Kondisi Rongga Mulut Pada Atlet Mahasiswa di Lingkungan Universitas Sumatera Utara

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Atlet menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah olahragawan, terutama
yang mengikuti perlombaan atau pertandingan dalam beradu ketangkasan, kecepatan,
keterampilan, dan kekuatan.1 Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 3
tahun 2005 tentang sistem keolahragaan nasional, olahragawan adalah pengolahraga
yang mengikuti pelatihan secara teratur dan kejuaraan dengan penuh dedikasi untuk
mencapai prestasi.2 Atlet merupakan individu yang berperan dalam suatu aktivitas
dibidang keolahragaan dan dikumpulkan dalam satu program pelatihan yang lebih
khusus dan intensif sesuai dengan cabang olahraga masing-masing untuk mencapai
suatu prestasi yang setinggi-tingginya.1
Prestasi yang diinginkan seorang atlet dapat dicapai dengan menunjukkan
performa yang optimal selama latihan dan pertandingan. Untuk menunjukkan
performa tersebut diperlukan tubuh yang sehat secara keseluruhan.3,4 Salah satu
bagian penting dari keseluruhan kesehatan tubuh adalah kesehatan rongga mulut.5,6
Walaupun atlet cenderung memiliki tubuh yang lebih sehat dibandingkan dengan
orang tanpa kebiasaan berolahraga, akan tetapi para atlet memiliki risiko lebih tinggi

untuk memiliki kesehatan rongga mulut yang buruk disebabkan latihan dan kebiasaan
yang mereka jalani.6
Kesehatan rongga mulut yang buruk merupakan salah satu masalah penting
yang perlu diperhatikan karena dapat menimbulkan dampak negatif, di antaranya
menyebabkan rasa sakit, mengurangi kualitas hidup, serta mempengaruhi performa.6
Oleh karena itu, dokter gigi harus melakukan pemeriksaan mendetail terhadap status
kesehatan rongga mulut atlet untuk mendeteksi adanya berbagai perubahan ataupun
kondisi patologis yang terjadi.3
Pengamatan yang dilakukan oleh Ashley, dkk. terhadap beberapa hasil studi
yang dilakukan pada atlet, melaporkan bahwa prevalensi karies gigi berkisar antara

Universitas Sumatera Utara

2

15-75%, prevalensi erosi gigi 36-85%, prevalensi trauma dental dan orofasial sebesar
14-47%, prevalensi penyakit periodontal sebesar 15-76%.5
Penelitian lain yang juga melaporkan buruknya kesehatan rongga mulut atlet
yaitu dilakukan oleh Needleman, dkk. pada atlet yang berpartisipasi dalam 25 cabang
olahraga pada Olympic Games di London pada tahun 2012, diperoleh prevalensi

karies gigi sebesar 55%, prevalensi erosi gigi sebesar 45%, prevalensi trauma dental
sebesar 17,6%, prevalensi gingivitis sebesar 76% dan periodontitis sebesar 15%.7
Beberapa penelitian terhadap atlet menunjukkan kesehatan rongga mulut yang
buruk.5,7 Salah satunya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Gay-Escoda, dkk.
terhadap 30 pemain sepak bola profesional. Hasil yang diperoleh menunjukkan
bahwa skor rata-rata DMFT bernilai 5,7 ± 4,1.8 Penelitian Rosa, dkk. terhadap 400
pemain sepak bola termasuk 353 pemain amatir dan 47 pemain profesional
menunjukkan pemain amatir memiliki karies sebesar 71% dan pada pemain
profesional sebesar 68%.3 Hasil tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan
hasil survei yang dilakukan oleh Riskesdas pada tahun 2013, yang mana rata-rata
DMFT pada kelompok umur 15-24 tahun adalah 1,8 dan prevalensi karies penduduk
Indonesia berdasarkan Riskesdas tahun 2007 adalah sebesar 43,4%.9,10
Prevalensi karies yang tinggi pada atlet disebabkan oleh kebutuhan karbohidrat
para atlet selama dan sesudah latihan untuk mempertahankan kadar gula darah dan
menggantikan cadangan glikogen otot.11 Asupan karbohidrat tersebut salah satunya
dipenuhi dengan mengonsumsi sport drink.12 Sport drink yang dikonsumsi bukan
hanya mengandung karbohidrat yang tinggi, tetapi juga bersifat asam dengan pH
dibawah 5,5.3,13 Pada saat enamel berada pada pH di bawah 5,5, demineralisasi pada
gigi dapat terjadi.12,14 Oleh karena itu, seringnya penggunaan sport drink oleh atlet
berpotensi meningkatkan pengalaman karies dan menyebabkan erosi gigi.12

Penelitian Mathew, dkk. terhadap 304 atlet anggota tim olahraga di Ohio State
University menunjukkan prevalensi erosi gigi sebesar 36,5%.13 dan penelitian
Sirimaharaj, dkk. pada anggota tim olahraga University of Melbourne, Australia,
dilaporkan bahwa prevalensi erosi gigi adalah 25,4%.4 Sedangkan pada penelitian di
Swiss terhadap 391 orang dewasa berusia 26-30 tahun melaporkan hanya 7,7% dari

Universitas Sumatera Utara

3

orang dewasa yang mengalami erosi dentin pada permukaan labial dan 29,9%
mengalami erosi dentin pada permukaan oklusal.15 Penelitian Van’t, dkk. melaporkan
prevalensi tooth wear pada dewasa meningkat dari 3% pada usia 20 tahun sampai
17% pada usia 70 tahun.16
Risiko lain yang sering dihadapi para atlet adalah trauma. Partisipasi dalam
kegiatan olahraga meningkatkan risiko terjadinya trauma. Trauma dental merupakan
kondisi yang umum ditemukan pada atlet, tidak hanya pada olahraga kontak yang
berisiko tinggi terhadap trauma. Andrade, dkk. dalam penelitiannya melaporkan
bahwa prevalensi trauma dental pada atlet yang berpartisipasi dalam Pan American
Games adalah sebesar 49,6%.17 Hasil ini lebih tinggi dibandingkan remaja berusia

15-19 tahun, yang mana prevalensi trauma dental sebesar 24,7% dan pada dewasa
sebesar 33% dilaporkan pernah mengalami trauma pada gigi permanen.18,19
Penyakit periodontal juga merupakan kondisi lain yang ditemukan pada
5,6

atlet.

Latihan yang panjang pada atlet akan meningkatkan rasa stres dan cemas.

Peningkatan stres akan mempengaruhi diet dan nutrisi yang dapat menyebabkan
penyakit gusi dan periodontal.20 Stres dapat mengakibatkan makan yang berlebihan
atau mengurangi nafsu makan tergantung pada jenis stres, keparahan stress, dan
individu itu sendiri.21 Stres juga dapat membuat tubuh menginginkan makanan yang
tinggi gula.22 Konsumsi gula tambahan dapat memicu kondisi hyper inflammatory
dan dapat mengakibatkan dislipidemia dan resistensi insulin. Kondisi ini merupakan
faktor risiko untuk penyakit periodontal. Beberapa penelitian telah dilakukan dengan
tujuan memeriksa hubungan antara konsumsi gula dengan penyakit periodontal dan
menunjukkan bahwa konsumsi gula yang lebih besar dapat meningkatkan inflamasi
yang mengakibatkan perdarahan saat probing, kedalaman probing, dan level
perlekatan.23 Bedasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Nasional (SKRT)

yang dilaporkan Kementrian Kesehatan RI tahun 2011,

penyakit periodontal

penduduk Indonesia mencapai 60%.24
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai kondisi rongga mulut pada atlet mahasiswa di lingkungan Universitas
Sumatera Utara. Atlet seluruhnya adalah mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang

Universitas Sumatera Utara

4

tergabung dalam suatu unit kegiatan mahasiswa (UKM). UKM olahraga merupakan
suatu sarana untuk membina kemampuan, minat, dan bakat dalam berolahraga. Ada
delapan cabang olahraga yang tersedia, yaitu: basket, bela diri, bulu tangkis, futsal,
sepak bola, tenis meja, tenis lapangan, dan bola voli.

1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana kondisi rongga mulut pada atlet mahasiswa di lingkungan

Universitas Sumatera Utara.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan umum:
Untuk mengetahui kondisi rongga mulut pada atlet mahasiswa di lingkungan
Universitas Sumatera Utara.
Tujuan khusus :
1. Untuk mengetahui prevalensi karies gigi pada atlet mahasiswa di
lingkungan Universitas Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui rata-rata pengalaman karies (DMFT) pada atlet
mahasiswa di lingkungan Universitas Sumatera Utara.
3. Untuk mengetahui prevalensi dan tingkat keparahan erosi gigi pada atlet
mahasiswa di lingkungan Universitas Sumatera Utara.
4. Untuk mengetahui prevalensi dan tipe trauma dental pada atlet mahasiswa di
lingkungan Universitas Sumatera Utara.
5. Untuk mengetahui prevalensi, kategori, dan skor rata-rata gingivitis pada
atlet mahasiswa di lingkungan Universitas Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat penelitian ini adalah:
1. Dapat memberikan informasi mengenai kondisi rongga mulut pada atlet

mahasiswa di Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

5

2. Sebagai masukan dalam hal perencanaan program kesehatan gigi
masyarakat, khususnya pada atlet, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan
gigi dan mulut ke arah yang lebih baik.
3. Sebagai sumber data dan informasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut
pada masa yang akan datang.

Universitas Sumatera Utara