Komunitas Saksi Yehuwa: Studi Etnografi Mengenai Keberadaan Salah Satu Aliran Kristen Di Kota Medan

BAB II
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

2.1 Gambaran Umum Kota Medan
Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di propinsi Sumatera
Utara, Kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis
secara regional. Bahkan sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara, Kota Medan
sering digunakan sebagai barometer dalam pembangunan dan penyelenggaraan
pemerintah daerah.
Secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab
berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif dekat
dengan kota-kota / negara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia,
Singapura dan lain-lain. Demikian juga secara demografis Kota Medan
diperkirakan memiliki pangsa pasar barang asa yang relatif besar. Hal ini tidak
terlepas dari jumlah penduduknya yang relatif besar dimana tahun 2007
diperkirakan telah mencapai 2.083.156 jiwa. Demikian juga secara ekonomis
dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor tertier dan sekunder, Kota
Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat perdagangan dan keuangan
regional nasional.

2.2. Kota Medan Secara Geografis

Secara umum ada 3 (tiga) faktor utama yang mempengaruhi kinerja
pembangunan kota, (1) faktor geografis, (2) faktor demografis dan (3) faktor
sosial ekonomi. Ketiga faktor tersebut biasanya terkait satu dengan lainnya, yang

Universitas Sumatera Utara

secara simultan mempengaruhi daya guna dan hasil guna pembangunan kota
termasuk pilihan-pilihan disesuaikan dengan dinamika pembangunan kota, luas
wilayah administrasi Kota Medan telah melalui beberapa kali perkembangan.
Pada Tahun 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal
29 September 1951, yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha,
meliputi 4 Kecamatan dengan 59 Kelurahan. Maklumat Walikota Medan
dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor
66/III/PSU tanggal 21 September 1951, agar daerah Kota Medan diperluas
menjadi tiga kali lipat. Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
22 Tahun 1973 Kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi
26.510 Ha yang terdiri dari 11 Kecamatan dengan 116 Kelurahan. Berdasarkan
luas administrasi yang sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam
Negeri Nomor 140/2271/PUOD, tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan melakukan
pemekaran Kelurahan menjadi 144 Kelurahan.

Perkembangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH
Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996
tentang pendefisitan 7 Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan
berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992
tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II
Medan, secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21
Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan. Berdasarkan perkembangan
administrative ini, kota Medan kemudian tumbuh secara geografis, demografis
dan secara sosial - ekonomis akibat penanaman modal (investasi).

Universitas Sumatera Utara

Secara administratif, wilayah kota medan hampir secara keseluruhan
berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan
dan Timur. Sepanjang wilayah Utara nya berbatasan langsung dengan Selat
Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia.
Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber
Daya alam (SDA), Khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya
secara geografis kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya Sumber
daya alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara,

Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini
menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai
kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat
dengan daerah-daerah sekitarnya.
Di samping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat
Malaka, Maka kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu
masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik
maupun kuar negeri (ekspor - impor). Posisi geografis Kota Medan ini telah
mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik , yaitu
daerah terbangun Belawan dan pusat kota Medan saat ini.

2.3. Kota Medan Secara Demografis
Penduduk Kota Medan memiliki ciri majemuk yaitu yang meliputi unsur
agama, suku etnis, budaya dan keragaman (plural) adapt istiadat. Hal ini
memunculkan karakter sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka.
Secara Demografi, Kota Medan pada saat ini juga sedang mengalami masa

Universitas Sumatera Utara

transisi demografi. Kondisi tersebut menunjukkan proses pergeseran dari suatu

keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi menuju keadaan dimana
tingkat kelahiran dan kematian semakin menurun. Berbagai faktor yang
mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah perubahan pola fikir
masyarakat dan perubahan sosial ekonominya. Di sisi lain adanya faktor
perbaikan gizi, kesehatan yang memadai juga mempengaruhi tingkat kematian.
Dalam kependudukan dikenal istilah transisi penduduk. Istilah ini
mengacu pada suatu proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat
kelahiran dan kematian tinggi ke keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian
rendah. Penurunan pada tingkat kelahiran ini disebabkan oleh banyak faktor,
antara lain perubahan pola berfikir masyarakat akibat pendidikan yang
diperolehnya, dan juga disebabkan oleh perubahan pada aspek sosial ekonomi.
Penurunan tingkat kematian disebabkan oleh membaiknya gizi masyarakat akibat
dari pertumbuhan pendapatan masyarakat. Pada tahap ini pertumbuhan penduduk
mulai menurun. Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun
kematian sudah tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga
cenderung untuk tidak banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau
urbanisasi.
Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai
dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural.
Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas),

meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi,
termasuk arus ulang alik (commuters), mempengaruhi kebijakan kependudukan
yang diterapkan.Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun

Universitas Sumatera Utara

kematian sudah tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga
cenderung untuk tidak banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau
urbanisasi.

2.4. Kota Medan Secara Kultural
Sebagai pusat perdagangan baik regional maupun internasional, sejak awal
Kota Medan telah memiliki keragaman suku (etnis), dan agama. Oleh karenanya,
budaya masyarakat yang ada juga sangat pluralis yang berdampak beragamnya
nilai–nilai budaya tersebut tentunya sangat menguntungkan, sebab diyakini tidak
satupun kebudayaan yang berciri menghambat kemajuan (modernisasi), dan
sangat diyakini pula, hidup dan berkembangnya nilai-nilai budaya yang heterogen,
dapat menjadi potensi besar dalam mencapai kemajuan. Keragaman suku, tarian
daerah, alat musik, nyanyian, makanan, bangunan fisik, dan sebagainya, justru
memberikan kontribusi besar bagi upaya pengembangan industri pariwisata di

Kota Medan.
Adanya prularisme ini juga merupakan peredam untuk munculnya isu-isu
primordialisme yang dapat mengganggu sendi-sendi kehidupan sosial. Oleh
karenanya, tujuannya, sasarannya, strategi pembangunan Kota Medan dirumuskan
dalam bingkai visi, dan misi kebudayaan yang harus dipelihara secara harmonis.
2.5. Kota Medan Secara Sosial
Kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan,
keamanan dan ketertiban, agama dan lainnya, merupakan faktor penunjang dan
penghambat bagi pertumbuhan ekonomi Kota Medan. Keberadaan sarana
pendidikan kesehatan dan fasilitas kesehatan lainnya, merupakan sarana vital bagi

Universitas Sumatera Utara

masyarakat untuk mendapat pelayanan hak dasarnya yaitu hak memperoleh
pelayanan pendidikan dan kesehatan serta pelayanan sosial lainnya .
Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan merupakan
salah satu masalah utama pengembangan kota yang sifatnya kompleks dan multi
dimensional yang penomenanya di pengaruhi oleh berbagai faktor yang saling
berkaitan, antara lain : tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, lokasi, gender
dan kondisi lingkungan. Kemiskinan bukan lagi dipahami hanya sebatas ketidak

mampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan
perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan
secara bermartabat.

2.6. Kecamatan Medan Tuntungan
Kecamatan Medan Tuntungan, adalah salah satu dari 21 kecamatan di
kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan Medan Tuntungan Kota
Medan berbatasan dengan:
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Johor
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
- Sebelah Utara berbatasan dengan Medan Selayang.
Kecamatan Medan Tuntungan pada umumnya mempunyai dua iklim
musim yaitu musim kemarau dan musim hujan yang mana kedua iklim tersebut
dipengaruhi oleh angin laut dan angin pegunungan. Salah satu kelurahan yang
akan diteliti dalam penelitian ini adalah Kelurahan Simpang Selayang, yang
merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Medan Tuntungan rincian: 3,36 Ha

Universitas Sumatera Utara


luas pemukiman, 00,4 Ha luas kuburan, 1,40 Ha luas perkarangan, 00,7 Ha luas
tanam, 0,30 Perkantoran.
Kelurahan Simpang Selayang memiliki 17 lingkungan dengan batas-batas wilayah
Kelurahan Simpang Selayang terdiri dari:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Selayang
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kel. Kem. Tani
- Sebelah Timur berbatasan dengan kel. Lau Cih.
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Tj. Selamat.

2.7 Demografi Penduduk
Penduduk Kelurahan Simpang Selayang berjumlah 16.673 jiwa. Untuk
memperjelas komposisi penduduk Kelurahan Simpang Selayang ini dapat dilihat
berdasarkan agama, jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan dan etnis/suku.

2.7.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama
Mayoritas penduduk Kelurahan Simpang Selayang ini menganut agama
Islam sekitar 56,80, penduduk menganut agama Kristen Protestan 39,78%,
penduduk menganut agama Kristen Katolik 2,48%, penduduk menganut agama
Hindu 0,45% dan penduduk yang menganut agama Budha 0,49%. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dalam tabel nomor 2.1 sebagai berikut:


Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama
No

Agama

Jumlah

%

1

Islam

9.471

56,80


2

Kristen Protestan

6.631

39,78

3

Kristen Khatolik

413

2,48

4

Hindu


76

0,45

5

Budha

82

0,49

16.673

100

Jumlah

Sumber : Data yang diperoleh dari kantor Kecamatan
Dari tabel di atas memperlihatkan bahwa agama Islam merupakan agama
mayoritas yang dianut oleh penduduk di Kelurahan Simpang Selayang. Setelah itu
agama Kristen Protestan, Katholik dan Hindu juga terdapat di daerah ini.

2.7.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kelurahan Simpang
Selayang dimana perempuan memiliki persentase yang tinggi yakni sebesar
50,72% dan selebihnya 49,28% komposisi penduduk yang berjenis kelamin lakilaki. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table nomor 2.2 sebagai berikut:

Tabel 2.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No

Jenis Kelamin

Jumlah

Persentase

1

Laki-laki

8.217

49,28

2

Perempuan

8.456

50,72

Universitas Sumatera Utara

Jumlah

16.673

100

Sumber : Data yang diperoleh dari kantor Kelurahan

2.7.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Golongan Usia
Komposisi penduduk berdasarkan golongan usia dimana usia 16 – 55
tahun memiliki persentase yang tinggi yakni sebesar 59,65%, golongan usia diatas
55 tahun sebesar 23,39% dan selebihnya 16,96% lainya komposisi penduduk yang
bergolongan usia 0 – 15 tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.3
sebagai berikut :

Tabel 2.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Golongan Usia
No

Usia

Laki-laki

Perempuan

Persenta
se

1

0 – 15 tahun

1.410

1.418

16,96

2

16 – 55 tahun

4.847

5.100

59,65

3

diatas 55 tahun

1.806

2.092

23,39

8.063

8.610

100

Jumlah

Sumber : Data yang diperoleh dari kantor Kelurahan

2.7.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Kelurahan
Simpang Selayang dimana masyarakat dengan tingkat pendidikan SLTA
merupakan yang tertinggi yaitu 38,01%, sebesar 31,17% masyarakat dengan
pendidikan SLTP, sebesar 15,47% masyarakat dengan pendidikan SD, dan bahkan

Universitas Sumatera Utara

masih ada masyarakat yang tidak tamat SD yaitu sebesar 6,58%, hanya ada 6,15%
mayarakat dengan pendidikan Diploma, 2,50% pendidikan S1, 0,09% pendidikan
S2 dan 0,02% dengan pendidikan S3. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
2.4 berikut ini :

Tabel 2.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No

Tingkat Pendidikan

Jumlah

Persentase

1

Tidak tamat SD

1.004

6,58

2

SD

2.358

15,47

3

SLTP

4.751

31,17

4

SLTA

5.793

38,01

5

Diploma

938

6,15

6

S1

381

2,50

7

S2

11

0,09

8

S3

2

0,02

15.238

100

Jumlah

Sumber: Data yang diperoleh dari kantor Kelurahan

2.7.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
Komposisi penduduk di Kelurahan Simpang Selayang berdasarkan jenis
pekerjaan dimana masyarakat dengan jenis pekerjaan lain-lain sebanyak 29,35%,
mayarakat dengan pekerjaan sebagai PNS sebagai 15,70% dan pengusaha sebesar
Pengusaha % dan 13,9%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel 2.5 berikut
ini :

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
No

Jenis Pekerjaan

Jumlah

Persent
ase

1

Pegawai Negeri

735

15,70

2

TNI

8

0,17

3

POLRI

15

0,32

4

Pensiunan

352

7,51

PNS/TNI/Polri
5

Petani

345

7,37

6

Pedagang

107

2,28

7

Buruh tani

456

9,74

8

Dosen Swasta

16

0,34

9

Supir

175

3,73

10

Pembantu rumah

25

0,53

tangga
11

Pengusaha

702

14,99

12

Buruh

340

7,26

13

Montir

31

0,66

14

Dan lain-lain

1.374

29,35

4.681

100

Jumlah

Sumber: Data yang diperoleh dari kantor Kelurahan

Universitas Sumatera Utara

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pekerjaan utama masyarakat di
Kelurahan Simpang Selayang adalah pekerjaan lain-lain, kemudian mayarakat
berkerja sebagai pekerja bangunan.

2.7.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis/Suku
Komposisi penduduk berdasarkan etnis/suku di Kelurahan Simpang
Selayang adalah mayoritas etnis/suku Jawa yaitu sebesar 41,44%, kemudian etnis
karo dengan jumlah 36,03% dan beberapa etnis minoritas lainnya. Berikut ini
adalah tabel komposisi penduduk berdasarkan etnis/suku di Kelurahan Simpang
Selayang.

Tabel 2.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis/Suku
No

Etnis/suku

Jumlah

Persentas
e

1

Karo

6.008

36,03

2

Melayu

810

4,85

3

Jawa

6.910

41,44

4

Batak

1.708

10,24

5

Aceh

248

1,48

6

Nias

238

1,42

7

Tamil/India

137

0,82

8

Banjar

20

0,11

9

Banten

55

0,32

10

Minang

244

1,46

Universitas Sumatera Utara

11

Tiong Hoa

75

0,44

12

Dan lain-lain

220

1,31

16.673

100,00

Jumlah

Sumber: Data yang diperoleh dari kantor Kelurahan
Masyarakat di Kelurahan Simpang Selayang sangat heterogen. Terdapat
beberapa suku mayoritas dan minoritas yang menetap di desa tersebut. Ini
menunjukan Kelurahan Simpang Selayang kaya akan suku budaya.
2.7.7 Organisasi Di Desa
Kelurahan Simpang Selayang ini memiliki organisasi yang cukup berjalan
dengan baik. Masyarakat begitu antusias di dalam pengurusan organisasi. Adapun
organisasi masyarakat misalnya, persatuan keagamaan, persatuan sosial, persatuan
kelompok suku-suku, dan organisasi kepemudaan (KNPI, AMPI, FKPPI, Karang
Taruna dan Ikatan Remaja Mesjid).

2.8 Profil Saksi Yehuwa
2.8.1 Sejarah Singkat Masuknya Saksi Yehuwa Di Kota Medan
Misionaris Saksi Yehuwa dari Austaralia, bernama Frank Rice, bulan juli
1931 mulai mengabarkan injil kerajaan di Batavia. Dan hasil seperti dinubuatkan
dalam Yesaya pasal 60 dan 61, terwujud juga di kepulauan Indonesia, bahwa
banyak orang mendengar dan menerima injil kerajaan sorgawi dari Yehuwa. Yang
paling kecil dari Yesaya 60:22 telah menjadi seribu dalam bulan Mei 1964 (1.069)
terdiri dari lebih 20 suku yang berasal dari lebih 30 pulau mengahsilkan puncak
4314 pemberita injil.

Universitas Sumatera Utara

“yang paling kecil akan menjadi kaum yang besar, dan yang paling lemah
akan menjadi bangsa yang kuat; Aku, Tuhan, akan melaksanakannya dengan
segera pada waktunya.” (Yesaya 60:22).

Pada tahun 1975, 1.009 orang membaktikan diri kepada Yehuwa dengan
baptisan air dan tahun berikutnya, 11.298 saksi dan peminat mengahadiri
perjamuan malam. Selama 50 tahun, misionaris-misonaris dari Saksi-Saksi
Yehuwa datang dari banyak negeri dan sangat membantu pekerjaan pemberitaan
kerjaan Allah dan menjadikan murid. Tetapi seperti diperlihatkan sejarah, orangorang indonesia sendiri, pria, wanita, dan kaum remaja, yang ambil bagian
terbesar dalam pekerjaan baru ini.
Theodorus Ratu, dari Minahasa adalah orang Indonesia pertama yang ikut
dalam dinas yang bagus ini. Selama bertahun-tahun ia bekerja dengan Charles
Harris, Bill Hunter, dan saudara-saudara lain, melayani di Jawa, Sumatera, dan
Sulawesi Utara dan turut berlayar bersama Misionaris-misonaris Australia dengan
kapal lembaga “Light Bearer” (pembawa terang) ke banyak kota di pesisir pantai.
Ia juga melayani di Singapura dimana ia dibaptis tahun 1936. Sewaktu mengabar
di Sibolga, ia ditangkap atas dasar memilki bacaan-bacaan terlarang.
Pada tahun 1940, Cockman mengunjungi Sumatera. Pada tanggal 26
Oktober 1953, pengawas keliling berkunjung ke Palembang untuk menemui
Charles Harahap yang telah di baptis dan aktif sebelum pendudukan Jepang.
Dengan bantuan dua Misionaris, sebuah sidang dibentuk disana dalam bulan Juli
1954.

Universitas Sumatera Utara

Sesudah masa selang 14 tahun, tiba saatnya untuk memusatkan perhatian
lagi ke medan. Untuk pertama kali nya sejak tahun 1940, seorang wakil
berkunjung ke medan tanggal 14 Juli 1954. Sebuah rumah Misionaris dibuka
dalam bulan April 1955, dan Malthy, Susie serta Marian Stove melayani dengan
Misionaris. Menjelang kahir tahun, 15 orang mulai menghadiri perhimpunan di
rumah tersebut. Keadaan akhirnya mengharuskan Misionaris-misionaris pergi dan
baru di tahun 1962, sebuah sidang terbentuk di Medan dengan bantuan para
perintis istimewa. Kemudian, seiring waktu berjalan semakin bertambah pula
sidang-sidang Saksi Yehuwa, bahkan saat penyebaran ajaran Saksi Yehuwa
dibekukan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1976, sudah ada lima sidang di
Medan, yakni :
1. Sidang Medan Utara
2. Sidang Medan Belawan
3. Sidang Medan Timur
4. Sidang Medan Selatan
5. Sidang Medan Barat

Kemudian, sekarang di era reformasi dan setelah pemerintah Indonesia
kembali memberikan izin kepada Saksi Yehuwa untuk menyebarkan ajarannya,
komunitas Saksi Yehuwa di kota Medan semakin bertambah. Sampai tahun 2007,
sudah ada 25 sidang Saksi Yehuwa di kota Medan, dimana ruang lingkup tiap
sidang diatur oleh keadaan alam, letak Geografis dan tidak terikat oleh batas
administrasi pemerintah. Komunitas ke-25 sidang Saksi Yehuwa di kota Medan
tersebut, adalah :

Universitas Sumatera Utara

1. Sidang Medan Baru
2. Sidang Medan Pancur Batu
3. Sidang Medan Babura
4. Sidang Medan Deli Tua
5. Sidang Medan Sunggal
6. Sidang Medan Tuntungan
7. Sidang Medan Selayang
8. Sidang Medan Tanjung Morawa
9. Sidang Medan Cinta Damai
10. Sidang Medan Kelambir
11. Sidang Medan Sei Putih
12. Sidang Medan Helvetia
13. Sidang Medan Marelan
14. Sidang Medan Belawan
15. Sidang Medan Utara
16. Sidang Medan Durian
17. Sidang Medan Timur
18. Sidang Medan Aksara
19. Sidang Medan Mandala
20. Sidang Medan Denai
21. Sidang Medan Tembung
22. Sidang Medan Teladan
23. Sidang Medan Selatan
24. Sidang medan Polonia

Universitas Sumatera Utara

25. Sidang medan Simalingkar

Dalam hal ini, sidang diartikan sebagai suatu kelompok (Eklesia) atau
kelompok orang yang beribadah. Suatu sidang layak didirikan apabila sudah ada
20 orang yang menganut ajaran Saksi Yehuwa yang sudah di baptis serta telah
memilki tenaga pelayanan (Penatua, Penggembala, Hamba Pelayanan). Kalau
jumlahnya masih dibawah 20 orang, maka dinamakan kelompok.
Saat ini, Medan dan Sumatera Utara terbukti paling produktif di seluruh
Indonesia. Sebagian besar saudara-saudara dari Sumatera Utara berasal dari
Agama Protestan Batak yang menguasai daerah Tapanuli. Diluar kota Medan
sendiri, sudah banyak juga sidang Saksi Yehuwa yang berdiri, seperti di Binjai,
Satabat, Tanjung Pura, Pangkalan Brandan, Besitang, Kuala, Timbang Langkat,
Berastagi, Kabanjahe, Tiga Binanga, Tiga Lingga, Tanjung Langkat, bahkan
setiap ibukota kecamatan hampir rata-rata sudah ada sidangnya masing-masing.

Universitas Sumatera Utara