Gambaran Spiritualitas Wanita Penderita Kanker Organ Reproduksi di Ruang Rindu B1 RSUP H. Adam Malik Medan
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Spiritualitas
2.1.1 Definisi Spiritualitas
Istilah “spiritualitas” diturunkan dari kata latin “spiritus” yang berarti
nafas, istilah ini juga berkaitan erat dengan kata Yunani, “pneuma”, atau nafas
yang mengacu pada nafas hidup atau jiwa. Menurut Dossey, et al (2000 dalam
Young & Koopsen, 2005), spiritualitas merupakan hakikat dari siapa dan
bagaimana manusia hidup di dunia dan seperti napas, spiritualitas amat penting
bagi keberadaan manusia.
Menurut Miller (1995 dalam Young & Koopsen, 2005), spiritualitas
merupakan daya semangat, prinsip hidup atau hakikat eksistensi manusia, yang
meresapi hidup dan diungkapkan serta dialami dalam tali-temali hubungan antara
diri sendiri, sesama, alam, dan Allah atau sumber hidup. Karena dibentuk melalui
pengalaman kultural, spiritualitas merupakan pengalaman manusia yang
universal.
Dalam Kozier, Erb, Blais & Wilkinson (2004), Spiritualitas adalah suatu
kepercayaan akan adanya hubungan dengan suatu kekuasaan yang lebih tinggi,
memiliki kekuatan, mengandung aspek tentang Tuhan, dan memiliki sumber
kekuatan yang tidak terbatas dan terdiri dari dimensi vertikal dan dimensi
horizontal.
Universitas Sumatera Utara
6
2.1.2 Karakteristik Spiritualitas
Karakteristik spiritualitas pada setiap individu didasarkan pada kebutuhan
berhubungan dengan Tuhan, hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan
orang lain atau sesama, dan hubungan dengan lingkungan atau alam (Bukhardt
1993 dalam Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995).
2.1.2.1 Hubungan dengan Tuhan
Meliputi agamis atau tidak agamis, seperti berdoa, sembahyang,
memiliki perlengkapan keagamaan, dan berpartisipasi dalam kegiatan
keagamaan. Kebutuhan spiritual yang berkaitan pada hubungan dengan
Tuhan dapat diwujudkan dengan doa dan ritual agama. Doa dan ritual agama
merupakan hal yang penting bagi setiap individu dan dapat memberikan
ketenangan pada individu yang melakukannya.
2.1.2.2
Hubungan dengan diri sendiri
Kekuatan dari dalam diri seseorang yang meliputi pengetahuan diri
yaitu siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya dan juga sikap yang
menyangkut kepercayaan pada diri sendiri, percaya pada kehidupan atau
masa depan, ketenangan pikiran, serta keselarasan dengan diri sendiri.
Kebutuhan spiritualitas yang bersumber dari kekuatan dalam diri individu
sendiri dalam menghadapi masalah, kebutuhan spiritualitas yang bersumber
dari kekuatan diri sendiri meliputi kepercayaan, harapan, dan makna dalam
kehidupan.
Kepercayaan (faith) bersifat universal, dapat dimiliki oleh orang
yang religius dan tidak religius, dimana merupakan penerimaan individu
Universitas Sumatera Utara
7
terhadap kebenaran yang tidak dapat dibuktikan dengan pikiran yang logis.
Kepercayaan memberikan makna kehidupan pada seseorang dan memberikan
kekuatan pada seseorang ketika menghadapi masa yang sulit. Mempunyai
kepercayaan berarti mempunyai komitmen terhadap sesuatu atau seseorang
sehingga dapat memahami kehidupan manusia dengan wawasan yang lebih
luas.
Harapan dapat diartikan sebagai suatu keyakinan akan keinginan
yang akan tercapai dalam hidup. Harapan merupakan suatu proses
interpersonal yang terbina melalui hubungan dengan orang lain dan yang
terutama melalui hubungan dengan Tuhan dan didasarkan pada kepercayaan.
Harapan memberikan peranan penting bagi individu dalam mempertahankan
dirinya saat menghadapi penyakit atau masalah, tanpa harapan individu akan
merasa hampa, lesu/tidak bersemangat, dan terasa mati.
Makna kehidupan dapat menjadikan seseorang individu merasa
berharga dan berarti serta memiliki perasaan dekat dengan Tuhan, orang lain,
dan alam sekitar, dimana individu merasa hidupnya terarah, memiliki masa
depan, dan menerima kasih sayang dari orang lain disekitarnya
2.1.2.3
Hubungan dengan Orang lain
Hubungan ini terbagi atas harmonis dan tidak harmonisnya
hubungan dengan orang lain. Keadaan harmonis meliputi pembagian waktu,
ramah dan bersosialisasi, mengasuh anak, mengasuh orang tua dan orang
yang sakit, serta meyakini kehidupan dan kematian. Sedangkan kondisi yang
Universitas Sumatera Utara
8
tidak harmonis mencakup konflik dengan orang lain dan resolusi yang
menimbulkan ketidakharmonisan, serta keterbatasan hubungan.
Maaf dan pengampunan (forgiveness), seorang individu dapat
meningkatkan koping terhadap stres, cemas, depresi dan tekanan emosional,
penyakit fisik serta meningkatkan perilaku sehat dan perasaan damai.
Cinta kasih dan dukungan sosial (Love and social support). Teman
dan keluarga dekat dapat memberikan bantuan dan dukungan emosional
untuk melawan banyak penyakit. Seseorang yang mempunyai pengalaman
cinta kasih dan dukungan sosial yang kuat cenderung untuk menentang
perilaku tidak sehat dan melindungi individu dari penyakit.
2.1.2.4
Hubungan dengan lingkungan
Spiritualitas yang mencakup keharmonisan hubungan dengan alam
dapat dicapai dengan sikap menghargai alam yaitu memiliki pengetahuan
tentang pohon, margasatwa, dan iklim serta dapat berinteraksi dengan alam
atau lingkungan melalui kegiatan bertanam, berjalan-jalan di lingkungan luar
dan mempunyai sikap melindungi alam.
Rekreasi (Joy) merupakan kebutuhan spiritualitas seseorang dalam
menumbuhkan keyakinan, rahmat, rasa terima kasih, harapan dan cinta kasih.
Dengan rekreasi seseorang dapat menyelaraskan antara jasmani dan rohani
sehingga timbul perasaan kesenangan dan kepuasaan dalam pemenuhan halhal yang dianggap penting dalam hidup seperti nonton televisi, dengar musik,
olah raga dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
9
Kedamaian (Peace) merupakan keadilan, rasa kasihan dan
kesatuan. Dengan kedamaian seseorang akan merasa lebih tenang dan dapat
meningkatkan status kesehatan.
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi Spiritualitas
Faktor-faktor yang mempengaruhi spiritualitas seseorang (Taylor dkk,
1997 dalam Hamid, 2008), yaitu:
2.1.3.1
Tahapan Perkembangan
Semakin
membenarkan
bertambah
keyakinan
usia,
individu
spiritualitasnya.
akan
Seperti
memeriksa
contoh
pada
dan
usia
pertengahan dan lansia spiritualitasnya semakin kuat dan matang. Mereka
lebih cenderung mendekatkan diri kepada Tuhan contohnya berpartisipasi
dalam aktifitas sosial dan keagamaan, sehingga membuat individu lebih
mampu untuk mengatasi masalah dan menghadapi kenyataan.
2.1.3.2
Budaya
Sikap, keyakinan, dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang budaya
seseorang. Setiap budaya berbeda dalam bentuk pemenuhan spiritualitas.
Budaya dan spiritualitas menjadi dasar sesorang dalam melakukan sesuatu
dan menjalani cobaan atau masalah dalam hidup agar tetap seimbang. Pada
umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga.
Anak belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama, termasuk nilai moral
dari hubungan keluarga dan peran serta dalam berbagai bentuk kegiatan
keagamaan.
Universitas Sumatera Utara
10
2.1.3.3
Keluarga
Keluarga sangat berperan dalam perkembangan spiritualitas
individu. Keluarga adalah tempat pertama kali individu mendapatkan
pengalaman dan pandangan hidup. Melalui keluarga, individu belajar tentang
Tuhan, kehidupan, dan diri sendiri. Dukungan keluarga merupakan pemicu
untuk meningkatkan spiritulitas individu.
2.1.3.4
Pengalaman Hidup
Pengalaman hidup baik yang positif maupun negatif mempengaruhi
spiritualitas seseorang. Pengalaman hidup mempengaruhi seseorang dalam
mengartikan secara spiritual terhadap kejadian yang dialaminya. Pengalaman
hidup yang menyenangkan dapat menyebabkan seseorang bersyukur atau
tidak bersyukur. Peristiwa dalam kehidupan sering dianggap sebagai suatu
cobaan yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk menguji kekuatan
imannya.
2.1.3.5
Krisis dan Perubahan
Krisis dan perubahan dapat menguatkan spiritualitas pada
seseorang. Krisis sering dialami seseorang ketika menghadapi penyakit,
penderitaan, proses penuaan, kehilangan, dan kematian. Perubahan dalam
kehidupan dan krisis yang dialami seseorang merupakan pengalaman
spiritualitas yang bersifat emosional. Krisis dapat berhubungan dengan
perubahan patofisiologi, terapi/pengobatan yang diperlukan, atau situasi yang
mempengaruhi seseorang. Diagnosis penyakit akan menimbulkan pertanyaan
tentang sistem kepercayaan seseorang. Jika seseorang dihadapkan pada
Universitas Sumatera Utara
11
kematian, keyakinan spiritual dan keinginan untuk sembahyang/berdoa lebih
tinggi dibandingkan pasien yang berpenyakit bukan terminal.
2.1.4 Penilaian status spiritualitas
Setiap kali proses holistik dilaksanakan dalam perawatan kesehatan,
pasien, pertama-tama penilaian atau assessment harus dilakukan. Penilaian atau
assessment didefinisikan sebagai “proses pengumpulan, menganalisis dan sintesis
data bisu, dalam rumus multidimensional yang menjadi landasan pengambilan
keputusan.” Secara khusus, proses penilaian menyediakan suatu kerangka kerja
untuk mengidentifikasi kebutuhan spiritual pasien.
Penilaian spiritual penting karena beberapa alasan, antara lain: penilaian
ini telah terbukti luas dapat digunakan untuk memprediksi hasil perawatan
kesehatan; penilaian ini menjadi sumber informasi bagi anggota tim perawatan
kesehatan tentang kemampuan seseorang menghadapi, kira-kira tingkat distres
mana, dan tentang penanganan yang diberikan untuk membantu pasien
menghadapi krisis kesehatan yang dialami pasien; penilaian memungkinkan
pemahaman yang lebih mendalam tentang seseorang dari sudut pandang holistik;
penilaian
memungkinkan
penyelenggaraan
perawatan
yang menghormati
kebutuhan perawatan kesehatan dan keprihatinan seseorang.
Begitu banyak penuntun, instrumen, skala dipergunakan dalam penilaian
spiritualitas dan kepercayaan keagamaan, praktik dan tingkat partisipasi. Salah
satunya adalah skala kesejahteraan spiritual JAREL. Skala kesejahteraan spiritual
JAREL merupakan alat penilaian bagi para perawat yang didasarkan pada studi
Universitas Sumatera Utara
12
kesejahteraan spiritual di kalangan orang dewasa. Akan tetapi, skala penilaian ini
dapat diterapkan secara luas untuk segala jenis pasien.
2.2 Kanker
2.2.1 Definisi kanker
Kanker merupakan penyakit yang tidak menular. Kanker adalah kumpulan
sel gen yang rusak yang menjadi liar dan berkembang tanpa henti. Kanker
(neoplasma ganas) merupakan istilah yang mencakup sekelompok kompleks dari
berbagai jenis penyakit kanker. Kanker bisa mempengaruhi hampir setiap organ
pada tubuh manusia. Kanker bisa terjadi dari berbagai jaringan dari bagian organorgan tubuh, sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangannya, sel-sel kanker
membentuk suatu massa dari jaringan ganas yang menyusup ke jaringan
disekatnya dan bisa menyebar ke seluruh tubuh (Subagja, 2014).
Kanker dapat tumbuh di bagian mana saja pada tubuh manusia saja salah
satunya di organ-organ reproduksi wanita. Kanker sistem reproduksi wanita
adalah pertumbuhan sel-sel abnormal yang tidak berfungsi bagi tubuh yang terjadi
pada sistem reproduksi wanita yang berasal dari organ itu sendiri ataupun dari
metastase kanker organ lainnya (Junaidi, 2007 dalam Nur, 2009).
2.2.2 Jenis-jenis Kanker Organ Reproduksi Wanita
2.2.2.1
Kanker Serviks
Kanker serviks adalah penyakit tumor ganas pada daerah mulut
rahim yang disebabkan oleh pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan
merusak jaringan normal di sekitarnya (Subagja, 2014). Penyebab utama
kanker serviks adalah infeksi virus HPV (human papilloma virus).
Universitas Sumatera Utara
13
Penyebaran virus ini terutama melalui hubungan seksual. Faktor lain yang
berhubungan dengan kanker serviks adalah aktivitas seksual terlalu muda (<
16 tahun), jumlah pasangan seksual yang tinggi (> 4 orang), dan adanya
riwayata infeksi berpapil (warst). Karena hubungannya yang erat dengan
infeksi HPV, wanita yang mendapat atau menggunakan penekan kekebalan
(immunosuppressive) dan penderita HIV berisiko menderita kanker serviks
(Aziz, 2006).
Tanda dini kanker serviks tidak spesifik seperti adanya sekret
vagina yang agak banyak dan kadang-kadang dengan bercak perdarahan.
Umumnya tanda yang sangat minimal ini sering diabaikan oleh penderita.
Tanda yang lebih klasik adalah perdarahan bercak yang berulang, atau
perdarahan bercak setelah bersetubuh atau membersihkan vagina. Pada
stadium lanjut ketika tumor telah menyebar ke luar dari serviks dan
melibatkan jaringan di rongga pelvis dapat dijumpai tanda lain seperti nyeri
yang menjalar ke pinggul atau kaki. Beberapa penderita mengeluh nyeri
berkemih, hematuria, perdarahan rektum sampai sulit berkemih dan buang air
besar (Aziz, 2006).
Sistem yang umumnya digunakan untuk pembagian stadium kanker
serviks adalah sistem yang diperkenalkan oleh International Federation of
Gynecology and Obstetrics (FIGO). Berikut tingkatan atau stadium kanker
serviks; stadium 0: carcinoma in situ (CIS), tumor masih dangkal, hanya
tumbuh di lapisan sel serviks; stadium I: kanker telah tumbuh dalam serviks,
namun belum menyebar ke mana-mana; stadium IA1: invasi ke stroma
Universitas Sumatera Utara
14
dengan kedalaman kurang dari 3 mm dan besarnya kurang dari 7 mm;
stadium IA2: invasi ke stroma kedalaman antara 3-5 mm dan besarnya kurang
dari 7 mm; stadium IB1: Ukuran tidak lebih besar dari 4 cm; stadium IB2:
ukuran lebih besar dari 4 cm; stadium II: kanker berada di bagian dekat
serviks tapi bukan diluar panggul; stadium IIA: kanker meluas sampai ke atas
vagina, tapi belum menyebar ke jaringan yang lebih dalam dari vagina;
stadium IIB: kanker telah menyebar ke luar leher rahim ke dua pertiga bagian
atas vagina dan jaringan di sekitar rahim; stadium III: kanker telah menyebar
ke jaringan lunak sekitar vagina dan serviks sepanjang dinding panggul.
Mungkin dapat menghambat aliran urin ke kandung kemih; stadium IVA:
kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti kandung kemih dan rektum;
stadium IVB: kanker telah menyebar ke organ yang lebih jauh, seperti paruparu (Subagja, 2014).
2.2.2.2
Kanker Payudara
Kanker payudara terjadi karena adanya kerusakan pada gen yang
mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sehingga sel itu tumbuh dan
berkembang biak tanpa bisa dikendalikan. Awal mula penyakit ini biasanya
terdapat tumor kecil yang mengendap pada payudara. Penyebab kanker
payudara belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, ada beberapa faktor
risiko yang memungkinkan seorang wanita terserang kanker payudara, antara
lain: nuliparitas, menarche pada usia muda, menopause pada usia lebih tua,
kehamilan pertama pada usai tua, penggunaan hormon, obesitas, sering
Universitas Sumatera Utara
15
mengkonsumsi makanan berlemak, riwayat keluarga, radiasi ionisasi, terapi
sulih estrogen, dan mengonsumsi alkohol (Subagja, 2014).
Ada beberapa gejala kanker payudara yang perlu di waspadai,
antara lain sebagai berikut : adanya benjolan pada payudaya yang bisa diraba,
erosi/ eksema puting susu, edema (pembengkakan) yang berlebihan pada kulit
payudara, adanya luka di sekitar puting susu dan sekitarnya yang sukar
sembuh, keluarnya cairan berupa darah atau nanah berwarna kuning sampai
kehijauan dari puting susu secara spontan, perubahan pada puting susu seperti
gatal, terasa terbakar, dan tertarik kedalam. Pada stadium lanjut bisa timbul
nyeri tulang, penurunan berat badan, pembengkakan lengan atau ulserasi kulit
(Subagja, 2014).
Stadium kanker payudara antara lain; stadium I: benjolan kanker
berukuran tidak lebih dari 2 cm dan tidak bisa dideteksi dari luar; stadium II:
benjolan kanker mencapai 5 cm dantingakat penyebarannya sudah meluas
sampai ke daerah ketiak; stadium IIIA: benjolan sudah berukuran lebih dari 5
cm dan telah menyebar hingga ke kelenjar limfa; stadium IIIB: penyebaran
sel kanker meliputi seluruh bagian payudara bahkan bisa mencapai kulit
dinding dada, tulang rusuk, dan otot dada serta telah menyerang kelenjar
limfe secara menyeluruh; stadium IV: sel-sel kanker sudah menyebar ke
bagian tubuh lainnya, seperti tulang, paru-paru, hati, dan otak (Subagja,
2014).
Universitas Sumatera Utara
16
2.2.2.3
Kanker Endometrium
Kanker endometrium disebut juga kanker rahim. Kanker rahim
adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam lapisan rahim, yaitu endometrium
(tempat menempelnya ovum yang telah dibuahi. Penyebab yang lain antara
lain diet rendah lemak, merokok, kurangnya asupan gizi dan vitamin,
penggunaansabun khusus vagina, dan sering menabur bedak pada vagina
(Subagja, 2014).
Gejala umum yang sering ditunjukkan oleh kanker endometrium
adalah sebagai berikut: pendarahan yang abnormal (setelah menopause
pendarahan di antara masa haid), haid lebih berat dari biasanya (belum pernah
mengalami menopause), keputihan berair atau berdarah, rasa sakit di daerah
panggul, dan rasa sakit ketika berhubungan intim (Subagja, 2014).
Stadium kanker endometrium adalah sebagai berikut; stadium I:
kaker hanya tumbuh di badan rahim; stadium II: sel kanker telah menyebar ke
leher rahim (serviks); stadium IIIA: kanker telah menyebar ke sepertiga
bagian bawah vagina namun tidak ke dinding panggul; stadium IIIB: kanker
telah menyebar ke dinding panggul atau tumor telah menjadi cukup besar
untuk memblokir ureter, yaitu tabung yang menghubungkan ginjal ke
kandung kemih; stadium IVA: kanker telah menyebar ke dinding kandung
kemih atau rektum serta ke kelenjar getah bening di panggul; stadium IVB:
kanker telah menyebar ke luar panggul dan kelenjar getah bening panggul ke
tempat lain di dalam tubuh, seperti perut, hati, saluran pencernaan, paru-paru,
tulang, dan kelenjar getah bening jauh (Subagja, 2014).
Universitas Sumatera Utara
17
2.2.2.4
Kanker Ovarium
Kanker ovarium atau kanker indung telur disebut sebagai
“pembunuh tersembunyi” karena ovarium terletak dibagian dalam sehingga
tidak mudah terdeteksi. Kanker ovarium mengacu pada adanya pertumbuhan
sel-sel asing yang berbahaya pada beberapa bagian dari ovarium. Kanker
ovarium sebagian besar berbentuk kista berisi cairan maupun padat. Penyebab
kanker ovarium ini sampai sekarang secara pasti bekum diketahui. Akan
tetapi, para peneliti berhasil mengidentifikasi sejumlah faktor pemicu yang
dipercaya menjadi penyebab tumbuhnya kanker ovarium pada jaringan epitel
(Subagja, 2014).
Kebanyakan pasien kanker ovarium adalah simptomatis, tetapi
gejalanya nonspesifik-keluhan/ rasa tidak enak/ rasa tertekan diabdomen,
dispareunia , dan bertambahnya berat badan karena asites atau massa (Rasjidi,
2007). Pada stadium lanjut, gejala yang timbul antara lain ansietas (cairan
dalam rongga perut), penyebaran ke omentum (lemak perut), perut
membuncit, kembung dan mual, gangguan nafsu makan, gangguan BAB dan
BAK, sesak napas, dan dyspepsia (penyakit saluran pencernaan) (Subagja,
2014).
Berikut adalah rincian dari masing-masing stadium dari kanker
ovarium; stadium I: pertumbuhan sel kanker masih terbatas pada ovarium;
stadium II: pertumbuhan sel kanker sudah mencakup satu atau kedua ovarium
dan juga pelvis; stadium III: pertumbuhan sel kanker sudah mencakup satu
atau kedua ovarium dengan metastatis di luar pelvis atau nodus inguinal atau
Universitas Sumatera Utara
18
retro peritoneal positif; stadium IV: pertumbuhan sel kanker sudah satu/kedua
ovarium dengan metastatis jauh (Subagja, 2014).
2.2.2.5
Kanker Vulva
Kanker vulva adalah tumor ganas yang terjadi di daerah vulva.
Vulva adalah bagian luar dari sistem reproduksi wanita. Kanker vulva
termasuk jenis kanker yang jarang ditemukan, kira-kira hanya sekitar 4 - 5%
dari kanker sistem reproduksi wanita dan banyak terjadi pada wanita
pascamenopause. Insidennya meningkat seiring dengan pertambahan usia
(Rasjidi, 2007). Faktor etiologi terjadinya kanker vulva belum diketahui
secara spesifik. Umumnya terjadi pada penderita obese, hipertensi, diabetes,
dan nulipara, dan berkaitan dengan resiko tinggi pada wanita yang
mempunyai multiple sexual partner dan merokok (Aziz, 2006).
Kanker vulva bersifat asimtomatik. Penderita datang dengan
keluhan benjolan atau tukak di daerah vulva. Dapat disertai riwayat gata-gatal
kronis berkaitan dengan adanya distrofi dinding vulva. Pendarahan atau
pengeluaran cairan dari vagina merupakan gejala yang jarang ditemukan dan
pada stadium lanjut bisa disertai pembengkakan kelenjar limfe di daerah
inguinal (Rasjidi, 2007)
Stadium yang digunakan berdasarkan klasifikasi FIGO antara lain;
stadium 0: karsinoma insitu; stadium I: tumor tampak pada vulva dan
perineum 2 cm atau kurang; stadium IA: tumor tampak pada vulva dan
perineum 2 cm atau kurang dan dengan invasi stroma < 1 mm; stadium IB:
tumor tampak pada vulva dan perineum 2 cm atau kurang dan dengan invasi
Universitas Sumatera Utara
19
stroma > 1 mm; stadium II: tumor tampak pada vulva dan perineum > 2 cm;
stadium III: tumor meluas ke banyak tempat: uretra bagian bawah, vagina,
dubur dan/atau didapatkan metastate ke limfonodi regional; stadium IV:
tumor menyebar ke mukosa kandung kemih, mukosa rektum; stadium IVA:
metastase limfonodi regional yang bilateral; stadium IVB: didapatkan
metastase jauh termasuk limfonodi di pelvis (Rasjidi, 2007).
2.2.2.6
Kanker Vagina
Kanker vagina biasanya merupakan akibat dari metastasis
koriokarsinoma atau dari kanker serviks atau kanker organ yang berdekatan,
seperti uterus, vulva, kandung kemih atau rektum (Baughman, 2000). Kanker
vagina adalah keganasan pada daerah vagina. Kanker ini dapat tumbuh di
bibir kemaluan luar, dalam, maupun di mulut vagina. Kanker ini cukup
jarang, sekitar 2-5% dari kanker yang terjadi pada organ reproduksi.
Umumnya, kanker vagina terjadi pada wanita usia 55-85 tahun dengan sosial
ekonomi rendah. Pada usia yang lebih muda sering dikaitkan dengan kutil
kelamin atau riwayat penyakit menular seksual lainnya (Sari, 2012).
Etiologi pasti kanker vagina masih belum diketahui dengan jelas.
Adanya hubungan dengan perjalanan penyakit pada kanker serviks dianggap
ada peran HPV sebagai penyebabnya (Aziz, 2006). Penyebab kanker vagina
antara lain infeksi HPV dan perubahan sifat sel karena faktor usia. Beberapa
faktor risiko antara lain hubungan seks yang dimulai usia muda, perlukaan
yang sering pada vagina, menopause awal, kebersihan pribadi yang buruk,
meroko, dan kekurangan vitamin A (Sari, 2012).
Universitas Sumatera Utara
20
Gejala yang sering dilaporkan adalah rasa gatal pada daerah
kelamin yang sudah berlangsung lama. Gejala lainnya yaitu perdarahan pada
daerah vagina, keputihan, serta nyeri saat kencing dan berhubungan seksual,
atau nyeri di vagina. Kelainan yang dapat terlihat pada vagina antara lain
adanya permukaan kulit yang tidak rata, kasar, warna putih atau hitam, serta
bisa menyerupai luka (Sari, 2012).
Klasifikasi kanker vagina antara lain; stadium 0: karsinoma insitu;
stadium I: terbatas pada dinding vagina; stadium II: invasi ke jaringan subvagina, belum ke dinding pelvik; stadium III: invasi ke dinding panggul;
stadium IVA: invasi ke organ sekitarnya; stadium IVB: metastasis ke organ
jauh (Aziz, 2006).
2.2.2.7
Kanker Tuba Falopi
Kanker tuba falopi, atau juga dikenal sebagai kanker tuba, adalah
kanker sangat jarang yang berkembang di salah satu atau kedua saluran telur
wanita (sepasang tabung ramping yang membawa telur dari ovarium ke
rahim). Kanker tuba falopi merupakan keganasan yang jarang terjadi. Kanker
tuba terutama ditemukan pada usia 60 – 64 tahun, jarang pada usia dibawah
25 tahun (Aziz, 2006).
Faktor pradisposisi masih dalam penelitian, tetapi tidak ada faktor
konsisten yang diidentifikasi. Meskipun begitu, dilihat dari kesamaan
kelompok usia, hubungan dengan paritas yang rendah dan status infertil
sering terjadi, menunjukkan bahwa etiologinya mungkin sama dengan kanker
ovarium (Rasdiji, 2007).
Universitas Sumatera Utara
21
Tanda yang paling sering terlihat tumor ini adalah menoragia
diikuti nyeri. Tanda fisik yang paling sering terjadi adalah massa pelvis
terjadi pada 12% hingga 66% kasus (Rasjidi, 2007). Penderita kanker tuba
umumnya datang dengan keluhan perdarahan pervagina atau keluarnya cairan
dari vagina, nyeri perut bagian bawah, perut membesar, dan perasaan tertekan
dalam perut (Aziz, 2006).
Stadium kanker tuba falopi menurut FIGO antara lain; Stadium 0:
karsinoma in situ; stadium I: pertumbuhan terbatas pada kedua tuba; stadium
IA: pertumbuhan terbatas pada satu tuba dengan penyebaran sub-mukosa
dan/atau lapisan muskularis, tetapi tidak menembus permukaan lapisan
serosa, tanpa asites; stadium IB: pertumbuhan terbatas pada kedua tuba
dengan penyebaran sub-mukosa dan/atau lapisan muskularis, tetapi tidak
menembus permukaan lapisan serosa, tanpa asites; stadium IC: tumor terbatas
pada satu atau kedua tuba, dengan perluasan pada/ melampaui serosa tuba
dengan sel ganas positif pada asites atau bilasan peritoneum yang
mengandung sel ganas; stadium II: pertumbuhan pada satu atau kedua tuba
falopi dengan penyebaran ke pelvis; stadium IIA: penyebaran atau metastasis
ke uterus dan/atau kedua ovarium; stadium IIB: penyebaran ke jaringan
pelvis; stadium IIC: tumor stadium IIA dan IIB tetapi dengan penyebaran
menembus atau mencapai lapisan serosa tuba atau atau dengan asites yang
mengandung sel ganas atau bilasan peritoneum yang mengandung sel ganas;
stadium III: tumor pada satu atau kedua tuba dengan pertumbuhan tumor di
luar rongga panggul dan/atau dengan kelenjar getah bening retroperitoneal
Universitas Sumatera Utara
22
atau inguinal yang positig mengandung tumor; stadium IIIA: metastase
peritoneal secara mikroskopis di luar pelvis, stadium IIIB: metastase
peritoneal secara makroskopis di luar pelvis 2 cm atau kurang; stadium IIIC:
metastase peritoneal lebih dari 2 cm dan/atau kelenjar getah bening
retroperitoneal dan inguinal positif mengandung tumor; stadium IV:
metastase jauh di luar cavum peritoneal (Rasjidi, 2007)
2.3 Spiritualitas Wanita Penderita Kanker Organ Reproduksi
Kanker termasuk penyakit kronis atau bisa juga penyakit terminal,
sehingga kanker bisa mengancam diri seseorang, menyebabkan rasa takut,
kecemasan, bahkan distres spiritualitas. Ketergantungan pada orang lain untuk
kebutuhan perawatan diri rutin sering menimbulkan perasaan tidak berdaya.
Ketidakberdayaan dan hilangnya rasa tujuan dalam hidup mengganggu
kemampuan untuk mengatasi perubahan dalam berfungsi. Spiritualitas secara
signifikan membantu klien untuk beradaptasi dengan perubahan akibat dari
penyakit tersebut. Adaptasi yang berhasil sering memberikan pertumbuhan
spiritual. Klien yang memiliki rasa kesejahteraan spiritual, yang merasa terhubung
dengan kekuatan yang lebih tinggi dan lainnya, dan yang mampu menemukan
makna dan tujuan hidup akan lebih mampu mengatasi penyakit tesebut, yang
membantu klien dalam mencapai potensi dan meningkatkan pengalaman kualitas
hidup. (Potter & Perry, 2009).
Dampak eksistensial atau spiritual dari diagnosis kanker dan pengobatan
sangat menonjol di kalangan wanita sebagai ibu, saudara perempuan, atau anak
Universitas Sumatera Utara
23
perempuan yang didiagnosis dengan kanker payudara atau ovarium tidak hanya
karena keluarga lebih mungkin untuk berurusan dengan penderita kanker tetapi
juga karena keluarga sendiri seumur hidup kemungkinan mengembangkan
penyakit tersebut (Wellisch, 2007).
Spiritualitas merupakan hal yang sangat penting pada saat individu menderita
suatu penyakit, karena spiritualitas menjadi satu-satunya dukungan dan sumber
kekuatan individu dalam menghadapi penyakit (Ningrum, 2014). Spiritualitas telah
didefinisikan sebagai, 'Sebuah kualitas yang melekat semua manusia yang
mendorong pencarian makna dan tujuan hidup, melibatkan hubungan dengan diri
sendiri, orang lain, dan dimensi transenden (Kandasamy, 2011).
Pasien yang didiagnosis dengan kanker payudara telah dilaporkan
menderita kecemasan dan depresi pada tahap tertentu selama diagnosis dan
pengobatan dengan kemoterapi (Johansson, 2013)
.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Spiritualitas
2.1.1 Definisi Spiritualitas
Istilah “spiritualitas” diturunkan dari kata latin “spiritus” yang berarti
nafas, istilah ini juga berkaitan erat dengan kata Yunani, “pneuma”, atau nafas
yang mengacu pada nafas hidup atau jiwa. Menurut Dossey, et al (2000 dalam
Young & Koopsen, 2005), spiritualitas merupakan hakikat dari siapa dan
bagaimana manusia hidup di dunia dan seperti napas, spiritualitas amat penting
bagi keberadaan manusia.
Menurut Miller (1995 dalam Young & Koopsen, 2005), spiritualitas
merupakan daya semangat, prinsip hidup atau hakikat eksistensi manusia, yang
meresapi hidup dan diungkapkan serta dialami dalam tali-temali hubungan antara
diri sendiri, sesama, alam, dan Allah atau sumber hidup. Karena dibentuk melalui
pengalaman kultural, spiritualitas merupakan pengalaman manusia yang
universal.
Dalam Kozier, Erb, Blais & Wilkinson (2004), Spiritualitas adalah suatu
kepercayaan akan adanya hubungan dengan suatu kekuasaan yang lebih tinggi,
memiliki kekuatan, mengandung aspek tentang Tuhan, dan memiliki sumber
kekuatan yang tidak terbatas dan terdiri dari dimensi vertikal dan dimensi
horizontal.
Universitas Sumatera Utara
6
2.1.2 Karakteristik Spiritualitas
Karakteristik spiritualitas pada setiap individu didasarkan pada kebutuhan
berhubungan dengan Tuhan, hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan
orang lain atau sesama, dan hubungan dengan lingkungan atau alam (Bukhardt
1993 dalam Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995).
2.1.2.1 Hubungan dengan Tuhan
Meliputi agamis atau tidak agamis, seperti berdoa, sembahyang,
memiliki perlengkapan keagamaan, dan berpartisipasi dalam kegiatan
keagamaan. Kebutuhan spiritual yang berkaitan pada hubungan dengan
Tuhan dapat diwujudkan dengan doa dan ritual agama. Doa dan ritual agama
merupakan hal yang penting bagi setiap individu dan dapat memberikan
ketenangan pada individu yang melakukannya.
2.1.2.2
Hubungan dengan diri sendiri
Kekuatan dari dalam diri seseorang yang meliputi pengetahuan diri
yaitu siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya dan juga sikap yang
menyangkut kepercayaan pada diri sendiri, percaya pada kehidupan atau
masa depan, ketenangan pikiran, serta keselarasan dengan diri sendiri.
Kebutuhan spiritualitas yang bersumber dari kekuatan dalam diri individu
sendiri dalam menghadapi masalah, kebutuhan spiritualitas yang bersumber
dari kekuatan diri sendiri meliputi kepercayaan, harapan, dan makna dalam
kehidupan.
Kepercayaan (faith) bersifat universal, dapat dimiliki oleh orang
yang religius dan tidak religius, dimana merupakan penerimaan individu
Universitas Sumatera Utara
7
terhadap kebenaran yang tidak dapat dibuktikan dengan pikiran yang logis.
Kepercayaan memberikan makna kehidupan pada seseorang dan memberikan
kekuatan pada seseorang ketika menghadapi masa yang sulit. Mempunyai
kepercayaan berarti mempunyai komitmen terhadap sesuatu atau seseorang
sehingga dapat memahami kehidupan manusia dengan wawasan yang lebih
luas.
Harapan dapat diartikan sebagai suatu keyakinan akan keinginan
yang akan tercapai dalam hidup. Harapan merupakan suatu proses
interpersonal yang terbina melalui hubungan dengan orang lain dan yang
terutama melalui hubungan dengan Tuhan dan didasarkan pada kepercayaan.
Harapan memberikan peranan penting bagi individu dalam mempertahankan
dirinya saat menghadapi penyakit atau masalah, tanpa harapan individu akan
merasa hampa, lesu/tidak bersemangat, dan terasa mati.
Makna kehidupan dapat menjadikan seseorang individu merasa
berharga dan berarti serta memiliki perasaan dekat dengan Tuhan, orang lain,
dan alam sekitar, dimana individu merasa hidupnya terarah, memiliki masa
depan, dan menerima kasih sayang dari orang lain disekitarnya
2.1.2.3
Hubungan dengan Orang lain
Hubungan ini terbagi atas harmonis dan tidak harmonisnya
hubungan dengan orang lain. Keadaan harmonis meliputi pembagian waktu,
ramah dan bersosialisasi, mengasuh anak, mengasuh orang tua dan orang
yang sakit, serta meyakini kehidupan dan kematian. Sedangkan kondisi yang
Universitas Sumatera Utara
8
tidak harmonis mencakup konflik dengan orang lain dan resolusi yang
menimbulkan ketidakharmonisan, serta keterbatasan hubungan.
Maaf dan pengampunan (forgiveness), seorang individu dapat
meningkatkan koping terhadap stres, cemas, depresi dan tekanan emosional,
penyakit fisik serta meningkatkan perilaku sehat dan perasaan damai.
Cinta kasih dan dukungan sosial (Love and social support). Teman
dan keluarga dekat dapat memberikan bantuan dan dukungan emosional
untuk melawan banyak penyakit. Seseorang yang mempunyai pengalaman
cinta kasih dan dukungan sosial yang kuat cenderung untuk menentang
perilaku tidak sehat dan melindungi individu dari penyakit.
2.1.2.4
Hubungan dengan lingkungan
Spiritualitas yang mencakup keharmonisan hubungan dengan alam
dapat dicapai dengan sikap menghargai alam yaitu memiliki pengetahuan
tentang pohon, margasatwa, dan iklim serta dapat berinteraksi dengan alam
atau lingkungan melalui kegiatan bertanam, berjalan-jalan di lingkungan luar
dan mempunyai sikap melindungi alam.
Rekreasi (Joy) merupakan kebutuhan spiritualitas seseorang dalam
menumbuhkan keyakinan, rahmat, rasa terima kasih, harapan dan cinta kasih.
Dengan rekreasi seseorang dapat menyelaraskan antara jasmani dan rohani
sehingga timbul perasaan kesenangan dan kepuasaan dalam pemenuhan halhal yang dianggap penting dalam hidup seperti nonton televisi, dengar musik,
olah raga dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
9
Kedamaian (Peace) merupakan keadilan, rasa kasihan dan
kesatuan. Dengan kedamaian seseorang akan merasa lebih tenang dan dapat
meningkatkan status kesehatan.
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi Spiritualitas
Faktor-faktor yang mempengaruhi spiritualitas seseorang (Taylor dkk,
1997 dalam Hamid, 2008), yaitu:
2.1.3.1
Tahapan Perkembangan
Semakin
membenarkan
bertambah
keyakinan
usia,
individu
spiritualitasnya.
akan
Seperti
memeriksa
contoh
pada
dan
usia
pertengahan dan lansia spiritualitasnya semakin kuat dan matang. Mereka
lebih cenderung mendekatkan diri kepada Tuhan contohnya berpartisipasi
dalam aktifitas sosial dan keagamaan, sehingga membuat individu lebih
mampu untuk mengatasi masalah dan menghadapi kenyataan.
2.1.3.2
Budaya
Sikap, keyakinan, dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang budaya
seseorang. Setiap budaya berbeda dalam bentuk pemenuhan spiritualitas.
Budaya dan spiritualitas menjadi dasar sesorang dalam melakukan sesuatu
dan menjalani cobaan atau masalah dalam hidup agar tetap seimbang. Pada
umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga.
Anak belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama, termasuk nilai moral
dari hubungan keluarga dan peran serta dalam berbagai bentuk kegiatan
keagamaan.
Universitas Sumatera Utara
10
2.1.3.3
Keluarga
Keluarga sangat berperan dalam perkembangan spiritualitas
individu. Keluarga adalah tempat pertama kali individu mendapatkan
pengalaman dan pandangan hidup. Melalui keluarga, individu belajar tentang
Tuhan, kehidupan, dan diri sendiri. Dukungan keluarga merupakan pemicu
untuk meningkatkan spiritulitas individu.
2.1.3.4
Pengalaman Hidup
Pengalaman hidup baik yang positif maupun negatif mempengaruhi
spiritualitas seseorang. Pengalaman hidup mempengaruhi seseorang dalam
mengartikan secara spiritual terhadap kejadian yang dialaminya. Pengalaman
hidup yang menyenangkan dapat menyebabkan seseorang bersyukur atau
tidak bersyukur. Peristiwa dalam kehidupan sering dianggap sebagai suatu
cobaan yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk menguji kekuatan
imannya.
2.1.3.5
Krisis dan Perubahan
Krisis dan perubahan dapat menguatkan spiritualitas pada
seseorang. Krisis sering dialami seseorang ketika menghadapi penyakit,
penderitaan, proses penuaan, kehilangan, dan kematian. Perubahan dalam
kehidupan dan krisis yang dialami seseorang merupakan pengalaman
spiritualitas yang bersifat emosional. Krisis dapat berhubungan dengan
perubahan patofisiologi, terapi/pengobatan yang diperlukan, atau situasi yang
mempengaruhi seseorang. Diagnosis penyakit akan menimbulkan pertanyaan
tentang sistem kepercayaan seseorang. Jika seseorang dihadapkan pada
Universitas Sumatera Utara
11
kematian, keyakinan spiritual dan keinginan untuk sembahyang/berdoa lebih
tinggi dibandingkan pasien yang berpenyakit bukan terminal.
2.1.4 Penilaian status spiritualitas
Setiap kali proses holistik dilaksanakan dalam perawatan kesehatan,
pasien, pertama-tama penilaian atau assessment harus dilakukan. Penilaian atau
assessment didefinisikan sebagai “proses pengumpulan, menganalisis dan sintesis
data bisu, dalam rumus multidimensional yang menjadi landasan pengambilan
keputusan.” Secara khusus, proses penilaian menyediakan suatu kerangka kerja
untuk mengidentifikasi kebutuhan spiritual pasien.
Penilaian spiritual penting karena beberapa alasan, antara lain: penilaian
ini telah terbukti luas dapat digunakan untuk memprediksi hasil perawatan
kesehatan; penilaian ini menjadi sumber informasi bagi anggota tim perawatan
kesehatan tentang kemampuan seseorang menghadapi, kira-kira tingkat distres
mana, dan tentang penanganan yang diberikan untuk membantu pasien
menghadapi krisis kesehatan yang dialami pasien; penilaian memungkinkan
pemahaman yang lebih mendalam tentang seseorang dari sudut pandang holistik;
penilaian
memungkinkan
penyelenggaraan
perawatan
yang menghormati
kebutuhan perawatan kesehatan dan keprihatinan seseorang.
Begitu banyak penuntun, instrumen, skala dipergunakan dalam penilaian
spiritualitas dan kepercayaan keagamaan, praktik dan tingkat partisipasi. Salah
satunya adalah skala kesejahteraan spiritual JAREL. Skala kesejahteraan spiritual
JAREL merupakan alat penilaian bagi para perawat yang didasarkan pada studi
Universitas Sumatera Utara
12
kesejahteraan spiritual di kalangan orang dewasa. Akan tetapi, skala penilaian ini
dapat diterapkan secara luas untuk segala jenis pasien.
2.2 Kanker
2.2.1 Definisi kanker
Kanker merupakan penyakit yang tidak menular. Kanker adalah kumpulan
sel gen yang rusak yang menjadi liar dan berkembang tanpa henti. Kanker
(neoplasma ganas) merupakan istilah yang mencakup sekelompok kompleks dari
berbagai jenis penyakit kanker. Kanker bisa mempengaruhi hampir setiap organ
pada tubuh manusia. Kanker bisa terjadi dari berbagai jaringan dari bagian organorgan tubuh, sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangannya, sel-sel kanker
membentuk suatu massa dari jaringan ganas yang menyusup ke jaringan
disekatnya dan bisa menyebar ke seluruh tubuh (Subagja, 2014).
Kanker dapat tumbuh di bagian mana saja pada tubuh manusia saja salah
satunya di organ-organ reproduksi wanita. Kanker sistem reproduksi wanita
adalah pertumbuhan sel-sel abnormal yang tidak berfungsi bagi tubuh yang terjadi
pada sistem reproduksi wanita yang berasal dari organ itu sendiri ataupun dari
metastase kanker organ lainnya (Junaidi, 2007 dalam Nur, 2009).
2.2.2 Jenis-jenis Kanker Organ Reproduksi Wanita
2.2.2.1
Kanker Serviks
Kanker serviks adalah penyakit tumor ganas pada daerah mulut
rahim yang disebabkan oleh pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan
merusak jaringan normal di sekitarnya (Subagja, 2014). Penyebab utama
kanker serviks adalah infeksi virus HPV (human papilloma virus).
Universitas Sumatera Utara
13
Penyebaran virus ini terutama melalui hubungan seksual. Faktor lain yang
berhubungan dengan kanker serviks adalah aktivitas seksual terlalu muda (<
16 tahun), jumlah pasangan seksual yang tinggi (> 4 orang), dan adanya
riwayata infeksi berpapil (warst). Karena hubungannya yang erat dengan
infeksi HPV, wanita yang mendapat atau menggunakan penekan kekebalan
(immunosuppressive) dan penderita HIV berisiko menderita kanker serviks
(Aziz, 2006).
Tanda dini kanker serviks tidak spesifik seperti adanya sekret
vagina yang agak banyak dan kadang-kadang dengan bercak perdarahan.
Umumnya tanda yang sangat minimal ini sering diabaikan oleh penderita.
Tanda yang lebih klasik adalah perdarahan bercak yang berulang, atau
perdarahan bercak setelah bersetubuh atau membersihkan vagina. Pada
stadium lanjut ketika tumor telah menyebar ke luar dari serviks dan
melibatkan jaringan di rongga pelvis dapat dijumpai tanda lain seperti nyeri
yang menjalar ke pinggul atau kaki. Beberapa penderita mengeluh nyeri
berkemih, hematuria, perdarahan rektum sampai sulit berkemih dan buang air
besar (Aziz, 2006).
Sistem yang umumnya digunakan untuk pembagian stadium kanker
serviks adalah sistem yang diperkenalkan oleh International Federation of
Gynecology and Obstetrics (FIGO). Berikut tingkatan atau stadium kanker
serviks; stadium 0: carcinoma in situ (CIS), tumor masih dangkal, hanya
tumbuh di lapisan sel serviks; stadium I: kanker telah tumbuh dalam serviks,
namun belum menyebar ke mana-mana; stadium IA1: invasi ke stroma
Universitas Sumatera Utara
14
dengan kedalaman kurang dari 3 mm dan besarnya kurang dari 7 mm;
stadium IA2: invasi ke stroma kedalaman antara 3-5 mm dan besarnya kurang
dari 7 mm; stadium IB1: Ukuran tidak lebih besar dari 4 cm; stadium IB2:
ukuran lebih besar dari 4 cm; stadium II: kanker berada di bagian dekat
serviks tapi bukan diluar panggul; stadium IIA: kanker meluas sampai ke atas
vagina, tapi belum menyebar ke jaringan yang lebih dalam dari vagina;
stadium IIB: kanker telah menyebar ke luar leher rahim ke dua pertiga bagian
atas vagina dan jaringan di sekitar rahim; stadium III: kanker telah menyebar
ke jaringan lunak sekitar vagina dan serviks sepanjang dinding panggul.
Mungkin dapat menghambat aliran urin ke kandung kemih; stadium IVA:
kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti kandung kemih dan rektum;
stadium IVB: kanker telah menyebar ke organ yang lebih jauh, seperti paruparu (Subagja, 2014).
2.2.2.2
Kanker Payudara
Kanker payudara terjadi karena adanya kerusakan pada gen yang
mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sehingga sel itu tumbuh dan
berkembang biak tanpa bisa dikendalikan. Awal mula penyakit ini biasanya
terdapat tumor kecil yang mengendap pada payudara. Penyebab kanker
payudara belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, ada beberapa faktor
risiko yang memungkinkan seorang wanita terserang kanker payudara, antara
lain: nuliparitas, menarche pada usia muda, menopause pada usia lebih tua,
kehamilan pertama pada usai tua, penggunaan hormon, obesitas, sering
Universitas Sumatera Utara
15
mengkonsumsi makanan berlemak, riwayat keluarga, radiasi ionisasi, terapi
sulih estrogen, dan mengonsumsi alkohol (Subagja, 2014).
Ada beberapa gejala kanker payudara yang perlu di waspadai,
antara lain sebagai berikut : adanya benjolan pada payudaya yang bisa diraba,
erosi/ eksema puting susu, edema (pembengkakan) yang berlebihan pada kulit
payudara, adanya luka di sekitar puting susu dan sekitarnya yang sukar
sembuh, keluarnya cairan berupa darah atau nanah berwarna kuning sampai
kehijauan dari puting susu secara spontan, perubahan pada puting susu seperti
gatal, terasa terbakar, dan tertarik kedalam. Pada stadium lanjut bisa timbul
nyeri tulang, penurunan berat badan, pembengkakan lengan atau ulserasi kulit
(Subagja, 2014).
Stadium kanker payudara antara lain; stadium I: benjolan kanker
berukuran tidak lebih dari 2 cm dan tidak bisa dideteksi dari luar; stadium II:
benjolan kanker mencapai 5 cm dantingakat penyebarannya sudah meluas
sampai ke daerah ketiak; stadium IIIA: benjolan sudah berukuran lebih dari 5
cm dan telah menyebar hingga ke kelenjar limfa; stadium IIIB: penyebaran
sel kanker meliputi seluruh bagian payudara bahkan bisa mencapai kulit
dinding dada, tulang rusuk, dan otot dada serta telah menyerang kelenjar
limfe secara menyeluruh; stadium IV: sel-sel kanker sudah menyebar ke
bagian tubuh lainnya, seperti tulang, paru-paru, hati, dan otak (Subagja,
2014).
Universitas Sumatera Utara
16
2.2.2.3
Kanker Endometrium
Kanker endometrium disebut juga kanker rahim. Kanker rahim
adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam lapisan rahim, yaitu endometrium
(tempat menempelnya ovum yang telah dibuahi. Penyebab yang lain antara
lain diet rendah lemak, merokok, kurangnya asupan gizi dan vitamin,
penggunaansabun khusus vagina, dan sering menabur bedak pada vagina
(Subagja, 2014).
Gejala umum yang sering ditunjukkan oleh kanker endometrium
adalah sebagai berikut: pendarahan yang abnormal (setelah menopause
pendarahan di antara masa haid), haid lebih berat dari biasanya (belum pernah
mengalami menopause), keputihan berair atau berdarah, rasa sakit di daerah
panggul, dan rasa sakit ketika berhubungan intim (Subagja, 2014).
Stadium kanker endometrium adalah sebagai berikut; stadium I:
kaker hanya tumbuh di badan rahim; stadium II: sel kanker telah menyebar ke
leher rahim (serviks); stadium IIIA: kanker telah menyebar ke sepertiga
bagian bawah vagina namun tidak ke dinding panggul; stadium IIIB: kanker
telah menyebar ke dinding panggul atau tumor telah menjadi cukup besar
untuk memblokir ureter, yaitu tabung yang menghubungkan ginjal ke
kandung kemih; stadium IVA: kanker telah menyebar ke dinding kandung
kemih atau rektum serta ke kelenjar getah bening di panggul; stadium IVB:
kanker telah menyebar ke luar panggul dan kelenjar getah bening panggul ke
tempat lain di dalam tubuh, seperti perut, hati, saluran pencernaan, paru-paru,
tulang, dan kelenjar getah bening jauh (Subagja, 2014).
Universitas Sumatera Utara
17
2.2.2.4
Kanker Ovarium
Kanker ovarium atau kanker indung telur disebut sebagai
“pembunuh tersembunyi” karena ovarium terletak dibagian dalam sehingga
tidak mudah terdeteksi. Kanker ovarium mengacu pada adanya pertumbuhan
sel-sel asing yang berbahaya pada beberapa bagian dari ovarium. Kanker
ovarium sebagian besar berbentuk kista berisi cairan maupun padat. Penyebab
kanker ovarium ini sampai sekarang secara pasti bekum diketahui. Akan
tetapi, para peneliti berhasil mengidentifikasi sejumlah faktor pemicu yang
dipercaya menjadi penyebab tumbuhnya kanker ovarium pada jaringan epitel
(Subagja, 2014).
Kebanyakan pasien kanker ovarium adalah simptomatis, tetapi
gejalanya nonspesifik-keluhan/ rasa tidak enak/ rasa tertekan diabdomen,
dispareunia , dan bertambahnya berat badan karena asites atau massa (Rasjidi,
2007). Pada stadium lanjut, gejala yang timbul antara lain ansietas (cairan
dalam rongga perut), penyebaran ke omentum (lemak perut), perut
membuncit, kembung dan mual, gangguan nafsu makan, gangguan BAB dan
BAK, sesak napas, dan dyspepsia (penyakit saluran pencernaan) (Subagja,
2014).
Berikut adalah rincian dari masing-masing stadium dari kanker
ovarium; stadium I: pertumbuhan sel kanker masih terbatas pada ovarium;
stadium II: pertumbuhan sel kanker sudah mencakup satu atau kedua ovarium
dan juga pelvis; stadium III: pertumbuhan sel kanker sudah mencakup satu
atau kedua ovarium dengan metastatis di luar pelvis atau nodus inguinal atau
Universitas Sumatera Utara
18
retro peritoneal positif; stadium IV: pertumbuhan sel kanker sudah satu/kedua
ovarium dengan metastatis jauh (Subagja, 2014).
2.2.2.5
Kanker Vulva
Kanker vulva adalah tumor ganas yang terjadi di daerah vulva.
Vulva adalah bagian luar dari sistem reproduksi wanita. Kanker vulva
termasuk jenis kanker yang jarang ditemukan, kira-kira hanya sekitar 4 - 5%
dari kanker sistem reproduksi wanita dan banyak terjadi pada wanita
pascamenopause. Insidennya meningkat seiring dengan pertambahan usia
(Rasjidi, 2007). Faktor etiologi terjadinya kanker vulva belum diketahui
secara spesifik. Umumnya terjadi pada penderita obese, hipertensi, diabetes,
dan nulipara, dan berkaitan dengan resiko tinggi pada wanita yang
mempunyai multiple sexual partner dan merokok (Aziz, 2006).
Kanker vulva bersifat asimtomatik. Penderita datang dengan
keluhan benjolan atau tukak di daerah vulva. Dapat disertai riwayat gata-gatal
kronis berkaitan dengan adanya distrofi dinding vulva. Pendarahan atau
pengeluaran cairan dari vagina merupakan gejala yang jarang ditemukan dan
pada stadium lanjut bisa disertai pembengkakan kelenjar limfe di daerah
inguinal (Rasjidi, 2007)
Stadium yang digunakan berdasarkan klasifikasi FIGO antara lain;
stadium 0: karsinoma insitu; stadium I: tumor tampak pada vulva dan
perineum 2 cm atau kurang; stadium IA: tumor tampak pada vulva dan
perineum 2 cm atau kurang dan dengan invasi stroma < 1 mm; stadium IB:
tumor tampak pada vulva dan perineum 2 cm atau kurang dan dengan invasi
Universitas Sumatera Utara
19
stroma > 1 mm; stadium II: tumor tampak pada vulva dan perineum > 2 cm;
stadium III: tumor meluas ke banyak tempat: uretra bagian bawah, vagina,
dubur dan/atau didapatkan metastate ke limfonodi regional; stadium IV:
tumor menyebar ke mukosa kandung kemih, mukosa rektum; stadium IVA:
metastase limfonodi regional yang bilateral; stadium IVB: didapatkan
metastase jauh termasuk limfonodi di pelvis (Rasjidi, 2007).
2.2.2.6
Kanker Vagina
Kanker vagina biasanya merupakan akibat dari metastasis
koriokarsinoma atau dari kanker serviks atau kanker organ yang berdekatan,
seperti uterus, vulva, kandung kemih atau rektum (Baughman, 2000). Kanker
vagina adalah keganasan pada daerah vagina. Kanker ini dapat tumbuh di
bibir kemaluan luar, dalam, maupun di mulut vagina. Kanker ini cukup
jarang, sekitar 2-5% dari kanker yang terjadi pada organ reproduksi.
Umumnya, kanker vagina terjadi pada wanita usia 55-85 tahun dengan sosial
ekonomi rendah. Pada usia yang lebih muda sering dikaitkan dengan kutil
kelamin atau riwayat penyakit menular seksual lainnya (Sari, 2012).
Etiologi pasti kanker vagina masih belum diketahui dengan jelas.
Adanya hubungan dengan perjalanan penyakit pada kanker serviks dianggap
ada peran HPV sebagai penyebabnya (Aziz, 2006). Penyebab kanker vagina
antara lain infeksi HPV dan perubahan sifat sel karena faktor usia. Beberapa
faktor risiko antara lain hubungan seks yang dimulai usia muda, perlukaan
yang sering pada vagina, menopause awal, kebersihan pribadi yang buruk,
meroko, dan kekurangan vitamin A (Sari, 2012).
Universitas Sumatera Utara
20
Gejala yang sering dilaporkan adalah rasa gatal pada daerah
kelamin yang sudah berlangsung lama. Gejala lainnya yaitu perdarahan pada
daerah vagina, keputihan, serta nyeri saat kencing dan berhubungan seksual,
atau nyeri di vagina. Kelainan yang dapat terlihat pada vagina antara lain
adanya permukaan kulit yang tidak rata, kasar, warna putih atau hitam, serta
bisa menyerupai luka (Sari, 2012).
Klasifikasi kanker vagina antara lain; stadium 0: karsinoma insitu;
stadium I: terbatas pada dinding vagina; stadium II: invasi ke jaringan subvagina, belum ke dinding pelvik; stadium III: invasi ke dinding panggul;
stadium IVA: invasi ke organ sekitarnya; stadium IVB: metastasis ke organ
jauh (Aziz, 2006).
2.2.2.7
Kanker Tuba Falopi
Kanker tuba falopi, atau juga dikenal sebagai kanker tuba, adalah
kanker sangat jarang yang berkembang di salah satu atau kedua saluran telur
wanita (sepasang tabung ramping yang membawa telur dari ovarium ke
rahim). Kanker tuba falopi merupakan keganasan yang jarang terjadi. Kanker
tuba terutama ditemukan pada usia 60 – 64 tahun, jarang pada usia dibawah
25 tahun (Aziz, 2006).
Faktor pradisposisi masih dalam penelitian, tetapi tidak ada faktor
konsisten yang diidentifikasi. Meskipun begitu, dilihat dari kesamaan
kelompok usia, hubungan dengan paritas yang rendah dan status infertil
sering terjadi, menunjukkan bahwa etiologinya mungkin sama dengan kanker
ovarium (Rasdiji, 2007).
Universitas Sumatera Utara
21
Tanda yang paling sering terlihat tumor ini adalah menoragia
diikuti nyeri. Tanda fisik yang paling sering terjadi adalah massa pelvis
terjadi pada 12% hingga 66% kasus (Rasjidi, 2007). Penderita kanker tuba
umumnya datang dengan keluhan perdarahan pervagina atau keluarnya cairan
dari vagina, nyeri perut bagian bawah, perut membesar, dan perasaan tertekan
dalam perut (Aziz, 2006).
Stadium kanker tuba falopi menurut FIGO antara lain; Stadium 0:
karsinoma in situ; stadium I: pertumbuhan terbatas pada kedua tuba; stadium
IA: pertumbuhan terbatas pada satu tuba dengan penyebaran sub-mukosa
dan/atau lapisan muskularis, tetapi tidak menembus permukaan lapisan
serosa, tanpa asites; stadium IB: pertumbuhan terbatas pada kedua tuba
dengan penyebaran sub-mukosa dan/atau lapisan muskularis, tetapi tidak
menembus permukaan lapisan serosa, tanpa asites; stadium IC: tumor terbatas
pada satu atau kedua tuba, dengan perluasan pada/ melampaui serosa tuba
dengan sel ganas positif pada asites atau bilasan peritoneum yang
mengandung sel ganas; stadium II: pertumbuhan pada satu atau kedua tuba
falopi dengan penyebaran ke pelvis; stadium IIA: penyebaran atau metastasis
ke uterus dan/atau kedua ovarium; stadium IIB: penyebaran ke jaringan
pelvis; stadium IIC: tumor stadium IIA dan IIB tetapi dengan penyebaran
menembus atau mencapai lapisan serosa tuba atau atau dengan asites yang
mengandung sel ganas atau bilasan peritoneum yang mengandung sel ganas;
stadium III: tumor pada satu atau kedua tuba dengan pertumbuhan tumor di
luar rongga panggul dan/atau dengan kelenjar getah bening retroperitoneal
Universitas Sumatera Utara
22
atau inguinal yang positig mengandung tumor; stadium IIIA: metastase
peritoneal secara mikroskopis di luar pelvis, stadium IIIB: metastase
peritoneal secara makroskopis di luar pelvis 2 cm atau kurang; stadium IIIC:
metastase peritoneal lebih dari 2 cm dan/atau kelenjar getah bening
retroperitoneal dan inguinal positif mengandung tumor; stadium IV:
metastase jauh di luar cavum peritoneal (Rasjidi, 2007)
2.3 Spiritualitas Wanita Penderita Kanker Organ Reproduksi
Kanker termasuk penyakit kronis atau bisa juga penyakit terminal,
sehingga kanker bisa mengancam diri seseorang, menyebabkan rasa takut,
kecemasan, bahkan distres spiritualitas. Ketergantungan pada orang lain untuk
kebutuhan perawatan diri rutin sering menimbulkan perasaan tidak berdaya.
Ketidakberdayaan dan hilangnya rasa tujuan dalam hidup mengganggu
kemampuan untuk mengatasi perubahan dalam berfungsi. Spiritualitas secara
signifikan membantu klien untuk beradaptasi dengan perubahan akibat dari
penyakit tersebut. Adaptasi yang berhasil sering memberikan pertumbuhan
spiritual. Klien yang memiliki rasa kesejahteraan spiritual, yang merasa terhubung
dengan kekuatan yang lebih tinggi dan lainnya, dan yang mampu menemukan
makna dan tujuan hidup akan lebih mampu mengatasi penyakit tesebut, yang
membantu klien dalam mencapai potensi dan meningkatkan pengalaman kualitas
hidup. (Potter & Perry, 2009).
Dampak eksistensial atau spiritual dari diagnosis kanker dan pengobatan
sangat menonjol di kalangan wanita sebagai ibu, saudara perempuan, atau anak
Universitas Sumatera Utara
23
perempuan yang didiagnosis dengan kanker payudara atau ovarium tidak hanya
karena keluarga lebih mungkin untuk berurusan dengan penderita kanker tetapi
juga karena keluarga sendiri seumur hidup kemungkinan mengembangkan
penyakit tersebut (Wellisch, 2007).
Spiritualitas merupakan hal yang sangat penting pada saat individu menderita
suatu penyakit, karena spiritualitas menjadi satu-satunya dukungan dan sumber
kekuatan individu dalam menghadapi penyakit (Ningrum, 2014). Spiritualitas telah
didefinisikan sebagai, 'Sebuah kualitas yang melekat semua manusia yang
mendorong pencarian makna dan tujuan hidup, melibatkan hubungan dengan diri
sendiri, orang lain, dan dimensi transenden (Kandasamy, 2011).
Pasien yang didiagnosis dengan kanker payudara telah dilaporkan
menderita kecemasan dan depresi pada tahap tertentu selama diagnosis dan
pengobatan dengan kemoterapi (Johansson, 2013)
.
Universitas Sumatera Utara