Analisis Komunikasi Kelompok Pada Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok adalah suatu studi tentang cara-cara individu
berinteraksi

dalam

kelompok

kecil.

Komunikasi

kelompok

(group

communication) termasuk komunikasi tatap muka karena komunikator dan
komunikan berada dalam situasi saling berhadapan dan saling melihat. (Effendy,

1992:8)
Orientasi diskusi kelompok adalah pesan-pesan yang disampaikan pada
pihak lain serta umpan balik yang mereka terima. Bentuk komunikasi kelompok
masyarakat komunikasi tatap muka dalam melibatkan 3 individu atau lebih,
anggotanya lebih suka dikenal dengan identitas kelompoknya dan mempunyai
kesadaran mendalam akan tujuan kelompok. (Pratikto, 1987:22-24)
Komunikasi kelompok adalah komunikasi dengan sejumlah komunikan.
Karena

jumlah

komunikan

itu

menimbulkan

konsekuensi,

jenis


ini

diklasifikasikan menjadi komunikasi kelompok kecil dan komunikasi kelompok
besar. Dasar pengklasifikasiannya bukan pada jumlah yang dihitung secara
matematis,

melainkan

kesempatan

komunikan

dalam

menyampaikan

tanggapannya. (Effendy, 1992:8)
Mengenai berapa banyak orang yang dibutuhkan untuk membangun
sebuah kelompok kecil, umumnya berdasarkan parameter luar adalah 3 dan 12


8

Universitas Sumatera Utara

orang. Sedangkan sebagian lainnya ditentukan oleh tujuan kelompok. (Curtis,
Floyd, & Wonsor, 1996:149).
2.1.1. Komunikasi Kelompok Kecil
Suatu situasi komunikasi dinilai sebagai komunikasi kelompok kecil
apabila situasi komunikasi seperti itu dapat diubah menjadi komunikasi antar
person dengan setiap komunikan. Dengan kata lain, antara komunikator dengan
setiap komunikan dapat terjadi dialog atau tanya jawab.
Menurut Shaw komunikasi kelompok kecil adalah sekumpulan individu
yang dapat mempengaruhi satu sama lain, memperoleh beberapa kepuasan satu
sama lain, berinteraksi untuk beberapa tujuan, mengambil peran, terikat satu
sama lain dan berkomunikasi tatap muka. (Muhammad, 1995:182)
Sedangkan F. Bales dalam bukunya Intraction Process Analysis
mendefenisikan kelompok kecil sebagai sejumlah orang terlibat dalam interaksi
satu sama lain dalam suatu pertemuan yang bersifat berhadapan wajah (face to
face meeting), dimana setiap anggota mendapat kesan atau penglihatan antara

satu sama lainnya yang cukup kentara, sehingga dia baik pada saat timbul
pertanyaan maupun sesudahnya dapat memberikan tanggapan kepada masingmasing sebagai perorangan. (Effendy,1992:57)
Contohnya : Seminar, Lokakarya, diskusi, ceramah, dan lain-lain.
Berdasarkan defenisi kelompok, pada sejumlah orang tersebut harus ada
persatuan psikologis dan interaksi. Komunikasi model kelompok kecil ini dapat
dikatakan efektif dalam arti kata bahwa komunikasi dapat berbuat sedemikian
rupa, sehingga pesan yang disampaikan mencapai sasaran dengan sukses.

Universitas Sumatera Utara

Effendy menyatakan keuntungan dan kerugian berkomunikasi dengan
kelompok kecil sebagai berikut :

Keuntungan

: - terdapat kontak pribadi
- umpan balik bersifat langsung
- suasana lingkungan komunikasi dapat diketahui

Kerugian


: - Frame of Reference (FoR) komunikan tidak diketahui
secara individual
-

kondisi fisik dan mental komunikasi tidak dipahami
secara individual

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melancarkan komunikasin kelompok kecil
tatap muka sebagai berikut :
-

Adakanlah persiapan yang seksama sebelum berkomunikasi.

-

Bangkitkan perhatian bergitu komunikasi dimulai.

-


Pelihara kontak pribadi selama berkomunikasi.

-

Tunjukkan diri sebagai komunikator yang terpercaya.

-

Berbicaralah tepat, jelas dan meyakinkan.

-

Kemukakan fakta dan opini dalam uraian yang sistematis dan logis.

-

Hadapi kritik komunikan.

-


Jangan bersifat super.

-

Jangan mengkritik.

-

Jangan ngotot.

2.1.2. Komunikasi Kelompok Besar

Universitas Sumatera Utara

Komunikasi kelompok besar berlainan dengan situasi komunikasi kelompok
kecil. Di sini kontak pribadi antara komunikator dengan komunikan jauh lebih
kurang dibandingkan dengan kelompok kecil. Anggota kelompok besar, apabila
menyampaikan tanggapannya kepada komunikator, arahan tanggapannya itu bersifat
emosional. (Effendy, 1992:47)
Contoh : kampanye Pemilu, rapat raksasa,demonstrasi besar. Biasanya juru

kampanye yang berpidato dalam kampanye Pemilu, orientasinya hanya membakar
semangat masanya, agar lebih antusias.
Dibandingkan dengan komunikasi kelompok besar, komunikasi kelompok
kecil lebih bersifat rasional. Ketika menerima suatu pesan dari komunikator,
komunikan lebih banyak menggunakan pikiran daripada perasaan. Sebaliknya, dalam
komunikasi kelompok besar, para komunikan menerima pesan lebih bersifat
emosional. Karena kecil kemungkinan untuk terjadi dialog seperti halnya pada
komunikasi kelompok kecil.
Banyak orang menyadari bahwa bekerja dalam lingkungan kelompok
merupakan suatu hal yang menantang dan memuaskan. Mereka menikmati
persahabatan kerja dalam kelompok kesadaran mengenai kelebihan berada dalam
suatu kelompok akan membantu mendekati prospek dengan sikap positif serta
membantu perkembangan iklim yang produktif dan menyenangkan anggota lain.
Kekuatan gabungan orang-orang yang berpikir bersama menghasilkan produk
yang lebih besar daripada yang dipikirkan oleh individu pemikir terbaik dalam
kelompok tersebut. Pengaruh kerja sama ini merupakan salah satu kelebihan
terpenting dalam bekerja pada sebuah kelompok kecil. Di samping memiliki lebih

Universitas Sumatera Utara


banyak informasi dibandingkan yang dimiliki individu tunggal, kelompok memiliki
lebih banyak pengalaman bersama yang dapat digunakan. (Curtis, Floyd, & Winsor,
1996 : 152)
Dari uraian di atas yang telah dipaparkan serta definisinya, jelaslah bahwa
komunikasi jaringan kelompok pada bisnis M-LM merupakansalah satu bentuk dari
komunikasi kelompok kecil.

2.2. Fungsi dan Karakteristik Komunikasi Berkelompok
2.2.1. Fungsi Komunikasi Kelompok
Secara umum fungsi komunikasi dapat dilihat dari dua sudut yaitu :
1. Dari sudut individu
Fungsi komunikasi ditinjau dari sudut individu untuk memungkinkan
diadakannya hubungan-hubungan sosial dan tambahnya pengetahuan tentang
lingkungan-lingkungan sosial dan alam sehingga individu dalam masyarakat dapat
memenuhi kebutuhannya dan dapat menyesuaikan diri pada lingkungan tersebut.
Dengan demikian individu dapat mempertahankan diri dalam penghidupan.
2. Dari sudut kelompok/masyarakat
Jawabannya adalah sama, yaitu dilihat dari sudut kelompok sebagai suatu
keseluruhan fungsi komunikasi yaitu untuk memungkinkan supaya kelompok yang
bersangkutan dapat mempertahankan diri.

Meskipun demikian, ada empat komunikasi kelompok kecil yang sama,
yaitu :
a. Hubungan sosial

Universitas Sumatera Utara

Kadang-kadang suatu kelompok dibentuk untuk memelihara hubungan sosial,
misalnya : pertemuan keluarg, arisan.
b. Pendidikan
Kelompok ini secara formal maupun tidak formal bertujuan untuk mencapai
pertukaran ilmu pengetahuan. Dengan demikian, maka akan dapat dipenuhi
kebutuhan individu, masyarakat dan kelompok.
c. Persuasi
Mengkehendaki adanya perubahan sikap dan tingkah laku sesuai dengan
kehendak kelompok.
d. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
Ditujukan dengan jelas pada kebutuhan individu, kelompok dan masalah serta
konflik dari yaitu perlu dijawab dan dipecahkan. (Pratikto, 1987:68)

2.2.2. Karakteristik Komunikasi Kelompok

Kelompok dalam suatu kondisi sosial tertentu, akan menimbulkan suatu efek
atas individu dalam peningkatan motivasi. Dengan kata lain kehadiran orang-orang
tertentu dapat menimbulkan kekuatan laten yang tidak mampu ditimbulkan oleh
orang itu sendiri.
Triplett menyebutkan ada lima karakteristik yang menandai keunikan
komunikasi kelompok :
1. Kepribadian kelompok
Kelompok mempunyai kepribadikan kelompok sendiri yang berbeda dengan
kepribadian individu anggota kelompok.

Universitas Sumatera Utara

2. Norma kelompok
Norma kelompok mengidentifikasikan cara-cara anggota kelompok itu
bertingkah laku, serta cara-cara yang menurut pertimbangan kelompok
menetapkan sistem nilai mereka sendiri dan konsep tingkah laku yang normatif.
3. Koneksivitas kelompok
Koneksivitas yaitu kekuatan saling menarik anggota, kekuatan yang menahan
mereka tinggal dalam suatu kelompok.
4. Memenuhi janji tugas
Memenuhi janji mengenai suatu tugas adalah dengan tujuan untuk mencapai
keberhasilan atau kesuksesan serta menghindari kegagalan kelompok.
5. Pergeseran resiko
Keputusan kelompok akan lebih mengandung resiko daripada apabila keputusan
diambil oleh seseorang anggota kelompok. (Pratikto, 1987:68)

2.2.3. Jaringan Komunikasi Dalam Kelompok
Faktor komunikasi merupakan faktor yang penting dalam mempertahankan
kesatuan kelompok dalam usaha untuk mencapai tujuan bersama. Setiap anggota
dalam kelompok jadi sumber komunikasi, seperti misalnya sumber kata-kata, isyaratisyarat, lambang-lambang, yang semuanya mengandung arti.
Komunikasi itu ditujukan kepada sesama anggota kelompok, dengan
demikian apabila kita dapat menggambarkan secara sistematis,, atau membayangkan
secara visual, maka antar hubungan dan interaksi di antara anggota-anggota dalam
kelompok itu seolah-olah merupakan banyak garis-garis penghubung. Ada garis

Universitas Sumatera Utara

penghubung antara A dan B, antara A dan C, antara A dan D, tetapi juga antara B
dan C,B, dan D, demikian pula seterusnya. Perhatikan skema di bawah ini :

A

B

C

D

Dengan demikian, garis-garis penghubung seluruhnya itu akan merupakan
sebuah jaringan (network) daripada komunikasi dalam kelompok. (Pratikto, 1983:
22-24).
Ada lima macam jaringan komunikasi dalam kelompok, yaitu :
Roda

Rantai

Y

Lingkaran

Bintang

(Rakhmat, 1992:162-163)
Berikut penjelasan kelima macam jaringan komunikasi dalam kelompok
tersebut :
-

Pada roda, seseorang – biasanya pemimpin – menjadi fokus perhatian. Ia dapat
berhubungan dengan semua anggota kelompok, tetapi setiap anggota kelompok
hanya bisa berhubungan dengan pemimpinnya.

-

Pada rantai, A dapat berhubungan dengan B, B dengan C, C dengan D, dan
begitu juga sebaliknya.

Universitas Sumatera Utara

-

Pada Y, tiga orang anggota dapat berhubungan dengan orang-orang
disampingnya dengan pola rantai, tetapi ada dua orang yang hanya dapat
berkomunikasi dengan seseorang disampingnya saja.

-

Pada lingkaran, setiap orang hanya dapat berkomunikasi dengan dua orang di
samping kiri dan kanannya. Disini tidak ada pemimpin.

-

Pada bintang, disebut juga semua saluran (all channels), setiap anggota dapat
berkomunikasi dengan semua anggota kelompok yang lain. Yang terakhir ini
disebut juga common, semua saluran terbuka. (Rakhmat, 1992:162-163)

2.3. Kepemimpinan
Leadership asal katanya ialah to lead. Lead berasal dari bahasa Inggris anglo
saxon yang berarti to go (pergi). To lead selanjutnya berarti go guide, to direct in
action atau membimbing, mengarahkan dalam tindakan. Leadership menurut arti
katanya adalah sifat yang dimiliki oleh pimpinan untuk membimbing dan
mengarahkan tindakan orang lain. (Sukma, 1990:82)
Pengertian mengenai kepemimpinan lainnya adalah menurut Ordway Tead
yang mengatakan bahwa kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang
agar mau bekerjasama untuk mencapai beberapa tujuan yang mereka inginkan.
(Sutarto, 1995:12)
Kemudian George R.Terry mendefenisikan : “Leadership is relationshipin
which one person, or the leader, influences other to work together willingly on
related tasks to attain that which the leader desires” (Kepemimpinan itu adalah
hubungan yang adadal diri orang-orang atau pimpinan, mempengaruhi orang-orang

Universitas Sumatera Utara

lain untuk bekerjasama secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai yang
diinginkan pemimpin). (Sutarto, 1995:17)
Dari defenisi di atas dapatlah kita pahami bahwa kepemimpinan itu
merupakan kegiatan penataan berupa kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain
dalam situasi tertentu agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam kegiatan administrasi yang dimaksud dengan orang lain sebagian
besar adalah para bawahan.
Kepemimpinan yang berhasil memerlukan perilaku yang menyatukan dan
merangsang pengikut untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dalam situasi tertentu.
Ketiga unsur ini pemimpin, pengikut dan situasi adalah variabel-variabel yang
mempengaruhi satu sama lain dalam menentukan perilaku kepemimpinan yang
efektif. (Keith & Jhon, 1995:152)
Harold Koontz dan Cyrill O’Donnell dalam buku Principles of Management
menyebutkan pendekatan terhadap kepemimpinan ada 3 (tiga) yaitu :
1. Pendekatan kepemimpinan ditinjau dari kondisi pemimpin yaitu bagaimana
keadaan intelegensi, keseimbangan emosi, keuletan dan tanggung jawab serta
kefasihan berbicara.
2. Pendekatan kepemimpinan ditinjau dari sudut pengikut pemimpin, dimana orangorang yang mengikut pemimpin adalah karena merasakan adanya perhatian,
kewibawaan, dan perlakuan yang baik dari pemimpin.
3. Pendekatan kepemimpinan ditinjau dari sudut lingkungan pemimpin,dimana
pendekatan ini merupakan gabungan dari pendekatan situasional dan pendekatan
pengikut. Jadi dalam hal ini yang dilihat dari pendekatan ini adalah pemimpin

Universitas Sumatera Utara

dan sifat-sifat psikisnya, pengikut dan persoalan-persoalannya, sikapnya dan
kebutuhannya, situasi kelompok dimana pengikutdan pemimpin itu berhubungan
satu sama lain. (Sukarno, 1990:90)

2.5. Gaya Kepemimpinan
Di

dalam

kehidupan

manusia

secara

bersama-sama

membutuhkan

kepemimpinan dimana dimana harus ada pemimpin demi suksesdan efisiensi kerja.
Pemimpin itu mempunyai sifat, kebiasaan, temperamen, watak, dan kepribadian
sendiri yang unik khas, sehingga tingkah laku dan gayanyalah yang membedakan
dirinya dari orang lain. Gaya atau style hidupnya ini pasti akan mewarnai perilaku
dan tipe kepemimpinannya.
Yang dimaksud dengan gaya kepemimpinan adalah merupakan norma
perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba
mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang dia lihat. Dalam hal ini usaha untuk
menselaraskan persepsi di antara orang yang akan mempengaruhi perilaku dengan
orang yang perilakuanya akan dipengaruhi menjadi amat penting kedudukannya.
Atasan yang berhasil sering dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan yang
dianut orang tersebut. Menurut Miftah Thoha, istilah gaya atau style kepemimpinan
dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh pemimpin dari dalam
mempengaruhi para pengikutnya. (Thoha, 1983:292)
Ada sebuah pendekatan yang dapat kita gunakan untuk memahami suksesnya
kepemimpinan, dalam hubungan mana kita memusatkan perhatian pada apa yang
dilakukan oleh pemimpin tersebut dan gaya kepemimpinannya.

Universitas Sumatera Utara

Ralph White dan Ronald Lippit mengemukakan tiga macam gaya
kepemimpinan, yaitu :
1. Gaya otoriter
2. Gaya demokratis
3. Gaya laissez faire
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel di bawah ini perbedaan dari
ketiga gaya kepemimpinan tersebut. (Winardi : 2000, 78-79)

Tabel 1.1.
TIGA MACAM GAYA KEPEMIMPINAN
OTORITER
1. Pemimpin

DEMOKRATIS

biasanya

LAISSEZ-FAIRE

1. Semua “policies” merupabahan

1. Kebebasan/lengkap

untuk

mendikte tugas pekerjaan

kan

pembahasan

keputusan kelompok atau

khusus dan teman sekerja

kelompok dan keputusan

individual dengan minimum

setiap anggota

kelompok yang dirangsang

partisipasi pemimpin.

dan dibantu oleh pemimpin.
2. Teknik-teknik

dan

2. Perspektif aktivitas dicapai

aktivitas

selama diskusi berlangsung.

disediakan oleh pemimpin,

ditentu-kan oleh pejabat

Dilukiskan

yang dengan jelas mengata-

satu

langkah umum ke arah

kan

langkah-langkah

tujuan

apabila ada permintaan. Ia

mendatang senantiasa tidak

apabila diperlukan nasihat

tidak

pasti.

teknis,

pemimpin

bagian

dua

kelompok.

langkah-langkah

persatu,

hingga

langkah-

kelompok

maka

menya-rankan
lebih
alternatif

dan

atau

2. Macam-macam

bahwa

turut
dalam

bahan

keterangan

mengambil
diskusi

prosedur-prosedur
yang

dapat

dipilih.

Universitas Sumatera Utara

3. Pemimpin biasanya mendikte

tugas

pekerjaan

3. Para anggoya bebas untuk

3. Pemimpin tidak berpartisi-

bekerja dengan siapa yang

khusus dan temn sekerja

mereka

kehendaki

setiap anggota.

pembagian tugas terserah

pasi sama sekali.

dan

pada kelompok.
4. “Dominator”
bersikap

cenderung

pribadi

dalam

4. Pemimpin bersifat objektif
dan

kritiknya

spontan

yang

ia

tidak frekuen atas aktivtas-

pujian dan kritik pekerjaan

berusaha

menjadi

aktivitas anggota dan ia

setiap anggot, ia tidak turut

anggota kelompok secara

tidak berusaha sama sekali

serta

mental,

untuk menilai atau mengatur

dalam

partisipasi

kelompok

secara

aktif

kecuali

apabila

ia

untuk

dan

4. Komentar

tanpa

terlampau

banyak melakukan peker-

kejadian-kejadian.

jaan tersebut.

memberikan demonstrasi.

Sumber : Ralph White/Ronald Autocruky and Democracy, and Harper & Row, 1960.

Dari gaya kepemimpinan tersebut di atas, maka dapat diketahui
kepemimpinan yang paling efektif adalah pemimpin yang mampu memilih gaya
kepemimpinannya yang dibutuhkan dalam waktu, situasi dan tempat tertentu.
Seorang pemimpin akan selalu dipengaruhi oleh latar belakang kehidupannya,
pengetahuan, nilai dan pengalamannya. Demikian pula dengan para bawahan
memiliki kekuatan tertentu, maka mereka perlu dipertimbangkan sebelum
pimpinan

memilih

gaya

tertentu.

Oleh

sebab

itu

untuk

memilih

gaya

kepemimpinan terutama harus dipertimbangkan situasi, gaya apa yang paling
disukai oleh organisasi tersebut.
Untuk mengetahui hubungan gaya kepemimpinan dengan situasi yang
menyenangkan, Diedler mengemukakan sebagai berikut :
1. Hubungan pemimpin anggota, hal ini merupakan variabel yang penting di dalam
menentukan situasi yang menyenangkan tersebut.

Universitas Sumatera Utara

2. Derajat dari struktur tugas, ini merupakan masukan yang amat penting dalam
menentukan situasi yang menyenangkan.
3. Posisi kekuasaan pemimpin yang dicapai lewat otorita formal (Thoha, 1993:40).
Selanjutnya perlu diketahui gaya kepemimpinan yang efektif dan gaya
kepemimpinan yang tidak efekti. Empat gaya kepemimpinan yang efektif adalah
sebagai berikut :

1. Eksekutif, gaya ini banyak memberikan perhatian pada tugas-tugas pekerjaan dan
hubungan kerja.
2. Pecinta pengembangan (developer) gaya ini memberikan perhatian yang
maksimum terhadap hubungan kerja, dan perhatian yang minimum terhadap
tugas-tugas pekerjaan.
3. Otokratis yang baik, gaya ini memberikan perhatian yang maksimum terhadap
tugas dan perhatian minimum terhadap hubungan kerja.
4. Birokrat, gaya ini memberikan perhatian yang minimum baik terhadap tugas
maupun terhadap hubungan kerja.
Kemudian ada empat gaya kepemimpinan yang tidak efektif, yaitu :
1. Pencinta kompromi, gaya ini memberikan perhatian yang besar pada tugas dan
hubungan kerja dalam situasi yang menekankan pada kompromi.
2. Missionari, gaya ini memberikan penekanan yang maksimum pada orang-orang
dan hubkerja, teapi memberikan perhatian yang minimum terhadap tugas dengan
perilaku yang tidak sesuai.

Universitas Sumatera Utara

3. Otokrat, gaya ini memberikan perhatian yang maksimum terhadap tugas dan
minimum terhadap hubungan kerja dengan perilaku yang tidak sesuai dari tugas.
(Thoha, 1993:59-60)
Dari uraian di atas dapat diketahui ada empat gaya kepemimpinan yang
efektif dan empat gaya yang tidak, secara garis besarnya ada tiga hal yang mendasari
efektif tidak efektifnya suatu kepemimpinan yaitu hubungan pemimpin dengan tugas
dan hubungan pemimpin dengan bawahan dan situasi.
2.6. Gaya Kepemimpinan Kepala Desa
Setiap pemimpin dapat memilih gaya kepemimpinan yang mana yang paling
disukainya. Namun perlu diketahui bahwa setiap gaya kepemimpinan tersebut ada
kelemahan dan ada kelebihannya. Karena itu tidak dapat dikatakan bahwa gaya
kepemimpinan yang satu lebih baik dari gaya kepemimpinan yang lainnya. Baik
tidaknya gaya kepemimpinan yang diterapkan sangat tergantung kepada situasi dan
kondisi organisasi yang ada.
Karena itulah tingkat derajat masing-masing gaya kepemimpinan tersebut
juga berbeda-beda berdasarkan organisasinya. Pada organisasi yang membutuhkan
kepatuhan mutlak para anggotanya (organisasi militer) maka gaya kepemimpinan
yang tertinggi tingkat derajatnya adalah gaya kepemimpinan otokrasi. Pada
organisasi yang mengharapkan kepatuhan anggota berdasarkan kesadaran (organisasi
sosial) maka gaya kepemimpinan demokratis tertinggi tingkat derajatnya. Pada
organisasi yang mengharapkan kemandirian maksimal para anggotanya (organisasi
koordinatif), maka ga kepemimpinan laissez faire tertinggi tingkat derajatnya.

Universitas Sumatera Utara

Dengan demikian meneliti gaya kepemimpinan yang diterapka harus
mempertimbangkan keadaan tersebut. Seperti pemerintahan desa dimana kepala
desa merupakan pimpinan tertinggi yang dipilih oleh rakyatnya maka tingkat
derajat yang tertinggi nilainya adalah gaa demokratis walaupun dalam memilih
gaya

kepemimpinan

yang

diterapkan,

keadaan

atau

kondisi

juga

perlu

dipertimbangkan.
Hal ini karena kepala desa secara demokratis langsung dipilih oleh penduduk
desa dari calon-calon yang memenuhi syarat sebagai pencerminan dari aspirasi
rakyat secara demokratis. Kepala desa terpilih harus melalui suatu acara pemilihan
dan seorang terpilih menjadi kepala desa apabila mendapatkan dukungan suara
terbanyak yang ditetapkan oleh Badan Perwakilan Desakem disahkan oleh Bupati.
Selanjutnya mengenai istilah kepala desa dapat dalam sebutan lain sesuai dari
sebutan budaya setempat.
Yang dapat dipilih menjadi kepala desa adalah penduduk desa warga negara
Indonesia yang mempunyai persyaratan sebagai berikut :
a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar1945
c. Tidak pernah terlibat langsung dalam kegiatan yang mengkhianati Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945, G30S/PKI dan/atau kegiatan organisasi terlarang
lainnya.
d. Berpendidikan

sekurang-kurangnya

sekolah

lanjutan

pertama

dan

atau

berpengetahuan yang sederajat.
e. Berumur sekurang-kurangnya 25 tahun.
f. Sehat jasmani dan rohani.

Universitas Sumatera Utara

g. Nyata-nyata tidak terganggu jiwa/ingatannya.
h. Berkelakuan baik, jujur dan adil.
i. Tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindakan pidana.
j. Tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan pengadilan yang mempunyai
kekuatan hukum tetap.
k. Mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di desa setempat.
l. Bersedia dicalonkan menjadi kepala desa.
m. Memenuhi syarat-syarat lain yang sesuai dengan adat istiadar yang diatur dalam
Peraturan Daerah.
Tugas dan kewajiban kepala desa adalah :
a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa.
b. Membina perekonomian desa.
c. Membina kehidupan masyarakat desa.
d. Memelihara perselisihan masyarakat di desa.
e. Mendamaikan perselisihan masyarakat di desa.
Untuk mendamaikan perselisihan di desa, maka kepala desa dapat dibantu oleh
Lembaga Adat Desa dan segala perselisihan yang telah didamaiikan oleh kepala
desa yang bersifat mengikat pihak-pihak yang berselisih.
f. Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa
hukumnya. (Berutu, 1999:9)
Sebagai seorang pemimpin dalam suatu masyarakat desa, kepala desa juga
mempunyai gaya tersendiri dalam melaksanakan kepemimpinannya di desa.

2.7. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa

Universitas Sumatera Utara

Jnanabrota Bhattacharyya mengartikan partisipasi sebagai pengambilan
bagian dalam kegiatan bersama. Mubyranto mendefenisikannya sebagai kesediaan
untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai dengan kemampuan setiap orang
tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri. (Ndraha, 1987:102)
Partisipasi dapat berupa partisipasi vertikal dan horizontal masyarakat.
Disebut partisipasi vertikal karena bisa terjadi dalam kondisi tertentu masyarakat
terlibat atau mengambil bagian dalam suatu program, dalam hubungan mana
masyarakat berada pada posisi sebagai bawahan, pengikut atau klien disebut sebagai
partisipasi secara horizontal karena pada suatu saat tidak mustahil masyarakat
mempunyai kemampuan untuk berprakarsa, dimana setiap anggota/kelompok
masyarakat berpartisipasihorizontal satu dengan yang lain, baik dalam bentuk usaha
bersama, maupun dalam rangka mela kegiatan dengan pihak lain. Tentu saja
partisipasi seperti ini merupakan suatu tanda permulaan tumbuhnya masyarakat yang
mampu berkembang secara mandiri.
Mengenai bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dikemukakanoleh WHO
sebagai berikut :
a. Konsultasi (consultation)
b. Sumbangan keuangan oleh masyarakat (A financial contribution by the
community).
c. Proyek-proyek berdikari yang diselenggarakan oleh dermawan(self-help project
by groups of beneficiaries).
d. Proyek-proyek berdikari yang melibatkan seluruh masyarakat (self-help project
involving the whole community).
e. Sumbangan dengan keterampilan khusus (community specialized works)

Universitas Sumatera Utara

f. Aksi massa (mass action)
g. Perjanjian kolektif untuk mengubah tingkah laku(collective commitment
toehaviour change).
h. Pembangunan yang bersifat endogaan (autonomous development)
i. Proyek-proyek otonomi masyarakat (autonomous community projects)
j. Pendekatan untuk memenuhi kebutuhan sendiri (approachto selfsuggiciency).
(Santoso S>, 1986:37)
Dalam hal partisipasi ternyata ada beberapa unsur yang penting yang dapat
menentukan seperti :
1. Komunikasi yang menumbuhkan pengertian yang efektif.
2. Perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku yang diakibatkan oleh pengertian
yang menumbuhkan kesadaran.
3. Kesadaran yang didasarkan oleh perhitungan dan pertimbangan.
4. Enthousiasme yang menumbuhkan spontanitas berupa kesediaan melakukan
sesuatu yang tumbuh dari dalam lubuk hati sendiri tanpa paksaan orang
lain.
5. Adanya rasa tanggungjawab terhadap kepentingan bersama (Santoso S., 1986:
41).
Ruang lingkup partisipasi merupakan aspek yang luas apabila berorientasi
pada pembangunan. Rumusan tentang ruang lingkup partisipasi yang dapat
diselaraskan dengan mekanisme pembangunan desa yaitu :
1. Dalam proses perencanaan.
2. Dalam proses pelaksanaan program.

Universitas Sumatera Utara

3. Dalam proses monitoring dan evaluasi terhadap program. (Prawoto, 2001:
237).
Bentuk atau tahapan-tahapan partisipasi dapat juga dilihat dari uraian sebagai
berikut yaitu :
a. Partisipasi dalam melalui kontak dengan pihak lain (contact change) sebagai
salah satu titik awal perubahan sosial.
b. Partisipasi dalam memperhatikan/menyerap dan memberi tanggapan terhadap
informasi, baik dalam arti menerima (mentaati, memenuhi,melaksanakan),
mengiyakan, menerima dengan syarat, maupundal arti menolaknya.
c. Partisipasi dalam perencanaan pembangunan, termask pengambilan keputusan
(penetapan rencana). Perasaan terlibat dalam perencanaan perlu ditumbuhkan
sedini mungkin di dalam masyarakat. Partisipasi ini disebut juga partisipasi
dalam pengambilan keputusan, termasuk keputusan politik yang menyangkut
nasib mereka, dan partisipasi dalam hal yang bersikap teknis.
d. Partisipasi dalam pelaksanaan operasional pembangunan.
e. Partisipasi

dalam

menerima,

memelihara

dan

mengembangkan

hasil

pembangunan (participation in benefits).
f. Partisipasi dalam menilai pembangunan, yaitu keterlibatan masyarakat dalam
menilai sejauhmana pelaksanaan pembangunan sesuai dengan rencana dan
sejauhmana hasilnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. (Ndraha,
1987:103-104).
Jika dibandingkan dengan tahap-tahap dalam proses kegiatan yang diuraikan
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup partisipasi masyarakat

Universitas Sumatera Utara

mempunyai arti bahwa pembangunan berasal dari, oleh dan untuk masyarakat desa
sendiri.
Dalam usaha untuk menggerakkan masyarakat agar dapat memperbaiki
kondisi dan peningkatan taraf hidup dapat diusahakan dengan cara yaitu :
a. Disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang nyata.
b. Dijadikan stimulasi terhadap masyarakat, yang berfungsi mendorong timbulnya
jawaban (respon) yang dikehendaki.
c. Dijadikan motivasi terhadap masyarakat, yang berfungsi membangkitkan tingkah
laku (behaviour) yang dikehendakisecara berlanjut.
Selanjutnya dengan cara-cara di atas, partisipasi masyarakat dapat digerakkan
melalui :
a. Proyek pembangunan desa yang dirancang secara sederhana dan mudah dikelola
oleh masyarakat.
b. Organisasi dan lembaga kemasyarakatan yang mampu menggerakkan dan
menyalurkan aspirasi masyarakat.
c. Peningkatan peranan masyarakat dalam pembangunan.

2.8. Pembangunan Desa
Sebelum menelaah pembangunan desa, maka terlebih dahulu dikemukakan
pengertian dasar dari pembangunan. Pembangunan itu adalah suatu usaha perubahan
untuk menuju keadaan yang lebih baik berdasarkan kepada norma-norma tertentu.
Perubahan-perubahan yang direncanakan dengan pendayagunaan potensi alam,
manusia dan sosial.

Universitas Sumatera Utara

T.R. Batten mengemukakan bahwa pembangunan itu suatu proses dimana
orangatau masyarakat desa, mulai mendiskusikan dan menentukan keinginan
mereka, kemudian merencanakan dan menggerakkan bersama-sama untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. (Beratha, 19892:67)
Setelah dikemukakan beberapa pengertian dasar dari pembangunan maka
pengertian pembangunan desa adalah pembangunan dari masyarakat pada unit
sistematik dan terarah sebagai bagian penting dalam usaha pembangunan negara
sebagai usaha yang menyeluruh. (Beratha, 1982:72)
Ditinjau dari segi istilahnya sebenarnya pembangunan desa adalah identik
dengan pembangunan masyarakat desa, hal ini dilihat bahwa pembangunan itu
tergantung dari manusia dan struktur sosialnya dalam arti pembangunanpembangunan desa bukan semata-mata apa yang dikonsepsikan oleh pemerintah
saja. Penyertaan pihak lain seperti masyarakat secara kreatif menjadi mungkin dalam
proses pembangunan.
Dari pendapat di atas, dapatlah dikatakan bahwa pembangunan desa
dipandang sebagai aktivitas yang dilaksanakan oleh pemerintah bersama masyarakat
desa dan bertujuan untuk meningkatkan kehidupan dan penghidupan masyarakat ke
arah yang lebih baik.
Tazidhuhu Ndraha mengemuukakan ciri-ciri dari pembangunan desa sebagai
berikut :
1. Adanya partisipasi aktif dari masyarakat desa yang bersangkutan dalam proses
pembangunan. Tanpa partisipasi aktif masyarakat desa yang bersangkutan
pembangunan itu bukanlah pembangunan desa.

Universitas Sumatera Utara

2. Proses pembangunan desa adalah usaha berencana dan diorganisasikan guna
membantu

anggota masyarakat untuk memperoleh sikap, keterampilan dan

pengertian yang diperlukan untuk mampu berpartisipasi aktif.
3. Membangun desa berarti membangun masyarakat.
4. Karena membangun desa juga membangun masyarakat, maka pembangunan
masyarakat berarti membangun swadaya dan mengintensifkan partisipasi
masyarakat. (Ndraha, 1982:71)
Keberhasilan suatu desa dapat dilihat dari :
a. Kondisi kehidupan yang dapat diperbaiki dan ditingkatkan yang berarti :
-

Pemerintah berhasil membangun berbagai fasilitas kehidupan masyarakat di
pedesaan sebagai modal dan sarana penggerak masyarakat desa, meliputi
prasarana produksi, prasarana sosial.

-

Pemerintah berhasil menggerakkan masyarakat dengan berbagai cara dan
sarana sehingga mampu berswadaya dalam pembangunan desa.

b. Masyarakat telah mampu berkembang sendiri dan hidup dalam suasana sejahtera
dengan lingkungannya berkat pemanfaatan sumber daya secara lokal dan
optimal.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Peningkatan Pertisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan (Studi Pada Desa Galang Suka Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang)

18 209 128

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa...

9 93 2

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa

3 35 1

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF KEPALA DESA SRIPENDOWO TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DESA

4 42 91

Analisis Komunikasi Kelompok Pada Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo

0 0 16

Analisis Komunikasi Kelompok Pada Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo

0 0 2

Analisis Komunikasi Kelompok Pada Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo

0 0 7

Analisis Komunikasi Kelompok Pada Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo Chapter III V

0 0 49

Analisis Komunikasi Kelompok Pada Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo

0 0 2

Analisis Komunikasi Kelompok Pada Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo

0 0 5