Perbanyakan Anggrek (Cattleya trianae Lindl & Rchb.fil.) Menggunakan Beberapa Komposisi Media Padat dan Cair Secara In Vitro Chapter III VI

31

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur JaringanUPT. Balai
Benih Induk, MedanJohor, Sumatera Utara, Indonesia. Penelitian ini dimulai pada
bulan September 2016sampai dengan Januari 2017.
Bahan dan Alat Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan eksplan hasil subkultur ke-2
yang berumur 1 bulan dari anggrek C.trianaedengan jumlah daun 4 helaiyang
didapat dari UPT.Balai Benih Induk Johor sebagai bahan perbanyakan.
Komposisi media yang digunakan larutan stok media MS, ½ MS, ¼ MS, VW,
Nitsch & Nitsch, ½ NN sebagai media tumbuh tanaman dengan BAP sebagai zat
pengatur tumbuh (ZPT) yang digunakan. Air kelapa sebagai zat pengatur tumbuh
alami. Bahan penyusun media lainnya, agar, akuades steril, dan bahan lainnya
yang mendukung penelitian ini.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laminar Air Flow
Cabinet (LAFC), shaker, botol kultur, autoklaf, timbangan analitik, rak kultur, hot
plate dengan magnetik stirer, erlenmeyer, gelas ukur, kaca tebal, pipet ukur,
pinset, gunting, scalpel, lampu bunsen, pH meter, oven, aluminium foil, kompor
gas, mikropipet, pipet tetes, dan alat-alat lainnya yang mendukung penelitian ini.

Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan dua faktor perlakuan yaitu :
Faktor I
B1

: Bentuk media dengan 2 taraf
: Media Cair

Universitas Sumatera Utara

32

B2
Faktor II

: Media Padat
: Jenis komposisi media dengan 6 taraf

J1


: MS + BAP 1 ppm +air kelapa150ml/l

J2

: ¾ MS + BAP 1 ppm +air kelapa 150ml/l

J3

: ½ MS+ BAP 1 ppm +air kelapa 150ml/l

J4

: VW+ BAP 1 ppm +air kelapa 150ml/l

J5

: Nitsch & Nitsch + BAP 1 ppm +air kelapa 150ml/l

J6


: ½ Nitsch & Nitsch + BAP 1 ppm +air kelapa 150ml/l

Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan sebagai berikut:
B1J1

B2J1

B1J2

B2J2

B1J3

B2J3

B1J4

B2J4


B1J5

B2J5

B1J6

B2J6

Jumlah perlakuan

: 12

Jumlah ulangan

:5

Jumlah eksplan tiap tabung uji

:3


Jumlah seluruh tabung uji

: 60

Jumlah seluruh eksplan

: 180

Adapun model liner dari sidik ragam penelitian sebagai berikut:
Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + ε ijk
i = 1,2

j = 1,2,3,4,5,6

k = 1,2,3,4,5

Universitas Sumatera Utara

33


Yijk

= Nilai pengamatan unit percobaan pada perlakuan bentuk media ke-i,
perlakuan jenis komposisi media ke-j, dan ulangan ke-k

µ

= Nilai tengah umum

αi

= Pengaruhbentuk media ke-i

βj

= Pengaruh jenis komposisi media ke-j

(αβ)ij

= Nilai tambah pengaruh interaksi bentuk media ke-i dan pengaruh


jenis komposisi ke-j
εijk

= Galat percobaan
Jika perlakuan (bentuk media, jenis komposisi media dan interaksi)

berbeda nyata dalam sidik ragam maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda
Duncan pada α = 5% (Steel dan Torrie, 1995).

Universitas Sumatera Utara

34

PELAKSANAAN PENELITIAN
Sterilisasi Alat-Alat
Sebelum semua alat-alat disterilisasi dan alat-alat kaca digunakan untuk
kultur in vitro maka terlebih dahulu dicuci dan dikeringkan. Kemudian bungkus
tabung dengan plastik tahan panas atau letakkan pada rak tabung, sedangkan
untuk botol biasanya bisa langsung diletakkan pada autoklaf. Disterilkan

tabung/botol dengan autoklaf pada suhu 121oC dengan tekanan 17,5 psi selama 60
menit. Setelah itu sterilkan secara kering tabung/botol di dalam oven pada suhu
150oC selama 1-2 jam.
Pembuatan Media
Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah mediaMurashige
&Skoog(MS), ¾ MS, ½ MS, Vacin & Went, Nitsch & Nitsch dan
Nitsch yang dibuat dalam bentuk padat

½ Nitsch &

maupun cair. Sebelum dilakukan

pembuatan media tersebut, dilakukan pembuatan larutan stok hormon BAP serta
penyediaan air kelapa. Larutan stok hormon BAP dibuat 1mg/l dan 150ml/l air
kelapa. Kemudian larutan stok BAP disterilkan menggunakan autoclaf untuk
meningkatkan sterilitas dari hormon tersebut.
Pengambilan Bahan Tanaman
Bahan tanaman yang digunakan ialah eksplan hasil subkultur ke-2 yang
berumur 1 bulan dari anggrek C. trianaedengan jumlah daun 4 helaiyang didapat
dari dari UPT.Balai Benih Induk Johor sebagai bahan perbanyakanyang berasal

dari kultur embrio.

Universitas Sumatera Utara

35

Sterilisasi Bahan Tanaman di Laboratorium
Sterilisasi di laboratorium ialah dengan eksplan berasal dari biji yang telah
tumbuh menjadi tunas mikro dengan jumlah daun 4 helai dipisahkan dari
rumpunnya sehingga didapat satu tunas pereksplan. Tunas mikro dibersihkan dari
sisa media yang masih melekat.
Persiapan Ruang Tanam
Seluruh permukaan laminar air flow cabinet sebelumnya dibersihkan
terlebih dahulu dengan di lap menggunakan alkohol 70% lalu di sterilkan dengan
sinar Ultra Violet selama 30 menit sebelum proses penanaman dilakukan. Semua
alat dan bahan yang akan dipakai harus disemprot dengan alkohol 70% dan
beberapa alat seperti pinset, gunting, scalpel setelah disemprot lalu dibakar di
dalam ke dalam laminar air flow cabinet selama 1 menit. Hal ini dilakukan untuk
menghindari resiko bahan penelitian terkontaminasi.
Penanaman

Penanaman eksplan dilakukan dalam Laminar Air Flow Cabinet, eksplan
yang digunakan plantlet anggrek C. trianaeberumur tiga bulan. Langkah awal
yang dilakukan dalam proses ini adalah masukkan media, eksplan dan alat- alat ke
dalam Laminar Air Flow Cabinet (LAFC), kemudian dilakukan UV selama 30
menit. Setelah itu UV dimatikan, blower dan lampu dihidupkan, serta lampu
bunsen dinyalakan. Eksplan yang sudah steril langsung ditanam pada media
perlakuan. Selanjutnya diletakan dalam ruang kultur dengan kondisi lingkungan
yang terkendali.Botol kultur diletakkan di shaker dengan kecepatan 125 rpm
dihidupkan dalam 12 jam perhari selama 8 minggupada ruangan yang memiliki
air conditioner dengan suhu 16oC dan cahaya yang cukup.

Universitas Sumatera Utara

36

Pemeliharaan Eksplan
Tabung-botol kultur diletakkan pada shaker di dalam ruang kultur.
Ruangan ini diusahakan bebas dari bakteri dan cendawan, dimana setiap hari
disemprot dengan alkohol 70% atau dan disemprot formalin agar bebas dari
organisme yang menyebabkan terjadi kontaminasi. Dalam penelitian ini suhu

ruangan kultur yang digunakan 20+25°C, paling optimum 16oC dan intensitas
cahaya 2000 lux serta dengan kondisi ruangan memiliki air conditionerdilengkapi
filter hefa yang dibersihkan selama 6 bulan sekali. Apabila mengalami
kontaminasi, segera diambil dari rak kultur agar mencegah kontaminasi ke tabung
lainnya.
Peubah Amatan
Persentase Terbentuknya Tunas (%)
Persentase terbentuknya tunas dihitung pada akhir penelitian (8 MST)
dengan rumus:
Persentase terbentuknya tunas = jumlah tunas yang terbentuk x 100%
jumlah eksplan seluruhnya (per perlakuan)
Jumlah Tunas (tunas)
Dihitung pada akhir penelitian dengan menghitung banyaknya tunas baru
yang terbentuk dari setiap eksplan.
Panjang Tunas (cm)
Panjang tunas diukur pada tunas tertinggi dengan menggunakan kertas
milimeter yang diukur dari tempat munculnya tunas (pangkal) sampai ujung tunas
tertinggi. Pengukuran dilakukan pada akhir penelitian.

Universitas Sumatera Utara

37

Umur Muncal Tunas (hari)
Umur muncul tunas dihitung dari awal penanaman hingga terbentuknya
tunas dalam satuan hari.
Jumlah Daun (helai)
Jumlah daun dihitung dari daun yang terbentuk yang telah terbuka
sempurna pada eksplan yang dilakukan pada akhir percobaan.
Jumlah Akar (buah)
Akar yang dihitung adalah seluruh akar yang terbentuk. Jumlah akar
dihitung pada saat akhir penelitian.
Panjang Akar (cm)
Panjang akar diukur mulai dari pangkal akar sampai ujung akar
menggunakan kertas milimeter.

Universitas Sumatera Utara

38

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Dari hasil analisis data secara statistik diperoleh bahwa perlakuan bentuk
media yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah tunas,
panjang tunas, jumlah daun dan jumlah akar, tetapi tidak memberikan pengaruh
yang nyata terhadap persentase terbentuknya tunas, umur munculnya tunas dan
jumlah akar.
Perlakuan jenis komposisi media yang berbedamemberikan pengaruh yang
nyata pada umur munculnya tunas dan panjang akar, tetapi tidak memberikan
pengaruh yang nyata terhadap persentase terbentuknya tunas, jumlah tunas,
panjang tunas, jumlah daun dan jumlah akar.
Interaksi antara bentuk media dan jenis komposisi mediamemberikan
pengaruh yang nyata terhadappanjang tunas dan panjang akar, tetapi tidak
memberikan pengaruh yang nyata pada persentase terbentuknya tunas, jumlah
tunas, umur munculnya tunas, jumlah daun dan jumlah akar.
Tabel 1. Rekapitulasi peubah amatan sidik ragam pada perbanyakan tanaman
anggrek C. trianae pada bentuk dan jeniskomposisi media (8 minggu
setelah tanam)
Perlakuan
Peubah Amatan
B
J
BxJ
a
Persentase TerbentuknyaTunas (%)
tn
tn
tn
a
Jumlah Tunas (buah)
**
tn
tn
Panjang Tunas (cm) a
**
tn
**
Umur Muncul Tunas (hari)
tn
**
tn
a
Jumlah Daun (helai)
**
tn
tn
a
Jumlah Akar (buah)
**
tn
tn
Panjang Akar (cm) a
tn
**
**
Keterangan: B
= Bentuk media
J
= Jenis komposisi media
BxJ = Interaksi bentuk media dengan jenis komposisi media
**
= Sangat nyata pada taraf 5 %
tn
= Tidak nyata
a= Transformasi data

Universitas Sumatera Utara

39

Tabel 1 menunjukkan bahwabentuk media berpengaruh sangat nyata pada
jumlah tunas, panjang tunas, jumlah daun dan jumlah akar. Eksplan berpengaruh
sangat nyata padaumur muncul tunas dan panjang akar. Sedangkan interaksi
bentuk x jenis berpengaruh sangat nyata pada panjang tunas dan panjang akar.
Interaksi yang nyata menunjukkan adanya perbedaan respon eksplan yang diuji
pada 2 bentuk media dan 6 jenis komposisi media tanam.
Persentase terbentuknya tunas (%)
Hasil pengamatan persentase terbentuknya tunas beserta sidik ragamnya
dapat dilihat pada Lampiran 5.Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa
bentuk media, jenis komposisi media dan interaksi antara keduanya berpengaruh
tidak nyata terhadap pembentukan tunas.
Tabel 2. Pengaruh perlakuan bentuk media dan jenis
persentase terbentuknya tunas.
Jenis (J)
Bentuk (B)
J1
J2
J3
J4
...%...
75,00
100,00
B1
100,00 60,00
B2
100,00 100,00 100,00
100,00
Rataan
100,00 80,00
87,50
100,00
Keterangan:

komposisi media terhadap

J5

J6

Rataan

100,00 100,00 89,17
100,00 100,00 100,00
100,00 100,00 94,58

- Perlakuan B1: Media Cair; B2: Media Padat
- Perlakuan J1: MS + BAP 1 ppm + air kelapa150ml/l; J2: ¾ MS + BAP 1 ppm +
air kelapa 150ml/l; J3: ½ MS+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J4: VW+ BAP 1
ppm + air kelapa 150ml/l; J5: Nitsch & Nitsch+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l;
J6: ½ Nitsch & Nitsch+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l
-Analisis dilakukan berdasarkan transformasi Arcusinus (1/4 n)

Tabel 2menunjukkan bahwa bentuk media, jenis komposisi media serta
interaksi antara keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap persentase
terbentuknya tunas anggrek C.trianae.
Jumlah Tunas (buah)
Hasil pengamatan jumlah tunas beserta sidik ragamnya dapat dilihat pada
Lampiran 6. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa bentuk media tanam

Universitas Sumatera Utara

40

berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas yang dihasilkan. Namun, jenis
komposisi mediaserta interkasi keduanya menunjukkan pengaruh yang tidak nyata
terhadap jumlah tunas.
Rataan jumlah tunas dari perlakuan bentuk media dan jenis komposisi
media dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Pengaruh perlakuan bentuk media dan jenis komposisi media terhadap
jumlah tunas.
Jenis (J)
Rataan
Bentuk (B)
J1
J2
J3
J4
J5
J6
....buah....
B1
2,00
1,20
1,25
1,75
1,00
1,50
1,45b
B2
1,33
2,60
2,40
2,33
2,20
3,00
2,31a
Rataan
1,67
1,90
1,83
2,04
1,60
2,25
1,88
Keterangan: - Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.
- Perlakuan B1: Media Cair; B2: Media Padat
- Perlakuan J1: MS + BAP 1 ppm + air kelapa150ml/l; J2: ¾ MS + BAP 1 ppm +
air kelapa 150ml/l; J3: ½ MS+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J4: VW+ BAP 1
ppm + air kelapa 150ml/l; J5: Nitsch & Nitsch+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l;
J6: ½ Nitsch & Nitsch+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l
-Analisis dilakukan berdasarkan transformasi (x+0,5)½

Tabel 3 menunjukkan bentuk media berpengaruh nyata pada jumlah tunas.
Jumlah tunas rataan terbanyak adalah 2,31 (buah) yaitu pada perlakuan (B2)media
padat. Sedangkan jumlah tunas rataan terendah adalah 1,45 (buah) yaitu pada
perlakuan (B1) media cair.
Penampilan tunas yang berasal ditanam pada (B2) media padat dan (B1)
media cair dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar3.

a. Penampilan tunas yang berasal dari (B2) media padat
b.Penampilan tunas yang berasal dari (B1) media cair

Universitas Sumatera Utara

41

Gambar 3. menunjukkan bahwa eksplan yang ditanam pada (B2) media
padat

dapat membentukjumlah tunasyang lebih banyak dibandingkan dengan

eksplan yang ditanam pada (B1) media cair.
Panjang tunas (cm)
Hasil pengamatan panjang tunas beserta sidik ragamnya dapat dilihat pada
Lampiran 7. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa bentuk media tanam
dan interaksi antara bentuk media dengan jenis komposisi media berpengaruh
nyata terhadap pertambahan panjang tunas. Jenis komposisi media menunjukkan
pengaruh yang tidak nyata terhadap pertambahan panjang tunas.
Rataan panjang tunas dari perlakuan bentuk media dan jenis komposisi
media dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Pengaruh perlakuan bentuk media dan jenis komposisi media terhadap
panjang tunas.
Jenis (J)
Rataan
Bentuk (B)
J1
J2
J3
J4
J5
J6
B1
B2
Rataan

0,85d
0,90cd
0,88

0,48hi
1,00b
0,74

...cm...
0,43i
0,70e
0,62ef 0,50gh
0,52
0,60

0,33i
1,36a
0,85

0,98bc
0,56fg
0,77

0,63
0,82
0,73

Keterangan: - Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.
- Perlakuan B1: Media Cair; B2: Media Padat
- Perlakuan J1: MS + BAP 1 ppm + air kelapa150ml/l; J2: ¾ MS + BAP 1 ppm +
air kelapa 150ml/l; J3: ½ MS+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J4: VW+ BAP 1
ppm + air kelapa 150ml/l; J5: Nitsch & Nitsch+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l;
J6: ½ Nitsch & Nitsch+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l
-Analisis dilakukan berdasarkan transformasi (x+0,5)½

Tabel 4. menunjukkan interaksi antara bentuk media dan jenis komposisi
media berpengaruh nyata terhadap penjang tunas anggrek. Panjang tunastertinggi
adalah 1,36 (cm) pada perlakuan B2J5 yaitu media padat (B2) pada jenis
komposisi media J5 (NN + BAP 1 ppm + air kelapa 150 ml/l), diikuti B2J2 yaitu
media padat (B2) pada jenis komposisi media J2(¾ MS + BAP 1 ppm + air kelapa

Universitas Sumatera Utara

42

150 ml/l), B1J6 yaitu media cair (B1) pada jenis komposisi media J6(½ NN+ BAP
1 ppm + air kelapa 150 ml/l) dengan rataan panjang tunas masing- masing 1,00
(cm) dan 0.98 (cm). Panjang tunas terendah adalah 0,33 (cm) pada perlakuan
B1J5 yaitu bentuk mediapadat (B1) pada media J5(NN +BAP 1 ppm + air kelapa
150 ml/l).Perlakuan B2J5 berbedanyata dengan perlakuan B1J1, B1J2, B1J3,
B1J4, B1J5, B1J6, B2J1, B2J2, B2J3, B2J4 dan B2J6.
Penampilan tunas yang berasal ditanam pada media padat B2J5(NN +
BAP 1 ppm + air kelapa 150 ml/l) dan media cair B1J5(NN + BAP 1 ppm + air
kelapa 150 ml/l) dapat dilihat pada gambar 4.

(a)

(b)

Gambar 4. a. Penampilan tunas yang berasal dari media padat B2J5
(NN + BAP 1ppm + air kelapa 150 ml/l)
b.Penampilan tunas yang berasal dari media cair B1J5
(NN+ BAP 1ppm + air kelapa 150 ml/l)
Gambar 4. menunjukkan bahwa eksplan yang ditanam pada media B2J5
dapat membentuktunasyang lebih tinggi dibandingkan dengan eksplan yang
ditanam pada media B1J5.
Umur Munculnya Tunas (hari)
Hasil pengamatan umur munculnya tunas beserta sidik ragamnya dapat
dilihat pada Lampiran 8. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa jenis
komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap umur munculnya tunas.

Universitas Sumatera Utara

43

Bentuk media dan interkasi antara bentuk media dengan jenis komposisi media
menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap umur munculnya tunas.
Rataan umur munculnya tunas dari perlakuan bentuk media dan jenis
komposisi media dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Pengaruh perlakuan bentuk media dan jenis komposisi
umur munculnya tunas
Jenis (J)
Bentuk (B)
J1
J2
J3
J4
J5
...hari...
B1
13,00
12,33
13,00
13,25 12,33
B2
12,67
11,20
12,40
12,33 12,60
Rataan
12,83a
11,77b 12,70a 12,79a 12,47a

media terhadap

J6
11,25
10,80
11,03c

Rataan
12,53
12,00
12,26

Keterangan: - Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.
- Perlakuan B1: Media Cair; B2: Media Padat
- Perlakuan J1: MS + BAP 1 ppm + air kelapa150ml/l; J2: ¾ MS + BAP 1 ppm +
air kelapa 150ml/l; J3: ½ MS+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J4: VW+ BAP 1
ppm + air kelapa 150ml/l; J5: Nitsch & Nitsch+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l;
J6: ½ Nitsch & Nitsch+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l

Tabel 5. menunjukkan umur munculnya tunastercepat adalah 11,03 (hari)
setelah tanam pada perlakuan J6(½ NN + BAP 1 ppm + air kelapa150ml/l), diikuti
J2 (¾ MS+ BAP 1 ppm + air kelapa150 ml/l) dengan rataan umur 11,77 (hari).
Umur muncul tunas paling lama adalah pada perlakuan J1 (MS+ BAP

1 ppm

+ air kelapa150ml/l) yaitu dengan rataan 12,83(hari) setelah inisisasi.Perlakuan J6
dan J2 berbedanyata dengan perlakuan J1, J3, J4 dan J5 dalam mempercepat
munculnya tunas.
Jumlah Daun (helai)
Hasil pengamatan jumlah daun beserta sidik ragamnya dapat dilihat pada
Lampiran 9. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa bentuk media tanam
berpengaruh nyata terhadap jumlah daun namun jenis komposisi media
berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan jumlah daun. Jenis komposisi
media dan interaksi keduanya menunjukkan pengaruh tidak nyata.

Universitas Sumatera Utara

44

Rataan jumlah daun dari perlakuan bentuk media dan jenis komposisi
media dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Pengaruh perlakuan bentuk media dan jenis komposisi media
terhadap pertambahanjumlah daun.
Jenis (J)
Bentuk (B)
Rataan
J1
J2
J3
J4
J5
J6
...helai...
B1
12,00
10,80
8,00
9,25
8,67
9,00
9,62b
B2
9,33
12,20
10,60
10,67
13,60
13,60
11,67a
Rataan
10,67
11,50
9,30
9,96
11,13
11,30
10,64
Keterangan: - Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.
- Perlakuan B1: Media Cair; B2: Media Padat
- Perlakuan J1: MS + BAP 1 ppm + air kelapa150ml/l; J2: ¾ MS + BAP 1 ppm +
air kelapa 150ml/l; J3: ½ MS+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J4: VW+ BAP 1
ppm + air kelapa 150ml/l; J5: Nitsch & Nitsch+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l;
J6: ½ Nitsch & Nitsch+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l
-Analisis dilakukan berdasarkan transformasi (x+0,5)½

Tabel

6.Menunjukkan

bentuk

media

berpengaruh

nyata

pada

pertambahanjumlah daun. Jumlah daun yang tertinggi dihasilkan pada perlakuan
(B2) bentuk media padat dengan rataan 11,67 helai. Jumlah daun terendah pada
(B1) bentuk media cair dengan rataan 9,62 helai. Perlakuan B1 berbeda nyata
dengan perlakuan B2.
Penampilan tunas yang berasal ditanam pada (B2) media padat dan
(B1)media cair dapat dilihat pada gambar 5.

(a)

(b)

Gambar 5. a. Penampilan tunas yang berasal dari (B2)media padat
b.Penampilan tunas yang berasal dari (B1) media cair

Universitas Sumatera Utara

45

Gambar 5. menunjukkan bahwa eksplan yang ditanam pada (B2) media
padat dapat membentukdaunyang lebih baik dibandingkan dengan eksplan yang
ditanam pada (B1) media cair.
Jumlah Akar (buah)
Hasil pengamatan jumlah akar beserta sidik ragamnya dapat dilihat pada
Lampiran 10. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa bentuk media tanam
berpengaruh nyata terhadap jumlah akar namun jenis komposisi media
berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan jumlah akar. Jenis komposisi
media dan interaksi keduanya menunjukkan pengaruh tidak nyata.
Rataan jumlah akar dari perlakuan bentuk media dan jenis komposisi
media dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Pengaruh perlakuan bentuk media dan jenis komposisi media
terhadap pertambahanjumlah akar.
Jenis (J)
Bentuk (B)
Rataan
J1
J2
J3
J4
J5
J6
...buah...
B1
1,50
3,40
2,75
3,50
2,00
2,75
2,65b
B2
3,33
4,80
5,00
3,00
2,60
3,20
3,66a
Rataan
2,42
4,10
3,88
3,25
2,30
2,98
3,15
Keterangan: - Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.
- Perlakuan B1: Media Cair; B2: Media Padat
- Perlakuan J1: MS + BAP 1 ppm + air kelapa150ml/l; J2: ¾ MS + BAP 1 ppm +
air kelapa 150ml/l; J3: ½ MS+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J4: VW+ BAP 1
ppm + air kelapa 150ml/l; J5: Nitsch & Nitsch+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l;
J6: ½ Nitsch & Nitsch+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l
-Analisis dilakukan berdasarkan transformasi (x+0,5)½

Tabel

7

menunjukkan

bentuk

media

berpengaruh

nyata

pada

pertambahanjumlah akar. Jumlah akar yang tertinggi dihasilkan pada perlakuan
(B2) bentuk media padat dengan rataan 3,66 buah. Jumlah akar terendah pada
(B1) bentuk media cair dengan rataan 2,65 buah. Perlakuan B1 berbeda nyata
dengan perlakuan B2.

Universitas Sumatera Utara

46

Tabel 7 Penampilan akar yang berasal ditanam pada (B2) media padat dan
(B1) media cair dapat dilihat pada gambar 6.

(a)

(b)

Gambar 6. a. Penampilan akar yang berasal dari media padat
b.Penampilan akar yang berasal dari media cair
Gambar 6. menunjukkan bahwa eksplan yang ditanam pada media padat
dapat membentukakaryang lebih banyak dibandingkan dengan eksplan yang
ditanam pada media cair.
Panjang Akar (cm)
Rataan panjang akar dari perlakuan bentuk media dan jenis komposisi
media dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Pengaruh perlakuan bentuk media dan jenis komposisi media terhadap
panjang akar.
Jenis (J)
Bentuk (B)
Rataan
J1
J2
J3
J4
J5
J6
...cm...
B1
0,70ef
0,40j
0,30k
0,58gh 0,83cd
1,15a
0,66
B2
0,73bc
0,9b
0,76de 0,47ij
0,54hi 0,66fg
0,68
Rataan
0,72
0,67
0,53
0,52
0,69
0,91
0,67
Keterangan: - Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.
- Perlakuan B1: Media Cair; B2: Media Padat
- Perlakuan J1: MS + BAP 1 ppm + air kelapa150ml/l; J2: ¾ MS + BAP 1 ppm +
air kelapa 150ml/l; J3: ½ MS+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J4: VW+ BAP 1
ppm + air kelapa 150ml/l; J5: Nitsch & Nitsch+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l;
J6: ½ Nitsch & Nitsch+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l
-Analisis dilakukan berdasarkan transformasi (x+0,5)½

Tabel 8. menunjukkan jenis komposisi media tanam dan interaksi antara
bentuk media dengan jenis komposisi media berpengaruh nyata terhadap

Universitas Sumatera Utara

47

pertambahan panjang akar. Bentuk media menunjukkan pengaruh yang tidak
nyata terhadap pertambahan panjang akar.Hasil pengamatan panjang akar beserta
sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 11.
Panjang akar tertinggi adalah 1,15 (cm) pada perlakuan B1J6 yaitu media
cair (B1) pada jenis komposisi media J6 (½ NN + BAP 1 ppm + air kelapa
150ml/l).Panjang akar terendah adalah 0,30 (cm) pada perlakuan B1J3 yaitu
bentuk cair (B1) pada media J3(½ MS +BAP 1 ppm + air kelapa
150ml/l).Perlakuan B1J6 dan B1J3 berbedanyata dengan perlakuan B1J1, B1J2,
B1J4, B1J5, B2J1, B2J2, B2J3, B2J4, B2J5 dan B2J6.
Penampilan akar yang berasal ditanam pada media cair B1J6 (½ NN +
BAP 1 ppm + air kelapa 150 ml/l) dan media cair B1J3 (½ MS + BAP 1 ppm + air
kelapa 150 ml/l) dapat dilihat pada gambar 6.

(a)

(b)

Gambar 6. a. Penampilan akar
yang berasal dari media cair B1J6
(½ NN + BAP 1 ppm + air kelapa 150 ml/l)
b.Penampilan akar yang berasal dari media cair B1J3
(½ MS+ BAP 1 ppm + air kelapa 150 ml/l)
Gambar 6. menunjukkan bahwa eksplan yang ditanam pada media B1J6
dapat membentukakaryang lebih panjang dibandingkan dengan eksplan yang
ditanam pada media B1J3.

Universitas Sumatera Utara

48

Pembahasan
Pengaruh bentuk media yang berbeda terhadap perbanyakan tanaman
anggrek CattleyatrianaeLindl & Rchb.fil secara in vitro
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, secara statistik diperoleh bahwa
perlakuan bentuk media berpengaruhnyata terhadap pertambahan jumlah tunas,
panjang tunas, jumlah daun dan jumlah akar tanaman anggrek, namun tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase pembentukan tunas, umur
munculnya tunas dan panjang akar.Eksplan yang ditanam pada media padat dapat
menghasilkanjumlah tunas, panjang tunas, jumlah daun serta jumlah akar yang
lebih baik dibandingkan dengan bentuk media cair.
Pada peubah amatan persentase pembentukan tunas yang tertinggi
dihasilkan pada bentuk media B2 (media padat) dengan rataan 100%, sedangkan
persentase tunas terendah dihasilkan pada bentuk media B1 (media cair) dengan
rataan sebesar 89,75%.Penambahan agar pada media dapat mempengaruhi
terbentuknya tunas pada tanaman anggrek Cattleya. Diduga,penggenangan
menyebabkan ketersediaan oksigen kurang baik pada media cair sehingga
menghambat

pembentukan

tunas.

Hal

ini

didukung

oleh

penelitian

Sumaryono et al., (1994)kultur cair telah berhasil dilakukan pada kelapa sawit.
Sistem ini memberikan hasil yang menjanjikan karena dapat memproduksi embrio
somatik dalam skala besar dengan menggunakan bioreaktor. Akan tetapi pada
medium cair, eksplan cenderung mengalami kekurangan oksigen sehingga dapat
menghambat pertumbuhan . Kasi dan Sumaryono, (2008)pada media cair seluruh
permukaan eksplan dapat berhubungan (kontak) langsung dengan media pada saat
media menggenangi eksplan, sehingga penyerapan nutrisi terjadi di seluruh bagian
eksplan, tidak hanya di bagian bawah saja seperti pada medium padat. Tetapi,

Universitas Sumatera Utara

49

dengan perendaman secara terus-menerus, transfer oksigen tidak cukup. Oleh
karena itu, pertumbuhan tunas menjadi terhambat.
Menurut Rahayu (2015), laju difusi O2 dari udara didalam bejana kedalam
jaringan eksplan berlangsung optimal bila eksplan terpapar dalam atmosfer bejana
dan tidak tenggelam. Apabila eksplan tenggelam,O2 diperoleh dari gas yang
terlarut didalam medium kultur. Dibandingkan melalui udara, O2 berdifusi jauh
lebih lambat melalui air. Difusi O2 dari medium cair ke dalam jaringan tumbuhan
terhambat akibat tekanan antar muka air-jaringan. Resistensi untuk difusi
berkurang jika air atau medium diaduk atau dikocok. Oleh karena itu penyerapan
O2 terjadi sangat lambat pada jaringan yang terendam dikedalaman berapapun.
Pada penelitian yang dilakukan Kasi dan Sumaryono, (2008)peningkatan
bobot kalus embriogenik sagu pada medium cair lebih baik dibandingkan dengan
medium padat. Pada kultur kalus embriogenik kelapa sawit juga menunjukkan hal
yang serupa, dimana pertumbuhan kalus pada medium cair lebih baik
dibandingkan pada medium padat (Sumaryono et al., 1994). Pada medium padat,
hanya sebagian dari kalus embriogenik yang bersinggungan dengan permukaan
medium, sementara pada medium cair seluruh kalus embriogenik terpapar pada
medium. Hal ini berpengaruh terhadap penyerapan medium oleh kalus yang
digunakan untuk tumbuh. Pemaparan kalus embriogenik terhadap medium secara
terus-menerus dapat menyebabkan kalus mengalami kekurangan oksigen yang
juga menghalangi pertumbuhan kalus.
Pengaruh jenis komposisi media yang berbeda terhadap perbanyakan
tanaman anggrek Cattleya trianaeLindl & Rchb.filsecara in vitro
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, secara statistik diperoleh bahwa
perlakuan jenis komposisi media berpengaruh nyata terhadap umur munculnya

Universitas Sumatera Utara

50

tunas dan panjang akar, namun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap
persentase pembentukan tunas, jumlah tunas, panjang tunas, jumlah daun dan
jumlah akar. Eksplan yang ditanam pada media menunjukkan pengaruh
pertumbuhan yang berbeda. Eksplan tunas mikro berdaun 4 dari hasil subkulutr
yang ditanam pada semua jenis komposisi media pada hari ke 12 mulai
menunjukkan adanya mucul tunas mikro pada ruas-ruas batang dan pada hari ke
16mucul akar.
Jenis komposisi media terbaik adalah pada perlakuan J6(½ NN + BAP 1
ppm + air kelapa150ml/l) dengan rataan umur mucul tunas tercepat , jumlah daun,
jumlah tunas dan panjang akar tertinggi. Diduga,komposisi unsur hara dari media
Nitsch & Nitsch ½ dari standart sesuai bagi pertumbuhan eksplan anggrek
C.trianaehasil subkultur. Hal ini sesuai dengan hasil penelitianSurpriati, (2010)
pada penelitian multiplikasi tunas penghematan bahan kimia dapat dilakukan
dengan mengurangi konsentrasi garam makro pada media dasar MS sampai 25%
dari standar, sehingga untuk memperoleh jumlah tunas yang sama hanya
diperlukan ¾ MS.

Dengan demikian dari penelitian multiplikasi ini dapat

diperoleh langkah efisiensi dalam penggunaan bahan kimia untuk media dasar MS
dan NN sebagai pemicu multiplikasi tunas.
Pada penelitian de Faria et al.,(2002)media MS yang dimodifikasi dengan
pengurangan setengah komposisi nutrisi makro dari komposisi standart dan
dilengkapi dengan 2 g/l arang aktif dapat meningkatkan bobot basah planlet,
pertambahan panjang akar, menambah jumlah akar dan jumlah tunas pada
tanaman anggrek Cattleya walkerianaBrazil.

Universitas Sumatera Utara

51

Pengaruh interaksi bentuk media dan jenis komposisi media yang berbeda
terhadap perbanyakan tanaman anggrek Cattleya trianaeLindl &
Rchb.filsecara in vitro
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, secara statistik diperoleh bahwa
interaksi bentuk media dan jenis komposisi media berpengaruh nyata terhadap
panjang tunas dan panjang akar.Namun, interaksi antara keduanya tidak
memberikan pengaruh yang nyata pada parameter lainnya. Setiap eksplan
memberikan pengaruh yang berbeda pada tiap parameter perlakuan.
Interaksi bentuk media dan jenis komposisi media terhadap panjang tunas
adalah hasil yang didapatkan untuk melihat respon eksplan tanaman anggrek yang
ditanam pada komposisi media dalam membentuk tunas. Dengan demikian,
interaksi

antara

bentuk

dan

jeniskomposisi

media

berpengaruh

nyata

terhadappertambahan panjang tunas. Dari data yang didapat pada pertambahan
panjangtunas paling tinggi adalah 1,36cmpada perlakuan B2J5media padat (B2)
pada jenis komposisi media J5 (NN + BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l) dan yang
paling rendahterdapat pada perlakuan B1J5 yaitu , media cair (B1) pada jenis
komposisi media J5 (NN + BAP 1 ppm + air kelapa150ml/l) yaitu0,33 cm. Pada
pertambahan jumlah daun tertinggi juga terdapat pada media B2J5 dengan rataan
daun 13,60 helai. Pada pertambahan jumlah tunas tertinggi terdapat pada
perlakuan B2J6 dengan jumlah tunas rataan 3,00 buah. Sedangkan pertambahan
jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan B2J3 yaitu dengan rataan jumlah
akar tertinggi 5,00 buah.
Penambahan agar pada media digunakan eksplan sebagai tempat berdiri
tegak sehingga mempengaruhi perpanjangan tunas pada tanaman anggrek
Cattleya. Penggenangan pada ekspaln juga menyebabkan ketersediaan oksigen

Universitas Sumatera Utara

52

kurang baik pada media cair sehingga menghambat perpanjangan tunas. Selain
itu, jenis komposisi yang terkandung pada media mempengaruhi pertumbuhan
eksplan. Setiap perlakuan yang diberikan mendapatkan respon yang berbeda-beda
dari setiap eksplan pada di setiap parameter pengamatan. Hal ini didukung oleh
penelitian Sumaryono et al., (1994)pada media cair memberikan hasil yang
menjanjikan karena dapat memproduksi embrio somatik pada kelapa sawit dalam
skala besar dengan menggunakan bioreaktor. Akan tetapi pada medium cair,
eksplan cenderung mengalami kekurangan oksigen sehingga dapat menghambat
pertumbuhan. Kasi dan Sumaryono, (2008)pada media cair seluruh permukaan
eksplan dapat berhubungan (kontak) langsung dengan media pada saat media
menggenangi eksplan, sehingga penyerapan nutrisi terjadi di seluruh bagian
eksplan, tidak hanya di bagian bawah saja seperti pada medium padat. Tetapi,
dengan perendaman secara terus-menerus, ketersediaan oksigen tidak cukup. Oleh
karena itu, pertumbuhan tunas menjadi terhambat. Menurut Widiastoety (2003),
senyawa nitrogen yang terkandung dalam media berperan dalam sintesis asamasam amino dan protein secara optimal yang selanjutnya digunakan dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pemanjangan batang terjadi karena
adanya proses pembelahan, pemanjangan dan pembesaran sel-sel baru yang
terjadi pada meristem ujung batang yang mengakibatkan tanaman bertambah
tinggi.

Universitas Sumatera Utara

53

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pertumbuhan tunas anggrek C.trianae pada media padat lebih baik dari
pertumbuhan pada media cair.
2. Pertumbuhan tunas anggrek C.trianae di media J6(½ NN + BAP 1 ppm + air
kelapa 150ml/l) lebih baik dari pada pertumbuhan di perlakuan komposisi
media lainnya.
3. Pertumbuhan tunas anggrek C.trianaeyang terbaik terdapatpada media
NN + BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/ldalam bentuk padat.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan sistem perendaman sesaat
untuk mengoptimalkan penggunaan media cair.

Universitas Sumatera Utara