Tinjauan Yuridis Mengenai Jual Beli Alat-Alat Kimia Pada Pabrik Kelapa Sawit (Studi Pada CV. Madani Sejahtera)

BAB I
PEBDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata “hukum” memberikan gambaran mengenai peraturan-peraturan,
ketentuan-ketentuan yang mempengaruhi kehidupan dan kegiatan orang.
Beberapa dari hukum ini seperti hukum ilmu pengetahuan, memungkinkan
kita untuk meramalkan apa yang akan terjadi dalam situasi yang dihadapi,
tetapi kita tidak mempunyai alat pengontrol terhadapnya. Kita harus
menerima, misalnya hukum gravitasi. Kita mengatur tingkah laku kita dengan
hukum, tetapi kita tidak dapat mengubahnya.
Dalam setiap masyarakat, atau sekelompok orang, hukum buatan orang
itu akan berkembang untuk mengontrol hubungan-hubungan yang terjadi
antara anggota-anggotanya. Peraturan-peraturan itu adalah esensial kalau
masyarakat itu bekerja, dan peraturan-peraturan itu akan dijumpai dalam
semua bentuk kegiatan yang bergantung kepada suatu bentuk kerja sama baik
dalam permainan, dalam sekolah, maupun dalam kelompok. Peraturanperaturan itu muncul dalam bermacam-macam cara, walaupun dalam
kebanyakan hal harus sudah terjadi persetujuan antara paling sedikit beberapa
dari anggota tersebut bahwa peraturan tersebut diinginkan. Apabila
seseorang, atau beberapa orang yang mempunyai kekuasaan dalam
masyarakat melaksanakan peraturan-peraturan itu, peraturan-peraturan itu
akan memperoleh status sebagai “hukum” dalam arti kata diterima secara

umum.

Universitas Sumatera Utara

Bahkan, dalam masyarakat primitif, tradisi dan kebiasaan akan
mempengaruhi tingkah laku dan perbuatan. Peraturan-peraturan kebiasaan
semacam ini cenderung menjadi samar-samar dan tidak tepat pada tingkat ini
untuk digunakan istilah “hukum”, dan salah satu tindakan yang besinggungan
dengan ini yang sejak zaman dahulu ada adalah perjanjian.
Pada

dasarnya

perjanjian

ini

bermula

dari


perbedaan

atau

ketidaksamaan kepentingan dari para pihak. Perumusan hubungan perjanjian
tersebut pada umumnya dimulai dengan proses negosiasi yang dilakukan
para pihak. Dari proses negosiasi ini para pihak berusaha menghasilkan
bentuk-bentuk kesepakatan yang mencapai sesuatu yang diinginkan
(kepentingan)

melalui proses tawar menawar.

1

Bisa dikatakan, pada

umumnya perjanjian bisnis berawal dari perbedaan kepentingan yang dicoba
dipertemukan melalui kontrak. Dalam kontrak bisnis pertanyaan mengenai
sisi kepastian dan keadilan justru akan tercapai apabila perbedaan yang ada


1

Dinamika negosiasi dalam kontrak bisnis merupakan salah satu kunci keberhasilan
dalam kontrak bisnis. Hal ini diulas dalam beberapa literatur, antara lain: Jeremy
G.Thorn, Terampil Bernegosiasi, alih bahasa Edi Nugroho, Pustaka Binaman Pressindo,
Jakarta, 1995,hlm.7. Negosiasi mempunyai banyak definisi tergantung pada bidang dan
kebutuhannya. Periksa juga Garry Goodpaster, Panduan Negosiasi dan Mediasi, Proyek
ELIPS, Jakarta, 1999, hlm.1. (selanjutnya disingkat Garry Goodpaster-1) dan Garry
Goodpaster, Panduan Negosiasi dan Mediasi-Sebuah Pedoman Negosiasi dan
Penyelesaian Sengketa Melalui Negosiasi, ELIPS PROJECT, 1993, Jakarta, hlm.5
(selanjutnya disingkat Garry Goodpaster-II). Periksa juga Donald W. Hendon & Rebecca
Angeles Hendon, Negosiasi Berskala Global (How to Negotiate Worldwide), alih bahasa
Rosa Kriswati, Binarupa Aksara, Jakarta, 1993, hlm.x-xi. Periksa juga Tim Hindle,
Negotiating Skills, alih bahasa P. Buntaran, Dian rakyat, Jakarta, 2001, hlm.5-6. Periksa
juga Dennis A. Hawver, HowTto Improve Your Negatiaton Skill, Alexander Hamilton
Institute Incorperated, New York, 1982, hlm.1-2. Periksa juga Herb Cohen, You Can
Negotiate Anything, alih bahasa Zainal Bahri Tafal, Cet. III, Jakarta: Pantja Simpati,
1992, hlm.14.


Universitas Sumatera Utara

diantara para pihak terakomodasi melalui mekanisme hubungan kontraktual
yang bekerja secara proporsional.2
Asas kebebasan berkontrak yang sebetulnya menjadi „roh‟ dan „nafas‟
sebuah perjanjian, secara tersirat memberikan tuntunan bahwa dalam
berkontrak para pihak diasumsikan memiliki kedudukan yang sama rata.
Dengan begitu, diharapkan akan muncul kontrak yang adil dan seimbang bagi
para pihak. Namun dalam kenyataannya masih banyak ditemukan model
kontrak baku yang cenderung dianggap berat sebelah, tidak seimbang dan
tidak adil. Kontrak tersebut sering kali disamakan dengan pertarungan antara
“David melawan Goliath”, di mana berhadapan dua kekuatan yang tidak
berimbang, antara pihak yang memiliki posisi menawar yang kuat
(dikarenakan penguasaan modal/dana, teknologi maupun skill yang di
posisikan sebagai Goliath) degan pihak yang lemah posisi menawarnya (yang
di posisikan sebagai David). Dengan demikian pihak yang lemah posisi
menawarnya

hanya akan sekedar menerima segala isi kontrak dengan


terpaksa, sebab apabila ia mencoba menawar melalui cara lain kemungkinan
ia akan menerima konsekuensi kehilangan apa yang ia butuhkan. Jadi pihak
yang posisi menawarnya lemah hanya memiliki dua pilihan yaitu menerima
atau menolak (take it or leave it).
Fenomena adanya ketidak seimbangan dalam berkontrak sebagaimana
disebut dapat dicermati dari beberapa model kontrak, terutama kontrakkontrak konsumen dalam bentuk baku yang didalamnya memuat klausul-

2

Agus Yudha Hernoko, Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial, Kencana
Prenada Media Group, Jakarta, 2010, hlm.1-2.

Universitas Sumatera Utara

klausul yang isinya biasanya berat sebelah. Dalam kontrak jual beli, misalnya
terdapat klausul barang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan lagi.
Klausul ini pada umumnya merupkan klausul tambahan yang isinya terlihat
lebih memihak salah satu pihak.3
Menyikapi hal tersebut tentunya dibutuhkan sikap dan pemahaman
yang objektif serta komprehensif dalam menilai isi kontrak, terutama terkait

dengan klausul-klausul kontrak yang dianggap berat sebelah, sering kali
terjadi salah paham mengenai eksistensi kontrak yang pada akhirnya
menjebak dan menyesatkan penilaian yang objektif, khususnya mengenai
perntanyaan, “apakah suatu kontrak tersebut seimbang atau tidak”. Banyak
pihak dengan mudah terjebak untuk menyatakan suatu kontrak tersebut berat
sebelah atau tidak, hanya mendasarkan kepada perbedaan status masingmasing pihak yang berkontrak adalah pemahaman yang salah, misal hanya
dengan sekedar memerhatikan perbedaan latar belakang para pihak yang
berkontrak, kemudian secara gambalang menyatakan kontrak tersebut berat
sebelah dengan asumsi terdapat posisi menawar yang berbeda. Memang
pandangan tersebut tidak seluruhnya salah, bahkan dalam beberapa hal harus
diakui bahwa dalam suatu kontrak sering terdapat ketidak seimbangan dan
ketidakadilan manakala terdapat posisi menawar yang berbeda, terutama
apabila terkait dengan kontrak konsumen. Namun, demikian kiranya lebih

3

Ibid, hlm.2-3.

Universitas Sumatera Utara


adil dan objektif apabila menilai keberadaan suatu kontrak yang bersangkutan
(kontrak konsumen atau kontrak komersial).4
Perdebatan mengenai ada atau tidak adanya keseimbangan posisi para
pihak yang pada dasarnya kurang relevan untuk dikaitkan dengan konrak
komersial. Dimensi kontrak komersial yang lebih mengutamakan pada aspek
penghargaan terhadap kemitraan dan kelangsungan bisnis (efficiency and
profit oriented), tidak lagi berkutat pada keseimbangan sistematis. Dimensi
kontrak
pertukaran

komersial justru lebih menekankan kepada proporsionalitas
hak

dan

kewajiban

diantara

pelaku-pelakunya.


Dengan

diterimanya prinsip-prinsp universal seperti itikad baik dan transaksi yang
adil atau jujur (good faith and fair dealing; reasonableness; and equity;
redelijkheid en billijkheid; kepatutan dan keadilan) dalam peraktik bisnis,
membuktikan bahwa yang diutamakan adalah memberikan jaminan bahwa
perbedaan kepentingan diantara para pihak telah diatur melalui mekanisme
pembagian beban kewajiban secara proporsional, terlepas beberapa proporsi
hasil akhir yang diterima para pihak.
Problematika di atas tentunya merupakan tantangan bagi para pihak
untuk memberikan jalan keluar terbaik demi terwujudnya kontrak yang saling
menguntungkan

para pihak (win-win solution contract), di satu sisi

4

Dalam UPICC istilah kontrak komersial (commercial contracts) digunakan untuk
membedakan dengan kontrak konsumen (consumer contracts). Periksa UNIDROIT

(International Institute for the Unification of Private Law), Principles of International
Commercial Contracts, Rome, 1994, hlm. 2 (selanjutnya disingkat UPICC). Semenara
itu, pendapat yang berkembang terkait dengan pembedaan tersebut lebih cenderung
diarahkan pada kedudukan para pihak. Pada consumer contract (kontrak konsumen)
terdapat hubungan antara produsen – konsumen, yang acap kali diasumsikan terdapat
ketidakseimbangan. Sementara pada commercial contract (kontrak komersial) hubungan
para pihak diasumsikan seimbang.

Universitas Sumatera Utara

memberikan kepastian hukum dan di sisi lain memberikan keadilan.
Meskipun disadari untuk memadukan kepastian hukum dan keadilan, konon
merupakan perbuatan yang mustahil, namun melalui instrumen kontrak yang
mampu mengakomodasi perbedaan kepentingan secara proporsional, maka
dilema pertentangan “semu” antara kepastian hukum dan keadilan tersebut
akan dieliminasi. Bahkan akan menjadi suatu keniscayaan terwujudnya
kontrak yang saling menguntungkan para pihak (win – win contract).
Urgensi pengaturan kontrak dalam praktik bisnis adalah untuk
menjamin pertukaran kepentingan (hak dan kewajiban) berlangsungan secara
proporsional bagi para pihak, sehingga dengan demikian terjalin hubungan

kontraktual yang adil dan saling menguntungkan. Bukan sebaliknya,
merugikan salah satu pihak bahkan pada akhirnya justru merugikan para
pihak yang berkontrak. Pada kontrak komersial, tujuan para pihak lebih
ditujukan membangun hubungan bisnis yang berlangsung fair.5
Untuk itulah mengapa kita membutuhkan hukum kontrak / perjanjian
yang mengatur permasalahan ini. Tetapi seperti yang kita tahu seringkali
timbul pertanyaan “mengapa kita membutuhkan hukum kontrak?”. Catherine
Elliott dan Fances Quinn dalam bukunya yang berjudul Contract Law
mengatakan sebagai berikut
“why then do we need laws specifically designed to enforce promises
involving an exchange? The major reason appears to be the kind of society
we live in, which ia called a market capitalist society. In such a suciety,

5

Ibid, hlm.5-7.

Universitas Sumatera Utara

people buy and sell fairly freely, making their own bargains, both on the

small scale of ordinary shoppers in supermarkets, and on the much bigger
one of project such as the construction of the Channel Tunnel, which involved
many different parties, each buying and selling goods and services. Although,
as we shall see, there are areas in which government intervenes, in general
we choose what we want to buy, who from, and to some extent at least, at
what price.” (“lalu mengapa kita membutuhkan undang-undang yang
dirancang khusus untuk menegakkan janji-janji yang melibatkan pertukaran?
Alasan utamanya nampaknya terdapat pada jenis masyarakat yang hidup di
sekitar kita, yang disebut dengan masyarakat pasar kapitalis. Di masyarakat
seperti itu, orang membeli dan menjual cukup bebas, membuat tawar
menawar mereka sendiri, baik pada skala kecil pembeli biasa di supermarket,
dan yang lebih besarnya lagi seperti pada pembangunan jalan terowongan,
yang melibatkan banyak pihak yang berbeda, masing-masing membeli dan
menjual barang-barang dan jasa-jasa mereka. Meskipun begitu seperti yang
kita lihat, ada daerah di mana pemerintah turut campur tangan, pada
umumnya kita memilih apa yang kita inginkan, siapa yang menjual,
keberadaannya, berapa harganya.”).
“in fact, contract law rarely forces a party to fulfil contratual promises,
but what it does do is try to compensate innocent parties financially, usually
by attempting to put them in the position they would have been in if the
contract had been performed as agreed. This has the double function of
helping parties to know what they can expect if the contract is not performed,
and encourging performance by ensuring that those who fail to perform

Universitas Sumatera Utara

cannot simply get away with their breach.” 6 (“pada kenyataannya, hukum
kontrak jarang memaksa pihak untuk memenuhi janji dalam kontraknya, tapi
apa yang coba dilakukan adalah mencoba untuk mengkompensasi pihak yang
tidak bersalah finansialnya, biasanya dengan mencoba untuk menempatkan
mereka di posisi mereka jika kontrak telah berjalan sesuai dengan
kesepakatan. Ini memiliki fungsi ganda membantu pihak untuk mengetahui
apa yang mereka bisa harapkan jika kontrak tidak dilaksanakan, dan performa
yang menggembirakan dengan memastikan bahwa mereka yang gagal untuk
melakukan tidak bisa hanya pergi begitu saja.”)
Adapun penulisan skripsi ini lebih menitikberatkan kepada perjanjian
jual beli, yaitu perjanjian jual beli alat-alat kimia pada pabrik kelapa sawit
oleh CV Madani Sejahtera. Hal ini dikarenakan adanya ketertarikan akan
bagaimana proses penyelenggaraan perjanjian jual beli tersebut dan penilitian
ini penting untuk dilakukan dikarenakan semakin majunya perubahan zaman
dan perkembangan dalam dunia bisnis sehingga perjanjian jual beli ini pasti
semakin sering dilakukan oleh banyak orang, dan walaupun sering kali
dilakukan oleh banyak pihak tetap saja terjadi banyak kesalahan-kesalahan
terjadi dalam proses pembuatan dan pealksanaan perjanjian jual beli ini, dan
dikarenakan itu penulisan skripsi ini ingin memberikan penjelasan-penjelasan
bagaimana membuat dan menerapkan suatu perjanjian jual beli sesuai dengan
aturan-aturan yang berlaku dengan baik dan benar dan agar kedepannya
kesalahan-kesalahan dalam membuat suatu perjanjian jual beli dapat
diminimalisir. Dan CV. Madani Sejahtera yang merupakan perusahaan
6

Elliot Catherine dan Quinn Frances, Contract Law, Pearson Education, Edinburgh,
2003, hlm.12.

Universitas Sumatera Utara

penyedia alat-alat laboratorium untuk perusahaan kelapa sawit tentunya
sering kali melakukan jenis perjanjian jual beli ini karena itulah perusahaan
ini sangat lah cocok untuk dijadikan sebagai tempat untuk penulis melakukan
penelitian ini untuk melihat apakah perjanjian-perjanjian yang CV. Madani
Sejahtera selama ini buat telah baik dan benar sesuai peraturan yang berlaku.
Mengingat dalam melakukan perjanjian jual beli seperti yang dibahas
tadi sering ditemukan beberapa risiko-risiko, maka ada beberapa hal yang
menjadi pokok pembahasan dan permasalahan yaitu bagaimana proses
pelaksanaan perjanjian jual beli alat-alat kimia pada pabrik kelapa sawit oleh
CV Madani Sejahtera, lalu apa saja yang menjadi risiko-risiko dalam
melakukan perjanjian jual beli ini, serta perlindungan hukum terhadap para
pihak dalam perjanjian jual beli ini.
B. Permasalahan
Berdasarkan Latar Belakang di atas, permasalahan yang diangkat
berdasarkan judul skripsi ini adalah :
1.

Bagaimana pelaksanaan perjanjian jual beli alat-alat kimia pada pabrik
kelapa sawit oleh CV Madani Sejahtera

2.

Risiko-risiko dalam perjanjian jual beli alat-alat kimia pada pabrik kelapa
sawit oleh CV Madani Sejahtera

3.

Perlindungan hukum terhadap para pihak dalam perjanjian jual beli alatalat kimia pada pabrik kelapa sawit oleh CV Madani Sejahtera

C. Tujuan Penulisan
Dalam Penulisan Skripsi ini terkandung tujuan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

1.

Untuk mengetahui bagaiamana proses pelaksanaan perjanjian jual beli
alat-alat kimia pada pabrik kelapa sawit oleh CV Madani Sejahtera.

2.

Untuk meganalisis apa saja yang menjadi risiko-risiko apa saja yang
terdapat pada perjanjian jual beli alat-alat kimia pada pabrik kelapa sawit
oleh CV Madani Sejahtera.

3.

Untuk mengetahui apa saja perlindungan hukum yang didapat oleh para
pihak dalam perjanjian jual beli alat-alat kimia pada pabrik kelapa sawit
oleh CV Madani Sejahtera apabila ada permasalahan-permasalahan.

D. Manfaat Penulisan
1. Dari sisi teoritis, yaitu agar bisa menambah pengetauhuan penulis tentang
bagaimana bentuk perjanjian jual beli dan bagaimana

pelaksanaan

perjanjian dan juga penyelesaian perselisihan yang timbul akibat dari
perjanjian jual beli alat-alat kimia pada pabrik kelapa sawit oleh CV
Madani Sejahtera.
2. Dari sisi praktis, yaitu agar bisa memberikan masukan ataupun juga
sumbangan

pemikiran

dalam

perkembangan

ilmu

pengetahuan,

khususnya di bidang perjanjian jual beli properti, dan memberi manfaat
bagi kalangan mahasiswa di perguruan tinggi dan bagi masyarakat pada
umumnya.
E. Keaslian Penulisan
Penulisan skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan yang
berkaitan dengan perjanjian jual beli, baik melalui literatur yang diperoleh
dari perpustakaan maupun dari media cetak dan juga media elektronik.
Disamping itu juga diadakan penelitian langsung ke lapangan yaitu bertempat

Universitas Sumatera Utara

di CV Madani Sejahtera dan dengan beberapa pihak terkait, dan kemudain
dirangkai menjadi satu karya tulis ilmiah. Oleh sebab itu penulis menyatakan
bahwa skripsi ini adalah asli. Karena itu keaslian dalam penulisan ini terjamin
adanya. Walaupun ada pendapat atau kutipan dalam penulisan ini sematamata dijadikan pendukung dan pelengkap dalam penulisan yang memang
sanat dibutuhkan dalam menyempurnakan skripsi ini.
Judul skripsi ini juga telah melewati pemeriksaan dari Perpustakaan
Universitas Cabang FH USU / Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum FH
USU dan berdasarkan hasilnya, dan berdasarkan hasilnya, judul yang penulis
buat tidak memiliki kesamaan dengan judul skripsi yang telah ada
sebelumnya.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode
penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian
perpustakaan atau studi dokumen disebabkan penelitian ini lebih banyak
dilakukan terhadap data yang bersifat sekunder yang berada di
perpustakaan.

Karena penyusunan skripsi ini juga melalui proses

penelitian lapangan, maka penelitian hukum yang juga dipakai adalah
penelitian hukum empiris. Penelitian hukum empiris yakni penelitian
lapangan yang berasal dari data primer yang didapat langsung dari
masyarakat sebagai sumber utama dengan melalui pengamatan
(observasi), wawancara, ataupun penyebaran kuesioner. Dalam hal
penelitian empiris ini, penulis melakukan wawancara langsung dengan

Universitas Sumatera Utara

Bapak Zulfikar Taufik Harahap di CV Madani Sejahtera selaku direktur
dan penjual alat-alat kimia.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Library Research (Studi Kepustakaan) yaitu mempelajari dan
menganalisa secara sistematika buku-buku, peraturan perundangundangan, catatan kuliah dan sumber lainnya yang beruhubungan
dengan materi yang dibahas di dalam skripsi ini.
b. Field Research (Studi Lapangan) yaitu penelitian yang dilakukan
secara langsung ke lapangan. Perolehan data ini dilakukan dengan
cara wawancara langsung dengan Pak Zulfikar Taufik Harahap di CV
Madani Sejahtera selaku direktur dan penjual alat-alat kimia.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di kantor CV Madani Sejahtera yang
beralamat di Kompleks Villa Sukapura Indah Jln. STM Sukapura No. 9
C-D, Medan.
4. Jenis Data
Materi dalam skripsi ini diambil dari data primer dan sekunder.
Metode pengumpulan data primer adalah dengan melakukan wawancara.
Adapun data sekunder yang dimaksud adalah:
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang bersifat mengikat dan
disahkan oleh yang berwenang misalnya Undang-Undang Dasar 1945,
Ketetapan MPR, Undang-Undang dan lain-lain. Dimana dalam
penulisan skripsi ini adalah Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Universitas Sumatera Utara

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang menunjang bahan
hukum primer yang dalam hal ini seperti karya-karya ilmiah, hasilhasil dari suatu penelitian, makalah dan beberapa sumber dari internet
yang berkaitan dengan persoalan di atas.
c. Bahan hukum tertier, misalnya bibliografi, kamus dan lain – lain.
5. Analisis Data
Analisis Data dalam penulisan skripsi ini digunakan data kualitatif,
yaitu suatu analisi data secara jelas serta diuraikan dalam bentuk kalimat
sehingga diperoleh gambaran yang jelas yang berhubungan dengan
skripsi ini dalam hal hasil dari wawancara terhadap pihak CV Madani
Sejahtera.

G. Sistematika Penulisan
Sistematika dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I :

Merupakan Bab Pendahuluan yang isinya meliputi : Latar
Belakang, Permaslahan, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan,
Keaslian Penulisan, Metode Penelitian, dan juga sistematika
penulisan.

BAB II :

Bab II ini membahas tentang Tinjuan Hukum Mengenai
Perjanjian yang meliputi sub-sub bab sebagai berikut :
Pengertian dan Sejarah Perkembangan Perjanjian, Jenis-Jenis
Perjanjian, Peran dan Fungsi Perjanjian, Syarat Sah Perjanjian,
Konsekuensi Perjanjian, Wanprestasi di Dalam Perjanjian, dan
Berakhirnya Perjanjian.

Universitas Sumatera Utara

BAB III:

Dalam Bab III ini penulis akan menguraikan lebih lanjut
mengenai Tinjauan Umum Tentang Jual Beli yang meliputi subsub bab yang berisi antara lain : Pengertian Jual Beli, Tujuan
Jual Beli, Kewajiban Penjual, Kewajiban Pembeli, Hak Penjual
dan Pembeli, dan Ketentuan Khusus Mengenai Jual Beli.

BAB IV:

Dalam Bab IV ini penulis akan mekemukakan tentang
bagaimana perjanjian jual beli alat-alat kimia pada pabrik kelapa
sawit (studi pada CV Madani Sejahtera) yang terdiri dari :
pelaksanaan perjanjian jual beli alat-alat kimia, hal-hal yang
dapat menimbulkan risiko dalam perjanjian jual beli alat-alat
kimia, perlindungan hukum terhadap para pihak dalam
perjanjian jual beli alat-alat kimia.

BAB V:

Bab V ini merupakan bab tentang kesimpulan dan saran-saran.
Pada bagian kesimpulan akan tercantum kesimpulan-kesimpulan
dari pembahasan yang dilakukan pada bab-bab sebelumnya,
yang juga merupakan jawaban terhadap permasalahan yang
diajukan pada penulisan ini. Pada bagian-bagian saran-saran
diurakan saran-saran dari penulis untuk masalah-masalah yang
ada dalam penulisan ini yang diharapkan dapat bermanfaat
dalam prakteknya.

Universitas Sumatera Utara