Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Dan Hasil Audit Bpk Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis
2.1.1
Karakteristik Pemerintah Daerah
Suhardjanto dan
Yulianingtyas
(2011)
mendefinisikankarakteristik
pemerintah daerah merupakan ciri-ciri khusus yang melekatpada pemerintah
daerah, menandai sebuah daerah, dan membedakannyadengan daerah lain.
Karakteristik pemerintah daerah merupakan ciri-cirikhusus yang melekat pada
daerah, menandai sebuah daerah danmembedakannya dengan daerah lain.
Mustikarini dan Fitriasasi (2012) meneliti tentang
karakteristik
pemerintahdaerah dengan menggunakan ukuran (size) pemerintah daerah
yangdiproksikan
dengan
total
aset,
tingkat
kekayaan
daerah yang
diproksikandengan Pendapatan Asli Daerah (PAD), tingkat ketergantungan
kepadapemerintah pusat yang diproksikan dengan Dana Alokasi Umum
(DAU),belanja daerah. Suhardjanto dan Yulianingtyas (2011) menggunakan
size,jumlah SKPD, dan status daerah sebagai proksi dari karakteristikpemerintah
daerah.
1. Tingkat Kekayaan Daerah
Kekayaan Pemda menggambarkan tingkat kemakmuran daerah
tersebut (Sinaga 2011). Kekayaan Pemda diproksikan dengan
pendapatan asli daerah (PAD). PAD sebagai salah satu penerimaan
daerah yang bersumber dari wilayahnya sendiri yang mencerminkan
tingkat kemandirian daerah (Santosa dan Rahayu 2005). Sumber PAD
9
Universitas Sumatera Utara
yang utama adalah pajak dan retribusi daerah yang berasal dari
masyarakat masing-masing daerah. Dengan demikian, semakin besar
PAD maka semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar
pajak dan retribusi daerah, sehingga Pemda akan terdorong untuk
melakukan pengungkapan secara lengkap pada laporan keuangannya
agar transparan dan akuntabel. Mustikarini dan Fitriasasi (2012)
menggunakan PAD dibandingkan dengan total pendapatan sebagai
proksi pengukuran tingkat kekayaan daerah. Menurut UU No. 33
Tahun 2004, Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang
diperoleh daerah dari sumber-sumber di dalam daerahnya sendiri yang
dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Maka pada penelitian ini variabel
tingkat kekayaan diukur dengan rumus :
�
�� =
ℎ
�
2. Tingkat Ketergantungan pada Pusat
Pada
penelitian
Mustikarini
dan
Fitriasari
(2012),
tingkat
ketergantungan dengan pusat diukur dengan besarnya Dana Alokasi
Umum (DAU) dibandingkan dengan total pendapatan.Berdasarkan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah, DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan
10
Universitas Sumatera Utara
antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi. DAU diberikan pemerintah pusat untuk
membiayai kekurangan dari pemerintah daerah dalam memanfaatkan
PAD-nya. DAU ini bersifat Block Grant yang artinya penggunaan
DAU diserahan kepada pemerintah daerah sesuai dengan prioritas,
kepentingan, dan kebutuhan daerah masing-masing yang bertujuan
untuk meningkatkan pelayanan publik dalam rangka melaksanakan
otonomi daerah. Pemerintah pusat akan memantau pelaksanaan alokasi
DAU sehingga dapat memacu pemerintah daerah agar meningkatkan
kinerjanya. Hal ini sejalan dengan hasil dari penelitian yang telah
dilakukan oleh Indararti (2011) yang mengungkapkan bahwa terdapat
korelasi antara DAU dengan kinerja keuangan daerah. Begitu juga
dengan penelitian Virgasari (2009) yang menyimpulkan bahwa DAU
memiliki korelasi yang signifikan terhadap kinerja keuangan
pemerintah daerah. Maka variabel tingkat ketergantungan pada pusat
diukur dengan rumus :
� =
�
�
3. Belanja Modal (X4)
Dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006 belanja modal adalah total
belanja yang digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam
rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud
yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk
11
Universitas Sumatera Utara
digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah,
peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan,
dan aset tetap lainnya. Belanja modal adalah pengeluaran anggaran
untuk perolehan aset tetap berwujud yang memberi manfaat lebih dari
satu periode akuntansi. Nilai aset tetap dalam belanja modal yaitu
sebesar harga beli/bangun aset ditambah seluruh belanja yang terkait
dengan pengadaan /pembangunan aset sampai aset tersebut siap
digunakan.Menurut Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), pengertian
belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka
pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap/inventaris
yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk
di dalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang
sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, serta
meningkatkan kapasitas dan kualitas aset. Kementrian Keuangan
Republik Indonesia melalui Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan
(2012) menyatakan rasio belanja modal terhadap total belanja daerah
mencerminkan porsi belanja daerah yang dibelanjakan untuk
membiayai belanja modal. Dimana realisasi belanja modal akan
memiliki multiplier effect dalam menggerakkan roda perekonomian
daerah. Maka pada penelitian ini variabel belanja modal diukur dengan
rumus :
�
=
�
12
Universitas Sumatera Utara
2.1.2
Hasil Pemeriksaan Audit BPK
Audit adalah proses pemeriksaan yang dilakukan secara sistematik untuk
mengetahui bagaimana sesungguhnya pelaksanaan ditetapkan (Pramono,2008).
Keyakinan publik pada keandalan laporan keuangan yang dihasilkan secara
internal bergantung secara langsung pada validasi oleh auditor ahli yang
independen. Audit dilakukan oleh auditor internal dan auditor eksternal. Audit
eksternal juga disebut sebagi audit independen karena dilakukan oleh kantor
akuntan publik yang independen dari manajemen perusahaan kliennya.
Undang-Undang
No.15
tahun
2004
(UU
No.15/2004)
tentang
PemeriksaanPengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara menyatakan
bahwaPemeriksaan
adalah
evaluasiyang dilakukan
proses
secara
berdasarkanstandar pemeriksaan,
identifikasi
independen,
untuk
masalah,
obyektif,
menilai
analisis,
dan
dan profesional
kebenaran,
kecermatan,
kredibilitas,dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung
jawabkeuangan negara.
Pemeriksaan
keuangan
negara
dilakukan
oleh
Badan
Pemeriksa
Keuangan(BPK) dan terdiri dari pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja
danpemeriksaan
dilakukanBPK
dengan
tersebut
tujuan
berupa
tertentu.
opini,
Hasil
temuan,
dari
pemeriksaan
kesimpulan
atau
yang
dalam
bentukrekomendasi. Pada penelitian ini hasil pemeriksaan audit yang digunakan
sebagai variabel yakni :
1. Temuan Audit
13
Universitas Sumatera Utara
Temuan audit BPK merupakan kasus-kasus yang ditemukan BPK
terhadap laporan keuangan Pemda atas pelanggaran yang dilakukan
suatu daerah terhadap ketentuan pengendalian intern maupun terhadap
ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Penelitian yang
dilakukan oleh Bernstein (2000), menyimpulkan adanya hubungan
antara pengukuran kinerja pemerintah daerah dan sistem pengawasan,
termasuk audit kinerja dan evaluasi program. Semakin banyak
pelanggaran yang dilakukan pemerintah daerah menggambarkan
semakin buruknya/semakin tidak efisien kinerja pemerintah daerah
tersebut.Pada penelitian Mustikarini dan Fitriasasi (2012), temuan
audit BPK diukur dengan temuan audit (dalam rupiah) dibandingkan
dengan total anggaran belanja. Konsisten dengan penelitian yang
dilakukan Mustikarini dan Fitriasasi (2012), variabel temuan audit
BPK penelitian ini menggunakan rumus :
=
ℎ
2. Opini Audit
Opini merupakan
pernyataan profesional sebagai kesimpulan
pemeriksa mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan. Opini BPK dapat menjadi tolak ukur
(indikator) untuk menilai akuntabilitas sebuah entitas pemerintah.
Opini ini dapat menaikkan ataupun menurunkan tingkat kepercayaan
pemangku kepentingan atas pelaporan yang disajikan oleh pihak yang
14
Universitas Sumatera Utara
diaudit, dalam hal ini entitas pemerintah daerah. Dengan kata lain,
Jika sebuah daerahmendapatkan opini audit yang positif maka akan
meningkatkan
tingkatkepercayaan
pemangku
kepentingan
atas
pelaporan keuangan. Sebaliknyajika opini audit yang didapatkan
negatif maka akan menurunkankepercayaan pemangku kepentingan
atas pelaporan keuangan.
Pada penelitian ini opini audit yang mendapatkan WTP dan WDP
akan diberi nilai 1 dan yang mendapatkan nilai selain WTP dan WDP
akan diberi nilai 0
2.1.3
Kinerja Pemerintah Daerah
Kinerja pemerintah daerah adalah realisasi pengeluran (output) terhadap
realisasi penerimaan. Penggunaan rasio efisiensi yang digunakan dalam mengukur
kinerja keuangan pemerintah daerah dalam penelitian ini didasarkan pada
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Sumarjo, 2010). Kinerja keuangan
dikatakan efisien apabila rasio yang dihasilkan semakin kecil, sedangkan kinerja
dikatakan tidak efisien apabila rasio yang dihasilkan semakin besar.
Pengukuran kinerja organisasi merupakan komponen penting yang
memberikan motivasi dan arah serta umpan balik terhadap efektivitas perencanaan
dan pelaksanaan proses perubahan dalam suatu organisasi. Mardiasmo (2006),
sektor publik tidak bisa lepas dari kepentingan umum sehingga pengukuran
kinerja mutlak diperlukan untuk mengetahui seberapa berhasil misi sektor publik
tersebut dapat dicapai oleh penyedia jasa dan barang-barang publik.
15
Universitas Sumatera Utara
Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud,
yakni :
1. Pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk membantu
memperbaiki kinerja pemerintah. Ukuran kinerja dimaksudkan untuk
dapat membantu pemerintah berfokus pada tujuan dan sasaran program
unit kerja.
2. Ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber
daya dan pembuatan keputusan
3. Ukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk mewujudkan
pertanggungjawaban
publik
dan
memperbaiki
komunikasi
kelembagaan (Ulum, 2009).
Dalam pengukuran kinerja Pemda, digunakan istilah Indikator Kinerja
Kunci (IKK) untuk operasionalisasi evaluasi atas aspek-aspek umum yang
disepakati oleh para pengambil kebijakan. IKK menurut Peraturan Menteri Dalam
Negeri No. 73 Tahun 2009 adalah indikator kinerja utama yang mencerminkan
keberhasilan penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan.
2.2 Penelitian Terdahulu
Mustikarini dan Fitriasari (2012) melakukan peneitian dengan judul
“Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah dan Temuan Audit BPK terhadap
Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia Tahun Anggaran 2007”.
Variabel Independen yang digunakan adalah Ukuran Daerah,Tingkat Kekayaan
16
Universitas Sumatera Utara
Daerah, Tingkat Ketergantungan pada Pusat, Belanja modal dan Temuan audit.
Teknik analisis yang digunakan adalah analisis linear berganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ukuran, tingkat kekayaan dan tingkat kertergantungan pada
pusat berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah, sedangkan belanja modal
dan temuan audit berpengaruh negatif terhap kinerja pemerintah daerah.
Santosa dan Rahayu (2005) melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Dalam
Upaya
Pelaksanaan
Otonomi
Daerah
di
Kabupaten
Kediri”.
Variabel
independennya adalah pengeluaran pembangunan, penduduk dan PDRB. Teknik
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda.
Hasil dari penelitian ini adalah variabel Pengeluaran Pembangunan, Penduduk,
PDRB memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap PAD. Adapun yang
mempunyai pengaruh paling besar yaitu variabel penduduk sebesar 8,049.
Sinaga dan Prabowo (2011) melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaporan Keuangan Di Internet Secara
Sukarela Oleh Pemerintah Daerah”. Variabel independennya adalah kompetisi
politik, ukuran pemerintahan daerah, leverage, kekayaan pemerintahan daerah,
dan tipe pemerintahan daerah. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian
ini adalah analisis regresi logistik (Logistic Regression). Hasil dari penelitian ini
adalah jenis pemerintah Kabupaten signifikan berpengaruh negatif terhadap
pelaporan keuangan internet secara sukarela oleh pemerintah daerahdan faktor
lain, sepertikompetisi politik , ukuran, leverage, kekayaan , tidak mempengaruhi
17
Universitas Sumatera Utara
pelaporan keuangan internet secara sukarela oleh pemerintah daerah secara
signifikan.
Suhardjanto dan Yulianingtyas (2011) melakukan penelitian dengan
judul
“Pengaruh
Karakteristik
Pemerintah
Daerah Terhadap Kepatuhan
Pengungkapan Wajib Dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah”. Variabel
Independennya adalah Ukuran Daerah (Size), Jumlah SKPD dan Status
Daerah.Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi berganda. Hasil peneltian menunjukkan bahwa jumlah anggotaparlemen
sebagaivariabel
kontrolmerupakan
prediktorsignifikanuntuk
tingkatkepatuhanpengungkapanwajibterhadapSAP,
sementaraukuran,jumlahSKPD,
dan
jenispemerintah
daerah
tidak
mempengaruhikepatuhanpengungkapanwajiblaporan keuangan
Sumardjo
(2010) melaukan penelitian dengan judul
“Pengaruh
karakteristik pemerintah daerah terhadap Kinerja keuangan pemerintah daerah
(Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia)”. Variabel
independennya adalah Ukuran Pemerintah Daerah, Kemakmuran Pemerintah
Daerah, Ukuran Legislatif , leverage, intergovernmental revenue. Teknik analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Hasil dari
penelitian ini
adalah
ukuran (size) pemerintah daerah, leverage, dan
intergovermental revenue berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah
daerah.
18
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Tahun
2005
Peneliti
Judul
Variabel
Hasil Penelitian
Purbayu
Analisis
Variabel
Hasil
Budi
pendapatan asli
Independen :
penelitian
Santosa
daerah (pad) dan
pengeluaran
adalah
dan Retno
faktor-faktor
pembangunan,
Pengeluaran
Puji
yang
penduduk dan
Pembangunan,
Rahayu
mempengaruhiny
PDRB
Penduduk,
a dalam upaya
Variabel
PDRB memiliki
pelaksanaan
dependen :
pengaruh
yang
otonomi daerah
Pendapatan Asli
sangat
kuat
di kabupaten
Daerah
terhadap
PAD.
Adapun
yang
kediri
dari
ini
variabel
mempunyai
pengaruh paling
besar
yaitu
variabel
penduduk
sebesar 8,049.
2010
Hendro
Pengaruh
Variabel
Hasil penelitian
Sumardjo
karakteristik
independen :
ini ukuran (size)
pemerintah
Ukuran
pemerintah
daerah
terhadap Pemerintah
daerah, leverage,
19
Universitas Sumatera Utara
Kinerja keuangan Daerah,
dan
pemerintah
Kemakmuran
intergovermental
daerah
Pemerintah
revenue
(Studi
Empiris Daerah, Ukuran
pada Pemerintah Legislatif ,
berpengaruh
terhadap kinerja
Daerah
leverage,
keuangan
Kabupaten/Kota
intergovernmenta pemerintah
di Indonesia)
l revenue
daerah.
Variabel
dependen :
kinerja keuangan
pemerintah
daerah
2011
Yurisca
Analisis faktor-
Variabel
Hasil penelitian
Febriyanty
faktor yang
Independen :
menunjukkan
Sinaga dan mempengaruhi
kompetisi politik, bahwa jenis
Tri
pelaporan
ukuran
pemerintah
Jatmiko
keuangan di
pemerintahan
Kabupaten
Wahyu
internet secara
daerah, leverage,
signifikan
Prabowo
sukarela oleh
kekayaan
berpengaruh
pemerintah
pemerintahan
negatif terhadap
daerah
daerah, dan tipe
pelaporan
pemerintahan
keuangan
20
Universitas Sumatera Utara
daerah
internet secara
Variabel
sukarela oleh
dependen :
pemerintah
pelaporan
daerah
keuangan di
Dan faktor lain,
internet secara
sepertikompetisi
sukarela oleh
politik , ukuran,
pemerintah
leverage,
daerah
kekayaan , tidak
mempengaruhi
pelaporan
keuangan
internet secara
sukarela oleh
pemerintah
daerah secara
signifikan
2011
Djoko
Pengaruh
Variabel
Hasil peneltian
Suhardjant
Karakteristik
Independen :
menunjukkan
o dan
Pemerintah
Ukuran Daerah
bahwa jumlah
Rena
Daerah Terhadap
(Size), Jumlah
anggotaparlemen
Rukmita
Kepatuhan
SKPD, Status
sebagaivariabel
Yulianingt
Pengungkapan
Daerah
kontrolmerupaka
21
Universitas Sumatera Utara
yas
Wajib Dalam
Variabel
n
Laporan
dependen :
prediktorsignifik
Keuangan
Kepatuhan
anuntuk
Pemerintah
Pengungkapan
tingkatkepatuhan
Daerah (Studi
Wajib Dalam
pengungkapanwa
Empiris pada
Laporan
jibterhadapSAP,
Kabupaten/Kota
Keuangan
sementaraukuran
di Indonesia)
Pemerintah
,jumlahSKPD,
Daerah
dan
Variabel Kontrol
jenispemerintah
:
daerah tidak
Lokasi
mempengaruhike
Pemerintah
patuhanpengung
Daerah dan
kapanwajiblapor
Jumlah Anggota
an keuangan
DPRD
2012
Widya
Pengaruh
Variabel
Hasil penelitian
Astuti
Karakteristik
Independen :
menunjukkan
Mustikarin Pemerintah
Ukuran
bahwa ukuran,
i dan
Daerah dan
Daerah,Tingkat
tingkat kekayaan
Debby
Temuan Audit
Kekayaan
dan tingkat
Fitriasari
BPK terhadap
Daerah, Tingkat
kertergantungan
22
Universitas Sumatera Utara
Kinerja
Ketergantunga
pada pusat
Pemerintah
pada Pusat,
berpengaruh
Daerah
Belanja modal,
positif terhadap
Kabupaten/Kota
Temuan audit
kinerja
di Indonesia
Variabel
pemerintah,
Tahun Anggaran
dependen :
sedangkan
2007 (Simposium
Kinerja
belanja modal
Nasional
Pemerintah
dan temuan audit
Akuntansi
Daerah
berpengaruh
negatif terhap
XV;Banjarmasin)
kinerja
pemerintah
daerah
2015
Henanda
Pengaruh
Variabel
Hasil analisis
Bimo
Karakteristik
independen :
menunjukan
Noviando
Pemerintah
Ukuran daerah,
bahwa
Daerah dan
tingkat kekayaan
karakteristik
HasilPemeriksaa
daerah,
pemerintah
n audit BPK
ketergantungan
daerah yang
terhadap Kinerja
terhadap
diukur dengan
Pemerintah
pemerintah
tingkat kekayaan
Daerah Otonomi pusat, opini audit
daerah dan
Baru di Indonesia dan temuan audit
ketergantungan
23
Universitas Sumatera Utara
Variabel
kepada
dependen :
pemerintah pusat
kinerja
berpengaruh
pemerintah
signifikan
daerah
terhadap kinerja
pemerintah
daerah.
Sedangkan opini
audit dan temuan
audit juga
berpengaruh
signifikan
terhadap kinerja
pemerintah
daerah otonomi
baru.
2.3 Kerangka Konseptual
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh karakteristik pemerintah
daerah dan temuan audit BPK terhadap kinerja pemerintah daerah kabupaten/kota.
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan Mustikarini dan Fitriasasi
(2012). Karakteristik pemerintah daerah terdiri dari ukuran, tingkat kekayaan,
tingkat ketergantungan dan temuan audit BPK, untuk belanja modal dan opini
24
Universitas Sumatera Utara
audit merupakan variabel tambahan. Berikut ini adalah kerangka pemikiran yang
menggambarkan model penelitian dan hubungan antar variabel yang digunakan
dalam penelitian.
Karakteristik Pemerintah
Tingkat Kekayaan Daerah
Tingkat Ketergantungan pada
Pusat
H1
H2
Skor Kinerja
Pemerintah
Daerah
H3
Belanja Modal
H4
Hasil Pemeriksaan Audit
H5
TemuanAudit
Opini Audit
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis Penelitian
Pengujian hipotesis dilakukan untuk menjawab rumusan masalah, yaitu
menguji Apakah karakteristik pemerintah daerah dan hasil pemeriksaan audit
BPK berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah. Karakteristik Pemerintah
daerah terdiri dari Tingkat Kekayaan Daerah, Tingkat Ketergantungan pada Pusat
dan Belanja Daerah, sedangkan Hasil pemeriksaan audit BPK terdiri dari Temuan
Audit dan Opini Audit.
25
Universitas Sumatera Utara
1.
Pengaruh tingkat kekayaan daerah terhadap skor kinerja pemerintah
daerah
Tingkat kekayaan daerah dicerminkan dengan peningkatan Pendapatan Asli
Daerah (PAD). Penelitian Saragih (2003) dalam Sumarjo (2010) menyatakan
bahwa peningkatan PAD sebenarnya merupakan akses dari pertumbuhan
ekonomi. Pertumbuhan yang positif akan mendorong investasi yang juga
mendorong peningkatan
perbaikan
infrastruktur
daerah.
Peningkatan
infrastruktur daerah diharapkan akan meningkatkan kualitas pelayanan publik
yang mencerminkan kinerja pemerintah daerah.
Penelitian tentang PAD
pernah dilakukan oleh Indrarti (2011) dan Virgasari (2009) yang
mengungkapkan bahwa terdapat korelasi positif antara PAD dengan kinerja
keuangan daerah. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin besar
total PAD maka dapat meningkatkan kinerja pemerintah daerah. Dari uraian
tersebut, maka dapat dikembangkan hipotesis: H1: Tingkat kekayaan daerah
memiliki pengaruh positif terhadap skor kinerja pemerintah daerah
2.
Pengaruh tingkat ketergantungan kepada pemerintah pusat terhadap
skor kinerja pemerintahan daerah
Tingkat ketergantungan pada pemerintah pusat dapat dilihat dari penerimaan
Dana Alokasi Umum (DAU).DAU diberikan pemerintah pusat untuk
membiayai kekurangan dari pemerintah daerah dalam memanfaatkan PADnya. DAU ini bersifat Block Grant yang artinya penggunaan DAU diserahan
kepada pemerintah daerah sesuai dengan prioritas, kepentingan, dan
26
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan daerah masing-masing yang bertujuan untuk meningkatkan
pelayanan publik dalam rangka melaksanakan otonomi daerah. Pemerintah
pusat akan memantau pelaksanaan alokasi DAU sehingga dapat memacu
pemerintah daerah agar meningkatkan kinerjanya.Hal ini sejalan dengan hasil
dari penelitian Virgasari (2009) yang menyimpulkan bahwa DAU memiliki
korelasi yang signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.Dari
uraian tersebut, maka dapat dikembangkan hipotesis:
H2: Tingkat ketergantungan pada pemerintah pusat memiliki pengaruh
positif terhadap skor kinerja pemerintah daerah.
3. Pengaruh belanja modal terhadap skor kinerja pemerintah daerah
Menurut Nugroho dan Rohman (2012) pemerintah akan melakukan
pembangunan infrastruktur serta sarana dan prasarana yang diperlukan oleh
negara, yang tercermin di dalam belanja modal yang dilakukan oleh
pemerintah. Belanja modal sangat erat kaitanya dengan investasi yang
dilakukan oleh pemerintah daerah.Belanja modal yang besar merupakan
cerminan dari banyaknya infrastruktur dan sarana yang dibangun. Sehingga
semakin banyak pembangunan yang dilakukan akan meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat sehingga kinerja daerah akan lebih baik. Maka dari itu,
hipotesis pada penelitian ini adalah:
H3 : Belanja modal berpengaruh positif terhadap skor kinerja pemerintah
daerah
27
Universitas Sumatera Utara
4.
Pengaruh Temuan audit BPK terhadap skor kinerja pemerintah daerah
Temuan audit BPK merupakan kasus-kasus yang ditemukan BPK terhadap
laporan keuangan Pemda atas pelanggaran yang dilakukan suatu daerah
terhadapketentuan
pengendalian
intern
maupun
terhadap
ketentuan
perundang-undangan yang berlaku. Semakin banyak pelanggaran yang
dilakukan oleh Pemda menggambarkan semakin buruknya kinerja Pemda
tersebut. Dengan kata lain, semakin tinggi angka temuan audit, maka
menunjukkan semakin rendahnya kinerja suatu Pemda. Hal ini dipertegas
oleh hasil penelitian Mustikarini dan Fitriasasi (2012) sendiri yang hasil dari
penelitian ini membuktikan bahwa temuan audit berpengaruh negatif terhadap
skor kinerja Pemda kabupaten/kota. Maka hipotesis pada penelitian ini
adalah:
H4 : Temuan audit berpengaruh negatif terhadap skor kinerja pemerintah
daerah
5.
Pengaruh opini audit BPK terhadap skor kinerja pemerintah daerah
Opini audit BPK digunakan menjadi indikator untuk menilai akuntabilitas
sebuah entitas pemerintah, termasuk pemerintah daerah. Opini ini dapat
menaikkan ataupun menurunkan tingkat kepercayaan pemangku kepentingan
atas pelaporan yang disajikan oleh pihak yang diaudit, dalam hal ini entitas
pemerintah daerah. Dengan kata lain, semakin wajar opini audit BPK maka
seharusnya menunjukkan semakin tingginya kinerja suatu pemerintah daerah.
Penelitian Virgasari (2009) dan Indrarti (2011) menunjukkan bahwa terdapat
28
Universitas Sumatera Utara
hubungan antara opini audit BPK terhadap kinerja keuangan pemerintah
daerah. Dari uraian diatas maka hipotesis terakhir pada penelitian ini adalah :
H5 : Opini Audit memiliki pengaruh positif terhadap skor kinerja pemerintah
daerah
29
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis
2.1.1
Karakteristik Pemerintah Daerah
Suhardjanto dan
Yulianingtyas
(2011)
mendefinisikankarakteristik
pemerintah daerah merupakan ciri-ciri khusus yang melekatpada pemerintah
daerah, menandai sebuah daerah, dan membedakannyadengan daerah lain.
Karakteristik pemerintah daerah merupakan ciri-cirikhusus yang melekat pada
daerah, menandai sebuah daerah danmembedakannya dengan daerah lain.
Mustikarini dan Fitriasasi (2012) meneliti tentang
karakteristik
pemerintahdaerah dengan menggunakan ukuran (size) pemerintah daerah
yangdiproksikan
dengan
total
aset,
tingkat
kekayaan
daerah yang
diproksikandengan Pendapatan Asli Daerah (PAD), tingkat ketergantungan
kepadapemerintah pusat yang diproksikan dengan Dana Alokasi Umum
(DAU),belanja daerah. Suhardjanto dan Yulianingtyas (2011) menggunakan
size,jumlah SKPD, dan status daerah sebagai proksi dari karakteristikpemerintah
daerah.
1. Tingkat Kekayaan Daerah
Kekayaan Pemda menggambarkan tingkat kemakmuran daerah
tersebut (Sinaga 2011). Kekayaan Pemda diproksikan dengan
pendapatan asli daerah (PAD). PAD sebagai salah satu penerimaan
daerah yang bersumber dari wilayahnya sendiri yang mencerminkan
tingkat kemandirian daerah (Santosa dan Rahayu 2005). Sumber PAD
9
Universitas Sumatera Utara
yang utama adalah pajak dan retribusi daerah yang berasal dari
masyarakat masing-masing daerah. Dengan demikian, semakin besar
PAD maka semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar
pajak dan retribusi daerah, sehingga Pemda akan terdorong untuk
melakukan pengungkapan secara lengkap pada laporan keuangannya
agar transparan dan akuntabel. Mustikarini dan Fitriasasi (2012)
menggunakan PAD dibandingkan dengan total pendapatan sebagai
proksi pengukuran tingkat kekayaan daerah. Menurut UU No. 33
Tahun 2004, Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang
diperoleh daerah dari sumber-sumber di dalam daerahnya sendiri yang
dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Maka pada penelitian ini variabel
tingkat kekayaan diukur dengan rumus :
�
�� =
ℎ
�
2. Tingkat Ketergantungan pada Pusat
Pada
penelitian
Mustikarini
dan
Fitriasari
(2012),
tingkat
ketergantungan dengan pusat diukur dengan besarnya Dana Alokasi
Umum (DAU) dibandingkan dengan total pendapatan.Berdasarkan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah, DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan
10
Universitas Sumatera Utara
antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi. DAU diberikan pemerintah pusat untuk
membiayai kekurangan dari pemerintah daerah dalam memanfaatkan
PAD-nya. DAU ini bersifat Block Grant yang artinya penggunaan
DAU diserahan kepada pemerintah daerah sesuai dengan prioritas,
kepentingan, dan kebutuhan daerah masing-masing yang bertujuan
untuk meningkatkan pelayanan publik dalam rangka melaksanakan
otonomi daerah. Pemerintah pusat akan memantau pelaksanaan alokasi
DAU sehingga dapat memacu pemerintah daerah agar meningkatkan
kinerjanya. Hal ini sejalan dengan hasil dari penelitian yang telah
dilakukan oleh Indararti (2011) yang mengungkapkan bahwa terdapat
korelasi antara DAU dengan kinerja keuangan daerah. Begitu juga
dengan penelitian Virgasari (2009) yang menyimpulkan bahwa DAU
memiliki korelasi yang signifikan terhadap kinerja keuangan
pemerintah daerah. Maka variabel tingkat ketergantungan pada pusat
diukur dengan rumus :
� =
�
�
3. Belanja Modal (X4)
Dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006 belanja modal adalah total
belanja yang digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam
rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud
yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk
11
Universitas Sumatera Utara
digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah,
peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan,
dan aset tetap lainnya. Belanja modal adalah pengeluaran anggaran
untuk perolehan aset tetap berwujud yang memberi manfaat lebih dari
satu periode akuntansi. Nilai aset tetap dalam belanja modal yaitu
sebesar harga beli/bangun aset ditambah seluruh belanja yang terkait
dengan pengadaan /pembangunan aset sampai aset tersebut siap
digunakan.Menurut Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), pengertian
belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka
pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap/inventaris
yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk
di dalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang
sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, serta
meningkatkan kapasitas dan kualitas aset. Kementrian Keuangan
Republik Indonesia melalui Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan
(2012) menyatakan rasio belanja modal terhadap total belanja daerah
mencerminkan porsi belanja daerah yang dibelanjakan untuk
membiayai belanja modal. Dimana realisasi belanja modal akan
memiliki multiplier effect dalam menggerakkan roda perekonomian
daerah. Maka pada penelitian ini variabel belanja modal diukur dengan
rumus :
�
=
�
12
Universitas Sumatera Utara
2.1.2
Hasil Pemeriksaan Audit BPK
Audit adalah proses pemeriksaan yang dilakukan secara sistematik untuk
mengetahui bagaimana sesungguhnya pelaksanaan ditetapkan (Pramono,2008).
Keyakinan publik pada keandalan laporan keuangan yang dihasilkan secara
internal bergantung secara langsung pada validasi oleh auditor ahli yang
independen. Audit dilakukan oleh auditor internal dan auditor eksternal. Audit
eksternal juga disebut sebagi audit independen karena dilakukan oleh kantor
akuntan publik yang independen dari manajemen perusahaan kliennya.
Undang-Undang
No.15
tahun
2004
(UU
No.15/2004)
tentang
PemeriksaanPengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara menyatakan
bahwaPemeriksaan
adalah
evaluasiyang dilakukan
proses
secara
berdasarkanstandar pemeriksaan,
identifikasi
independen,
untuk
masalah,
obyektif,
menilai
analisis,
dan
dan profesional
kebenaran,
kecermatan,
kredibilitas,dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung
jawabkeuangan negara.
Pemeriksaan
keuangan
negara
dilakukan
oleh
Badan
Pemeriksa
Keuangan(BPK) dan terdiri dari pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja
danpemeriksaan
dilakukanBPK
dengan
tersebut
tujuan
berupa
tertentu.
opini,
Hasil
temuan,
dari
pemeriksaan
kesimpulan
atau
yang
dalam
bentukrekomendasi. Pada penelitian ini hasil pemeriksaan audit yang digunakan
sebagai variabel yakni :
1. Temuan Audit
13
Universitas Sumatera Utara
Temuan audit BPK merupakan kasus-kasus yang ditemukan BPK
terhadap laporan keuangan Pemda atas pelanggaran yang dilakukan
suatu daerah terhadap ketentuan pengendalian intern maupun terhadap
ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Penelitian yang
dilakukan oleh Bernstein (2000), menyimpulkan adanya hubungan
antara pengukuran kinerja pemerintah daerah dan sistem pengawasan,
termasuk audit kinerja dan evaluasi program. Semakin banyak
pelanggaran yang dilakukan pemerintah daerah menggambarkan
semakin buruknya/semakin tidak efisien kinerja pemerintah daerah
tersebut.Pada penelitian Mustikarini dan Fitriasasi (2012), temuan
audit BPK diukur dengan temuan audit (dalam rupiah) dibandingkan
dengan total anggaran belanja. Konsisten dengan penelitian yang
dilakukan Mustikarini dan Fitriasasi (2012), variabel temuan audit
BPK penelitian ini menggunakan rumus :
=
ℎ
2. Opini Audit
Opini merupakan
pernyataan profesional sebagai kesimpulan
pemeriksa mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan. Opini BPK dapat menjadi tolak ukur
(indikator) untuk menilai akuntabilitas sebuah entitas pemerintah.
Opini ini dapat menaikkan ataupun menurunkan tingkat kepercayaan
pemangku kepentingan atas pelaporan yang disajikan oleh pihak yang
14
Universitas Sumatera Utara
diaudit, dalam hal ini entitas pemerintah daerah. Dengan kata lain,
Jika sebuah daerahmendapatkan opini audit yang positif maka akan
meningkatkan
tingkatkepercayaan
pemangku
kepentingan
atas
pelaporan keuangan. Sebaliknyajika opini audit yang didapatkan
negatif maka akan menurunkankepercayaan pemangku kepentingan
atas pelaporan keuangan.
Pada penelitian ini opini audit yang mendapatkan WTP dan WDP
akan diberi nilai 1 dan yang mendapatkan nilai selain WTP dan WDP
akan diberi nilai 0
2.1.3
Kinerja Pemerintah Daerah
Kinerja pemerintah daerah adalah realisasi pengeluran (output) terhadap
realisasi penerimaan. Penggunaan rasio efisiensi yang digunakan dalam mengukur
kinerja keuangan pemerintah daerah dalam penelitian ini didasarkan pada
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Sumarjo, 2010). Kinerja keuangan
dikatakan efisien apabila rasio yang dihasilkan semakin kecil, sedangkan kinerja
dikatakan tidak efisien apabila rasio yang dihasilkan semakin besar.
Pengukuran kinerja organisasi merupakan komponen penting yang
memberikan motivasi dan arah serta umpan balik terhadap efektivitas perencanaan
dan pelaksanaan proses perubahan dalam suatu organisasi. Mardiasmo (2006),
sektor publik tidak bisa lepas dari kepentingan umum sehingga pengukuran
kinerja mutlak diperlukan untuk mengetahui seberapa berhasil misi sektor publik
tersebut dapat dicapai oleh penyedia jasa dan barang-barang publik.
15
Universitas Sumatera Utara
Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud,
yakni :
1. Pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk membantu
memperbaiki kinerja pemerintah. Ukuran kinerja dimaksudkan untuk
dapat membantu pemerintah berfokus pada tujuan dan sasaran program
unit kerja.
2. Ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber
daya dan pembuatan keputusan
3. Ukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk mewujudkan
pertanggungjawaban
publik
dan
memperbaiki
komunikasi
kelembagaan (Ulum, 2009).
Dalam pengukuran kinerja Pemda, digunakan istilah Indikator Kinerja
Kunci (IKK) untuk operasionalisasi evaluasi atas aspek-aspek umum yang
disepakati oleh para pengambil kebijakan. IKK menurut Peraturan Menteri Dalam
Negeri No. 73 Tahun 2009 adalah indikator kinerja utama yang mencerminkan
keberhasilan penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan.
2.2 Penelitian Terdahulu
Mustikarini dan Fitriasari (2012) melakukan peneitian dengan judul
“Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah dan Temuan Audit BPK terhadap
Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia Tahun Anggaran 2007”.
Variabel Independen yang digunakan adalah Ukuran Daerah,Tingkat Kekayaan
16
Universitas Sumatera Utara
Daerah, Tingkat Ketergantungan pada Pusat, Belanja modal dan Temuan audit.
Teknik analisis yang digunakan adalah analisis linear berganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ukuran, tingkat kekayaan dan tingkat kertergantungan pada
pusat berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah, sedangkan belanja modal
dan temuan audit berpengaruh negatif terhap kinerja pemerintah daerah.
Santosa dan Rahayu (2005) melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Dalam
Upaya
Pelaksanaan
Otonomi
Daerah
di
Kabupaten
Kediri”.
Variabel
independennya adalah pengeluaran pembangunan, penduduk dan PDRB. Teknik
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda.
Hasil dari penelitian ini adalah variabel Pengeluaran Pembangunan, Penduduk,
PDRB memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap PAD. Adapun yang
mempunyai pengaruh paling besar yaitu variabel penduduk sebesar 8,049.
Sinaga dan Prabowo (2011) melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaporan Keuangan Di Internet Secara
Sukarela Oleh Pemerintah Daerah”. Variabel independennya adalah kompetisi
politik, ukuran pemerintahan daerah, leverage, kekayaan pemerintahan daerah,
dan tipe pemerintahan daerah. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian
ini adalah analisis regresi logistik (Logistic Regression). Hasil dari penelitian ini
adalah jenis pemerintah Kabupaten signifikan berpengaruh negatif terhadap
pelaporan keuangan internet secara sukarela oleh pemerintah daerahdan faktor
lain, sepertikompetisi politik , ukuran, leverage, kekayaan , tidak mempengaruhi
17
Universitas Sumatera Utara
pelaporan keuangan internet secara sukarela oleh pemerintah daerah secara
signifikan.
Suhardjanto dan Yulianingtyas (2011) melakukan penelitian dengan
judul
“Pengaruh
Karakteristik
Pemerintah
Daerah Terhadap Kepatuhan
Pengungkapan Wajib Dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah”. Variabel
Independennya adalah Ukuran Daerah (Size), Jumlah SKPD dan Status
Daerah.Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi berganda. Hasil peneltian menunjukkan bahwa jumlah anggotaparlemen
sebagaivariabel
kontrolmerupakan
prediktorsignifikanuntuk
tingkatkepatuhanpengungkapanwajibterhadapSAP,
sementaraukuran,jumlahSKPD,
dan
jenispemerintah
daerah
tidak
mempengaruhikepatuhanpengungkapanwajiblaporan keuangan
Sumardjo
(2010) melaukan penelitian dengan judul
“Pengaruh
karakteristik pemerintah daerah terhadap Kinerja keuangan pemerintah daerah
(Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia)”. Variabel
independennya adalah Ukuran Pemerintah Daerah, Kemakmuran Pemerintah
Daerah, Ukuran Legislatif , leverage, intergovernmental revenue. Teknik analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Hasil dari
penelitian ini
adalah
ukuran (size) pemerintah daerah, leverage, dan
intergovermental revenue berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah
daerah.
18
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Tahun
2005
Peneliti
Judul
Variabel
Hasil Penelitian
Purbayu
Analisis
Variabel
Hasil
Budi
pendapatan asli
Independen :
penelitian
Santosa
daerah (pad) dan
pengeluaran
adalah
dan Retno
faktor-faktor
pembangunan,
Pengeluaran
Puji
yang
penduduk dan
Pembangunan,
Rahayu
mempengaruhiny
PDRB
Penduduk,
a dalam upaya
Variabel
PDRB memiliki
pelaksanaan
dependen :
pengaruh
yang
otonomi daerah
Pendapatan Asli
sangat
kuat
di kabupaten
Daerah
terhadap
PAD.
Adapun
yang
kediri
dari
ini
variabel
mempunyai
pengaruh paling
besar
yaitu
variabel
penduduk
sebesar 8,049.
2010
Hendro
Pengaruh
Variabel
Hasil penelitian
Sumardjo
karakteristik
independen :
ini ukuran (size)
pemerintah
Ukuran
pemerintah
daerah
terhadap Pemerintah
daerah, leverage,
19
Universitas Sumatera Utara
Kinerja keuangan Daerah,
dan
pemerintah
Kemakmuran
intergovermental
daerah
Pemerintah
revenue
(Studi
Empiris Daerah, Ukuran
pada Pemerintah Legislatif ,
berpengaruh
terhadap kinerja
Daerah
leverage,
keuangan
Kabupaten/Kota
intergovernmenta pemerintah
di Indonesia)
l revenue
daerah.
Variabel
dependen :
kinerja keuangan
pemerintah
daerah
2011
Yurisca
Analisis faktor-
Variabel
Hasil penelitian
Febriyanty
faktor yang
Independen :
menunjukkan
Sinaga dan mempengaruhi
kompetisi politik, bahwa jenis
Tri
pelaporan
ukuran
pemerintah
Jatmiko
keuangan di
pemerintahan
Kabupaten
Wahyu
internet secara
daerah, leverage,
signifikan
Prabowo
sukarela oleh
kekayaan
berpengaruh
pemerintah
pemerintahan
negatif terhadap
daerah
daerah, dan tipe
pelaporan
pemerintahan
keuangan
20
Universitas Sumatera Utara
daerah
internet secara
Variabel
sukarela oleh
dependen :
pemerintah
pelaporan
daerah
keuangan di
Dan faktor lain,
internet secara
sepertikompetisi
sukarela oleh
politik , ukuran,
pemerintah
leverage,
daerah
kekayaan , tidak
mempengaruhi
pelaporan
keuangan
internet secara
sukarela oleh
pemerintah
daerah secara
signifikan
2011
Djoko
Pengaruh
Variabel
Hasil peneltian
Suhardjant
Karakteristik
Independen :
menunjukkan
o dan
Pemerintah
Ukuran Daerah
bahwa jumlah
Rena
Daerah Terhadap
(Size), Jumlah
anggotaparlemen
Rukmita
Kepatuhan
SKPD, Status
sebagaivariabel
Yulianingt
Pengungkapan
Daerah
kontrolmerupaka
21
Universitas Sumatera Utara
yas
Wajib Dalam
Variabel
n
Laporan
dependen :
prediktorsignifik
Keuangan
Kepatuhan
anuntuk
Pemerintah
Pengungkapan
tingkatkepatuhan
Daerah (Studi
Wajib Dalam
pengungkapanwa
Empiris pada
Laporan
jibterhadapSAP,
Kabupaten/Kota
Keuangan
sementaraukuran
di Indonesia)
Pemerintah
,jumlahSKPD,
Daerah
dan
Variabel Kontrol
jenispemerintah
:
daerah tidak
Lokasi
mempengaruhike
Pemerintah
patuhanpengung
Daerah dan
kapanwajiblapor
Jumlah Anggota
an keuangan
DPRD
2012
Widya
Pengaruh
Variabel
Hasil penelitian
Astuti
Karakteristik
Independen :
menunjukkan
Mustikarin Pemerintah
Ukuran
bahwa ukuran,
i dan
Daerah dan
Daerah,Tingkat
tingkat kekayaan
Debby
Temuan Audit
Kekayaan
dan tingkat
Fitriasari
BPK terhadap
Daerah, Tingkat
kertergantungan
22
Universitas Sumatera Utara
Kinerja
Ketergantunga
pada pusat
Pemerintah
pada Pusat,
berpengaruh
Daerah
Belanja modal,
positif terhadap
Kabupaten/Kota
Temuan audit
kinerja
di Indonesia
Variabel
pemerintah,
Tahun Anggaran
dependen :
sedangkan
2007 (Simposium
Kinerja
belanja modal
Nasional
Pemerintah
dan temuan audit
Akuntansi
Daerah
berpengaruh
negatif terhap
XV;Banjarmasin)
kinerja
pemerintah
daerah
2015
Henanda
Pengaruh
Variabel
Hasil analisis
Bimo
Karakteristik
independen :
menunjukan
Noviando
Pemerintah
Ukuran daerah,
bahwa
Daerah dan
tingkat kekayaan
karakteristik
HasilPemeriksaa
daerah,
pemerintah
n audit BPK
ketergantungan
daerah yang
terhadap Kinerja
terhadap
diukur dengan
Pemerintah
pemerintah
tingkat kekayaan
Daerah Otonomi pusat, opini audit
daerah dan
Baru di Indonesia dan temuan audit
ketergantungan
23
Universitas Sumatera Utara
Variabel
kepada
dependen :
pemerintah pusat
kinerja
berpengaruh
pemerintah
signifikan
daerah
terhadap kinerja
pemerintah
daerah.
Sedangkan opini
audit dan temuan
audit juga
berpengaruh
signifikan
terhadap kinerja
pemerintah
daerah otonomi
baru.
2.3 Kerangka Konseptual
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh karakteristik pemerintah
daerah dan temuan audit BPK terhadap kinerja pemerintah daerah kabupaten/kota.
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan Mustikarini dan Fitriasasi
(2012). Karakteristik pemerintah daerah terdiri dari ukuran, tingkat kekayaan,
tingkat ketergantungan dan temuan audit BPK, untuk belanja modal dan opini
24
Universitas Sumatera Utara
audit merupakan variabel tambahan. Berikut ini adalah kerangka pemikiran yang
menggambarkan model penelitian dan hubungan antar variabel yang digunakan
dalam penelitian.
Karakteristik Pemerintah
Tingkat Kekayaan Daerah
Tingkat Ketergantungan pada
Pusat
H1
H2
Skor Kinerja
Pemerintah
Daerah
H3
Belanja Modal
H4
Hasil Pemeriksaan Audit
H5
TemuanAudit
Opini Audit
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis Penelitian
Pengujian hipotesis dilakukan untuk menjawab rumusan masalah, yaitu
menguji Apakah karakteristik pemerintah daerah dan hasil pemeriksaan audit
BPK berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah. Karakteristik Pemerintah
daerah terdiri dari Tingkat Kekayaan Daerah, Tingkat Ketergantungan pada Pusat
dan Belanja Daerah, sedangkan Hasil pemeriksaan audit BPK terdiri dari Temuan
Audit dan Opini Audit.
25
Universitas Sumatera Utara
1.
Pengaruh tingkat kekayaan daerah terhadap skor kinerja pemerintah
daerah
Tingkat kekayaan daerah dicerminkan dengan peningkatan Pendapatan Asli
Daerah (PAD). Penelitian Saragih (2003) dalam Sumarjo (2010) menyatakan
bahwa peningkatan PAD sebenarnya merupakan akses dari pertumbuhan
ekonomi. Pertumbuhan yang positif akan mendorong investasi yang juga
mendorong peningkatan
perbaikan
infrastruktur
daerah.
Peningkatan
infrastruktur daerah diharapkan akan meningkatkan kualitas pelayanan publik
yang mencerminkan kinerja pemerintah daerah.
Penelitian tentang PAD
pernah dilakukan oleh Indrarti (2011) dan Virgasari (2009) yang
mengungkapkan bahwa terdapat korelasi positif antara PAD dengan kinerja
keuangan daerah. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin besar
total PAD maka dapat meningkatkan kinerja pemerintah daerah. Dari uraian
tersebut, maka dapat dikembangkan hipotesis: H1: Tingkat kekayaan daerah
memiliki pengaruh positif terhadap skor kinerja pemerintah daerah
2.
Pengaruh tingkat ketergantungan kepada pemerintah pusat terhadap
skor kinerja pemerintahan daerah
Tingkat ketergantungan pada pemerintah pusat dapat dilihat dari penerimaan
Dana Alokasi Umum (DAU).DAU diberikan pemerintah pusat untuk
membiayai kekurangan dari pemerintah daerah dalam memanfaatkan PADnya. DAU ini bersifat Block Grant yang artinya penggunaan DAU diserahan
kepada pemerintah daerah sesuai dengan prioritas, kepentingan, dan
26
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan daerah masing-masing yang bertujuan untuk meningkatkan
pelayanan publik dalam rangka melaksanakan otonomi daerah. Pemerintah
pusat akan memantau pelaksanaan alokasi DAU sehingga dapat memacu
pemerintah daerah agar meningkatkan kinerjanya.Hal ini sejalan dengan hasil
dari penelitian Virgasari (2009) yang menyimpulkan bahwa DAU memiliki
korelasi yang signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.Dari
uraian tersebut, maka dapat dikembangkan hipotesis:
H2: Tingkat ketergantungan pada pemerintah pusat memiliki pengaruh
positif terhadap skor kinerja pemerintah daerah.
3. Pengaruh belanja modal terhadap skor kinerja pemerintah daerah
Menurut Nugroho dan Rohman (2012) pemerintah akan melakukan
pembangunan infrastruktur serta sarana dan prasarana yang diperlukan oleh
negara, yang tercermin di dalam belanja modal yang dilakukan oleh
pemerintah. Belanja modal sangat erat kaitanya dengan investasi yang
dilakukan oleh pemerintah daerah.Belanja modal yang besar merupakan
cerminan dari banyaknya infrastruktur dan sarana yang dibangun. Sehingga
semakin banyak pembangunan yang dilakukan akan meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat sehingga kinerja daerah akan lebih baik. Maka dari itu,
hipotesis pada penelitian ini adalah:
H3 : Belanja modal berpengaruh positif terhadap skor kinerja pemerintah
daerah
27
Universitas Sumatera Utara
4.
Pengaruh Temuan audit BPK terhadap skor kinerja pemerintah daerah
Temuan audit BPK merupakan kasus-kasus yang ditemukan BPK terhadap
laporan keuangan Pemda atas pelanggaran yang dilakukan suatu daerah
terhadapketentuan
pengendalian
intern
maupun
terhadap
ketentuan
perundang-undangan yang berlaku. Semakin banyak pelanggaran yang
dilakukan oleh Pemda menggambarkan semakin buruknya kinerja Pemda
tersebut. Dengan kata lain, semakin tinggi angka temuan audit, maka
menunjukkan semakin rendahnya kinerja suatu Pemda. Hal ini dipertegas
oleh hasil penelitian Mustikarini dan Fitriasasi (2012) sendiri yang hasil dari
penelitian ini membuktikan bahwa temuan audit berpengaruh negatif terhadap
skor kinerja Pemda kabupaten/kota. Maka hipotesis pada penelitian ini
adalah:
H4 : Temuan audit berpengaruh negatif terhadap skor kinerja pemerintah
daerah
5.
Pengaruh opini audit BPK terhadap skor kinerja pemerintah daerah
Opini audit BPK digunakan menjadi indikator untuk menilai akuntabilitas
sebuah entitas pemerintah, termasuk pemerintah daerah. Opini ini dapat
menaikkan ataupun menurunkan tingkat kepercayaan pemangku kepentingan
atas pelaporan yang disajikan oleh pihak yang diaudit, dalam hal ini entitas
pemerintah daerah. Dengan kata lain, semakin wajar opini audit BPK maka
seharusnya menunjukkan semakin tingginya kinerja suatu pemerintah daerah.
Penelitian Virgasari (2009) dan Indrarti (2011) menunjukkan bahwa terdapat
28
Universitas Sumatera Utara
hubungan antara opini audit BPK terhadap kinerja keuangan pemerintah
daerah. Dari uraian diatas maka hipotesis terakhir pada penelitian ini adalah :
H5 : Opini Audit memiliki pengaruh positif terhadap skor kinerja pemerintah
daerah
29
Universitas Sumatera Utara