ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS (IDR USD), PRODUK DOMESTIK BRUTO DAN HARGA EMAS DUNIA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (Studi Pada Indonesia Periode 2008 - 2016) | Husnul | Jurnal Administrasi Bisnis 2183 8771 1 PB

ANALISIS PENGARUH INFLASI, KURS (IDR/USD), PRODUK
DOMESTIK BRUTO DAN HARGA EMAS DUNIA TERHADAP INDEKS
HARGA SAHAM GABUNGAN
(Studi Pada Indonesia Periode 2008 - 2016)
Habib Muhammad Husnul
Raden Rustam Hidayat
Sri Sulasmiyati
Fakultas Ilmu Administrasi
Univеrsitas Brawijaya
Malang
Ha.bib16@yahoo.com

ABSTRACT
Capital market has an essential role for economy sector of a country, the indicator is used to observe the
development of capital market in Indonesia is Indonesia Composite Index, (ICI) which is a combination of all
types of shares that listed on Indonesia Stock Exchange (IDX). ICI movement is influenced by several
macroeconomic factors and commodity prices such as inflation, exchange rate, gross domestic product and
world gold price. Based on the reasons, the purpose of this study is to know the effect of independent variables
in this study, that are inflation (X1), Exchange Rate (IDR/USD) (X2), Gross Domestic Product (X3) and World
Gold Price (X4) Composite Stock Price Index (Y). The type of study used explanatory research with
quantitative approach. Focus of this study are analysis of inflation influence, exchange rate (IDR / USD),

gross domestic product and world gold price on composite stock price index in 2008-2016 period. This study
used all of data from series time in first quarter, 2008 to fourth quarter, 2016 sourced from Indonesia Stock
Exchange, Bank Indonesia, Ministry of Trade and The London Bullion Market Association. The method used
in this research is to use Social Statistics Package 23 program for Ms Windows.
Kеywords : Inflation, Exchange Rate (IDR/USD), Gross Domestic Product, World Gold Price and
Composite Stock Price Index
АBSTRАK
Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara, indikator yang digunakan untuk melihat
perkembangan pasar modal di Indonesia adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang merupakan
gabungan dari seluruh jenis saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pergerakan IHSG dipengaruhi
oleh beberapa faktor ekonomi makro dan harga komoditas yaitu inflasi, kurs, produk domestik bruto dan harga
emas dunia. Berdasarkan alasan tesebut, pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel
bebas pada penelitian ini yaitu Inflasi (X1), Kurs (IDR/USD) (X2), Produk Domestik Bruto (X3) dan Harga
Emas Dunia (X4) terhadap variabel terikat Indeks Harga Saham Gabungan (Y). Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian explanatory research dengan pendekatan kuantitatif. Fokus penelitian ini adalah
Analisis Pengaruh Inflasi, Kurs (IDR/USD), Produk Domestik Bruto dan Harga Emas Dunia terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan pada periode 2008-2016. Data yang digunakan adalah seluruh data time series
triwulan I 2008 – triwulan IV 2016 yang bersumber dari Bursa Efek Indonesia, Bank Indonesia, Kementerian
Perdagangan dan The London Bullion Market Association. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah
Analisis statistik regresi linier berganda dengan menggunakan program Statistic Package for Social Science

23 for Ms Windows.
Kаtа Kunci: Inflasi, Kurs (IDR/USD), Produk Domestik Bruto, Harga Emas Dunia dan Indeks Harga
Saham Gabungan

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

66

PЕNDAHULUAN
Salah satu instrumen yang ada di pasar
modal adalah saham. Saham secara sederhana
dapat didefinisikan sebagai penyertaan atau
kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu
perusahaan (Lubis, 2008:59). Saham sebagai
instrumen yang banyak diminati oleh investor
akan selalu diperhatikan perkembangannya karena
memiliki risiko fluktuasi harga yang lebih tinggi
bila dibandingkan dengan instrumen lain.
Pemahaman tentang mekanisme pergerakan harga

saham dan risikonya merupakan salah satu upaya
untuk meminimasi kerugian. Investor pada
umumnya menggunakan pedoman dalam
berinvestasi dan memantau tren pergerakan harga
saham melalui indeks pasar saham atau yang lebih
dikenal dengan indeks harga saham gabungan
(IHSG).
IHSG merupakan nilai yang digunakan
untuk mengukur kinerja pada seluruh saham
gabungan (emiten) yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia (BEI). IHSG sebagai indikator yang
mencerminkan kinerja perkembangan pasar modal
ketika sedang mengalami peningkatan (bullish) atau
sedang mengalami penurunan (bearish). Anoraga
dan Pakarti (2006:103) menyebutkan bahwa dari
pergerakan indeks harga saham ini dapat digunakan
untuk mengetahui apakah pasar sedang ramai, lesu,
atau dalam keadaan stabil. Pergerakan indeks harga
saham ini menjadi acuan yang penting bagi para
investor untuk menjual, membeli maupun

menahan sahamnya. Pergerakan IHSG yang terus
mengalami kenaikan menandakan perkembangan
pasar modal di Indonesia yang cukup baik.
Naik turunnya harga saham dipengaruhi
oleh perubahan variabel ekonomi makro secara
seketika
(Samsul,
2006:200).
Hal
ini
menyebabkan investor lebih cepat bereaksi
mengkalkulasi dampak positif maupun negatif
dalam mengambil keputusan untuk membeli atau
menjual sahamnya. Kemampuan investor dalam
memahami dan meramalkan kondisi pada masa
yang akan datang sangat berguna dalam
pengambilan keputusan. Investor harus dapat
mempertimbangkan beberapa indikator ekonomi
makro yang dapat membantu membuat keputusan
investasi. Indikator ekonomi makro yang sering

dihubungkan dengan pasar modal adalah inflasi,
kurs, produk domestik bruto dan harga emas
dunia.
Inflasi merupakan salah satu indikator
yang menjadi informasi penting dalam
pengambilan keputusan investasi. Menurut
Yuliadi (2008:74) inflasi dapat diartikan sebagai

kenaikan harga secara umum dan jika terjadi
secara terus menerus akan menyebabkan
penurunan daya beli uang. Inflasi merupakan
pertanda negatif bagi investor di pasar modal
karena inflasi menyebabkan meningkatnya biaya
produksi perusahaan (Tandelilin, 2010:214).
Peningkatan biaya produksi yang lebih tinggi dari
peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh
perusahaan maka profitabilitas perusahaan akan
menurun, sehingga akan berdampak pada
menurunnya deviden dan prospek perusahaan.
Menurunnya prospek perusahaan go public

berdampak pada minat investor untuk berinvestasi
dan menurunnya harga indeks saham.
Faktor kedua yang mempengaruhi IHSG
adalah kurs atau nilai tukar. Naik turunnya nilai
kurs valuta asing menjadi salah satu dampak bagi
keseluruhan dunia usaha, kurs valuta asing
mencerminkan keseimbangan permintaan dan
penawaran mata uang negara terhadap mata uang
asing. Kurs yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika
Serikat (IDR/USD).
Menurut Witjaksono (2010:21), ketika
kurs Rupiah terdepresiasi terhadap Dollar AS,
maka menyebabkan harga barang-barang impor
meningkat.
Perusahaan-perusahaan
yang
menggunakan bahan baku impor, akan mengalami
kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi
pada perusahaan akan berdampak pada turunnya

laba yang didapatkan sehingga minat investor pun
menurun dan hal ini akan mempengaruhi
pergerakan IHSG.
Faktor ketiga yang mempengaruhi IHSG
adalah produk domestik bruto (PDB). PDB
diyakini sebagai indikator ekonomi terbaik dalam
menilai perkembangan ekonomi suatu negara.
Mankiw (2009:18) berpendapat bahwa PDB
merupakan ukuran yang baik untuk menentukan
kesejahteraan ekonomi pada suatu negara.
Meningkatnya nilai PDB pada suatu negara akan
menarik investor untuk berinvestasi. Tingkat
investasi yang semakin tinggi akan meningkatkan
harga saham di pasar modal.
Faktor keempat yang mempengaruhi IHSG adalah
harga emas dunia, karena emas merupakan salah
satu alternatif dalam berinvestasi. Menurut
Chabacib dan Witjaksono (2011:70) salah satu
investasi yang cenderung bebas risiko adalah
emas. Hal ini dikarenakan harga emas tidak

terpengaruh oleh tekanan inflasi. Meningkatnya
harga emas dari tahun ke tahun serta sifatnya yang
cenderung bebas risiko ini diperkirakan dapat
mempengaruhi pergerakan IHSG. Ketika harga
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

67

emas terus naik, investor cenderung akan memilih
emas sebagai investasinya dari pada berinvestasi
di pasar modal, sehingga menyebabkan banyak
investor yang menjual sahamnya yang berakibat
pada turunya harga saham pada IHSG.
Selain faktor fundamental ekonomi,
kondisi stabilitas politik, dan sosial suatu negara
juga berdampak terhadap kinerja pasar modal
tidak terkecuali bursa saham. Hal-hal tersebut
sering diperhatikan oleh investor yang akan
berinvestasi di pasar modal atau bursa saham.

Mengingat pasar modal indonesia dianggap
sedang berkembang dengan baik, sehingga tidak
dipungkiri bahwa investor asing tertarik untuk
menginvestasikan dananya di pasar modal
Indonesia. Tidak dipungkiri meskipun peranan dan
jumlah investor domestik yang semakin
meningkat akan tetapi terdapat kebiasaan dari
investor domestik untuk melakukan strategi
follower pada investor asing atau setidaknya
investor domestik menggunakan perilaku investor
asing sebagai pedoman dalam berinvestasi di pasar
modal (Cahyono, 2000:93).
Tandelilin (2010:211) menyebutkan bahwa
adanya hubungan yang kuat antara saham dan
kondisi fundamental ekonomi makro, dan
menunjukan bahwa perubahan pada harga saham
selalu terjadi sebelum adanya perubahan ekonomi.
Dua alasan yang mendasari perubahan tersebut
pertama, harga saham yang terbentuk merupakan
cerminan ekspektasi investor terhadap earning,

deviden, dan tingkat bunga yang terjadi. Harga
saham yang terbentuk akan merefleksikan
ekspektasi investor terhadap kondisi ekonomi di
masa mendatang, bukan kondisi pada saat ini.
Kedua, kinerja pasar modal akan bereaksi terhadap
perubahan-perubahan fundamental ekonomi
makro seperti perubahan inflasi, kurs, produk
domestik bruto dan harga emas dunia. Faktor
fundamental ekonomi makro secara penelitian
telah terbukti memiliki pengaruh terhadap
keputusan investasi di beberapa negara.
Lebih lanjut Tandelilin (2010:211)
merangkum beberapa faktor ekonomi makro yang
berpengaruh terhadap investasi di suatu negara,
diantaranya pertumbuhan ekonomi, inflasi, tingkat
suku bunga, kurs dan kondisi perekonomian
global. Pengamatan terhadap perubahan indikator
ekonomi makro ini, dipercaya bisa membantu
investor
dalam

pengambilan
keputusan
investasinya di pasar modal. Melihat pergerakan
IHSG yang mengalami fluktuasi selama beberapa
tahun terakhir, didorong oleh kondisi kepemilikan

saham yang didominasi investor asing dan kondisi
mengenai keterkaitan hubungan antara pasar
modal dengan faktor ekonomi makro serta
pendapat para ahli, tentunya secara logika hal
tersebut menunjukkan bahwa pergerakan IHSG
kemungkinan bukanlah merupakan pergerakan
yang semata-mata bersifat spekulatif.
KAJIAN PUSTAKA
Inflasi
Menurut Rahardja dan Manurung
(2011:54) inflasi adalah kenaikan harga barang
yang bersifat umum dan terus-menerus.
Berdasarkan definisi tersebut, terdapat tiga
komponen yang harus dipenuhi agar suatu kondisi
dapat dikatakan telah terjadi inflasi, yaitu kenaikan
harga, bersifat umum dan berlangsung terusmenerus. Kenaikan harga barang pada saat tertentu
dan hanya sementara, belum tentu menyebabkan
inflasi.
Putong (2013:418), menjelaskan ada dua
indikator umum yang digunakan untuk
mengetahui laju inflasi, yaitu :
1. Indeks Harga Konsumen (Consumer Price
Index)
2. Indeks Harga Implisit (PDB Deflator)
Kurs
Menurut
Triyono
(2008:156),
kurs
(exchange rate) adalah pertukaran antara dua mata
uang yang berbeda, yaitu merupakan perbandingan
nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut.
Kewal
(2012:59),
pada
jurnalnya
menyebutkan terdapat empat jenis kurs dalam
transaksi jual beli mata uang asing, yaitu :
1) Kurs Jual (Selling Rate), yaitu kurs yang
ditentukan oleh bank untuk penjualan mata
uang asing pada waktu tertentu.
2) Kurs Tengah (Middle Rate), yaitu kurs tengah
antara kurs jual dan kurs beli mata uang asing
terhadap mata uang nasional, yang ditentukan
oleh bank sentral pada waktu tertentu.
3) Kurs Beli (Buying Rate), yaitu kurs yang
ditentukan oleh bank untuk pembelian mata
uang asing tertentu pada waktu tertentu.
4) Kurs Flat (Flate Rate), yaitu kurs yang berlaku
dalam transaksi jual beli bank notes dan
traveler chaque yang pada kurs tersebut telah
ditentukan promosi dan biaya lain-lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kurs mata
uang asing menurut Putong (2013:369-371), yaitu:

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

68

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Permintaan dan penawaran mata uang asing
Tingkat inflasi
Tingkat suku bunga
Tingkat pendapatan dan produksi
Neraca pembayaran luar negeri
Pengawasan pemerintah
Perkiraan/Spekulasi/Isu/Rumor

Produk Domestik Bruto
Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross
Domestic Product (GDP) diyakini sebagai
indikator ekonomi terbaik dalam menentukan
menilai perkembangan ekonomi suatu negara.
Perhitungan pendapatan nasional ini mempunyai
ukuran makro utama tentang kondisi suatu
negara. Mankiw (2009:18) berpendapat bahwa
indikator tersebut akan dapat tercapai apabila
negara tersebut mampu memproduksi bahan yang
berkualitas dan bernilai jual. Lebih lanjut Mankiw
(2009:21) mendefinisikan PDB sebagai nilai pasar
semua barang-barang dan jasa- jasa yang
diproduksi pada perekonomian suatu negara
selama periode waktu tertentu.
Harga Emas Dunia
Sejak tahun 1968, standar pasar emas
London dijadikan patokan harga emas dunia.
Sistem yang digunakan dikenal dengan The
London Bullion Market Association (LBMA). The
London Bullion Market Association adalah satu
badan induk yang didirikan oleh Bank Inggrism
pada tahun 1987 berbasis di London. The London
Bullion Market Association adalah badan utama
yang mengontrol dan menentukanmstandart harga
emas diseluruh dunia. Proses penentuan harga
dilakukan dua kali dalam satu hari, yaitu pukul
10.30 (Gold A.M) dan pukul 15.00 (Gold P.M).
Mata uang yang digunakan dalam menentukan
harga emas adalah Dollar Amerika Serikat,
Poundsterling Inggris dan Euro. Harga yang
menjadi patokan harga kontrak emas dunia adalah
harga
penutupan
atau
Gold
P.M
(www.lbma.org.uk diakses pada 4 April 2017)
Menurut Suharto (2013:83), ada beberapa
macam pasar emas diantaranya adalah :
1)
2)
3)
4)

Internal Pasar Emas
Black Markets
Pasar Logam Fisik
Pasar Spot

Indeks Harga Saham Gabungan
Peningkatan
aktivitas
perdagangan,
kebutuhan akan memberikan informasi yang
lengkap dan akurat kepada masyarakat juga

semakin meningkat. Salah satu informasi yang
sangat diperlukan masyarakat maupun investor
adalah tentang indeks harga saham. Menurut
Samsul (2006:179) indeks harga saham adalah
harga saham yang dinyatakan dalam angka
indeks. Menurut Sunariyah (2006:142), indeks
harga saham gabungan adalah suatu nilai yang
digunakan untuk mengukur kinerja gabungan
seluruh saham yang tercatat di bursa efek. Indeks
harga saham merupakan cerminan dari pergerakan
harga saham dan salah satu pedoman bagi para
investor yang melakukan transaksi di pasar modal.
Indeks harga saham gabungan merupakan
salah satu indeks yang digunakan di Bursa Efek
Indonesia. Menurut Indonesia Stock Exchange
(2010:4), IHSG diperkenalkan pertama kali pada 1
April 1983 sebagai indikator pergerakan saham di
Bursa
Efek
Indonesia.
IHSG
dalam
perhitungannya menggunakan semua perusahaan
yang tercatat sebagai komponen perhitungan
indeks. Bursa Efek Indonesia mempunyai
wewenang untuk mengeluarkan dan tidak
memasukan satu atau beberapa perusahaan yang
tercatat dari perhitungan IHSG, agar IHSG dapat
menggambarkan keadaan yang wajar.
Sebagai salah satu intrumen ekonomi,
pergerakan saham di bursa efek akan dipengaruhi
oleh sejumlah faktor (Iskandar, 2008:107), yaitu :
1) Perubahan suku bunga tabungan dan deposito,
inflasi, kurs valas, serta beberapa regulasi dan
deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh
pemerintah.
2) Gejolak sosial politik dalam negeri dan
fluktuasi nilai tukar yang berpengaruh
signifikan pada terjadinta pergerakan harga
saham di bursa efek.
3) Berbagai rumor dalam dan luar negeri seperti
kerusuhan masal, hak asasi manusia, serta
lingkungan hidup yang berpengaruh terhadap
perilaku investor.
Hipotеsis
H1 : Terdapat pengaruh simultan yang signifikan
dari Inflasi Indonesia (X1), Kurs IDR / USD
(X2), Produk Domestik Bruto (X3) dan Harga
Emas Dunia (X4) terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan di BEI (Y).
H2 : Terdapat pengaruh parsial yang signifikan
dari Inflasi Indonesia (X1), terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan di BEI (Y).
H3 : Terdapat pengaruh parsial yang signifikan
dari Kurs IDR / USD (X2), terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan di BEI (Y).
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

69

H4 : Terdapat pengaruh parsial yang signifikan
dari Produk Domestik Bruto (X3), terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan di BEI (Y).
H5 : Terdapat pengaruh parsial yang signifikan
dari Harga Emas Dunia (X4), terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan di BEI (Y).
MЕTODE PЕNЕLITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian
eksplanatori (explanatory research). Penelitian ini
menjelaskan hubungan antara dua atau lebih gejala
atau variabel. Penelitian eksplanatori bertujuan
untuk menjelaskan pengaruh perubahan variasi
nilai dalam suatu variabel terhadap perubahan
variasi nilai dalam satu atau lebih variabel lain
(Silalahi, 2012:30).
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Indonesia melalui
website resmi Bank Indonesia (www.bi.go.id),
Kementerian
Perdagangan
(www.kemendag.go.id), The London Bullion
Market Association (www.lbma.org.uk), dan Bursa
Efek Indonesia (www.idx.com). Alasan peneliti
memilih website Bank Indonesia, Kementerian
Perdagangan, The London Bullion Market
Association dan Bursa Efek Indonesia sebagai
lokasi penelitian ini karena website tersebut
merupakan sumber data resmi menyediakan data
lengkap dan akurat sesuai dengan yang dibutuhkan
pada penelitian ini.
Variabel
Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu
variabel independen dan dependen. Variabel
independen dalam penelitian ini yaitu variabel
Inflasi Indonesia (X1), Kurs IDR/USD (X2),
Produk Domestik Bruto (X3) dan Harga Emas
Dunia (X4), sedangkan variabel dependen dalam
penelitian ini yaitu Indeks Harga Saham Gabungan
di BEI (Y).
Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian adalah seluruh data
dari variabel inflasi, kurs IDR/USD, produk
domestik bruto, harga emas dunia dan Indeks
Harga Saham Gabungan. Sementara sampel pada
penelitian ini adalah data dari variabel inflasi, kurs
IDR/USD, produk domestik bruto, harga emas
dunia dan indeks harga saham gabungan periode
tahun 2008 hingga 2016.

Pengumpulan Data
1. Sumber data
Sumber data pada penelitian ini diperoleh
melalui
wabsite resmi
Bank
Indonesia
(www.bi.go.id),
Kementerian
Perdagangan
(www.kemendag.go.id), The London Bullion
Market Association (www.lbma.org.uk), dan Bursa
Efek Indonesia (www.idx.com). Data merupakan
data pada tahun 2008 hingga 2016. Berdasarkan
cara perolehannya, maka jenis data yang digunakan
adalah data sekunder, yaitu data yang di dapat
secara tidak langsung dari objek yang diteliti.
2. Teknik Pengumpulan Data
Sugiyono (2015:193) menyatakan bahwa
teknik pengumpulan data merupakan tahap yang
paling strategis dalam penelitian, karena tujuan
dari dilakukanya penelitian adalah mendapatkan
data. Penelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan yang didasarkan pada pengumpulan
data sekunder atau dengan kata lain menggunakan
metode dokumenter.
Metode dokumenter
merupakan cara dokumentasi yang dilakukan
untuk mengumpulkan data sekunder dari berbagai
sumber, baik secara pribadi maupun kelembagaan
(Sanusi, 2013:114). Metode pengumpulan data
dokumentasi pada penelitian ini dilakukan dengan
mengumpulkan data publikasi dari website Bank
Indonesia, Kementerian Perdagangan, The London
Bullion Market Association, dan Bursa Efek
Indonesia. Data yang digunakan adalah data setiap
triwulan periode 2008 – 2016.
Teknik Analisis Data
1. Analisis Deskritif
Sujarweni dan Endrayanto (2012:23)
menjelaskan bahwa analisis statistik deskriptif
merupakan pengolahan data yang bertujuan untuk
mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap
objek yang diteliti melalui data sampel atau
populasi. Penelitian ini mengukur statistik
deskriptif menggunakan nilai minimum, nilai
maksimum, mean, dan standar deviasi. Nilai
maksimum menunjukkan nilai tertinggi dari
masing-masing variabel dari data, sedangkan nilai
minimum untuk menunjukkan nilai terendah dari
data. Rata-rata (mean) menunjukkan perkiraaan
dari nilai rata-rata data. Standar deviasi
menunjukkan nilai-nilai data semakin dekat
tersebar dari nilai rata-rata. Semakin besar standar
deviasi maka data akan semakin jauh tersebar dari
nilai rata-rata.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

70

2. Analisis Inferensial
Analisis Inferensial adalah analisis statistik
yang digunakan untuk menganalisis data sampel
dan hasilnya diberlakukan untuk populasi
(Sugiyono, 2015:207). Analisis inferensial
didalamnya terdapat uji signifikansi yang berfungsi
untuk menentukan besar taraf signifikansi atas
kesimpulan yang ditarik.
HASIL DAN PЕMBAHASAN
Tabеl 2. Hasil Uji t

Sumbеr : Data Diolah, 2017
Tabеl 2. Hasil Uji F

Sumbеr : Data diolah, 2017
Koеfisiеn Dеtеrminasi (R2)
Tabеl 3. Hasil Koеfisiеn Dеtеrminasi (R2)

Sumbеr: Data diolah, 2017
Hasil Uji Hipotesis I
Perhitungan uji F dan hasil koefisien
determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui
hasil dari pengujian hipotesis I. Berdasarkan hasil
tersebut, diketahui terdapat pengaruh signifikan
variabel Inflasi Indonesia (X1), Kurs IDR/USD
(X2), Produk Domestik Bruto (X3), dan Harga

Emas Dunia (X4) secara simultan terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan di BEI (Y). Hasil uji F
yang menghasilkan nilai probabilitas signifikansi
sebesar 0,000 kurang dari nilai signifikansi yang
digunakan yaitu sebesar 0,05. Hasil koefisien
determinasi (R2) juga menunjukan bahwa Indeks
Harga Saham Gabungan (Y) dipengaruhi oleh
variabel Inflasi Indonesia (X1), Kurs IDR/USD
(X2), Produk Domestik Bruto (X3), dan Harga
Emas Dunia (X4) sebesar 0,861 atau 86,1% yang
artinya ialah variabel Inflasi Indonesia (X1), Kurs
IDR/USD (X2), Produk Domestik Bruto (X3), dan
Harga Emas Dunia (X4) berkontribusi sebesar 86,1
% terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (Y)
sedangkan sisanya sebesar 13,9% dijelaskan oleh
faktor lain yang tidak disebutkan pada penelitian
ini.
Hasil uji F ini mendukung hasil penelitian
terdahulu, diantaranya adalah Gumilang (2014)
dengan hasil penelitian bahwa Nilai Kurs
Rupiah/Dollar AS dan Harga Emas Dunia secara
bersama-sama berpengaruh terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan. Hasil penelitian lain yang
selaras adalah Amin (2012) dan Kewal (2012)
yang menemukan bahwa variabel makro ekonomi
(Inflasi, Kurs, dan Produk Domestik Bruto) secara
simultan atau bersama-sama berpengaruh terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan.
Hasil Uji Hipotesis II
Uji t dilakukan untuk mengetahui hasil pengujian
hipotesis II. Berdasarkan hasil uji t yang telah
dilakukan, maka hipotesis menyatakan bahwa
tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel
Inflasi Indonesia (X1) terhadap variabel Indeks
Harga Saham Gabungan di BEI (Y) secara parsial.
Menurut Tandelilin (2010:342), flukltuasi inflasi
dapat mempengaruhi harga saham. Peningkatan
inflasi yang tinggi dapat mengurangi tingkat
pendapatan riil yang diperoleh investor dari
investasinya. Sebaliknya jika tingkat inflasi suatu
negara mengalami penurunan, maka hal ini akan
menjadi sinyal yang positif bagi investor seiring
dengan turunya risiko daya beli uang dan risiko
penurunan pendapatan riil. Hasil penelitian ini
tidak mendukung penelitian dari Novianto (2011)
dan Amin (2012) yang menyatakan bahwa inflasi
tidak berpengaruh signifikan terhadap indeks
harga saham gabungan. Hal ini berarti ketika
inflasi di Indonesia meningkat maka pergerakan
nilai IHSG juga akan meningkat.
Hasil Uji Hipotesis III
Uji t dilakukan untuk mengetahui hasil
pengujian hipotesis III. Berdasarkan hasil uji t
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

71

yang telah dilakukan, maka hipotesis
menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif
signifikan dari variabel Kurs IDR/USD (X2)
terhadap variabel Indeks Harga Saham
Gabungan di BEI (Y) secara parsial. Menurut
Witjaksono (2010:73), depresiasi Rupiah
terhadap Dollar AS menunjukkan peningkatan
resiko investasi bagi para investor. Hal ini
menyebabkan investor akan melakukan upaya
guna menghindari resiko yang ada dengan
melakukan aksi jual, sehingga mengakibatkan
penurunan nilai IHSG pada Bursa Efek
Indonesia. Hasil penelitian ini mendukung
penelitian sebelumnya yaitu Gumilang (2014),
Sutanto dkk. (2013) dan Amin (2012) yang
menyatakan
bahwa
kurs
(IDR/USD)
berpengaruh negatif signifikan terhadap IHSG.
Hasil Uji Hipotesis IV
Uji t dilakukan untuk mengetahui hasil
pengujian hipotesis IV. Berdasarkan hasil uji t
yang telah dilakukan, maka hipotesis
menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif
signifikan dari variabel Produk Domestik Bruto
(X3) terhadap variabel Indeks Harga Saham
Gabungan di BEI (Y) secara parsial. Menurut
Sangkyun (1997) meningkatnya kinerja
ekonomi yang dicerminkan oleh pertumbuhan
PDB, investor cenderung akan lebih banyak
berinvestasi di pasar modal. Hasil penelitian ini
tidak mendukung penelitian Singarimbun dan
Noveria (2014), dan Kewal (2012) yang
menyatakan bahwa PDB tidak berpengaruh
signifikan terhadap IHSG. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa ketika PDB meningkat
maka nilai IHSG juga akan meningkat yang
disebabkan ketertarikan investor untuk membeli
saham di pasar modal.
Hasil Uji Hipotesis V
Uji t dilakukan untuk mengetahui hasil
pengujian hipotesis V. Berdasarkan hasil uji t yang
telah dilakukan, maka hipotesis menyatakan bahwa
tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel
Harga Emas Dunia (X4) terhadap variabel Indeks
Harga Saham Gabungan di BEI (Y) secara parsial.
Menurut Witjaksono (2010:72), kenaikan harga
emas akan menyebabkan investor mengalihkan
investasinya. Hal ini dikarenakan emas
mempunyai risiko yang lebih rendah dari pada
investasi di pasar modal tetapi dapat memberikan
keuntungan yang baik dengan kenaikan harganya.
Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian
dari Gumilang (2014) yang menyatakan bahwa

harga emas dunia memiliki pengaruh positif
signifikan terhadap pergerakan Indeks Harga
Saham Gabungan.
KЕSIMPULAN DAN SARAN
Kеsimpulan
1. Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi
(Adjusted R Square) variabel Inflasi Indonesia
(X1), Kurs IDR/USD (X2), Produk Domestik
Bruto (X3), dan Harga Emas Dunia (X4)
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di
BEI (Y) mempengaruhi sebesar 0,861. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel Inflasi Indonesia
(X1), Kurs IDR/USD (X2), Produk Domestik
Bruto (X3), dan Harga Emas Dunia (X4)
berpengaruh sebesar 86,1 % terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan di BEI (Y) sedangkan
sisanya 13,9 % dipengaruhi oleh faktor lain
yang tidak dijelaskan pada penelitian ini.
2. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis I
diperoleh nilai F hitung > F tabel = 55,355 > 2,68
dengan nilai signifikan Sig. F < α = 0,000 <
0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh signifikan variabel Inflasi Indonesia
(X1), Kurs IDR/USD (X2), Produk Domestik
Bruto (X3) dan Harga Emas Dunia (X4) secara
simultan terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan di BEI (Y).
3. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis II
diperoleh nilai signifikan Sig. t > α = 0,707 >
0,05. Maka dapat disimpulkan H0 diterima dan
Ha ditolak yang artinya variabel Inflasi
Indonesia (X1) tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel Indeks Harga Saham
Gabungan di BEI (Y)
4. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis III
diperoleh nilai signifikan Sig. t < α = 0,046 <
0,05. Maka dapat disimpulkan H0 ditolak dan
Ha diterima yang artinya variabel Kurs
IDR/USD (X2) berpengaruh negatif signifikan
terhadap variabel Indeks Harga Saham
Gabungan di BEI (Y).
5. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis IV
diperoleh nilai signifikan Sig. t < α = 0,000 <
0,05. Maka dapat disimpulkan H0 ditolak dan
Ha diterima yang artinya variabel Produk
Domestik Bruto (X3) berpengaruh positif
signifikan terhadap variabel Indeks Harga
Saham Gabungan di BEI (Y).
6. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis V
diperoleh nilai signifikan Sig. t > α = 0,717 >
0,05. Maka dapat disimpulkan H0 diterima dan
Ha ditolak yang artinya variabel Harga Emas
Dunia (X4) tidak berpengaruh signifikan
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

72

terhadap variabel Indeks
Gabungan di BEI (Y).

Harga

Saham

Saran
1. Bagi penelitian lebih lanjut, terutama
mengenai indeks harga saham gabungan
(IHSG), disarankan untuk menambahkan
variabel makro ekonomi yang lain. Selain itu,
disarankan pula untuk menambahkan periode
waktu penelitian agar dapat memperoleh hasil
yang lebih mendekati dengan kondisi
sebenarnya.
2. Bagi investor yang hendak melakukan
investasi pada saham-saham pada indeks harga
saham gabungan (IHSG), disarankan untuk
lebih memperhatikan informasi-informasi
sehubungan dengan inflasi, kurs, produk
domestik bruto, dan harga emas dunia sebagai
bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan berinvestasi.
3. Bagi Perusahaan sebaiknya agar lebih
memperhatikan perubahan inflasi, kurs,
produk domestik bruto, dan harga emas dunia
karena faktor-faktor tersebut merupakan
faktor makro ekonomi yang berpengaruh
terhadap IHSG dan dapat berpengaruh vital
terhadap besar-kecilnya beban perusahaan di
kemudian hari.
4. Bagi Pemerintah harus lebih bijaksana dalam
mengendalikan dan mengatur kondisi-kondisi
ekonomi seperti inflasi, kurs, produk domestik
bruto, dan harga emas dunia agar
perekonomian tetap stabil dan baik.
Harapannya memberikan dampak kepada
masyarakat untuk menanamkan modalnya
pada pasar modal di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti. 2006. Pengantar
Pasar Modal. Jakarta : PT. Asdi Maharatya.
Bursa Efek Indonesia. 2010. Buku Panduan Indeks
Harga Saham Gabungan Bursa Efek
Indonesia. Jakarta : Indonesia Stock
Exchange.
Cahyono, Jaka. 2000. 22 Strategi dan Teknik
Meraih Untung di Bursa Saham. Jilid 1.
Jakarta : PT.Elex Media Komputindo.
Lubis, Ade Fatma. 2008. Pasar Modal. Jakarta :
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Mankiw, N. Gregory. 2009. Macroeconomics, 7th
Edition. New York : Worth Publishers.

Putong, Iskandar. 2013. Economics, Pengantar
Ekonomi Mikro dan Makro. Edisi kelima.
Jakarta : Mitra Wacana Media.
Rahardja, Pratama dan Manurung, Mandala. 2011.
Teori Ekonomi Makro. Jakarta : Salemba
Empat.
Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal dan
Manajemen Portofolio. Jakarta :Erlangga.
Sanusi, Anwar. 2011. Metodologi Penelitian
Bisnis. Cetakan Ketiga. Jakarta : Salemba
Silalahi, Ulber. 2012. Metode Penelitian Sosial.
Bandung : Refika Aditama.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta..
Suharto TF. 2013. Harga emas Naik atau Turun
Kita Tetap Untung. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Sujarweni, V dan Poly Endrayanto. 2012.
Statistika untuk Penelitian. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Sunariyah. 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar
Modal. Yogjakarta : UPP STIM YKPN.
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan
Investasi. Yogyakarta : Kanisius.
Publikasi Ilmiah
Amin, Muhammad Zuhdi. 2012. Pengaruh
Tingkat Inflasi, Suku Bunga SBI, Nilai Kurs
Dollar (USD/IDR), dan Indeks Dow Jones
(DJIA) Terhadap Pergerakan Indeks Harga
Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia
(BEI) (Periode 2008-2011). Jurnal FEB UB.
Chabacib, H.M. dan Ardian A, Witjaksono, 2011.
Analisis Pengaruh Fundamental Makro dan
Indeks Harga Global terhadap IHSG.
Karisma, 5 (4): 63 72.
Gumilang, Reshinta Candra. 2014. Pengaruh
Variabel Makro Ekonomi, Harga Emas dan
Harga Minyak Dunia Terhdap Indeks Harga
Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia
Periode (2009-2013). Jurnal FIA UB.
Kabeer, Muhammad Abdul, Amir Iqbal, Rabia
Najaf and Khakan Najaf. 2016. The
Influences of Macro-Economic Factors on
Capital Market Performance in Pakistan.
Journal of Poverty, Investment and
Development 21: 79-85.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

73

Kewal, Surmaya Suci. 2012. Pengaruh Inflasi,
Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB
Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Musi
Palembang.
Kewal, S.S. 2012. Pengaruh inflasi, suku bunga,
kurs, dan pertumbuhan PDB terhadap indeks
harga saham gabungan. Jurnal Economia.
8(1):25-101
Nugroho, Heru. 2008. Analisis Pengaruh Inflasi,
Suku Bunga, Kurs dan Jumlah Uang Beredar
terhadap Indeks LQ45. Tesis. Universitas
Diponegoro.
Novianto. Aditya. 2011. Analisis pengaruh nilai
tukar (kurs) dolar amerika/rupiah (US$/Rp),
tingkat suku bunga sbi, inflasi, dan jumlah
uang Beredar (M2) terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 1999–2010
Universitas Negeri Semarang. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa.3 (4): 5-10.
Sangkyun, Park. 1997. Rationality of Negative
Stock Price Responses to Strong Economics
Activity. Journal Financial Analyst,
Sept/Oct 1997.
Singarimbun, Ceria Minati and Ana Noveria.
2014. The Relationship Among Oil Prices,
Gold Prices, Gross Domestic Product, and
Interest Rate to The Stock Market Return of
Basic Industry and Chemical Sector in
Indonesia in 2005-2013. Journal of Business
and Management. 3 (4): 401-409.

Triyono (2008:156) Triyono. 2008. Analisis
Perubahan Kurs Rupiah Terhadap Dollar
Amerika.
Solo
:
Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Witjaksono, A.A. 2010. Analisis Pengaruh
Tingkat Suku Bunga SBI, Harga Minyak
Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah,
Indeks Nikkei 225, Indeks Dow Jones
terhadap
IHSG.
Tesis.
Universitas
Diponegoro.
Website
Badan Pusat Statistik. 2017. Pendekatan
Perhitungan Produk Domestik Bruto.
Diakses
pada
4
April
2017.
http://www.bps.go.id/Subjek/view/id/11#su
bjek ViewTab2.
Bank Indonesia. 2017. Laporan Inflasi (Indeks
Harga Konsumen). Diakses pada 4 April
2017.
http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/data/
Default.aspx.
Bank Indonesia. 2017. Data kurs. Diakses pada 4
April 2017.
http://www.bi.go. id/id/moneter/kalkulatorkurs/Default.aspx.
Bursa Efek Indonesia. 2017. Data Indeks Harga
Saham Gabungan. Diakses pada 4 April
2017.
http://www.idx.co.id/enus/home/publication
/statistic.aspx.

Sirait dan D.Siagian. 2002. Analisis Keterkaitan
Sektor Riil, Sektor Moneter DAN Sektor
Luar Negri dengan Pasar Modal : Studi
Empiris di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Ekonomi Perusahaan. Vol 9. No 2.

Kementerian Perdagangan. 2017. Profile
Kementerian Perdagangan. Diakses pada 4
April2017.
http://www.kemendag.go.id/id/aboutus/task-and-function.

Sutanto B., W. R. Murhadi dan E. Ernawati. 2013.
Analisis pengaruh ekonomi makro, indeks
dow jones dan indeks nikkei 225 terhadap
indeks harga saham gabungan (IHSG) di
BEI Periode 2007-2011.

The London Bullion Market Association. 2017.
Data Harga Emas Dunia dengan Harga
Penutupan. Diakses pada 4 April 2017.
http://www.lbma.org.uk/ about-us.

Thobarry, Achmad. 2009. Analisis Pengaruh Nilai
Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi dan
Pertumbuhan GDP Terhadap Indeks Harga
Saham Sektor Properti (Kajian Empiris Pada
Bursa Efek Indonesia Periode Pengamatan
Tahun 2000-2008). Tesis. Semarang:
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

74