Faktor penyebab kelelahan kerja pada dos
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 7, Nomor 2, Desember 2013
ISSN. 1410-234X
PENGARUH PELATIHAN
PENGENDALIAN KELELAHAN KERJA TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN
DOSEN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
DI BANDUNG
Gurdani Yogisutanti1, Hari Kusnanto2, Lientje Setyawati2, Yasumasa Otsuka3
ABSTRAK
Pekerjaan di sektor pendidikan lebih banyak menimbulkan stres dan kelelahan kerja baik fisik maupun
psikologis. Kelelahan psikologis dapat menurunkan daya ingat, sehingga apabila kelelahan tersebut
dialami dosen dapat menghambat proses belajar mengajar yang menjadi tugas utama seorang dosen.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada dosen
(PK2D) terhadap peningkatan skor pengetahuan dosen tentang pengendalian kelelahan kerja. Metode
yang digunakan adalah kuasi eksperimen, dengan jumlah responden pada kelompok intervensi sebanyak
37 dan kontrol sebanyak 40 orang. Instrumen yang digunakan untuk mengukur pengetahuan tentang
kelelahan kerja menggunakan instrumen yang valid dan reliabel. Analisis data menggunakan uji t dan
repeated measured analysis of variances untuk mengetahui perubahan perbedaan skor sebelum dan
setelah pelatihan pengendalian kelelahan kerja. Pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada dosen telah
dapat meningkatkan pengetahuan responden. Saran yang dapat direkomendasikan adalah perlunya
pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada dosen yang disampaikan bersamaan dengan sosialisasi beban
kerja dosen dalam melaksanakan tridharma perguruan tinggi untuk mengingatkan kepada dosen
pentingnya menjaga keselamatan dan kesehatan kerja, dan terbukti dari hasil penelitian ini dapat
meningkatkan pengetahuannya. Perlunya memberikan pelatihan induksi (induction training) pada staf
baru atau mentorship dalam pelaksanaan tridharma perguruan tinggi agar dapat berjalan sesuai peraturan
yang berlaku.
Kata kunci: kelelahan kerja; dosen; pengetahuan; pelatihan
ABSTRACT
Objectives: This study aimed to analyze the efficacy of fatigue-controlled training program to increase
knowledge of fatigue among university teachers. Methods: A quasi experimental design was used to
examine the efficacy of fatigue-controlled training among university teachers in intervention and control
groups. As many as thirty-seven teachers from intervention group and 40 teachers from control group
completed baseline and follow up data on knowledge. Results: The results of repeated measured analysis
of variances showed that fatigue-controlled training program was associated with higher knowledge
compared with control group. Main effects of fatigue-controlled training on knowledge was revealed.
Conclusions: Fatigue-controlled training program reported in this study was efficacious to enhance
university teachers’ knowledge about fatigue and occupational health and safety at a work place. This
program may be considered as an initial strategy for occupational safety and health program in education
setting to reduce fatigue particularly among university teachers. The training should be conducted
frequently to enable university teachers controlled their fatigue.
Keywords: fatigue, knowledge, university teacher; training.
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 7, Nomor 2, Desember 2013
ISSN. 1410-234X
PENGANTAR
Kelelahan kerja yang terjadi dapat berpengaruh
Profesi dosen berisiko tinggi untuk terjadinya
terhadap kinerja dosen. Seperti hasil penelitian
stres akibat kerja dan kelelahan akibat kerja,
Bayram et al. (2010), burnout sebagai penyebab
terutama
Masalah
terjadinya kelelahan (fatigue) pada pendidik
kelelahan kerja dosen masih jarang dibahas
didominasi oleh kelelahan emosional (emotional
dalam literatur yang ada sampai saat ini
exhaustion). Shernoff et al. (2011) melakukan
(Shernoff et al., 2011). Hubungan kelelahan
penelitian kualitatif pada sumber dan akibat stres
kerja dan akibat burnout berhubungan dengan
kerja pada pendidik di daerah urban, ternyata
minimalnya respon koping yang dilakukan.
penyebab stres kerja adalah kurangnya sumber
Dosen mempersiapkan bahan ajar dalam waktu
daya manusia terutama dosen, beban kerja
yang
kurang
berlebih, organisasi institusi perguruan tinggi
proses
yang
kelelahan
kurang
psikologis.
memadai,
merasa
tidak
teratur,
pembelajaran dan menggunakan sedikit energi
berhubungan
dengan
dan waktunya untuk mengajar (Hughes, 2001;
akuntabilitas kebijakan pemerintah (Dworkin, et
Lens & Neves, 1999; Maslach & Goldberg,
al., 1988 and Hughes, 2001).
bertanggung
jawab
terhadap
1998). Penelitian Eta et al. (2011) pada dosen
perawat klinik atau clinical nurse educators
(CNEs) di Kamerun, sebanyak 58,9% dosen
menyatakan
bahwa
mereka
mendapatkan
tantangan dalam kegiatan pembelajaran klinik
dan pada saat melakukan aktivitas supervisi.
Tantangan
utama
yang
dirasakan
adalah
kurangnya kesempatan untuk meningkatkan
pengetahuan
dan
keterampilan
dalam
pembelajaran klinik, kurangnya insentif yang
diterima
kesehatan.
dan
buruknya
kebijakan
jaminan
permasalahan
perilaku
dosen
yang
dan
Studi pendahuluan dengan melakukan focus
group discussion tanggal 27 April 2011 yang
berlangsung kurang lebih 2 jam terhadap 10
orang dosen yang berasal dari perguruan tinggi
swasta dan pemerintah mendapatkan informasi
bahwa seluruh peserta mengalami kelelahan
kerja, baik fisik maupun psikologis. Penyebab
kelelahan kerja disebabkan waktu istirahat dan
waktu tidur yang tidak adekuat, banyaknya
beban kerja yang harus dikerjakan sehingga
harus dikerjakan di rumah, tetapi tidak ada
tambahan insentif dan hubungan dengan rekan
dosen dan atasan yang tidak harmonis. Tuntutan
2
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 7, Nomor 2, Desember 2013
ISSN. 1410-234X
dan target yang telah ditentukan oleh atasan
waktu reaksi atau kelelahan kerja objektif dan
menjadi faktor penyebab kelelahan kerja yang
penurunan skor kelelahan subjektif pada dosen.
mereka alami. Ketidakteraturan jam kerja, waktu
Penelitian ini telah dinilai kelayakannya oleh
istirahat yang kurang, kesempatan dan sarana
Komisi Etik Penelitian Kedokteran Universitas
berolah raga yang tidak ada, dan ketidaktahuan
Gadjah
serta
tentang
clearance. Dalam melakukan penelitian, peneliti
keselamatan dan kesehatan kerja pada umumnya
mendapat rekomendasi dari institusi dengan
dan
minimnya
kelelahan
menyebabkan
pengetahuan
untuk
pada
khususnya,
mengajukan
tersebut
melakukan
institusi/lembaga
kerja
dosen
Mada
mendapatkan
permohonan
tempat
izin
mendapat persetujuan,
akibat kerja. Selain itu, dilaporkan bahwa belum
dengan menekankan masalah etika.
ada
penjelasan
tentang
keselamatan
kepada
penelitian.
aktivitasnya tanpa berpikir akan terjadi penyakit
ethical
Setelah
penelitian dilakukan
dan
kesehatan kerja di institusi masing-masing pada
saat pertama kali mereka menjadi dosen sampai
dengan saat dilakukan wawancara. Beberapa hal
tersebut dinyatakan menyebabkan kelelahan
kerja pada dosen (Yogisutanti, 2011).
METODE PENELITIAN
Metode
penelitian
yang
digunakan
untuk
mengetahui pengaruh pelatihan pengendalian
kelelahan kerja pada dosen terhadap peningkatan
Berdasarkan latar belakang di atas dapat
pengetahuan dosen adalah intervensional atau
disimpulkan bahwa semua dosen mengalami
eksperimental menggunakan quasi experimental
kelelahan kerja dan mereka tidak pernah
design
mendapatkan
control group design.
sosialisasi
tentang
cara
yaitu
pretest-posttest
nonequivalent
mengendalikan kelelahan kerja di tempat kerja,
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
sejak dari awal menjadi pegawai sampai saat ini
dosen di wilayah Kopertis IV. Populasi target
(inductional training). Berdasarkan hal tersebut,
adalah dosen pada 2 sekolah sekolah tinggi ilmu
dilakukan
kesehatan yang berada di wilayah Kopertis IV
intervensi
berupa
pelatihan
pengendalian kelelahan kerja pada dosen, yang
Jawa
selama ini belum pernah dilakukan. Tujuan
kelompok yang diintervensi dengan diberi
umum
mengetahui
pelatihan pengendalian kelelahan kerja, dengan
pengaruh pelatihan pengendalian kelelahan kerja
kriteria eksklusi: sedang melaksanakan tugas
pada dosen terhadap peningkatan pengetahuan
belajar, berada di luar negeri, dan menderita
tentang pengendalian kelelahan kerja, penurunan
sakit
penelitian
ini
adalah
Barat.
kronis
Kelompok
sebelum
intevensi
maupun
pada
adalah
saat
3
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 7, Nomor 2, Desember 2013
ISSN. 1410-234X
penelitian. Kelompok kontrol adalah seluruh
pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan
dosen pada sekolah tinggi ilmu kesehatan yang
kerja umum, gizi kerja, kelelahan kerja pada
tidak diberikan intervensi. Jumlah dosen pada
dosen dan beban kerja dosen. Pematei berasal
kelompok kontrol sebanyak 48 orang dan pada
dari Balai Hiperkes Kota Bandung, Asosiasi Ahli
kelompok intervensi sebanyak 45 orang. Jumlah
Gizi dan
dosen pada kelompok intervensi yang dapat
membandingkan
mengikuti penelitian sebanyak 38 orang dan
sesudah pelatihan pengendalian kelelahan kerja
kelompok kontrol sebanyak 40 orang.
pada kelompok kontrol dan intervensi dengan
Instrumen
penelitian
menggunakan
Analisis data dilakukan dengan
pengetahuan
sebelum
dan
27
menggunakan uji t untuk sampel saling bebas.
pertanyaan yang telah diuji validitas dan
Analisis untuk mengetahui pengetahun dosen
reliabilitasnya kepada 21 orang di sekolah tinggi
sebelum pelatihan, setelah pelatihan dan setelah
ilmu kesehatan di Cimahi. Variabel penelitian
2 bulan pelatihan menggunakan uji statistik
terdiri dari variabel terikat yaitu pengetahuan
repeated measured analysis of variance pada
tentang kelelahan kerja pada dosen sebelum
alpha 5%.
pelatihan, setelah pelatihan dan setelah 2 bulan
pelatihan. Variabel eksperimen adalah pelatihan
HASIL
pengendalian kelelahan kerja pada dosen.
Karakteristik dosen pada kelompok kontrol dan
Pelatihan
pengendalian
dilakukan
selama
1
hari
kelelahan
kerja,
dosen
kelompok intervensi dapat dilihat perbedaannya
meliputi
pada tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1 Perbedaan karakteristik pada kelompok intervensi dan kontrol berdasarkan uji Chi-square (2)
Karakteristik Responden
Jenis kelamin
Perempuan
Laki-laki
Status perkawinan
Tidak menikah
Menikah
Tingkat pendidikan
D4/S1
S2
Status merokok
Tidak merokok
Merokok
Pemeriksaan kesehatan awal
Dilakukan
Kelompok
Kontrol (n=40)
Intervensi (n=37)
n
%
n
%
p value
0,900
27
13
67,5
32,5
32
5
86,5
13,5
10
30
25,0
75,0
9
28
24,3
75,7
20
20
50,0
50,0
23
14
62,2
37,8
36
4
90,0
10,0
35
2
94,6
5,4
3
7,5
19
51,4
1.000
0.339
0,755
0.000*
4
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 7, Nomor 2, Desember 2013
ISSN. 1410-234X
Tidak dilakukan
Induction training
Dilakukan
Tidak dilakukan
Kebiasaan olah raga
Mempunyai kebiasaan
Tidak mempunyai kebiasaan
Kebiasaan makan pagi
Makan pagi
Tidak makan pagi
Kebiasaan makan siang
Makan siang
Tidak makan siang
Bekerja di rumah
Tidak bekerja di rumah
Bekerja di rumah
Tepat waktu mengajar
100%
76-99%
50-75%
0-49%
Kelengkapan bahan ajar
100%
76-99%
50-75%
37
92,5
18
48,6
40
0
100,0
0,0
37
0
100,0
0,0
-
0,227
29
11
72,5
27,5
21
16
56,8
43,2
31
9
77,5
22,5
23
14
62,2
37,8
0,222
1,000
35
5
87,5
12,5
32
5
86,5
13,5
8
32
20,0
80,0
5
32
13,5
86,5
6
5
6
23
15,0
12,5
15,0
57,5
7
4
9
17
18,9
10,8
24,3
45,9
5
34
1
12,5
85,0
2,5
14
21
2
37,8
56,8
5,4
0,649
0,877
0,210
Hasil pengukuran skor pengetahuan dosen
sebelum dan setelah pelatihan pengendalian
tentang kelelahan kerja dibuat dalam tabel silang
kelelahan kerja.
untuk mengetahui perbedaan antara kelompok
a. Perbedaaan skor pengetahuan sebelum
kontrol dan kelompok intervensi. Berdasarkan
dan
tujuan penelitian dan hipotesis yang telah
kelelahan kerja dosen pada kelompok
ditentukan
intervensi
sebelumnya,
maka
pembahasan
sesudah
pelatihan
pengendalian
dalam penelitian ini sebagai berikut:
Pada kelompok intervensi, pengukuran
1. Pengaruh pelatihan pengendalian kelelahan
skor pengetahuan dilakukan selama 3
kerja pada dosen terhadap peningkatan skor
kali, yaitu pada saat sebelum pelatihan
pengetahuan tentang kelelahan kerja
pengendalian kelelahan kerja pada dosen,
Analisis
setelah selesai pelatihan dan 2 bulan
terhadap
skor
pengetahuan
dilakukan dengan membandingkan skor yang
setelah
dicapai
pengukuran
pada
kelompok
intervensi
dan
pelatihan.
Hasil
pengetahuan
analisis
tentang
membandingkan skor yang dicapai pada
pengendalian kelelahan kerja pada dosen
kelompok intervensi dan kelompok kontrol
dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini:
5
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 7, Nomor 2, Desember 2013
ISSN. 1410-234X
Tabel 2. Perbedaan skor pengetahuan tentang kelelahan kerja dosen pada kelompok intervensi
sebelum dan setelah pelatihan (n=37)
Gain
Paired sample t test
Mean
t
Sig
score
Skor pengetahuan sebelum pelatihan
11.11
3.919
9.715
0.000
Skor pengetahuan setelah pelatihan
15.03
Skor pengetahuan sebelum pelatihan
11.11
3.757
9.534
0.000
Skor pengetahuan 2 bulan setelah pelatihan
14.86
Skor pengetahuan setelah pelatihan
15.03
-0.162
-0.642
0.525
Skor pengetahuan 2 bulan setelah pelatihan
14.86
Hasil
analisis
skor
pengetahuan
tentang
dengan peningkatan skor pengetahuan dosen
kelelahan kerja pada dosen sebelum dan setelah
setelah pelatihan dan sebelum pelatihan.
pelatihan menggunakan paired sample t test
Pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada
ditunjukkan dalam tabel 4.35 di atas dijelaskan
dosen
dalam uji hubungan antara pengetahuan sebelum
peningkatan
pelatihan, setelah pelatihan dan 2 bulan setelah
pengendalian kelelahan kerja pada dosen
pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada
sebelum dan setelah pelatihan.
dosen sebagai berikut:
berpengaruh
positif
pengetahuan
terhadap
tentang
2) Skor pengetahuan pada saat 2 bulan setelah
1) Skor pengetahuan tentang kelelahan kerja
pelatihan didapatkan skor sebesar 14.86 poin
pada dosen sebelum pelatihan adalah 11.11
dan skor sebelum pelatihan sebesar 11.11
dan setelah pelatihan sebesar 15.03. Pada
poin. Berdasarkan tabel di atas diketahui
tabel di atas dapat dilihat bahwa ada
bahwa sampai dengan 2 bulan setelah
perbedaan
pelatihan, nilai skor pengetahuan dosen
pelatihan
skor
dan
pengetahuan
setelah
sebelum
Skor
tentang kelelahan kerja masih lebih tinggi
pengetahuan setelah pelatihan mempunyai
dibandingkan skor pengetahuan sebelum
rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan rata-
pelatihan. Besar gain score untuk kedua
rata skor pengetahuan sebelum pelatihan dan
pengukuran tersebut adalah 3.757 dengan
didapatkan nilai gain score sebesar 3.919
nilai t sebesar 9.534 dan nilai p < 0.05. Dari
dengan nilai t sebesar 9.715 dan nilai p <
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
0,05.
terdapat perbedaan skor pengetahuan tentang
Berdasarkan
hasil
pelatihan.
tersebut
dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh yang
kelelahan
signifikan
pelatihan
pelatihan dan 2 bulan setelah pelatihan
pengendalian kelelahan kerja pada dosen
pengendalian kelelahan kerja. Atau dapat
antara
pemberian
kerja
pada
dosen
sebelum
6
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 7, Nomor 2, Desember 2013
ISSN. 1410-234X
dikatakan bahwa pelatihan pengendalian
4) Perubahan skor pengetahuan peserta tentang
kelelahan kerja pada dosen mempunyai
pengendalian kelelahan kerja pada dosen
pengaruh positif terhadap kenaikan skor
sebelum pelatihan, setelah pelatihan, sampai
pengetahuan responden sampai dengan 2
dengan 2 bulan setelah pelatihan dapat
bulan
dilihat pada gambar 1. di bawah ini:
setelah
pelatihan
pengendalian
kelelahan kerja pada dosen.
3) Skor pengetahuan tentang kelelahan kerja
setelah 2 bulan pelatihan sebesar 14.86 dan
setelah pelatihan pengendalian kelelahan
kerja pada dosen sebesar 15.03. Skor
pengetahuan pada saat 2 bulan setelah
pelatihan
mengalami
dibandingkan
dengan
penurunan
skor
bila
pengetahuan
setelah pelatihan. Berdasarkan tabel 4.33 di
atas diketahui bahwa nilai gain score untuk
kedua skor tersebut adalah -0.162 dan nilai t
sebesar -0.642 sedangkan nilai p > 0.05.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa tidak ada perbedaan skor pengetahuan
sebelum pelatihan dan 2 bulan setelah
pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada
dosen. Apabila dilihat dari nilai gain score
yang bernilai negatif, dapat dikatakan bahwa
telah terjadi penurunan skor pengetahuan
pada waktu 2 bulan setelah pelatihan, akan
tetapi
penurunan
skor
tersebut
tidak
signifikan. Pelatihan pengendalian kelelahan
kerja pada dosen dapat dikatakan masih
efektif sampai dengan 2 bulan setelah
pelatihan.
Gambar 1. Perubahan skor pengetahuan tentang
kelelahan kerja sebelum dan setelah pelatihan
pengendalian kelelahan kerja pada dosen
Skor pengetahuan kelelahan kerja pada
dosen
meningkat
setelah
mengikuti
pelatihan pengendalian kelelahan kerja,
akan tetapi setelah beberapa saat, yaitu 2
bulan setelah pelatihan, skor pengetahuan
menjadi
cenderung
untuk
menurun.
Berdasarkan hal tersebut dapat digunakan
sebagai
dasar
untuk
mengadakan
refreshing kepada dosen tentang materi
kelelahan kerja yang dapat dilakukan
selain melalui pelatihan, yaitu dengan
menggunakan modul, poster di ruangan
dosen atau di tempat yang mudah dilihat,
leaflet
ataupun
dengan
memberikan
7
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 7, Nomor 2, Desember 2013
ISSN. 1410-234X
informasi setiap ada pertemuan dengan
meningkatkan
skor
pengetahuan
dosen.
responden, maka analisis data dilakukan
dengan membandingkan antara kelompok
b. Perbedaan skor pengetahuan sebelum dan
setelah pelatihan pengendalian kelelahan
intevensi
kerja
dengan menggunakan indepedent sample
pada
dosen
antara
kelompok
dengan
kelompok
kontrol
intervensi dan kelompok kontrol
t test dari skor rerata pengetahuan
Pelatihan pengendalian kelelahan kerja
sebelum pelatihan dan setelah pelatihan
pada
pada kelompok intervensi dan kontrol
dosen
dilakukan
hanya
pada
pada tabel 3 berikut:
kelompok intervensi. Untuk mengetahui
pengaruh
pelatihan
tersebut
dalam
Tabel 3. Hasil analisis perbedaan skor pengetahuan antara kelompok intervensi dan kelompok
kontrol menggunakan independent sample t test
Variabel
Skor pengetahuan sebelum pelatihan
Skor pengetahuan pada saat 2 bulan
setelah pelatihan
Kelompok
Intervensi
Kontrol
Intervensi
Kontrol
n
37
40
37
40
Mean
11.11
11.10
14.86
11.07
t
0.12
Sig
0.990
69.55
0.000
Analisis data skor pengetahuan tentang
perbedaan skor pengetahuan tentang
pengendalian kelelahan kerja pada dosen
kelelahan
sebelum dan setelah pelatihan pada
kelompok tersebut.
kelompok
kelompok
Setelah pelatihan pengendalian kelelahan
kontrol dapat dilihat pada tabel 4.36 di
kerja didapatkan skor pengetahuan pada
atas. Skor pengetahuan sebelum pelatihan
kelompok intervensi sebesar 14.86 dan
pengendalian kelelahan kerja pada dosen
pada kelompok kontrol sebesar 11.07.
didapatkan
kelompok
Hasil uji beda dengan menggunakan
intervensi sebesar 11.11 dan rerata untuk
independent sample t test didapatkan
kelompok kontrol sebesar 11.10, dengan
nilai t hitung sebesar 69.55 dan nilai p <
nilai t hitung sebesar 0.12 dan p > 0.05.
0.05. Berdasarkan hal tersebut dapat
Pada data sebelum pelatihan tidak ada
dikatakan bahwa ada perbedaan skor
intervensi
rerata
dan
untuk
kerja
dosen
pada
kedua
8
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 7, Nomor 2, Desember 2013
ISSN. 1410-234X
pengetahuan pada kelompok intervensi
dan kelompok kontrol. Skor pengetahuan
setelah 2 bulan pelatihan pada kelompok
intervensi
dengan
lebih
tinggi
kelompok
dibandingkan
kontrol.
Pelatihan
pengendalian kelelahan kerja pada dosen
terbukti meningkatkan skor pengetahuan
tentang kelelahan kerja pada dosen.
Hasil analisis menggunakan repeated
measured analysis of variance untuk
kedua kelompok didapatkan nilai F
sebesar 9.686 dan nilai p < 0.05. Hal ini
berarti bahwa pelatihan pengendalian
kelelahan kerja pada dosen berpengaruh
dalam membedakan skor pengetahuan
Gambar 2. Tren perubahan skor
pengetahuan tentang kelelahan kerja pada
kelompok intervensi dan kelompok
kontrol
tentang kelelahan kerja pada responden.
Pada
kelompok
meningkat
skor
intervensi
terbukti
pengetahuannya
dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Untuk
melihat
grafik
dari
skor
pengetahuan sebelum dan 2 bulan setelah
pelatihan pengendalian kelelahan kerja
pada dosen dapat dilihat pada grafik
estimated marginal means di bawah ini:
Gambar
2
di
atas
menggambarkan
kecenderungan pada kelompok intervensi
terjadi kenaikan skor pengetahuannya
sedangkan pada kelompok kontrol relatif
tidak ada kenaikan pada saat sebelum
pelatihan sampai dengan 2 bulan setelah
pelatihan pengendalian kelelahan kerja
pada
dosen.
Pelatihan
pengendalian
kelelahan kerja pada dosen terbukti dapat
meningkatkan skor pengetahuan tentang
kelelahan
kerja
pada
dosen
yang
mengikutinya.
9
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 7, Nomor 2, Desember 2013
ISSN. 1410-234X
kelelahan kerja yang telah diikutinya. Sebelum
PEMBAHASAN
Pengetahuan yang diberikan dalam pelatihan
pengendalian
kelelahan
kerja
pada
dosen
meliputi pengetahuan tentang kelelahan kerja
dosen, keselamatan dan kesehatan kerja di
tempat kerja yaitu pada pendidikan tinggi, gizi
kerja yang dibutuhkan oleh dosen dan undangundang atau peraturan yang berkaitan dengan
guru dan dosen, penghitungan beban kerja dosen
berdasarkan aturan Dikti dalam tiap semester
dan pengukuran kelelahan kerja fisiologis dan
psikologis.
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
pengetahuan responden sebelum dan sesudah
mengikuti pelatihan pengendalian kelelahan
kerja
meningkat
secara
signifikan.
Pada
pengukuran pengetahuan sebelum dan setelah
pelatihan terdapat peningkatan yang sangat
signifikan. Akan tetapi setelah 2 bulan pelatihan
tersebut berlangsung dan responden diberikan
instrumen berupa kuesioner yang sama dengan
yang
dipergunakan
untuk
mengukur
pengetahuan sebelum dan sesudah pelatihan
ternyata terjadi penurunan skor pengetahuan
responden. Walaupun terjadi penurunan, namun
bila dibandingkan dengan skor pengetahuan
sebelum pelatihan, skor pengetahuan 2 bulan
setelah pelatihan tetap lebih tinggi dan berbeda
signifikan.
Peningkatan
skor
pengetahuan
responden tentang kelelahan kerja terbukti
disebabkan
oleh
pelatihan
pengendalian
mengikuti pelatihan, skor pengetahuan dosen
lebih rendah dibandingkan dengan skor setelah
mengikuti pelatihan dan dalam waktu 2 bulan
setelah mengikuti pelatihan. Pelatihan dan
dukungan materi yang disampaikan diperlukan
sebagai awal perubahan dalam organisasi yang
merupakan bagian dari promosi kesehatan di
tempat kerja (Goodman and collegeus, 2002).
Penurunan skor pengetahuan yang dialami oleh
dosen pada saat 2 bulan setelah pelatihan
mengindikasikan bahwa perlunya refreshing
pemberian
informasi
tentang
pengendalian
kelelahan kerja pada dosen setelah 2 sampai 3
bulan pelatihan. Pemberian informasi maupun
pengetahuan kepada responden dalam hal ini
dosen tidak harus selalu dalam bentuk pelatihan
maupun penyuluhan. Ada beberapa cara yang
dapat dilakukan dalam upaya menjaga agar
pengetahuan responden mengenai pengendalian
kelelahan kerja dapat semakin meningkat atau
tidak terjadi penurunan. Cara-cara atau metode
yang dapat digunakan untuk menurunkan angka
kecelakaan kerja di tempat kerja diantaranya
adalah (Sumihardi, 2011): 1) pemajangan safety
poster yang dapat meningkatkan pengetahuan
dan sikap pekerja menjadi lebih positif; 2)
penyuluhan,
dan
3)
pelatihan
prosedur
operasional tetap (protap).
Iverson dan Erwin (1987) berpendapat bahwa
tenaga kerja yang belajar tentang keselamatan
10
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 7, Nomor 2, Desember 2013
kerja,
baik
melalui
ISSN. 1410-234X
penyuluhan
maupun
yang telah dimiliki oleh dosen tidak mengalami
pelatihan yang dilaksanakan secara teratur,
penurunan
setelah
dapat
membagi modul pelatihan kepada dosen agar
memperkecil jumlah kasus kecelakaan kerja.
dapat dibaca sewaktu-waktu, pembuatan leaflet
Dalam konteks dunia pendidikan, kecelakaan
yang sederhana dan komunikatif agar mudah
kerja yang dimaksud adalah kelelahan kerja pada
diingat dan diberikan kepada dosen, membuat
dosen. Sependapat dengan Iverson dan Erwin
banner atau poster-poster yang berisi tentang
(1987), Guastello (1993) menyatakan bahwa
akibat kelelahan kerja secara khusus maupun K3
dengan adanya program keselamatan kerja yang
secara umum yang ditempel di dinding atau
diterapkan di tempat kerja dapat memberikan
tempat-tempat yang sering dikunjungi oleh
perlindungan terhadap tenaga kerja dari risiko
dosen.
kecelakaan kerja dan secara bertahap dapat
memanfaatkan media SMS (short message
menurunkan angka kecelakaan kerja. Perilaku
service) melalui handphone yang berisi pesan-
keselamatan
pesan singkat untuk mengingatkan dosen tentang
diamati
terus-menerus
kerja
dapat
mencegah
dan
dapat
Selain
dilakukan
itu
dapat
dengan
pula
menurunkan angka kecelakaan kerja (Cooper et
pentingnya
al., 1994).
keselamatan
Sesuai dengan teori pendidikan kesehatan,
menghindari terjadinya kelelahan kerja.
untuk
kerja
menjaga
dan
cara:
dengan
kesehatan
mencegah
dan
serta
bahwa refreshing pengetahuan atau pemberian
informasi ulang tentang pengetahuan yang telah
diberikan sebelumnya kepada sasaran belajar
harus dilakukan untuk mencegah penurunan
pengetahuan atau berkaitan dengan masalah
memori
untuk
mengingatnya.
Pemberian
informasi atau pengetahuan yang dilakukan
secara terus-menerus akan dapat membantu
sasaran
belajar
dalam
mengingat
materi
pengetahuan yang telah didapat. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat dari Iverson dan Erwin
(1997).
Dalam
setting
pendidikan
tinggi,
beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk
KESIMPULAN
Pelatihan pengendalian kelelahan kerja terbukti
dapat meningkatkan pengetahuan dosen tentang
kelelahan kerja. Pengetahuan dosen setelah
pelatihan lebih tinggi dibandingkan sebelum
pelatihan, sedangkan pengetahuan dosen setelah
2 bulan pelatihan ternyata lebih rendah daripada
pengetahuan setelah pelatihan akan tetapi masih
lebih tinggi dibandingkan dengan pengetahuan
dosen sebelum mengikuti pelatihan pengendalian
kelelahan kerja pada dosen.
meningkatkan dan menjaga agar pengetahuan
11
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 7, Nomor 2, Desember 2013
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih ditujukan kepada Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi melalui Kopertis IV
yang telah memberikan bantuan hibah disertasi
doktor untuk pembiayaan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Baldinger, Nina., Krebs, Andreas., Műller,
Roland., Aeberli, Isabelle (2012). Swiss
Children Consuming Breakfast Regularly
Have Better Motor Functional Skills and
Are Less Overweight Than Breakfast
Skippers, Journal of The American College
of Nutrition, Vol. 31, No. 2, 87-93.
Cueto, Santiago. (2001). Breakfast and dietary
balance: the enKid Study Breakfast and
Perfomance. Public Health Nutrition
4(6A), 1429-1431.
Eta, Vivian, E.A., Atanga, Mary, B.S., Atashili,
Julius., D’Cruz, Gibson (2011). Nurses
Challeges Faced as Clinicl Educators: a
survey of Group of Nurses in Cameroon,
Pan African Medical Journal, 8, 28.
European Trade Union Committee for Education
(ETUCE). (2007). Report on the ETUCE
Survey on Teachers Work –related-health,
Farber, B. A. (1983). Stress and Burnout in The
Human Services Profession. New York.
Pergamon Press.
Giovannini, M., Agostoni, C., & Shamir, R.
(2010). Symposium overview: Do We all
Eat Breakfast and is it Important?. Critical
Reviews in Food Science & Nutrition,
50(2),
97-99.
doi:10.1080/10408390903467373
Hasz, Lauren A. & Lamport, Mark A.(2012).
Breakfast and Adolescent Academic
Performance: An Analytical Review of
Recent Research, European Journal of
Business and Social Sciences, Vol. 1, No.
ISSN. 1410-234X
3, pp. 61 - 79, June 2012. URL:
http://www.ejbss.com/recent.aspx.
Hughes, R. E. (2001). Deciding to Leave but
Staying: Teacher Burnout, Precusors and
Turnover. International Journal of Human
Resource Management, 12, 288-298.
Iverson, RD., & Erwin, PJ. (1997). Predicting
Occupational Injury: The Role of
Affectivity. Journal of Occupational and
Organizational Psychology, 7, 113-128.
Jaarveld, Van, J. (2004). The Relationship
between Burnout, Coping and Sense of
Coherence amongst Engineers and
Scientist.
Unpublished
Doctoral
Dissertation. University of South Africa.
Jongman, L., Meijman, T., & Jong, de Ritske.
(1999). The Working Memory Hypothesis
of Mental Fatigue. Department of
Experimental and Work Psychology
University of Gronigen, Netherlands.
Lewis, G., Wessely, S. (1992). The
Epidemiology of Fatigue: More Questions
than Answer. Journal of Epidemiology and
Community Health, 46, 92-97.
Otsuka Yasumasa, Sasaki Takeshi, Mori Ippei.
(2008). Working hours. Coping skills, and
psychological health in Japanese daytime
workers, Industrial Health, 47: 22-32.
Piper, B., 1986. Fatigue. In Gutiѐrrez, Josѐ Luis
Gonzàlez., Jimѐnez, Bernardo Moreno.,
Hѐrnandez,
Eva
Garrosa.,
López,
Almudena López. 2005. Spanish Version
of The Swedish Occupational Fatigue
Inventory (SOFI): Factorial Replication,
Reliability and Vallidity, International
Journal of Industrial Ergonomics, 35(2005)
737-746.
Pollitt,
Ernesto and Mathews, Rebecca.
Breakfast and cognition: an integrative
summary,
(Am
J
Clin
Nutr
1998;67(suppl):804S–13S.
Schuler, Randall., Jackson, Susan., Sobari,
Nurdin., Sihombing, Tulus., Dwi Kartini,
Yahya. (1999). Manajemen Sumber Daya
Manusia Menghadapi Abad 21. Erlangga,
Jakarta.
12
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 7, Nomor 2, Desember 2013
ISSN. 1410-234X
Shernoff, Elisa, S., Mehta, Tara, G., Atkins,
Marc, S., Torf, Raechel., Spencere, Jordan.
(2011). A Qualitative Study of The
Sources and Impact of Stress Among
Urban Teachers, School Mental Health, 3:
59-69, Chicago.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Verdugo, R., Vere, A.(2003). International
Labour Office 2003, Workplace Violence
in Service Sectors with Implications for the
Education Sector: Issues, Solution and
Resources.
Wignjosoebroto, Sritomo (2000).Egronomi Studi
Gerak dan Waktu. Edisi 1 Cetakan ke-II,
Penerbit Guna Widia, Jakarta.
Yogisutanti G. Had accreditation system covered
safety and health for lecturer? Paper
presented at: 2nd HPEQ Health
Professional Education Quality. Promoting
Health Through Interprofessionalship
Education; 2011 Dec. 3-5; Bali. Indonesia.
1)
Gurdani Yogisutanti, Dosen STIK Immanuel
sedang menempuh program Doktor di
Fakultas Kedokteran UGM;
2)
Hari Kusnanto Promotor/Pembimbing dan
Lientje
Setyawati,
Copromotor/Pembimbing Pendamping dari
Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta;
3)
Yasumasa Otsuka, Supervisor Program
Sandwich-Like untuk S3 Dikti dari
Graduate School of Eduation Hiroshima
University Japan.
13
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 7, Nomor 2, Desember 2013
ISSN. 1410-234X
PENGARUH PELATIHAN
PENGENDALIAN KELELAHAN KERJA TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN
DOSEN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
DI BANDUNG
Gurdani Yogisutanti1, Hari Kusnanto2, Lientje Setyawati2, Yasumasa Otsuka3
ABSTRAK
Pekerjaan di sektor pendidikan lebih banyak menimbulkan stres dan kelelahan kerja baik fisik maupun
psikologis. Kelelahan psikologis dapat menurunkan daya ingat, sehingga apabila kelelahan tersebut
dialami dosen dapat menghambat proses belajar mengajar yang menjadi tugas utama seorang dosen.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada dosen
(PK2D) terhadap peningkatan skor pengetahuan dosen tentang pengendalian kelelahan kerja. Metode
yang digunakan adalah kuasi eksperimen, dengan jumlah responden pada kelompok intervensi sebanyak
37 dan kontrol sebanyak 40 orang. Instrumen yang digunakan untuk mengukur pengetahuan tentang
kelelahan kerja menggunakan instrumen yang valid dan reliabel. Analisis data menggunakan uji t dan
repeated measured analysis of variances untuk mengetahui perubahan perbedaan skor sebelum dan
setelah pelatihan pengendalian kelelahan kerja. Pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada dosen telah
dapat meningkatkan pengetahuan responden. Saran yang dapat direkomendasikan adalah perlunya
pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada dosen yang disampaikan bersamaan dengan sosialisasi beban
kerja dosen dalam melaksanakan tridharma perguruan tinggi untuk mengingatkan kepada dosen
pentingnya menjaga keselamatan dan kesehatan kerja, dan terbukti dari hasil penelitian ini dapat
meningkatkan pengetahuannya. Perlunya memberikan pelatihan induksi (induction training) pada staf
baru atau mentorship dalam pelaksanaan tridharma perguruan tinggi agar dapat berjalan sesuai peraturan
yang berlaku.
Kata kunci: kelelahan kerja; dosen; pengetahuan; pelatihan
ABSTRACT
Objectives: This study aimed to analyze the efficacy of fatigue-controlled training program to increase
knowledge of fatigue among university teachers. Methods: A quasi experimental design was used to
examine the efficacy of fatigue-controlled training among university teachers in intervention and control
groups. As many as thirty-seven teachers from intervention group and 40 teachers from control group
completed baseline and follow up data on knowledge. Results: The results of repeated measured analysis
of variances showed that fatigue-controlled training program was associated with higher knowledge
compared with control group. Main effects of fatigue-controlled training on knowledge was revealed.
Conclusions: Fatigue-controlled training program reported in this study was efficacious to enhance
university teachers’ knowledge about fatigue and occupational health and safety at a work place. This
program may be considered as an initial strategy for occupational safety and health program in education
setting to reduce fatigue particularly among university teachers. The training should be conducted
frequently to enable university teachers controlled their fatigue.
Keywords: fatigue, knowledge, university teacher; training.
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 7, Nomor 2, Desember 2013
ISSN. 1410-234X
PENGANTAR
Kelelahan kerja yang terjadi dapat berpengaruh
Profesi dosen berisiko tinggi untuk terjadinya
terhadap kinerja dosen. Seperti hasil penelitian
stres akibat kerja dan kelelahan akibat kerja,
Bayram et al. (2010), burnout sebagai penyebab
terutama
Masalah
terjadinya kelelahan (fatigue) pada pendidik
kelelahan kerja dosen masih jarang dibahas
didominasi oleh kelelahan emosional (emotional
dalam literatur yang ada sampai saat ini
exhaustion). Shernoff et al. (2011) melakukan
(Shernoff et al., 2011). Hubungan kelelahan
penelitian kualitatif pada sumber dan akibat stres
kerja dan akibat burnout berhubungan dengan
kerja pada pendidik di daerah urban, ternyata
minimalnya respon koping yang dilakukan.
penyebab stres kerja adalah kurangnya sumber
Dosen mempersiapkan bahan ajar dalam waktu
daya manusia terutama dosen, beban kerja
yang
kurang
berlebih, organisasi institusi perguruan tinggi
proses
yang
kelelahan
kurang
psikologis.
memadai,
merasa
tidak
teratur,
pembelajaran dan menggunakan sedikit energi
berhubungan
dengan
dan waktunya untuk mengajar (Hughes, 2001;
akuntabilitas kebijakan pemerintah (Dworkin, et
Lens & Neves, 1999; Maslach & Goldberg,
al., 1988 and Hughes, 2001).
bertanggung
jawab
terhadap
1998). Penelitian Eta et al. (2011) pada dosen
perawat klinik atau clinical nurse educators
(CNEs) di Kamerun, sebanyak 58,9% dosen
menyatakan
bahwa
mereka
mendapatkan
tantangan dalam kegiatan pembelajaran klinik
dan pada saat melakukan aktivitas supervisi.
Tantangan
utama
yang
dirasakan
adalah
kurangnya kesempatan untuk meningkatkan
pengetahuan
dan
keterampilan
dalam
pembelajaran klinik, kurangnya insentif yang
diterima
kesehatan.
dan
buruknya
kebijakan
jaminan
permasalahan
perilaku
dosen
yang
dan
Studi pendahuluan dengan melakukan focus
group discussion tanggal 27 April 2011 yang
berlangsung kurang lebih 2 jam terhadap 10
orang dosen yang berasal dari perguruan tinggi
swasta dan pemerintah mendapatkan informasi
bahwa seluruh peserta mengalami kelelahan
kerja, baik fisik maupun psikologis. Penyebab
kelelahan kerja disebabkan waktu istirahat dan
waktu tidur yang tidak adekuat, banyaknya
beban kerja yang harus dikerjakan sehingga
harus dikerjakan di rumah, tetapi tidak ada
tambahan insentif dan hubungan dengan rekan
dosen dan atasan yang tidak harmonis. Tuntutan
2
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 7, Nomor 2, Desember 2013
ISSN. 1410-234X
dan target yang telah ditentukan oleh atasan
waktu reaksi atau kelelahan kerja objektif dan
menjadi faktor penyebab kelelahan kerja yang
penurunan skor kelelahan subjektif pada dosen.
mereka alami. Ketidakteraturan jam kerja, waktu
Penelitian ini telah dinilai kelayakannya oleh
istirahat yang kurang, kesempatan dan sarana
Komisi Etik Penelitian Kedokteran Universitas
berolah raga yang tidak ada, dan ketidaktahuan
Gadjah
serta
tentang
clearance. Dalam melakukan penelitian, peneliti
keselamatan dan kesehatan kerja pada umumnya
mendapat rekomendasi dari institusi dengan
dan
minimnya
kelelahan
menyebabkan
pengetahuan
untuk
pada
khususnya,
mengajukan
tersebut
melakukan
institusi/lembaga
kerja
dosen
Mada
mendapatkan
permohonan
tempat
izin
mendapat persetujuan,
akibat kerja. Selain itu, dilaporkan bahwa belum
dengan menekankan masalah etika.
ada
penjelasan
tentang
keselamatan
kepada
penelitian.
aktivitasnya tanpa berpikir akan terjadi penyakit
ethical
Setelah
penelitian dilakukan
dan
kesehatan kerja di institusi masing-masing pada
saat pertama kali mereka menjadi dosen sampai
dengan saat dilakukan wawancara. Beberapa hal
tersebut dinyatakan menyebabkan kelelahan
kerja pada dosen (Yogisutanti, 2011).
METODE PENELITIAN
Metode
penelitian
yang
digunakan
untuk
mengetahui pengaruh pelatihan pengendalian
kelelahan kerja pada dosen terhadap peningkatan
Berdasarkan latar belakang di atas dapat
pengetahuan dosen adalah intervensional atau
disimpulkan bahwa semua dosen mengalami
eksperimental menggunakan quasi experimental
kelelahan kerja dan mereka tidak pernah
design
mendapatkan
control group design.
sosialisasi
tentang
cara
yaitu
pretest-posttest
nonequivalent
mengendalikan kelelahan kerja di tempat kerja,
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
sejak dari awal menjadi pegawai sampai saat ini
dosen di wilayah Kopertis IV. Populasi target
(inductional training). Berdasarkan hal tersebut,
adalah dosen pada 2 sekolah sekolah tinggi ilmu
dilakukan
kesehatan yang berada di wilayah Kopertis IV
intervensi
berupa
pelatihan
pengendalian kelelahan kerja pada dosen, yang
Jawa
selama ini belum pernah dilakukan. Tujuan
kelompok yang diintervensi dengan diberi
umum
mengetahui
pelatihan pengendalian kelelahan kerja, dengan
pengaruh pelatihan pengendalian kelelahan kerja
kriteria eksklusi: sedang melaksanakan tugas
pada dosen terhadap peningkatan pengetahuan
belajar, berada di luar negeri, dan menderita
tentang pengendalian kelelahan kerja, penurunan
sakit
penelitian
ini
adalah
Barat.
kronis
Kelompok
sebelum
intevensi
maupun
pada
adalah
saat
3
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 7, Nomor 2, Desember 2013
ISSN. 1410-234X
penelitian. Kelompok kontrol adalah seluruh
pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan
dosen pada sekolah tinggi ilmu kesehatan yang
kerja umum, gizi kerja, kelelahan kerja pada
tidak diberikan intervensi. Jumlah dosen pada
dosen dan beban kerja dosen. Pematei berasal
kelompok kontrol sebanyak 48 orang dan pada
dari Balai Hiperkes Kota Bandung, Asosiasi Ahli
kelompok intervensi sebanyak 45 orang. Jumlah
Gizi dan
dosen pada kelompok intervensi yang dapat
membandingkan
mengikuti penelitian sebanyak 38 orang dan
sesudah pelatihan pengendalian kelelahan kerja
kelompok kontrol sebanyak 40 orang.
pada kelompok kontrol dan intervensi dengan
Instrumen
penelitian
menggunakan
Analisis data dilakukan dengan
pengetahuan
sebelum
dan
27
menggunakan uji t untuk sampel saling bebas.
pertanyaan yang telah diuji validitas dan
Analisis untuk mengetahui pengetahun dosen
reliabilitasnya kepada 21 orang di sekolah tinggi
sebelum pelatihan, setelah pelatihan dan setelah
ilmu kesehatan di Cimahi. Variabel penelitian
2 bulan pelatihan menggunakan uji statistik
terdiri dari variabel terikat yaitu pengetahuan
repeated measured analysis of variance pada
tentang kelelahan kerja pada dosen sebelum
alpha 5%.
pelatihan, setelah pelatihan dan setelah 2 bulan
pelatihan. Variabel eksperimen adalah pelatihan
HASIL
pengendalian kelelahan kerja pada dosen.
Karakteristik dosen pada kelompok kontrol dan
Pelatihan
pengendalian
dilakukan
selama
1
hari
kelelahan
kerja,
dosen
kelompok intervensi dapat dilihat perbedaannya
meliputi
pada tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1 Perbedaan karakteristik pada kelompok intervensi dan kontrol berdasarkan uji Chi-square (2)
Karakteristik Responden
Jenis kelamin
Perempuan
Laki-laki
Status perkawinan
Tidak menikah
Menikah
Tingkat pendidikan
D4/S1
S2
Status merokok
Tidak merokok
Merokok
Pemeriksaan kesehatan awal
Dilakukan
Kelompok
Kontrol (n=40)
Intervensi (n=37)
n
%
n
%
p value
0,900
27
13
67,5
32,5
32
5
86,5
13,5
10
30
25,0
75,0
9
28
24,3
75,7
20
20
50,0
50,0
23
14
62,2
37,8
36
4
90,0
10,0
35
2
94,6
5,4
3
7,5
19
51,4
1.000
0.339
0,755
0.000*
4
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 7, Nomor 2, Desember 2013
ISSN. 1410-234X
Tidak dilakukan
Induction training
Dilakukan
Tidak dilakukan
Kebiasaan olah raga
Mempunyai kebiasaan
Tidak mempunyai kebiasaan
Kebiasaan makan pagi
Makan pagi
Tidak makan pagi
Kebiasaan makan siang
Makan siang
Tidak makan siang
Bekerja di rumah
Tidak bekerja di rumah
Bekerja di rumah
Tepat waktu mengajar
100%
76-99%
50-75%
0-49%
Kelengkapan bahan ajar
100%
76-99%
50-75%
37
92,5
18
48,6
40
0
100,0
0,0
37
0
100,0
0,0
-
0,227
29
11
72,5
27,5
21
16
56,8
43,2
31
9
77,5
22,5
23
14
62,2
37,8
0,222
1,000
35
5
87,5
12,5
32
5
86,5
13,5
8
32
20,0
80,0
5
32
13,5
86,5
6
5
6
23
15,0
12,5
15,0
57,5
7
4
9
17
18,9
10,8
24,3
45,9
5
34
1
12,5
85,0
2,5
14
21
2
37,8
56,8
5,4
0,649
0,877
0,210
Hasil pengukuran skor pengetahuan dosen
sebelum dan setelah pelatihan pengendalian
tentang kelelahan kerja dibuat dalam tabel silang
kelelahan kerja.
untuk mengetahui perbedaan antara kelompok
a. Perbedaaan skor pengetahuan sebelum
kontrol dan kelompok intervensi. Berdasarkan
dan
tujuan penelitian dan hipotesis yang telah
kelelahan kerja dosen pada kelompok
ditentukan
intervensi
sebelumnya,
maka
pembahasan
sesudah
pelatihan
pengendalian
dalam penelitian ini sebagai berikut:
Pada kelompok intervensi, pengukuran
1. Pengaruh pelatihan pengendalian kelelahan
skor pengetahuan dilakukan selama 3
kerja pada dosen terhadap peningkatan skor
kali, yaitu pada saat sebelum pelatihan
pengetahuan tentang kelelahan kerja
pengendalian kelelahan kerja pada dosen,
Analisis
setelah selesai pelatihan dan 2 bulan
terhadap
skor
pengetahuan
dilakukan dengan membandingkan skor yang
setelah
dicapai
pengukuran
pada
kelompok
intervensi
dan
pelatihan.
Hasil
pengetahuan
analisis
tentang
membandingkan skor yang dicapai pada
pengendalian kelelahan kerja pada dosen
kelompok intervensi dan kelompok kontrol
dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini:
5
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 7, Nomor 2, Desember 2013
ISSN. 1410-234X
Tabel 2. Perbedaan skor pengetahuan tentang kelelahan kerja dosen pada kelompok intervensi
sebelum dan setelah pelatihan (n=37)
Gain
Paired sample t test
Mean
t
Sig
score
Skor pengetahuan sebelum pelatihan
11.11
3.919
9.715
0.000
Skor pengetahuan setelah pelatihan
15.03
Skor pengetahuan sebelum pelatihan
11.11
3.757
9.534
0.000
Skor pengetahuan 2 bulan setelah pelatihan
14.86
Skor pengetahuan setelah pelatihan
15.03
-0.162
-0.642
0.525
Skor pengetahuan 2 bulan setelah pelatihan
14.86
Hasil
analisis
skor
pengetahuan
tentang
dengan peningkatan skor pengetahuan dosen
kelelahan kerja pada dosen sebelum dan setelah
setelah pelatihan dan sebelum pelatihan.
pelatihan menggunakan paired sample t test
Pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada
ditunjukkan dalam tabel 4.35 di atas dijelaskan
dosen
dalam uji hubungan antara pengetahuan sebelum
peningkatan
pelatihan, setelah pelatihan dan 2 bulan setelah
pengendalian kelelahan kerja pada dosen
pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada
sebelum dan setelah pelatihan.
dosen sebagai berikut:
berpengaruh
positif
pengetahuan
terhadap
tentang
2) Skor pengetahuan pada saat 2 bulan setelah
1) Skor pengetahuan tentang kelelahan kerja
pelatihan didapatkan skor sebesar 14.86 poin
pada dosen sebelum pelatihan adalah 11.11
dan skor sebelum pelatihan sebesar 11.11
dan setelah pelatihan sebesar 15.03. Pada
poin. Berdasarkan tabel di atas diketahui
tabel di atas dapat dilihat bahwa ada
bahwa sampai dengan 2 bulan setelah
perbedaan
pelatihan, nilai skor pengetahuan dosen
pelatihan
skor
dan
pengetahuan
setelah
sebelum
Skor
tentang kelelahan kerja masih lebih tinggi
pengetahuan setelah pelatihan mempunyai
dibandingkan skor pengetahuan sebelum
rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan rata-
pelatihan. Besar gain score untuk kedua
rata skor pengetahuan sebelum pelatihan dan
pengukuran tersebut adalah 3.757 dengan
didapatkan nilai gain score sebesar 3.919
nilai t sebesar 9.534 dan nilai p < 0.05. Dari
dengan nilai t sebesar 9.715 dan nilai p <
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
0,05.
terdapat perbedaan skor pengetahuan tentang
Berdasarkan
hasil
pelatihan.
tersebut
dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh yang
kelelahan
signifikan
pelatihan
pelatihan dan 2 bulan setelah pelatihan
pengendalian kelelahan kerja pada dosen
pengendalian kelelahan kerja. Atau dapat
antara
pemberian
kerja
pada
dosen
sebelum
6
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 7, Nomor 2, Desember 2013
ISSN. 1410-234X
dikatakan bahwa pelatihan pengendalian
4) Perubahan skor pengetahuan peserta tentang
kelelahan kerja pada dosen mempunyai
pengendalian kelelahan kerja pada dosen
pengaruh positif terhadap kenaikan skor
sebelum pelatihan, setelah pelatihan, sampai
pengetahuan responden sampai dengan 2
dengan 2 bulan setelah pelatihan dapat
bulan
dilihat pada gambar 1. di bawah ini:
setelah
pelatihan
pengendalian
kelelahan kerja pada dosen.
3) Skor pengetahuan tentang kelelahan kerja
setelah 2 bulan pelatihan sebesar 14.86 dan
setelah pelatihan pengendalian kelelahan
kerja pada dosen sebesar 15.03. Skor
pengetahuan pada saat 2 bulan setelah
pelatihan
mengalami
dibandingkan
dengan
penurunan
skor
bila
pengetahuan
setelah pelatihan. Berdasarkan tabel 4.33 di
atas diketahui bahwa nilai gain score untuk
kedua skor tersebut adalah -0.162 dan nilai t
sebesar -0.642 sedangkan nilai p > 0.05.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa tidak ada perbedaan skor pengetahuan
sebelum pelatihan dan 2 bulan setelah
pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada
dosen. Apabila dilihat dari nilai gain score
yang bernilai negatif, dapat dikatakan bahwa
telah terjadi penurunan skor pengetahuan
pada waktu 2 bulan setelah pelatihan, akan
tetapi
penurunan
skor
tersebut
tidak
signifikan. Pelatihan pengendalian kelelahan
kerja pada dosen dapat dikatakan masih
efektif sampai dengan 2 bulan setelah
pelatihan.
Gambar 1. Perubahan skor pengetahuan tentang
kelelahan kerja sebelum dan setelah pelatihan
pengendalian kelelahan kerja pada dosen
Skor pengetahuan kelelahan kerja pada
dosen
meningkat
setelah
mengikuti
pelatihan pengendalian kelelahan kerja,
akan tetapi setelah beberapa saat, yaitu 2
bulan setelah pelatihan, skor pengetahuan
menjadi
cenderung
untuk
menurun.
Berdasarkan hal tersebut dapat digunakan
sebagai
dasar
untuk
mengadakan
refreshing kepada dosen tentang materi
kelelahan kerja yang dapat dilakukan
selain melalui pelatihan, yaitu dengan
menggunakan modul, poster di ruangan
dosen atau di tempat yang mudah dilihat,
leaflet
ataupun
dengan
memberikan
7
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 7, Nomor 2, Desember 2013
ISSN. 1410-234X
informasi setiap ada pertemuan dengan
meningkatkan
skor
pengetahuan
dosen.
responden, maka analisis data dilakukan
dengan membandingkan antara kelompok
b. Perbedaan skor pengetahuan sebelum dan
setelah pelatihan pengendalian kelelahan
intevensi
kerja
dengan menggunakan indepedent sample
pada
dosen
antara
kelompok
dengan
kelompok
kontrol
intervensi dan kelompok kontrol
t test dari skor rerata pengetahuan
Pelatihan pengendalian kelelahan kerja
sebelum pelatihan dan setelah pelatihan
pada
pada kelompok intervensi dan kontrol
dosen
dilakukan
hanya
pada
pada tabel 3 berikut:
kelompok intervensi. Untuk mengetahui
pengaruh
pelatihan
tersebut
dalam
Tabel 3. Hasil analisis perbedaan skor pengetahuan antara kelompok intervensi dan kelompok
kontrol menggunakan independent sample t test
Variabel
Skor pengetahuan sebelum pelatihan
Skor pengetahuan pada saat 2 bulan
setelah pelatihan
Kelompok
Intervensi
Kontrol
Intervensi
Kontrol
n
37
40
37
40
Mean
11.11
11.10
14.86
11.07
t
0.12
Sig
0.990
69.55
0.000
Analisis data skor pengetahuan tentang
perbedaan skor pengetahuan tentang
pengendalian kelelahan kerja pada dosen
kelelahan
sebelum dan setelah pelatihan pada
kelompok tersebut.
kelompok
kelompok
Setelah pelatihan pengendalian kelelahan
kontrol dapat dilihat pada tabel 4.36 di
kerja didapatkan skor pengetahuan pada
atas. Skor pengetahuan sebelum pelatihan
kelompok intervensi sebesar 14.86 dan
pengendalian kelelahan kerja pada dosen
pada kelompok kontrol sebesar 11.07.
didapatkan
kelompok
Hasil uji beda dengan menggunakan
intervensi sebesar 11.11 dan rerata untuk
independent sample t test didapatkan
kelompok kontrol sebesar 11.10, dengan
nilai t hitung sebesar 69.55 dan nilai p <
nilai t hitung sebesar 0.12 dan p > 0.05.
0.05. Berdasarkan hal tersebut dapat
Pada data sebelum pelatihan tidak ada
dikatakan bahwa ada perbedaan skor
intervensi
rerata
dan
untuk
kerja
dosen
pada
kedua
8
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 7, Nomor 2, Desember 2013
ISSN. 1410-234X
pengetahuan pada kelompok intervensi
dan kelompok kontrol. Skor pengetahuan
setelah 2 bulan pelatihan pada kelompok
intervensi
dengan
lebih
tinggi
kelompok
dibandingkan
kontrol.
Pelatihan
pengendalian kelelahan kerja pada dosen
terbukti meningkatkan skor pengetahuan
tentang kelelahan kerja pada dosen.
Hasil analisis menggunakan repeated
measured analysis of variance untuk
kedua kelompok didapatkan nilai F
sebesar 9.686 dan nilai p < 0.05. Hal ini
berarti bahwa pelatihan pengendalian
kelelahan kerja pada dosen berpengaruh
dalam membedakan skor pengetahuan
Gambar 2. Tren perubahan skor
pengetahuan tentang kelelahan kerja pada
kelompok intervensi dan kelompok
kontrol
tentang kelelahan kerja pada responden.
Pada
kelompok
meningkat
skor
intervensi
terbukti
pengetahuannya
dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Untuk
melihat
grafik
dari
skor
pengetahuan sebelum dan 2 bulan setelah
pelatihan pengendalian kelelahan kerja
pada dosen dapat dilihat pada grafik
estimated marginal means di bawah ini:
Gambar
2
di
atas
menggambarkan
kecenderungan pada kelompok intervensi
terjadi kenaikan skor pengetahuannya
sedangkan pada kelompok kontrol relatif
tidak ada kenaikan pada saat sebelum
pelatihan sampai dengan 2 bulan setelah
pelatihan pengendalian kelelahan kerja
pada
dosen.
Pelatihan
pengendalian
kelelahan kerja pada dosen terbukti dapat
meningkatkan skor pengetahuan tentang
kelelahan
kerja
pada
dosen
yang
mengikutinya.
9
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 7, Nomor 2, Desember 2013
ISSN. 1410-234X
kelelahan kerja yang telah diikutinya. Sebelum
PEMBAHASAN
Pengetahuan yang diberikan dalam pelatihan
pengendalian
kelelahan
kerja
pada
dosen
meliputi pengetahuan tentang kelelahan kerja
dosen, keselamatan dan kesehatan kerja di
tempat kerja yaitu pada pendidikan tinggi, gizi
kerja yang dibutuhkan oleh dosen dan undangundang atau peraturan yang berkaitan dengan
guru dan dosen, penghitungan beban kerja dosen
berdasarkan aturan Dikti dalam tiap semester
dan pengukuran kelelahan kerja fisiologis dan
psikologis.
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
pengetahuan responden sebelum dan sesudah
mengikuti pelatihan pengendalian kelelahan
kerja
meningkat
secara
signifikan.
Pada
pengukuran pengetahuan sebelum dan setelah
pelatihan terdapat peningkatan yang sangat
signifikan. Akan tetapi setelah 2 bulan pelatihan
tersebut berlangsung dan responden diberikan
instrumen berupa kuesioner yang sama dengan
yang
dipergunakan
untuk
mengukur
pengetahuan sebelum dan sesudah pelatihan
ternyata terjadi penurunan skor pengetahuan
responden. Walaupun terjadi penurunan, namun
bila dibandingkan dengan skor pengetahuan
sebelum pelatihan, skor pengetahuan 2 bulan
setelah pelatihan tetap lebih tinggi dan berbeda
signifikan.
Peningkatan
skor
pengetahuan
responden tentang kelelahan kerja terbukti
disebabkan
oleh
pelatihan
pengendalian
mengikuti pelatihan, skor pengetahuan dosen
lebih rendah dibandingkan dengan skor setelah
mengikuti pelatihan dan dalam waktu 2 bulan
setelah mengikuti pelatihan. Pelatihan dan
dukungan materi yang disampaikan diperlukan
sebagai awal perubahan dalam organisasi yang
merupakan bagian dari promosi kesehatan di
tempat kerja (Goodman and collegeus, 2002).
Penurunan skor pengetahuan yang dialami oleh
dosen pada saat 2 bulan setelah pelatihan
mengindikasikan bahwa perlunya refreshing
pemberian
informasi
tentang
pengendalian
kelelahan kerja pada dosen setelah 2 sampai 3
bulan pelatihan. Pemberian informasi maupun
pengetahuan kepada responden dalam hal ini
dosen tidak harus selalu dalam bentuk pelatihan
maupun penyuluhan. Ada beberapa cara yang
dapat dilakukan dalam upaya menjaga agar
pengetahuan responden mengenai pengendalian
kelelahan kerja dapat semakin meningkat atau
tidak terjadi penurunan. Cara-cara atau metode
yang dapat digunakan untuk menurunkan angka
kecelakaan kerja di tempat kerja diantaranya
adalah (Sumihardi, 2011): 1) pemajangan safety
poster yang dapat meningkatkan pengetahuan
dan sikap pekerja menjadi lebih positif; 2)
penyuluhan,
dan
3)
pelatihan
prosedur
operasional tetap (protap).
Iverson dan Erwin (1987) berpendapat bahwa
tenaga kerja yang belajar tentang keselamatan
10
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 7, Nomor 2, Desember 2013
kerja,
baik
melalui
ISSN. 1410-234X
penyuluhan
maupun
yang telah dimiliki oleh dosen tidak mengalami
pelatihan yang dilaksanakan secara teratur,
penurunan
setelah
dapat
membagi modul pelatihan kepada dosen agar
memperkecil jumlah kasus kecelakaan kerja.
dapat dibaca sewaktu-waktu, pembuatan leaflet
Dalam konteks dunia pendidikan, kecelakaan
yang sederhana dan komunikatif agar mudah
kerja yang dimaksud adalah kelelahan kerja pada
diingat dan diberikan kepada dosen, membuat
dosen. Sependapat dengan Iverson dan Erwin
banner atau poster-poster yang berisi tentang
(1987), Guastello (1993) menyatakan bahwa
akibat kelelahan kerja secara khusus maupun K3
dengan adanya program keselamatan kerja yang
secara umum yang ditempel di dinding atau
diterapkan di tempat kerja dapat memberikan
tempat-tempat yang sering dikunjungi oleh
perlindungan terhadap tenaga kerja dari risiko
dosen.
kecelakaan kerja dan secara bertahap dapat
memanfaatkan media SMS (short message
menurunkan angka kecelakaan kerja. Perilaku
service) melalui handphone yang berisi pesan-
keselamatan
pesan singkat untuk mengingatkan dosen tentang
diamati
terus-menerus
kerja
dapat
mencegah
dan
dapat
Selain
dilakukan
itu
dapat
dengan
pula
menurunkan angka kecelakaan kerja (Cooper et
pentingnya
al., 1994).
keselamatan
Sesuai dengan teori pendidikan kesehatan,
menghindari terjadinya kelelahan kerja.
untuk
kerja
menjaga
dan
cara:
dengan
kesehatan
mencegah
dan
serta
bahwa refreshing pengetahuan atau pemberian
informasi ulang tentang pengetahuan yang telah
diberikan sebelumnya kepada sasaran belajar
harus dilakukan untuk mencegah penurunan
pengetahuan atau berkaitan dengan masalah
memori
untuk
mengingatnya.
Pemberian
informasi atau pengetahuan yang dilakukan
secara terus-menerus akan dapat membantu
sasaran
belajar
dalam
mengingat
materi
pengetahuan yang telah didapat. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat dari Iverson dan Erwin
(1997).
Dalam
setting
pendidikan
tinggi,
beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk
KESIMPULAN
Pelatihan pengendalian kelelahan kerja terbukti
dapat meningkatkan pengetahuan dosen tentang
kelelahan kerja. Pengetahuan dosen setelah
pelatihan lebih tinggi dibandingkan sebelum
pelatihan, sedangkan pengetahuan dosen setelah
2 bulan pelatihan ternyata lebih rendah daripada
pengetahuan setelah pelatihan akan tetapi masih
lebih tinggi dibandingkan dengan pengetahuan
dosen sebelum mengikuti pelatihan pengendalian
kelelahan kerja pada dosen.
meningkatkan dan menjaga agar pengetahuan
11
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 7, Nomor 2, Desember 2013
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih ditujukan kepada Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi melalui Kopertis IV
yang telah memberikan bantuan hibah disertasi
doktor untuk pembiayaan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Baldinger, Nina., Krebs, Andreas., Műller,
Roland., Aeberli, Isabelle (2012). Swiss
Children Consuming Breakfast Regularly
Have Better Motor Functional Skills and
Are Less Overweight Than Breakfast
Skippers, Journal of The American College
of Nutrition, Vol. 31, No. 2, 87-93.
Cueto, Santiago. (2001). Breakfast and dietary
balance: the enKid Study Breakfast and
Perfomance. Public Health Nutrition
4(6A), 1429-1431.
Eta, Vivian, E.A., Atanga, Mary, B.S., Atashili,
Julius., D’Cruz, Gibson (2011). Nurses
Challeges Faced as Clinicl Educators: a
survey of Group of Nurses in Cameroon,
Pan African Medical Journal, 8, 28.
European Trade Union Committee for Education
(ETUCE). (2007). Report on the ETUCE
Survey on Teachers Work –related-health,
Farber, B. A. (1983). Stress and Burnout in The
Human Services Profession. New York.
Pergamon Press.
Giovannini, M., Agostoni, C., & Shamir, R.
(2010). Symposium overview: Do We all
Eat Breakfast and is it Important?. Critical
Reviews in Food Science & Nutrition,
50(2),
97-99.
doi:10.1080/10408390903467373
Hasz, Lauren A. & Lamport, Mark A.(2012).
Breakfast and Adolescent Academic
Performance: An Analytical Review of
Recent Research, European Journal of
Business and Social Sciences, Vol. 1, No.
ISSN. 1410-234X
3, pp. 61 - 79, June 2012. URL:
http://www.ejbss.com/recent.aspx.
Hughes, R. E. (2001). Deciding to Leave but
Staying: Teacher Burnout, Precusors and
Turnover. International Journal of Human
Resource Management, 12, 288-298.
Iverson, RD., & Erwin, PJ. (1997). Predicting
Occupational Injury: The Role of
Affectivity. Journal of Occupational and
Organizational Psychology, 7, 113-128.
Jaarveld, Van, J. (2004). The Relationship
between Burnout, Coping and Sense of
Coherence amongst Engineers and
Scientist.
Unpublished
Doctoral
Dissertation. University of South Africa.
Jongman, L., Meijman, T., & Jong, de Ritske.
(1999). The Working Memory Hypothesis
of Mental Fatigue. Department of
Experimental and Work Psychology
University of Gronigen, Netherlands.
Lewis, G., Wessely, S. (1992). The
Epidemiology of Fatigue: More Questions
than Answer. Journal of Epidemiology and
Community Health, 46, 92-97.
Otsuka Yasumasa, Sasaki Takeshi, Mori Ippei.
(2008). Working hours. Coping skills, and
psychological health in Japanese daytime
workers, Industrial Health, 47: 22-32.
Piper, B., 1986. Fatigue. In Gutiѐrrez, Josѐ Luis
Gonzàlez., Jimѐnez, Bernardo Moreno.,
Hѐrnandez,
Eva
Garrosa.,
López,
Almudena López. 2005. Spanish Version
of The Swedish Occupational Fatigue
Inventory (SOFI): Factorial Replication,
Reliability and Vallidity, International
Journal of Industrial Ergonomics, 35(2005)
737-746.
Pollitt,
Ernesto and Mathews, Rebecca.
Breakfast and cognition: an integrative
summary,
(Am
J
Clin
Nutr
1998;67(suppl):804S–13S.
Schuler, Randall., Jackson, Susan., Sobari,
Nurdin., Sihombing, Tulus., Dwi Kartini,
Yahya. (1999). Manajemen Sumber Daya
Manusia Menghadapi Abad 21. Erlangga,
Jakarta.
12
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 7, Nomor 2, Desember 2013
ISSN. 1410-234X
Shernoff, Elisa, S., Mehta, Tara, G., Atkins,
Marc, S., Torf, Raechel., Spencere, Jordan.
(2011). A Qualitative Study of The
Sources and Impact of Stress Among
Urban Teachers, School Mental Health, 3:
59-69, Chicago.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Verdugo, R., Vere, A.(2003). International
Labour Office 2003, Workplace Violence
in Service Sectors with Implications for the
Education Sector: Issues, Solution and
Resources.
Wignjosoebroto, Sritomo (2000).Egronomi Studi
Gerak dan Waktu. Edisi 1 Cetakan ke-II,
Penerbit Guna Widia, Jakarta.
Yogisutanti G. Had accreditation system covered
safety and health for lecturer? Paper
presented at: 2nd HPEQ Health
Professional Education Quality. Promoting
Health Through Interprofessionalship
Education; 2011 Dec. 3-5; Bali. Indonesia.
1)
Gurdani Yogisutanti, Dosen STIK Immanuel
sedang menempuh program Doktor di
Fakultas Kedokteran UGM;
2)
Hari Kusnanto Promotor/Pembimbing dan
Lientje
Setyawati,
Copromotor/Pembimbing Pendamping dari
Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta;
3)
Yasumasa Otsuka, Supervisor Program
Sandwich-Like untuk S3 Dikti dari
Graduate School of Eduation Hiroshima
University Japan.
13