Faktor penyebab kelelahan kerja pada dos

Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 7, Nomor 2, Desember 2013

ISSN. 1410-234X

PENGARUH PELATIHAN
PENGENDALIAN KELELAHAN KERJA TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN
DOSEN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
DI BANDUNG
Gurdani Yogisutanti1, Hari Kusnanto2, Lientje Setyawati2, Yasumasa Otsuka3

ABSTRAK
Pekerjaan di sektor pendidikan lebih banyak menimbulkan stres dan kelelahan kerja baik fisik maupun
psikologis. Kelelahan psikologis dapat menurunkan daya ingat, sehingga apabila kelelahan tersebut
dialami dosen dapat menghambat proses belajar mengajar yang menjadi tugas utama seorang dosen.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada dosen
(PK2D) terhadap peningkatan skor pengetahuan dosen tentang pengendalian kelelahan kerja. Metode
yang digunakan adalah kuasi eksperimen, dengan jumlah responden pada kelompok intervensi sebanyak
37 dan kontrol sebanyak 40 orang. Instrumen yang digunakan untuk mengukur pengetahuan tentang
kelelahan kerja menggunakan instrumen yang valid dan reliabel. Analisis data menggunakan uji t dan

repeated measured analysis of variances untuk mengetahui perubahan perbedaan skor sebelum dan
setelah pelatihan pengendalian kelelahan kerja. Pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada dosen telah
dapat meningkatkan pengetahuan responden. Saran yang dapat direkomendasikan adalah perlunya
pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada dosen yang disampaikan bersamaan dengan sosialisasi beban
kerja dosen dalam melaksanakan tridharma perguruan tinggi untuk mengingatkan kepada dosen
pentingnya menjaga keselamatan dan kesehatan kerja, dan terbukti dari hasil penelitian ini dapat
meningkatkan pengetahuannya. Perlunya memberikan pelatihan induksi (induction training) pada staf
baru atau mentorship dalam pelaksanaan tridharma perguruan tinggi agar dapat berjalan sesuai peraturan
yang berlaku.
Kata kunci: kelelahan kerja; dosen; pengetahuan; pelatihan

ABSTRACT
Objectives: This study aimed to analyze the efficacy of fatigue-controlled training program to increase
knowledge of fatigue among university teachers. Methods: A quasi experimental design was used to
examine the efficacy of fatigue-controlled training among university teachers in intervention and control
groups. As many as thirty-seven teachers from intervention group and 40 teachers from control group
completed baseline and follow up data on knowledge. Results: The results of repeated measured analysis
of variances showed that fatigue-controlled training program was associated with higher knowledge
compared with control group. Main effects of fatigue-controlled training on knowledge was revealed.
Conclusions: Fatigue-controlled training program reported in this study was efficacious to enhance

university teachers’ knowledge about fatigue and occupational health and safety at a work place. This
program may be considered as an initial strategy for occupational safety and health program in education
setting to reduce fatigue particularly among university teachers. The training should be conducted
frequently to enable university teachers controlled their fatigue.
Keywords: fatigue, knowledge, university teacher; training.

Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 7, Nomor 2, Desember 2013

ISSN. 1410-234X

PENGANTAR

Kelelahan kerja yang terjadi dapat berpengaruh

Profesi dosen berisiko tinggi untuk terjadinya

terhadap kinerja dosen. Seperti hasil penelitian


stres akibat kerja dan kelelahan akibat kerja,

Bayram et al. (2010), burnout sebagai penyebab

terutama

Masalah

terjadinya kelelahan (fatigue) pada pendidik

kelelahan kerja dosen masih jarang dibahas

didominasi oleh kelelahan emosional (emotional

dalam literatur yang ada sampai saat ini

exhaustion). Shernoff et al. (2011) melakukan

(Shernoff et al., 2011). Hubungan kelelahan


penelitian kualitatif pada sumber dan akibat stres

kerja dan akibat burnout berhubungan dengan

kerja pada pendidik di daerah urban, ternyata

minimalnya respon koping yang dilakukan.

penyebab stres kerja adalah kurangnya sumber

Dosen mempersiapkan bahan ajar dalam waktu

daya manusia terutama dosen, beban kerja

yang

kurang

berlebih, organisasi institusi perguruan tinggi


proses

yang

kelelahan

kurang

psikologis.

memadai,

merasa

tidak

teratur,

pembelajaran dan menggunakan sedikit energi


berhubungan

dengan

dan waktunya untuk mengajar (Hughes, 2001;

akuntabilitas kebijakan pemerintah (Dworkin, et

Lens & Neves, 1999; Maslach & Goldberg,

al., 1988 and Hughes, 2001).

bertanggung

jawab

terhadap

1998). Penelitian Eta et al. (2011) pada dosen
perawat klinik atau clinical nurse educators

(CNEs) di Kamerun, sebanyak 58,9% dosen

menyatakan

bahwa

mereka

mendapatkan

tantangan dalam kegiatan pembelajaran klinik
dan pada saat melakukan aktivitas supervisi.
Tantangan

utama

yang

dirasakan


adalah

kurangnya kesempatan untuk meningkatkan
pengetahuan

dan

keterampilan

dalam

pembelajaran klinik, kurangnya insentif yang
diterima
kesehatan.

dan

buruknya

kebijakan


jaminan

permasalahan
perilaku

dosen

yang
dan

Studi pendahuluan dengan melakukan focus
group discussion tanggal 27 April 2011 yang

berlangsung kurang lebih 2 jam terhadap 10
orang dosen yang berasal dari perguruan tinggi
swasta dan pemerintah mendapatkan informasi
bahwa seluruh peserta mengalami kelelahan
kerja, baik fisik maupun psikologis. Penyebab
kelelahan kerja disebabkan waktu istirahat dan

waktu tidur yang tidak adekuat, banyaknya
beban kerja yang harus dikerjakan sehingga
harus dikerjakan di rumah, tetapi tidak ada
tambahan insentif dan hubungan dengan rekan
dosen dan atasan yang tidak harmonis. Tuntutan
2

Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 7, Nomor 2, Desember 2013

ISSN. 1410-234X

dan target yang telah ditentukan oleh atasan

waktu reaksi atau kelelahan kerja objektif dan

menjadi faktor penyebab kelelahan kerja yang

penurunan skor kelelahan subjektif pada dosen.


mereka alami. Ketidakteraturan jam kerja, waktu

Penelitian ini telah dinilai kelayakannya oleh

istirahat yang kurang, kesempatan dan sarana

Komisi Etik Penelitian Kedokteran Universitas

berolah raga yang tidak ada, dan ketidaktahuan

Gadjah

serta

tentang

clearance. Dalam melakukan penelitian, peneliti

keselamatan dan kesehatan kerja pada umumnya

mendapat rekomendasi dari institusi dengan

dan

minimnya

kelelahan

menyebabkan

pengetahuan

untuk

pada

khususnya,

mengajukan

tersebut

melakukan

institusi/lembaga

kerja
dosen

Mada

mendapatkan

permohonan
tempat

izin

mendapat persetujuan,

akibat kerja. Selain itu, dilaporkan bahwa belum

dengan menekankan masalah etika.

ada

penjelasan

tentang

keselamatan

kepada

penelitian.

aktivitasnya tanpa berpikir akan terjadi penyakit

ethical

Setelah

penelitian dilakukan

dan

kesehatan kerja di institusi masing-masing pada
saat pertama kali mereka menjadi dosen sampai
dengan saat dilakukan wawancara. Beberapa hal
tersebut dinyatakan menyebabkan kelelahan
kerja pada dosen (Yogisutanti, 2011).

METODE PENELITIAN
Metode

penelitian

yang

digunakan

untuk

mengetahui pengaruh pelatihan pengendalian
kelelahan kerja pada dosen terhadap peningkatan

Berdasarkan latar belakang di atas dapat

pengetahuan dosen adalah intervensional atau

disimpulkan bahwa semua dosen mengalami

eksperimental menggunakan quasi experimental

kelelahan kerja dan mereka tidak pernah

design

mendapatkan

control group design.

sosialisasi

tentang

cara

yaitu

pretest-posttest

nonequivalent

mengendalikan kelelahan kerja di tempat kerja,

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

sejak dari awal menjadi pegawai sampai saat ini

dosen di wilayah Kopertis IV. Populasi target

(inductional training). Berdasarkan hal tersebut,

adalah dosen pada 2 sekolah sekolah tinggi ilmu

dilakukan

kesehatan yang berada di wilayah Kopertis IV

intervensi

berupa

pelatihan

pengendalian kelelahan kerja pada dosen, yang

Jawa

selama ini belum pernah dilakukan. Tujuan

kelompok yang diintervensi dengan diberi

umum

mengetahui

pelatihan pengendalian kelelahan kerja, dengan

pengaruh pelatihan pengendalian kelelahan kerja

kriteria eksklusi: sedang melaksanakan tugas

pada dosen terhadap peningkatan pengetahuan

belajar, berada di luar negeri, dan menderita

tentang pengendalian kelelahan kerja, penurunan

sakit

penelitian

ini

adalah

Barat.

kronis

Kelompok

sebelum

intevensi

maupun

pada

adalah

saat
3

Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 7, Nomor 2, Desember 2013

ISSN. 1410-234X

penelitian. Kelompok kontrol adalah seluruh

pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan

dosen pada sekolah tinggi ilmu kesehatan yang

kerja umum, gizi kerja, kelelahan kerja pada

tidak diberikan intervensi. Jumlah dosen pada

dosen dan beban kerja dosen. Pematei berasal

kelompok kontrol sebanyak 48 orang dan pada

dari Balai Hiperkes Kota Bandung, Asosiasi Ahli

kelompok intervensi sebanyak 45 orang. Jumlah

Gizi dan

dosen pada kelompok intervensi yang dapat

membandingkan

mengikuti penelitian sebanyak 38 orang dan

sesudah pelatihan pengendalian kelelahan kerja

kelompok kontrol sebanyak 40 orang.

pada kelompok kontrol dan intervensi dengan

Instrumen

penelitian

menggunakan

Analisis data dilakukan dengan
pengetahuan

sebelum

dan

27

menggunakan uji t untuk sampel saling bebas.

pertanyaan yang telah diuji validitas dan

Analisis untuk mengetahui pengetahun dosen

reliabilitasnya kepada 21 orang di sekolah tinggi

sebelum pelatihan, setelah pelatihan dan setelah

ilmu kesehatan di Cimahi. Variabel penelitian

2 bulan pelatihan menggunakan uji statistik

terdiri dari variabel terikat yaitu pengetahuan

repeated measured analysis of variance pada

tentang kelelahan kerja pada dosen sebelum

alpha 5%.

pelatihan, setelah pelatihan dan setelah 2 bulan
pelatihan. Variabel eksperimen adalah pelatihan

HASIL

pengendalian kelelahan kerja pada dosen.

Karakteristik dosen pada kelompok kontrol dan

Pelatihan

pengendalian

dilakukan

selama

1

hari

kelelahan
kerja,

dosen

kelompok intervensi dapat dilihat perbedaannya

meliputi

pada tabel 1 di bawah ini:

Tabel 1 Perbedaan karakteristik pada kelompok intervensi dan kontrol berdasarkan uji Chi-square (2)
Karakteristik Responden
Jenis kelamin
Perempuan
Laki-laki
Status perkawinan
Tidak menikah
Menikah
Tingkat pendidikan
D4/S1
S2
Status merokok
Tidak merokok
Merokok
Pemeriksaan kesehatan awal
Dilakukan

Kelompok
Kontrol (n=40)
Intervensi (n=37)
n
%
n
%

p value

0,900
27
13

67,5
32,5

32
5

86,5
13,5

10
30

25,0
75,0

9
28

24,3
75,7

20
20

50,0
50,0

23
14

62,2
37,8

36
4

90,0
10,0

35
2

94,6
5,4

3

7,5

19

51,4

1.000

0.339

0,755

0.000*
4

Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 7, Nomor 2, Desember 2013

ISSN. 1410-234X

Tidak dilakukan
Induction training
Dilakukan
Tidak dilakukan
Kebiasaan olah raga
Mempunyai kebiasaan
Tidak mempunyai kebiasaan
Kebiasaan makan pagi
Makan pagi
Tidak makan pagi
Kebiasaan makan siang
Makan siang
Tidak makan siang
Bekerja di rumah
Tidak bekerja di rumah
Bekerja di rumah
Tepat waktu mengajar
100%
76-99%
50-75%
0-49%
Kelengkapan bahan ajar
100%
76-99%
50-75%

37

92,5

18

48,6

40
0

100,0
0,0

37
0

100,0
0,0

-

0,227
29
11

72,5
27,5

21
16

56,8
43,2

31
9

77,5
22,5

23
14

62,2
37,8

0,222

1,000
35
5

87,5
12,5

32
5

86,5
13,5

8
32

20,0
80,0

5
32

13,5
86,5

6
5
6
23

15,0
12,5
15,0
57,5

7
4
9
17

18,9
10,8
24,3
45,9

5
34
1

12,5
85,0
2,5

14
21
2

37,8
56,8
5,4

0,649

0,877

0,210

Hasil pengukuran skor pengetahuan dosen

sebelum dan setelah pelatihan pengendalian

tentang kelelahan kerja dibuat dalam tabel silang

kelelahan kerja.

untuk mengetahui perbedaan antara kelompok

a. Perbedaaan skor pengetahuan sebelum

kontrol dan kelompok intervensi. Berdasarkan

dan

tujuan penelitian dan hipotesis yang telah

kelelahan kerja dosen pada kelompok

ditentukan

intervensi

sebelumnya,

maka

pembahasan

sesudah

pelatihan

pengendalian

dalam penelitian ini sebagai berikut:

Pada kelompok intervensi, pengukuran

1. Pengaruh pelatihan pengendalian kelelahan

skor pengetahuan dilakukan selama 3

kerja pada dosen terhadap peningkatan skor

kali, yaitu pada saat sebelum pelatihan

pengetahuan tentang kelelahan kerja

pengendalian kelelahan kerja pada dosen,

Analisis

setelah selesai pelatihan dan 2 bulan

terhadap

skor

pengetahuan

dilakukan dengan membandingkan skor yang

setelah

dicapai

pengukuran

pada

kelompok

intervensi

dan

pelatihan.

Hasil

pengetahuan

analisis
tentang

membandingkan skor yang dicapai pada

pengendalian kelelahan kerja pada dosen

kelompok intervensi dan kelompok kontrol

dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini:
5

Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 7, Nomor 2, Desember 2013

ISSN. 1410-234X

Tabel 2. Perbedaan skor pengetahuan tentang kelelahan kerja dosen pada kelompok intervensi
sebelum dan setelah pelatihan (n=37)
Gain
Paired sample t test
Mean
t
Sig
score
Skor pengetahuan sebelum pelatihan
11.11
3.919
9.715
0.000
Skor pengetahuan setelah pelatihan
15.03
Skor pengetahuan sebelum pelatihan
11.11
3.757
9.534
0.000
Skor pengetahuan 2 bulan setelah pelatihan
14.86
Skor pengetahuan setelah pelatihan
15.03
-0.162
-0.642
0.525
Skor pengetahuan 2 bulan setelah pelatihan
14.86
Hasil

analisis

skor

pengetahuan

tentang

dengan peningkatan skor pengetahuan dosen

kelelahan kerja pada dosen sebelum dan setelah

setelah pelatihan dan sebelum pelatihan.

pelatihan menggunakan paired sample t test

Pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada

ditunjukkan dalam tabel 4.35 di atas dijelaskan

dosen

dalam uji hubungan antara pengetahuan sebelum

peningkatan

pelatihan, setelah pelatihan dan 2 bulan setelah

pengendalian kelelahan kerja pada dosen

pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada

sebelum dan setelah pelatihan.

dosen sebagai berikut:

berpengaruh

positif

pengetahuan

terhadap
tentang

2) Skor pengetahuan pada saat 2 bulan setelah

1) Skor pengetahuan tentang kelelahan kerja

pelatihan didapatkan skor sebesar 14.86 poin

pada dosen sebelum pelatihan adalah 11.11

dan skor sebelum pelatihan sebesar 11.11

dan setelah pelatihan sebesar 15.03. Pada

poin. Berdasarkan tabel di atas diketahui

tabel di atas dapat dilihat bahwa ada

bahwa sampai dengan 2 bulan setelah

perbedaan

pelatihan, nilai skor pengetahuan dosen

pelatihan

skor
dan

pengetahuan
setelah

sebelum
Skor

tentang kelelahan kerja masih lebih tinggi

pengetahuan setelah pelatihan mempunyai

dibandingkan skor pengetahuan sebelum

rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan rata-

pelatihan. Besar gain score untuk kedua

rata skor pengetahuan sebelum pelatihan dan

pengukuran tersebut adalah 3.757 dengan

didapatkan nilai gain score sebesar 3.919

nilai t sebesar 9.534 dan nilai p < 0.05. Dari

dengan nilai t sebesar 9.715 dan nilai p <

hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa

0,05.

terdapat perbedaan skor pengetahuan tentang

Berdasarkan

hasil

pelatihan.

tersebut

dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh yang

kelelahan

signifikan

pelatihan

pelatihan dan 2 bulan setelah pelatihan

pengendalian kelelahan kerja pada dosen

pengendalian kelelahan kerja. Atau dapat

antara

pemberian

kerja

pada

dosen

sebelum

6

Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 7, Nomor 2, Desember 2013

ISSN. 1410-234X

dikatakan bahwa pelatihan pengendalian

4) Perubahan skor pengetahuan peserta tentang

kelelahan kerja pada dosen mempunyai

pengendalian kelelahan kerja pada dosen

pengaruh positif terhadap kenaikan skor

sebelum pelatihan, setelah pelatihan, sampai

pengetahuan responden sampai dengan 2

dengan 2 bulan setelah pelatihan dapat

bulan

dilihat pada gambar 1. di bawah ini:

setelah

pelatihan

pengendalian

kelelahan kerja pada dosen.
3) Skor pengetahuan tentang kelelahan kerja
setelah 2 bulan pelatihan sebesar 14.86 dan
setelah pelatihan pengendalian kelelahan
kerja pada dosen sebesar 15.03. Skor
pengetahuan pada saat 2 bulan setelah
pelatihan

mengalami

dibandingkan

dengan

penurunan
skor

bila

pengetahuan

setelah pelatihan. Berdasarkan tabel 4.33 di
atas diketahui bahwa nilai gain score untuk
kedua skor tersebut adalah -0.162 dan nilai t
sebesar -0.642 sedangkan nilai p > 0.05.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa tidak ada perbedaan skor pengetahuan
sebelum pelatihan dan 2 bulan setelah
pelatihan pengendalian kelelahan kerja pada
dosen. Apabila dilihat dari nilai gain score
yang bernilai negatif, dapat dikatakan bahwa
telah terjadi penurunan skor pengetahuan
pada waktu 2 bulan setelah pelatihan, akan
tetapi

penurunan

skor

tersebut

tidak

signifikan. Pelatihan pengendalian kelelahan
kerja pada dosen dapat dikatakan masih
efektif sampai dengan 2 bulan setelah
pelatihan.

Gambar 1. Perubahan skor pengetahuan tentang
kelelahan kerja sebelum dan setelah pelatihan
pengendalian kelelahan kerja pada dosen

Skor pengetahuan kelelahan kerja pada
dosen

meningkat

setelah

mengikuti

pelatihan pengendalian kelelahan kerja,
akan tetapi setelah beberapa saat, yaitu 2
bulan setelah pelatihan, skor pengetahuan
menjadi

cenderung

untuk

menurun.

Berdasarkan hal tersebut dapat digunakan
sebagai

dasar

untuk

mengadakan

refreshing kepada dosen tentang materi

kelelahan kerja yang dapat dilakukan
selain melalui pelatihan, yaitu dengan
menggunakan modul, poster di ruangan
dosen atau di tempat yang mudah dilihat,
leaflet

ataupun

dengan

memberikan
7

Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 7, Nomor 2, Desember 2013

ISSN. 1410-234X

informasi setiap ada pertemuan dengan

meningkatkan

skor

pengetahuan

dosen.

responden, maka analisis data dilakukan
dengan membandingkan antara kelompok

b. Perbedaan skor pengetahuan sebelum dan
setelah pelatihan pengendalian kelelahan

intevensi

kerja

dengan menggunakan indepedent sample

pada

dosen

antara

kelompok

dengan

kelompok

kontrol

intervensi dan kelompok kontrol

t test dari skor rerata pengetahuan

Pelatihan pengendalian kelelahan kerja

sebelum pelatihan dan setelah pelatihan

pada

pada kelompok intervensi dan kontrol

dosen

dilakukan

hanya

pada

pada tabel 3 berikut:

kelompok intervensi. Untuk mengetahui
pengaruh

pelatihan

tersebut

dalam

Tabel 3. Hasil analisis perbedaan skor pengetahuan antara kelompok intervensi dan kelompok
kontrol menggunakan independent sample t test
Variabel
Skor pengetahuan sebelum pelatihan
Skor pengetahuan pada saat 2 bulan
setelah pelatihan

Kelompok
Intervensi
Kontrol
Intervensi
Kontrol

n
37
40
37
40

Mean
11.11
11.10
14.86
11.07

t
0.12

Sig
0.990

69.55

0.000

Analisis data skor pengetahuan tentang

perbedaan skor pengetahuan tentang

pengendalian kelelahan kerja pada dosen

kelelahan

sebelum dan setelah pelatihan pada

kelompok tersebut.

kelompok

kelompok

Setelah pelatihan pengendalian kelelahan

kontrol dapat dilihat pada tabel 4.36 di

kerja didapatkan skor pengetahuan pada

atas. Skor pengetahuan sebelum pelatihan

kelompok intervensi sebesar 14.86 dan

pengendalian kelelahan kerja pada dosen

pada kelompok kontrol sebesar 11.07.

didapatkan

kelompok

Hasil uji beda dengan menggunakan

intervensi sebesar 11.11 dan rerata untuk

independent sample t test didapatkan

kelompok kontrol sebesar 11.10, dengan

nilai t hitung sebesar 69.55 dan nilai p <

nilai t hitung sebesar 0.12 dan p > 0.05.

0.05. Berdasarkan hal tersebut dapat

Pada data sebelum pelatihan tidak ada

dikatakan bahwa ada perbedaan skor

intervensi

rerata

dan

untuk

kerja

dosen

pada

kedua

8

Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 7, Nomor 2, Desember 2013

ISSN. 1410-234X

pengetahuan pada kelompok intervensi
dan kelompok kontrol. Skor pengetahuan
setelah 2 bulan pelatihan pada kelompok
intervensi
dengan

lebih

tinggi

kelompok

dibandingkan

kontrol.

Pelatihan

pengendalian kelelahan kerja pada dosen
terbukti meningkatkan skor pengetahuan
tentang kelelahan kerja pada dosen.
Hasil analisis menggunakan repeated
measured analysis of variance untuk

kedua kelompok didapatkan nilai F
sebesar 9.686 dan nilai p < 0.05. Hal ini
berarti bahwa pelatihan pengendalian
kelelahan kerja pada dosen berpengaruh
dalam membedakan skor pengetahuan

Gambar 2. Tren perubahan skor
pengetahuan tentang kelelahan kerja pada
kelompok intervensi dan kelompok
kontrol

tentang kelelahan kerja pada responden.
Pada

kelompok

meningkat

skor

intervensi

terbukti

pengetahuannya

dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Untuk

melihat

grafik

dari

skor

pengetahuan sebelum dan 2 bulan setelah
pelatihan pengendalian kelelahan kerja
pada dosen dapat dilihat pada grafik
estimated marginal means di bawah ini:

Gambar

2

di

atas

menggambarkan

kecenderungan pada kelompok intervensi
terjadi kenaikan skor pengetahuannya
sedangkan pada kelompok kontrol relatif
tidak ada kenaikan pada saat sebelum
pelatihan sampai dengan 2 bulan setelah
pelatihan pengendalian kelelahan kerja
pada

dosen.

Pelatihan

pengendalian

kelelahan kerja pada dosen terbukti dapat
meningkatkan skor pengetahuan tentang
kelelahan

kerja

pada

dosen

yang

mengikutinya.

9

Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 7, Nomor 2, Desember 2013

ISSN. 1410-234X

kelelahan kerja yang telah diikutinya. Sebelum

PEMBAHASAN
Pengetahuan yang diberikan dalam pelatihan
pengendalian

kelelahan

kerja

pada

dosen

meliputi pengetahuan tentang kelelahan kerja
dosen, keselamatan dan kesehatan kerja di
tempat kerja yaitu pada pendidikan tinggi, gizi
kerja yang dibutuhkan oleh dosen dan undangundang atau peraturan yang berkaitan dengan
guru dan dosen, penghitungan beban kerja dosen
berdasarkan aturan Dikti dalam tiap semester
dan pengukuran kelelahan kerja fisiologis dan
psikologis.
Hasil

penelitian

menunjukkan

bahwa

pengetahuan responden sebelum dan sesudah
mengikuti pelatihan pengendalian kelelahan
kerja

meningkat

secara

signifikan.

Pada

pengukuran pengetahuan sebelum dan setelah
pelatihan terdapat peningkatan yang sangat
signifikan. Akan tetapi setelah 2 bulan pelatihan
tersebut berlangsung dan responden diberikan
instrumen berupa kuesioner yang sama dengan
yang

dipergunakan

untuk

mengukur

pengetahuan sebelum dan sesudah pelatihan
ternyata terjadi penurunan skor pengetahuan
responden. Walaupun terjadi penurunan, namun
bila dibandingkan dengan skor pengetahuan
sebelum pelatihan, skor pengetahuan 2 bulan
setelah pelatihan tetap lebih tinggi dan berbeda
signifikan.

Peningkatan

skor

pengetahuan

responden tentang kelelahan kerja terbukti
disebabkan

oleh

pelatihan

pengendalian

mengikuti pelatihan, skor pengetahuan dosen
lebih rendah dibandingkan dengan skor setelah
mengikuti pelatihan dan dalam waktu 2 bulan
setelah mengikuti pelatihan. Pelatihan dan
dukungan materi yang disampaikan diperlukan
sebagai awal perubahan dalam organisasi yang
merupakan bagian dari promosi kesehatan di
tempat kerja (Goodman and collegeus, 2002).
Penurunan skor pengetahuan yang dialami oleh
dosen pada saat 2 bulan setelah pelatihan
mengindikasikan bahwa perlunya refreshing
pemberian

informasi

tentang

pengendalian

kelelahan kerja pada dosen setelah 2 sampai 3
bulan pelatihan. Pemberian informasi maupun
pengetahuan kepada responden dalam hal ini
dosen tidak harus selalu dalam bentuk pelatihan
maupun penyuluhan. Ada beberapa cara yang
dapat dilakukan dalam upaya menjaga agar
pengetahuan responden mengenai pengendalian
kelelahan kerja dapat semakin meningkat atau
tidak terjadi penurunan. Cara-cara atau metode
yang dapat digunakan untuk menurunkan angka
kecelakaan kerja di tempat kerja diantaranya
adalah (Sumihardi, 2011): 1) pemajangan safety
poster yang dapat meningkatkan pengetahuan

dan sikap pekerja menjadi lebih positif; 2)
penyuluhan,

dan

3)

pelatihan

prosedur

operasional tetap (protap).
Iverson dan Erwin (1987) berpendapat bahwa
tenaga kerja yang belajar tentang keselamatan
10

Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 7, Nomor 2, Desember 2013

kerja,

baik

melalui

ISSN. 1410-234X

penyuluhan

maupun

yang telah dimiliki oleh dosen tidak mengalami

pelatihan yang dilaksanakan secara teratur,

penurunan

setelah

dapat

membagi modul pelatihan kepada dosen agar

memperkecil jumlah kasus kecelakaan kerja.

dapat dibaca sewaktu-waktu, pembuatan leaflet

Dalam konteks dunia pendidikan, kecelakaan

yang sederhana dan komunikatif agar mudah

kerja yang dimaksud adalah kelelahan kerja pada

diingat dan diberikan kepada dosen, membuat

dosen. Sependapat dengan Iverson dan Erwin

banner atau poster-poster yang berisi tentang

(1987), Guastello (1993) menyatakan bahwa

akibat kelelahan kerja secara khusus maupun K3

dengan adanya program keselamatan kerja yang

secara umum yang ditempel di dinding atau

diterapkan di tempat kerja dapat memberikan

tempat-tempat yang sering dikunjungi oleh

perlindungan terhadap tenaga kerja dari risiko

dosen.

kecelakaan kerja dan secara bertahap dapat

memanfaatkan media SMS (short message

menurunkan angka kecelakaan kerja. Perilaku

service) melalui handphone yang berisi pesan-

keselamatan

pesan singkat untuk mengingatkan dosen tentang

diamati

terus-menerus

kerja

dapat

mencegah

dan

dapat

Selain

dilakukan

itu

dapat

dengan

pula

menurunkan angka kecelakaan kerja (Cooper et

pentingnya

al., 1994).

keselamatan

Sesuai dengan teori pendidikan kesehatan,

menghindari terjadinya kelelahan kerja.

untuk
kerja

menjaga
dan

cara:

dengan

kesehatan
mencegah

dan
serta

bahwa refreshing pengetahuan atau pemberian
informasi ulang tentang pengetahuan yang telah
diberikan sebelumnya kepada sasaran belajar
harus dilakukan untuk mencegah penurunan
pengetahuan atau berkaitan dengan masalah
memori

untuk

mengingatnya.

Pemberian

informasi atau pengetahuan yang dilakukan
secara terus-menerus akan dapat membantu
sasaran

belajar

dalam

mengingat

materi

pengetahuan yang telah didapat. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat dari Iverson dan Erwin
(1997).

Dalam

setting

pendidikan

tinggi,

beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk

KESIMPULAN
Pelatihan pengendalian kelelahan kerja terbukti
dapat meningkatkan pengetahuan dosen tentang
kelelahan kerja. Pengetahuan dosen setelah
pelatihan lebih tinggi dibandingkan sebelum
pelatihan, sedangkan pengetahuan dosen setelah
2 bulan pelatihan ternyata lebih rendah daripada
pengetahuan setelah pelatihan akan tetapi masih
lebih tinggi dibandingkan dengan pengetahuan
dosen sebelum mengikuti pelatihan pengendalian
kelelahan kerja pada dosen.

meningkatkan dan menjaga agar pengetahuan
11

Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 7, Nomor 2, Desember 2013

UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih ditujukan kepada Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi melalui Kopertis IV
yang telah memberikan bantuan hibah disertasi
doktor untuk pembiayaan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Baldinger, Nina., Krebs, Andreas., Műller,
Roland., Aeberli, Isabelle (2012). Swiss
Children Consuming Breakfast Regularly
Have Better Motor Functional Skills and
Are Less Overweight Than Breakfast
Skippers, Journal of The American College
of Nutrition, Vol. 31, No. 2, 87-93.
Cueto, Santiago. (2001). Breakfast and dietary
balance: the enKid Study Breakfast and
Perfomance. Public Health Nutrition
4(6A), 1429-1431.
Eta, Vivian, E.A., Atanga, Mary, B.S., Atashili,
Julius., D’Cruz, Gibson (2011). Nurses
Challeges Faced as Clinicl Educators: a
survey of Group of Nurses in Cameroon,
Pan African Medical Journal, 8, 28.
European Trade Union Committee for Education
(ETUCE). (2007). Report on the ETUCE
Survey on Teachers Work –related-health,
Farber, B. A. (1983). Stress and Burnout in The
Human Services Profession. New York.
Pergamon Press.
Giovannini, M., Agostoni, C., & Shamir, R.
(2010). Symposium overview: Do We all
Eat Breakfast and is it Important?. Critical
Reviews in Food Science & Nutrition,
50(2),
97-99.
doi:10.1080/10408390903467373
Hasz, Lauren A. & Lamport, Mark A.(2012).
Breakfast and Adolescent Academic
Performance: An Analytical Review of
Recent Research, European Journal of
Business and Social Sciences, Vol. 1, No.

ISSN. 1410-234X

3, pp. 61 - 79, June 2012. URL:
http://www.ejbss.com/recent.aspx.
Hughes, R. E. (2001). Deciding to Leave but
Staying: Teacher Burnout, Precusors and
Turnover. International Journal of Human
Resource Management, 12, 288-298.
Iverson, RD., & Erwin, PJ. (1997). Predicting
Occupational Injury: The Role of
Affectivity. Journal of Occupational and
Organizational Psychology, 7, 113-128.
Jaarveld, Van, J. (2004). The Relationship
between Burnout, Coping and Sense of
Coherence amongst Engineers and
Scientist.
Unpublished
Doctoral
Dissertation. University of South Africa.
Jongman, L., Meijman, T., & Jong, de Ritske.
(1999). The Working Memory Hypothesis
of Mental Fatigue. Department of
Experimental and Work Psychology
University of Gronigen, Netherlands.
Lewis, G., Wessely, S. (1992). The
Epidemiology of Fatigue: More Questions
than Answer. Journal of Epidemiology and
Community Health, 46, 92-97.
Otsuka Yasumasa, Sasaki Takeshi, Mori Ippei.
(2008). Working hours. Coping skills, and
psychological health in Japanese daytime
workers, Industrial Health, 47: 22-32.
Piper, B., 1986. Fatigue. In Gutiѐrrez, Josѐ Luis
Gonzàlez., Jimѐnez, Bernardo Moreno.,
Hѐrnandez,
Eva
Garrosa.,
López,
Almudena López. 2005. Spanish Version
of The Swedish Occupational Fatigue
Inventory (SOFI): Factorial Replication,
Reliability and Vallidity, International
Journal of Industrial Ergonomics, 35(2005)
737-746.
Pollitt,
Ernesto and Mathews, Rebecca.
Breakfast and cognition: an integrative
summary,
(Am
J
Clin
Nutr
1998;67(suppl):804S–13S.
Schuler, Randall., Jackson, Susan., Sobari,
Nurdin., Sihombing, Tulus., Dwi Kartini,
Yahya. (1999). Manajemen Sumber Daya
Manusia Menghadapi Abad 21. Erlangga,
Jakarta.
12

Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan
Volume 7, Nomor 2, Desember 2013

ISSN. 1410-234X

Shernoff, Elisa, S., Mehta, Tara, G., Atkins,
Marc, S., Torf, Raechel., Spencere, Jordan.
(2011). A Qualitative Study of The
Sources and Impact of Stress Among
Urban Teachers, School Mental Health, 3:
59-69, Chicago.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Verdugo, R., Vere, A.(2003). International
Labour Office 2003, Workplace Violence
in Service Sectors with Implications for the
Education Sector: Issues, Solution and
Resources.
Wignjosoebroto, Sritomo (2000).Egronomi Studi
Gerak dan Waktu. Edisi 1 Cetakan ke-II,
Penerbit Guna Widia, Jakarta.
Yogisutanti G. Had accreditation system covered
safety and health for lecturer? Paper
presented at: 2nd HPEQ Health
Professional Education Quality. Promoting
Health Through Interprofessionalship
Education; 2011 Dec. 3-5; Bali. Indonesia.
1)

Gurdani Yogisutanti, Dosen STIK Immanuel
sedang menempuh program Doktor di
Fakultas Kedokteran UGM;
2)
Hari Kusnanto Promotor/Pembimbing dan
Lientje
Setyawati,
Copromotor/Pembimbing Pendamping dari
Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta;

3)

Yasumasa Otsuka, Supervisor Program
Sandwich-Like untuk S3 Dikti dari
Graduate School of Eduation Hiroshima
University Japan.

13

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22