Analisis Strategi Pengembangansupply Chain Komoditas Karet Di Pt. Perkebunan Nusantara Iii Kebun Membang Muda

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka
ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Di negara agraris, pertanian memiliki
peranan yang penting baik di sector perkonomian ataupun pemenuhan kebutuhan pokok
atau kebutuhan lainnya. Sector pertanian dan perkebunan memiliki arti yang sangat
penting dalam menentukan pembentukan berbagai realitas ekonomi dan social masyarakat
di berbagai wilayah Indonesia. Sebagian besar mata pencaharian masyarakat di Indonesia
adalah sebagai petani dan perkebunan, sehingga sektor-sektor ini sangat penting untuk
dikembangkan di Indonesia.
Perkebunan mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan nasional,
terutama dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, penerimaan devisa
negara, penyediaan lapangan kerja, perolehan nilai tambah dan daya saing, pemenuhan
kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan baku industri dalam negeri serta optimalisasi
pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 18 Tahun 2004, yang dimaksud dengan perkebunan adalah segala
kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya
dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman
tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen

untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.
Tanaman karet adalah salah satu jenis tanaman perkebunan. Daerah yang paling banyak
memiliki lahan untuk penanaman pohon karet adalah di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,

Universitas Sumatera Utara

Riau dan berbagai kawasan di luar pulau Jawa. Pohon karet memberikan manfaat dalam
kehidupan, beberapa manfaat tanaman karet adalah sebagai bahan utama pembuatan
ban,mengurangi emisi rumah kaca, mendukung kinerja industri sintetis, bahan untuk
industri mebel, menjaga iklim lingkungan, dan sebagai produk untuk obat-obatan.Karet
juga dimanfaatkan untuk beberapa alat kesehatan, alat yang memerlukan kelenturan dan
tahan goncangan.
Karet merupakan tanaman perkebunan yang memiliki potensial. Namun dalam budidaya
karet terdapat beberapa permasalahan seperti teknis budidaya. Sementara itu dari segi
pengelolaan (maintenance) selama fase vegetatif jarang sekali diperhatikan, sehingga
produktivitas hingga kualitas tanaman karet Indonesia sangat jauh dari yang diharapkan.
Banyak petani yang tidak melakukan perawatan kebunnya sebagaimana mestinya, sebagai
contoh adalah masalah dosis pemupukan. Petani juga cenderung tidak tahu SNI tentang
produk Bahan Olah Karet (Bokar) yang dihasilkan.
Perkebunan karet di Indonesia menjadi salah satu andalan ekspor yang kuat. Kinerja

ekspor perkebunan karet tercatat sebesar US$ 634,26juta. Posisi ini merupakan posisi
kedua setelah ekspor kelapa sawit. Kondisi ini didukung dengan luasnya areal perkebunan
karet di Indonesia.yang merupakan lahan karet terluas di dunia, yaitu 3.435.270 ha pada
tahun 2010. Dan secara berturut-turut pada tahun 2011 mengalami peningkatan
menjadi 3.456.128 ha, tahun 2012 meningkat 0,81% menjadi 3.484.073 ha. Kondisi ini
menjadikan Indonesia bersama dengan Thailand dan Malaysia dikenal dengan
International Tripartite Rubber Council karena ketiga negara tersebut menjadi penghasil
karet alam terbesar. Thailand menjadi negara penghasil karet alam terbesardengan
produksi karet pada tahun 2012 sebesar 3,5 juta ton, sementara Indonesia di peringkat
kedua dengan produksi karet pada periode yang sama sebesar 3 juta ton kemudian disusul
oleh Malaysia dengan produksi 946.000 ton pada periode yang sama.

Universitas Sumatera Utara

Untuk dapat bersaing dengan negara-negara tersebut maka perlu ditingkatkan daya saing
produk. Meningkatkan daya saing produk adalah upaya untuk mengembangkan usaha di
bidang perkebunan ini. Meningkatkan daya saing produk dalam kondisi ekonomi yang
hiperkompetitif dan pembeli yang semakin lama semakin rasional hanya bisa dimenangkan
dengan menciptakan dan memberikan nilai yang lebih unggul. Hal ini memerlukan lima
kemampuan, yaitu memahami nilai pelanggan, menciptakan nilai pelanggan, memberikan

nilai pelanggan, memenangkan nilai pelanggan, dan mempertahankan nilai pelanggan.
Agar berhasil, perusahaan perlu mempergunakan konsep rantai nilai dan jaringan
penyerahan nilai (rantai pasok) (Kotler, 2004).
Tabel 1.Luas Lahan dan Produksi Karet di Sumatera Utara
2010
2011
2012
2013
565.844
575.083
575.236
582.428
LuasLahan (Ha)
444.253
459.460
468.668
487.882
Produksi (ton)
Sumber :Dinas Perkebunan Sumatera Utara


2014
591.262
541.236

Menurut data Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara, luas lahan dan jumlah produksi
komoditas karet meningkat dari tahun 2010-2014.Jumlah produksi karet di Sumatera Utara
pada tahun 2014 sebanyak 541.236 ton. Kabupaten Labuhanbatu Utara merupakan salah
satu sentra produksi komoditas karet di Sumatera Utara karena menyumbang 18% dari
total produksi di Sumatera Utara tahun 2014.
Tabel 2.Luas Lahan Perkebunan Karet di Sumatera Utara
2012
2013
2014
Rakyat
Luas Lahan (ha)
390.951,68 394.113,57 395.017,00
Produksi (ton)
310.266,17 321.099,05 332.675,82
PTPN II,III,IV
Luas Lahan (ha)

42.028,0
39.642,64
38.565,90
Produksi (ton)
38.303,00
35.659,85
36.215,00
Perusahaan lainnya
Luas Lahan (ha)
142.256,32 148.673,79 157.679,01
Produksi (ton)
114.098,83 131.123,01 172.345,16
Sumber :Badan Pusat Statistik

2015
392.259,00
333.922,00
38.578,55
35.191,00
-


Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan data yang disajikan padaTabel 2 dapat dilihat bahwa PTPN II,III,IV pada
tahun 2014 menyumbangkan hasil produksi karet sebesar 6% bagi Sumatera Utara.
Dibandingkan

dengan

perusahaan

perkebunan

karetlainnya,

PTPN

II,III,IV

menyumbangkan 21% bagi Sumatera Utara pada tahun 2014.

PTPN III merupakan penghasil karet terbesar jika dibandingkan dengan PTPN II dan
IV.Selain melakukan budidaya tanamankaret, PTPN III juga melakukan proses pengolahan
karet. Data Pabrik Pengolahan Karet (PPK) PTPN III disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Data Pabrik Pengolahan Karet (PPK) PTPN III di Sumatera Utara
Kapasitas Olah
Pabrik Pengolah Karet (PPK)
Mutu Produk
(Ton Karet Kering
/Hari)
PPK Gunung Para
Ribbed Smoked Sheet
16.8
Crumb Rubber
30
PPK Sarang Giting
Ribbed Smoked Sheet
11
PPK Mambang Muda
Lateks Pekat
30

Crumb Rubber
30
PPK Rantau Prapat
Ribbed Smoked Sheet
12
PPK Sei Silau
Ribbed Smoked Sheet
12
PPK Bandar Betsy
Ribbed Smoked Sheet
16
PPK Rambutan
Lateks Pekat
30
PPK Hapesong
Ribbed Smoked Sheet
12
Jumlah Kapasitas
Ribbed Smoked Sheet
79.8

Crumb Rubber
60
Lateks Pekat
60
PPK
Membang
Muda
merupakan
pabrik
yang
memiliki
kapasitas
terbesar.
Maka
dari itu
Sumber : PTPN III
peneliti memilih PPK Kebun Membang Muda yang terletak di Kebun Membang Muda,
Kabupaten Labuhanbatu Utara sebagai sampel penelitian. Data luas lahan, produksi dan
produktivitas Kebun Membang Muda PTPN III disajikan padaTabel 4.
Tabel 4. Data Luas Lahan, Produksi &Produktivitas Karet Kebun Membang Muda

Tahun 2013-2015
Tahun
2013
2014
2015
728,65
891,90
1.130,15
Luas lahan (ha)
1.489
2.068
2.103
Produksi (ton)
2,04
2,32
1,86
Produktivitas (ton/ha)
Sumber : PTPN III
Tabel 5.Data Konsumen Crumb Rubber PTPN III Kebun Membang Muda


Universitas Sumatera Utara

No.

Konsumen

1

Jaya Tropical PTE LTD
PT.
Bitung
Guna
2
Sejahtera
PT. Wilson Tunggal
3
Perkasa
4 Wilson Global
Jumlah
Sumber: PTPN III

2013
302.400

Jumlah (Kg)
2014
241.920

2015
645.120

645.120

963.640

1.834.560

1.028.160

2.157.120

1.532.160

1.229.760
3.105.440

1.149.120
4.511.800

221.760
5.765.760

Tabel 6.Data Konsumen Lateks PTPN III Kebun Membang Muda
Jumlah (Kg)
No.
Konsumen
2013
2014
2015
PT.
Latexindo
1
1.472.717
1.593.335
1.471.365
Tobaperkasa
2 PT. Sri Global Abadi
360.947
421.297
691.887
3 PT. Mulyo Sakti
132.227
48.084
82.587
4 PT. Mitra Abadi Mulya
11.870
24.218
1.977.761
2.086.934
2.245.839
Jumlah
Sumber: PTPN III
Berdasarkan Tabel 5 dan 6, jumlah permintaankonsumen PTPN III Kebun Membang
Muda tahun 2013-2015 mengalami fluktuasi, bahkan ada yang mengalami penurunan.
Tetapi jika dilihat secara keseluruhan, permintaan konsumen mengalami peningkatan
setiap tahunnya.
Supply Chain Management(SCM) atau manajemen rantai pasokmerupakan serangkaian
pendekatan yang diterapkan untuk mengintegrasikan pihak-pihak yang terlibat dalam suatu
rantai pasok secara efisien. SCM padaproduk pertanian mewakili manajemen keseluruhan
proses produksi secara keseluruhan dari kegiatan pengolahan, distribusi, pemasaran,
hingga produk yang diinginkan sampai ke tangan konsumen (Marimin & Nurul, 2011).
SCM membentuk sebuah sistem terpadu setiap pihak saling mendukung satu sama
lain.SCM tidak hanya berorientasi pada urusan internal sebuah perusahaan, melainkan juga
urusan eksternal yang menyangkut hubungan dengan perusahaan-perusahaan partner.
Maka dari itu analisis supply chain dalam agribisnis bukan hanya untuk meningkatkan satu

Universitas Sumatera Utara

perusahaan saja, melainkan untuk meningkatkan kinerja seluruh perusahaan yang terlibat
dari hulu ke hilir.
1.2.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana rantai pasok komoditas karet di daerah penelitian?
2. Strategi apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja rantai pasokkaret di
daerah penelitian?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis rantai pasok komoditas karet di daerah penelitian.
2. Untuk menganalisis strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja rantai
pasokkaret di daerah penelitian.
1.4. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Sebagai bahan informasi dan referensi ilmiah bagi pihak-pihak yang berhubungan
dengan penelitian ini.
2) Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pembuat kebijakan, terutama dalam
rantai pasok komoditi karet.
3) Sebagai informasi ilmiah yang dapat menjadi bahan acuan dan sumbangan data bagi
peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara