Tinjauan Yuridis Mengenai Jual Beli Alat-Alat Kimia Pada Pabrik Kelapa Sawit (Studi Pada CV. Madani Sejahtera) Chapter III V

BAB III
TINJAUAN UMUM TENTANG JUAL BELI
A. Pengertian Jual Beli
Perjanjian jual beli diatur dalam Pasal 1457 – Pasal 1540 Kitab Undang
Undang Hukum Perdata. Ketentuan tersebut untuk masa sekarang ini tentu
saja tidak cukup untuk mengatur segala bentuk atau jenis perjanjian jual beli
yang ada dalam masyarakat. Akan tetapi cukup untuk mengatur dasar-dasar
perjanjian jual beli.
Dalam Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata diatur tentang
perjanjian jual beli sebagai berikut :
“Jual beli adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu
mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang
lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan”.
Perjanjian jual beli pada umumnya merupakan perjanjian konsensual
karena mengikat para pihak saat terjadinya kesepakatan para pihak tersebut
mengenai unsur esensial dan aksidentalia dari perjanjian tersebut.
Dikatakan adanya kesepakatan mengenai unsur esensal dan aksidentalia,
karena walaupun para pihak sepakat mengenai barang dan harga, jika ada halhal lain yang tidak disepakati yang terkait dengan perjanjian jual beli tersebut
jual beli tetap tidak terjadi karena tidak tercapai kesepakatan. Akan tetapi,
jika para pihak telah menyepakati unsur esensial dari perjanjian jual beli
tersebut, yaitu tentang barang yang akan dijual dan harga barang tersebut, dan

para pihak tidak mempersoalkan hal lainnya, klausul-klausul yang dianggap
berlaku dalam perjanjian tersebut merupakan ketentuan-ketentuan tentang

Universitas Sumatera Utara

jual beli yang ada dalam perundang-undangan (Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata) atau biasa disebut unsur naturalia.
Perjanjian jual beli diletakkan pada umumnya merupakan perjanjian
konsensual karena ada juga perjanjian jual beli yang termasuk perjanjian
formal, yaitu yang mengharuskan dibuat dalam bentuk tertulis yang berupa
akta autentik, yakni jual beli barang tidak bergerak.
Barang yang menjadi obejk perjanjian jual beli harus cukup tertentu,
setidak-tidaknya dapat ditentutkan wujud dan jumlahnya pada saat ia akan
diserahkan hak miliknya kepada si pembeli. Dengan demikian adalah sah
menurut hukum misalnya jual beli mengenai panen yang akan diperoleh pada
suatu waktu dari sebidang tanah tertentu.
Kesepakatan dalam perjanjian jual beli yang pada umumnya melahirkan
perjanjian jual beli tersebut, juga dikecualikan apabila barang yang
diperjualbelikan adalah barang yang biasanya dicoba dahulu pada saat
pembelian, karena apabila yang menjadi objek perjanjian jual beli tersebut

adalah barang yang harus dicoba dahulu untuk mengetahui apakah barang
tersebut baik atau sesuai keinginan pembeli, perjanjian tersebut selalu
dianggap dibuat dengan syarat tangguh, artinya perjanjian tersebut hanya
mengikat apabila barang yang menjadi objek perjanjian adalah baik (setelah
dicoba).56
B. Tujuan Jual Beli
Jual beli bersifat konsensuil artinya dalam peristiwa jual beli ini ada telah
lahir dan mengikat para pihak. Yaitu penjual dan pembeli segera setelah
56

I. G. Rai Widjaya, Merancang Suatu Kontrak, Kesaint Blanc, Jakarta, 2007, hlm. 150.

Universitas Sumatera Utara

meraka mencapai kata sepakat mengenai kebendaan yang diperjualbelikan
dan harga yang harus dibayarkan. Dengan kesepakatan tersebut, pembeli
berkewajiban untuk membayar harga pembelian dan penjual terikat untuk
menyerahkan kebendaan yang dijual tersebut. Dalam hubugannya dengan
penyerahan hak milik ini maka perlu diperhatikan ketentuan Pasal 584 Kitab
Undang – Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa :

“Hak milik atas suatu benda tidak dapat diperoleh dengan cara lain
melainkan dengan cara pemilikan, karena perlekatan; karena daluarsa; karena
pewarisan, naik menurut undang-undang, maupun menurut surat wasiat. Dan
karena penunjukan atau penyerahan berdasar atas suatu peristiwa perdata
untuk memindahkan hak milik, dilakukan ole seorang yang berhak berbuat
bebas terhadap kebendaan itu.”
Tujuan dari diadakannya suatu proses jual beli adalah untuk mengalihkan
hak milik atas kebendaan yang dijual. Dari ketentuan Pasal 584 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata tersebut secara mutlak cara untuk
memperoleh hak milik tersebut adalah dengan kelima cara segaimana yang
telah disebutkan di atas. Ketentuan dari Pasal 584 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata tersebut yang menyatakan bahwa hak milik atas kebendaan
tersebut dapat diperoleh dengan penyerahan berdasarkan atas suatu peristiwa
perdata. Untuk memindahkan hak milik, dilakukan oleh seseorang yang
berhak berbuat bebas terhadap kebendaan itu. Ketentuan itu mensyaratkan
bahwa untuk memperoleh hak milik berdasarkan penyerahan, harus
memenuhi 2 syarat : Adanya peristiwa perdata untuk memindahkan hak milik
dan dilakukan penyerahan.57
57


Ibid, hlm. 156.

Universitas Sumatera Utara

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tidak dengan tegas
memberikan pengertian dari peristiwa perdata hakikat penyerahan kebendaan,
secara sederhana bahwa apa yang termasuk dalam perjanjian yang dibuat oleh
dua pihak dengan tujuan menyerahkan hak milik atas kebendaan tertentu.
Dalam konteks ini maka tujuan dari penyerahan ini dapat kita lihat dalam :
1.

Jual Beli, yang diatur dalam Bab V Buku III Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata;

2.

Tukar Menukar, yang diatur dalam Bab VI Buku III Kitab UndangUndang Hukum Perdata;

3.


Hibah, diatur dakam Bab X Buku III Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata.
Menurut pasal 1686 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengatakan :
“Hak milik atas benda-benda yang termaktub dalam penghibahan,

sekalipun penghibahan itu telah diterima secara sah, tidaklah berpindah pada
penerima hibah selainnya dengan jalan penyerahan yang dilakukan menurut
pasal 612, pasal 613, dan pasal 616 dan selanjutnya”.
C. Kewajiban Penjual
Bagi pihak penjual ada kewajiban yang harus dipenuhi meliputi
penyerahan barang yang dijadikan objek jual beli dan menjamin cacat
tersembunyi atas barang yang dijualnya, serta menjamin aman hukum bagi
pembeli dari gangguan pihak lain.
1.

Melaksanakan Penyerahan
Hukum kepemilikan atas kebendaan ditentukan dalam Pasal 584
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu karena pengambilan,

Universitas Sumatera Utara


pewarisan, dan daluarsa. Untuk jual beli, kepemilikan atas benda yang
dijadikan objek jual beli itu, bagi pembeli adalah bila penjual telah
melakukan penyerahan benda tersebut kepada pembeli. Kewajiban
tersebut secara tegas dinyatakan dalam Pasal 1457 Kitab UndangUndang Hukum Perdata, yaitu :
“Jual beli adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu
mengaitkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan...”
Bagaimana

penyerahan

itu

harus

dilakukan

oleh

penjual


ditentunkan oleh jenis barang itu sendiri, apa yang harus diserahkan
karena tiap – tiap barang memiliki aturan penyerahan sendiri-sendiri.
a.

Penyerahan barang bergerak
Penyerahan dilakukan dengan penyerahan kekuasaan atas barang itu,
sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 612 ayat (1) Kitab UndangUndang Hukum Perdata yang berbunyi :
“Penyerahan

kebendaan

bergerak,

terkecuali

tak

bertubuh,


dilakukuan dengan penyerahan nyata, akan kebendaan itu oleh atau
atas nama pemilik atau dengan penyerahan kunci-kunci dari
bangunan, dalam nama kebendaan itu berada.”
Ada kalanya penyerahan itu tidak diperlukan bila kebendaan yang
harus diserahkan dengan alasan lain telah dikuasai oleh orang yang
hendak menerimanya.
b.

Penyerahan barang tetap
Terjadi dengan peruatan balik nama (overschrijiving ), di hadapan
pegawai. Balik nama diatur dalam Pasal 616 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yang berbunyi :

Universitas Sumatera Utara

“Penyerahan atau penunjukan akan kebendaan tak bergerak
dilakukan dengan pengumuman akan akta yang bersangkutan dengan
cara seperti ditentukan dalam Pasal 620”
Sejak berakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria tanggal 24 September 1960,

penyerahan dilakukan di hadapan Pejabat Pembuat Akta (PPAT)
setempat, kepemilikannya terjadi saat penandatanganan akta PPAT
tersebut.
c.

Penyerahan barang tak bertubuh
Dilakukan dengan perbuatan yang disebut cessie, hal ini diatur
dalam Pasal 613 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang
berbunyi :
“Penyerahan akan piutang-piutang atas nama dan kebendaan tak
bertubuh lainnya, dilakukan dengan jalan membuat suatu akta
autentik atau di bawah tangan. Penyerahan yang demikian bagi si
berutang tiada akabitanya, melainkan setelah penyerahan itu
diberitahukan kepadanya, atau secara tertulis disetujui dan
diakuinya. Penyerahan tiap-tiap piutang karena surat bawa dilakukan
dengan penyerahan surat tunjuk dilakukan dengan penyerahan surat
disertai dengan endosemen”.58
Selain itu, dalam cara penyerahan perlu diingatkan bahwa

mengenai penyerahan atau levering dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata

menganut

sistem

causal,

yaitu

suatu

sistem

yang

menggantungkan sahnya levering pada dua syarata berikut :
58

Ahmadi Miru, Op.cit., 2013, hlm. 134.


Universitas Sumatera Utara

a.

Sahnya titel yang menjadi dasar dilakukannya penyerahan;

b.

Penyerahan tersebut dilakukan oleh orang yang berhak berbuat bebas
(beschikiking bevoged ) terhadap barang diserahkan itu.
Apabila titel (jual beli, tukar menukar, dan hibah) tidak sah, batal,

atau dibatalkan oleh hakim (karena adanya paksaan, khilaf, dan
penipuan), maka penyerahan menjadi batal juga, begitu juga apabila
orang yang memindahkan tidak berkapasitas untuk itu (tidak berhak)
maka penyerahannya juga batal.
Khusus untuk syarat yang kedua, sahnya levering harus dilkukan
oleh orang yang berhak dan ada pengecualiannya, yaitu diatur dalam
Pasal 1977 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menentukan
bahwa mengenai barang bergerak, siapa saja yang menguasainya
dianggap sebagai pemilik (bezit geldt als volkomen titel ).
Menurut Paul Scholten, ketentuan Pasal 1977 ayat (1) Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata tersebut hanya berlaku untuk “transaksi
perdagangan” dan pihak yang menerima barang itu harus “beritikad
baik”. Artinya ia sama sekali tidak mengetahui yang dihadapi itu adalah
orang yang bukan pemilik.59
2.

Menjamin Aman Hukum
Kewajiban ini timbul sebagai konsekuensi jaminan penjual kepada
pembeli bahwa barang yang dijual itu adalah betul-betul miliknya
sendiri, bebas dari beban atau tuntutan dari pihak lain. Misalnya, pembeli
digugat oleh pihak ketiga, yang menurut keterangannya barang itu
59

Ibid, hlm. 136.

Universitas Sumatera Utara

miliknya sendiri. Dalam hukum acara perdata, pembeli dapat minta
kepada hakim, agar penjual diikutsertakan dalam gugatan itu, Pihak
ketiga yang ikut serta dalam acara yang sedang berlangsung di
pengadilan dinamakan voeging.
Mengingat hukum jual beli ini bersifat pelengkap, sebagaimana
telah disinggungkan di muka dari pihak penjual (jika pembeli sepakat),
dapat meminimalisasi bahkan menghapuskan tanggung jawab aman
hukumnya kepada pembeli (Pasal 1493 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata). Akan tetapi dalam batasan yang diatur dalam :
a.

Pasal 1494 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata : meskipun
bahwa si penjual tidak akan menanggung suatu apapun, namun ia
tetap bertanggung jawab tentang apa yang berupa akibat dari suatu
perbuatan yang dilakukan

olehnya,

segala

perjanjian

yang

bertentangan dengan ini batal.
b.

Pasal 1495 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata : si penjual dalam
hal adanya janji yang sama, jika terjadi suatu penghukuman untuk
menyerahkan barang yang dijual kepada orang lain, diwajibkan
mengembalikan harga pembelian, kecuali apabila si pembeli pada
waktu

pembelian

dilakukan,

mengetahui

tentang

adanya

penghukuman untuk menyerahkan barang yang dibelinya atau jika ia
telah membeli barangnya dengan pernytaan akan memikul sendiri
untung ruginya.60

60

Ibid, 137.

Universitas Sumatera Utara

Apapun alasannya, bila terjadi penghukuman untuk menyerahkan
barang yang telah dibelinya itu kepada orang lain, maka si pembeli
berhak menuntut kembali dari penjual :
a.

Pengembalian uang harga pembelian;

b.

Pengembalian hasil-hasil, jika diwajiban ia menyerahkan hasil-hasil
itu kepada pemilik sejati yag melakukan penuntutan penyerahan;

c.

Biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan gugatan si pembeli
untuk ditanggung, begitu pula biaya yang telah dikeluarkan oleh
penggugat asal;

d.

Penggantian kerugian beserta biaya perkara mengenai pembelian dan
penyerahan sekedar itu telah dibayar oleh pembeli.
Apabil pada waktu dijatuhkan hukuman untuk menyerahkan

barangnya kepada orang lain, lalu barang itu merosot harganya, si
penjual tetap diwajibkan mengembalikan uang harga seutuhnya.
Sebaliknya bila harganya bertambah, meskipun tanpa perbuatan si
pembeli, si penjual diwajibkan membayar kepada pembeli kelebihan
harga pembelian itu.61
3.

Menanggung Cacat Tersembunyi
Si penjual diwajibkan menanggung cacat tersembunyi ( verbogen
gebrekan) atas barang yang dijualnya, yang berakibat barang itu tidak

dapat dipakai atau tidak maksimal pemakaiannya. Seandainya si pembeli
mengetahui adanya cacat itu, maka ia tidak akan membeli barang itu
kecuali dengan harga yang kurang.

61

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Kalau cacat itu kelihatan atau tidak tersembunyi, penjual tidak
dapat dimintakan pertanggungjawaban, dan dalam hal itu pembeli
dianggap menerimanya adanya cacat itu. Dalam hal penjual menanggung
cacat tersembunyi, ia tidak harus mengetahui hal itu. Kecuali jika ia telah
minta diperjanjikan bahwa ia tidak menanggung suatu apapun.
Bila penjual mengetahui barang tersebut mengandung cacat, maka
selain mengembalikan harga pembelian, juga diwajibkan mengganti
segala kerugian. Dalam hal itu sudah barang tentu pengetahuan penjual
yang demikian itu harus dibuktikan.62
D. Kewajiban Pembeli
Kewajiban si pembeli ialah membayar harga pembelian pada waktu dan
di tempat sebagaimana ditetapkan menurut perjanjian (Pasal 1513 Kitab
Undang – Undang Hukum Perdata). Yang dimaksud dengan “harga”, tentulah
berupa sejumlah uang. Jika tidak demikian, misalnya berupa barang juga
maka perjanjiannya bukan jual beli, melainkan tukar menukar. Begitu juga
bila harga dalam bentuk jasa maka perjanjian bernama perjanjian kerja.
Dalam perjanjian jual beli, di satu pihak ada barang, di pihak lain ada
uang. Tentang macam-macam uang, tidak terbatas pada uang rupiah saja, bisa
juga mata uang asing, walaupun jual beli itu dilakukan di Indonesia.
Selain itu, “harga” harus ditetapkan oleh kedua belah pihak, tetapi bisa
juga diserahkan kepada pihak ketig. Dalam hal pihak ketiga tidak mampu
menentukan harga itu maka tidaklah terjadi pembelian. Perjanjian yang
harganya ditetapkan oleh pihak ketiga, pada hakikatnya merupakan perjanjian

62

R. Subekti, Aneka Perjanjian, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hlm. 19.

Universitas Sumatera Utara

dengan syarat tangguh karena perjanjian baru akan terjadi kalau harga itu
sudah ditetapkan oleh orang ketiga itu.
Jika pada waktu membuat perjanjian tidak ditetapkan tentang itu (tempat
dan waktu), si pembeli harus membayar di tempat dan pada waktu di mana
penyerahan itu harus dilakukan (Pasal 1514 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata.
Jika si pembeli tidak membayar pembelian, si penjual dapat menuntut
pembatalan pembelian, menurut ketentutan Pasal 1266 dan 1267 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata. Meskipun demikian, dalam hal penjualan
barang-barang dagangan dan barang perabot rumah, pembatalan pembelian
untuk keperluan si penjual akan terjadi demi hukum dan tanpa peringatan
setelah lewatnya waktu yang ditentukan untuk mengambil barang yang
dijual.63

E. Hak Penjual dan Pembeli
Dalam Pasal 1517 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengatakan :
“Jika pembeli tidak membayar harga pembelian, maka penjual dapat
menuntut pembatalan pembelian menurut ketentuan-ketentuan pasal 1266 dan
1267”.
Sebagaimana suatu hal yang esensi dalam jual beli maka sejalan dengan
hak penjual untuk tidak menyerahkan kebendaan sebelum dibayar, maka
kepada pembeli juga selayaknya diberikan hak bahwa dia diwajibkan untuk
membayar jika ia tidak dapat memiliki dan menguasai serta memanfaatkan

63

Ahmadi Miru, Op.cit., 2013, hlm. 132-133.

Universitas Sumatera Utara

dan menikmati kebendaan yang dibeli tersebut secara aman dan tenteram,
kecuali jika hal terebut telah dilepaskan olehnya.
Sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1516 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yang menyatakan :
“Jika pembeli, dalam penguasaannya, diganggu oleh suatu tuntutan
hukum yang berdasarkan hipotek atau suatu tuntutan hukum untuk meminta
kembali barangnya, atau jika pembeli mempunyai suatu alasan untuk
berkhawatir bahwa ia akan diganggu dalam penguasaannya, maka ia dapat
menangguhkan

pembayaran

harga

pembelian, hingga

penjual

telah

menghentikan gangguan tersebut, kecuali jika penjual memberikan jaminan
atau jika telah diperjanjikan bahwa pembeli diwajibkan membayar biarpun
dengan segala gangguan”.64
Pada Pasal 1491 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata lebih ditegaskan
dan menyatakan :
“Penanggugan yang menjadi kewajiban penjual terhadap pembeli adalah
untuk menjamin dua hal, yaitu : Pertama, penguasaan barang yang dijual itu
secara aman dan tenteram; Kedua, terhadap adanya cacat-cacat barang
tersebut yang tersembunyi, atau yang sedemikian rupa hingga menerbitkan
alasan untuk pembatalan pembeliannya”.
F. Ketentuan Khusus Mengenai Jual Beli
1.

Hak Membeli Kembali
Hak untuk membeli kembali merupakan suatu hak yang diberikan
oleh undang-undang berdasarkan pada perjanjian yang dibuat oleh para

64

Prof. R. Subekti, S.H., Op.cit., 2001, hlm. 376.

Universitas Sumatera Utara

pihak. Dalam Pasal 1519 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
dikatakan bahwa :
“kekuasaan untuk membeli kembali barang yang telah dijual
diterbitkan atas suatu janji, dimana penjual diberikan hak untuk
mengambil kembali barangnya yang dijual dengan mengembalikan harga
asal dengan disertai penggantian sebagaimana yang diatur dalam Pasal
1532”.
Disebutkan pula penjual yang menggunakan janji membeli kembali
tida saja diwajibkan mengganti semua biaya menurut hukum, yang telah
dikeluarkan untuk penyelenggaraan pembeliannya serta penyerahannya,
begitu pula biaya – biaya yang perlu untuk pembetulan-pembetulan dan
biaya yang dijual bertambah harganya, yaitu sejumlah tambahan ini.65

65

I. G. Rai Widjaya, Op.cit., hlm. 161.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN JUAL BELI
ALAT-ALAT KIMIA PADA PABRIK KELAPA SAWIT
(STUDI PADA CV MADANI SEJAHTERA)
A. Bagaimana Pelaksanaan Perjanjian Jual Beli Alat-Alat Kimia Pada
Pabrik Kelapa Sawit Oleh CV Madani Sejahtera
Pada tahap pelaksanaan perjanjian, para pihak harus melakukan apa yang
telah diperjanjikan atau apa yang telah menjadi kewajiban masing – masing
pihak dalam perjanjian tersebut. Kewajiban dalam memenuhi apa yang
dijanjikan itulah yang diesbut sebagai prestasi, sedangkan apabila salah satu
pihak atau bahkan kedua belah pihak tidak melaksanakan kewajibannya
sesuai dengan perjanjian yang telah dibuatnya, itulah disebut dengan
wanprestasi seperti yang dibahas di bab sebelumnya.

1. Prestasi
Prestasi merupakan kewajiban yang harus dipenuhi para pihak
dalam suatu perjanjian. Prestasi pokok tersebut dapat berwujud :
a. Benda;
b. Tenaga atau keahlian;
c. Tidak berbuat sesuatu.
Pada prestasi berupa benda harus diserahkan kepada pihak lainnya.
Penyerahn tersebut dapat berupa penyerahan hak milik atau penyerahan
kenikmatan saja, sedangkan prestasi yang berupa tenaga atau keahlian
harus dilakukan oleh pihak yang “menjual” tenaga atau keahliannya.
Prestasi yang berupa benda harus diserahkan kepada pihak lain, apabila

Universitas Sumatera Utara

benda tersebut belum diserahkan, pihak yang berkewajiban menyerahkan
benda tersebut berkewajiban merawat benda tersebut sebagaimana dia
merawat barangnya sendiri atau sering diistilahkan dengan “sebagai
bapak rumah yang baik”. Sebagai konsekuensi dari kewajiban tersebut
adalah apabila ia melalaikannya, ia dapat dituntut ganti rugi apalagi
apabila ia lalai menyerahkannya. 66
Dalam perjanjian yang dilakukan antara CV. Madani Sejahtera
dengan PT. Saraswanti Sawit Makmur No. 235/MDN/XI/MS-CV/12
pelaksanaan perjanjian yang berupa presatasi dibahas dalam beberapa
pasal. Dan benda yang merupakan prestasi pokok ialah Item Equipment
Laboratory Palm Oil Mill dan prestasi yang dibahas antara lain :

Pada Pasal 1 mengenai Hak dan Kewajiban Para Pihak
Pihak Pertama
1. Pihak Pertama setuju membeli, kemudian menerima 107
(Seratus Tujuh) Item Equipment Laboratory Palm Oil Mill
tersebut dari pihak kedua.
2. Pihak Pertama akan menerima peralatan Laboratorium dari
Pihak Kedua setelah peralatan diterima dengan baik dan cukup
di lokasi proyek pembanngunan Pabrik Kelapa Sawit PT.
Saraswanti Sawit Makmur di desa Kerang Dayo, Kec. Batu
Engau, Kab. Paser. Kaltim.

66

Ahmadi Miru, Op.cit., 2013, hlm. 68.

Universitas Sumatera Utara

Pihak Kedua
1. Pihak kedua bersedia menjual Peralatan Laboratorium Pabrik
Minyak Kelapa Sawit (PMKS) Di lokasi pabrik Pihak Pertama
Project PT. Saraswanti Sawit Makmur, dengan harga Franco

Gudang PMKS. PT. Saraswanti Sawit Makmur – Kaltim.
2. Pihak Kedua akan menyerahkan peralatan Laboratorium
kepada Pihak Pertama setelah kedua belah pihak menanda
tangani kesepakatan yang telah dibuat.
Pada Pasal 3 mengenai Waktu Penyerahan Barang
1. Pihak kedua harus menyerahkan barang tersebut pada Pasal 1
(satu) dalam perjanjian ini paling lambat pada 1 bulan setelah
Down Payment (DP ) diterima.

2. Keterlambatan penyerahan barang oleh Pihak Kedua kepada
Pihak Pertama dikenakan denda sebesar 0,1 % dari harga
barang perhari, keterlambatan dengan maksimum denda
sebesar 5 % dari total harga barang.
Pada Pasal 4 mengenai Ketentuan Pembayaran
Pembayaran dilakukan oleh Pihak Pertama kepada Pihak Kedua
sebagai berikut :
1. Pembayaran Tahap Awal Berupa Uang Muka.
Sebesar

20%

dari

total

harga

kontrak

yaitu

sebesar

Rp. 90.000.000,- (Sembilan Puluh Juta Rupiah) dibayar setelah

Universitas Sumatera Utara

menandatangani kontrak dan di Transfer ke rekening
CV.

MADANI

SEJAHTERA,

dengan

No.

A/C

111.01.04.0000750 pada Bank Sumut – Cabang SUKARAMAI
MEDAN, atau A/n Zulfikar T Harahap No. A/C 1060098090718 pada Bank Mandiri LETDA SUDJONO MEDAN.
2. Pembayaran Tahap Akhir
Sebesar 80% dari total harga kontrak yaitu Rp. 210.000.000,(Dua Ratus Sepuluh Juta Rupiah), dilakukan setelah peralatan
diterima dengan baik dan cukup sesuai jumla item yang
disepakati dan dibayar selambat-lambatnya 2 (Dua) Minggu
dengan melengkapi dokumen Administrasi.
3. Keterlambatan pembayaran sesuai sistem pembayaran Item 1
dan 2 dikenakan denda sebesar 0,1% perhari dari total nilai
yang belum dibayar.67
Dari tiga pasal di atas yang terdapat pada surat perjanjian yang
dilakukan antara CV. Madani Sejahtera dengan PT. Saraswanti Sawit
Makmur No. 235/MDN/XI/MS-CV/12 kita dapat melihat prestasi apa
saja yang mesti dipenuhi oleh para pihak dalam perjanjian dimana Pihak
Pertama memiliki kewajiban untuk melakukan pembayaran untuk barang
yang telah dibelinya yang berupa Peralatan Laboratorium Pabrik Minyak
Kelapa Sawit. Dimana pihak pertama melakukan prestasinya dalam dua
tahap yakni pertama tahap awal yang berupa uang muka sebesar 20% lalu
tahap akhir pembayaran yang sebesar 80% dari jumlah yang delah
67

Surat Perjanjian Jual Beli Equipment Laboratory Palm Oil No. 235/MDN/XI/MSCV/12

Universitas Sumatera Utara

disepakati kedua belah pihak. Dan prestasi yang harus dipenuhi Pihak
Kedua yaitu bahwa pihak Kedua akan menyerahkan Peralatan
Laboratorium Pabrik Minyak Kelapa Sawit kepada Pihak Pertama setelah
perjanjian tersebut ditandatangani, serta Pihak Kedua harus menyerahkan
barang tersebut paling lama setelah DP sebesar 20% telah dibayarkan
oleh Pihak Pertama.
2.

Wanprestasi

Seperti yang sudah dibahas pada Bab sebelumnya yaitu pada Bab
III yang membahas mengenai wanprstasi yang berisi Pengertian
Wanprestasi, Bentuk Wanprestasi, Akibat Wanprestasi, serta Sanksi

Bagi Yang Melakukan Wanprestasi. Pada wawancara dengan Bapak
Zulfikar Taufik Harahap dijelaskan beliau apabila terjadi wanprestasi
yang dilakukan oleh para pihak maka akan dikenakan denda yang mana
dalam perjanjian yang dilakukan antara CV. Madani Sejahtera dengan
PT. Saraswanti Sawit Makmur No. 235/MDN/XI/MS-CV/12 ini pada
Pasal 3 dan Pasal 4 dijelaskan apabila terjadi keterlambatan pengiriman
Peralatan Laboratorium Pabrik Minyak Kelapa Sawit yang dilakukan
Pihak Kedua maka akan dikenakan denda sebesar 0,1 % dari harga
barang perhari, keterlambatan dengan maksimum denda sebesar 5 % dari
total harga barang. Untuk keterlambatan waktu pembayaran yang
dilakukan Pihak Pertama dikenakan denda sebesar 0,1% perhari dari total
nilai yang belum dibayar.68 Dilihat dari peraturan tersebut bahwa Pihak

68

Wawancara dengan Bapak Zulfikar Taufik Harahap, Direktur Utama CV. Madanni
Sejahtera, tanggal 16 Januari 2017, di Kantor CV Madani Sejahtera

Universitas Sumatera Utara

Kedua memiliki batasan denda maksimu sebesar 5% dari total harga
barang sedangkan untuk Pihak Pertama tidak terdapat batasan dendanya.
3.

Pembelaan Pihak yang Dituduh Wanprestasi
Pihak yang dituduh melakukan wanprestasi dapat melakukan
tangkisan-tangkisan dan juga sanggahan untuk membebaskan diri dari
akbiat buruk dari wanprestasi tersebut.
Tangnkisan atau pembelaan tersebut antara lain dapat berupa :
a. Tidak dipenuhinya perjanjian (wanprestasi) terjadi karena
keadaan memaksa (overmacht);
b. Tidak dipenuhinya perjanjian (wanprestasi) terjadi karena
pihak

lain

juga

wanprestasi

(exceptio

non

adimpleti

contractus);

c. Tidak dipenuhinya perjanjian (wanprestasi) terjadi karena
pihak lawan telah melakukan haknya atas pemenuhan
prestasi.69
Pada perjanjian yang dilakukan antara CV. Madani Sejahtera
dengan PT. Saraswanti Sawit Makmur No. 235/MDN/XI/MS-CV/12
dimungkinkan untuk melakukan pembelaan apabila terjadi wanprestasi
yang terdapat pada Pasal 6 mengenai Ketentuan Lain-Lain yang berisi :
1. Force Majeure.
2. Dalam hal terjadi sesuatu yang menyebabkan tidak dapat
terlaksananya perjanjian karena peristiwa-peristiwa di luar
69

Ahmadi Miru, Op.cit., 2013, hlm. 76.

Universitas Sumatera Utara

perkiraan dan kemampuan para Pihak termasuk dan tidak
terbatas terhadap hal-hal seperti kebakaran, bencana alam,
perang, gawat darurat maka pihak yang terkena peristiwa
tersebut dapat menunda pelaksanaan kewajiban dengan
persetujuan tertulis kepada pihak lainnya.
3. Pihak

yang

terkena

Force

Majeure

tersebut

akan

memberitahukan secara tertulis sesegera mungkin kepada Pihak
Pertama dan akan tetap berusaha sebaik-baiknya melaksanakan
kewajibannya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.70
B. Risiko-Risiko Dalam Perjanjian Jual Beli Alat-Alat Kimia Pada Pabrik
Kelapa Sawit Oleh CV Madani Sejahtera
Risiko ialah tanggung jawab untuk memikul kerusakan dan kerugian
yang diakibatkan suatu kejadian yang bukan merupakan kesalahan salah satu
pihak. Dan apabila selama barang belum diserahkan (tanpa membedakan
jenis barangnya), risikonya masih merupakan beban atau dipikul oleh penjual
yang masih sebagai pemilik sah, sampai barang tersebut secara sah
diserahkan kepada pembeli, yang berarti kepemilikannya pun telah beralih
atau pindah ke pembeli (transfer of ownership ). Dengan diserahkannya
barang tersebut oleh penjual kepada pembeli, barulah risiko atas barang
berpindah atau beralih dari penjual kepada pembeli.

70

Surat Perjanjian Jual Beli Equipment Laboratory Palm Oil No. 235/MDN/XI/MSCV/12.

Universitas Sumatera Utara

Dalam Wawancara penelitian dengan Bapak Zulfikar Taufik Harahap71
diketahui adanya risiko-risiko dalam melakukan perjanjian tersebut yaitu
apabila

terjadi

keterlambatan

pembayaran

transaksi,

keterlambatan

pengiriman barang dan juga apabila barang yang dikirimkan tidak sesuai
dengan pesanan dalam perjanjian. Dalam hal ini apabila terjadi keterlambatan
pengiriman barang dan keterlambatan pembayaran transaksi hal tersebut
sudah diatur pada perjanjian yang dilakukan antara CV. Madani Sejahtera
dengan PT. Saraswanti Sawit Makmur No. 235/MDN/XI/MS-CV/12 Pasal 3
dan juga Pasal 4. Untuk barang yang dikirimkan tidak sesuai dengan pesanan
yang diperjanjikan juga telah diatur pada perjanjian yang dilakukan antara
CV. Madani Sejahtera dengan PT. Saraswanti Sawit Makmur No.
235/MDN/XI/MS-CV/12 Pasal 5 mengenai Garansi yang berisi “Pihak Kedua
akan memberikan garansi kepada Pihak Pertama selama 12 (Dua Belas) bulan
untuk unit-unit peralatan laboratorium tersebut.”.72
C. Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Perjanjian Jual Beli
Alat-Alat Kimia Pada Pabrik Kelapa Sawit Oleh CV Madani Sejahtera
Dalam membuat suatu perjanjian selalu terdapat risiko-risiko yang tidak
pernah diinginkan oleh para pihak untuk terjadi tetapi kadangkala hal tersebut
dapat terjadi baik itu terjadi karena kehendak salah satu pihak ataupun itu
terjadi di luar kekuasaan para pihak yang membuat dan melakukan perjanjian.
Dalam hal terjadi kejadian yang tidak diinginkan oleh para pihak terjadi
sudah dijelaskan sebelumnya mengenai penanganan apabila telah terjadi force

71

Wawancara dengan Bapak Zulfikar Taufik Harahap, Direktur Utama CV. Madanni
Sejahtera, tanggal 16 Januari 2017, di Kantor CV Madani Sejahtera.
72
Ibid, wawancara.

Universitas Sumatera Utara

majeure/overmacht. Tetapi apa bila terjadi wanprestasi yang dilakukan

karena kesengajaan ataupun kelalaian para pihak maka tentu harus diambil
langkah-langkah tegas dan konkret untuk menyelesaikannya. Juga sudah
dijelaskan sebelumnya bagaimana apabila terjadi kelalaian oleh masingmasing pihak maka akan dikenakan denda sesuai dengan ketentuan yang telah
dibuat dalam tiap pasal perjanjian yang dilakukan antara CV. Madani
Sejahtera dengan PT. Saraswanti Sawit Makmur No. 235/MDN/XI/MSCV/12. Tetapi apabila perselisihan ataupun sengketa tetap berlanjut maka di
dalam surat perjanjian yang dilakukan antara CV. Madani Sejahtera dengan
PT. Saraswanti Sawit Makmur No. 235/MDN/XI/MS-CV/12 telah tertera
mengenai pilihan-pilihan hukum apa saja yang bisa diambil oleh para pihak
yang merasa dirugikan. Hal ini tertera pada Pasal 7 mengenai Penyelesaian
Sengketa yang berisi :
1.

Apabila terjadi perselisihan akibat dari perjanjian jual beli ini, maka
Pihak Pertama dan Pihak Kedua telah sepakat untuk menyelesaikan
perselisihan tersebut dengan musyawarah.

2.

Apabila dengan musyawarah tidak dapat dicapai kata sepakat, maka
kedua belah pihak akan melanjutkan penyelesaian perselisihan tersebut
melalui Pihak Ketiga (Arbitrase).

3.

Apabila melalui Pihak Ketiga (Arbitrase) tidak ditemukan penyelesaian
juga, maka kedua belah pihak telah semufakat memilih kediaman hukum
di kantor Panitera Pengadilan Negeri Jakarta.73

73

Surat Perjanjian Jual Beli Equipment Laboratory Palm Oil No. 235/MDN/XI/MSCV/12

Universitas Sumatera Utara

Dari Klausula yang tertera di atas dapat kita lihat bahwa para pihak
menyediakan beberapa perlindungan hukum yang dapat diambil untuk
menyelesaian masalah apabila terjadi perselisihan ataupun sengketa yang
tidak diinginkan karena sejatinya sebuah perjanjian itu dibuat untuk saling
menguntungkan para pihak yang membuat perjanjian tersebut, bukan untuk
menimbulkan masalah yang baru.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan perjanjian yang dibuat antara CV Madani Sejahtera dengan
PT Saraswanti Sawit Makmur dapat dilaksanakan apabila kedua belah
pihak telah sepakat dengan isi yang tertera dalam perjanjian dan
menandatangani surat perjanjian tersebut. Proses pelaksanaan perjanjian
dimulai setelah Pihak Pertama mengirimkan biaya uang muka kepada
Pihak Kedua. Kemudian Pihak Kedua diwajibkan untuk sesegera mungkin
mengirimkan Peralatan Laboratorium Minyak Kelapa Sawit kepada Pihak
Pertama sesuai dengan alamat tujuan yang tertera di dalam surat
perjanjian, selambat-lambatnya Tiga Puluh Hari setalah uang muka
diterima oleh Pihak Kedua. Kemudian Pihak Pertama memiliki kewajiban
untuk menyelesaikan sisa pembayaran kepada Pihak Kedua dilengkapi
dengan dokumen administrasinya, pembayaran tahap akhir ini dilakukan
selambat-lambatnya Dua Minggu setelah barang diterima dengan baik dan
jumlah barang sesuai dengan kesepakatan. Apabila terjadi keterlambatan
baik dalam hal pembayaran maupun pengiriman barang maka pihak yang
melakukan wanprestasi akan dikenakan denda sesuai yang telah tertera di
dalam surat perjanjian terkecuali terjadi force majeure .
2. Dalam melakukan suatu perjanjian selalu terdapat risiko sekecil apapun itu
tak terkecuali dengan perjanjian jual beli Peralatan Laboratorium Minyak
Kelapa Sawit antara CV. Madani Sejahtera dengan PT. Saraswanti Sawit

Universitas Sumatera Utara

Makmur ini. Pada perjanjian ini memliki risiko yang antara lain adalah
apabilah Pihak Pertama melakukan keterlambatan pembayaran dan apabila
Pihak Kedua melakukan keterlambatan pengiriman barang dan juga
apabila barang yang dikirimkan Pihak Kedua tidak sesuai dengan barang
yang telah diperjanjikan dan disepakati. Untuk masalah keterlambatan
pembayaran dan juga keterlambatan pengiriman barang sudah ditentukan
denda masing-masing di dalam surat perjanjian atas kelalaian pihak yang
melakukan kesalahan, dan untuk hal barang yang dikirimkan tidak sesuai
dengan yang telah disepakati di dalam perjanjian maka Pihak Kedua
memberikan garansi kepada Pihak Pertama selama Dua Belas Bulan untuk
masing-masing Item dan juga garansi selama Satu Bulan untuk garansi
pemasangan apabila terjadi kesalahan pemasangan alat pada masingmasing Item.
3. Perlindungan hukum itu sangatlah diperlukan dalam membuat perjanjian
karena apabila risiko-risiko yang tidak diinginkan sebelum membuat
perjanjian terjadi maka pihak yang merasa dirugikan dapat melakukan
tuntutan untuk mendapatkan haknya yang telah dilanggar oleh pihak yang
dirasa melanggar dan dalam perjanjian jual beli Peralatan Laboratorium
Minyak Kelapa Sawit antara CV. Madani Sejahtera dengan PT. Saraswanti
Sawit Makmur telah tertera apa saja perlindungan hukum yang dapat
diberikan kepada para pihak yang merasa dirugikan yang dimana antara
lain ialah pertama dengan bermusyawarah secara kekeluargaan, lalu
kemudian ada menggunakan Pihak Ketiga yakni Arbitrase, dan yang
terakhir adalah dengan melakukan pelaporan secara resmi ke kantor
panitera pengadilan negeri yang telah tertera di dalam surat perjanjian.

Universitas Sumatera Utara

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang tertera di atas, kiranya dapat disampaikan
beberapa saran dalam penulisan skripsi ini, antara lain:
1. Dalam membuat suatu perjanjian hendaknya pihak yang terlibat dalam
membuat suatu perjanjian tidaklah hanya salah satu pihak saja walaupun
pihak yang lainnya diberikan kesempatan untuk mealakukan negosiasi
tetapi alangkah lebih baik para pihak yang akan membuat perjanjian dapat
duduk bersama dan memikirkan apa saja klausula-klausula yang terbaik
untuk kedua belah pihak yang melakukannya yang kemudian dapat mereka
tuangkan ke dalam perjanjiannya karena yang dapat kita lihat dalam
perjanjian jual beli Peralatan Laboratorium Minyak Kelapa Sawit antara
CV. Madani Sejahtera dengan PT. Saraswanti Sawit Makmur hanya Pihak
Pertama Sajalah yakni PT. Saraswanti Sawit Makmur yang membuat
perjanjiannya walaupun CV. Madani Sejahtera tetap melakukan negosiasi.
2. Alangkah lebih baiknya apabila membuat suatu perjanjian yang tertulis
dibuat secara lebih terperinci dan lebih jelas terhadap hal-hal yang lebih
menditail dalam membuat suatu surat perjanjian agar dikemudian hari
apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dapat melakukan langkahlangkah konkret dan jelas dalam menjalankan hak-hak dan kewajiban
parah pihak dalam perjanjian. Semisal dalam pemilihan Pihak Ketiga dan
Pengadilan kurang jelas lebih tepatnya dimana tempatnya dipilih karena
dikemudian hari apabila hal tersebut dilakukan ditakutkan dapat terjadi
salah komunikasi antara para pihak yang dikarenakan kurang jelasnya isi
perjanjian tersebut, walaupun pada dasarnya para pihak yang membuat
perjanjian ini tidak mengingkan hal itu terjadi dan mengingikan bahwa
perjanjian ini dapat terlaksana hingga selesai tanpa masalah.

Universitas Sumatera Utara