udara dan sebagainya.
3. Bentuk mikro
Bentuk mikro adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukan
semua bahan pustaka yang menggunakan media film dan tidak dapat
dibaca dengan mata biasa melainkan harus memakai alat yang dinamakan
micro-reader. bahan pustaka ini digolongkan tersendiri. Tidak dimasukan
ke dalam bahan non cetak hal ini disebabkan informasi yang tercakup di
dalamnya meliputi bahan tercetak seperti majalah, surat kabar dan
sebagainya. Ada tiga macam bentuk mikro yang sering menjadi koleksi
perpustakaan yaitu:
1. Mikrofilm, bentuk mikro dalam gulungan film, ada beberapa ukuran
film yaitu16 mm, dan 35 mm.
2. Mikrofis, bentuk mikro dalam lembaran film dengan ukuran 105 mm
dan 148 mm (standar) dan 75 mm x 125 mm.
3. Micropaque, bentuk mikro dimana informasinya dicetak ke dalam
kertas yang mengkilat tidak tembus cahaya. Ukurannya sebesar
mikrofis.
4. Karya dalam bentuk elektronik dengan adanya teknologi informasi,
maka informasi dapat dituangkan kedalam media elektronik seperti
pita magnetis dan cakram atau disc. Untuk membacanya diperlukan
perangkat keras seperti komputer, CD-ROM, player dan sebaginya.
Sedangkan menurut Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004,
38) menyatakan bahwa yang termasuk ke dalam koleksi perpustakaan perguruan
tinggi adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

1. Buku teks, baik untuk mahasiswa maupun dosen, baik yang diwajibkan
maupun yang dianjurkan untuk mata kuliah tertentu.
2. Buku referensi, termasuk buku referensi umum, referensi bidang studi
kasus, alat-alat bibliografi seperti indeks, abstrak, laporan tahunan, kamus,
ensiklopedia, katalog, dan lain-lain..
3. Pengembangan ilmu, yang melengkapi dan memperkaya pengetahuan
pemakai selain dari bidang studi dasar.
4. Penerbitan berkala seperti majalah, surat kabar dan lain-lain.
5. Penerbitan perguruan tinggi, baik perguruan tinggi dimana perpustakaan
bernaung, maupun penerbitan perguruan tinggi lainya.
6. Penerbitan pemerintah, terutama penerbitan resmi, baik yang bersifat
umum maupun yang menyangkut kebutuhan khusus perguruan tinggi yang
bersangkutan.
7. Koleksi khusus, yang berhubungan dengan minat khusus perpustakaan,
seperti koleksi tentang kebudayaan tertentu, subjek tertentu, dan
sebagainya.
8. Koleksi bukan buku yang berupa koleksi audio visual (film, tape, kaset,
video tape, piringan hitam, dan sebagainya).

2.6 Pemilihan Bahan Pustaka
Kegunaan pemilihan bahan pustaka adalah untuk menyesuaikan koleksi
dengan kebutuhan pengguna baik kuantitas maupun kualitasnya. Selain itu
pemilihan bahan pustaka dilakukan berdasarkan kemampuan dana yang tersedia.
Adapun tujuan pemilihan bahan pustaka menurut Sulistyo-Basuki (2001,
427) adalah: “ Mengembangkan koleksi perpustakaan yang baik dan seimbang,
sehingga mampu melayani kebutuhan pengguna yang berubah dan tuntunan
pengguna masa kini serta masa mendatang”.
Dengan

adanya

tujuan

tersebut,

diharapkan

perpustakaan

dapat

mengembangkan koleksinya secara baik dan seimbang. Agar tujuan dari
pemilihan bahan pustaka tersebut dapat tercapai diperlukan langkah-langkah
dalam pemilihan bahan pustaka.
Langkah-langkah yang diambil dalam pemilihan bahan pustaka menurut
Buku Pedoman Pembinaan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi (1999, 12)
adalah:
1. Inisiatif pemilihan dimulai oleh pemakai, baik atas kemampuan sendiri
atau atas permintaan pustakawan.
2. Pengusul menyusun daftar usulan dengan mengisi formulir dengan data
bibliografi yang lengkap.

Universitas Sumatera Utara

3. Data untuk buku terdiri dari pengarang, judul, edisi, tahun, penerbit, ISBN,
jumlah yang dipesan, harga, dalam formulir di cantumkan pula keterangan
untuk apa buku diusulkan.
4. Data untuk majalah terdiri dari judul, alamat penerbit, ISSN, harga
bilaman mulai berlangganan dan disertai pula persetujuan atasan si
pengusul.
5. Daftar usulan dapat diserahkan langsung kepada pimpinan perpustakaan
atau atasan pengusul.
6. Petugas pengadaan mengadakan verifikasi dengan cara :
• Memeriksa dan melengkapi data bibliografi dari setiap bahan yang
diusulkan dengan memakai alat bantu pemilihan.
• Mencocokkan daftar usulan dengan koleksi yang ada melalui katalog
perpustakaan, katalog majalah dan sebagainya.
• Diteliti pula apakah ada yang sedang dalam pemesanan.
• Apabila oleh karena anggaran, sehingga tidak semua usul dapat
diterima maka dibuatkan kartu desiderata yang akan dipertimbangkan,
kemudian apabila tersedia dana, atau diusahakan dari sumber lain.
• Apabila ada bahan yang diusulkan yang sudah ada atau yang sedang
dalam pemesanan, perlu diputuskan apakah perlu ditambah atau tidak.
Usul diterima bila yang dipesan merupakan edisi yang lebih baru dari
yanbg dimiliki perpustakaan.
• Keputusan yang diambil harus dikomunikasikan kepada yang
mengusulkan, melalui pimpinan perpustakaan.
Selain menentukan langkah-langkah dalam pemilihan bahan pustaka,
perpustakaan juga harus mempertimbangkan beberapa hal dalam pemilihan bahan
pustaka, agar bahan pustaka yang diperoleh memiliki mutu yang baik sesuai
dengan kebutuhan pengguna.
Menurut Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004, 25) ada
beberapa azas yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan bahan pustaka, yaitu
sebagai berikut :
1. Wibawa penulis buku dan pentingnya buku tersebut untuk bidang studi
tertentu.
2. Isi bahan perpustakaan cukup bermakna bagi pengembangan bidang studi.
3. Bahasan bahan perpustakaan memuat pandangan yang seimbang,
khususnya buku yang memuat masalah controversial.
4. Kualitas isi bahan perpustakaan.
5. Kepantasan harga.
6. Bahasa.

Universitas Sumatera Utara

7. Terbitan terbaru memperoleh prioritas diatas terbitan lama. Bahan
perpustakaan lama dapat diadakan sejauh tersedianya dana. Dan dapat
mengisi kekurangan koleksi bidang studi tertentu.
8. Bahan perpustakaan renik, misalnya mikrofis, jangan dirangkapi dengan
bentuk buku kecuali ada alasan tertentu yang dapat diterima.
9. Setiap bahan perpustakaan rujukan, misalnya ensiklopedi, cukup diadakan
satu perangkat kecuali jika ada alasan tertentu.
10. Buku ajar diadakan dalam jumlah eksemplar terbatas. Mahasiswa
hendaknya melengkapi diri dengan buku ajar yang diperlukan.

2.6.1 Prinsip Pemilihan Bahan Pustaka
Koleksi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna dapat meningkatkan
mutu perpustakaan. Suatu perpustakaan harus dapat mengembangkan koleksinya.
Dalam meningkatkan mutu koleksi perpustakaan perguruan tinggi perlu diingat
prinsip-prinsip pemilihan bahan pustaka perguruan tinggi. Dengan adanya prinsip
ini, perpustakaan akan terhindar dari kekeliruan dalam menentukan koleksinya.
Secara umum prinsip pemilihan bahan pustaka perguruan tinggi menurut
Buku Pedoman Pembinaan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi (1999, 11)
adalah:
1. Hendaknya semua bahan pustaka yang dipilih secara cermat dan
disesuaikan dengan standar kebutuhan pengguna perpustakaan dalam
suatu prioritas yang telah ditetapkan.
2. Hendaknya pengadaan koleksi diatur dan dituangkan dalam suatu
peraturan kebijakan tertulis dan disahkan oleh rektor
3. Hendaknya kebijakan itu memperhatikan kelima prinsip utama
pembinaan koleksi perpustakaan yaitu:
a. Relevansi
Koleksiperpustakaan hendaknya relevan dengan program
pendidikan, pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat
yang diselenggarakan oleh lembaga induknya. untuk itu perlu
diperhatikan jenis, variasi dan jenjang program yang ada yaitu
jumlah dan besar fakultas, jurusan, lembaga dan seterusnya, tingkat
pra sarjana, sarjana, pasca sarjana dan doctor maupun program
tanpa gelar (non degree program).
b. Berorientasi kepada keperluan pengguna
Di dalam pembinaan koleksi harus diutamakan keperluan pemakai
yang terdiri dari mahasiswa (dari tingkat pra sarjana sampai peserta

Universitas Sumatera Utara

program doctor) dosen, peneliti, administrartor dan seterusnya yang
kebutuhan informasinya berbeda-beda.
c. Kelengkapan
Hendaknya diusahakan agar koleksi perpustakaan tidak hanya
terdiri dari buku teks yang langsung dipakai untuk mata kuliah
yang berkaitan, tetapi juga menyangkut ilmu-ilmu yang berkaitan
erat dengan program-program yang ada secara lengkap. Perlu
diusahakan supaya semua komponen koleksi mendapat perhatian
yang wajar, sesuai dengan tingkat prioritas yang ditentukan.
d. Kemutakhiran
Disamping harus lengkap, maka perpustakaan harus berusaha
untuk mengadakan sumber-sumber informasi paling mutakhir,
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini.
e. Kerjasama antar pustakawan, dosen, mahasiswa dan lain-lain
Hendaknya semua yang berkepentingan dalam pembinaan koleksi
(pustakawan, pengajar, administrator, mahasiswa) menjalin
kerjasama yang erat agar pelaksanaannya berjalan secara efektif
dan efesien.
Sedangkan menurut Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004,
13) prinsip-prinsip pemilihan bahan pustaka adalah sebagai berikut:
1. Pemilihan dilakukan dengan cermat oleh pihak yang berwenang
memilih berdasarkan skala prioritas.
2. Pengadaan koleksi disesuaikan dengan program pendidikan yang
dimiliki perguruan tinggi yang bersangkutan.
3. Bahan yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan pengguna yang
terdiri dari mahasiswa, dosen, peneliti, dan pegawai administrasi.
4. Koleksi hendaknya lengkap, tidak saja buku ajar wajib, tetapi juga
meliputi bahan-bahan yang berkaitan dengan program pendidikan dan
peneliti.
5. Bahan yang diadakan diusahakan bersifat mutakhir sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan.
2.6.2 Pihak-Pihak yang Berwenang Melakukan Pemilihan Bahan Pustaka
Dalam suatu perpustakaan, pihak yang berwenang untuk melakukan
pemilihan bahan pustaka bukan hanya pustakawan tetapi semua unsur yang
berkepentingan, termasuk pengguna jasa perpustakaan. Menurut Yulia ( 1995, 75)
pihak-pihak yang berwenang untuk melakukan pemilihan bahan pustaka adalah :
1. Pada perpustakan sekolah, pihak yang berwenang melakukan
pemilihan bahan pustaka adalah kepala sekolah, dan wakil kepala
sekolah, serta guru, pelajar boleh saja memberikan saran.
2. Pada perpustakaan umum pihak yang berwenang adalah dewan
penasehat, penyantun perpustakaan dan tokoh masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

3. Pada perpustakaan perguruan tinggi, pihak yang berwenang melakukan
pemilihan adalah pimpinan universitas, pimpinan fakultas, dosen, staf
dan mahasiswa menyarankan dan harus dipertimbangkan kesesuainya
dengan kebutuhan.
4. Pada perpustakaan khusus, pihak yang berwenang melakukan pemihan
adalah pimpinan Institusi dimana perpustakan tesebut bernaung.
5. Pada akhirnya, pustakawanlah yang berwenang apabila bahan pustaka
tersebut dipilih atau tidak, karena pustakawanlah yang mengetahui
apakah bahan pustaka tersebut cocok atau tidak serta dana yang
tersedia.
Menurut Buku Pedoman Pembinaan Koleksi Perpustakaan Perguruan
Tinggi (1999, 11) Menyatakan pihak yang berwenang dalam pemilihan bahan
pustaka di perguruan tinggi adalah:






Para pengajar.
Para peneliti dan administrator.
Anggota panitia perpustakaan atau badan semacam itu yang terdiri dari
pengajar, pustakawan dan fungsionaris bidang akademik.
Mahasiswa pengguna perpustakaan.

Selain yang disebutkan di atas menurut Sulistyo-Basuki (2001, 429)
menyatakanuntuk dapat melakukan pemilihan bahan pustaka, pihak-pihak yang
berhubungan harus memiliki pengetahuan seperti :
1. Menguasai sarana bibliografi yang tersedia, paham akan dunia
penerbitan, khususnya mengenai penerbit spesialisasi para penerbit,
kelemahan mereka, standar hasil terbitan yang ada selama ini dan
keunggulan suatu penerbit.
2. Mengetahui latar belakang para pemakai perpustakaan misalnya siapa
saja yang menjadi anggota, minat dan penelitian yang sedang dan telah
dilakukan berapa banyak mereka menggunakan perpustakaan dan
mengapa ada kelompok pengguna bahan pustaka yang satu berbeda
dengan pengguna perpustakan lain.
3. Mengetahui kebutuhan para anggota.
4. Personil pemilihan buku harus bersifat netral serta harus menguasai
informasi dan akal sehat dalam pemilihan.
5. Pengetahuan mendalam mengenai koleksi perpustakan.
6. Mengetahui buku melalui proses membuka buka buku ataupun melalui
proses membaca.

Universitas Sumatera Utara

2.6.3 Alat Bantu Pemilihan Bahan Pustaka
Untuk mengetahui apakah bahan pustaka tersebut sesuai dengan
kebutuhan pengguna perpustakan, maka diperlukan alat bantu pemilihan bahan
pustaka.
Menurut Milburga (2000, 74) alat bantu seleksi bahan pustaka tersebut
adalah :
1. Judul, anak judul, judul paralel
2. Edisi, negara, bahasa, bentuk
3. Kota terbit, penerbit
4. Tahun terbit
5. Harga langanan
6. ISSN/ISBN7.
7. Bibliografi Nasional dan Internasional
8. Bibliografi khusus bidang ilmu
9. Daftar tambahan koleksi perpustakan lain
10. Tim, bagan buku, iklan dan lain-lain.
Selain pendapat di atas, Menurut Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan
Tinggi (2004, 38) yang termasuk alat bantu pemilihan bahan pustaka adalah
terdiri dari:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Silabus
Katalog penerbit
Bibliografi
Daftar perolehan buku dari perpustakaan
Tinjauan dari resensi buku
Iklan dan selebaran terbitan berseri
Book in print
Pangkalan data

2.7 Sistem Pengadaan bahan pustaka
Ada beberapa sistem yang dapat digunakan dalam mengadakan bahan
pustaka. Pengadaan bahan pustaka adalah proses menghimpun bahan pustaka
yang akan dijadikan koleksi bahan perpustakaan. Koleksi yang diadakan suatu
perpustakaan hendaknya relavan dengan minat kebutuhan, lengkap dan terbitan
mutakhir agar tidak mengecewakan pengguna yang dilayani.
Dalam Buku Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004, 54), sistem pengadaan
bahan pustaka di lingkungan perpustakaan dilakukan melalui :

Universitas Sumatera Utara

1.
2.
3.
4.

Pembelian
Hadiah atau Sumbangan
Penerbitan sendiri
Titipan

Sedangkan menurut Akbar (2010, 4) menyatakan bahwa sistem pengadaan
bahan pustaka dapat dilakukan dengan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pembelian
Pemesanan
Hadiah atau Sumbangan
Tukar menukar
Penerbitan sendiri
Titipan

2.7.1 Pengadaan Bahan Pustaka Melaui Pembelian
Pengadaan bahan pustaka dengan cara pembelian adalah cara yang sangat
efektif dan dapat memenuhi kebutuhan pemakai, oleh sebab itu dibutuhkan
anggaran keuangan yang memadai sesuai dengan harga buku, dengan pembelian
pustakawan bisa memilih bahan pustaka yang diinginkan dan cocok untuk para
pengguna perpustakaan.
2.7.2 Pengadaan Bahan Pustaka Melalui Pemesanan
Pemesanan dapat dilakukan pada penerbit atau pada toko buku yang relatif
murah. Penerbit Indonesia umumnya melayani permintaan perpustakaan, namun
tidak dengan penerbit asing. Pemesanan juga bisa pada penjaja atau vendors
selaku perantara. Biasanya, untuk buku-buku asing karena penerbit asing, hanya
melayani toko-toko buku dan vendors. Untuk di Indonesia yang menjadi vendors
yaitu ada toko buku atau importir buku. Dalam hal ini, Soeatminah menegaskan
bahwa: perpustakaan hendaklah memilih penjaja sesuai dengan subjek dan jenis
perpustakaan karena banyak penjaja mengkhususkan dalam bidang tertentu
2.7.3 Pengadaan Bahan Pustaka Melalui Hadiah
Pengertian koleksi melalui hadiah yaitu, ada hadiah yang memang diminta
dan ada juga hadiah tidak berdasarkan permintaan atau sumbangan wajib.

Universitas Sumatera Utara

Hadiah atas permintaan dapat diajukan kepada lembaga ilmiah di dalam
dan luar negeri ataupun dari perorangan. Sedangkan hadiah tidak atas permintaan,
biasanya dari pribadi dan lembaga yang tidak ingin menyumbangkan koleksinya
kepada perpustakaan. Sedangkan sumbangan wajib biasanya terjadi pada
perpustakaan perguruan tinggi dengan menggunakan wajib sumbangan buku bagi
mahasiswa yang telah menyelesaikan skripsinya, karena kondisi sosial dan
ekonomi yang masih belum sepenuhnya berkembang, tradisi pengembangan
perpustakaan dengan melalui sumbangan atau hadiah masih belum memasyarakat.
2.7.4 Pengadaan Bahan Pustaka Melalui Tukar Menukar
Buku dari suatu pustaka tertetu tidak dapat diberi di toko buku, hanya
dapat diperoleh, melalui pertukaran ataupun hadiah. Tukar menukar bahan
pustaka dapat dilakukan apabila perpustakaan memiliki sejumlah bahan pustaka
yang tidak diperlukan lagi atau jumlah pustaka yang terlalu banyak, atau hadiah
yang tidak diinginkan, dan tentunya ada keinginan untuk ditukarkan dengan bahan
yang lain. Pada proses tukar menukar dibutuhkan kesepakatan yang lazimnya
memiliki perbandingan 1 : 1 tidak memandang berat, tebal atau tipis publikasi,
harga, bahasa walaupun aksara publikasi. (Supriyanto, 1997, 92)
Jadi ada dua jenis aktivasi penukaran, penukaran bahan-bahan yang tidak
diperlukan dan penukaran bahan-bahan yang baru antara dua perpustakaan.
2.7.5 Bahan Pustaka Melalui Titipan
Perpustakaan dapat menambah koleksi dengan cara menerima titipan dari
lembaga ataupu perorangan. Penerimaan titipan haruslah bahan pustaka yang
benar-benar dibutuhkan oleh pengguna dan harus ada kesepakatan diantara pihak
yang menitip dengan perpustakaan. Perpustakaan bertanggung jawab penuh atas
bahan pustaka terasebut bukan sepenuhnya milik perpustakaan.

Universitas Sumatera Utara

2.7.6 Pengadaan Bahan Pustaka Melalui Penerbitan Sendiri
Dalam buku Pedoman Pembinaan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi
(1992, 19), penerbit sendiri mencakup :
1. penerbitan dari lembaga induk tempat perpustakaan berada:




Perpustakaan hendaknya dijadikan pusat penyimpanan (depository)
semua penerbitan lembaga itu
Perpustakaan dapat ditunjuk sebagai penyalur dari semua penerbitan
lembaga itu

2. Penerbitan oleh perpustakaan sendiri seperti daftar tambahan koleksi
bulletin, manual, bibliografi dan lain-lain
2.8 Inventaris Bahan Pustaka
Inventarisasi merupakan tahap paling awal dalam pengolahan bahan
pustaka. Manfaat dari kegiatan inventarisasi ini antara lain:
1. Memudahkan pustakawan dalam merencanakan pengadaan koleksi
pada tahun-tahun berikutnya.
2. Memudahkan pustakawan melakukan pengawasan terhadap koleksi
yang dimiliki.
3. Memudahkan pustakawan dalam menyusun laporan tahunan tentang
perkembangan koleksi yang dimiliki.
Selain itu, menurut Qalyubi (2007), dengan membuat buku inventaris yang
baik serta pengisian data yang tepat maka perpustakaan akan mudah dalam
membuat statistik dan laporan tentang beberapa hal yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

jumlah bahan pustaka yg dimiliki perpustakaan,
jumlah judul dan eksemplarnya,
jumlah judul dan eksemplarnya berdasarkan bahasa,
jumlah buku fiksi, buku teks, buku referensi, dan lain-lain,
jumlah penambahan bahan pustaka setiap tahun, dan
jumlah anggaran yang dikeluarkan”.

Untuk inventarisasi pustaka dapat dipilih bentuk buku, kartu, maupun
dengan komputer. Adapun kolom inventarisasi dapat dipilih sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

1. Nomor urut
2. Tanggal: diisikan tanggal kapan buku bahan pustaka tersebut diterima
dan menjadi milik perpustakaan.
3. Nomor inventaris: kegiatan memberikan penomoran buku berdasarkn
urutan penerimaannya. Nomor inventaris disebut juga dengan nomor
induk buku yang merepresentasikan bahwa buku tersebut merupakan
koleksi ke… (sekian) yang dimiliki perpustakaan. Sebuah Setiap
eksemplar bahan pustaka memiliki nomor induk yang berbeda
meskipun judul, pengerang, penerbit, dan tahun terbitnya sama.
Apabila bahan pustaka hilang kemudian diganti buku yang sama
dengan cetakan yang sama maka nomor induk yang digunakan sesuai
dengan nomor induk dari buku yang hilang. Nomor inventaris buku
dapat merepresentasikan jumlah keseluruhan bahan pustaka yang
dimiliki perpustakaan.Ada 2 macam cara pemberian nomor induk :
001, 002, 003… dan seterusnya atau 0001/09, 0002/09,0003/09 … dan
seterusnya.
4. Asal: keterangan biasanya diisi dengan simbol sesuai dengan cara
pengadaannya. Misalnya : Pembelian (B), pemberian/hadiah/hibah
(H), Penggandaan (C).keterangan biasanya diisi dengan simbol sesuai
dengan

cara

pengadaannya.

Misalnya

:

Pembelian

(B),

pemberian/hadiah/hibah (H), Penggandaan (C).
5. Pengarang
6. Judul
7. Impresium
8. Sandi pustaka
Beberapa kegiatan atau pekerjaan dalam inventarisasi adalah sebagai
berikut:
1. Pemeriksaan
Pemeriksaan bahan pustaka dapat dimulai dari memeriksa kondisi
bentuk fisiknya apakah baik atau cacat, kesesuaian antara jumlah judul
dan eksemplar yang dipesan dengan yang diterima, serta kelengkapan

Universitas Sumatera Utara

isinya apakah ada halaman yang kosong dan apakah kualitas
pencetakannya sudah sesuai.
2. Pengelompokkan
Pengelompokkan dilakukan dengan mengelompokkan bahan
pustaka
yang telah diperiksa tadi ke dalam bidang-bidang umum, misalnya
dikelompokkan berdasarkan judul. Hal ini bertujuan agar memudahkan
pekerjaan selanjutnya, seperti penelusuran sementara ataupun
pengontrolan.
3. Pengecapan
Pengecapan stempel kepemilikan dan stempel inventaris dilakukan atas
bahan pustaka yang dikelompokkan tadi, pada halaman atau bagian
tertentu dari bahan pustaka tersebut. Pada umumnya, minimal tiga cap
kepemilikan dibubuhkan pada setiap bahan pustaka. Misalnya pada
halaman judul, halaman tertentu di tengah-tengah (contohnya dicap di
halaman 17 atau 27 pada bahan pustaka), dan halaman terakhir.
Sedangkan, satu cap inventaris dibubuhkan pada setiap halaman judul.
4. Pencatatan
Semua bahan pustaka yang masuk ke perpustakaan atau yang telah
diputuskan menjadi milik perpustakaan harus dicatat pada buku, baik
itu buku induk atau langsung dicatat di komputer. Pencatatan ini dapat
dipisahkan menurut jenis bahan informasinya. Sebagai contoh,
inventaris buku paket, buku fiksi/non fiksi, majalah, CD, referensi,
jurnal, peta/atlas, dan sebagainya. Informasi-informasi pada bahan
pustaka yang harus dicatat pada buku induk atau komputer minimal
terdiri dari nomor urut, tanggal pencatatan, nomor inventaris, asal
bahan pustaka, pengarang, judul, impresum, dan keterangan tambahan.

Universitas Sumatera Utara