Komunitas Saksi Yehuwa: Studi Etnografi Mengenai Keberadaan Salah Satu Aliran Kristen Di Kota Medan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Masalah dan Latar Belakang
Keragaman masyarakat dan budaya manusia seharusnya mengarahkan

setiap orang mengakui keberadaan orang lain dan saling mengetahui secara baik
satu sama lain dalam rangka saling berhubungan dan bekerja sama untuk
kemanfaatan yang timbal balik dan untuk kesejahteraan umat manusia. Dalam hal
ini, keragaman memperkaya pengalaman dan perkembangan manusia dan menjadi
pertanda akan ciptaan Tuhan yang sangat indah, bukan sebagai pembawa
pertentangan. Manusia dapat terus mendiskusikan perbedaan-perbedaan mereka
dengan cara yang masuk akal, sementara tetap menyadari kemajemukan mereka.
Salah satu elemen penting dalam kenyataan hidup masyarakat Indonesia
adalah agama. Dalam masyarakat terdapat berbagai macam kegiatan dan
kepentingan bersama yang dapat semakin erat dan padu karena pengaruh agama.
Agama atau yang disebut sebagai sistem religi merupakan salah satu unsur
kebudayaan yang universal 1. Dengan kata lain, agama terdapat dalam semua
masyarakat. Agama bagi kehidupan manusia berfungsi sebagai wadah untuk

mencapai kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
Agama berperan menuntun kehidupan manusia di alam profane 2 dan
trasedental 3. Agama merupakan sebuah perekat sosial yang membentuk kelompok
sosial dan menuntut loyalitas kelompok. Agama telah mengalami perkembangan

1

Koenjaraningrat,”Pengantar Antropologi”.(Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1990). Hal 203.
Profane :pengalaman individual yang dianggap lebih rendah dari pengalaman sakral
3
Trasedental: menonjolkan hal-hal yang bersifat kerohanian
2

Universitas Sumatera Utara

yang hampir seusia dengan peradaban manusia itu sendiri, meskipun dengan
tingkat

perkembangan yang berbeda. Pada tahap awal timbul dalam bentuk


kepercayaan animisme dan dinamisme. Seringkali agama diungkapkan melalui
simbol-simbol kepercayaan, sekaligus melakukan pemujaan terhadap benda-benda
sacral yang terdapat di sekitarnya. Pada tahap akhir manusia memandang agama
dalam konteks yang lebih luas, bukan hanya sekedar hubungan dengan kekuatan
sakral-natural tetapi juga mengatur hubungan antar manusia.
Setelah merdeka

pada 17 Agustus 1945, Indonesia telah menganut

Pancasila sebagai dasar Negara. Dengan demikian Pancasila sudah menjadi
sumber tata tertib negara sehingga negara disebut sebagai Negara Pancasila.
Dipoyudo (1984:35) secara singkat melukiskan Negara Pancasila adalah suatu
negara yang didirikan, dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan untuk
melindungi dan mengembangkan martabat dan hak-hak asasi semua warganya
(kemanusiaan yang adil dan beradab) dan memajukan kesejahteraan umum, yaitu
kesejahteraan lahir dan batin seluruh rakyat, serta mencerdaskan kehidupan
bangsa (keadilan sosial), agar masing-masing dapat hidup layak sebagai manusia
dan mewujudkan kesejahteraan lahir batinnya sebaik mungkin. Di dalam UUD
1945 Pasal 29 ayat 2 dikatakan bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut

agamanya dan kepercayaan itu. Indonesia merupakan negara beragama yang
mengakui adanya enam agama yang disahkan oleh pemerintah secara resmi yaitu:
Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha, dan Konghucu. Keenam
agama tersebut mengakui adanya Tuhan, yang terdapat pada Pancasila di sila

Universitas Sumatera Utara

pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, dan juga UUD 1945 Pada pasal 29 ayat
1 yang bunyinya bahwa negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
Hubungan antar beragama di Indonesia pada umumnya tidak selamanya
kondusif dan stabil kadang terjadi pasang surut karena berbagai faktor. Tapi
secara keseluruhan bila dibandingkan dengan negara lain toleransi beragamanya
jauh lebih baik meskipun ada sebagian orang belum bisa menerimanya. Ini
terbukti baru-baru ini pemerintah kita menerima penghargaan dari luar atau
sebuah organisasi asing dalam bidang penilaian tentang toleransi antar umat
beragama.
Sebagai salah satu agama yang diakui di Indonesia, Agama Kristen juga
mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan peradaban manusia.
Dalam beberapa liiteratur menyebutkan bahwa agama Kristen lahir di Indonesia
melalui kedatangan pedagang Kristen Nestorian dari Timur Tengah sekitar abad

ke-7 di pantai barat Sumatera Utara atau Kota Barus sekarang 4. Di samping itu,
kedatangan Belanda berperan besar dalam perkembangan Kristen di Indonesia,
khususnya memprotestankan penganut agama Katholik yang dibawa pedagang
Portugis di Flores dan Timor Timur (sebelum memerdekakan diri menjadi Timor
Leste) 5. Sama halnya dengan Islam, kelompok kepercayaan yang dikategorikan
sebagai sekte anti Kristen juga mengalami perkembangan dengan munculnya
gerakan-gerakan Kekristenan (sekte) yang menuai pro - kontra. Diantaranya
adalah seperti 6 :

4

Pdt. Dr. Jan S. Aritonang,”Berbagai Aliran di Dalam dan Sekitar Gereja”. (Jakarta : PT. BPK
Gunung Mulia, 2005). Hal 11.
5
Ibid.
6
ucanews.com/.../waspadalah-inilah-sekte-anti- Kristen menggunakan nama ‘Gereja’. (Akses 25
Juli 2013).

Universitas Sumatera Utara


1. Landover Baptist Church (Gereja Baptis Landover), sebuah gereja parodi dari
kaum atheis dan agnostik di Amerika Serikat yang bertujuan untuk
menyinggung umat Kristen Fundamental (Gereja Baptis dan Gereja Injili)
yang mereka anggap tertutup dengan dunia luar. Gereja fiksi yang memiliki
situs resmi ini, dijadikan sarana mengejek dan menjatuhkan nilai-nilai
Kekristenan oleh kaum anti-Kristen. Mayoritas ejekan mereka tidak memiliki
dasar yang kuat.
2. The Church of the Flying Spaghetti Monster (Gereja Pastafarian), sebuah
agama parodi dari kelompok atheis tentang gereja yang melawan adanya teori
penciptaan dari Alkitab, dimaksudkan untuk menyinggung gereja yang teguh
membela asal mula dunia yang diawali dengan Penciptaan oleh Allah, yang
bagi kelompok pastafarian, telah melawan ke’atheis’an mereka. Agama
parodi ini telah diakui sebagai agama resmi di beberapa negara di Eropa
seperti di Swedia, Jerman dan Swiss.
3. Missionary Church of Kopimism (Gereja Kopimisme), adalah kepercayaan
bahwa meng’copy’ dan ‘paste’kan sebuah infomasi adalah hal yang suci.
Kepercayaan ini diakui oleh pemerintah Swedia pada 5 Januari 2012.
4. The Church of SubGenius (Gereja SubGenius), adalah agama parodi yang
telah diikuti ratusan ribu orang. Agama parodi ini digambarkan sebagai

sebuah gereja sangat terbuka dengan nilai-nilai sekuler, budaya pop, agamaagama zaman-baru, teori-teori konspirasi, trend psikologi masa kini serta
teknik-teknik motivasi dan trik-trik dalam bisnis penjualan. Agama parodi ini
memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan sekularisme Amerika

Universitas Sumatera Utara

Serikat dan telah menjadi inspirasi bagi beberapa penulis buku, pelukis dan
penyanyi rock dan pop terkenal.
5. The First Church of the Last Laught (Gereja Pertama dari Tawa Akhir),
adalah gereja jadi-jadian yang dibuat untuk menertawakan Kekristenan
selama perayaan Festival Parade Saint Stupid di San Fransisco, AS.
6. The Church of Aphrodite (Gereja Aprodite), adalah agama paganisme yang
memuliakan cinta di atas segalanya. Agama yang terinspirasi dari sejarah
Yunani kuno yang bercampur dengan ritual Druid, Mesir kuno, kepercayaan
Roma, Santeria, Vodoo, agama pribumi Indian, Hinduisme dan Budhaisme
ini memiliki ritual hidup bebas dengan motto ‘Cinta yang Bebas’.
7. The Church of Scientology (Gereja Scientology), adalah kepercayaan
terhadap pengajaran seorang makhluk luar angkasa bernama Xenu, yang
memperkenalkan dirinya sebaga penguasa luar angkasa yang merupakan
bagian dari ‘Konfederasi Galaktik’. Kepercayaan ini menjadi populer setelah

beberapa bintang film terkenal dan penyanyi terkenal menjadi anggota dari
kepercayaan ini. Salah satunya adalah Tom Cruise.
8. Church of All Worlds (Gereja Seluruh Dunia), adalah kepercayaan
pantheisme akan tuhan yang berasal dari bumi, kepercayaan ini bertujuan
untuk menghormati ayah dan ibu pertiwi (Gaia) yang dihancurkan oleh
manusia. Mereka juga menyembah dewa-dewi dari kepercayaan Yunani
kuno. Salah satu pengaruh mereka dapat terlihat dari Sekolah Penyihir Grey
yang menjadi inspirasi dari Sekolah Penyihir Hogwarts-nya seri Harry Potter.
9. Moorish Orhodox Church (Gereja Orthodox Moorish), sebuah kepercayaan
yang

dibuat

kelompok

Afrika-Asia

asal

Amerika


Serikat

yang

Universitas Sumatera Utara

menggabungkan ritual ibadah mereka dari Budha, Hindu, Freemason,
Gnostik, Islam, Kristen dan Taoisme. Sedang institut penelitian Islam Kristen
mereka disebut Moorish Science Institute.
10. First Arachnid Church (Gereja Arachnid), adalah kepercayaan sekelompok
orang di Amerika terhadap laba-laba. Mereka menganggap laba-laba
memiliki kekuatan yang sama seperti Tuhan, salah satu bentuk kepercayaan
mereka yang diekspos media adalah Spiderman.
11. Iglesia Maradoniana (Gereja Maradona), adalah sebuah perkumpulan
penggemar dari pemain bola kaki terkenal asal Argentina, Diego Armando
Maradona. Mereka mengadakan ritual yang menyembah Maradona dengan
menggunakan ‘Salam Maradona’ serta mengikuti 10 Perintah Utama
Maradonian.
12. The Church of Oprahnism (Gereja Oprah), adalah kepercayaan bagi orangorang yang mengikuti keyakinan baru Oprah Winfrey, seorang pembawa

acara terkenal yang memasukkan nilai-nilai pemikiran dari Zaman Baru dan
memperkenalkan dirinya sebagai orang yang mempunyai kendali yang bebas
terhadap dunia, terlepas dari Tuhan.
13. Church of Satan (Gereja Setan), adalah kepercayaan dan pemujaan terhadap
setan yang dinilai harus dipuji melebihi Tuhan. Kepercayaan yang lahir dari
Amerika Serikat ini menjadi dalang dari ribuan kasus pembunuhan brutal
bayi-bayi dan orang-orang yang menjadi korban ritual berdarah mereka.
14. The Church of Euthanasia (Gereja Euthanasia), adalah sebuah organisasi
politik

yang

mengaku

ingin

memulihkan

kondisi


dunia

dengan

menyeimbangkan antara manusia dan spesies lainnya di bumi yang salah

Universitas Sumatera Utara

satunya dengan mengajak orang lain agar membunuh siapa saja yang
dianggap tidak berguna, termasuk mendukung tindakan aborsi, hukuman
mati, bunuh diri, kanibalisme dan sodomi.
Selain aliran yang dianggap anti kesesatan di atas, terdapat juga beberapa
aliran yang dianggap masih berada dalam koridor kekristenan yang sebenarnya,
seperti:
1. Lutheran
Lutheran merupakan aliran yang hadir sebagai kritikan kepemimpinan paus
pada agama katolik. Adapun inti dari ajaran Lutheran ini adalah keinginan
untuk menikmati suasana persekutuan dan persaudaraan yang hangat, dan
ingin menikmati pengalaman rohani berhubungan langsung dengan Allah.
Aliran ini diperkenalkan oleh Marthin Luther pada tanggal 31 oktober 1517

dan menjadi tanggal yang diperingai oleh gereja-gereja protestan sebagai hari
reformasi. Di indonesia sendiri gereja yang menganut paham Lutheran ini
ialah HKBP, GKPS, GPKB, GKPI, HKI, GKLI, GKPA, dan GKPM 7.
2. Calvinis
Ajaran calvinis yang diperkenalkan oleh Johannes Calvin dan tidak jauh beda
dengan ajaran Lutheran. Namun beberapa perbedaan membuat ajaran ini
tidak sama persis dengan ajaran Lutheran. Beberapa perbedaan tersebut ialah
ajaran Calvins yang disebut teori institutio menekankan pengudusan
dibandingkan teori luther yang dikenal dengan 95 dalil yang menekankan
pembenaran atas kemuliaan Allah. Beberapa gereja penganut calvinis di
indonesia ialah GPM, GMIM, GMIT, GBKP, GKI, GKP, GKJ, GKJW,
7

Pdt. Dr. Jan S. Aritonang, “Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja”, (Jakarta :PT. BPK
gunung Mulia, 2005). Hal 23-39.

Universitas Sumatera Utara

GKPB,GKS, GMIST, GKST, Gereja Toraja, GKSS, GEPSULTRA, GMIH
GKI IRJA 8.
3. Anglican (Episcopal)
Aliran ini adalah aliran yang tidak banyak hadir di Indonesia. Persekutuan
ataupun aliran Anglican ini berada untuk memproklamasikan Injil yang kekal
dengan cara mengatasi perpecahan daam tubuh gereja akibat penafisran yang
berbeda. Di indonesia, aliran ini umumnya hanya bagi imigran asal Inggris
dan hanya terdapat di Surabaya dan di Jakarta 9.
4. Mennoit
Aliran ini diperkenalkan oleh Menno Somins seorang tokoh Anabaptis di
Belanda. Dalam aliran ini, kepercayaan gereja Mennoit terikat secara mutlak
dengan Kitab Suci bukan pada rumusan manusiawi manapun. Di Indonesia,
aliran ini terdapat di Pati dengan gereja GITJ dan PGKMI di Semarang.
5. Metodis
Di Indonesia, aliran methodis dianut di gereja-gereja metodi seperti GMI.
Kehadiran metodis di indonesia sempat mengalami pro-kontra seperti di
daerah tapanuli yang pada awalnya sudah menganut ajaran protestan yang
dibawa RMG dari jerman menolak kehadiran metodis. Namun pada
perkembangan selannjutnya sebagian orang Toba juga bersedia menjadi
warga metodis yang disebut Gereja Methodist Indonesia. Selain itu ada juga
gereja Methodist merdeka Indonesia dan gereja Methodist Wesley10.

8

Ibid, hal 53-80.
Ibid, hal 81-103
10
Ibid, opcit hal145-19.

9

Universitas Sumatera Utara

Selain beberapa aliran di atas, masih banyak lagi aliran-aliran dalam gereja
seperti aliran Baptis, Pentakosta, Karismatik, Injili, Bala Keselamatan, Adventis,
Mormon, Christian Sciences dan Gerakan Zaman Baru 11. Selain beberapa
gerakan Kekristenan yang diwujudkan dalam bentuk gereja tersebut, sebuah
gerakan yang menyatakan berasal dari ratusan etnik dan bahasa, tetapi
dipersatukan karena tujuan yang sama, menghormati Yehuwa, Allah dalam
Alkitab dan Pencipta segala sesuatu dan berusaha sebisa-bisanya untuk
mengikuti Yesus Kristus dan bangga disebut Kristen serta secara rutin membantu
orang-orang untuk belajar Alkitab dan Kerajaan Allah yang bersaksi, atau
berbicara, mengenai Allah Yehuwa dan Kerajaan-Nya,

atau yang dikenal

sebagai Saksi-Saksi Yehuwa juga hadir dengan pro - kontra di kalangan
masyarakat Kristen 12.
Saksi-Saksi Yehuwa mengajarkan bahwa setelah kematian rasul yang
terakhir, Gereja perlahan-lahan menyimpang, dalam suatu Kemurtadan Besar (2
Tesalonika 2:6-12) dari ajaran-ajaran asli Yesus dalam beberapa pokok yang
penting. Jadi kebanyakan doktrin dari Saksi-Saksi Yehuwa berbeda dari
Kekristenan dan dianggap sebagai ajaran sesat oleh kebanyakan pakar Kristen.
Dengan perbedaan-perbedaan doktriner yang paling kontroversial berkaitan
dengan hakikat Allah dan Yesus ini, khususnya penolakan terhadap Tritunggal
yang dianggap berlawanan dengan doktrin Tritunggal. Mereka percaya bahwa
Yesus bukanlah Allah yang mengenakan tubuh manusia, melainkan ia diciptakan

11
12

Ibid hal 125-426.
id.wikipedia.org/wiki/Saksi-Saksi_Yehuwa‎

Universitas Sumatera Utara

oleh Allah. Keyakinan-keyakinan para Saksi Yehuwa tentang neraka, keabadian
jiwa, kehadiran Yesus kembali ke bumi, dan keselamatan juga kontroversial 13.
Pandangan para saksi yehuwa terhadap kepercayaan yang dimilikinya
menganggap bahwa ajarannya yang benar dari kristen lainnya dan berdasarkan
asli dari alkitab. Mereka menganggap bahwa kepercayaannya tidak membedabedakan antara jemaat dengan pendeta bahkan jemaat sendiri dapat menjadi
penatua. Saksi yehuwa juga mengaku sebagai pelajar alkitab yang sangat aktif
dalam menanggapi ayat-ayat yang alkitabiah. Saksi yehuwa juga menanggapi hal
trinititas yang salah dalam konsep kekristenan dan menganggap kesalahan dan
tidak berdasarkan alkitab melainkan hasil pemikiran dari para pemimpin gereja
terdahulu. Para saksi yehuwa memandang ajaran kristen sudah melenceng dari
alkitab dan mengganggap bahwa kebanyakan pemimpin agama tidak meluruskan
ajaran yang benar. Tanggapan tersebut berdasarkan hasil pengamatan dari pihak
saksi yehuwa yang sering melakukan pengabaran injil ke rumah-rumah yang
kebanyakan orang kristen tidak mengenal dan mengamalkan ajarannya.
Penulis tertarik ingin melihat aliran atau gerakan keagamaan Saksi
Yehuwa dalam agama Kristen. Saksi Yehuwa ini juga menghadapi prokontra atas
kehadirannya di tengah-tengah masyarakat Kristen. Di Indonesia sendiri, secara
resmi pengajaran Saksi-Saksi Yehuwa di Indonesia dilarang melalui Surat
Keputusan Jaksa Agung Nomor 129 Tahun 1976, lewat SK itu, Jaksa Agung telah
melarang kegiatan Saksi Yehuwa atau Siswa Alkitab di seluruh wilayah
Indonesia. Sebab, Saksi Yehuwa memuat hal-hal yang bertentangan dengan
ketentuan hukum yang berlaku, seperti menolak salut bendera dan menolak ikut

13

www.jw.org/id/‎ (Akses 25 Juli 2013).

Universitas Sumatera Utara

berpolitik. Pada Februari 1994 ada upaya untuk mencabut SK ini dengan
berlandaskan Pasal 29 UUD 1945, Tap MPR Nomor XVII/1998 tentang HAM,
dan Instruksi Presiden No. 26 Tahun 1998. Pada 1 Juni 2001 SK ini kemudian
dicabut. Walaupun begitu, sebenarnya sejak tanggal 19 Juli 1996, Saksi-Saksi
Yehuwa telah membuka kantor cabang Indonesia berupa gedung yang
dipergunakan sebagai tempat pertemuan dan pusat kegiatan 14. Konsekuensinya
terhadap pencabutan SK ini merupakan babak baru bagi Saksi Yehuwa untuk
memulai ibadah dan pengakuan dari masyarakat serta menyebarkan ajarannya
dengan leluasa tanpa harus ditakuti oleh pemikiran-pemikiran negatif. Hasil dari
penelusuran peneliti bahwa SK baru yang ditetapkan oleh pemerintah tidak ada
hanya SK yang lama masih bergulir sampai sekarang.
Keberadaan aliran ini menjadi hal yang menarik bagi penulis karena pro kontra atas kehadiran aliran ini tidak membuat aliran ini musnah atau hilang dari
Negara Indonesia. Adapun masyarakat yang pro/mendukung terhadap ajaran saksi
yehuwa ini kebanyakan menganggap lebih kepada hak asasi manusianya dimana
mereka berhak untuk beribadah menurut kepercayaan mereka. Bagi orang-orang
yang pro/mendukung terhadap keberadaan saksi yehuwa ini lebih menganggap
bahwa beribadah dengan paham yang berbeda sudah banyak terjadi di seluruh
agama tetapi tidak boleh melakukan kekerasan dalam menghadapinya. Sedangkan
masyarakat yang kontra akan keberadaan saksi yehuwa ini mengatakan bahwa
ajarannya sudah melenceng dari ajaran kristen sesungguhnya dan tidak bisa
dikatakan sebagai kristen sejati. Di kalangan Gereja-gereja sendiri ada anggapan
bahwa ada kelompok tertentu di negeri ini, walaupun mengaku sebagai bagian

14

Ibid

Universitas Sumatera Utara

dari umat Kristen, patut dilarang kehadirannya, sebab beberapa dari kelompok
tersebut memiliki pengajaran yang tidak sesuai dengan Kekristenan. Salah satu
kelompok tersebut yang kini menjadi perhatian adalah Saksi-Saksi Yehova (SSY).
Menanggapi hal itu, pada Kamis (05/01) di Ruang Sidang Persekutuan Gerejagereja di Indonesia (PGI), Salemba 10, Jakarta 10, diadakan Diskusi Awal Tahun
2012. Seperti dirilis pada situs resmi PGI, Acara Diskusi Awal Tahun 2012 ini
dihadiri oleh kalangan akademik dan teolog, ANBTI dan Sinode GKI. Diskusi ini
membahas perkembangan situasi bangsa Indonesia yang menyangkut kebebasan
beribadah, kasus kekerasan yang semakin marak dan mengenai Saksi-Saksi
Yehuwa (SSY) yang bernama resmi Saksi-saksi Yehuwa di Indonesia (SSYI).
Pdt. Prof. Dr. Jan S. Aritonang melalui makalahnya yang berjudul ‘Gereja dan
Kebebasan Beragama di Indonesia’ menuangkan beberapa poin penting terkait
SSY yang disampaikannya kepada forum. Ia mengatakan walaupun konstitusi
negara menjamin hak dan kebebasan setiap orang atau tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan
kepercayaannya serta dalam menjalankan hak dan kebebasannya, warga negara
tersebut wajib tunduk pada pembatasan-pembatasan yang telah ditetapkan
undang-undang termasuk juga SSY. 15
Di Medan, Saksi Yewuha ini juga terdapat di daerah Medan Tuntungan,
tepatnya di Jalan Letjen Jamin Ginting Gang Palas No 2, dan akan menjadi lokasi
penelitian penulis. Dalam kajian mengenai eksistensi Saksi Yehuwa ini, salah satu
acuan yang akan digunakan penulis adalah konsep Koentjaranigrat bahwa dalam

15

http://indonesia.ucanews.com/2012/01/10/imbauan-persekutuan-gereja-gereja-di-indonesiaterhadap-saksi-yehuwa/

Universitas Sumatera Utara

mengkaji sistem religi suatu masyarakat ada dua hal yang menjadi perhatian besar
yaitu 16 :
a. Upacara keagamaan dalam kebudayaan suatu suku bangsa biasanya
merupakan unsur kebudayaan yang tampak paling lahir.
b. Bahan etnografi mengenai upacara keagamaan diperlukan untuk menyusun
teori-teori tentang asal muasa religi.
Mengacu pada konsep tersebut, penulis akan mengkaji bentuk upacara
(kebaktian) yang dilakukan oleh Saksi Yehuwa. Di samping itu, penulis juga akan
mengkaji asal muasal serta perkembangan atau sejarah Saksi Yehuwa lebih khusu
di Indonesia. Mengingat masalah penelitian ini adalah mengenai masalah
eksistensi, penulis juga akan mengacu pada konsep interaksi sosial oleh Soerjono
Soekanto. Konsep terseb menjelaskan bagaimana suatu kelompok masyarakat
melakukan interaksi dan integrasi dalam lingkungan masyarakat luas seperti
melalui 17 :
a) Proses asosiatif yang di dalamnya teradapat proses akomodasi, asimilasi dan
akulturasi.
b) Proses disosiatif yang mencakup persaingan dan atau pertentangan.
Melalui konsep interaksi sosial tersebut, maka penulis akan menjelaskan
bagaimana Saksi Yehuwa dalam melakukan interaksi dengan lingkungan
masyarakat di mana komunitas ini berada. Di samping itu, penulis juga akan
mengkaji bagaimana strategi Saksi Yehuwa dalam mempertahankan eksistensinya
di tengah prokontra kehadiran mereka di lingkungan masyarakat Kristen. Dengan

16

Koentjaraningrat,” Pengantar Antropologi”. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1990). Hal. 375.
Soerjono Soekanto,” Sosiologi, Suatu Pengantar”. ( Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada, 1990).
Hal 70-87.
17

Universitas Sumatera Utara

kedua konsep tersebut, maka penulis berharap dapat menjawab permasalahan
pokok dalam penelitian ini yaitu eksistensi komunitas Saksi Yehuwa di Kota
Medan.

1.2

Tinjauan Pustaka.
Agama – agama besar dunia tidak luput dari perbedaan pendapat yang

menimbulkan perbedaan aliran, mazhab dan sekte. Aliran disebabkan oleh
perbedaan pendapat yang agak pokok dan prinsipil antara penganut agama yang
bersangkutan. Sekte merupakan perpecahan dalam agama Kristen yang
memisahkan diri dari gereja. Biasanya sekte merupakan protes terhadap orientasi
keduniaan gereja asalnya. Karena itu sekte ingin mengembalikan kesakralan dan
peran Tuhan dalam kharismatik beragama. Sekte baru ini pun memilih pemimpin
yang kharismatik dan menghidupkan upacara – upacara ritual yang terabaikan
oleh gerejanya.
Gejala ini berbeda dengan teori Durkheim tentang agama yang
mengatakan bahwa agama berperan untuk mewujudkan dan meningkatkan
solidaritas sosial. Agama rupanya juga melahirkan perpecahan dalam bentuk
aliran, mazhab dan sekte. Perbedaan ini tampaknya karena Durkheim
mendasarkan pendapatnya pada agama – agama masyarakat primitif yang bersifat
tertutup dan dalam lingkup kecil. Sedangkan agama – agama besar dunia punya
sejarah yang panjang, umat yang tersebar luas di berbagai penjuru dunia, dan
pemuka agama yang punya latar belakang pendidikan sejarah, pemikiran dan
sosial yang berbeda. 18

18

Agus, Bustanuddin. SOSIOLOGI AGAMA. (Padang: Andalas University Press). hal. 110 – 112.

Universitas Sumatera Utara

Sebagai agama besar dan punya sejarah panjang, sebenarnya kesempatan
untuk berbeda pendapat ini diperlukan karena tidak mungkin semua suku bangsa
dari berbagai tempat dan waktu akan diatur dengan aturan yang sama sampai
kepada masalah yang sekecil – kecilnya. Kesamaan hanya diperlukan dalam hal –
hal yang pokok dan prinsip dalam ajaran agama. Sedangkan masalah teknis dan
detail patut berbeda antara satu daerah dan masyarakat dengan yang lain. Kalau
tidak ada peluang yang menjadikan ajaran suatu agama fleksibel, dapat berubah
dengan perubahan sosial budaya dalam hal rincian masalah, atau hal – hal yang
sekunder dan teknis, agama itu tidak akan dapat bertahan lama.
Kalau perbedaan pendapat tidak dapat dihindarkan dan bahkan diperlukan,
yang harus dijaga adalah toleransi dalam perbedaan pendapat dan tetap
meningkatkan persaudaraan supaya ajaran agama untuk menanamkan persatuan
dan persaudaraan antar umat penganut satu agama dan bahkan dengan umat
penganut agama lain dapat terwujud. Perbedaan pendapat dan mazhab tidak boleh
dijadikan konflik, dipahami secara emosional dan fanatik. Namun, ajaran ideal ini
sering tidak terealisasir karena penganut mazhab, aliran dan sekte biasa pula
mengklaim bahwa ajaran aliran, mazhab dan sektenyalah satu – satu yang benar
karena sifat fanatik ini memang melekat pada kehidupan beragama. Keyakinan
ini, bagaimanapun harus dibarengi dengan toleransi terhadap penganut lairan dan
mazhab lain.
Sekte adalah gerakan ideologi yang mempunyai sasaran yang eksplisit dan
diikrarkan, mempertahankan dan bahkan menyebarkan ideologi tersebut. Oleh
karena itu, dapat dicatat bahwa orang – orang yang kepentingannya terletak di atas
semua ideologi (sumber dan kredibilitas gagasan mengenai Tuhan, dan

Universitas Sumatera Utara

pembenaran kelakuan atas namanya) mempunyai kepentingan yang absah atas
namanya. Tetapi perbedaan sosiologis tidak semata – mata didasarkan pada
perbedaan keyakinan dan praktek teologi, dan tentu saja bukan odium theologicum
yang mencoba memberi ciri kepada sekte sebagai ekstremis.
Menurut (Koenjaraningrat 1986:248) migrasi menyebabkan paham-paham
kelompok manusia dan kebudayaan yang berbeda-beda, akibatnya individu dalam
kelompok dihubungkan dengan unsur kebudayaan lain.

Komunitas adalah suatu kesatuan hidup manusia yang menempati suatu
wilayah yang nyata dan berinteraksi secara kontinu sesuai dengan suatu sistem
adat istiadat dan terikat oleh suatu rasa identitas. Berdasarkan yang tertulis di
Wikipedia, komunitas adalah: ”sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme
yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama.
Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki
maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah
kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa Latin communitas yang
berarti "kesamaan", kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti
"sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak". Sedangkan Kelompok adalah
merupakan bagian dari kehidupan manusia. Tiap hari manusia akan terlibat dalam
aktivitas kelompok. Demikianlah pula kelompok adalah merupakan bagian dari
kehidupan organisasi. Dalam organisasi akan banyak dijumpai kelompokkelompok ini. Hampir pada umumnya manusia yang menjadi anggota dari suatu
organisasi besar atau kecil adalah sangat kuat kecenderungannya untuk mencari
keakraban dalam kelompok-kelompok tertentu. Dimulai dari adanya kesamaan

Universitas Sumatera Utara

tugas pekerjaan yang dilakukan,kedekatan tempat kerja, seringnya berjumpa, dan
barang kali adanya kesamaan kesenangan bersama maka timbullah kedekatan satu
sama lain. Mulailah mereka berkelompok dalam organisasi tertentu. Adapun
bentuk-bentuk kelompok yaitu:
-Kelompok Primer (Primary Group)
Orang yang pertama kali meumuskan dan menganalisis suatu kelompak primer
ini adalah Charles H. Cooley, Didalam bukunya Organisasi-Organisasi sosial
(Social Ordirizerganizations), yang diterbitkan untuk pertama kalinya tahun 1909,
Dia menulis sebagai berikut: By Primari Group I mean those characterized by
intimate, face to face association and cooperation. They are primary in several
senses, but chiefly in that they are fundamental in forming the social nature and
ideals of the individual. Yang artinya dengan kelompak-kelompok primer itu
adalah kelompok yang disifati dengan adanya keakraban, kerjasama dan
hubungan tatap muka. Mereka utama dalam beberapa pengertian, tetapi pada
pokoknya, mereka merupakan dasar dalam pembentukan sifat sosial dan cita-cita
individu. Suatu kelompok primer haruslah mempunyai suatu perasaan keakraban,
kebersamaan, loyalitas, dan memmpunyai tanggapan yang sama atas nilai-nilai
dari para anggotanya. Dengan demikian, semua kelompok primer adalah
kelompok yang kecil ukurannya, tetapi tidak semua kelompok kecil adalah
primer. Contah kelompok primer adalah keluarga, dan kelompok kolega (peer
group).
-Kelompok Formal dan Informal
Kelompok formal adalah suatu kelompok yang sengaja dibentuk untuk
melaksanakan suatu tugas tertentu. Anggota-anggotanya biasanya dianggkat oleh

Universitas Sumatera Utara

organisasi, tetapi tidak harus sedemikian pada setiap kasus. Sejumlah orang yang
ditetapkan untuk melaksnakan suatu tugas tertentu merupakan bentuk kelompok
formal ini. Dan contoh kelompok formal ini diantaranya komite atau panitia, unitunit kerja tertentu seperti bagian laboratorium riset dan pengembangan, tim
manajer, kelompok tukang pembersih dan lain sebagainya. Adapun kelompok
informal adalah suatu kelompok yang tumbuh dari proses interaksi, daya tarik,
dan kebutuhan-kebutuhan seseorang. Anggota kelompok tidak diatur dan
diangkat, keanggotaan ditentukan oleh daya tarik bersama dari individu dan
kelompok. Kelompok informal sering timbul berkembang dalam kelompok
formal, karena adanya beberapa anggota yang secara tertentu mempunyai nilainilai yang sama yang perlu ditularkan (shared) sesama anggota lainnya.
-Kelompok Terbuka dan Tertutup
Cara lain untuk menggolongkan kelompok ialah dengan membedakannya antara
kelompok tertutup dan terbuka. Kelompok terbuka adalah suatu kelompok yang
secara ajek mempunyai rasa tanggap akan perubahan dan pembaharuan.
Sedangkan kelompok tertutup adalah kecil kemungkinannya menerima perubahan
dan pembaharuan, atau mempunyai kecenderungan tetap menjaga kestabilan.
Sekelompok manasusia termasuk yang tergabung dalam suatu komunitas,
yang melakukan suatu kegiatan secara bersama dapat diartikan sebagai suatu
bentuk kolektivisme (kebersamaan). Perilaku sekelompok manusia yang
dilakukan secara bersama ini pula dapat diistilahkan sebagai perilaku kolekti. Neil
Smelser dalam Suryanto (2008:2) mengidentifikasi beberapa kondisi yang
memungkinkan munculnya perilaku kolektif.

Universitas Sumatera Utara

Kata dasar eksistensi (existency) adalah exist yang berasal dari bahasa
Latin ex yang berarti keluar dan sistere yang berarti berdiri. Jadi, eksistensi adalah
berdiri dengan keluar dari diri sendiri. Artinya dengan keluar dari dirinya sendiri,
manusia sadar tentang dirinya sendiri; ia berdiri sebagai aku atau pribadi. Pikiran
semacam ini dalam bahasa Jerman disebut dasein (da artinya di sana, sein artinya
berada). 19
Masalah eksistensi komunitas sekte 20 agama di Indonesia bukan lah hal
yang baru kita dengar. Masalah ini juga pernah terjadi dalam beberapa gerakan
atau sekte agama selain sekte dalam agama Kristen. Misalnya adalah masalah
munculnya Gerakan Muhammadiyah dan Ahmadiyah dalam agama Islam. Selain
itu masalah eksistensi komunitas ini juga pernah terjadi dalam munculnya agama
Konghucu.
Masalah Ahmadiyah misalnya, Penerbitan SKB Ahmadiyah ternyata
belum dirasa cukup untuk mempertegas keberadaan Ahmadiyah di Indonesia.
Ahmadiyyah adalah sebuah gerakan keagamaan Islam yang didirikan oleh Mirza
Ghulam Ahmad (1835-1908) pada tahun 1889, di sebuah kota kecil yang bernama
Qadian di negara bagian Punjab, India. Mirza Ghulam Ahmad mengaku sebagai
Mujaddid, al Masih dan al Mahdi 21. Menurut sudut pandang umum umat Islam,
ajaran Ahmadiyah (Qadian) dianggap melenceng karena mengakui Mirza Ghulam
Ahmad sebagai nabi (Isa al Masih dan Imam Mahdi). Hal ini bertentangan dengan
pandangan umum Islam yang mempercayai Nabi Muhammad SAW sebagai nabi

19

http://harkaman01.wordpress.com/2013/01/11/aliran-aliran-filsafat-idealisme-materialismeeksistensialisme-monisme-dualisme-dan-pluralisme/
20
Dalam sosiologi agama, sekte umumnya adalah sebuah kelompok keagamaan atau politik yang
memisahkan diri dari kelompok yang lebih besar, biasanya karena pertikaian tentang masalahmasalah doktriner.
21
id.wikipedia.org/wiki/Ahmadiyyah. (Akses 25 Juli 2013)

Universitas Sumatera Utara

terakhir, walaupun juga mempercayai kedatangan Isa al Masih dan Imam Mahdi
setelah masa Beliau (Isa al Masih dan Imam Mahdi akan menjadi umat Nabi
Muhammad SAW) 22. Dengan demikian disebutkan pula bahwa Ahmadiah dan
Islam tidak ada hubungan apapun. Bahkan Ahmadiah disebut hanya menipu
manusia dan bersembunyi di balik nama Islam demi suatu kepentingan semata 23.
Perbedaan tersebut membuat gerakan ini dianggap sebagai gerakan sesat
oleh MUI. semenjak tahun 1980 tentang "sesatnya Jema’at Ahmadiyah Qadiyah
yang berada di luar Islam", lalu ditegaskan kembali pada fatwa MUI yang
dikeluarkan tahun 2005 bahwa "Aliran Ahmadiyah, baik Qodiyani ataupun
Lahore, sebagai keluar dari Islam, sesat dan menyesatkan" 24. Di samping itu,
ketidaktegasan pemerintah dituding sebagai pemicu terjadinya tindak kekerasan
pada pengikut Ahmadiyah yang terjadi di beberapa daerah Indonesia, dan insiden
Monas beberapa tahun lalu merupakan puncak klimaksnya. Ketika pembelaan
terhadap Ahmadiyah menggunakan tameng hak azasi manusia (HAM) yang
konvenannya telah dirativikasi Indonesia, pihak kontra Ahmadiyah membantah
kasus ini sebagai kasus yang tidak ada hubungannya dengan HAM, melainkan
masalah penodaan agama 25.
Masalah eksistensi komunitas ini juga pernah dialami oleh Gerakan
Muhammadiyah. Gerakan Muhammadiah yang lahir dengan penafsiran yang
berbeda dengan Islam yang kita kenal dalam menghadapi awal dan akhir
Ramadan. Kehadiraan Gerakan Muhammadiyah ini juga dihadapkan pada

22

Ihsan Ilahi Dzahir,”Ahmadiah Qodianiyah sebuah kajian analitis”. (Jakarta: Balai Penelitian dan
Pengembangan Agama, 2008). Hal xii.

23

Ibid hal 25.
Ibid opcit.
25
ekomarhaendy.wordpress.com/.../kontroversi-ahmadiyyah. (Akses 25 Juli 2013)

24

Universitas Sumatera Utara

prokontra di kalangan muslim. MUI memang telah melakukan upaya ke arah
penyatuan melalui berbagai fatwa. Namun hal itu dianggap belum menjembatani
kesenjangan antara pengguna teori wujud al-hilal mutlak di satu sisi dan pengguna
teori ru'yah mutlak di sisi lain yang senantiasa menuntut istikmal manakala hilal
tidak bisa dilihat meskipun sebenarnya sudah sangat tinggi 26. Namun seiring
dengan perkembangan Muhammadiyah, di Indonesia gerakan ini justru bisa
diterima oleh masyarakat Muslim. Hal ini terbukti dari telah adanya pemahaman
yangsama oleh Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama (NU) bahwa Islam tidak
dimonopoli oleh kelompok manapun. Setiap orang berhak menafsirkannya selama
didasari semangat untuk mencari kebenaran 27.

Saksi Yehuwa (Jehovah Witnesses) adalah aliran agama yang sering
secara terbuka mengaku sebagai “Siswa – Siswa Alkitab” namun juga sering
mengaku

sebagai

Kristen

(namun

ajarannya

bersifat

antitesa

terhadap

kekristenan). Saksi Yehuwa cenderung berpraktek melalui kunjungan dari rumah
ke rumah, dan sekalipun Saksi Yehuwa menyiarkan keyakinan mereka juga pada
penganut agama lain, misi mereka memang diutamakan mendatangi umat Kristen
yang sudah bergereja.
Pada dasarnya, Saksi Yehuwa adalah orang – orang biasa. Mereka tak
luput dari masalah ekonomi, kesehatan, sosial dan masalah kehidupan lainnya.
Merekapun tak luput dari kesalahan karena mereka bukanlah manusia sempurna,
bukan pula manusia terilham. Tetapi, mereka berupaya menarik pelajaran dari

26
27

muhammadiyahku.blogspot.com/.../kontroversi-hisab-rukyiah. (Akses 27 juli 2013)
Jamhari dan Jajang Jahroni. “ Gerakan Salafi radikal di Indonesia”. (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2004) Hal. 230-235.

Universitas Sumatera Utara

pengalaman dan mempelajari Alkitab dengan rajin agar dapat memperbaiki diri.
Mereka membaktikan diri kepada Allah untuk melakukan kehendak-Nya dan
mereka mengerahkan diri untuk menunaikan pembaktian itu. Ciri khas utama dari
Saksi Yehuwa adalah mereka memiliki gedung sebagai tempat perhimpunan
mereka yang diberi nama Balai Kerajaan dan mereka juga tidak suka akan
organisasi yang rumit, kemudian bahan bacaan mereka Sedarlah dan Menara
Pengawal serta buku – buku terbitan Watch Tower. Saksi Yehuwa sangat
menekankan semangat mencari orang. Saksi Yehuwa tidak memiliki pendeta,
karena semua orang sama, maka setiap orang wajib menyebarluaskan ajaran ini.
Dalam segala kegiatan, mereka mencari bimbingan Firman Allah dan Roh KudusNya.
Ditempat yang baru suku bangsa pendatang di dalam proses adaptasi akan
sampai kepada tiga pilihan: pertama adalah, apakah pola-pola sosial budaya yang
diwariskan oleh nenek moyangnya akan dipertahankan, dan yang kedua adalah
apakah pendatang baru itu akan mengadaptasikan dirinya dengan pola-pola sosial
budaya setempat dan ke tiga apakah pendatang akan merubah pola-pola sosial
budaya yang dibawanya di daerah tujuan migrasi. Strategi adaptasi adalah rencana
yang dilakukan dan diterapkan oleh kaum pendatang untuk dapat memecahkan
masalah-masalah yang mereka hadapi dan untuk memperoleh keseimbangan yang
positif dengan kondisi pemikiran yang baru (Pelly 1983:107) Hal strategi yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah usaha-usaha dari manusia yang sudah
direncanakanya untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi di
lingkungan agar mereka tetap bisa mempertahankan agamanya, dalam hal ini
pengaut Saksi Yehuwa di kota Medan.

Universitas Sumatera Utara

1.3

Rumusan Masalah
Hal yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini ialah

“Bagaimana Eksistensi saksi Yehuwa di Kota Medan”. Pokok permasalahan
tersebut saya rumuskan dengan rumusan masalah sebagai berikut :
1.

Bagaimana sejarah kedatangan Saksi Yehuwa di Kota Medan?

2.

Bagaimana kehidupan sosial budaya para pengikut Saksi Yehuwa di Kota
Medan?

3.

1.4

Bagaimana Strategi adaptasi Saksi Yehuwa di Kota Medan?

Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Simpang Selayang, Kecamatan Medan

Tuntungan, dimana peneliti mampu menemui informan baik itu informan kunci
maupun informan biasa untuk mendapatkan data yang diinginkan. Lokasi itu juga
merupakan tempat dimana informan melakukan aktifitas mereka sehari-hari.

1.5

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang akan saya lakukan ini adalah:
1. Untuk mengambarkan Sejarah kedatangan Saksi Yehuwa di Kota Medan.
2. Untuk menjelaskan kehidupan sosial budaya para pengikut Saksi Yehuwa di
Kota Medan.
3. Untuk menggambarkan Strategi adaptasi Saksi Yehuwa di Kota Medan.
Sedangkan manfaat penelitian ini ialah:
1. Sebagai bahan referensi bagi masyarakat terlebih masyarakat Kristen dalam
melihat kehadiran Saksi Yehuwa.

Universitas Sumatera Utara

2. Sebagai bahan referensi bagi kalangan akademisi, mahasiswa aktivis dan lain
sebagainya, khususnya mereka yang berlatar belakang disiplin Ilmu
Antropologi yang ingin mengkaji lebih dalam tentang Saksi Yehuwa.
3. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini diharapkan menjadi sebuah sarana
pengembangan diri untuk lebih paham akan ruang lingkup Kajian
Antropologi.

1.6

Metode Penelitian
Mengingat masalah penelitian ialah mengenai eksistensi Saksi Yehuwa,

maka penelitian ini akan dilakukan dengan metode metode penelitian kualitatif
yang bersifat etnografi, yaitu data akan menjelaskan atau menggambarkan makna
serta proses-proses suatu fenomena atau gejala sosial suatu masyarakat yang
diteliti (Koentjaraningrat, 1981:30). Dengan demikian, data yang diperoleh dar
lapangan akan saya anlisis berdasarkan analisis etnografi untuk mencoba
menggali dan menemukan seta memahami bagaimana eksistensi Saksi Yehuwa.
Untuk mendeskripsikan secara rinci mengenai eksistensi Saksi Yehuwa di
Kota Medan ini, maka peneliti akan melakukan penelitian lapangan (Field
Research) sebagai cara untuk memperoleh data-data primer. Di samping itu, data
sekunder juga dibutuhkan guna melengkapi data dari lapangan yang akan
diperoleh melalui buku-buku, artikel-artikel ataupun tulisan-tulisan lain yang
berkaitan dengan masalah penelitian.
1.6.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan saya lakukan dalam penelitian ini
ialah dengan teknik Observasi, Wawancara dan Studi Kepustakaan.

Universitas Sumatera Utara

1. Observasi
Observasi atau pengamatan akan dilakukan dengan mengamati aktivitasaktivitas, gejala-gejala masyarakat di lokasi penelitian. Metode observasi atau
pengamatan ini akan dilakukan dengan mengamati secara langsung aktivitas
Saksi Yehuwa yang dapat diamati dan dapat membantu peneliti dalam mencari
jawaban atas rumusan masalah penelitian (Suparlan, 1986 :6). Dalam metode
observasi atau pengamatan ini, peneliti akan berada di tengah-tengah warga Saksi
Yehuwa untuk melihat kebaktian atau upacara keagamaannya atau mengamati
kegiatan sosial jemaat serta menuliskan hasil pengamatan yang saya peroleh dari
lapangan dalam sebuah catatan lapangan (fieldnote). Dalam hal ini observasi
yang dilakukan adalah mengamati langsung kegiatan kerohanian dan upaya
perekrutan langsung anggota baru.
2. Wawancara
Untuk memperoleh data yang tersirat dalam aktivitas-aktivitas masyarakat
yang tak Nampak oleh peneliti dengan cara observasi, maka peneliti juga akan
menggunakan teknik wawancara. Wawancara dilakukan dengan cara Tanya
jawab secara langsung (tatap muka) dengan informan yang mampu memberikan
penjelasan tentang pertanyaan masalah penelitian (Burhan Bungin, 2008 : 7).
Teknik ini bertujuan untuk memperoleh data mengenai pendirian-pendirian
masyarakat yang diteliti tentang rumusan masalah yang dikaji oleh peneliti
(Singarimbun dan Effendi, 1984 : 145). Dalam hal ini, peneliti akan
menggunakan wawancara mendalam (depth interview) dan dengan menggunakan
pedoman wawancara (instrument wawancara) untuk merekam dan mencatat hasil
wawancara seperti tape recorder, buku tulis, pulpen dan alat tulis lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Teknik wawancara ini akan saya lakukan kepada masyarakat Kota Medan yang
menganut aliran Saksi Yehuwa dan fokus kepada pengurus balai kerajaan,
jemaat, warga sekitar balai kerajaan dan masyarakat yang baru direkrut.
3.

Penentuan Informan

Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah Masyarakat Kota
Medan yang merupakan penganut saksi yehuwa dan masyarakat yang mampu
memberikan informasi terkait masalah yang diketahui. Dengan begitu peneliti
membagi jenis informan ini kedalam dua bagian yaitu antara lain sebagai berikut:
a.Informan Kunci
Orang yang merupakan penganut saksi yehuwa yang diharapkan mampu
memberikan informasi sedetail mungkin.
b.Informan Biasa
Masyarakat biasa (non-Saksi Yehuwa) yang dimintai keterangan atau tanggapan
informasi mengenai yang diteliti tersebut.

4.

Analisis Data
Analisis

Data

merupakan

suatu

proses

pengaturan

data

yang

diorganisasikan dalam suatu bentuk atau kategori (Moleong, 2000). Data yang
diperoleh dari lapangan akan dianalisis secara kualitatif. Dalam hal ini peneliti
akan melakukan pengelompokan data ke dalam kategori-kategori tertentu dan
mencari hubungan-hubungan data tersebut. Proses analisis data ini akan diawali
dengan cara mengumpulkan data-data dari lapangan baik berupa hasil observasi
maupun wawancara serta data-data yang diperoleh dari studi kepustakaan yang
menggambarkan mengenai eksistensi Saksi Yehuwa di Kota Medan. kemudian

Universitas Sumatera Utara

data tersebut akan didasarkan dikategorikan berdasarkan kategori-kategori yang
terkandung dalam data tersebut. Kemudian hasil analisis tersebut akan
dituangkan dalam laporan penelitian berupa skripsi.

Universitas Sumatera Utara