Politik Dan Lingkungan Hidup (Studi Analisis Kepentingan Indonesia Terhadap Skema Redd+ Dalam Upaya Penyetan Hutan)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Pemenuhan kebutuhan manusia yang tidak terbatas sementara kemampuan

Sumber Daya Alam (SDA) yang terbatas menyebabkan banyak permasalahan.
Dengan berbagai upaya manusia berusaha memenuhi kebutuhannya bahkan
mengesampingkan kaidah lingkungan hidup termasuk melakukan aktivitas
perusakan terhadap alam 1. Perusakan lingkungan diantaranya perambahan hutan,
pecemaran air dan polusi udara yang terjadi setiap hari oleh manusia.
Keberlangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya semakin terancam
dan tinggal menunggu datangnya bencana apabila tidak segera diselamatkan.
Permasalahan lingkungan hari ini menjadi sorotan dunia secara global
karena dampaknya sudah mulai dirasakan oleh berbagai negara. Isu lingkungan
yang saat ini sangat berpengaruh dan tidak hentinya dibahas adalah perubahan
iklim (climate change). Perubahan iklim sebagai implikasi pemanasan global,
yang disebabkan oleh kenaikan gas-gas rumah kaca terutama karbondioksida
(CO2) dan metana (CH4), mengakibatkan dua hal utama yang terjadi di lapisan

atmosfer paling bawah, yaitu fluktuasi curah hujan yang tinggi dan kenaikan
muka laut. 2 Gas rumah kaca tersebut menyebabkan panas matahari yang
1

Karden Manik. 2009. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Penerbit Djambatan. Hal 37
Ami Susandi. 2008. “Dampak Perubahan Iklim diTerhadap Ketinggian Muka di Banjarmasin”.
Jurnal Ekonomi Lingkungan Vol. 12/ No.2. Hal 1

2

Universitas Sumatera Utara

seharusnya direfleksikan bumi keluar dari atmosfer. Perusakan hutan yang
mengakibatkan pelepasan gas karbon dioksida yang terperangkap di atmosfer
kemudian menghalangi refleksi panas matahari yang seharusnya kembali ke
atmosfer. Tidak bisa dipungkiri perubahan iklim akan memberikan dampak yang
luas terhadap kehidupan, baik flora, fauna mapun manusia. 3 Memanasnya suhu
bumi juga menyebabkan kenaikan permukaan air laut yang akan merendam
daerah pantai dan daerah- daerah rendah ancaman bencana semakin akan dekat.
Dunia internasional melihat fenomena lingkungan sebagai suatu masalah

serius yang harus ditangani bersama-sama. Kesadaran akan pentingnya hutan
beserta satwa yang tinggal didalamnya dilatarbelakangi oleh kondisi hutan yang
memprihatinkan,

semakin

hari

khususnya

hutan

Indonesia

mengalami

pengurangan, seiring menimbulkan bencana yang merugikan masyarakat.
Keadaaan itu memaksa semua pihak harus terlibat dalam mengatasi permasalahan
lingkungan.
Dalam rangka mengatasi permasalahan lingkungan hidup, negara-negara

di dunia telah beberapa kali melakukan pertemuan guna membahas dan
merumuskan arah kebijakan penanggulangan lingkungan secara bersama-sama.
Konferensi internasional yang pertama tentang lingkungan hidup diselenggarakan
oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di Stokholm. Konferensi ini dihadiri oleh
utusan 131 negara dan membahas berbagai permasalahan lingkungan hidup di

3

Op.cit. Karden Manik. Hal 168

Universitas Sumatera Utara

dunia. 4 Melihat urgensi lingkungan hidup, PBB juga mengadakan konferensi
tentang Lingkungan dan Pembangunan yang dikenal dengan KTT Bumi.
Pada KTT Bumi, Juni tahun 1992 di Rio de Janeiro telah disepakati sebuah
Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim yaitu UNFCC (United
Nations Framework Convention on Climate Change). Sejak itu, Konferensi Para
Pihak atau sering dikenal COP (Conference on Parties) rutin diadakan setiap
tahun guna membahas permasalahan pemanasan global serta upaya untuk
mengatasinya. Komitmen negara-negara dunia semakin tegas saat menyusun

Protokol Kyoto pada CoP ke-3 yang menyepakati target pengurangan emisi gas
karbon. Pada tahun 2007, Indonesia juga menjadi tuan rumah COP ke-13 dan
berhasil menyusun ‘Bali Roadmap’ sebagai kerangka pencegahan pemanasan
global.
Hutan sebagai suatu eksosistem lestari sangat berpengaruh terhadap
keseimbangan alam. Indonesia sebagai negara ketiga terbesar di dunia memiliki
sebaran hutan terluas setelah Brazil dan Kongo, secara langsung memiliki peran
penting dalam mengatasi perubahan iklim dan permasalahan lingkungan lainnya.
Hutan dalam konteks perubahan iklim dapat mengambil peran, baik sebagai
penyerap dan penyimpan karbon dioksida atau CO2 maupun sebagai pengimisi
CO2. 5 areal penyimpanan dan tangkapan gas karbon, apabila terjadi perusakan
terhadap hutan maka gas karbon yang tersimpan akan dilepas ke udara dan

4

Ibid. Hal 19

5

Majalah Prisma Vol 29 No 2 Edisi April 2010. Hal 61


Universitas Sumatera Utara

mengakibatkan peningkatan suhu bumi atau pemanasan global. Artinya, hutan
memiliki peranan kunci mengatasi pemanasan global dan dampak perubahan
iklim. Masih banyak hutan di Indonesia yang belum dijamah oleh tangan manusia,
namun tidak sedikit juga hutan yang mengalami deforestasi akibat eksploitasi
besar-besaran.
Sebagai sumberdaya alam yang vital dan strategis, hutan seharusnya
dikelola secara berkelanjutan agar dapat memberi manfaat sebesar-besarnya bagi
rakyat Indonesia, sebagaimana amanat Undang-Undang Dasar 1945. 6 Laporan
Forest Watch Indonesia (FWI) dan Green Forest Watch (GFW) mengatakan laju
deforestasi hutan Indonesia rentang tahun 1990 -2000 mencapai 2 juta hektar
setiap tahunnya. Sementara rentang sepuluh tahun berikutnya mengalami
penurunan menjadi 1,5 juta hektar, kemudian FWI kembali mencatat pada
rentang tahun 2009-2013 laju deforestasi menjadi 1,1 juta hektar setiap tahunnya. 7
Penyebab terjadinya laju deforestasi yang cukup tinggi ini ialah tata kelola sektor
kehutanan yang belum baik. 8
Hutan memiliki manfaat yang sangat besar terhadap kelangsungan hidup
manusia. Setiap warganegara Indonesia mendapat keuntungan langsung dari

hutan, mulai dari oksigen yang dihirup hingga keuntungan-keuntungan lainnya.
Bagi para pihak yang memperoleh keuntungan-keuntungan tersebut, perlu
ditumbuhkan kesadaran bahwa simbiosis mutualisme antara manusia dan hutan
6

FWI. 2014. “Potret Keadaan Hutan Indonesia”. Bogor, Indonesia: Forest Watch Indonesia. Hal 5
Ibid. Hal 1
8
Ibid

7

Universitas Sumatera Utara

perlu dipertahankan. Eksploitasi hutan secara berlebihan dapat merusak hubungan
simbiosis antara manusia dan hutan. Implikasinya dapat dilihat melalui bencana
banjir, kebakaran, meningkatnya suhu harian serta berubahnya iklim mikro.9
Isu kehutanan memang berkaitan erat dengan perubahan iklim, terbukti
dengan akibat deforestasi yang terjadi pada hutan Indonesia turut menyumbang
emisi gas karbon terbesar di dunia setelah Amerika dan Cina. Tingginya tingkat

emisi tersebut akibat deforestasi dan degradasi serta pembakaran lahan gambut.
Kerusakan lahan gambut di Indonesia bertanggungjawab atas 4% emisi gas rumah
kaca hasil tindakan manusia. Sebagian besar dari hutan tropis di Indonesia tumbuh
diatas lahan gambut. Perubahan peruntukan lahan hutan dan ekosistem gambut
untuk ekspansi Hutan Tanaman Industri (HTI) dan kebun, serta alih fungsi bagi
areal tambang merupakan kontributor dominan penyumbang deforestasi. 10 Setiap
tahunnya, sekitar 13 juta hektar hutan hilang dan deforestasi menambah jumlah
kandungan karbon di atmosfer bumi yang lebih besar dibandingkan dengan emisi
yang berasal dari sektor transportasi. 11 Dunia tidak dapat terus mengabaikan
perusakan terhadap alam dan pengaruh deforestasi terhadap pemanasan global.
Kerusakan hutan Indonesia yang berpengaruh pada iklim global dan
menjadi alasan bagi pemerintah Indonesia serta negara-negara berkembang untuk
menawarkan sebuah skema penyelamatan hutan yang disebut dengan REDD
9

http://www.kabarindonesia.com/beritaprint.php?id=20081003033818 Diakses pada 5 Oktober
2016 pukul 14.00 WIB.
10
FWI. 2015. “Intip Hutan: Nasib Hutan Alam Indonesia”. Bogor, Indonesia: Forest Watch
Indonesia. Hal 6

11
CIFOR. 2009. “Apakah Hutan Bisa Tumbuh diatas Uang ?”. Bogor, Indonesia: Center for
International Forestry Research

Universitas Sumatera Utara

(Reducing Emission From Deforestation and Degradation) pada COP 13 tahun
2007 di Bali, dikenal juga dengan Bali Action Plan. Skema REDD atau Reduksi
Emisi Deforestasi dan Deforestasi dibentuk sebagai kerangka acuan dan
komitmen pencegahan pemanasan global dengan program penyelamatan hutan
oleh negara-negara yang memiliki areal hutan dan mempunyai peran kunci dalam
menekan emisi gas karbon. Dalam skema tersebut juga diatur bagaimana peran
negara-negara maju memberikan insentif kepada negara berkembang untuk
menjaga luas hutannya dan mencegah dari perusakan yang masif. Protokol Kyoto
dan Marrakech Accords salah satu tambahan penting yakni proyek kredit karbon
harus dibuat secara spesifik untuk isu deforestasi dan degradasi. Dengan kata
lain,

negara yang


ingin dan mampu mengurangi emisi dari deforestasi dan

degradasi hutan seharusnya diberi kompensasi secara finansial melalui mekanisme
pasar karena sudah melakukan upaya itu dengan menahan diri untuk tidak
melakukan konversi hutan demi pertumbuhan ekonomi. 12
Keterbelakangan negara-negara berkembang juga tergambar dari pilar
lingkungan hidup yang berada diambang kehancuran. Sebesar 42% dari jumlah
total hutan tropis di dunia sebelum masa kolonialisasi telah rusak tanpa diperbaiki
kembali. Di Afrika Barat dan Afrika Timur sekitar 72%, di Afrika Tengah
45%, di Amerika Tengah dan Amerika Selatan 37%. Di daerah padat
penduduk seperti Asia Selatan, hutan yang telah musnah sekitar 63%, dia
Asia
12

Tenggara

(Indonesia, Malaysia,

Philipina)


sekitar

38%, disusul

Modul: Konsep REDD+ dan Implementasinya. 2013. Jakarta: The Nature Concervacy. Hal 10

Universitas Sumatera Utara

kebakaran hutan Kalimantan mengakibatkan kerusakan hutan tropis berjalan
terus tanpa dapat dibendung. 13
Sebagai negara berkembang, Indonesia bukan tidak memikirkan kondisi
hutan yang semakin sedikit akibat eksploitasi dan perubahan alih fungsi lahan.
Keterbatasan dana dan teknologi yang dimiliki oleh Indonesia menjadi alasan
skema REDD ini diyakini mampu mengatasi permasalahan hutan yang berdampak
pada pengurangan emisi karbon. Namun, sejalan dengan penyelamatan hutan,
Indonesia juga membutuhkan hutan sebagai salah satu penopang pembangunan
ekonomi.

Konsep


pembangunan berkelanjutan diletakkan sebagai dasar

pembangunan yang dapat memanfaatkan hutan sekaligus menggunakan hasil
hutan sebagai penggerak ekonomi.
Perkembangan REDD semakin pesat dan diterima oleh banyak kalangan,
namun tidak sedikit yang mengkritisi pada mekanisme pelaksanaanya. Sejalan
dengan penyusunan skema REDD pada COP di Bali terjadi penambahan poin
REDD pada COP ke 16 di Meksiko melihat pentingnya penyelamatan hutan
sebagai rosot karbon. Sebelumnya REDD hanya fokus pada deforestasi dan
degradasi hutan, kemudian terjadi penambahan poin, diantaranya Safe Forestry
Mannagement

(SFM),

konservasi dan

peningkatan simpanan karbon.

Penambahan poin tersebut membuat REDD berubah menjadi REDD+, namun
prinsip dasar pelaksanaannya dengan REDD tetap sama. Indonesia sendiri telah
13

Ismah Tita Ruslin. 2013. Relasi Ekonomi-Politik Dalam Perspektif Dependencia. Jurnal Politik

Profetik – Relasi Ekonomi Politik. Vol 1 Nomor 1Tahun 2013. Hal 9.

Universitas Sumatera Utara

melakukan kerjasama luar negeri sejak tahun 2010 terkait pelaksanaan skema
REDD+ dalam upaya penyelamatan hutan. Terhitung sejak saat itu, pemerintah
Indonesia juga sudah mengeluarkan kebijakan nasional yang berhubungan dengan
REDD+ serta membentuk badan yang bertugas menjalankan mekanisme REDD+
yang bekerjasama dengan lembaga non pemerintahan berskala nasional dan
internasional yang fokus pada isu-isu kehutanan dan perubahan iklim.
Berangkat dari uraian diatas, penulis tertarik melakukan penelitian ilmiah
dengan judul Politik dan Lingkungan Hidup (Studi Analisis Kepentingan
Indonesia Terhadap Skema REDD+ Dalam Upaya Penyelamatan Hutan).
1.2

Rumusan Masalah
Keterlibatan Indonesia dalam kerjasama skema REDD+ di level

internasional pasti memiliki suatu tujuan dan kepentingan tertentu. Berdasarkan
latarbelakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini
yaitu apa kepentingan Indonesia sehingga terlibat dalam skema REDD+ dalam
upaya penyelamatan hutan ?
1.3

Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini menjadi suatu karya ilmiah yang sistematis dan tidak

melebar dari fokus masalahnya maka perlu adanya pembatasan masalah. Adapun
pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Indonesia terlibat dalam
skema REDD+.

Universitas Sumatera Utara

2. Siapa

saja aktor-aktor

yang

berperan dalam

menyusun dan

menjalankan mekanisme REDD+ di Indonesia.
1.4

Tujuan Penelitian
Adapaun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
Indonesia sehingga terlibat dalam skema REDD+.
2. Untuk mengetahui kepentingan apa yang dimiliki Indonesia sehingga
ikut terlibat dalam pelaksanaan skema REDD+.
3. Untuk mengetahui bagaimana gambaran skema REDD+ serta aktoraktor yang berperan dalam upaya penyelamatan hutan di Indonesia.
4. Untuk mengetahui pengaruhnya bagi Indonesia setelah terlibat dalam
skema REDD+.

1.5

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penulisan penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis, penelitian ini merupakan salah satu kajian ilmu
politik yang mencoba menjelaskan permasalahan lingkungan tentang
penyelamatan hutan Indonesia melalui skema REDD+.
2. Secara praktis, penelitian ini dapat memberi informasi kepada
masyarakat dan pemerintah mengenai politik dan lingkungan hidup
khususnya dalam upaya penyelamatan hutan di Indonesia yang
memiliki hubungan dengan perkembangan ilmu politik.

Universitas Sumatera Utara

3. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan mampu mengasah kemampuan
penulis dan memberikan pengetahuan baru kepada penulis, pembaca
juga terhadap perkembangan karya tulis ilmiah dan ilmu pengetahuan.
1.6

Kerangka Teori

1.6.1 Politik Lingkungan
Gerakan lingkungan hidup di dunia secara signifikan dimulai pada tahun
1970an - 1980an. Sebelumnya masalah lingkungan belum menjadi prioritas
pembahasan dalam setiap pertemuan internasional.

Gejolak terhadap

penyelamatan lingkungan sebelum memasuki ranah internasional dimulai dari
kalangan bawah seperti akademisi, aktivis dan masyarakat kelas menengah
kemudian menjadi perdebatan hangat di dunia internasional.

Masalah

lingkungan yang timbul ke permukaan kemudian menjadi sorotan dunia dan
media massa secara langsung menaikkan wacana lingkungan menjadi
pembahasan yang lebih serius.
Pesatnya gerakan lingkungan hidup ini terjadi karena kelompokkelompok kepentingan yang bermunculan di sekitar masalah lingkungan
merupakan kelompok yang sangat mengedepankan kepentingan masyarakat
umum. 14 Jumlah kelompok atau organisasi yang membicarakan masalah
lingkungan yang semakin hari bertambah banyak juga menjadi seruan terhadap
penyelamatan lingkungan hidup memasuki tahapan lebih serius. Peningkatan
14

Apriwan. 2011. “Teori Hijau: Alternatif dalam Perkembangan Teori Hubungan Internasional”.
Jurnal Multiversa. Vol 2 No 1. Hal 16

Universitas Sumatera Utara

perhatian ini merupakan respon dari masalah eksploitasi lapisan bumi yang
menyebabkan kelangkaan beberapa sumber daya alam. 15
Bergesernya isu lingkungan hidup memasuki perbincangan internasional
dimulai pada konferensi lingkungan hidup internasional yang membahas
tentang Hukum Internasional Lingkungan diadakan pertama kalinya oleh PBB
pada tahun 1972 di Stockholm. Bertumbuhnya aktivis gerakan lingkungan
hidup di kawasan Eropa dan Amerika pun tidak terbendung, gerakan tersebut
secara tegas mengecam perusakan lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas
industri di negara-negara itu.
Beberapa ilmuwan tercatat mencoba memberikan defenisi mengenai
politik lingkungan (political ecology), diantaranya adalah Gary Paterson,
Blaike dan Brookfield, dan Rocheleau. 16 Pandangan Paterson melihat politik
lingkungan adalah pendekatan yang menggabungkan masalah lingkungan dengan
politik ekonomi untuk mewakili suatu pergantian tensi yang dinamik antara
lingkungan dan manusia, dan antara kelompok yang bermacam-macam di dalam
masyarakat dalam skala individu lokal pada transnasional secara keseluruhan.

Sementara itu, menurut Blaike dan Brookfield, politik lingkungan adalah
suatu bingkai untuk memahami kompleksitas saling berhubungan antara
masyarakat lokal, nasional, politik ekonomi global dan ekosistem. Dan
menurut Rocheleau, politik lingkungan adalah sebagai kecenderungan untuk
15

Makmur Keliat, Agus Catur Aryanto, dkk. 2014. Tanggung Jawab Negara. Jakarta: Friedrich
Ebert Stiftung, 2014. Hal. 134
16
Herman Hidayat. 2005. Politik Lingkungan Pengelolaan Hutan Masa Orde Baru dan Reformasi.
Jakarta: Yayasan Obor. Hal. 9

Universitas Sumatera Utara

melihat mendalam dinamika lingkungan dan memfokuskan atas suatu sistem
manusia. 17 John Barry, melihat bahwa Politik Lingkungan di dasarkan pada
tiga prinsip utama, antara lain: 1. Sebuah teori distribusi (intergerenasional)
keadilan 2. Sebuah komitmen terhadap proses demokratisasi, dan 3. Usaha
untuk mencapai keberlansungan ekologi. 18 Di samping itu, A. Dobson
mempunyai dua definisi karakteristik dari Politik Lingkungan, pertama,
menolak pandangan antroposentrisme seperti yang diungkapkan oleh
Ekscersly. Kedua, perlu adanya batasan pertumbuhan, yang menjadi penyebab
munculnya krisis lingkungan secara alami. Pandangan Politik Hijau ini
merupakan pengalaman dari pertumbuhan ekonomi secara eksponensial selama
dua abad terakhir, yang merupakan penyebab dari kerusakan lingkungan yang
ada sekarang ini. 19
Politik lingkungan telah muncul pada tahun 1980-an sebagai agenda riset
di negara-negara berkembang, namun sejak tahun 1990-an disiplin ilmu ini
telah berkembang secara luas melalui wacana publik dibanyak negara. Ada
banyak pendekatan untuk politik lingkungan 20. Pertama untuk menjelaskan
penelitian atas politik lingkungan dunia ketiga mengenai masalah-masalah
lingkungan yang khusus atau menunjukan masalah , misalnya kerusakan hutan
tropis, banjir, erosi tanah dan rusaknya mutu tanah. Kedua, memfokuskan pada
suatu konsep yang mengandung hubungan penting terhadap pertahanan politik
17

Ibid
Apriwan. Op.cit. Hal 45
19
Ibid
20
Herman Hidayat. Op.cit. Hal 14

18

Universitas Sumatera Utara

lingkungan. Pendekatan ini untuk memahami karakteristik dari banyak aktor
yang berbeda dan membatasi promosi dari minat aktor yang khusus.
Ketiga, untuk menguji hubungan antara masalah-masalah politik dan
lingkungan dalam hubungan kondisi geografis yang khusus. Hal ini dikaitkan
dengan frekuensi munculnya masalah alam yang bervariasi dari suatu negara
ke negara lain, tetapi tujuannya ialah untuk mengevaluasi masalah tersebut
dalam suatu konteks negara. Keempat, untuk menggali masalah politik
lingkungan dalam hubungan karakteristik sosial-ekonomi seperti golongan,
etnisitas atau gender. Kelima, menekankan perlunya memfokuskan minat,
karakteristik dan aksi

dari tipe pelaku yang berbeda didalam memahami

konflik-konflik politik lingkungan. Pendekatan berbasis aktor ini dihubungkan
dengan pemahaman para pelaku terhadap proses lingkungan dan politik.
1.6.2 Teori Ekonomi Politik
Ekonomi politik berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata
yaitu, polis yang artinya sebuah kota atau sebuah unit politik, dan oikonomike
yang artinya rumah tangga. Kedua kata tersebut jika dikombinasikan
menunjukkan kuatnya keterkaitan antara faktor ptoduksi dengan, keuangan dan
perdagangan dengan kebijakan pemerintah di bidang fiskal dan komersial.

21

Kemudian pula Hegel, dengan dialektika, dan terus berlanjut melalui
perdebatan besar ahli Ilmu Politik, Ekonomi dan Sosial lainnya hingga kepada

21

Jan Erik. 1994. Ekonomi Politik Komparatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hal xi

Universitas Sumatera Utara

pertentangan-pertentangan madzab liberalisme-kapitalisme dengan sosialismekomunisme, sejak perubahan kajian dari tradisional meunuju kajian
kontemporer.22 Istilah ekonomi politik mulai sering digunakan pada abad ke-18
untuk melihat bagaimana negara atau pemerintah mengatur kebijakan
ekonominya. Pakar-pakar utamanya antara lain Adam Smith, David Ricardo,
Karl Marx, Engels dan Keynes.
Proses perkembangan ekonomi politik sesungguhnya ditentukan oleh
empat variabel dasar, yaitu ekonomi, politik, struktur sosial, kebudayaan dan
lingkungan. 23 Dalam pertumbuhan sejarah klasiknya hingga menuju tahap
modern, ekonomi politik membentuk paradigmanya sendiri sesuai dengan
perkembangan zaman baik berskala lokal maupun internasional. Selain itu,
perkembangan ekonomi politik juga berlangsung melalui proses konversi sosial
dengan lingkungannya, secara umum terbentuk karena adanya interaksi
kekuatan dari faktor-faktor tertentu yang saling mempengaruhi khususnya oleh
faktor politik, ekonomi dan struktur sosial.
Istilah ekonomi politik dalam bukunya Budi Suryadi pertama kali
digunakan antara lain oleh Montchr Eiten dalam bukunya Trate de L
Economic Politique, James Stuart Mill dalam bukunya Inquiry into
Principles of Political Economy, dan Frederyk Skarbek. Istilah ekonomi
politik sangat popular pada abad XVIII.

Istilah ini digunakan untuk

22

Yanuar Ikbar. 2006. Ekonomi Politik Internasional – Komsep dan Teori. Bandung: PT. Refika
Aditama. Hal 3
23
Ibid. Hal 8

Universitas Sumatera Utara

menunjukkan cara-cara pemerintah dalam mengatur perdagangan, pertukaran
uang, dan pajak (secara kasar apa yang disebut dengan kebijakan ekonomi). 24
Caporaso dan Levine mengemukakan pendekatan ekonomi politik
secara definitif dimaknai sebagai interrelasi diantara aspek, proses dan
institusi politik dengan kegiatan ekonomi (produksi, investasi, penciptaan
harga, perdagangan, konsumsi dan lain sebagainya) 25. Mengacu pada
definisi

tersebut,

pendekatan

ekonomi

penyelenggaraan politik, baik yang

politik mengaitkan

seluruh

menyangkut aspek, proses maupun

kelembagaan dengan kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat
maupun yang diintrodusir oleh pemerintah. Disamping

itu,

harus

juga

dipahami bahwa pendekatan ini meletakkan bidang politik subordinat
terhadap

ekonomi.

Artinya instrumen - instrumen

ekonomi

seperti

mekanisme pasar (market mechanism), harga, dan investasi dianalisis
dengan mempergunakan setting sistem politik dimana kebijakan atau
peristiwa ekonomi tersebut terjadi. Dengan kata lain, pendekatan ini
melihat ekonomi sebagai cara untuk melakukan tindakan (a way of
acting), sedangkan politik menyediakan ruang bagi tindakan tersebut (a place
to act).26

24

Budi Suryadi. 2006. Ekonomi Politik Modern. Yogyakarta: IRCiSoD. Hal 2.
Ahmad Erani Yustika. 2009. Ekonomi-Politik; Kajian Teoritis dan Analisis Empiris, .
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal 7

25

26

Ismah Tita Ruslin. Op.cit. Hal 3

Universitas Sumatera Utara

Kebanyakan pakar Ilmu sosial sepakat bahwa studi Ekonomi Politik
dimulai karena adanya ketidakadilan dalam sistem internasional dalam tatanan
ekonomi dunia yang dikuasai oleh negara-negara industri maju. Sumbangsih
ilmu ekonomi terhadap perkembangan Ekonomi Politik sebagai disiplin
mandiri. Ekonomi politik biasanya didekati dari format dan pola hubungan
antara pemerintah, swasta, masyarakat, partai politik, organisasi, lembaga
konsumen,

dan

sebagainya. Pembahasan ekonomi politik tidak dapat

dipisahkan dari suatu kebijakan publik, mulai

dari proses perancangan,

perumusan, sistem organisasi, dan implementasinya. 27
Menyoal pada hakikat ketidakadilan diatas yang secara umum telah
menggejala dan diketahui masyarakat internasional dibagi kedalam tiga pola,
yaitu:
1.

Tidak meratanya pembagian kekayaan materil dunia antara negaranegara kaya dari negara maju dengan negara miskin dari negara
dunia ketiga.

2.

Tidak meratanya angka-angka pertumbuhan ekonomi dalam Sistem
Ekonomi Internasional

3.

Tidak meratanya pembagian kekayaan materil di sebagian negara
unia ketiga itu sendiri.

27

Bustanul Arifin dan Rachbini Didik J. 2001. Ekonomi Politik dan Kebijakan Publik. Jakarta: PT
Grasindo. Hal. 2-3

Universitas Sumatera Utara

Tidak meratanya pembagian kekayaan SDA di negara dunia ketiga jauh
lebih tidak adil jika dibandingkan dengan pemerataan di negara maju. Hal itu
terjadi karena keterkaitan dengan ekspansi modal besar-besaran dari negara
maju ke negara sedang berkembang. Ketidakadilan pembagian kekayaan SDA
di sebagian besar negara dunia ketiga memperlihatkan bahwa pertumbuhan
ekonomi tidak merata. 28
Hubungannya dengan politik dan isu lingkungan, ekonomi politik dinilai
sebagai konsep yang bertolak belakang. Para ahli ekonomi berkeyakinan
bahwa sumber daya

alam

diperlukan

sebanyak-banyaknya

untuk

mengakomodasi keperluan manusia sedangkan para pemerhati lingkungan
memaknai pemanfaatan sumber daya alam sesuai dengan koridor dan tingkat
kecukupan akan sumber daya sampai pada kurun waktu yang tak terhingga. 29
1.6.3 Pembangunan Berkelanjutan
Sampai dengan 1980-an praktik dan teori pembangunan masih
didominasi oleh paradigma Neo-Klasik yang mengejar pertumbuhan ekonomi
(economic growth) yang dikotomis, karena di satu sisi memperhitungkan
efisiensi penggunaan modal, tenaga kerja, gandrung pada efisiensi teknologi
namun di sisi lain susutnya sumber daya alam dan rusaknya lingkungan tidak

28
29

Yanuar Ikbar. Op.cit. Hal 10
Bustanul Arifin dan Rachbini Didik J. Op.cit. Hal 3

Universitas Sumatera Utara

diperhitungkan. 30

Para

pakar

pembangunan

yang

menganut

paham

environmentalist mencoba memikirkan konsep pembangunan yang menjaga
pertumbuhan ekonomi sejalan dengan keselamatan lingkungan dapat terjaga
dengan baik.
Perhatian terhadap pembanguna berkelanjutan sebelumnya sudah
diutarakan oleh Meadowet dalam bukunya yang berjudul The Limit Growth,
Meadowet berkesimpulan bahwa pembangunan ekonomi sangat dibatasi oleh
ketersediaan SDA. Buku tersebut langsung mendapat kritikan tajam dari
ekonom karena lemahnya paham ekonomi yang digunakan dalam model buku
itu, namun buku tersebut sangat menyadarkan manusia akan pentingnya
pembangunan yang berkelanjutan.
Istilah ini pertama diperkenalkan pada tahun 1980 dalam World
Conservation Strategy (WCS) dari International Union for Conservation of
Nature (IUCN) kemudian digunakan pertama sekali oleh Lester R. Brown
dalam bukunya Building a Sustainable Society. Menurut laporan PBB dalam
Brundtland Report tahun 1987, Pembangunan Berkelanjutan diartikan sebagai
sebuah proses pembangunan yang berprinsip memenuhi kebutuhan sekarang
tanpa

mengorbankan

Pembangunan

pemenuhan

berkelanjutan

dalam

kebutuhan
laporan

generasi
World

masa

depan. 31

Commission

on

Environment and Development (WECD) dan bukunya berjudul Our Common
30

Julissar An- Naf. 2005. ” Pembangunan Berkelanjutan dan Relevansinya Untuk Indonesia.
Jurnal Madani Edisi II/Nopember. Hal 48
31
Sony Keraf. 2002. Etika Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kompas

Universitas Sumatera Utara

Future.diartikan sebagai pembangunan ekonomi di suatu daerah tertentu
(wilayah, negara, dunia) dikatakan berkelanjutan bila jumlah total sumberdaya
tenaga kerja, barang modal yang dapat diproduksi kembali, sumberdaya alam,
sumberdaya yang habis pakai tidak berkurang dari waktu ke waktu.
Konsep pembangunan berkelanjutan merupakan konsep yang cukup
kompleks karena berusaha untuk menggabungkan dua aspek, yaitu ekonomi
dan lingkungan. Pengertian pembangunan berkelanjutan secara konseptual
memang berasal dari ilmu ekonomi yang memiliki arus utama keterkaitan
dengan persoalan efesiensi dan keadilan untuk menjamin keberlanjutan
pembangunan

ekonomi

bagi

kesejahteraan

masyarakat.

Selama

ini

pembangunan yang berorientasi pada percepatan ekonomi dan infrastruktur
tanpa memperhatikan aspek lingkungan berhasil membuat eksploitasi terhadap
SDA tanpa ada batasan. Menurut Heal dalam bukunya Fauzi menyebutkan
konsep keberlanjutan ini paling tidak mengandung dua dimensi: Pertama
adalah dimensi waktu karena keberlanjutan tidak lain menyangkut apa yang
akan terjadi dimasa yang akan datang . Kedua adalah dimensi interaksi antara
sistem ekonomi dan sistem sumber daya alam dan lingkungan 32

32

Akhmad Fauzi. 2004, Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Teori dan Aplikasi.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal 24

Universitas Sumatera Utara

Hubungannya dengan lingkungan, laporan Brundtland mengidentifikasi
beberapa masalah kritis yang perlu dijadikan dasar kebijakan lingkungan bagi
konsep pembangunan berkelanjutan, yakni 33:
a) Mendorong pertumbuhan dan meningkatkan kualitas (reviving growth
and changing its quality);
b) Mendapat kebutuhan pokok mengenai pekerjaan, makanan energi, air,
dan sanitasi (meeting essestial needs for jobs, food, energy, water, and
sanitation);
c)

Menjamin

tingkat

pertumbuhan penduduk

yang

mendukung

keberlanjutan (ensuring asustainable level of population);
d) Melakukan konservasi dan kemampuan sumberdaya (conserving and
enhancing the resource base);
e) Orientasi teknologi dan pengelolaan resiko (reorienting technology
and managing risks) dan;
f) Memadukan pertimbangan lingkungan ekonomi dalam proses
pengambilan keputusan (merging environment and economics in
decision-making).

33

Daud Silalahi. makalah pada Seminar Pembangunan Hukum Nasional VII dengan Tema
Penegakan Hukum Dalam Era Pembangunan Berkelanjutan, Diselenggarakan oleh Badan
Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman Dan Hak Asasi Manusia Ri di Denpasar, 1418 Juli 2003. Hal 14

Universitas Sumatera Utara

1.7

Metode Penelitian
Dalam suatu penelitian yang bersifat mengkaji sebuah kehidupan

masyarakat akan bersentuhan dengan kehidupan masyarakat itu sendiri. Untuk
menghasilkan sebuah penelitian diperlukan sebuah metode yang tepat dalam
menemukan kebenaran suatu masalah. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif yang beranjak dari femomena dan realita sosial yang bersifar kompleks.
Tujuan dasar penelitian ini adalah mendeskripsikan secara sistematis,
faktual, dan akurat mengenai fakta -fakta, sifat-sifat serta hubungan antara
fenomena yang diselidiki. Jenis penelitian ini tidak sampai mempersoalkan
jalinan hubungan antar variabel yang ada, tidak dimaksudkan untuk menarik
generalisasi yang menjelaskan variabel-variabel yang menyebabkan suatu
gejala atau kenyataan sosial. Penelitian deskriptif tidak menggunakan atau
tidak melakukan pengujian hipotesis seperti yang dilakukan pada penelitian
eksplanatif, berarti tidak dimaksudkan untuk membangun dan mengembangkan
perbendaharaan teori. 34
1.7.2 Jenis Penelitian
Penelitian ini pada dasarnya menggunakan metode kualitatif deskriptif.
Whitney dalam Moh. Nazir menyebutkan metode kualitatif deskriptif adalah
pencarian fakta dengan interpretasi tepat. Pendekatan kualitatif sesuai
diterapkan pada penelitian yang dimaksud untuk eksplorasi atau untuk
34

Sanafiah Faisal. 1995. Format Penelitian Sosial Dasar-Dasar Aplikasi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. Hal. 20

Universitas Sumatera Utara

mengidentifikasi masalah baru. 35 Penelitian kualitatif deskriptif mempelajari
maslah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam
masyarakat, serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubunganhubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan suatu proses yang sedang
berlangsung dan pengaruh suatu fenomena. 36
Penelitian ini mencoba mengungkapkan masalah penyelamatan hutan di
Indonesia melalui skema REDD+. Kemudian penelitian ini akan menguraikan
hal-hal apa saja yang melatarbelakangi Indonesia sehingga ikut dalam skema
REDD+ secara global dan nasional.. Selanjutnya akan mendeskripsikan
rangkaian keterlibatan Indonesia dalam penyusunan mekanisme pelaksanaan
REDD+ di Indonesia beserta regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam
upaya penyelamatan hutan.
Dalam mendorong Indonesia terlibat dan menyetujui skema REDD+ tentu
didukung oleh aktor-aktor seperti lembaga pemerintah dan non pemerintah
baik internasional dan nasional. Masuknya aktor-aktor tersebut dalam skema
REDD+ di Indonesia tentu memiliki suatu tujuan dan kepentingan tertentu.
Berdasarkan hal tersebut, pengaruh aktor memiliki pengaruh terhadap produk
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah tentang penyelamatan hutan yang
memiliki keterkaitan dengan skema ini serta melibatkan aktor lembaga non
pemerintah akan menjadi bahan analisis untuk memahami dan mencoba
35

Bagang Suyanto dan Sutinah. 2011. Merode Penelitian Sosial, Berbagai Alternatif Pendekatan.
Jakarta: Kencana Pernada Media Grup. Hal 174
36
Moh. Nazir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta.: PT. Ghalia Indonesia. Hal 16

Universitas Sumatera Utara

mendalami fokus masalah penelitian mencari apa yang menjadi kepentingan
Indonesia
Teori politik lingkungan digunakan untuk melihat bagaimana sikap politik
Indonesia terhadap permasalahan lingkungan hidup. Sementara itu, teori
ekonomi politik mencoba menganalisis pembangunan ekonomi Indonesia
sebagai negara berkembang meletakkan paradigma agenda pembangunannya.
Kemudian teori pembangunan berkelanjutan lebih cenderung menganalisis
skema REDD+ sebagai skema penyelamatan hutan, karena pada prinsipnya
pembangunan berkelanjutan menekankan pembangunan yang menyelaraskan
ekonomi dengan keutuhan lingkungan.
1.7.2 Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dalam bentuk data sekunder,
dimana penulis memperoleh data dari berbagai sumber yang telah ada. Data
sekunder ialah data yang diperoleh dari lembaga atau institusi tertentu. 37
Merujuk pada penelitian ini, data sekunder akan diperoleh dari literatur, buku
dan media cetak (berupa surat kabar, majalah, laporan, modul, skripsi, thesis,
disertasi, jurnal) dalam bentuk softcopy file juga hardcopy file dan internet.
Beberapa buku ataupun dokumen-dokumen yang berhubungan dengan
penelitian ini yang dikeluarkan oleh pemerintah maupun lembaga non
pemerintah.

37

Bagang dan Sutinah. Op.cit. Hal 54

Universitas Sumatera Utara

Peneliti akan mengumpulkan data sekunder yang bersumber dari
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Forest Watch Indonesia
(FWI), Centre For International Forestry Research (CIFOR) tentang kondisi
kehutanan Indonesia. Selanjutnya mengenai REDD+, peneliti mengumpulkan
data dari The Nature Concervacy, UN-REDD, BP-REDD+, Satgas REDD+.
Dokumen lain yang dikeluarkan oleh lembaga resmi yang berhubungan dengan
sektor kehutanan dan skema REDD+ di Indonesia yang memiliki validitas data
yang tepat.
Pegumpulan data yang relevan dengan penelitian ini selanjutnya akan
dilakukan seleksi dan pencatatan yang teliti dengan tujuan mendapatkan
informasi yang akan mempermudah pengolahan informasi dan melanjutkan
tahap-tahap penulisan selanjutnya. Informasi yang didapat dari data sekunder
akan menjadi bahan penulis untuk mencermati permasalahan penelitian secara
mendalam dan tidak meluas dari fokus permasalahan.
1.7.3 Teknik Analisis Data
Dalam suatu penelitian dibutuhkan suatu analisis terhadap data yang
bertujuan memberikan jawaban atas permasalahan penelitian. Teknik analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif
deskriptif, dimana teknik ini melakukan analisis atas masalah deforestasi dan
degradasi hutan serta upaya penyelamatannya melalui skema REDD+ melalui
informasi yang didapat dari berbagai sumber yang akurat sehingga mampu

Universitas Sumatera Utara

mendapatkan gambaran yang konkrit terhadap objek penelitian untuk
dilakukan penarikan kesimpulan. Teknik analisis kualitatif, dilakukan pada
data yang tidak dapat dihitung, tidak bersifat grafis atau dapat berwujud
kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam struktur klasifikatoris.
Pengumpulan informasi dari berbagai sumber yang tersebar akan diolah
dan dicari kebenarannya sehingga mampu mengasilkan citra permasalahan
penelitian. Kemudian penulis mencoba menghubungkan korelasi antar
informasi yang sudah diolah untuk dijadikan sebuah analisis awal. Setelah
pengumpulan dan pemahaman mendalam terhadap informasi, penulis mencoba
menganalisis secara mendalam dan berimbang atas pokok permasalahan untuk
mendapatkan pertanyaan penelitian.
1.8

Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan terperinci mengenai

penelitian ini, maka penulis membagi sistematika penulisan kedalam empat
bagian untuk mempermudah penulisan, yaitu :
BAB I

: PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, pokok
permasalahan

dibahas,

tujuan

mengapa

penelitian

ini

dilakukan, manfaat yang akan didapat melalui penelitian ini,
metode penelitian, kerangka dan konsep teori yang akan

Universitas Sumatera Utara

menjadi

landasan

pembahasan

masalah, serta sistematika

penulisan penelitian.
BAB II

: DESKRIPSI PERKEMBANGAN DAN AKTOR YANG
TERLIBAT DALAM SKEMA REDD+
Bab ini akan berisi perkembangan skema REDD+ dalam
beberapa tahapan dan menjelaskan mekanisme pelaksanaanya.

BAB III

: ANALISIS KEPENTINGAN INDONESIA TERHADAP
SKEMA REDD+
Bab

ini

akan

membahas

analisis

kepentingan

serta

pengaruhnya bagi Indonesia terhadap skema REDD+
BAB IV

: PENUTUP
Bab ini berisikan Kesimpulan dan saran, yaitu kesimpulan dari
keseluruhan penelitian yang telah tercantum dalam bab-bab
sebelumnya serta diakhiri dengan saran dari penulis

Universitas Sumatera Utara