Analisis Komunikasi Kelompok Pada Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Chapter III V

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah di Kecamatan SimpangEmpat Kabupaten Karo.
Alasan pemilihan lokasi karena kelima desa di Kecamatan Simpang Empat
dikategorikan sebagai desa swasembada sejak tahun 1999. Dalam hal ini berarti
pembangunan desa di Kecamatan Simpang Empat sudah cukup baik.

3.2. Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu prosedur
pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subyek/obyek
penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak (Nawawi,
1983:63) dan metode korelasional, dimana metode korelasional bertujuan untuk
meneliti sejauh mana variasi pada suatu faktor berkaitan atau berhubungan dengan
variasi faktor lain. (Rahmat, 1995:27). Metode ini merupakan analisis secara
kuantitatifdee menggunakan rumus statistik untuk membantu menganalisis data dan
fakta yang diperoleh dari responden.
a. Populasi
Yang menjadi populasi adalah seluruh kepala keluarga penduduk di
Kecamatan Simpang Empat yang berjumlah 9.858 orang. Alasan pemilihan

populasi tersebut adalah bahwa dipilihnya kepala keluarga berdasarkan
pertimbangan bahwa pada umumnya kepala keluarga mempunyai kedudukan
32

Universitas Sumatera Utara

penting dalam suatu keluarga, sehingga pendapat kepala keluarga dapat mewakili
pendapat selruh anggota keluarga.

b. Teknik Penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling yang artinya bahwa pengambilan sampel disesuaikan dengan
tujuan penelitian. Sampel yang digunakan disesuaikan dengan kriteria-kriteria
tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian.(Nawawi, 1991:137)
Untuk menarik besarnya ukuran sampel digunakan rumus Taro Yamane
(Rakhmat, 1991:82) yaitu :
N
n

=

Nd2 + 1

n
N
d

= jumlah sampel
= jumlah populasi
= presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 95%
9858

n

=
(9858)(0,1)2 + 1

n

= 98,99 = 99


3.3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah :
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Universitas Sumatera Utara

Penelitian yang mempelajari dan mengumpulkan data-data dari literatur serta
sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian ini.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian yang mengumpulkan data di lapangan yang meliputi kegiatan survey
di lokasi penelitian melalui :
a. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan
pertanyaan lisan kepada responden.
b. Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala
yang tampak pada objek penelitian.
c. Kuesioner sebagai alat pengumpul data-data yang diperlukan di lapangan,
caranya adalah membuat sejumlah pertanyaan tertulis yang harus dijawab
secara tertulis pula oleh responden.
3. Teknik Penentuan Score

Di dalam penelitian ini, peneliti memberikan score nilai terhadap setiap jawaban
pada daftar pertanyaan.
Score tersebut bergerak antara 1 – 3, dengan pengertian bahwa :
- Apabila jawabannya a atau tidak menjawab maka nilainya 1
- Apabila jawabannya b diberi nilai 2
- Apabila jawabannya c diberi nilai 3
Untuk mengetahui besarnya interval, maka digunakan ketentuan berikut dimana
selisih angka tertinggi dan angka terendah dan hasil dari selisih tersebut dibagi 3
kategori yaitu rendah, sedang, tinggi. Setelah masing-masing jawaban diperoleh

Universitas Sumatera Utara

dari responden untuk masing-masing variabel, maka dapat ditentukan jawaban
tersebut apakah rendah, sedang, tinggi. Klasifikasi adalah sebagai berikut :
Untuk variabel X = 14s pertanyaan. Nilai terendah 14 dan nilai tertinggi 42.
Score :
14 – 23

= demokratis pada kategori rendah


24 – 33

=demokratis pada kategori sedang

34 – 43

= demokratis pada kategori tinggi

Untuk variabel Y = 16 pertanyaan. Nilai terendah 16 dan nilai tertinggi 48.
Score :
16 – 26

= partisipasi rendah

27 – 37

= partisipasi sedang

38 – 48


= partisipasi tinggi

4. Defenisi operasional
a. Gaya

kepemimpinan

adalah

merupakan

cara

pimpinan

untuk

mempengaruhi bawahannya agar bersedia bekerjasama mencapai tujuan
organisasi.
b. Gaya kepemimpinan kepala desa adalah cara yang dipergunakan oleh kepala

desa sebagai pimpinan desadal mempengaruhi masyarakat desa agar dapat
berpartisipasi dalam melaksanakan pembangunan desa.
c. Partisipasi

masyarakat

adalah

keikutsertaan

masyarakat

untuk

menyumbangkan tenaga dan fikiran serta material guna memberikan
dukungan dan tanggung jawab demi tercapainya tujuan yang diinginkan.

Universitas Sumatera Utara

d. Pembangunan desa adalah seluruh kegiatan pembangunan yang berlangsung

di pedesaan dan meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, dilak secara
terpadu dengan mengembangkan swadaya gotong royong.
Adapun skema operasionalnya adalah sebagai berikut :

Variabel Y

+
Variabel X

Tingkat Partisipasi Masyarakat
Dalam Pembangunan Desa

Gaya Kepemimpinan

Keterangan :
X

= Variabel bebas

Y


= Variabel terikat

+

= Kuat lemahnya hubungan

3.4. Teknik Analisis Data
Analisa data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan Korelasi Jenjang Spearman (Rank Correlation Method) untuk
mengukur keeratan hubungan antara dua variabel tersebut yaitu :

�� = 1 −

2
6 ∑�
�=1 �1

�3 − �


Dimana :

Universitas Sumatera Utara

rs

= Korelasi Spearman

di

= Menunjukkan perbedaan setiap pasang rank

n

= Menunjukkan jumlah pasangan rank

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1. Sejarah Kecamatan Simpang Empat
Kecamatan Simpang Empat adalah salah satu dari 13 kecamatan yang ada di
Kabupaten Karodee ibukota kecamatan Desa Ndokum Siroga yang berjarak 7 km
dari Kabanjahe sebagai ibukota kabupaten dan sekitar 84 km dari Medan sebagai
ibukota propinsi.
Kecamatan Simpang Empat dengan luas wilayah + 224,47 km2 berada
pada ketinggian rata-rata 1.300- 1.600 di atas permukaan laut, sehingga temperatur
udara relatif rendah, yaitu antara 16OC – 17O C dengan batas-batass wilayah sebagai
berikut :
-

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kabanjahe dan Kecamatan
Berastagi.

-

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Payung

-

Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat.

-

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Munte
Kecamatan Simpang Empat sebagai salah satu wilayah pemerintah telah ada

sejak pra-kemerdekaan yang disebut dengan istilah “kerajaan” yang dipimpin oleh
seorang raja yang disebut “Sibayak Lingga” yang kekuasaannya meliputi : Urung
Sitelu Uru yang diperintah olehRaja Urung Merga Karo-Karo;Urung Tigapancur

38

Universitas Sumatera Utara

yang diperintah oleh Raja Urung Merga Sembiring Gurukinayan dan Urung Siempat
Teran yang diperintah oleh Raja Urung Merga Karo-Karo Sitepu.
Berdasarkan penurutan beberapa orang tua Simpang Empat dijadikan sebagai
nama sebuah kecamatan adalah untuk mengenang masa Kerajaan Sibayak Lingga
yang mempunyai wilayahTiga Urung, yaitu Urung Sitelu Kuru, Urung Tigapancur,
dan Urung Siempat Teran, sehingga pertama kali pembangunan gedung
pemerintahan disarankan dibangun di atas dekat persimpangan,yaitu “Simpang
Empat” yang dulunhyajugasering dijadikan sebagai lokasi musyawarah antara para
Raja Urung yang tepat di bawah kayu rindang yang dikenal dengan nama kayu
“Ndokum”.
Adapun yang pernah menjabat sebagai kepala pemerintahan wilayah
kecamatan di Kecamatan Simpang Empat sejak masa kemerdekaan adalah sebagai
berikut :
1. Ngangkat Raja Sinulingga (1946 – 1948)
2. Nahar Purba (1948 – 1951)
3. Dakut Sitepu (1951 – 1954)
4. Bentasen Perangin-angin (1954 – 1957)
5. Nitipi Bangun (1957 – 1959)
6. Enggoken Bangun (1959 – 1962)
7. Jendamehuli Surbakti (1962 – 1967)
8. Kamar Tarigan (1965 – 1967)
9. Basaku Sembiring (1967 – 1970)
10. Lala Sembiring, BA (1970 – 1971)

Universitas Sumatera Utara

11. Ngadep Tarigan, BA (1971 – 1974)
12. Andreas Surbakti, BA (1974 – 1978)
13. Gading Surbakti, BA (1978 – 1980)
14. Nabari Ginting, BA (1980 – 1982)
15. Liwan Tarigan, BA (1982 – 1985)
16. Drs. Malempagi Sitepu (1985 – 1986)
17. Drs. Salomo Ginting (1986 – 1989)
18. Drs. Jamalas Silalahi (1989 – 1994)
19. Drs. Kuat Ginting (1994 – 1997)
20. Drs. Sabar Perangin-angin (1994 – 1997)
21. Drs. Willem Perangin-angin (1997 – 2001)
22. Drs. Perlindungan Karo-Karo (2001 – 2005)
23. Drs. Lesta Karo-Karo (2005 – sekarang)

4.1.2. Topografi, Demografi dan Tata Guna Tanah Kecamatan Simpang Empat
a. Topografi
Kecamatan Simpang Empat ditinjau dari segi topografinya dapat dibagi atas
tiga bagian, yaitu :
1. Datar sampai berombak

= 50%

2. Berombak sampai berbukit

= 25%

3. Berbukit sampai bergunung

= 25%

Universitas Sumatera Utara

Karena daerahnya sebagian besar datar sampai berombak, maka tingkat
kesuburan tanahnya sedang sampai tinggi sehingga usaha pertanian (agribisnis)
sangat cocok di daerah ini.
b. Demografi dan Mata Pencaharian
Jumlah penduduk Kecamatan Simpang Empat keadaan Mei 2005 sebanyak
39.427 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki 18.506 jiwa dan perempuan 20.921
jiwa. Mayoritas penduduk berasal dari etnis Batak Karo dan hanya sebagian kecil
dari etnis Batak Toba, Jawa, Nias, Aceh dan Batak Simalungun.
Penduduk yang menganut agama Islam tercatat sebanyak 13.139 jiwa,
Kristen Protestan 21.728 jiwa, Kristen Katolik 4.550 jiwa, Hindu 80 jiwa, Budha 12
jiwa dan Pemena sebanyak 192 jiwa.
Komposisi mata pencaharian penduduk Kecamatan Simpang Empat antara
lain adalah sebagai berikut :
-

Petani

= 88,69%

-

Pegawai Negeri

= 4,31%

-

Industri

= 1,35%

-

Lain-lain

= 5,65%

Mata pencaharian penduduk pada umumnya adalah bertani dan hasil
pertanian yang menonjol adalah jeruk, kopi, sayur-mayur, cabe dan palawija lainnya.
Di samping itu, sebagian penduduk juga memelihara ternak ayam, lembu, kerbau dan
kambing.

Universitas Sumatera Utara

Penggunaan tanah di Kecamatan Simpang Empat antara lain adalah :
-

Tanah sawah

:

303

Ha

-

Tanah kering

:

21.698

Ha

-

Bangunan pekarangan

:

297,5

Ha

-

Lainnya

:

249

Ha

Jumlah

:

22.547,5

Ha

4.2. Gambaran Umum Responden
Beberapa karakteristik responden yang dianggap penting untuk dipaparkan
antara lain adalah jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan. Dilihat dari jenis
kelamin, maka sebagian besar responden terdiri dari kaum pria atau laki-laki, yaitu
sebanyak 90 persen dan hanya 10 persen responden perempuan (Grafik 4.1).
Grafik 4.1.
Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin
[CATEGORY NAME]
[VALUE]

; 0; 0%

[CATEGORY NAME]
[VALUE]

Sumber : Data Primer 2006.
Sebagai catatan terjaringnya responden sebagai mewakili kepala keluarga
dari kaum perempuan ternyata dikarenakan suami telah meninggal dunia. Namun
demikian penelitian ini tidak bermaksud untuk membedakan responden berdasarkan
jenis kelamin, tetapi karena di daerah penelitian perbedaan peran antara kaum lakilaki dengan kaum perempuan masih menonjol, terutama yang berhubungan dengan

Universitas Sumatera Utara

persoalan-persoalan eksternal keluarga masih umum didominasi oleh kaum pria atau
ayah sebagai kepala keluarga, sehingga informasi mengenai partisipasi masyarakat
dianggap lebih tepat diperoleh dari responden kepala keluarga (umumnya diwakili
oleh kaum laki-laki).
Grafik 4.2.
Distribusi Responden Menurut Pendidikan Formal
[CATEGORY
NAME]
[CATEGORY
[PERCENTAGE]
NAME]
[PERCENTAGE]
[CATEGORY
NAME]
[VALUE]

[CATEGORY NAME]
[VALUE]

[CATEGORY
NAME]
[VALUE]

Sumber : Data Primer 2006.
Pendidikan warga desa di Kecamatan Simpang Empat rata-rata menunjukkan
tingkat Sekolah Menengah Pertama (59%). Hal ini berarti bahwa mereka sudah dapat
membaca dan menulis sehingga dapat memahami dan mengetahui secara lisan dan
tertulis informasi-informasi tentang pembangunan dari kantor pemerintahan mulai
dari skala desa maupun sampai pusat.
Grafik 4.3.
Distribusi Responden Menurut Pekerjaan
[CATEGORY
NAME]
[PERCENTAGE]
[CATEGORY
NAME]
[PERCENTAGE]

[CATEGORY NAME]
[VALUE]

[CATEGORY
NAME]
[VALUE]

[CATEGORY
NAME]
[VALUE]

Sumber : Data Primer 2006
Dari grafik 4.3 di atas menunjukkan bahwa pekerjaan responden bervariasi
dan menggrafikkan bahwa keadaan penduduk disana mempunyai pekerjaan yang

Universitas Sumatera Utara

sudah tetap dan dapat menghidupi keluarga mereka masing-masing. Kata lain-lain
disini adalah pekerjaan selain yang disebutkan di atas, seperti : buruh tani,
pengangguran maupun pekerjaan tidak tetap atau mocok-mocok.

4.3. Gaya Kepemimpinan yang Diinginkan oleh Masyarakat
Dari data-data yang diperoleh di lapangan baik melalui wawancara, angket
dan pengamatan peneliti dapat beberapa hal yang berkaitan dengan keinginan
masyarakat tentang gaya kepemimpinan kepala desa. Untuk itu dapat dilihat dalam
analisa deskriptif melalui grafik berikut ini:
Grafik 4.4.
Pendapat Responden Tentang Kesesuaian Komunikasi Kelompok yang Dilakukan
Kepala Desa telah sesuai dengan situasi dan kondisi desa

[CATEGORY NAME]
[VALUE]

[CATEGORY
[CATEGORY
NAME]
NAME]
[PERCENTAGE]
[PERCENTAGE]

[CATEGORY
NAME]
[VALUE]

[CATEGORY
NAME]
[VALUE]

Sumber : Data Primer 2006.
Pola komunikasi kelompok yang dibangun oleh kepala desa tampaknya
mendapat respon yang positif dari sebagian besar responden. Hal ini ditunjukkan
proporsi responden yang sebagian besar menyatakan tanggapannya pada kategori
yang sesuai, yakni sebesar 46 persen. Bahkan 36 responden menyatakan sangat
sesuai. Namun demikian, ternyata masih terdapat 18 persen responden yang
memberikan tanggapan tidak sesuai.

Universitas Sumatera Utara

Perlu dipaparkan bahwa kondisi desa di Kecamatan Simpang Empat, seperti
juga pada umumnya keadaan desa lainnya di Kabupaten Karo, maka interaksi sosial
antara kepala desa dengan masyarakatnya dapat dikatakan sangat intensif dan
bersifat kontiniu. Hal ini dimungkinkan dari karateristik desa di Tanah Karo pada
umumnya memiliki berbagai lokasi yang lazim dijadikan sebagai tempat-tempat
pertemuan informasi bagi warga. Tempat-tempat tersebut biasanya adalah kedai kopi
dan jambur (lokasi khusus keperluan aktifitas warga desa untuk keperluan pesta dan
lainnya).
Kedai kopi lazim digunakan warga desa sebagai tempat berkumpul bagi
warga, terutama kaum laki-laki tidak hanya sekedar tempat minum, tetapi juga
dijadikan sebagai media komunikasi interpersonal antar sesama warga. Sebagai
contoh selam melakukan penelitian di lapangan, penuis banyak melihat, mendengar
berbagai perbincangan yang dilakukan pengunjung kedai kopi (warga desa). Isu yang
sering mereka bicarakan tidak terbatas hanya menyangkut persoalan-persoalan
keseharian saja, tetapi juga terdengar adanya pembicaraan yang menyangkut
persoalan-persoalan politik lokal hingga nasional, bahkan internasional.
Demikian juga dengan fungsi jambur sebagai tempat penyelenggaraan pesta
tidak hanya difungsikan sebagai sekedar upacara-upacara adat semata, melainkan
tidak jarang jambur dijadikan sebagai tempat yang efektif untuk mengadakan
interaksi, baik sesama warga maupun interaksi dengan kepala desa.
Dengan demikian, pola komunikasi kelompok yang dibangun oleh kepala
desa tidak dapat dilepaskan dari fungsi kedai kopi dan jambur. Oleh karena itu, tidak
mengherankan apabila di desa penelitian, kepala desa sering terlihat duduk di kedai

Universitas Sumatera Utara

kopi dan kerap harus menghadiri undangan warga pada acara-acara yang
diselenggarakan di jambur. Sebab apabila tidak, maka dapat dipastikan komunikasi
kepala desa dengan warganya akan mengalami hambatan karena tidak adaptif dengan
situasi dan kondisi desa.
Pengamatan penulis memberikan dukungan yang kuat terhadap tanggapan
responden tersebut di atas, yakni seluruh kepala desa yang dijadikan sebagai daerah
penelitian terlihat aktif mengunjungi pesta dan aktif melakukan komunikasi
interpesonal di kedai-kedai kopi yang ada di desa tersebut. Hampir seluruhnya kepala
desa yang diamati menunjukkan pola komunikasi interpersonal yang dapat
memuaskan warganya. Para kepala desa tersebut tampaknya telah mampu
membangun komunikasi yang diinginkan oleh warganya. Hal ini terlihat dari pola
yang mereka kembangkantidak menunjukkan adanya pola komunikasi yang bersifat
tertutup atau satu arah, tetapi mereka menunjukkan adanya pola komunikasi yang
mampu memberikan kepuasan yang optimal bagi warga. Sebagai contoh misalnya,
salah seorang kepala desa di desa penelitian tetap mengutamakan pendekatan
kekerabatan saat melakukan komunikasi dengan para warga.

Universitas Sumatera Utara

Grafik 4.5.
Cara Kepemimpinan Kepala Desa yang Diinginkan
[CATEGORY NAME]

[CATEGORY NAME]
[VALUE]

[VALUE]

[CATEGORY
[CATEGORY
NAME]
NAME]
[PERCENTAGE]
[PERCENTAGE]

[CATEGORY NAME]
[VALUE]

Sumber : Data Primer 2006.
Dari data di atas dapat dilihat bahwa masyarakat desa menginginkan kepala
desa dapat memberikan kesempatan luas bagi anggota masyarakat dalam
menentukan program-program pembangunan di daerahnya dan penentuan ini
didasarkan pada kesepakatan dari masyarakat sendiri.
Adapun komunikasi kelompok yang diinginkan berbentuk diskusi sedangkan
jaaringan berbentuk lingkaran. Untuk menunjukkan kekonsistenan mereka dalam
menjawab pertanyaan tentang tanggapan mereka tentang cara kepemimpinan yang
diinginkannya maka dapat dilihat dari grafik berikut ini:
Grafik 4.6.
Tanggapan Masyarakat Terhadap Kepala Desa yang Memberikan Kesempatan pada
Masyarakat untuk Mengeluarkan Pendapat.
[CATEGORY
NAME]
[CATEGORY
[CATEGORY
[VALUE]
NAME]
NAME]

[CATEGORY NAME]

[VALUE]

[PERCENTAGE]
[PERCENTAGE]

[CATEGORY NAME]
[VALUE]

Sumber : Data Primer 2006.
Ternyata sebagian besar responden menyatakan bahwa pada pertemuanpertemuan kelompok atau rapat desa, kepala desa

hanya kadang-kadang saja

Universitas Sumatera Utara

memberikan kesempatan padamasy untuk mengeluarkan pendapat. Bahkan sebanyak
19 persen responden menyatakan tidak, walaupun sebesar 27 persen responden telah
menyatakan kepala desa memberikan kesempatan pada masyarakat untjuk
mengeluarkan pendapat.
Penelusuran yang dilakukan melalui wawancara mendalam terhadap para
kepala desa dapat diketahui bahwa pada pertemuann rapat desa, baik yang
bersifatkelo maupun tidak antar warga dengan kepala desa membentuk dua pola
komunikasi yang berbeda dan tergantung pada sifat pertemuan, yaitu pada saat
pertemuan desa bersifat formal, yaitu ntuk menghasilkan suatu keputusan desa yang
menyangkut kepentingan warga tetapi memiliki resiko terhadap sebagian warga,
maka biasanya para warga lebih banyak menyerahkan sepenuhnya kepada kepala
desa. Sebaliknya apabila sifat pertemuan yang tidak menimbulkan adanya resiko
terhadap orang lain, maka parwarga selalu mendominasi jalannya pertemuan.
Parakepa

menyatakan

bahwa

alasan-alasan

tersebut

diataslah

yang

memunculkan adanya sebagian kecil responden yang menyatakan para kepala desa
tidak memberikan kesempatan pada masyarakat untuk mengeluarkan pendapat.
Ditambahkan lagi selain alasan-alasan tersebut juga berkaitan dengan masih
melekatnya sistem kekerabatan di antara warga, sehingga ada rasa sungkan atau
segan untuk berterus terang, terutama apabila menyangkut pihak-pihak yang
dianggap dihormati (biasanya disebut pihak “kalimbubu”).

Universitas Sumatera Utara

Grafik 4.7.
Tanggapan Responden Tentang Kebebasan Masyarakat Dalam Memberikan
Komentar/ Pendapat.
[CATEGORY
NAME]
[CATEGORY
[CATEGORY
[VALUE]
NAME]
NAME]

[CATEGORY NAME]

[VALUE]

[PERCENTAGE]
[PERCENTAGE]

[CATEGORY NAME]
[VALUE]

Sumber : Data Primer 2006.
Grafik 4.7 menunjukkan bahwa sebagian besar responden atau sebanyak 63
persen menyatakan kadang-kadang saja kepala desa memberikan kebebasan
masyarakat untuk memberikan komentar atau pendapat, namun sebanyak 24 persen
menyatakan sering terjadi. Sedangkan yang menyatakan tidak pernah masih
adasekitar 13 persen.
Secara teoritis, idealnya seorang kepala desa seyogyanya harus memberikan
kebebasan terhadap warganya untuk mengeluarkan komentar maupun pendapat.
Namun, tidak demikian halnya yang terjadi di daerah penelitian, walaupun sebagian
besar para responden telah menyatakan kadang-kadang dan sering.

Universitas Sumatera Utara

Grafik 4.8.
Pendapat Responden Tentang Sikap Kepala Desa Ketika Masyarakat Memberikan
Pendapat dalam setiap Program Pembangunan
[CATEGORY
[CATEGORY

[CATEGORY NAME]
NAME]
NAME]
[VALUE]

[CATEGORY NAME]

[VALUE]

[PERCENTAGE]
[PERCENTAGE]

[CATEGORY NAME]
[VALUE]

Sumber : Data Primer 2006.
Dalam memberikan pendapat dalam kegiatan-kegiatan pembangunan maka
dari grafik 4.8 tampak bahwa responden menginginkan sikap kepala desa terhadap
komentar atau pendapat masyarakat tergantung pada kondisi apakah diterima atau
tidak, karena hal dilihat dari kemampuan sarana dan tenaga dari masyarakat dan
pemerintah desa juga.
Berdasarkan grafik 4.6, 4.7, dan 4.8 maka dapatlah dikatakan bahwa
responden menginginkan kepala desa memberikan kesempatan luas pada masyarakat
untuk mengeluarkan pendapat, tetapi dalam kebebasan mengeluarkan pendapat harus
berdasarkan pada kondisi dari desa baik potensi sumber daya manusia maupun
sumberdaya alam dan teknologi.
Sikap kepala desa terhadap pendapat-pendapat masyarakat juga tergantung
kondisi dari desa tersebut. Tidak harus semua pendapat tersebut dapat diterima dan
tidak pula diabaikan saja oleh kepala desa. Komunikasi kelompok pada umumnya
bersifat kelompok kecil (diskusi). Sedangkan jaringan komunikasi adalah berbentuk
lingkaran.

Universitas Sumatera Utara

Grafik 4.9.
Tanggapan Responden Tentang Kepala Desa yang Lebih Mementingkan Tugas-tugas
daripada Hubungan Masyarakat
[CATEGORY NAME]

[CATEGORY
[CATEGORY

[CATEGORY NAME]
NAME]
NAME]
[VALUE]

[VALUE]

[PERCENTAGE]
[PERCENTAGE]

[CATEGORY NAME]
[VALUE]

Sumber : Data Primer 2006.
Responden menginginkan bahwa kepala desa kurang baik mementingkan
tugas-tugas daripada menjaga hubungan dengan masyarakat, karena dengan
demikian masyarakat dapat lebih aktif dan mau ikut berpartisipasi dalam kegiatankegiatan pembangunan.
Dari uraian di atas dapat kita lihat dari jawaban-jawaban responden
cenderung menginginkan komunikasi kelompok kecil dengan gaya kepemimpinan
demokratis.
Grafik 4.10.
Gaya Kepemimpinan Kepala Desa yang Diinginkan
[CATEGORY
NAME]
[CATEGORY
[CATEGORY
[VALUE]

[CATEGORY NAME]
[VALUE]

NAME]
NAME]
[PERCENTAGE]
[PERCENTAGE]

[CATEGORY NAME]

[VALUE]

Sumber : Data Primer 2006.
Grafik di atas dapat kita lihat bahwa gaya kepemimpinan kepala desa adalah
demokratis (79%) dan yang menginginkan gaya kepemimpinan Laissez Faire

Universitas Sumatera Utara

sebanyak 21 persen. Maka jelaslah bahwa responden menginginkan gaya demokratis
pada kepala desa di Kecamatan Simpang Empat.

4.4. Gaya Kepemimpinan yang Ada Pada Kepala Desa
Untuk melihat gaya kepemimpinan yang ada pada kepala desa di Kecamatan
Simpang Empat dpaat kita lihat pada analisa deskriptif berikut ini :
Grafik 4.11.
Layanan dari Kantor Kepala Desa
[CATEGORY

[CATEGORY
[CATEGORY
NAME]
NAME]
NAME]
[VALUE]

[CATEGORY NAME]

[VALUE]

[PERCENTAGE]
[PERCENTAGE]

[CATEGORY NAME]
[VALUE]

Sumber : Data Primer 2006.
Dari grafik di atas menunjukkan bahwa layanan dari kantor kepala desa biasa
saja (53%) dilihat dari keseharian pegawai-pegawai melaksanakan pekerjaannya
dalam melayani masyarakat berdasarkan kebutuhan mereka yang bersifat rutinitas
ataupun aksidental. Di antaranya adalah fungsi kantor memberikan pelay kepada
masyarakat dalam kegiatan pribadi dan kemasyarakatan.

Universitas Sumatera Utara

Grafik 4.12.
Cara Kepemimpinan Kepala Desa yang ada Dalam Komunikasi Kelompok
[CATEGORY NAME]
[VALUE]

[CATEGORY NAME]

[VALUE]

[CATEGORY
[CATEGORY
NAME]
NAME]
[PERCENTAGE]
[PERCENTAGE]
[CATEGORY NAME]
[VALUE]

Sumber : Data Primer 2006.
Sebagian besar responden atau sebesar 56 persen yang menyenangai cara
kepemimpinan kepala desa. Hal ini dikarenakan pemilihan kepala desa rata-rata
berdasarkan aspirasi dari masyarakat desa yang merupakan tokoh-tokoh desa di
Kecamatan Simpang Empat dan merupakan tokoh yang dapat dianggap membawa
aspirasi masyarakat desa, terutama yang berkaitan dengan pembangunan desa.
Namun demikian masih terlihat ada responden yang tidak menyenangai cara
kepemimpinan dari kepala desa karena mereka menganggap kepala desa terlalu
apatis dan kurang mau bekerjasama/berhubungan dengan masyarakat (19%).
Grafik 4.13.
Cara Kepala Desa Dalam Menyampaikan Informasi Tentang Pembangunan
[CATEGORY NAME]

[CATEGORY NAME]
[VALUE]

[VALUE]

[CATEGORY NAME]
[VALUE]

[CATEGORY
[CATEGORY
NAME]
NAME]
[PERCENTAGE]
[PERCENTAGE]

Sumber : Data Primer 2006.

Universitas Sumatera Utara

Dalam menyampaikan in kepada masyarakat tentang pembangunan, maka
kepala desa cenderung melakukannya dengan melalui papan pengumuman di Balai
Desa (51%) dan melalui pertemuan-pertemuan (46%). Hal ini dimungkinkan karena
biasanya masyarakat desa lebih senang kalau melihat langsung pengumuman di
papan pengumuman dan selanjutnya melalui pertemuan/tatap muka atau rapat yang
diadakan oleh pemerintah desa yang biasanya juga diikuti dengan informasi liosan
ataupun tulisan (surat undangan), namun ternyata hanya dilakukan melalui surat
edaran hanya sekitar 3 persen saja.
Grafik 4.14.
Tanggapan Responden Terhadap Kepala Desa Dalam Memperhatikan Saran/Usul
dari Masyarakat Dalam Rangka Penyusunan Program Pembangunan Desa
[CATEGORY NAME]
[VALUE]

[CATEGORY
[CATEGORY
[CATEGORY
NAME]
NAME]
NAME]
[VALUE]

[PERCENTAGE]
[PERCENTAGE]

[CATEGORY NAME]

[VALUE]

Sumber : Data Primer 2006.
Untuk merespon keinginan masyarakat dalam penyusunan program-progr
pembangunan sikap kepala desa cenderung kadang-kadang saja memperhatikan
usulan dari masyarakat (66%) hal ini dilihat dari kegiatan-kegiatan pembangunan
merupakan proyek yang berasal dari atas atau pemerintah daerah dimana masyarakat
kurang dalam penyusunan program kecuali dalam pelaksanaan kegiatan yang
memerlukan swadaya masyarakat desa.

Universitas Sumatera Utara

Grafik 4.15.
Kepala Desa Dalam Memaksakan Kehendak Dalam Menentukan Prioritas
Pembangunan
[CATEGORY NAME]
[VALUE]

[CATEGORY NAME]

[CATEGORY
[CATEGORY
NAME]
NAME]
[PERCENTAGE]
[PERCENTAGE]

[VALUE]

[CATEGORY NAME]
[VALUE]

Sumber : Data Primer 2006.
Untuk memaksakan kehendak dalam menentukan prioritas pembangunan
kadang-kadang saja dilakukan oleh kepala desa (76%) berdasarkan pertimbanganpertimbangan logis karena melihat kemampuan-kemampuan dari masyarakat desa itu
sendiri dan kondisi dari lingkungan desa yang tidak mendukung dan ternyata sebesar
20 persen responden menyatakan kepala desa yang tidak pernah memaksamakan
kehendak tetapi melalui musyawarah desa.
Grafik 4.16.
Cara Kepala Desa Dalam Menyampaikan Gagasan Pembangunan yang Menggugah
Semangat Masyarakat

[CATEGORY NAME]
[VALUE]

[CATEGORY NAME]

[VALUE]
[CATEGORY NAME]
[CATEGORY
[CATEGORY
[VALUE]

NAME]
NAME]
[PERCENTAGE]
[PERCENTAGE]

Sumber : Data Primer 2006.
Kepala

desa

kadang-kadang

saja

menyampaikan

gagasan

tentang

pembangunan yang dapat menggugah semangat masyarakat (57%). Hal ini

Universitas Sumatera Utara

disebabkan antara lain gasan pembangunan tersebut memang sudah sangat
dibutuhkan oleh masyarakat dan merupakan gagasan yang dianggap memberikan
dampak bagi kemajuan desa tersebut.
Grafik 4.17.
Kepala Desa Terjun Langsung Memberikan Contoh pada Masyarakat
[CATEGORY NAME]
[VALUE]

[CATEGORY
[CATEGORY
[CATEGORY
NAME]
NAME]
NAME]
[VALUE]
[PERCENTAGE]
[PERCENTAGE]

[CATEGORY NAME]

[VALUE]

Sumber : Data Primer 2006.
Untuk membangun partisipasi masyarakat agar dapat mau aktif dalam
kegiatan pembangunan, kepala desa kadang-kadang saja memberikan contoh atau
ikut terjun langsung dengan masyarakat seperti dalam kegiatan gotong royong dan
kegiatan lainnya (67%).
Biasanya kegiatan ini memang ditujukan untuk memberikan contoh kepada
masyarakat agar mereka dapat lebih aktif dan mau berpartisipasi dalam kegiatankegiatan yang diadakan oleh pemerintah desa dan biasanya kegiatan-kegiatan
tersebut berdasarkan hasil kesepakatan dari masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

Grafik 4.18.
Penerimaan Kepala Desa Terhadap Kritikan Bila Proyek Pembangunan
Tidak Sesuai Dengan Rencana
[CATEGORY
NAME]
[CATEGORY
[CATEGORY
[VALUE]
NAME]

NAME]
[PERCENTAGE]
[PERCENTAGE]
[CATEGORY NAME]
[VALUE]

[CATEGORY NAME]

[VALUE]

Sumber : Data Primer 2006.
Penerimaan kepala desa terhadap kritikan bila ada suatu proyek
pembangunan yang tidak berjalan sesuai dengan rencana cenderung pada kondisi
kadang-kadang menerima (76%) ini terlihat dari pengamatan alasan dari kepala desa
terhadap proyek terutama proyek yang berasal dari pemerintah daerah yang
terkadang tidak sesuai dengan keinginan masyarakat dan ada juga yang dalam
pelaksanaan teknisnya terjadi hambatan-hambatan alam dan tenaga yang tidak
terampil, sehingga membuat proyek tersebut gagal. Di sini terlihat kepala desa
cenderung mempermasalahkan bahwa proyek ini berasal dari pemerintah daerah.
Grafik 4.19.
Tindakan Kepala Desa bila ada Persengketaan, Perkelahian dan sebagainya

[CATEGORY NAME]
[VALUE]

[CATEGORY
[CATEGORY

[CATEGORY NAME]
NAME]
NAME]
[VALUE]

[PERCENTAGE]
[PERCENTAGE]

[CATEGORY NAME]

[VALUE]

Sumber : Data Primer 2006.

Universitas Sumatera Utara

Dilihat dari grafik 4.19 di atas menunjukkan tindakan yang dila kepala desa
dengan mela musyawarah (76%), ini cenderung menggambarkan sikap kepala desa
yang menangani permasalahan melalui musyawarah atau mengikutsertakan
masyarakat

dalam

memanganinya

dan

sering

melibatkan

tokoh-tokoh

masyarakat/adat. Sedangkan bertindak sendiri hanya 20% disebabkan masalah dapat
diselesaikan dengan cepat dan pengertian antara yang bersengketa cepat memahami
masalah dan ketika masalah perkelahian, pertikaian yang tidak sanggup diatasi
sendiri oleh kepala desa, maka akan diserahkan kepada yang berwajib (4%).
Grafik 4.20.
Keputusan Musyawarah Desa yang Sesuai Dengan Kebutuhan Masyarakat
[CATEGORY
[CATEGORY

[CATEGORY NAME]
NAME]
NAME]
[VALUE]

[PERCENTAGE]
[PERCENTAGE]
[CATEGORY NAME]

[VALUE]

[CATEGORY NAME]
[VALUE]

Sumber : Data Primer 2006.
Keputusan-keputusan yang dibuat sebagian besar sudah berdasarkan
keinginan masyarakat dan kebutuhan masyarakat (64%). Biasanya keputusankeputusan ini memang dibuat pada saat rapat-rapat yang melibatkan masyarakat desa
dan

dibahas

dengan

pertimbangan-pertimbangan

masing-masing

anggota

masyarakat. Hanya sebagian kecil saja yang menganggap keputusan musyawarah itu
tidak sesuai dengan kebutuhan desakarena menganggap ada kepentingankepentingan pribadi dari sebagian orang terhadap kegiatan-kegiatan pembangunan
tersebut dan ada yang mengatakan bahwa pada saat sekarang ini tidak lagi

Universitas Sumatera Utara

memerlukan pembangunan tersebut karena tidak cocok dengan lingkungan desa
(8%).
Dari uraian di atas tergambar kondisi gaya kepemimpinan kepala desa yang
ada di Kecamatan Simpang Empat cenderung ke arah gaya demokratis. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada grafik 4.21 berikut ini.
Grafik 4.21.
Gaya Kepemimpinan yang Ada pada Kepala Desa
[CATEGORY NAME]

[CATEGORY
[CATEGORY
[CATEGORY NAME]
NAME]
NAME]
[VALUE]
[PERCENTAGE]
[PERCENTAGE]

[VALUE]

[CATEGORY NAME]
[VALUE]

Sumber : Data Primer 2006.
Dilihat pada grafik 4.21 di atas bahwa kecenderungan responden mengatakan
bahwa gaya kepemimpinan yang ada di Kecamatan Simpang Empat adalah gaya
kepemimpinan yang demokratis (74%). Sedangkan tergambar kecenderungan
responden memilh gaya kepemimpinan Laissez Faire hanya sekitar 24%.

4.5. Hubungan

Antara

Gaya

Kepemimpinan

Kepala

Desa

Terhadap

Partisipasi Masyarakat Desa
Untuk menguji hubungan antara Gaya Kepemimpinan Kepala Desaterh
partisipasi masyarakat desa digunakan uji statistik. Uji statistik yang dipergunakan
adalah dengan menggunakan rumus Rank Spearman.

Universitas Sumatera Utara

Rank Spearman merupakan uji statistik non parametrik yang digunakan untuk
ilmu-ilmu sosial, dan uji inin diperlukan untuk mengukur keeratan hubungan antara
dua variabel dimana dua variabel itu tidak mempunyai joint normal distribution san
conditional variance tidak diketahui sama (Djarwanto, 1995:75).
Karena adana teknologi pengolahan statistik, maka pengujian statistik secara
manual tidak lagi digunakan untuk peneliti, untuk itu maka digunakan pengujian
statistik dengan menggunakan program SPSS.
Hasil yang dipeorleh melalui pengolahan SPSS ini dalam melihat hubungan
antara gaya kepemimpinan dengan partisipasi masyarakat adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1.
Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat Desa
Dalam Pembangunan

Spearman’s
rho

Gaya
Kepemimpinan
Kepala Desa

Tingkat Partisipasi
Masyarakat Desa

Correlation
Coefficient
Sig-(2 talled)
N
Correlation
Coefficient
Sig-(2-talled)
N

Gaya
Kepemimpinan
Kepala Desa
1,00

Tingkat
Partisipasi
Masyarakat
0,266

0,000
99
0,266

0,008
99
1,000

0,008
99

0,000
99

Analisis :
1. Arti Angka Korelasi
Ada dua hal dalam penafsiran korelasi :
a. Berkenaan dengan besaran angka. Angka korelasi berkisar pada 0 (tidak ada
korelasi sama sekali) dan 1 (korelasi sempurna). Sebagai pedoman sederhana,

Universitas Sumatera Utara

angka korelasi di atas 0,5 menunjukkan korelasi yang cukup kuat, sedangkan
di bawah 0,5 korelasi lemah.
b. Selain besar korelasi, tanda korelasi juga berpengaruh pada penafsiran hasil.
Tanda – (negatif) pada output menunjukkan adanya arah yang berlawanan,
sedangkan tanda + (positif) menunjukkan arah yang sama.
Untuk signifikansinya :
Hipotesis
Ho = Tidak ada hubungan (korelasi) antara dua variabel atau angka korelasi 0.
Ha = Ada hubungan (korelasi antara dua variabel atau angka korelasi tidak 0)
Pengambilan keputusan :
1. Jika probabilitas > ,05 maka Ho diterima.
2. Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak (Singgih Santoso, 2001, 299-300).
Untuk menganalisa korelasi antara komunikasi kelompok pada gaya
kepemimpinan kepala desa dengan partsipasi masyarakat desa akan dijabarkan
berdasarkan ketentuan-ketentuan di atas sebagai berikut :
Ho = Tidak ada hubungan gaya kepemimpinan kepala desa terhadap tingkat
partisipasi masyarakat desa.
Ha = Ada hubungan gaya kepemimpinan kepala desa terhadap tingkat partisipasi
masyarakat desa.
Dalam hal ini dilihat dari tabel 4.1 di atas menunjukkan :
1. Angka korelasi antara komunikasi kelompok pada gaya kepemimpinan kepala
desa terhadap partisipasi masyarakat desa menunjukkan angka + 0,266. Angka

Universitas Sumatera Utara

ini menunjukkan korelasi yang kurang kuat antara gaya kepemimpinan kepala
desa terhadap partisipasi masyarakat desa (di bawah 0,5).
2. Tanda “+” menunjukkan bahwa semakin tinggi komunikasi kelompok gaya
kepemimpinan kepala desa, demikian sebaliknya semakin rendah komunikasi
kelompok gaya kepemimpinan kepala desa maka akan semakin rendah pula
partisipasi masyarakat.
3. Pada kolom signifikan (2-talled) terdapat angka probabilitas 0,008. Karena angka
0,008 di bawah dari 0,05 maka Ha diterima, atau sebenarnya ada hubungan yang
signifikan antara komunikasi kelompok gaya kepemimpinan kepala desa
terhadap partisipasi masyarakat.
Dari hasil pengujian statistik di atas dapatlah disimpulkan bahwa gaya
kepemimpinan kepala desa yaitu komunikasi kelompok kecil pada gaya
kepemimpinan demokratis (berdasarkan hasil analisa deskriptif) mempunyai
pengaruh terhadap partisipasi masyarakat desa di Kecamatan Simpang Empat
walaupun tingkat korelasinya (hubungannya) tidak tinggi atau rendah tapi
hubungannya signifikan (berarti).

4.6. Komunikasi Kelompok pada Gaya Kepemimpinan yang Efektif Dalam
Meningkatkan Partisipasi Masyarakat
Untuk melihat keefektifan komunikasi kelompok kecil gaya kepemimpinan
yang sifatnya demokratis dalam meningkatkan partisipasi masyarakat terutama
dilihat dari bagaimana kepala desa tersebut menempatkan komunikasi kecil pada
gaya kepemimpinan berdasarkan waktu, situasi dan tempat tertentu sehingga dengan

Universitas Sumatera Utara

demikian akan timbul partisipasi masyarakat. Untuk lebih melihat sampai dimana
tingkat partisipasi masyarakat dengan gaya kepemimpinan yang demokratis di atas
dapat kita lihat pada tabel berikut ini:
a. Keterlibatan dalam Perencanaan
Untuk melihat partisipasi masyarakat dalam bidang perencanaan maka dapat
tergambar dari grafik di bawah ini.
Grafik 4.22.
Tanggapan Responden Penyelenggaraan Pertemuan Desa
[CATEGORY
[CATEGORY
[CATEGORY
NAME]
NAME]
NAME]
[VALUE]
[PERCENTAGE]
[PERCENTAGE]
[CATEGORY NAME]
[VALUE]

[CATEGORY NAME]

[VALUE]

Tidak pernah
Kadang-kadang
Mengetahui
sepenuhnya

Sumber : Data Primer 2006.
Penyelenggaraan pertemuan di desa biasanya diketahui sepenuhnya oleh
masyarakat (61%) dan biasanya diinformasikan melalui pengumuman secara
lisan dan tulisan. Walaupun terkadang banyak juga masyarakat yang kadang-kadang
dapat mengetahuinya karena disibukkan dengan pekerjaan sehari-hari, dari
pengamatan dilihat karena kebanyakan mereka adalah petani yang penuh dengan
kegiatan.

Universitas Sumatera Utara

Grafik 4.23.
Pendapat Responden Tentang Kehadirannya di Pertemuan Desa Tentang Penjelasan
Pembangunan Desa
[CATEGORY NAME]

[CATEGORY
NAME]
[VALUE]

[VALUE]

[CATEGORY
[CATEGORY
NAME]
NAME]
[PERCENTAGE]
[PERCENTAGE]

Selalu
Tidak pernah
Kadang-kadang

[CATEGORY NAME]
[VALUE]

Sumber : Data Primer 2006.
Pemahaman masyarakat dilihat dari grafik menunjukkan bahwa mereka
kadang-kadang

saja

hadir

dalam

kegiatan-kegiatan

rapat/pertemuan

yang

melibatkanmasy tadi alasan yang disesuaikan dengan grafik sebelumnya di atas.
Grafik 4.24.
Pemahaman/Pengertian Responden Terhadap Masalah-masalah yang
Dibicarakan pada Pertemuan
[CATEGORY NAME]

Mengerti
sepenuhnya
[VALUE]

[VALUE]

[CATEGORY
[CATEGORY
NAME]
NAME]
[PERCENTAGE]
[PERCENTAGE]
[CATEGORY NAME]
[VALUE]

Mengerti
sepenuhnya
Tidak mengerti
sama sekali
Sedikit mengerti

Sumber : Data Primer 2006.
Dari grafik di atas ternyata sebanyak 59% menyatakan sedikit saja mengerti
tentang apa-apa yang dibicarakan pada rapat-rapat di balai desa, dari pengamatan
dapat dilihat bahwa mereka hanya datang pada rapat hanya untuk mengetahui apa
saja masalah-masalah dalam pembangunan tetapi tidak begitu aktif dalam menelaah

Universitas Sumatera Utara

persoalan-persoalan pembangunan tersebut secara mendetail. Terkadang mereka
datang ke pertemuan sesekali dan tidak rutin sehingga pada pembahasan yang tidak
mereka ikut sehingga mereka sedikit mengerti persoalan-persoalan tersebut.

Grafik 4.25.
Pendapat/Tanggapan yang Diusulkan Responden Tentang Pembangunan Desa
Sehingga dapat Berjalan Lancar
[CATEGORY NAME]

[VALUE]
Sering
[VALUE]

[CATEGORY
[CATEGORY
NAME]
NAME]
[PERCENTAGE]
[PERCENTAGE]

Sering
Tidak pernah
Kadang-kadang

[CATEGORY NAME]
[VALUE]

Sumber : Data Primer 2006.
Kadang-kadang saja responden memberikan tanggapan tentang rencana
pembangunan desa yang akan dibuat atau yang akan dilaksanakan, karena dalam
mengikuti

rapat

responden

tidak

kontiniu,

jadi

tidak

begitu memahami

permasalahan yang sebenarnya, jadi tanggapan yang diberikan juga tidak terlalu
mendalam (60%). Hanya 30% saja yang sering mengikuti kegiatan rapat dan aktif
dalam kegiatan-kegiatan perencanaan pembangunan.

Universitas Sumatera Utara

b. Keterlibatan Dalam Pelaksanaan
Grafik 4.26.
Pemahaman/Pengertian Responden Terhadap Masalah-masalah yang
Dibicarakan pada Pertemuan
[CATEGORY
NAME]
[VALUE]

[CATEGORY
NAME]
[VALUE]
;0

Wajib
Tidak wajib
Kadang-kadang

[CATEGORY
NAME] [VALUE]

Sumber : Data Primer 2006.
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa kadang-kadang responden merasa
berkewajiban turut serta dalam pembangunan (66%). Ini menunjukkan bahwa
keinginan masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan pelaksanaan pembangunan
sedang dalam arti dilihat kegiatan pembangunan tersebut apakah sesuai dan cocok
dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat.
Untuk melihat keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan
maka dapat dilihat dari grafik berikut:
Grafik 4.27.
Tanggapan Responden Tentang Pengorbanannya Terhadap Biaya di Dalam
Pelaksanaan Pembangunan
[CATEGORY
NAME]
[VALUE]

[CATEGORY
NAME]
[VALUE]

Bersedia
sepenuhnya
Tidak bersedia
;0
[CATEGORY
NAME] [VALUE]

Kadang-kadang

Sumber : Data Primer 2006.

Universitas Sumatera Utara

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa 56% yang mengatakan kadangkadang saja mereka mengorbankan waktu, tenaga, biaya dan lain-lain dalam
pelaksanaan pembangunan, dimana mereka melihat dahulu pelaksanaan
program yang bagaimana yang memerlukan biaya dari swadaya masyarakat.
Karena mengingat bantuan pemerintah daerah untuk desa di Kecamatan
Simpang Empat cukup minim maka kegiatan-kegiatan yang benar-benar
urgen saja memerlukan swadaya masyarakat. Terlebih mengingat kondisi
keuangan masyarakat desa yang pas-pasan.
Grafik 4.28.
Tanggapan Responden Tentang Bantuan Tenaganya dalam
Pelaksanaan Pembangunan Desa
[CATEGORY
NAME]
[VALUE]
[CATEGORY
NAME]
[VALUE]
;0

[CATEGORY
NAME] [VALUE]

Bersedia
sepenuhnya
Tidak bersedia
Kadang-kadang

Sumber : Data Primer 2006.
Dari hal bantuan tenaga dalam kegiatan pelaksanaan pembangunan responden
banyak memilih kadang-kadang (60%) dengan alasan kegiatan tersebut dilakukan
berdasarkan keinginan mereka sendiri terutama dalam kegiatan gotong royong atau
kegiatan yang memang memerlukan tenaga manusia yang banyak.

Universitas Sumatera Utara

Grafik 4.29.
Tanggapan Responden Tentang Pendapat Orang Mengenai Pemerintah Telah
Memberikan Beban yang Berat dan Sukar pada Masyarakat
[CATEGORY
NAME]
[VALUE]

[CATEGORY
NAME]
[VALUE]

Sama sekali tidak
setuju
sangat setuju

;0
[CATEGORY
NAME] [VALUE]

Kurang setuju

Sumber : Data Primer 2006.
Masyarakat kurang setuju terhadap pendapat orang yang menganggap
pemerintah terlalu memberikan beban yang berat bagi masyarakat terhadap kegiatan
pembangunan karena kegiatan pembangunan itu sendiri merupakan kegiatan yang
memberikan kemajuan bagi desa mereka (76%). Ada responden yang mengatakan
bahwa sangat setuju kalau pemerintah memberikan beban kepada masyarakat karena
mereka menganggap bahwa biaya yang diberikan terlalu sedikit sehingga
memerlukan swadaya masyarakat sedangkan masyarakat desa sendiri tidak
mempunyai dana swadaya yang mencukupi dalam pemenuhan kebutuhan proyekproyek pembangunan tersebut (4%).

Universitas Sumatera Utara

Grafik 4.30.
Tanggapan Responden Tentang Keinginan Masyarakat Untuk Mengembangkan
dan Meningkatkan Pembangunan
[CATEGORY
NAME]
[VALUE]
[CATEGORY
NAME]
[VALUE]

[CATEGORY
NAME] [VALUE]

;0

Sangat
Berkeinginan
Tidak
berkeinginan
Kadang-kadang
berkeinginan

Sumber : Data Primer 2006.
Dari grafik di atas terlihat bahwa kadang-kadang responden berkeinginan
untuk mengembangkan dan meningkatkan pembangunan (57%). Sedangkan sebagian
responden sangat berkeinginan untuk mengembangkan desa mereka lebih baik lagi
dari segi pembangunan secara fisik maupun non fisik.
c. Keterlibatan Dalam Pengawasan dan Evaluasi
Untuk melihat keterlibatan masyarakat dalam pengawasan dan evaluasi
terhadap pembangunan maka dapat diliht dari grafik di bawah ini :
Grafik 4.31.
Tanggapan Responden Tentang Ikut Bertanggungjawab Bila Proyek
Pembangunan Gagal (di luar dari kemampuan manusia)
[CATEGORY
NAME]
[VALUE]
[CATEGORY
NAME]
[VALUE]
;0

[CATEGORY
NAME] [VALUE]
sangat bersedia
Tidak bersedia
Bila perlu

Sumber : Data Primer 2006.

Universitas Sumatera Utara

Tanggapan responden bila perlu untuk ikut bertanggungjawab apabila ada
proyek pembangunan yang dianggap gagal ketika proyek tersebut memang
merupakan hasil dari kesepakatan dari masyarakat desa itu sendiri dan merupakan
keinginan dari masyarakat karena kebutuhan oleh semua masyarakat (63%).
Terkadang gangguan tersebut berasal dari alam atau di luar dari kemampuan manusia
seperti

hujan,

kemarau

atau

angin

kencang

sehingga

tidak

dapat

terlaksananya/rusaknya pembangunan yang sudah direncanakan.
Grafik 4.32
Tanggapan Responden Tentang Ikut Serta Memelihara dan
Melestarikan Hasil Pembangunan
[CATEGORY
NAME]
[VALUE]

[CATEGORY
NAME]
[VALUE]

Sangat
berkewajiban
Tidak merasa
wajib
Kurang wajib

;0
[CATEGORY
NAME] [VALUE]

Sumber : Data Primer 2006.
Dari grafik di atas dapat digambarkan bahwa masyarakat desa di Kecamatan
Simpang Empat kurang merasa wajib turut serta dalam melestarikan dan memelihara
pembangunan terutama fasilitas sarana dan prasarana umum (74%). Hal ini
menunjukkan kurangnya ada perasaan memiliki dan menghargai hasil-hasil
pembangunan yang selama ini telah ada di kecamatan tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Grafik 4.33.
Tanggapan Responden Tentang Memanfaatkan
Setiap Hasil Pembangunan
[CATEGORY
NAME]
[VALUE]
[CATEGORY
NAME]
[VALUE]

[CATEGORY
NAME] [VALUE]
;0

Sering
Tidak pernah
Kadang-kadang

Sumber : Data Primer 2006.
Kadang-kadang responden memanfaatkan setiap hasil pembangunan terutama
pada fasilitas-fasilitas umum yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan
mereka sendiri seperti sekolah, jalan raya, puskesmas, dan sebagainya (56%).
Tetapi sebanyak 40% mengatakan bahwa mereka tidak berusaha untuk memakai
hasil pembangunan tersebut karena mereka anggap tidak memadai ataupun tidak
sesuai dengan kebutuhan mereka.
Grafik 4.34
Tanggapan Responden Tentang Pemberian Kritik Terhadap
Hasil Pembangunan yang Tidak Sesuai
[CATEGORY
NAME]
[VALUE]
Sering kali

[CATEGORY
NAME]
[VALUE]

[CATEGORY
NAME] [VALUE]

Tidak pernah
Kadang-kadang

;0

Sumber : Data Primer 2006.
Responden cenderung memilih kadang-kadang saja mereka dalam mengkritik
hasil-hasil pembangunan yang dianggap tidak cocok atau tidak sesuai dengan yang

Universitas Sumatera Utara

diinginkan atau tidak sesuaidee kondisi desa. Terlihat di sini bahwa keinginan dari
masyarakat desa untuk mengkritik dan menilai hasil pembangunan tidak terlalu
tinggi (66%). Hanya 26% responden yang mengatakan bahwa mereka sering
memberikan kritikan tentang hasil-hasil pembangunan baik itu disampaikan pada
rapat-rapat desa, ataupun rapat pada pimpinan desa, kecamatan, atau kabupaten.
Grafik 4.35.
Tanggapan Responden Dalam Memperingatkan Orang yang
Merusak Hasil-hasil Pembangunan

[CATEGORY
NAME]
[VALUE]

[CATEGORY
NAME]
[VALUE]
;0

[CATEGORY
NAME] [VALUE]

Seringkali
Tidak pernah
Kadang-kadang

Sumber : Data Primer 2006.
Ketidaktahuan akan rusaknya hasil-hasil pembangunan terkadang sering
dialami oleh warga masyarakat (76%) sehingga dari gambaran di atas kadang-kadang
saja mereka memperingati orang-orang yang mau merusak hasil-hasil pembangunan
tersebut dengan cara yang biasanya seperti dengan memberi nasehat, atau kalau
sudah sampai mengganggu warga dibawa ke kantor kepala desa, dan bahkan ada
yang dilaporkan kepada kantor polisi setempat.

Universitas Sumatera Utara

Grafik 4.36.
Tanggapan Responden Terhadap Pelaksanaan Pembangunan
Sudah Selesai Dengan yang Direncanakan
[CATEGORY
NAME]
[VALUE]
[CATEGORY
NAME]
[VALUE]

[CATEGORY
NAME] [VALUE]
Seringkali
Tidak pernah
Kadang-kadang

;0

Sumber : Data Primer 2006.
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa penilaian responden terhadap
pelaksanaan pembangunan kadang-kadang sudah sesuai dengan yang direncanakan
(51%), dan 45% penilaian responden terhadap pelaksanaan pembangunan seringkali
sudah sesuai dengan yang direncanakan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan pembangunan sudah sesuai dengan yang direncanakan oleh masyarakat
di Kecamatan Simpang Empat.

4.7. Pembahasan Uji Hipotesis
Dari analisa deskriptif dan uji statistik yang dilakukan secara keseluruhan
dapat dikatakan bahwa
desa

memiliki

komunikasi kelompok pada gaya kepemimpinan kepala

hubungan

nyata

terhadap

partisipasi

masyarakat

dalam

pembangunan desa. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini komunikasi kelompok
yang diinginkan adalah komunikasi kelompok kecil atau pertemuan sedangkan gaya
kepemimpinan yang diinginkan oelh masyarakat desa adla gaya kepemimpinan
demokratis.

Universitas Sumatera Utara

Dalam hal ini masyarakat desa masih menginginkan pemimpin mereka mau
mengayomi

masyarakat,

mengajak

masyarakat

ikut

serta

dalam kegiatan

pembangunan. Sebenarnya seorang pemimpin dapat saja memilih komunikasi
kelompok dari gaya kepemimpinan yang disukainya dalam memimpin masyarakat
tetapi dalam hal ini kepala desa harus juga memahami bahw masyarakat yang
memilihnya sebagai kepala desa. Di dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
Pemerintah Desa merupakan sub sistem dari pemerintahan Republik Indonesia yang
memiliki sistem pemerintahan secara demokratis. Dalam hal ini pemerintah
mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya.
Dimana kepala desa harus bertanggungjawab kepada badan perwakilan desa sebagai
perwujudan demokrasi dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas tersebut
kepada bupati (Penjelasan UU No. 22 Tahun 1999). Dari uraian di atas kepala desa
harus benar-benar mengikuti sistem yang telah digariskan dari pemerintah pusat dan
juga dari aspirasi masyarakat.
Kenyataan yang ada memang kepala desa memakai komunikasi kelompok
kecil dan gaya kepemimpinan demokratis karena gaya ini dianggap efektif dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa. Walaupun
sampai saat ini peneliti belum dapat membuktikan teori-teori yang mendasari
apakah yang mendasarinya memang efektif dalam membangkitkan partisipasi
masyarakat tapi dalam kenyataannya data-data di lapangan menunjukkan bahwa
komunikasi

kelompok

kecil

atau

pertemuan

dan

gaya

demokrasi

dapat

menggerakkan masyarakat agar berpartisipasi dalam pembangunan. Walaupun
terkadang dilihat masih banyak kepala desa yang masih mempunyai keterbatasan-

Universitas Sumatera Utara

keterbatasan dalam hal gaya berbicara atau cara penyampaian, dan pengetahuan
yang masih kurang, ataupun pemahaman-pemahaman adat istiadat dan kebiasaankebiasaan desa dan aturan-aturan dalam sistem pemerintahan desa.
Partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan dalam melaksanakan pembangunan
di desa. Dari hasil penelitian S. Hamangpranoto di Kecamatan Palaran Kodya
Samarinda mengatakan bahwa peran serta masyarakat paling besar adalah dalam
bentuk tenaga setelah itu bentuk pemikiran, dan terakhir finansial (Jurnal Ilmu
Sosial,

2001:258).

Bentuk-bentuk

partisipasi

masyarakat

desa

di

dalam

penelitian ini masih menggambarkan kondisi umum seperti pada penelitian di
atas. Dimana masyarakat di desa tersebut masih memiliki rasa tanggung jawab yang
cukup dalam keikutsertaannya dalam pembangunan desa terutama dalam hal
keikutsertaan dalam perencanaan seperti pengambilan keputusan dalam rapat-rapat,
walaupun masih sebatas mendengar tetapi minimal ada keinginan dalam mengikuti
kegiatan-kegiatan

seperti

gotong-royong,

pelatihan,

per

Dokumen yang terkait

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Peningkatan Pertisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan (Studi Pada Desa Galang Suka Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang)

18 209 128

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa...

9 93 2

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa

3 35 1

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF KEPALA DESA SRIPENDOWO TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DESA

4 42 91

Analisis Komunikasi Kelompok Pada Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo

0 0 16

Analisis Komunikasi Kelompok Pada Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo

0 0 2

Analisis Komunikasi Kelompok Pada Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo

0 0 7

Analisis Komunikasi Kelompok Pada Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo

0 0 23

Analisis Komunikasi Kelompok Pada Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo

0 0 2

Analisis Komunikasi Kelompok Pada Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo

0 0 5