Komunitas Saksi Yehuwa: Studi Etnografi Mengenai Keberadaan Salah Satu Aliran Kristen Di Kota Medan

(1)

LAMPIRAN

Draft Wawancara

1. Bagaimana hubungan Saksi Yehuwa dengan anggota keluarga yang merupakan non-Saksi Yehuwa dan dengan tetangga yang juga merupakan non-Saksi Yehuwa?

2. Bagaimana interaksi sosial penganut Saksi Yehuwa dengan masyarakat luar?

3. Bagaimana Saksi Yehuwa dalam menghadapi pengaruh agama lain dalam eksistensi komunitas penganut Saksi Yehuwa di tempat tinggalnya? 4. Apa strategi Saksi Yehuwa untuk menyebarkan ajaran ataupun agama

kepercayaan mereka?

5. Bagaimana proses masuknya atau syarat untuk menjadi penganut Saksi Yehuwa?

6. Seperti apa model sosialisasi agama Saksi Yehuwa di dalam lingkungan keluarga?

7. Bagaimana komunitas Saksi Yehuwa dalam bersikap atas berbagai pandangan kontrovertif yang marak beredar di dunia internet?

8. Apa yang menjadi alasan dan landasan komunitas Saksi Yehuwa dalam penolakan untuk terjun di dunia politik dan juga penolakan terhadap penghormatan bendera?

9. Apa yang merupakan ciri khas komunitas Saksi Yehuwa agar dapat dengan muddah dikenali oleh masyarakat awam?


(2)

10.Apa yang menjadi alasan bagi komunitas Saksi Yehuwa bahwa Saksi Yehuwa merupakan bagian dari ajaran Kristen namun di sisi laiin tidak mengakui adanya salib sebagai simbol kekristenan?

Lampiran Gambar

Gambar 1 Penganut Saksi Yehuwa baru selesai mengikuti kegiatan ibadah.


(3)

Gambar 2 Penganut Saksi Yehuwa yang terlihat sedang kusyuk berdoa.

Gambar 3 Proses pembaptisan seorang calon saksi.

Gambar 4 Salah satu bentuk bangunan yang merupakan tempat ibadah bagi komunitas Saksi Yehuwa di kota Medan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Bustanuddin. 1999. Sosiologi Agama. Padang: Andalas University Press. Ali, Mukti. 1981. Beberapa Persoalan-Persoalan Agama Dewasa Ini. Jakarta :

PT. Rajawali Press.

Aritonang, Jan S. 2005 Berbagai Aliran di Dalam dan Sekitar Gereja. Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia.

Bungin, Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana Persada.

Dzahir, Ihsan Ilahi. 2008. Ahmadiah Qodianiyah, Sebuah Kajian Analitis. Jakarta :Balai Penelitian dan Pengembangan Agama.

Jamhari dan Jajang Jahroni. 2004. Gerakan Salafi radikal di Indonesia. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Koentjaraningrat. 1981. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia.

---. 1990. PengantarAntropologi. Jakarta : PT Rineka Cipta. Marzali, Amri. 2003. Strategi Peisan Cikalong dalam Menghadapi Kemiskinan.

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Moleong, Lexy. J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Moran, Emilio F. 1982. Human Adaptability; An Introduction to Ecological

Anthropology. Westview Press. Boulder, Colorado.

Pelly, Usman, 1983. Migrasi dan Adaptasi Indonesia. Universitas Sumatera Utara.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1984. Metode Penelitian Survey. Jakarta : LP3ES.

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi, Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Soemarwoto, Otto. 2008. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan.

Cetakan Kesebelas. Jakarta: Djambatan.

Thoha, Mifthah. 1992. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers.


(5)

Sumber lain:

(d.wikipedia.org/wiki/Ahmadiyyah. Akses 25 Juli 2013)

(ekomarhaendy.wordpress.com/.../kontroversi-ahmadiyyah. Akses 25 Juli 2013)

(ucanews.com/.../waspadalah-inilah-sekte-anti- Kristen menggunakan

nama ‘Gereja’. Akses 25 Juli 2013)

(.id.wikipedia.org/wiki/Saksi-Saksi_Yehuwa‎ Akses 25 Juli 2013)

www.jw.org/id/‎ (Akses 25 Juli 2013).

(muhammadiyahku.blogspot.com/.../kontroversi-hisab-rukyiah.

Akses 27 juli 2013)

(

(id.wikipedia.org/wiki/Kontroversi_mengenai_Saksi-Saksi_Yehuwa Akses 15 April 2014)

(etnobudaya.net/2008/01/28/adaptasi-dalam-anthropologi Akses 10 April 2014)

(www.laskarislam.com/t2267-jehovah-witnessessaksi-yehuwa‎Akses 12


(6)

BAB III

KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA PENGIKUT

SAKSI YEHUWA DIKOTA MEDAN

3.1. Interaksi Sosial

Hal yang saya uraikan dalam bab ini ialah bagaimana kehidupan sosial budaya dalam interaksi sosial pengikut Saksi-saksi Yehuwa di Kota Medan yang mana kehidupan sosial budaya tersebut tak lepas dari pertentangan yang dihadapi oleh komunitas ini. Interaksi sosial merupakan suatu fondasi dari hubungan yang berupa tindakan yang berdasarka diterapkan di dalam sosial merupakan bentuk-bntuk yang tampak apabila orang perorangan ataupun kelompok-kelompok manusia mengadakan hubungan satu sama lain dengan mengetengahkan kelompok serta lapisan sosial sebagai unsur pokok struktur sosial28

Dengan adany .

dapat berlangsung dengan baik jika aturan - aturan dan nilai – nilai yang ada dapat dilakukan dengan baik. Jika tidak adanya kesadaran atas pribadi masing – masing,maka proses sosial itu sendiri tidak dapat berjalan sesuai dengan yang kita harapkan. Di dalam kehidupan sehari – hari tentunya manusia tidak dapat lepas dari hubungan antara satu dengan yang lainnya,ia akan selalu perlu untuk mencari individu ataupun kelompok lain untuk dapat berinteraksi ataupun bertukar pikiran.

28


(7)

Dengan tidak adanya maka tidak mungkin ada kehidupan bersama. Jika hanya fisik yang saling berhadapan antara satu sama lain, tidak dapat menghasilkan suatu bentuk kelompok sosial yang dapat saling berinteraksi. Maka dari itu dapat disebutkan bahwa adany lain tidak dapat disebut interaksi. Interaksi sosial tidak mungkin terjadi tanpa adanya dua syarat, yaitu kontak sosial dan komunikasi29

3.2. Kontak Sosial

.

Kontak sosial tidak selalu terjadi melalui interaksi atau hubungan fisik, sebab orang bisa melakukan kontak sosial dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, misalnya bicara melalui telepon, radio, atau surat elektronik. Oleh karena itu, hubungan fisik tidak menjadi syarat utama terjadinya kontak. Kontak sosial memiliki sifat-sifat berikut.

1. Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial positif mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan kontak sosial negatif mengarah pada suatu pertentangan atau konflik.

2. Kontak sosial dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak sosial primer terjadi apabila para peserta interaksi bertemu muka secara langsung. Misalnya, kontak antara guru dan murid di dalam kelas, penjual dan pembeli di pasar tradisional, atau pertemuan ayah dan anak di meja makan. Sementara itu, kontak sekunder terjadi apabila interaksi berlangsung

29


(8)

melalui suatu perantara. Misalnya, percakapan melalui telepon. Kontak sekunder dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Kontak sekunder langsung misalnya terjadi saat ketua RW mengundang ketua RT datang ke rumahnya melalui telepon. Sementara jika Ketua RW menyuruh sekretarisnya menyampaikan pesan kepada ketua RT agar datang ke rumahnya, yang terjadi adalah kontak sekunder tidak langsung.

3.3 Komunikasi

Komunikasi merupakan syarat terjadinya interaksi sosial. Hal terpenting dalam komunikasi yaitu adanya kegiatan saling menafsirkan perilaku (pembicaraan, gerakan-gerakan fisik, atau sikap) dan perasaan-perasaan yang disampaikan. Ada lima unsur pokok dalam komunikasi yaitu sebagai berikut.

1. Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan pesan, perasaan, atau pikiran kepada pihak lain.

2. Komunikan, yaitu orang atau sekelompok orang yang dikirimi pesan, pikiran, atau perasaan.

3. Pesan, yaitu sesuatu yang disampaikan oleh komunikator. Pesan dapat berupa informasi, instruksi, dan perasaan.

4. Media, yaitu alat untuk menyampaikan pesan. Media komunikasi dapat berupa lisan, tulisan, gambar, dan film.

5. Efek, yaitu perubahan yang diharapkan terjadi pada komunikan, setelah mendapatkan pesan dari komunikator.


(9)

3.4. Kehidupan Sosial Budaya Pengikut Saksi-saksi Yehuwa di Indonesia Pada Umumnya.

Organisasi Saksi Yehuwa dengan badan hukumnya lembaga menara pengawal telah dikenal dan ditandai oleh para pakar kultus sekuler sebagai sebuah kelompok kultus berbahaya yang mengaku agama Kristen. Namun pihak Menara Pengawal berupaya keras menolak label kultus dikenakan atasnya dengan cara

sebenarnya tentang ajarannya

Adapun ciri atau tanda khas utama dari sebuah grup kultus sehingga organisasi Saksi Yehuwa dikategorikan oleh para pakar kultus sebagai sebuah kelompok kultus berbahaya adalah ajaran tentang keselamatan. Menurut Robert Jay Lifton dalam bukunya Thought Reform and the Psychology of Totalism pasal 22 berbicara tentang 8 tanda atau ciri suatu kelompok merupakan sebuah kultus dan ciri ke-8 adalah dispensing existence (pemberian eksistensi)30

 Pemberian eksistensi. Kelompok ini memiliki hak prerogatif untuk menentukan siapa yang berhak untuk eksis dan yang tidak. Hal ini biasanya tidak harfiah tetapi berarti bahwa orang-orang di dunia luar tidak diselamatkan, belum tercerahkan, sadar dan mereka harus dikonversi ke dalam ideologi kelompok. Jika mereka tidak bergabung dengan grup atau kelompok yang kritis, maka mereka harus ditolak oleh para anggota. Dengan demikian, dunia luar kehilangan semua kredibilitas. Demikian . Dalam tulisan tersebut disimpulkan bahwa komunitas ini memiliki beberapa ciri yaitu:

30

2014)


(10)

juga, bagi setiap anggota yang meninggalkan kelompoknya, ia harus ditolak juga.

 Pemimpin kultus mengklaim dirinya memiliki hak prerogatif untuk menentukan siapa selamat dan siapa yang tidak. Seseorang akan selamat jika bergabung dengan atau berada di dalam grupnya sedangkan di luar grupnya atau para pengeritik, termasuk para pembelot, tidak selamat. Oleh karena itu, jika orang-orang itu tidak bergabung dengan grupnya, termasuk mantan anggotanya, maka mereka juga harus ditolak oleh seluruh anggota lainnya.

Steve Hassan, seorang pakar kultus, juga menyampaikan hal yang esensinya sama dalam bukunya:

 Manipulasi mistis dapat menjadi sebuah kualitas spesial dalam kultus-kultus tersebut karena pemimpinnya menjadi pengantara untuk Tuhan. Prinsip-prinsip yang berpusat pada Tuhan dapat dimasukkan dengan paksa dan diklaim secara eksklusif sehingga kultus dan keyakinannya menjadi satu-satunya jalan yang benar menuju keselamatan.

 Pemimpin kultus berkedok agama mengklaim secara eksklusif bahwa dirinya merupakan pengantara antara Allah dan manusia sehingga dirinya merupakan satu-satunya jalan yang benar menuju


(11)

keselamatan. Baca artikel detailnya.

3.5.Ruang lingkup dan keanggotaan

Anggota-anggotanya terdiri dari kelompok pria yang melayani di kantor pusat berarti "Rumah Allah". Mereka adalah kelompok penatua yang mempunyai harapan hidup di surga. Jumlah anggota Badan Pimpinan sangat bervariasi dari tahun ke tahun. Badan Pimpinan tidak mempunyai kepala pimpinan (chairman) yang tetap atau permanen; setiap tahunnya posisi chairman berganti berdasarkan abjad alfabet.

Lembaga Menara Pengawal adalZion’s

Watch Tower Tract Society pada tahun 1884. Para direktur yang melayani sebagai

Badan Pimpinan pusat yang mengawasi pengabaran Kerajaan secara global. Pada tahun 1971 dibentuklah kelompok Badan Pimpinan Saksi-Saksi Yehuwa yang terdiri dari tujuh pria. Belakangan, Badan Pimpinan diperbesar di bawah kepemimpinan Presiden Knorr menjadi 18 anggota.

Sejak 1 Januari pusat, kantor cabang, dan sidang-sidang Saksi-Saksi Yehuwa langsung berada di bawah kepengawasan Badan Pimpinan Saksi-Saksi Yehuwa di Brooklyn, New York.


(12)

Panitia

Pekerjaan Badan Pimpinan dibagi tugas kepada enam panitia. Masing-masing panitia mengawasi kegiatan administrasi departemen dan penerapan keputusan dari Badan Pimpinan

Panitia Personalia - mengurus kegiatan para sukarelawan yang melayani di kantor pusat dan kantor-kantor cabang di seluruh dunia.

Panitia Penerbitan - menangani penerbitan dan izin pencetakan serta properti fasilitas-fasilitas pencetakan. Panitia ini mengawasi pencetakan, penerbitan, dan pengiriman lektur ke seluruh dunia. Panitia ini bertanggung jawab atas penanganan pabrik-pabrik pencetakan, properti-properti yang dimiliki, dan berbagai kegiatan badan hukum yang digunakan oleh Saksi-Saksi Yehuwa di seluruh dunia.

Panitia Dinas - mengawasi para pengawas keliling, para perintis dan kegiatan-kegiatan penyiar sidang.

Panitia Pengajaran - menyusun petemuan-pertemuan sidang, hari-hari kebaktian-kebaktian istimewa, hari kebaktian-kebaktian wilayah, hari-hari kebaktian-kebaktian distrik, dan hari-hari-hari-hari kebaktian-kebaktian internasional juga berbagai macam sekolah bagi para penatus, para hamba pelayanan, para perintis, para misionaris atau utusan injil, seperti Sekolah Gilead. Panitia ini bertanggung jawab mengawasi pengajaran atau instruksi pendidikan rohani bagi umat Yehuwa melalui sekolah-sekolah, kebaktian-kebaktian, dan keluarga Betel. Panitia ini juga mengawasi garis-garis besar materi yang akan digunakan untuk pendidikan. Bidang-bidang pengajaran yang ditangani oleh panitia ini termasuk:


(13)

1. Sekolah Alkitab Gilead Menara Pengawal; 2. Sekolah Pelayanan Kerajaan;

3. Sekolah Pelayanan Teokratis; 4. Sekolah Dinas Betel;

5. Tabel Program Betel; 6. Pertemuan Keluarga Betel;

7. Kebaktian-kebaktian Internasional; 8. Kebaktian-kebaktian Distrik; 9. Kebaktian-kebaktian Wilayah; 10.Kebaktian-kebaktian Istimewa; 11.Program-program TV dan Radio; 12.Sekolah Dinasa Perintis;

13.Kelas-kelas Bahasa Isyarat; 14.Layanan Berita;

15.Sekolah Pelatihan Pelayanan; 16.Sekolah Pengawas Keliling; 17.Sekolah Panitia Cabang;

18.Semua audio kaset dan program-program video.

Panitia Penulisan - mengawasi penulisan dan penerjemahan semua publikasi yang diterbitkan ole yang diawasi oleh panitia ini termasuk majalah Menara Pengawal dan

Sedarlah!, semua bundel majalah, buku, buku kecil, brosur, risalah,


(14)

3.6 Kehidupan Sosial Budaya Pengikut Saksi-saksi Yehuwa di Kota Medan.

Sejak awal, berbagai ajaran dan praktik dari Saksi-Saksi Yehova (SSY) yang juga menggunakan nama lain, yaitu Persekutuan Menara Pengawal (PMP) dan Perkumpulan Siswa-siswa Alkitab (PSSA) sudah mengundang kontroversi dari Gereja-gereja arus utama (Lutheran, Calvinis, Anglican, Methodist, Baptis), bahkan dari aliran awal SSY sendiri, yakni Gereja Adventis. Menurut sumber yang diterbitkan SSY sendiri, misionaris pertama SSY ke Indonesia, yaitu Frank Rice dari Australia, telah tiba di Batavia Juni 1931. Orang Indonesia pertama yang menjadi warga sekaligus aktivisnya adalah Theodorus Ratu, yang bekerja di Jawa, Sumatera dan Sulawesi Utara sejak 1933 (kendati baru dibaptis di Singapore tahun 1936). Pada tahun 1964 anggotanya sudah 4000-an dan tahun 1975 menjadi 11.000-an.

Karena mendapat pengaduan dari masyarakat, baik yang beragama Kristen maupun yang beragama lain, dan juga penilaian negatif dari beberapa instansi pemerintah (SSY menimbulkan keresahan dan gangguan, karena SSY rajin berkunjung ke rumah-rumah), Jaksa Agung melalui SK tertanggal 7 Desember 1976 secara resmi melarang aliran ini berkiprah di negeri ini. Tetapi mereka tidak menghentikan kegiatan, melainkan melan-jutkannya, dengan memakai nama lain yang sudah disebut di atas (PMP dasn PSSA). Pada masa kepresidenan Abdurrahman Wahid (Gus Dur), atas nama demokrasi, HAM, dan kebebasan beragama/berkeyakinan, melalui SK Jaksa Agung tertanggal 1 Juni 2001 SSY diizinkan kembali untuk berkiprah secara resmi. Di dalam SK itu a.l. dinyatakan: “Kepada Ajaran/Perkumpulan Siswa-siswa Alkitab/Saksi Yehova diperbolehkan


(15)

hidup beraktivitas berdampingan bersama ajaran/aliran keagamaan lainnya yang ada di Indonesia; kecuali apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka Surat Keputusan ini akan ditinjau kembali”.31

Kota Medan merupakan kota yang heterogen, baik dilihat dari keberadaan suku dan agama yang ada. Penduduk asli kota medan adalah etnik melayu tidaklah merupakan penduduk yang mayoritas walaupun kekuatan politisnya nyaris diperoleh dari pemerintah kolonial. Berdasarkan latar belakang keberadaan etnik Melayu, maka para perantau tentunya dianggaplebih rendah dan memiliki kekuatan yang lebih kecil dibanding dengan tuan rumah pada awal kedatangannya di kota medan. Sehingga para perantau akan selalu dihadapkan dengan budaya melayu yang secara umum beragama muslim. Akan tetapi bagi suku pendatang atau perantau sejak awal kedatangannya hingga sekarang tidak pernah berasmilasi dalam budaya melayu-muslim (melebur menjadi etnik Melayu, menjalankan tradisi agama dan budaya Melayu) untuk dapat diterima di kota medan. Termasuk salah satunya adalah para pengikut saksi yehuwa di Kota Medan, di mana

SK ini menimpulkan kehebohan dan pro-kontra, terutama di kalangan gereja-gereja di Indonesia. Sebagian besar Gereja-gereja itu selama ini mencap SSY sebagai aliran/ajaran sesat, sehingga mereka meminta agar pemerintah meninjau kembali (alias mencabut) SK tersebut. PGI juga diminta untuk ikut memperjuangkan pelarangan SSY. Dalam kenyataannya Saksi-saksi Yehuwa di Indonesia (SSYI) tetap eksis, bahkan semakin berkembang.

31


(16)

pengikut atau jemaat saksi yehuwa tersebut mayoritas atau kebanyakan berasal dari suku pendatang atau perantau.

Kehidupan sosial budaya saksi-saksi yehuwa di kota medan tak jauh beda dengan kehidupan komunitas ini pada umumnya. Misalnya mendapat pro kontra dari berbagai kalangan, salah satunya dar kalangan gereja kristen. Hal ini misalnya pada saat diskusi umum gereja-gereja PGI pada 21 Desember 2011 lalu. Diskusi tersebut mendapat enam hal penting yang dirangkum sebagai catatan kepada Gereja-gereja dan PGI dalam menyikapi SSY diantaranya:

Pertama, Gereja-gereja maupun PGI tidak berhak membubarkan SSYI,

seandainya pun sebagian besar ajarannya sangat berbeda dari ajaran Gereja-gereja yang sudah lebih dulu ada. Sehingga Gereja-gereja maupun PGI juga tidak pada tempatnya meminta pemerintah untuk membubarkan SSYI, kecuali kalau SSYI nyata-nyata melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku di negeri ini. Sedang terkait kunjungan mereka ke rumah-rumah, bila itu dilakukan dengan sopan dan tidak memaksa, dan selama penghuni rumah tidak menyatakan diri terganggu lalu mengadukan mereka ke polisi, maka tindakan mereka itu tidak dapat dikategorikan sebagai penyebab keresahan.

Kedua, walaupun Gereja-gereja menilai bahwa sebagian besar ajaran SSYI

berbeda atau bertentangan dengan ajaran dan keyakinan Gereja-gereja di Indonesia, mereka itu tidak bisa begitu saja dicap sebagai bidat atau pengajar sesat, sebab bisa saja tuduhan yang sama dialamatkan penganut agama lain kepada Gereja-gereja. Dan perbedaan ajaran itu juga tidak boleh menjadi alasan atau dasar pertimbangan bagi pemerintah untuk melarang SSYI ataupun


(17)

komunitas religius lainnya. Sebagai gereja kita tidak setuju atas tindakan pemerintah sekarang ini terhadap Jemaah Ahmadiyah karena itu sikap yang sama juga perlu kita perlihatkan sehubungan dengan keberadaan SSYI.

Ketiga, bila Gereja-gereja menilai bahwa ajaran SSY bertentangan dengan

ajarannya dan berbahaya bagi iman warganya, yang harus dilakukan oleh Gereja-gereja adalah mendidik, membina sekaligus membentengi iman warganya dengan memberikan pembekalan yang intensif, tak kalah intensifnya dari SSY, agar warga gereja tidak terpengaruh oleh beranekaragam ajaran yang berbeda dari ajaran resmi Gereja. SSY hanyalah satu di antara sekian banyak aliran atau ajaran yang berbeda dari ajaran Gereja; tidak mungkin Gereja melarang semua itu, atau meminta pemerintah melarangnya. Tidak baik bila Gereja meminjam tangan atau kuasa pemerintah untuk membasmi ajaran tertentu. Sebab bisa saja pihak lain meminjam tangan pemerintah untuk melarang gereja, seperti yang terlihat dalam kasus GKI Taman Yasmin, hal yang pasti tidak disetujui Gereja-gereja.

Keempat, sebelum kita menyatakan SSY ataupun ajaran lain menyimpang

atau sesat, sebaiknya kita mendalami ajaran mereka dari sumber primer, yaitu tulisan-tulisan yang mereka hasilkan sendiri. Kiranya kita tidak menilai SSY atau siapa pun berdasarkan sumber-sumber sekunder, tertier, dst. Banyak literatur yang berisi kecaman dan tuduhan kepada SSY, termasuk dalam bahasa Indonesia, yang tidak didasar-kan pada sumber resmi, sehingga pihak SSY dengan mudah akan menyanggahnya.

Kelima, kita mengundang dan terus melakukan pendekatan dan


(18)

pertemuan-pertemuan antar organisasi keagamaan, sehingga mereka tidak memencilkan diri atau merasa dipencilkan dari pergaulan antar sesama umat beragama. Harus diakui, selama ini tidak mudah mengajak dan menghadirkan mereka dalam pertemuan seperti itu mereka mengemukakan macam-macam alasan untuk menolak. Kita ingatkan mereka bahwa kehadiran mereka justru untuk kebaikan mereka, untuk menepis atau mengurangi prasangka dan penilaian negatif atas mereka.

Keenam, kita mengingatkan mereka agar tidak melakukan kegiatan yang

bisa mengundang reaksi atau tuduhan bahwa mereka menimbulkan gangguan atau keresahan. Kalau mereka berkunjung ke rumah kita atau warga Gereja kita, kita ingatkan agar mereka tidak memberkesan membujuk ataupun memaksa, karena datang berkali-kali. Kita ingatkan juga agar mereka tidak menyampaikan ajaran SSY sambil menyalahkan ajaran gereja atau agama lain. Mengenai Trinitas, misalnya SSY boleh saja menyatakan bahwa mereka tidak menganut ajaran itu, tetapi kita ingatkan mereka agar tidak menyatakan ajaran gereja lain adalah keliru, sebab setiap ajaran memiliki landasan teologis masing-masing. Kalau setelah kita ingatkan, mereka masih terus melakukan hal itu, maka kita boleh mengadukan mereka kepada yang berwajib, dengan menyampaikan bukti-bukti konkret dari tindakan mereka.

3.7 Kehidupan sosial dalam keluarga dan kebebasan berpikir

Para pengritik Saksi-Saksi Yehuwa (mis., Randall Watters, Timothy

Campbell, David Grosshoeme, Kaynor Weishaupt


(19)

integritas hubungan keluarga dan kemampuan anggota-anggota SSY untuk melaksanakan kebebasan berpikir. Orang lain percaya bawa beberapa anggota dari melalui kegiatan-kegiata

Saksi-Saksi Yehuwa mengajarkan bahwa "kebebasan untuk mengambil keputusan harus dilakukan dalam batas-batas hukum-hukum dan prinsip-prinsip Allah," dan bahwa hanya Yehuwa sajalah yang bebas untuk menetapkan standar tentang apa yang baik dan buruk. Namun, seperti disebutkan di atas, diyakini pula bahwa prinsip-prinsip di atas hanya dapat dipahami dalam kaitan dengan Saksi-Saksi Yehuwa. Pada praktiknya, anggota-anggota dapat terancam sanksi bila mereka tidak mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh pimpinan, yang menyatakan dirinya sebagai saluran yang dipakai Allah untuk mengajar anggota-anggota SSY tetang apa yang baik dan buruk.

Pakar agama Sergei Ivanenko menyatakan, "Adalah suatu kekeliruan yang serius bila kita menggambarkan Organisasi Keagamaan Saksi-Saksi Yehuwa sebagai sebuah agama yang pimpinannya memaksa anggota-anggota di barisan terbawahnya untuk terlibat dalam suatu bentuk aktivitas atau lainnya, atau memberlakukan bagi mereka pembatasan-pembatasan atau arahan-arahan yang ketat. Saksi-Saksi Yehuwa berusaha untuk hidup sesuai dengan prinsip-prinsip Kitab Suci berdasarkan pilihan individu yang suka rela. Hal ini juga berlaku sepenuhnya dalam pemberitaan. James Beckford, seorang pakar dalam keyakinan-keyakinan Saksi-Saksi Yehuwa dan profesor pada Universitas Warwick, Inggris, mengatakan, Penting bagi masing-masing dari mereka untuk


(20)

menjalankan agensi moral yang bebas dalam memilih untuk mempelajari Alkitab dan hidup sesuai dnegan penafsiran mereka tentang pesannya.

3.8 Perlakuan terhadap Anggota-anggota yang memisahkan diri

Bila seorang anggota Saksi Yehuwa tidak menaati penafsiran organisasi tersebut, mereka dapat keluarga anggota-anggota tersebut yang tidak tinggal di rumah yang sama, harus menjauhkan diri daripadanya. Karena sifat social agama ini, seseorang yang dijauhi berarti diasingkan dengan cara yang sangat hebat dan hal ini dapat sangat merugikan bila setiap orang dalam lingkaran sosial seorang anggota ikut serta menjauhkan diri daripadanya. Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan bahwa pengeluaran seseorang dari persekutuan adalah sebuah metode yang terdapat dalam Kitab Suci untuk melindungi sidang dari pengaruh mereka yang mempraktikkan kesalahan yang serius. Encyclopedia of Religion menulis: “Setiap komunitas mengklaim memiliki hak untuk melindungi dirinya sendiri terhadap anggota-anggota yang tidak taat yang dapat mengancam kesejahteraan bersama. Dalam suatu lingkup keagamaan, hak ini telah sering diperkuat oleh keyakinan bahwa sanksi (ekskomunikasi) ini memengaruhi kedudukan seseorang di hadapan Allah”32

32

id.wikipedia.org/wiki/Kontroversi_mengenai_Saksi-Saksi_Yehuwa (Akses 15 April 2014)


(21)

Sebelum 1981, bila seorang anggota memisahkan diri dari agama ini, tetapi tidak dikeluarkan dari persekutuan, anggota lainnya tidak diharuskan menjauhkan diri dari mereka dan mereka masih boleh memelihara hubungan yang biasa. Pada 1981 kebijakan ini berubah dan semua orang yang dianggap telah memisahkan diri melalui tindakan-tindakan mereka harus diperlakukan dengan cara yang sama seperti anggota yang telah dikeluarkan dari persekutuan karena kesalahan yang serius. Kebijakan baru ini berarti bahwa anggota-anggota sidang (jemaat) tidak diberitahukan apakah seseorang itu dijauhi karena “dikeluarkan dari persekutuan” atau karena “memisahkan diri” atau karena alasan apa. Banyak dari perubahan-perubahan ini dikeluarkan karena kejadian-kejadian di sekitar

Para kritik menyatakan bahwa rasa takut dijauhi dan perpecahan keluarga menyebabkan orang yang mungkin ingin meninggalkan agama ini memutuskan untuk tidak keluar. Satu-satunya cara untuk secara resmi meninggalkan agama ini adalah menulis sepucuk surat permohonan untuk memisahkan diri atau untuk dikeluarkan dari persekutuan, tetapi kedua-duanya melahirkan serangkaian larangan dan hukuman yang sama. Para kritik berpendapat bahwa proses yuridis yang dilakukan, karena sifatnya yang pribadi dan hampir otonom, berlawanan dengan preseden yang ditemukan dalam Kitab Suci dan ajaran-ajaran organisasi ini sendiri dan dapat digunakan secara sembarang bila ada konsensus di antara segelintir orang saja untuk menggunakan wewenang mereka.


(22)

3.9 Penggunaan internet

Lembaga Menara Pengawal telah memerintahkan Saksi-Saksi Yehuwa agar berhati-hati dalam menggunakan Internet karena tersedianya apa yang dianggap oleh Saksi-Saksi Yehuwa sebagai informasi yang "berbahaya". Ini dapat mencakup informasi yang tak dapat diterima berdasarkan alasan-alasan moral seperti misalnya pornografi, tetapi juga informasi yang dianggap 'murtad'. Kata 'murtad' diberikan makna khusus oleh Saksi-Saksi Yehuwa, untuk merujuk kepada orang-orang yang meninggalkan agama mereka berdasarkan masalah-masalah doktrin ketimbang pengertian yang lebih luas yaitu orang-orang yang berpindah agama ataupun aliansi politik.

Sebuah terbitan Menara Pengawal tahun 2000 menyatakan, "beberapa orang yang murtad telah menggunakan Internet untuk memberitakan informasi palsu mengenai Saksi-Saksi Yehuwa. Akibatnya, ketika orang-orang yang tulus melakukan riset tentang keyakinan-keyakinan kita, mereka mungkin menemukan propaganda murtad. Menghindari hubungan dengan lawan-lawan ini akan melindungi kita dari pemikiran mereka yang korup. Sementara Saksi-Saksi Yehuwa mendefinisikan keberadaan informasi yang "berbahaya" itu, para kritiknya mendefinisikan semua informasi yang akurat sebagai informasi yang sah. Apa yang dianggap oleh Saksi-Saksi Yehuwa sebagai "propaganda murtad", dianggap oleh para kritiknya sebagai sudut pandang alternatif, yang harus dipertimbangkan untuk mengklaim bahwa seseorang memiliki suatu sudut pandang yang utuh. Saksi-Saksi Yehuwa mengajarkan bahwa Kitab Suci seperti misalnya 2 Yohanes 8-11 berlaku untuk "orang-orang murtad" seperti itu dan


(23)

karenanya mereka sendiri harus "waspada" terhadap dan tidak penah "menerima" ajaran-ajaran seperti itu dalam bentuk apapun.

Para kritik telah menyatakan bahwa peringatan terhadap penggunaan Internet ini adalah sebuah contoh tentang "kontrol lingkungan". Dalam hal ini, lembaga mengontrol anggota-anggota dengan membaasi informasi negatif mengenai dirinya. Saksi-Saksi Yehuwa menanggapi kritik seperti itu dengan menyatakan bahwa perpustakaan-perpustakaan cabang, yang dapat diakses oleh ribuan Saksi-Saksi Yehuwa dan pengunjung, memiliki buku-buku yang berbicara negatif tentang Saksi-Saksi Yehuwa.


(24)

BAB IV

STRATEGI ADAPTASI SAKSI-SAKSI YEHUWA DI KOTA MEDAN

4.1 Konsep Adaptasi

Sebelum mendeskripsikan bagaimana stratgei adaptasi yang dilakukan oleh komunitas Saksi-saksi Yehuwa di Kota Medan, terlebih dulu di awal bab ini saya menjel;askan mengenai konsep adaptasi. Konsep adaptasi datang dari dunia biologi, dimana ada dua hal penting yaitu evolusi genetik, dimana berfokus pada uimpan balik dari interaksi lingkungan, dan adaptasi biologi yang berfokus pada perilaku dari organisme selama masa hidupnya, dimana organisme tersebut berusaha menguasai faktor lingkungan, tidak hanya faktor umpan balik lingkungan, tetapi juga proses kognitif dan levelgerak yang terus-menerus. Adaptasi juga merupakan suatu kunci konsep dalam 2 versi dari teori sistem,baik secara biological, perilaku, dan sosial yang dikemukakan oleh John Bennet (Bennet, 249-250). Asumsi dasar adaptasi berkembang dari pemahaman yang bersifat evolusionari yang senantiasa melihat manusia selalu berupaya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan alam sekitarnya, baik secara biologis/genetik maupun secara budaya. Proses adaptasi dalam evolusi melibatkan seleksi genetik dan varian budaya yang dianggap sebagai jalan terbaik untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan. Adaptasi merupakan juga suatu proses yang dinamik karena baik organisme maupun lingkungan sendiri tidak ada yang bersifat konstan/tetap (Hardestry,45-46). Sedangkan Roy Ellen membagi tahapan adaptasi dalam 4 tipe. Antara lain adalah (1) tahapanphylogenetic yang bekerja


(25)

melalui adaptasi genetik individu lewat seleksi alam, (2) modifikasi fisikdari phenotype/ciri-ciri fisik, (3) proses belajar, dan (4) modifikasi kultural.Modifikasi budaya bagi Ellen menjadi supreme atau yang teratas bagi homo sapiens, dimana adaptasi budaya dan transmisi informasidikatakannya sebagai pemberi karakter spesifik yang dominan. Manusia dilahirkan dengan kapasitas untuk belajar seperangkat sosial dan kaidah-kaidah budaya yang tidak terbatas. Sehingga kemudian fokus perhatian adaptasi menurut Rot Ellen seharusnya dipusatkan pada proses belajar, dan modifikasi budayanya33

Adaptasi merupakan konsep yang telah lama digunakan dalam studi ekologi budaya/ekologi manusia sejak digunakan pertama kali oleh Julian Steward (1955). Dari sudut pandang ekologi manusia, Adapatasi difahami sebagai suatu strategi penanggulangan oleh manusia dalam merespon umpan balik negatif dari lingkungan hidup suatu makhluk hidup

.

34

Secara umum, strategi adaptasi (adaptive stategy) dapat diartikan sebagai rencana tindakan yang dilakukan manusia baik secara sadar maupun tidak sadar, secara eksplisit maupun implisit dalam merespon berbagai kondisi internal atau eksternal. Sementara itu, Marzali dalam bukunya menjelaskan secara luas strategi adaptasi adalah merupakan perilaku manusia dalam mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki dalam menghadapi masalah-masalah sebagai pilihan-pilihan tindakan yang tepat guna sesuai dengan lingkungan sosial, kultural, ekonomi, dan ekologis di tempat dimana mereka hidup35

33

etnobudaya.net/2008/01/28/adaptasi-dalam-anthropologi (Akses 10 April 2014)

34 Emilio F. Moran. 1982:05. Human Adaptability; An Introduction to Ecological Anthropology.

Westview Press. Boulder, Colorado.

35

Amri Marzali. 2003:26. Strategi Peisan Cikalong dalam Menghadapi Kemiskinan. Penerbit Yayasan Obor Indonesia. Jakarta


(26)

Adaptasi bukan hanya terjadi di satu tempat saja melainkan di berbagai tempat, tidak terkecuali di kota. Keanekaragaman suku-bangsa dan golongan sosial di kota, telah memunculkan terjadinya berbagai strategi adaptasi. Pemahaman terhadap strategi adaptasi yang diterapkan mencerminkan bentuk kognitif yang dipelajari melalui sosialisasi dari pendukung suatu budaya, yang kemudian diharapkan mampu memberikan penjelasan terhadap fenomena sosial yang dihadapi. Kapasitas manusia untuk dapat beradaptasi ditunjukkan dengan usahanya untuk mencoba mengelola dan bertahan dalam kondisi lingkungannya. Kemampuan suatu individu untuk beradaptasi mempunyai nilai bagi kelangsungan hidupnya. Makin besar kemampuan adaptasi suatu makhluk hidup, makin besar pula kemungkinan kelangsungan hidup makhluk tersebut36

1. Pertentangan Doktrin Saksi-Saksi Yehuwa Dengan Ajaran Kristen Pada Umumnya

.

 Perbedaan kepercayaan terhadap doktrin Kristen

Saksi-Saksi Yehuwa mengajarkan bahwa setelah kematian rasul yang terakhir, Gereja perlahan-lahan menyimpang, dalam suatu Kemurtadan Besar (2 Tesalonika 2:6-12), dari ajaran-ajaran asli Yesus dalam beberapa pokok yang penting. Jadi kebanyakan doktrin of Saksi-Saksi Yehuwa berbeda dari Kekristenan arus utama, dan dianggap sebagai oleh kebanyakan pakar Kristen arus utama. Barangkali, perbedaan-perbedaan doktriner yang paling kontroversial berkaitan dengan hakikat Allah dan Yesus, khususnya penolakan terhadap

36

Otto Soemarwoto. 2008:45. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Cetakan Kesebelas. Penerbit Djambatan. Jakarta.


(27)

dengan doktrin Tritunggal, mereka percaya bahwa Yesus bukanlah Allah yang mengenakan tubuh manusia, melainkan ia diciptakan oleh Allah. Keyakinan-keyakinan para Saksi Yehuwa tentan kehadiran Yesus kembali ke bumi, dan keselamatan juga kontroversi. Berikut merupakan perbadaan doktriner antara Kristen dengan Saksi Yehuwa.

Tabel Perbedaan Doktriner Antara Ajaran Kristen dengan Ajaran Saksi Yehuwa

Ajaran Kristen Arus utama (Gereja Katolik Roma, Ortodoks

Timur dan Protestan)

Ajaran Saksi-Saksi Yehuwa yang sebanding

Hakikat Allah

Allah telah menyatakan diri-Nya sebagai Bapa, Anak, dan Roh

Kudus. Ketiganya adalah Allah yang esa. (Tritunggal)

Hanya Bapa (Yehuwa) sajalah yang Allah.

Yesus (Anak) adalah Allah yang menjelma menjadi manusia. Pada masa hidupnya di muka bumi ia sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia. Ia kekal dan setara kekuasaannya dengan Allah.

Yesus adalah Putra Allah ciptaan Allah yang paling pertama, yang telah ada sebelum Adam, tetapi bukan Allah.


(28)

Roh Kudus adalah salah satu pribadi dari Tritunggal. Roh Kudus itu kekal dan setara kekuasaannya dengan Allah.

Roh kudus adalah tenaga aktif Allah.

Yesus

Yesus adalah Anak Allah. Ia adalah Allah yang menjelma menjadi manusia.

Yesus adalah Putra Allah, dan suatu makhluk roh; tetapi bukan Allah sendiri. Yesus juga adal menjadi manusia. Ia juga adalah

Yesus disalibkan.

Yesus dipakukan pada sebua

muka bumi akan terjadi secara fisik, dan hal ini belum terjadi.

terlihat pada 1914.

Kematian/Kehidupan setelah mati

Jiwa manusia itu kekal dan tidak hilang keberadaannya kapanpun juga.

Jiwa berhenti berada ketika seseorang meninggal; dibutuhkan kebangkitan kembali agar manusia dapat hidup kembali.


(29)

kehidupan kembali bagi semua orang, di surga, neraka atau (bagi uma

kehidupan rohani, kecuali untuk ke-144.000 orang, yang langsung diangkat ke surga. Api penyucian tidak ada.

Orang jahat akan disiksa untuk selama-lamanya di neraka.

Akan ada kematian kekal setelah

penghakiman terakhir untuk orang-orang fasik. Mereka yang pernah melakukan dosa yang tidak terampuni (seperti misalnya atau kelenyapan kekal) pada saat kematian

Penghakiman dan Keselamatan

Semua orang yang diselamatkan surga bersama Allah.

Hanya 144.000 orang yang akan hidup kekal di surga lalu memerintah atas Bumi bersama Yesus Kristus. Kecuali mereka yang telah mengalami Gehena, semua yang telah mati (orang yang benar) akan

dibangkitkan dengan kemungkinan untuk hidup selama-lamanya di sebuah Firdaus di muka bumi.

Untuk memperoleh keselamatan, orang harus bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus demi keselamatan mereka.

Untuk dapat dibenarkan, orang harus menaati perintah-perintah Allah yang tidak/diajarkan melalui Yesus Kristus, menyerahkan dirinya kepada Yehuwa, dan melayani Allah.


(30)

Keyakinan-keyakinan Saksi-Saksi Yehuwa ini dianggap oleh kebanyakan orang Kristen menghujat atau sesat. Karena alasan ini, banyak denominasi Kristen menganggap bahwa keyakinan-keyakinan ini menempatkan Saksi-Saksi Yehuwa di luar Kekristenan yang sejati, dan seringkali mengecap mereka sebagai sebuah kultus dalam pengertian sebuah agama non-Kristen.

 Alkitab

Sejumlah pakar telah mengkriti Alkitab yang diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa, dan menyatakan bahwa kelompok ini telah mengubah Alkitab untuk dicocokkan dengan doktrin mereka dan bahwa terjemahan tersebut mengandung sejumlah

kesalahan dan ketidakakurata

dalam Jesus sebagai Tuan Yesus bukan sebagai Tuhan Yesus sebagaimana dilakukan oleh Alkitab Terjemahan Baru dari

 Kepercayaan tentang darah

Bagi Saksi-Saksi Yehuwa darah sebagai cairan per se bukanlah persoalan yang sebenarnya. Yang menjadi soal adalah apa yang dilambangkan oleh darah. Mereka mengatakan bahwa "hal yang penting ialah bahwa penghargaan telah diperlihatkan terhadap kesucian darah, penghormatan telah diperlihatkan terhadap prinsip kesucian hidup" yang diwakili oleh darah.Darah sama sekali ditolak untuk penggunaan apa pun, kecuali dipersembahkan.Saksi yehuwa mengupayakan perawatan medis terbaik untuk mereka sendiri dan keluarga mereka. Ketika mengalami problem kesehatan, mereka pergi ke dokter yang punya keahlian untuk


(31)

menyediakan pengobatan dan pembedahan tanpa darah. Saksi Yehuwa menghargai kemajuan yang telah dibuat dalam bidang medis. Malah, perawatan nondarah yang dikembangkan untuk menolong pasien Saksi kini digunakan untuk manfaat seluruh masyarakat. Di banyak negeri, pasien mana pun sekarang bisa memilih untuk menghindari risiko transfusi darah, seperti penyakit yang menular lewat darah, reaksi sistem kekebalan tubuh, dan kekeliruan manusia. Saksi Yehuawa tidak mempraktekkan penyembuhan iman. Perawatan medis yang tidak menggunakan transfusi darah lebih ekonomis. Pernyataan ini sama sekali tidak berdasar. Para dokter bedah sering melakukan prosedur rumit, seperti operasi jantung, pembedahan ortopedis, dan transplantasi organ, tanpa transfusi darah. para pasien, termasuk anak-anak, yang tidak menerima transfusi biasanya pemulihannya sama atau lebih baik daripada mereka yang menerimanya. Lagi pula, tidak ada yang bisa memastikan bahwa seorang pasien akan mati karena menolak darah atau akan tetap hidup karena menerimanya. Saksi yehuwa menolak transfusi darah karena ada alasan pertimbangan berikut seperti yang dituturkan oleh informan pak bintara:Ini soal kepercayaan agama, bukan soal medis. Perjanjian Lama dan Baru dengan jelas memerintahkan kita untuk tidak menggunakan darah. Imamat 17: melambangkan kehidupa bukan hanya karena taat kepada Allah melainkan juga respek kami kepada-Nya sebagai Sang Pemberi kehidupan.


(32)

Komunitas medis pernah memandang strategi untuk menghindari transfusi, juga disebut pengobatan nondarah, sebagai hal yang ekstrem, bahkan bunuh diri, tetapi ini telah berubah beberapa tahun belakangan. Misalnya, pada 2004, sebuah artikel yang diterbitkan di jurnal pendidikan medis menyatakan bahwa banyak dari teknik yang dikembangkan untuk digunakan pada pasien Saksi Yehuwa akan menjadi praktek standar beberapa tahun ke depan. Pada 2010, sebuah artikel di jurnal Heart, Lung and Circulation mengatakan bahwa ’pembedahan nondarah’ sebaiknya tidak hanya digunakan untuk Saksi-Saksi Yehuwa tetapi sebaiknya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari praktek pembedahan sehari-hari.

Ribuan dokter di seluruh dunia kini menggunakan teknik konservasi darah untuk melakukan pembedahan yang rumit tanpa transfusi. Alternatif transfusi darah seperti itu digunakan bahkan di negara-negara berkembang dan diminta banyak pasien yang merupakan non Saksi (Umum).


(33)

Contoh Gambar Pembedahan yang rumit bisa sukses tanpa transfusi darah

 Pengurangan kebebasan pribadi jemaat

Para pengritik juga telah berdebat bahwa berbagai kebijakan dan praktik Saksi-Saksi Yehuwa — termasuk terhadap perlakuan kepada anggota-anggota yang memisahkan diri mereka atau yang telah dikucilkan

(disfellowshipped) oleh jemaat, sambil membatasi informasi eksternal

tentang kelompok tersebut dari para bekas anggota, dan pengaturan terhadap kehidupan para anggota — membatasi kesanggupan anggota-anggotanya untuk melaksanakan hak kebebasan pribadiny Saksi Yehuwa mengajarkan bahwa "kebebasan untuk mengambil


(34)

keputusan harus dilakukan dalam batas-batas hukum-hukum dan

prinsip-prinsip Allah."

menetapkan tolok ukur tentang apa yang baik dan buruk.

 Pelarangan penggunaan fasilitas umum untuk pertemuan di dunia

Berapa negara seperti mereka. Meskipun larangan seperti itu kadang-kadang secara spesifik ditujukan kepada kelompok keagamaan ini, pada waktu-waktu lain digunakan pula alasan-alasan lain yang lebih umum seperti misalnya kemacetan lalu lintas dan kebisingan. Dalam kasus-kasus hukum tertentu, seperti misalnya Congrégation des témoins de Jéhovah de

St-Jérôme-Lafontaine v. St-Jérôme-Lafontaine (Village), pertikaian-pertikaian yang muncul

yang diajukan berdasarkan penggunaan lahan, tampaknya pada hakikatnya berakar pada bias keagamaan, demikian klaim Saksi-Saksi Yehuwa.

4.2Strategi Adaptasi Saksi Yehuwa di Kota Medan

Di Kota Medan, perkembangan komunitas Saksi Yehuwa ini tak jauh beda dengan perkembangan komunitas saksi Yehuwa di kota-kota lain di Indonesia. Hal ini diungkapkan narasumber Ibu Surbakti bahwa semua cara yang dilakukan oleh komunitas ini sama di setiap daerah. Saksi Yehuwa (SY, Jehovah Witnesses) adalah aliran agama yang sering secara terbuka mengaku sebagai ‘Siswa-Siswa Alkitab’ namun juga sering mengaku sebagai Kristen (namun ajarannya bersifat antitesa terhadap kekristenan) dan cenderung berpraktek melalui kunjungan dari


(35)

rumah-ke-rumah, dan sekalipun Saksi Yehuwa menyiarkan keyakinan mereka juga pada penganut agama lain, misi mereka memang diutamakan mendatangi umat Kristen yang sudah bergereja. Karena perilaku mereka yang cukup rajin mendatangi orang-orang di rumah mereka dan telah menimbulkan keresahan di kalangan umat beragama umumnya karena praktek kunjungan-kunjungan ke rumah-rumah masyrakat yang sudah beragama dan juga melakukan antitesa terhadap beberapa aspek pemerintahan, pada tahun 1976 melalui SK Jaksa Agung R.I., kegiatan Saksi Yehuwa dilarang. Melalui SK Jaksa Agung RI pula, pada tanggal 1 Juni 2001, SK tahun 1976 itu dicabut.

Prakteknya, Saksi Yehuwa sekalipun secara resmi dilarang kala itu, kegiatan mereka berjalan terus apalagi kegiatannya kurang kelihatan sebagai organisasi yang memiliki 'gedung pertemuan' dan Saksi Yehuwa lebih aktip dalam siar agamanya melalui pendekatan pribadi dengan kunjungan kerumah-rumah, apalagi di era reformasi dan keterbukaan sekarang, dapat dimaklumi kalau larangan demikian menjadi kurang efektif. Faktanya, mereka terus aktif mengadakan pertemuan-pertemuan di gedung-gedung pertemuan umum bahkan menurut 'Buku Kegiatan 1997' (hal.29-30) yang mereka terbitkan, disebutkan bahwa pada tanggal 19 Juli 1996 telah dibuka cabang Indonesia berupa gedung yang dipergunakan bukan saja sebagai tempat pertemuan dan kantor pusat kegiatan tetapi juga percetakan.

Memang dalam era reformasi dengan demokrasinya, dan bebasnya informasi melalui internet, sudah bukan masanya kalau umat Kristen menolak kehadiran mereka secara resmi karena itu melanggar HAM tentunya, tetapi umat


(36)

Kristen dengan institusinya tentu tepat bila menolak mereka sebagai bagian agama Kristen karena mereka menolak Yesus sebagai Tuhan dan Kristus yang bangkit dan menolak Alkitab Kristen sebagai firman Allah, jadi berbeda dengan kekristenan secara umum.

Ajaran Saksi Yehuwa bukanlah merupakan exegese dari Alkitab tetapi lebih merupakan ajaran para tokohnya. Buku utama mereka bukan Alkitab tetapi buku karya Russel berjudul 'Studies in the Scripture' (Penyelidikan Alkitab) yang dinilai lebih berotoritas dari Alkitab sendiri. Saksi Yehuwa merupakan organisasi teokratis yang menekankan keterlibatan semua anggotanya dalam siar agama, sedang nama Saksi Yehuwa adalah nama yang baru di kemudian hari ditahun 1931 dipakai, 52 tahun setelah Saksi Yehuwa berdiri, yang diambil dari ayat-ayat Yesaya 43:10-12

Saksi Yehuwa sangat aktif dalam siaran radio di samping kunjungan-kunjungan ke rumah-rumah, dan terutama propaganda literatur sangat tekankan. Banyak buku-buku propaganda telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan dicetak dengan harga murah tetapi dengan kualitas yang baik dan berwarna. Buletin Saksi Yehuwa berjudul 'Menara Pengawal' dan 'Sedarlah' sangat menarik karena dikemas begitu indah dan berisi masalah-masalah yang hangat dihadapi manusia modern. Disamping itu traktat-traktat berwarna banyak dicetak dan disebar luaskan. Biasanya tema promosi literatur Saksi Yehuwa berkisar soal penderitaan di bumi dan bahwa baik pemerintah maupun agama-agama tidak berhasil mengatasinya, dan hanya para Saksi Yehuwalah yang bisa menawarkan jalan keluar menuju firdaus yang kekal. Literatur Saksi Yehuwa bersifat


(37)

menyalahkan pemerintah-pemerintah maupun agama-agama secara umum terutama agama Katolik, dan dengan penjelasan para penyiar agama yang meyakinkan tentu saja banyak orang menjadi tertarik, apalagi bila yang bersangkutan sedang mengalami masalah dengan gereja yang diikutinya.

Dalam konteks Indonesia yang memasuki alam reformasi dan keterbukaan dan dengan adanya kemajuan media internet, maka interaksi dengan Saksi-Saksi Yehuwa tidak lagi terhindarkan. Pelarangan secara resmi tidak menjamin hilangnya para penganut Saksi Yehuwa dan usaha mereka dalam menyiarkan agama itu apalagi setelah sekarang diizinkan kembali beroperasi secara resmi. Karena itu, yang diperlukan bagi umat Kristen adalah kesiapan mereka dalam bersenjatakan senjata-senjata rohani dan mengetahui bagaimana cara-cara para Saksi Yehuwa dalam mendekati seseorang.

Biasanya dalam menyiarkan agama mereka di kalangan Kristen, mereka meminta izin masuk ke rumah dan berkenalan dengan pemilik rumah. Kemudian mereka mengajak berdiskusi mengenai masalah dunia dan ajaran Kristen. Awalnya memang mereka mengajak agar dibukakan Alkitab terjemahan Kristen (LAI), kemudian menafsirkan beberapa ayat-ayat tertentu di luar konteks dan yang ditafsirkan menurut terjemahan dan ajaran mereka yaitu Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru. Bila seseorang tertarik, mereka diajak untuk mengikuti 'Persekutuan Wilayah' dan bila makin teruji kesetiannya, mereka diajak bergabung dalam 'Balai Kerajaan'. Disini dengan pertemuan-pertemuan marathon beberapa kali seminggu, mereka dipersiapkan sebagai Saksi-Saksi Yehuwa yang dewasa dan siap untuk mendidik orang lain pula. Mereka juga dilatih untuk mengajarkan


(38)

ajaran Saksi Yehuwa kepada orang lain. Dapat dimaklumi mengapa para Saksi Yehuwa bersikap militan yaitu karena diberi peran yang besar sesuai dengan harga diri masing-masing. Bila dalam Balai Kerajaan mereka sudah teruji kesetiaannya barulah mereka dibaptis dengan cara diselam dan pada taraf ini mereka sudah tidak lagi bisa diubah pandangan imannya. Perjamuan Suci tidak diberlakukan sebagai sakramen persekutuan iman tetapi dirayakan setahun sekali sekedar sebagai peringatan kematian Yesus. Kebangkitan Yesus dalam daging tidak dipercaya mereka.

Para Saksi Yehuwa yang datang kerumah-rumah adalah mereka yang terdidik secara disiplin dan dibekali kemampuan berdebat yang luar biasa, karena itu biasanya umat Kristen (apalagi yang awam) akan sangat sukar melayani, dan bila mereka tidak mampu melayani perdebatan itu kemungkinan terbuka akan tertarik ajaran tersebut. Karena Saksi Yehuwa dilatih begitu intensip maka dalam berdiskusi mereka sudah biasa menghadapi pertanyaan dan menguasai materi pembicaraan, karena itu umat Kristen harus berhati-hati untuk masuk dalam percakapan dengan mereka, apalagi bila anggota Saksi Yehuwa yang datang kalah dalam berdiskusi, biasanya anggota yang lain yang lebih matang dan senior akan datang sampai lawan bicaranya kalah.

Cara yang terbaik yang dapat dilakukan oleh umat Kristen adalah membekali diri dengan senjata-senjata rohani yang diperlukan (Efs.6:10-20) seperti Iman, Firman yang adalah pedang Roh, kebenaran, keadilan, doa & berjaga-jaga, dan kesediaan memberitakan Injil. Sekalipun demikian bila belum benar-benar menguasai firman Tuhan ada baiknya menghindari perdebatan


(39)

dengan Saksi Yehuwa. Justru karena menghadapi serangan yang gencar seharusnya umat Kristen terus dengar-dengaran akan firman Tuhan dan belajar untuk mengerti firman Tuhan dengan mendalam sehingga ia dapat menangkis panah-panah api yang diarahkan kepadanya. Saksi Yehuwa hanyalah salah satu aliran 'kultus' (cult) yang bekerja di sekitar kekristenan, tetapi kita harus sadar bahwa dalam era reformasi dan keterbukaaan yang didukung oleh kebebasan internet, maka umat Kristen akan berhadapan dengan begitu banyak aliran kultus yang baru yang ada yang ringan tetapi ada juga yang berat bahkan membius.

Karena itu tidak ada cara lain dari umat Kristen yang harus ditempuh kecuali hidup sebagai anak Tuhan yang taat akan firman Tuhan, rajin berbakti dan bersekutu, dan rajin berdoa sambil berjaga, dengan sikap demikian diharapkan ajaran-ajaran kultus tidak sampai mempengaruhi iman kita yang mula-mula. Aliran-aliran kultus diawal abad ke-XXI ini sangat bervariasi, ada yang ringan yang ingin memurnikan ajaran Kristen dan makin mendekati kekristenan Alkitabiah (Advent), ada yang fanatik (Mormon & Saksi Yehuwa), dan bahkan ada yang rela mati bersama-sama mengikuti pimpinan mereka (Jim Jones & Kenisah Matahari), berani berperang (David Koresj), bahkan berani membunuh orang-orang secara massal demi keyakinan mereka akan Armagedon (Aum Shrinkiyo). Beberapa ciri aliran kultus (cult) yang perlu diwaspadai adalah sebagai berikut37

 Aliran kultus berkisar pada ajaran tokoh-tokoh yang dikultuskan yang dianggap sebagai nabi atau messias, dan biasanya ucapan dan

:

37


(40)

perilakunya diikuti oleh para pengikutnya dengan fanatik tanpa reserve menggantikan peran Yesus Kristus. (Saksi Yehuwa mengkultuskan Charles Tase Russel dan tulisannya ‘Studies in Scriptures).

 Aliran kultus biasanya bersikap eksklusif, bahwa merekalah umat pilihan yang benar dan semua agama terutama Kristen adalah sesat. Karena itu mereka mengecam gereja-gereja yang resmi yang disebut 'Susunan Kristen.' Dalam hal Saksi Yehuwa merekalah yang dianggap termasuk kerajaan Theokratis.

 Adanya semangat akan Akhir Zaman yang luar biasa, dan seperti Saksi Yehuwa sekalipun jelas ramalan-ramalan para tokohnya selalu terbukti keliru, fanatisme itu tetap eksis;

 Biasanya aliran kultus memiliki 'Kitab' suci ucapan dan tulisan para tokohnya yang dianggap lebih berotoritas daripada Alkitab Kristen. Saksi Yehuwa memiliki ‘Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru’ dan ‘buku karya Charles Tase Russel (Setelah Russel meninggal diselesaikan Rutheford) berjudul ‘Studies in Scriptures.’;

 Jalan Keselamatan dalam Kristus di tolak dan biasanya ditambah-tambahi dengan 'taurat baru' apakah itu dalam bentuk memelihara hari Sabat, vegetarian, hukum Taurat, amal baik, atau dalam kasus Saksi Yehuwa menjadi penyiar agama Saksi Yehuwa;

 Tetapi, ada satu hal menarik yang tidak bersifat prinsip tetapi efektif adalah 'peran kaum awam yang aktif' dalam ikut serta menyiarkan keyakinan mereka. Saksi Yehuwa melakukan kunjungan ke rumah-rumah penduduk;


(41)

 Dan, tidak dapat disangkal bahwa aliran-aliran kultus sangat menekankan pelayanan melalui literatur, yaitu traktat-traktat, buku, majalah maupun brosur-brosur dan disamping itu mereka gencar melakukan siar agama melalui internet. Saksi Yehuwa paling menonjol dalam hal ini.

Dikeluarkannya SK pencabutan larangan akan beroperasinya aliran Saksi Yehuwa tentu tidak perlu dikuatirkan oleh umat Kristen karena itu sejalan dengan demokrasi yang dijalankan pemerintahan Gus Dur, namun pencabutan SK itu jelas akan berdampak makin bebasnya mereka mengunjungi rumah-rumah semua orang dari agama apapun karena memang misi mereka demikian, namun dibalik itu masyarakat Indonesia menjadi tahu secara terbuka bahwa kalau selama ini mereka yang sering keluar-masuk rumah penduduk dijadikan stigma sebagai 'misi penginjilan Kristen' sekarang dengan terang masyarakat akan tahu bahwa itu adalah para 'Saksi-Saksi Yehuwa', yang juga mendatangi rumah umat Kristen sekalipun mereka mengaku sebagai 'Kristen' juga. Dalam buku doktrin mereka disebutkan:

Sekarang ini mereka gemar akan melakukan kewajiban yang diletakkan di atas pundak tiap-tiap orang Kristen sejati, yaitu menyiarkan kabar kesukaan mengenai kerajaan Allah. Dengan segala suka hati mereka pergi, dari rumah ke rumah, di jalan-jalan besar, dan di tempat-tempat pertemuan umum memberitakan jalan Allah menuju ke arah hidup kepada umat Katolik, Protestan, Yahudi dan orang-orang penganut kepercayaan agama lain, atau yang tak beragama sama sekali" (Karena Allah Itu Benar Adanya, hlm.257-258).


(42)

4.3 Strategi Dalam Meyakinkan Penganut Saksi Yehuwa Yang Baru

Dalam hal ini para penganut saksi yehuwa ada menggunakan metode ataupun langkah pengajaran dan latihan yang bertujuan untuk menjangkau dan meyakinkan penganut Saksi Yehuwa yang baru. Adapun langkah atau metode tersebut antara lain sebagai berikut:

 Memberikan Bahan Cetakan

Para penganut Saksi Yehuwa biasanya menjual dan memberikan bahan cetakannya kepada para penganut Saksi Yehuwa yang baru, dimana bahan cetakan tersebut berupa majalah-majalah, judul majalah tersebut antara lain : Menara Pengawal dan sedarlah. Para penganut saksi yehuwa tersebut tidak hanya sekedar menjual ataupun memberikan majalah tersebut, akan tetapi mereka juga bersedia untuk mengadakan pertemuan mendiskusikan dengan pembeli mengenai ajaran ajaran mereka.

Salah seorang informan yang membenarkan hal ini dan mengatakan:

“Dalam melakukan pengabaran injil yang saya lakukan yaitu pertama-tama mendatangi setiap rumah kerumah masyarakat dengan maksud untuk memberikan buku ataupun majalah menara pengawal dan sedarlah yang sering kami bagikan. Biasanya orang yang menerima bahan cetakan tersebut dapat membayar dengan sukarela tidak di paksa. Kalau tidak dibayar ya kami juga tidak apa-apa”.

Informan Bapak Sitepu:

“Selain bahan cetakan menara pengawal dan sedarlah, saksi yehuwa juga membawau alkitab dan publikasi-publikasi lainnya berupa buku kecil sebanyak 32 halaman, buku besar, brosur-brosur dan kita selalu menawarkannya kepada setiap orang


(43)

Gambar Sampul majalah Menara Pengawal

Gambar Sampul Majalah Sedarlah

 Kunjungan Kepada pembeli

Setiap penginjil dan pemimpin daerah para penganut agama Saksi Yehuwa selalu membuat catatan yang teliti mengenai semua buku dan majalah, brosur yang telah diberikan atau dijual. Kemudian para Saksi Yehuwa tersebut


(44)

mengunjungi setiap pembeli dan mendiskusikan atau membahas buku yang dibeli serta Saksi Yehuwa bersedia menjawab setiap pertanyaan yang diajukan sipembeli dengan menggunakan ayat-ayat alkitab sebagai bukti. Ayat-ayat itu ada banyak yang sdipetik satu-satu serta dikutip diluar hubungan kalimat, dalam usaha mendoktrin pembeli agar mau masuk menjadi penganut Saksi Yehuwa.

Selain itu Saksi Yehuwa haruslah sigap dan mawas diri terhadap disekitar kawasan disekelilingnya, seperti masalah kehidupan sosial seperti: kehidpan sosial ekonomi, bencana alam, kriminalitas dan sebagainya. Saksi Yehuwa akan menghubungkan atau mengaitkan keadaan tersebut dengan ayat-ayat dari alkitab. Hal ini dilakukan oleh Saksi Yehuwa dalam meyakinkan para penganut-penganut yang baru untuk menjadi penganut ajaran Saksi Yehuwa, seperti yang dikatakan oleh Deni:

“Apabila sudah ada orang menerima atau membeli buku saksi yehuwa kami akan mendatanginya kembali dan saksi yehuwa membahas kejadian ataupun persoalan-persoalan yang ada dibuku tersebut dan mengaitkan dengan ke kehidupan sehari-hari dan juga mengaitkannya dengan kejadian-kejadian sekarang lalu alkitab menjadi sumber referensinya”.

 Pelajaran di Rumah

Saksi Yehuwa menantikan kesempatan untuk menyarankan agar di perkenankan datang kerumah untuk menjelaskan bahan cetakan yang dibeli tersebut agar dapat dipahami sipembeli tersebut. Saksi Yehuwa meyakinkan pembeli bahwa mereka sudah terlatih, dan sanggup menolong pembeli menyelesaikan persoalan apa saja yang timbul dibenaknya.

Saksi Yehuwa bersedia datang setiap saat, pada waktu yang cocok bagi pembeli. Mereka memberi ajaran atau doktrin sedikit demi sedikit secara bertahap,


(45)

Biasanya pelajaran itu diberikan secara pribadi kepada calon anggota. Terlebih dahulu calon harus mengalami pencucian otak yaitu pikirannya harus dibersihkan dari semua paham yang dia anut sebelumnya yang bertentangan dengan ajaran-ajaran (doktrin) Saksi Yehuwa. Hal ini dituturkan oleh informan Siaruan:

“Saksi yehuwa dengan senang hati akan membimbing orang-orang yang mau mengenal dan belajar tentang saksi yehuwa dimanapun tempatnya, dan tidak menuntut upah ataupun bayaran”.

 Pelajaran Sedaearah

Sesudah pelajaran diberikan secara pribadi di rumah, maka calon itu dipimpin selangkah lebih maju, yakni: Mengikuti pelajaran indoktrinasi sedaerah. Sampai saat ini belum ada terhadap calon agar ia hadir disalah satu Balai kerajaan (gereja atau tempat pertemuan Saksi Yehuwa). Para Saksi Yehuwa itu dengan hati-hati memimpin calonnya tahap demi tahap, sampai ia benar-benar sudah mengalami pencucian otak dan indoktrinasi. Kelompak belajar (studi group) itu merupakan satu kumpulan dari semua calon anggota di daearh yang berdekatan, yaitu perhimpunan orang-orang yang sudah lebih dahulu belajar dirumah masing-masing. Pelajaran-pelajaran sedaearah itu dibawakan oleh seorang Saksi Yehuwa yang sudah lama menjadi penganut Saksi Yehuwa, dan cukup pandai menjawab pertanyaan dan keberatan yang mungkin diajukan.

 Undangan Ke Balai Kerajaan

Setelah fase pencucian otak selesai dilakukan calon penganut saksi yehuwa itu siap di didik di balai kerajaan. Selain pelajaran alkitab disitu juga diberikan pelajaran doktrin dan organisasi Saksi Yehuwa tersebut. Dijelaskan


(46)

kepada calon tersebut tentang pekerjaan gerakan Saksi Yehuwa, serta tanggung jawabnya sendiri jika ia menjadi anggota. Pelajaran- peljaran di balai kerajaan itu tidak selesai-selesai, dan belum pernah ada seorangpun yang tamat.

 Calon Itu Diutus sebagai Penjual

Setelah calon itu didik kemudian, calon itu siap keluar sebagai penjual bahan cetakan, dengan demikian calon itu mulai melakukan langkah-langkah indoktrinasi seperti yang dilakukan pendahulunya kepada dia. Pertama-tama ia diutus dengan di dampingi oleh seorang anggota yang terlatih dan dapat dipercaya. Baik selama masa latihannya maupun sesudahnya, ia diharapkan supaya memberikan waktu sebanyak-banyaknya bagi pekerjaan alirannya, serta memberi laporan secara teratur kepada pemimpin-pemimpin daerahnya, seperti yang dikatakan oleh informan hera maya: calon tersebut mulai dilatih untuk menjadi pemberita/penyiar ajaran alkitab Saksi Yehuwa tetapi belum di baptis.

Kesediaan untuk menjadi penyiar ataupan pengabar Saksi Yehuwa merupakan kerelaan hati sendiri apabila calon sudah merasa mengalami kemajuan rohani, bukan dipaksakan dari penganut Saksi Yehuwa yang lain. Ada persyaratan yang harus dilakukan untuk menjadi pengabar atau penyiar Saksi Yehuwa, persyaratan itu berupa pertanyaan yang diajukan oleh penatua dan guru alkitab kepadanya. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh penatua atau guru alkitab tersebut biasanya pertanyaan mengenai isi alkitab dan juga mengenai kehidupan sehari-hari yang mungkin ada kebiasaan buruk yang sulit ditinggalkan yang bertentangan dengan ajaran mereka. Adapun Pertanyaan yang diajukan kepada calon tersebut antara lain sebagai berikut:


(47)

1. Apakah pernyataan-pernyataan orang tersebut memperlihatkan bahwa ia mempercayai alkitab sebagai firman allah yang terilham?

2. Apakah ia mengetahui dan memmercayai ajaran- ajaran alkitab sehingga apabila ia ditanya ia akan menjawab selaras dengan alkitab dan tidak menuruti ajaran agama palsu yang tidak sesuai dengan alkitab atau pendapatnya sendiri?

3. Apakah ia sedang mengindahkan perintah alkitab untuk bergabung dengan umat Allah? Apakah ia sudah datang berhimpun dalam corak-corak perhimpunan?

4. Apakah ia mengetahui apa yang alkitab ajarkan tentang pencabulan, perzinahan,poligami, homoseksualitas dan apakah ia sedang hidup selaras dalam ajaran-ajaran tersebut?

5. Apakah ia mengindahkan larangan alkitab tentang pemabukan? Apakah ia bebas dari semua zat alami atau buatan yang mencandu?

6. Apakah ia melihat pentingnya menghindari pergaulannya yang tidak sehat?

7. Apakah ia sebelumnya adalah anggota dari suatu organisasi atau agama yang lain?

8. Apakah ia sama sekali tidak terlibat dalam urusan dunia politik?

9. Apakah ia memercayai dan hidup selaras apa yang alkitab ajarkan?


(48)

 Calon itu dibaptis ke dalam Teokrasi

Saksi Yehuwa banyak menggunakan istilah Teokrasi yang artinya wilayah kekuasaan ilahi. Merekak menganggap bahwa Teokrasi atau Kerajaan Allah itu tak lain dan tak bukan adalah oganisasi mereka sendiri. Seperti halnya saat menjadi penyiar, calon saksi yehuwa juga harus menjawab pertanyaan sebagai satu cara untuk membuat pernyataan lisan dihadapan umum tentang iman mereka untuk benar-benar di baptis menjadi penginjil/pengabar ajaran Saksi Yehuwa. Bukan hanya modal kata percaya dari mulutnya tetapi harus diperlihatkan juga dari kelakuan kehidupan sehari-hari seperti sifatnya dan aktivitasnya selama menjadi penyiar ajaran Saksi Yehuwa.

Calon Saksi Yehuwa juga memberitahu kepada pengawas umum sidang bahwa ia ingin dibaptis. Pengawas umum akan mengatur agar beberapa penatua meninjau ajaran-ajarana dasar alkitab bersama calon Saksi Yehuwa. Jika para penatua itu sepakat bahwa calon Saksi Yehuwa memenuhi syarat, mereka akan memberitahu calon Saksi Yehuwa tersebut bahwa ia dapat di baptis. Setelah dibaptis, calon anngota itu sudah sah menjadi seorang saksi yehuwa yang lengkap, yang sudah di indoktrinir serta berhak untuk menyandang nama Saksi Yehuwa. Untuk didaerah medan pembaptisan sering dilakukan dikolam-kolam renang ataupun membuat kolam sendiri.

Adapun cara pembaptisan yaitu dengan membenamkan seluruh tubuh kedalam air atau kolam yang telah disediakan untuk menunjukkan kepada umum bahwa ia telah membaktikan diri kepada Yehuwa. Acara Pembaptisan merupakan acara tetap dalam kebaktian-kebaktian tahunan, yakni kebaktian distrik, kebaktian


(49)

wilayah yang diselenggarakan oleh Saksi Yehuwa. Setelah Saksi Yehuwa dibaptis harus wajib menginjil seperti yang dituturkan oleh informan hera maya: Saksi Yehuwa yang sudah dibaptis harus wajib menginjil. Menginjil dengan cara mendatangi rumah setiap rumah.

Gambar Prosesi pembaptisan Calon Saksi Yehuwa

5.Pendapatan dan Pengelolaan Sumber Dana Saksi Yehuwa

Pada umumnya setiap organisasi mempunyai anggaran dasar rumah tangganya (ADRT) untuk menjalankan dan meggerakkan kemajuan organisasinya tersebut. Sama halnya dengan Saksi Yehuwa, mereka juga membutuhkan dana untuk pengembangan ajaran Saksi Yehuwa. Biasanya setiap organisasi atau semua oraganisasi yang bergerak memiliki sumber dana, baik itu dari iuran wajib anggotanya, kiriman dana dari pusat bahkan internasional. Berbeda dengan Saksi Yehuwa mereka tidak memiliki sumber dana dari pihak manapun dan juga tidak meminta kepada siapapun.


(50)

Berdasarkan hasil wawancara dilapangan, dapat diketahui bahwa dana Saksi Yehuwa berasal dari penganutnya sendiri, tidak ada bantuan dari siapapun, baik itu dari pusat/internasional dan dana yang diperoleh merupakan sumbangan sukarela dari para penganutnya. Seperti yang dituturkan oleh informan Deni: Tidak ada bantuan dana dari pusat, dana berasal dari para penganutnya sendiri dan itu merupakan sumbangan sukarela dari penganutnya. Saksi Yehuwa berbeda dengan agama lainnya seperti halnya agama kristen pada umumnya contoh yang paling dekat, dimana kalau masalah mengenai persembahan (kolekte) Saksi Yehuwa tidak memiliki kolekte (persembahan) baik itu perhimpunan/sidang (ibadah) mingguan, perhimpunan distrik ataupun kegiatan rohani lainnya.

Akan tetapi, dalam pehimpunan-perhimpun (ibadah) Saksi Yehuwa mereka menyediakan kotak sumbangan yang tidak dipegang sebagai wadah/tempat bagi penganut-penganut Saksi Yehuwa langsung memasukkan dana sukarelanya kedalam kotak sumbangan tersebut lalu dierahkan semuannya ke kantor cabang. Semua kebutuhan/keperluan diberitahu kepusat, tidak dipegang oleh sidang, akan tetapi kas sidang juga ada, yang dipergunakan untuk membeli peralatan sederhana untuk keperluan siadang sehari-hari. Kas sidang dimasukkan kecabang lalu dilaporkan kepusat. Seperti yang dikatakan oleh informan pak sitepu: kas sidang yang biasanya digunakan untuk memmbeli peralatan sederhana misalnya sapu.

6. Tempat/Gedung Saksi Yehuwa

Saksi Yehuwa membangun atau mendirikan gedung tempat ibadahnya sumber dana berasal dari penganutnya sendiri dan tidak ada patokan berdasarkan sukarela dan tenaga manusia yang digunakan untuk membangun gedung tersebut dilakukan


(51)

oleh Saksi Yehuwa sendiri baik itu laki-laki maupun perempuan mereka bergotong royong dan mereka tiadak digaji. Seperti yang diungkapkan oleh ibu surbakti; ketika membangun tempat ibadah tersebut mereka bergotong royong secara sukarela tanpa digaji termasuk ibu surbakti salah satunya yang ikut. Gedung atau tempat ibadah yang dibangun Saksi Yehuwa diberi nama Balai Kerajaan.

7.Tanda atau Lambang (symbol) Saksi Yehuwa

Dalam dunia perlambangan ada 2 hal yang perlu diketahui yaitu, Pertama: sesuatu rohaniah (sakral) yang hendak dijelaskan. Kedua: benda Lambang yang dipakai untuk menjelaskan. Pada umumnya setiap Organisasi atau institusi (Lembaga) atau apapun itu termasuk sekalipun agama biasanya memiliki lambang atau tanda sebagai ciri khas suatu organisasi (institusi) tersebut. Contohnya saja agama Islam dengan lambang ka’bahnya atau agama Kristen Protestan dengan lambang Salib, agama kristen katholik dengan lambang Bunda Marianya dan lain sebagainya.

Dengan lambang atau simbol yang dimiliki setiap institusi ataupun organisasi itu merupakan suatu pengenal bagi kita orang awam. Akan tetapi, Saksi Yehuwa tidak mempunyai lambang/tanda/simbol seperti organisasi ataupun institusi lainnya seperti yang dikatakan oleh informan hera maya; lambang/simbol/tanda, kami tidak memilikinya karena dilarang, dasarnya adalah hukum taurat yaitu Jangan ada Allah lain dihadapanku. Disatu sisi mereka menyebut organisasi mereka merupakan bagian dari agama kristen. Tapi disisi lain Saksi Yehuwa jaga tidak mengakui adanya salib. Pertimbangan mereka


(52)

tertulis di kitab galatia 3 : 13, yang mengatakan: Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis :

Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib. Saksi Yehuwa hanya

mengakui bahwa yesus mati ditiang siksaan dengan cara dipantek. Saksi Yehuwa juga mengambil kutiban dari alkitab Ulangan 21 : 22, yang bunyinya : Apabila seseorang berbuat dosa yang sepadan dengan hukuman mati, lalu ia dihukum

mati, kemudian kau digantung dia pada sebuah tiang. Sementara infoman lain

mengatakan (Pak Bintara) yang dapat dijadikan sebagai ciri khas yaitu: Saksi Yehuwa juga sudah mempunyai gedung sebagai tempat ibadah ataupun perhimpunan serta untuk kegiatan rohani lainnya yang disebut dengan Balai Kerajaan, yang dulu tempat perhimpunan saksi yehuwa hanya dirumah jemaat saja, tetapi sekarang setelah pemerintah memberikan ijin, Saksi Yehuwa sudah mulai membangun gedung sebagai tempat beribadah ataupun kegiatan rohani lainnya.

Selain itu Saksi Yehuwa Juga memiliki bahan bacaan Sedarlah dan Menara Pengawal. Bahan bacaan tersebut dikemas dengan sedemikian rupa yang isinya menganai tentang masalah-masalah semua bidang kehidupan dihadapi manusia modern. Selain kedua bahan buku bacaan tersebut, Saksi Yehuwa juga mempunyai traktat-traktat atau buku-buku terbitan Watch Tower yang berwarna banyak dan disebarluaskan. Semua bahan bacaan atau literatur Saksi Yehuwa tidak ada nama pengarangnya melainkan mereka memakai nama organisasi/lembaga Saksi Yehuwa, yakni Watch Tower Bible And Tract Of Pennsylvania. Seperti yang dikatakan oleh informan pak baintara: Semua bahan cetakan ataupun buku Saksi Yehuwa tidak ada nama pengarangnya mereka hanya


(53)

menuliskan nama lembaga/ organisasi Saksi Yehuwa, berbeda dengan buku diluar Saksi Yehuwa yang selalu menuliskan nama pengarangnya seakan ingin menonjolkan diri pribadinya.


(54)

BAB V

5.1. Kesimpulan

Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh kalangan Saksi Yehuwa dalam mempertahankan keberadaannya di masyarakat dapat dikatakan sebagai sebuah cerminan masih adanya anggapan serta pemahaman yang menyimpang terhadap kelompok agama tertentu di negeri ini. Strategi mereka dalam beradaptasi di tengah-tengah masyarakat yang heterogen adalah upaya untuk menepis stigma negatif yang telah terbentuk selama tahun-tahun belakangan ini. Stigma negatif semakin berkembang semenjak adanya pelarangan dari pemerintah melalui Surat Keputusan Jaksa Agung No. 129 Tahun 1976, dan dengan melalui SK tersebut telah jelas melarang berbagai kegiatan Saksi Yehuwa atau Siswa Alkitab di seluruh wilayah Indonesia. Sebab, Saksi Yehuwa memuat hal-hal yang bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku seperti penolakan salut bendera dan penolakan dalam berpolitik. Meski pada tahun 1994 SK tersebut telah dicabut, namun bagi sebagian masyarakat terutama bagi kelompok agama tertentu sudah terlanjur ada pandangan negatif yang mendalam mengenai ajaran Saksi Yehuwa.

Pandangan masyarakat mengenai komunitas Saksi Yehuwa yang menganggap mereka aliran sesat tidak semerta-merta membuat komunitas Saksi Yehuwa menutup dirinya . Bahkan yang terjadi adalah sebaliknya, Saksi Yehuwa membuka diri mereka di tengah-tengah masyarakat dengan berupaya merangkul bsemua kalangan dengan berbagai ajaran mereka, sekalipun masih saja ada masyarakat yang tidak mau menerimanya.


(55)

Maka dengan begitu strategi Saksi Yehuwa agar mampu beradaptasi ditengah-tengah masyarakat dan juga upaya untuk melakukan penyebarannya seperti yang telah didapat dari data lapangan yaitu sebagai berikut:

1. Membawa bahan cetakan berupa majalah-majalah ataupun literatur Saksi Yehuwa untuk ditawarkan kerumah-rumah yang akan dikunjungi, dan dengan hati yang terbuka menerima bagaimanapun bentuk respon dari orang yang dikunjungi tersebut.

2. Adanya tindak lanjutan jika majalah atau literatur-literatur yang mereka sebarkan tadi diterima berupa diskusi atau sosialisasi mengenai apa yang ada di majalah tersebut.

3. Dengan banyaknya bertebaran didunia internet mengenai berbagai pandangan negatif terhadap Saksi Yehuwa, komunitas Saksi Yehuwa membuat argumentasi positif dengan pendekatan atau gaya bahasa bersifat diplomatis dan bersahabat lewat berbagai situs ataupun blog ( contohnya,

4. Dengan adanya pandangan masyarakat dari luar bahwa Saksi Yehuwa itu sebagai kultus tidak semata-mata membuat Saksi Yehuwa menjadi sangat tertutup akan kegiatan-kegiatan mereka bahkan sebaliknya mereka membuka diri untuk menunjukkan bahwa mereka bukan mengkultuskan ajaran alkitab melainkan pengagungan atas keimanan mereka terhadap Allah. Contohnya pada upacara pembaptisan calon anggota baru Saksi Yehuwa, hal itu dilakukan agar calon saksi lebih menghayati bahwa dirinya benar-benar disucikan.


(56)

5. Melalui berbagai program penyiaran radio misalnya lewat siaran Radio Peduli Kasih ( RPK) yang mana juga dapat di akses lewat internet. Hal –hal yang diutarakan ataupun yang disosialisasikan yaitu berupa pemahaman alkitabiah dengan adanya untuk tidak bersinggungan atau berselisih paham dengan ajaran Kristen.

5.2. Saran

Dengan adanya pandangan-pandangan negatif terhadap Saksi Yehuwa jelas ini tidak boleh dibiarkan terus menerus bertahan, yang mana memaksa komunitas Saksi Yehuwa harus memikirkan berbagai cara agar dapat bertahan ditengah-tengah masyarakat . Hal ini merupakan sebuah ironi karena masyarakat Indonesia yang sudah terkenal dengan kemajemukannya dan semangat persatuan yang diusung adalah bhinneka tunggal ika ( biar berbeda-beda, tetapi tetap satu jua).

Dengan ini penulis memberikan saran agar berbagai pihak terutama umat kristen yang selama ini berpandangan negatif terhadap komunitas Saksi Yehuwa lebih membuka mata hati dan pikirannya guna menciptakan toleransi antara sesama umat beragama.


(57)

BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

2.1 Gambaran Umum Kota Medan

Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di propinsi Sumatera Utara, Kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis secara regional. Bahkan sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah daerah.

Secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif dekat dengan kota-kota / negara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia, Singapura dan lain-lain. Demikian juga secara demografis Kota Medan diperkirakan memiliki pangsa pasar barang asa yang relatif besar. Hal ini tidak terlepas dari jumlah penduduknya yang relatif besar dimana tahun 2007 diperkirakan telah mencapai 2.083.156 jiwa. Demikian juga secara ekonomis dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor tertier dan sekunder, Kota Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat perdagangan dan keuangan regional nasional.

2.2. Kota Medan Secara Geografis

Secara umum ada 3 (tiga) faktor utama yang mempengaruhi kinerja pembangunan kota, (1) faktor geografis, (2) faktor demografis dan (3) faktor sosial ekonomi. Ketiga faktor tersebut biasanya terkait satu dengan lainnya, yang


(58)

secara simultan mempengaruhi daya guna dan hasil guna pembangunan kota termasuk pilihan-pilihan disesuaikan dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota Medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada Tahun 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951, yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59 Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September 1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat. Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973 Kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang terdiri dari 11 Kecamatan dengan 116 Kelurahan. Berdasarkan luas administrasi yang sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor 140/2271/PUOD, tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan melakukan pemekaran Kelurahan menjadi 144 Kelurahan.

Perkembangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefisitan 7 Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992 tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan. Berdasarkan perkembangan

administrative ini, kota Medan kemudian tumbuh secara geografis, demografis


(59)

Secara administratif, wilayah kota medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjang wilayah Utara nya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber Daya alam (SDA), Khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara geografis kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya Sumber daya alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.

Di samping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Maka kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun kuar negeri (ekspor - impor). Posisi geografis Kota Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik , yaitu daerah terbangun Belawan dan pusat kota Medan saat ini.

2.3. Kota Medan Secara Demografis

Penduduk Kota Medan memiliki ciri majemuk yaitu yang meliputi unsur agama, suku etnis, budaya dan keragaman (plural) adapt istiadat. Hal ini memunculkan karakter sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka. Secara Demografi, Kota Medan pada saat ini juga sedang mengalami masa


(60)

transisi demografi. Kondisi tersebut menunjukkan proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi menuju keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian semakin menurun. Berbagai faktor yang mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah perubahan pola fikir masyarakat dan perubahan sosial ekonominya. Di sisi lain adanya faktor perbaikan gizi, kesehatan yang memadai juga mempengaruhi tingkat kematian.

Dalam kependudukan dikenal istilah transisi penduduk. Istilah ini mengacu pada suatu proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi ke keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian rendah. Penurunan pada tingkat kelahiran ini disebabkan oleh banyak faktor, antara lain perubahan pola berfikir masyarakat akibat pendidikan yang diperolehnya, dan juga disebabkan oleh perubahan pada aspek sosial ekonomi. Penurunan tingkat kematian disebabkan oleh membaiknya gizi masyarakat akibat dari pertumbuhan pendapatan masyarakat. Pada tahap ini pertumbuhan penduduk mulai menurun. Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun kematian sudah tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga cenderung untuk tidak banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau urbanisasi.

Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural. Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas), meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi, termasuk arus ulang alik (commuters), mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun


(61)

kematian sudah tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga cenderung untuk tidak banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau urbanisasi.

2.4. Kota Medan Secara Kultural

Sebagai pusat perdagangan baik regional maupun internasional, sejak awal Kota Medan telah memiliki keragaman suku (etnis), dan agama. Oleh karenanya, budaya masyarakat yang ada juga sangat pluralis yang berdampak beragamnya nilai–nilai budaya tersebut tentunya sangat menguntungkan, sebab diyakini tidak satupun kebudayaan yang berciri menghambat kemajuan (modernisasi), dan sangat diyakini pula, hidup dan berkembangnya nilai-nilai budaya yang heterogen, dapat menjadi potensi besar dalam mencapai kemajuan. Keragaman suku, tarian daerah, alat musik, nyanyian, makanan, bangunan fisik, dan sebagainya, justru memberikan kontribusi besar bagi upaya pengembangan industri pariwisata di Kota Medan.

Adanya prularisme ini juga merupakan peredam untuk munculnya isu-isu primordialisme yang dapat mengganggu sendi-sendi kehidupan sosial. Oleh karenanya, tujuannya, sasarannya, strategi pembangunan Kota Medan dirumuskan dalam bingkai visi, dan misi kebudayaan yang harus dipelihara secara harmonis.

2.5. Kota Medan Secara Sosial

Kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan, keamanan dan ketertiban, agama dan lainnya, merupakan faktor penunjang dan penghambat bagi pertumbuhan ekonomi Kota Medan. Keberadaan sarana pendidikan kesehatan dan fasilitas kesehatan lainnya, merupakan sarana vital bagi


(1)

11. Teman-teman Antropologi Sosial FISIP USU dari angkatan terutama untuk angkatan 2007: Tata, Rendi. Tino. Edy, Boby, Zizah, Rabitah,Marni,Arni,siti dianur, pardin, Fikri dan semua angkatan 2007 yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Dan buat teman-teman antropologi angkatan lainnya seperti; Ramles Malau, Tety Gultom, Efendi Nainggolan atas dukungannya yang besar dalam penyusunan skripsi ini. 12. Rekan-rekan lain Seperti: Bernad Pardosi, Natal situmorang, Windra

naibaho, dan juga Andri Binsar Simanjuntak yang telah berbagi ilmu baik itu berhubungan langsung dengan penyusunan skiripsi ini maupn tidak. Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai kesempurnaan. Namun, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, semua itu dikarenakan oleh adanya keterbatasan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis akan menerima dengan hati dan pikiran terbuka atas segala kritik dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Selanjutnya penulis berharap agar karya ini dapat berguna dan bermanfaat bagi peningkatan ilmu pengetahuan sosial terutama pada disiplin ilmu Antropologi Sosial.

Medan, 20 April 2014


(2)

DAFTAR ISI

I. Kata Pengantar ... i

II. Daftar Isi ... iv

III. Abstrak ... vi

IV. Daftar Tabel ... vii

V. Daftar Gambar ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Masalah dan Latar Belakang ... 1

1.2 Tinjauan Pustaka ... 14

1.3 Rumusan Masalah ... 23

1.4 Lokasi Penelitian ... 23

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 23

1.6 Metode Penelitian ... 24

1.6.1 Teknik Pengumpulan Data ... 24

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 2.1 Gambaran Umum Penelitian ... 28

2.2 Kota Medan Secara Geografis ... 28

2.3 Kota Medan Secara Demografis ... 30

2.4 Kota Medan Secara Kultural ... 32

2.5 Kota Medan Secara Sosial ... 32

2.6 Kecamatan Medan Tuntungan ... 33


(3)

2.7.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 34

2.7.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 35

2.7.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Golongan Usia ... 36

2.7.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 36

2.7.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ... 37

2.7.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis/Suku ... 39

2.7.7 Organisasi Di Desa ... 40

2.8 Profil Saksi Yehuwa ... 40

2.8.1 Sejarah Singkat Masuknya Saksi Yehuwa Di Kota Medan ... 40

BAB III KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA PENGIKUT SAKSI YEHUWA DI KOTA MEDAN 3.1 Interaksi Sosial ... 45

3.2 Kontak Sosial ... 46

3.3 Komunikasi ... 47

3.4 Kehidupan Sosial Budaya Pengikut Saksi Yehuwa Pada Umumnya ... 48

3.5 Ruang Lingkup dan Keanggotaan ... 50

3.6 Kehidupan Sosial Budaya Pengikut Saksi Yehuwa Di Kota Medan ... 53

3.7 Kehidupan Sosial Dalam Keluarga Dan Kebebasan Berpikir ... 57 3.8 Perlakuan Terhadap Anggota-anggota


(4)

Yang Memisahkan Diri ... 59 3.9 Penggunaan Internet ... 61 BAB IV

STRATEGI ADAPTASI SAKSI-SAKSI YEHUWA DI KOTA MEDAN 4.1 Konsep Adaptasi ... 63 4.2 Strategi Adaptasi Saksi Yehuwa Di Kota Medan ... 73 4.3 Strategi Dalam Meyakinkan Penganut

Saksi Yehuwa Yang Baru ... 81

BAB V

5.1 Kesimpulan ... 93 5.2 Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 96 LAMPIRAN

Draft Wawancara ... 97 Daftar Gambar ... 98


(5)

ABSTRAK

Hutahaean, Parlaungan 2014, Judul: Komunitas Saksi Yehuwa (Studi Etnografi Mengenai Keberadaan Salah Satu Ajaran Kristen Di Kota Medan). Skripsi ini terdiri dari 5 bab; 92 halaman, 7 tabel, 8 gambar, 16 daftar pustaka, ditambah 11 sumber internet, dan lampiran.

Penelitian ini mengkaji tentang strategi adaptasi komunitas Saksi Yehuwa di kota Medan yang berlokasi di Kelurahan Simpang Selayang, Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan. Strategi adaptasi penganut Saksi Yehuwa di kota Medan khususnya di daerah Kelurahan Simpang Selayang, Kecamatan Medan Tuntungan terhadap masyarakat kota Medan yang majemuk.

Yang menjadi tujuan penelitian ini adalah menggambarkan secara mendetail mengenai bentuk-bentuk strategi adaptasi yang dilakukan oleh komunitas Saksi Yehuwa dalam upayanya mempertahankan keberadaan mereka di tengah-tengah masyarakat. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan sifat etnografi yang menggambarkan bagaimana cara komunitas Saksi Yehuwa mempertahankan keberadaannya.

Sementara dalam upaya untuk memperoleh data dari lapangan agar dapat mendapatkan kesimpulan hasil penelitian, peneliti menggunakan metode observasi di lapangan dan wawancara dengan informan. Selain itu juga, peneliti menggunakan beberapa literatur untuk membantu penyusunan skripsi ini. Analisis data dilakukan mulai dari awal penelitian ini, serta diurutkan dan dilakukan dengan pendekatan on going analysis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi adaptasi komunitas Saksi Yehuwa dalam upayanya mempertahankan keberadaan mereka di tengah-tengah masyarakat yang majemuk sifatnya terbuka terhadap masyarakat majemuk yang mana merupakan atau dapat dikatakan sebagai pihak yang berseberangan dengan mereka—berdasarkan berbagai pandangan kontrovertif masyarakat atas mereka. Strategi adaptasi mereka tersebut dengan gamblang dapat ditemukan lewat berbagai upacara keagamaan maupun pola penyebaran ajaran aliran Saksi Yehuwa dan lain sebagainya yang cenderung bersifat positif ataupun bersahabat.


(6)

DAFTAR TABEL

1. Tabel Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

2. Tabel Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin 3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Golongan Usia 4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan 5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

6. Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis/Suku

7. Tabel Perbedaan Doktriner Antara Ajaran Kristen dengan Ajaran Saksi Yehuwa

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar Pembedahan yang rumit bisa sukses tanpa transfusi darah 2. Gambar Sampul majalah Menara Pengawal

3. Gambar Sampul Majalah Sedarlah

4. Gambar Prosesi pembaptisan Calon Saksi Yehuwa

5. Gambar Penganut Saksi Yehuwa baru selesai mengikuti kegiatan ibadah.

6. Gambar Penganut Saksi Yehuwa yang terlihat sedang kusyuk berdoa. 7. Gambar Proses pembaptisan seorang calon saksi.

8. Gambar Salah satu bentuk bangunan yang merupakan tempat ibadah bagi komunitas Saksi Yehuwa di kota Medan.