Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Dan Hasil Audit Bpk Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terjadinya krisis pada tahun 1996 merupakan faktor perubahan
penyelenggaraan pemerintah. Saat itu sebagian wewenang dari pemerintah
pusat diberikan kepada sebagian wewenang dari pemerintah pusat diberikan
kepada daerah atas pengelolaan keuangan daerah, dengan tujuan agar daerah
mampu
untuk
membiayai
pembangunan
dan
pelayanan
atas
dasar
keuangannya sendiri.
Perubahan penyelenggaraan pemerintah akibat dari krisis ekonomi ini
mengubah
penyelenggaraan
pemerintah
dari
sentralisasi
menjadi
desentralisasi. Desentralisasi yang terjadi sekarang ini mengakibatkan
perubahan paragdigma pemerintah di indonesia, karena dengan adanya
desentralisasi maka akan muncul yang namanya otonomi daerah.
Otonomi daerah merupakan kewenangan suatu daerah untuk menyusun,
mengatur, dan mengurus daerahnya sendiri tanpa ada campur tangan serta
bantuan dari pemerintah pusat. Jadi, dengan adana desentralisasi maka akan
ada dampak positif pada pembangunan daerah dan dapat memajukan
pembangunan nasional.
Pada Undang – Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintah daerah
perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara
pemerintah
pusat
dengan
daerah
dan
antar
daerah,
potensi
dan
1
Universitas Sumatera Utara
keanekaragaman daerah, serta peluang dan tantangan persaingan global dalam
kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintah negara. Oleh karena itu,
pemerintah daerah harus mampu menyelenggarakan pemerintahannya agar
tercipta tata kelola pemerintahan daerah yang baik. Adanya evaluasi,
monitoring, dan pengukuran kinerja yang sistematis guna mengukur kemajuan
yang dicapai pemerintah daerah dalam kurun waktu tertentu juga perlu
diterapkan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2008 (PP No. 6/2008)
tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah disebutkan
bahwa salah satu evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah
berupa Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EKPPD).
Untuk melengkapi PP No. 6/2008, maka diterbitkan Peraturan Menteri Dalam
Negeri No. 73 Tahun 2009 (Permendagri No. 73/2009) tentang Tata Cara
Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Dalam
Pasal 5 Permendagri No. 73/2009 ini disebutkan bahwa EKPPD menggunakan
LPPD sebagai sumber informasi utama yang difokuskan pada informasi
capaian kinerja pada tataran pengambil kebijakan dan pelaksana kebijakan
dengan menggunakan Indikator Kinerja Kunci (IKK). Hasil dari EKPPD
tersebut
berupa
Laporan
Hasil
Evaluasi
Pemeringkatan
Kinerja
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang pertama kalinya diselenggarakan
untuk LPPD tahun anggaran 2007.
Pengukuran kinerja merupakan komponen yang penting karena akan
memberikan umpan balik atas rencana yang telah diimplementasikan. Wood
2
Universitas Sumatera Utara
(1998) mengungkapkan bahwa fungsi dari pengukuran kinerja dapat
menjelaskan mengenai (1) evaluasi bagaimana program tersebut berjalan; (2)
sarana perbandingan atas pelayanan yang diberikan; (3) alat komunikasi
dengan publik.
Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah adalah kemampuan suatu daerah
untuk menggali dan mengelola sumber - sumber keuangan asli daerah dalam
memenuhi kebutuhan guna mendukung berjalannya sistem pemerintahan,
pelayanan kepada masyarakat dan pembangunan daerahnya. Pengukuran
kinerja keuangan pemerintah daerah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya: Tingkat Kekayaan Daerah, Tingkat Ketergantungan pada Pusat,
Belanja Daerah, Temuan Audit dan Opini Audit.
Kekayaan Pemda diproksikan dengan pendapatan asli daerah (PAD).
PAD sebagai salah satu penerimaan daerah yang bersumber dari wilayahnya
sendiri yang mencerminkan tingkat kemandirian daerah (Santosa dan Rahayu
2005). Kemampuan suatu daerah menggali PAD akan mempengaruhi
perkembangan dan pembangunan daerah tersebut sehingga semakin besar
kontribusi PAD terhadap APBD, maka akan semakin kecil ketergantungan
terhadap bantuan pemerintah pusat.
Tingkat ketergantungan pada pusat dapat diproksikan dengan besarnya
Dana Alokasi Umum (DAU). Menurut Darwanto dan Yustikasari (2007) dana
alokasi umum (DAU) adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan
dengan tujuan pemerataan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan
pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Berkaitan dengan
3
Universitas Sumatera Utara
perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, hal tersebut
merupakan konsekuensi adanya penyerahan kewenangan pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah. Dengan demikian, terjadi transfer yang cukup
signifikan di dalam APBN dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dan
pemerintah daerah secara leluasa dapat menggunakan dana ini apakah untuk
memberi pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat atau untuk keperluan
lainya.
Berdasarkan Undang Undang Nomor 23 tahun 2014, Belanja Daerah
adalah semua kewajiban Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Belanja
daerah dikelompokkan dalam belanja tidak langsung dan belanja langsung.
Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait
secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Sementara itu
belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan yang secara langsung
terkait dengan pelaksanaan program dan kegiatan.
Temuan Audit BPK merupakan merupakan kasus-kasus yang ditemukan
BPK terhadap laporan keuangan pemerintah daerah atas pelanggaran yang
dilakukan suatu daerah terhadap ketentuan pengendalian intern maupun
terhadap ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Opini audit adalah laporan yang diberikan seorang akuntan publik
terdaftar sebagai hasil penilaiannya atas kewajaran laporan keuangan yang
disajikan perusahaan. Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa
4
Universitas Sumatera Utara
tahap sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus
diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya.
Sebelumnya telah dilakukan penelitian tentang kinerja pemerintah daerah
antara lain oleh Azhar (2008) yang meneliti tentang kinerja pemerintah daerah
kabupaten/kota sebelum dan setelah otonomi daerah. Dalam penelitian
tersebut kinerja diukur dengan desentarisasi fiskal, upaya fiskal, dan tingkat
kemampuan pembiayaan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan terdapat
perbedaan kinerja pemerintah daerah dalam bentuk desentralisasi fiskal, upaya
fiskal dan kemampuan pembiayaan sebelum dan setelah otonomi daerah.
Penelitian yang dilakukan oleh Mustikarini dan Fitriasari (2012)
menggunakan variabel pengungkapan dari laporan keuangan daerah yang
diwakili oleh total aset, PAD, DAU, dan total realisasi anggaran pendapatan,
serta memerlukan laporan hasil pemeriksaan BPK tahun 2007 untuk
mendapatkan jumlah temuan audit. Hasil dari penelitian ini membuktikan
bahwa semua variabel karakteristik Pemda dan juga temuan audit BPK
berpengaruh signifikan terhadap variabel independen dengan arah yang sesuai
dengan hipotesis kecuali untuk variabel belanja daerah. Variabel ukuran
daerah, kekayaan daerah dan tingkat ketergantungan daerah terhadap
pemerintah pusat berpengaruh positif terhadap skor kinerja Pemda sedangkan
variabel belanja daerah dan temuan audit BPK berpengaruh negatif terhadap
skor kinerja Pemda.
Penelitian Sumarjo (2010) menguji pengaruh karakteristik pemerintah
daerah
terhadap
kinerja
keuangan
pemerintah
daerah.
Karakteristik
5
Universitas Sumatera Utara
pemerintah daerah terdiri dari ukuran (size) pemerintah daerah, kemakmuran
(wealth) pemerintah
daerah, ukuran
(size) legislatif, leverage,
dan
intergovernmental Revenue. Pengujian data karakteristik pemerintah daerah
yang terdiri dari ukuran (size) pemerintah daerah, kemakmuran (wealth),
ukuran legislatif, leverage, dan intergovermental revenue terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah yang dilakukan dengan menggunakan model
regresi berganda menunjukkan hasil bahwa ukuran (size) pemerintah daerah,
leverage, dan intergovermental revenue berpengaruh terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah. Kemakmuran (wealth) tidak berpengaruh
terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Ukuran legislatif atau dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dalam penelitian ini dinyatakan tidak
terpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Untuk leverage
berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Ukuran
(size) pemerintah daerah yang diukur dengan total aktiva berpengaruh positif
terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Intergovermental revenue juga
terbukti berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.
Penelitian Noviando (2015) meneliti tentang pengaruh karakteristik
pemerintah daerah
dan hasil pemeriksaan audit BPK terhadap kinerja
pemerintah daerah otonomi daerah di indonesia. Penelitian menunjukan
bahwa karakteristik pemerintah daerah yang diukur dengan tingkat kekayaan
daerah dan ketergantungan kepada pemerintah pusat berpengaruh signifikan
terhadap kinerja pemerintah daerah. Sedangkan opini audit dan temuan audit
juga berpengaruh signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah otonomi baru.
6
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
apakah Tingkat Kekayaan Daerah, Tingkat Ketergantungan pada Pusat,
Belanja Daerah, Temuan Audit dan Opini Audit berpengaruh tehadap kinerja
pemerintah daerah untuk mengetahui apakah dalam upaya mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, pemerintah daerah tidak hanya memenuhi peraturan
hukum yang berlaku melainkan apakah dalam proses pencapaian tujuan
tersebut telah dilakukan secara ekonomis dan efisien serta telah mencapai
hasil yang diharapkan secara efektif sehingga peneliti melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Dan Hasil
Pemeriksaan Audit Bpk Terhadap Kinerja Pemerintah Daera h”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan
latar
belakang
masalah
yang
telah
dikemukakan
sebelumnya, maka rumusan masalah penelitian adalah : Apakah karakteristik
pemerintah daerah dan hasil pemeriksaan audit BPK berpengaruh terhadap
kinerja pemerintah daerah ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui atau menganalisis
adanya pengaruh karakteristik pemerintah daerah dan hasil pemeriksaan audit
BPK terhadap kinerja pemerintah daerah.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
7
Universitas Sumatera Utara
1. Bagi Akademi
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan dan
wawasan mengenai penetapan peringkat dan status kinerja pemerintah
daerah terhadap laporan penyelenggaraan pemerintah daerah.
2. Bagi Pemerintah Daerah
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan dan bahan
pertimbangan untuk meningkatkan kinerja pemerintah daerah.
3. Bagi Peneliti
Penelitian
ini
diharapkan
dapat
meningkatkan
wawasan
dan
pengetahuan tentang pengaruh karakteristik pemerintah daerah dan
hasil pemeriksaan audit BPK terhadap kinerja pemerintah daerah di
indonesia.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk pengembangan
ilmu pengetahuan yang dijadikan sebagai bahan acuan dan referensi
untuk penelitian lebih lanjut oleh calon peneliti berikutnya.
8
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terjadinya krisis pada tahun 1996 merupakan faktor perubahan
penyelenggaraan pemerintah. Saat itu sebagian wewenang dari pemerintah
pusat diberikan kepada sebagian wewenang dari pemerintah pusat diberikan
kepada daerah atas pengelolaan keuangan daerah, dengan tujuan agar daerah
mampu
untuk
membiayai
pembangunan
dan
pelayanan
atas
dasar
keuangannya sendiri.
Perubahan penyelenggaraan pemerintah akibat dari krisis ekonomi ini
mengubah
penyelenggaraan
pemerintah
dari
sentralisasi
menjadi
desentralisasi. Desentralisasi yang terjadi sekarang ini mengakibatkan
perubahan paragdigma pemerintah di indonesia, karena dengan adanya
desentralisasi maka akan muncul yang namanya otonomi daerah.
Otonomi daerah merupakan kewenangan suatu daerah untuk menyusun,
mengatur, dan mengurus daerahnya sendiri tanpa ada campur tangan serta
bantuan dari pemerintah pusat. Jadi, dengan adana desentralisasi maka akan
ada dampak positif pada pembangunan daerah dan dapat memajukan
pembangunan nasional.
Pada Undang – Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintah daerah
perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara
pemerintah
pusat
dengan
daerah
dan
antar
daerah,
potensi
dan
1
Universitas Sumatera Utara
keanekaragaman daerah, serta peluang dan tantangan persaingan global dalam
kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintah negara. Oleh karena itu,
pemerintah daerah harus mampu menyelenggarakan pemerintahannya agar
tercipta tata kelola pemerintahan daerah yang baik. Adanya evaluasi,
monitoring, dan pengukuran kinerja yang sistematis guna mengukur kemajuan
yang dicapai pemerintah daerah dalam kurun waktu tertentu juga perlu
diterapkan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2008 (PP No. 6/2008)
tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah disebutkan
bahwa salah satu evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah
berupa Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EKPPD).
Untuk melengkapi PP No. 6/2008, maka diterbitkan Peraturan Menteri Dalam
Negeri No. 73 Tahun 2009 (Permendagri No. 73/2009) tentang Tata Cara
Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Dalam
Pasal 5 Permendagri No. 73/2009 ini disebutkan bahwa EKPPD menggunakan
LPPD sebagai sumber informasi utama yang difokuskan pada informasi
capaian kinerja pada tataran pengambil kebijakan dan pelaksana kebijakan
dengan menggunakan Indikator Kinerja Kunci (IKK). Hasil dari EKPPD
tersebut
berupa
Laporan
Hasil
Evaluasi
Pemeringkatan
Kinerja
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang pertama kalinya diselenggarakan
untuk LPPD tahun anggaran 2007.
Pengukuran kinerja merupakan komponen yang penting karena akan
memberikan umpan balik atas rencana yang telah diimplementasikan. Wood
2
Universitas Sumatera Utara
(1998) mengungkapkan bahwa fungsi dari pengukuran kinerja dapat
menjelaskan mengenai (1) evaluasi bagaimana program tersebut berjalan; (2)
sarana perbandingan atas pelayanan yang diberikan; (3) alat komunikasi
dengan publik.
Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah adalah kemampuan suatu daerah
untuk menggali dan mengelola sumber - sumber keuangan asli daerah dalam
memenuhi kebutuhan guna mendukung berjalannya sistem pemerintahan,
pelayanan kepada masyarakat dan pembangunan daerahnya. Pengukuran
kinerja keuangan pemerintah daerah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya: Tingkat Kekayaan Daerah, Tingkat Ketergantungan pada Pusat,
Belanja Daerah, Temuan Audit dan Opini Audit.
Kekayaan Pemda diproksikan dengan pendapatan asli daerah (PAD).
PAD sebagai salah satu penerimaan daerah yang bersumber dari wilayahnya
sendiri yang mencerminkan tingkat kemandirian daerah (Santosa dan Rahayu
2005). Kemampuan suatu daerah menggali PAD akan mempengaruhi
perkembangan dan pembangunan daerah tersebut sehingga semakin besar
kontribusi PAD terhadap APBD, maka akan semakin kecil ketergantungan
terhadap bantuan pemerintah pusat.
Tingkat ketergantungan pada pusat dapat diproksikan dengan besarnya
Dana Alokasi Umum (DAU). Menurut Darwanto dan Yustikasari (2007) dana
alokasi umum (DAU) adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan
dengan tujuan pemerataan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan
pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Berkaitan dengan
3
Universitas Sumatera Utara
perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, hal tersebut
merupakan konsekuensi adanya penyerahan kewenangan pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah. Dengan demikian, terjadi transfer yang cukup
signifikan di dalam APBN dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dan
pemerintah daerah secara leluasa dapat menggunakan dana ini apakah untuk
memberi pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat atau untuk keperluan
lainya.
Berdasarkan Undang Undang Nomor 23 tahun 2014, Belanja Daerah
adalah semua kewajiban Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Belanja
daerah dikelompokkan dalam belanja tidak langsung dan belanja langsung.
Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait
secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Sementara itu
belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan yang secara langsung
terkait dengan pelaksanaan program dan kegiatan.
Temuan Audit BPK merupakan merupakan kasus-kasus yang ditemukan
BPK terhadap laporan keuangan pemerintah daerah atas pelanggaran yang
dilakukan suatu daerah terhadap ketentuan pengendalian intern maupun
terhadap ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Opini audit adalah laporan yang diberikan seorang akuntan publik
terdaftar sebagai hasil penilaiannya atas kewajaran laporan keuangan yang
disajikan perusahaan. Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa
4
Universitas Sumatera Utara
tahap sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus
diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya.
Sebelumnya telah dilakukan penelitian tentang kinerja pemerintah daerah
antara lain oleh Azhar (2008) yang meneliti tentang kinerja pemerintah daerah
kabupaten/kota sebelum dan setelah otonomi daerah. Dalam penelitian
tersebut kinerja diukur dengan desentarisasi fiskal, upaya fiskal, dan tingkat
kemampuan pembiayaan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan terdapat
perbedaan kinerja pemerintah daerah dalam bentuk desentralisasi fiskal, upaya
fiskal dan kemampuan pembiayaan sebelum dan setelah otonomi daerah.
Penelitian yang dilakukan oleh Mustikarini dan Fitriasari (2012)
menggunakan variabel pengungkapan dari laporan keuangan daerah yang
diwakili oleh total aset, PAD, DAU, dan total realisasi anggaran pendapatan,
serta memerlukan laporan hasil pemeriksaan BPK tahun 2007 untuk
mendapatkan jumlah temuan audit. Hasil dari penelitian ini membuktikan
bahwa semua variabel karakteristik Pemda dan juga temuan audit BPK
berpengaruh signifikan terhadap variabel independen dengan arah yang sesuai
dengan hipotesis kecuali untuk variabel belanja daerah. Variabel ukuran
daerah, kekayaan daerah dan tingkat ketergantungan daerah terhadap
pemerintah pusat berpengaruh positif terhadap skor kinerja Pemda sedangkan
variabel belanja daerah dan temuan audit BPK berpengaruh negatif terhadap
skor kinerja Pemda.
Penelitian Sumarjo (2010) menguji pengaruh karakteristik pemerintah
daerah
terhadap
kinerja
keuangan
pemerintah
daerah.
Karakteristik
5
Universitas Sumatera Utara
pemerintah daerah terdiri dari ukuran (size) pemerintah daerah, kemakmuran
(wealth) pemerintah
daerah, ukuran
(size) legislatif, leverage,
dan
intergovernmental Revenue. Pengujian data karakteristik pemerintah daerah
yang terdiri dari ukuran (size) pemerintah daerah, kemakmuran (wealth),
ukuran legislatif, leverage, dan intergovermental revenue terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah yang dilakukan dengan menggunakan model
regresi berganda menunjukkan hasil bahwa ukuran (size) pemerintah daerah,
leverage, dan intergovermental revenue berpengaruh terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah. Kemakmuran (wealth) tidak berpengaruh
terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Ukuran legislatif atau dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dalam penelitian ini dinyatakan tidak
terpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Untuk leverage
berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Ukuran
(size) pemerintah daerah yang diukur dengan total aktiva berpengaruh positif
terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Intergovermental revenue juga
terbukti berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.
Penelitian Noviando (2015) meneliti tentang pengaruh karakteristik
pemerintah daerah
dan hasil pemeriksaan audit BPK terhadap kinerja
pemerintah daerah otonomi daerah di indonesia. Penelitian menunjukan
bahwa karakteristik pemerintah daerah yang diukur dengan tingkat kekayaan
daerah dan ketergantungan kepada pemerintah pusat berpengaruh signifikan
terhadap kinerja pemerintah daerah. Sedangkan opini audit dan temuan audit
juga berpengaruh signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah otonomi baru.
6
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
apakah Tingkat Kekayaan Daerah, Tingkat Ketergantungan pada Pusat,
Belanja Daerah, Temuan Audit dan Opini Audit berpengaruh tehadap kinerja
pemerintah daerah untuk mengetahui apakah dalam upaya mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, pemerintah daerah tidak hanya memenuhi peraturan
hukum yang berlaku melainkan apakah dalam proses pencapaian tujuan
tersebut telah dilakukan secara ekonomis dan efisien serta telah mencapai
hasil yang diharapkan secara efektif sehingga peneliti melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Dan Hasil
Pemeriksaan Audit Bpk Terhadap Kinerja Pemerintah Daera h”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan
latar
belakang
masalah
yang
telah
dikemukakan
sebelumnya, maka rumusan masalah penelitian adalah : Apakah karakteristik
pemerintah daerah dan hasil pemeriksaan audit BPK berpengaruh terhadap
kinerja pemerintah daerah ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui atau menganalisis
adanya pengaruh karakteristik pemerintah daerah dan hasil pemeriksaan audit
BPK terhadap kinerja pemerintah daerah.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
7
Universitas Sumatera Utara
1. Bagi Akademi
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan dan
wawasan mengenai penetapan peringkat dan status kinerja pemerintah
daerah terhadap laporan penyelenggaraan pemerintah daerah.
2. Bagi Pemerintah Daerah
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan dan bahan
pertimbangan untuk meningkatkan kinerja pemerintah daerah.
3. Bagi Peneliti
Penelitian
ini
diharapkan
dapat
meningkatkan
wawasan
dan
pengetahuan tentang pengaruh karakteristik pemerintah daerah dan
hasil pemeriksaan audit BPK terhadap kinerja pemerintah daerah di
indonesia.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk pengembangan
ilmu pengetahuan yang dijadikan sebagai bahan acuan dan referensi
untuk penelitian lebih lanjut oleh calon peneliti berikutnya.
8
Universitas Sumatera Utara